ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. E DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KAMBOJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
D I S U S U N OLEH LYEORYA KASIHRIA NDRURU
Dosen Pembimbing : SUPRIADI S.Kep
AKADEMI KEPERAWAT RSU HERNA MEDAN T.A 2011/2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diketahui dan disetujui oleh :
Pembimbing Koordinator praktek Keperawatan Mental Psikiatri RSU Herna Medan
(Drs.SUPRIADI S.Kep) (LEDI GRACIA S,S.Kep,Ns)
Diketahui oleh: Akper herna medan Direktur
(MASTIUR PANGARIBUAN,SKM)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR Daftar isi
BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang 1.2.Ruang Lingkup 1.3. Tujuan Penulis 1.4. Metode Penulisan 1.5. Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Medis 2.2.1. Defenisi 2.1.2. Jenis-jenis Halusinasi 2.1.3. Rentang Respon Halusinasi 2.1.4. Proses terjadinya halusinasi 2.2 Landasan teoritis Keperawatan 2.2.1. Pengkajian 2.2.2. Daftar Masalah KEPERAWATAN 2.2.3. Diagnosa Keperawatan 2.2.4. Rencana Keperawatan 2.2.5. Evaluasi BAB III Tinjauan Kasus 3.1.1. Pengkajian Identitas klien 3.1.2. Alasan masuk 3.1.3. Faktor Predisposisi 3.1.4. Pemeriksaan fisik 3.1.5. Psikososial 3.1.6. Status Mental 3.1.7. Kebutuhan Persiapan pulang 3.1.8. Mekanisme koping 3.1.9. Masalah Psikososial dan lingkugan 3.1.10. Aspek Medik
ANALISA DATA 3.1.11. Daftar masalah keperawatan 3.1.12. Pohon Masalah 3.1.13. Diagnosa Keperawatan 3.1.14. Rencana Tindakan Keperawatan 3.1.15. Implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB IV Pembahasan 4.1. Tahap Pengka.jian 4.2. Tahap Diagosa 4.3. Tahap perencanaan (intervensi) 4.4. Tahap pelaksanaan (implementasi) 4.5. Evaluasi BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmad dan HidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan pada Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit Jiwa Medan untuk memenuhi salah satu syarat praktek dan mata kuliah keperawatan Jiwa dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan rumah sakit umum herna medan Adapun laporan yang telah disepakati dan telah disusun oleh kelompok dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. E DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KAMBOJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. Dalam penyusunan ini kelompok melakukan observasi langsung dengan pendekatan proses keperawatan. Pada kesempatan ini, secara khusus kelompok sampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terimakasih kepada orang-orang yang membantu kelompok dalam melaksanakan kegiatan tersebut sampai pada saat penulisan laporan ini. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan proposal ini, untuk itu penulis sampaikan ucapan terimakasih sebagai rasa hormat penulis kepada: 1. Bapak Dr. Dapot P. Gultom, SPKJ selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Sumatera Utara Medan. 2. IBU Mastiur pangaribuan SKM, selaku Direktur AKPER RSU HERNA MEDAN 3. IBU LEDY GRACIA, S.Kep,Ns selaku coordinator praktek di RSJ MEDAN 4. IBU TIOMARNI LUMBANGAOL,SKM selaku dosen pembimbing diakper RSU herna medan 5. Bapak Drs. SUPRIADI,S.Kep, selaku pembimbing di RSJ MEDAN 6. Seluruh staf dan dosen yang turut membantu dan membimbing dalam penulisan makalah ini 7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/I Akper RSU Herna Medan angkatan X
Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempunaan. Kelompok sangat mangharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa akan datang. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, April 2012
Hormat saya,
Kelompok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan masalah keperawatan yang sangat penting bagi individu. Salah satu diantaranya adalah kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan karena banyaknya tuntutan untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari dimana dalam memenuhi kebutuhan tersebut mengakibatkan individu mengalami stress. Untuk itu kita harus meningkatkan kerja sama antara bidang penyembuhan kesehatan dengan perawatan dan pengobatan.secara umum tugas seseorang tidaklah cukup hanya terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan, tetapi juga peran perawat masa kini harus mampu meningkatkan derajat kesehatan jiwa, mencegah terjadinya gangguan jiwa, memulihkan, mengurangi dan menghilangkan penyakit serta melaksanakan program rehabilitasi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi, dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.sesuatu perserapan panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar (Miramis, 1998). Halusinasi merupakan sesuatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstrim, persepsi palsu (Lubis, 1993). Berdasarkan hal di atas penulis memilih kasusu dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.E DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KAMBOJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN.
B. Ruang Lingkup Pada sub bab ini penulis memberikan batasan-batasan permasalaahan asuhan keperwatan pada klien perubahan sensori persepsi halusinasi di RSJ Medan.
C. Tujuan Penulis 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gabaran umum yang jelas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah. 2. Tujuan Khusus Untuk memperoleh proses keperawatan secara langsung kepada penderita halusinasi pendengaran sesuai ilmu keterampilan sesuai dengan ilmu yang didapat. Untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi selama merawat penderita dengan harga diri rendah.
D. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi bebas dengan teknik pengumpulan data. 1. Observasi Metode ini digunakan dengan cara mengamati klien secara baik, inspeksi, palpasi, dan okskultasi. 2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk pengunpulan data tentang klien dengan cara Tanya jawab, baik klien, keluarga, maupun dengan tim keseehatan lainnya. 3. Studi kepustakaan Mengumpulkan data dengan mengutip dari buku status pasien dan dari catatan dokter yang berhubungan dengan pasien.
E. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun seecara sistematis menjadi 3 bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, ruang lingkup, metode penulisan, tujuan penulisan , dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis yang ditinjau dari aspek medis dan keperawatan BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi: Pengkajian diagnosa keperawatan,intervensi, implementasi, dan evaluasi. BAB IV : Kesimpulan dan Saran
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Landasan Teoritis Medis a. Defenisi Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) pancaa indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) dari luar diri (eksternal), (Stuart Laraia, 2001). Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara bisikan di telinga padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan. Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sesuatu pengencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi merupakan salah satu dari fungsi yang paling terjadi dari skizopernia yang menggambarkan hikangnya kemampuan dari luar diri (mental). Dan dapat berupa halusinasi dengar, lihat, cium, dan raba.
b. Jenis-Jenis Halusinasi 1. Halusinasi Pendengaran (Auditorius) Yaitu individu mendengar suara yag dibicarakan, kegaduhan, mengejek dan mengancam, tetapi tidak ada sumber dari sekitarnya. Ciri-ciri objektifnya: individu berbicara dan tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan telinga ke araah tertentu, dan menutup telinga.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual) Yaitu individu melihat sinar/ cahaya. Melihat panorama yang kuas dan kompleks. Melihat bintang atau ssuatu yang tidak ada. Ciri-ciri objektifnya: individu menunjuk-nujuk ke arah tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas.
3. Halusinasi Penciuman (Oifakturius) Mencium bau bunga, bau busuk, bau kemenyan, bau mayat, dan lain-lain yang tidak ada dirasakan oleh orang lain dan tidak ada sumbernya. Ciri-ciri objektifnya: individu menghirup seperti sedang membaui bau-bauan tertentu dan menutup hidung.
4. Halusinasi Pengecap (Gostaturius) Individu merasa mengecap sesuatu rasa di mulut yang sumbernya tidak ada. Ciri-ciri objektifnya: individu sering meludah dan muntah.
5. Halusinasi Perabaan (Somatik) Yaitu individu mengatakan rasa sakit atau tidak enak tanpa adanya stimulus yang terlihat. Misalnya merasa ada seseorang yang merasa memukul atau merayap di kulit. Ciri- ciri objektifnya: individu menggaruk-garuk permukaan kulit.
6. Halusinasi Sinestetik Yaitu persepsi panca indera individu yang mengatakan merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri. Makanan dicerna atau pembentukan urine.
c. Proses Terjadinya Halusinasi No. Tahap Karakteristik Perilaku Kilen 1
2
Tahap pertama memberikan rasa nyaman tingkat ansietas sedang. Sedangkan secara umum halusinasi suatu kesenangan
Tahap kedua menyatakan tingkat kecemasan berat. Secara umum berhalusinasi penyebab anti pasi
Klien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa bergairah, atau takut meraba. Berfokus pada pikiran ysng mengadakan ansietas Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran (jika kecemasan dikontrol)
Pengalaman sensori menakutkan Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori teersebut Mulai merasa kehilangan control Menarik diri dari kesadaran orang lain Non psikotik
Klien berhenti, Tersenyum dan tertawa sendiri di tempat yang ramai Menggerakkan mata dengan cepat Respon verbal yang lambat Diam dan konsentrasi sendiri
Meningkatkan tanda-tanda saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah Rentang perhatian lingkungan kurang Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
3
4
Tahap ketiga mengontrol
Tahap keempat - Klien sudah dikuasai halusinasinya - Kliaen panik menghentikan perawatan terhadap halusinasinya tersebut. Dapat menyerah terhadap halusinasinya tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik Kesepian bila pengalaman sensorik berakhir
Tidak mau merespon pada lingkungan Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak ada intervensi) Perintah halusinasi ditaati Kesukaran berhubungan dengan orang lain Rentang perhatian hanya beberapa detik / menit Adanya tanda-tanda bentuk ansietas berat, berkeringanan, tremor dam tidak mematuhi peraturan
Agaitasi menarik diri. Atau kataloni: tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
d. Rentang Respon Respon Adaptif Respon Mal Adaptif
- Pikiran logis - Perilaku yang - Kelainan pikiran - Persepsi akurat menyimpang - Halusinasi - Emosi konsisten mengalami - Reaksi emosi berlebihan - Ketidaktentuan dengan pengalaman - Perilaku ganjil - Isolasi sosial - Perilaku social atau tidak lazim - Hubungan sosial - Menarik diri
Keterangan: Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa gejala psikologis dalam lima kategori utama yaitu persepsi, emosi, perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi yang berkaitan dengan skizopernia sering disebut dengan defisit, kognisi yang mencakup semua aspek ingatan, perhatian bentuk dan jumlah ucapan. Persepsi mengacu pada identitas interpretasi awal dari stimulus berdasarkan dari rentang respon neurobiologis dimana respon menyebabkan perilaku yang tidak ditoleransi oleh lingkungan. 1. Respon Adaptif Pasien gangguan orientasi realita dan mengalami perubahan proses piker, persepsi efek, dan kegiatan motorik dan sosial. 2. Respon Mal Adaptif Pada piker logis dan jelas karakteristik pemikiran orang awam, pada pasien gangguan orientasi realita pada proses piker primitive. Keadaan ini sering terjadi pada stress, ansietas, dan takut. Pasien yang terganggu pemikirannya sukaar berperilaku, kohern dan tidaknya cenderung berdasarkan penilaian pribadi pasienkepada realita yang tidak sesuai kepada pemikiran yang diterima umum. 3. karakteristik Perilaku Klien halusinasi a. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri b. Mengatakan, mendengar sesuatu, melihat, menghirup dan merasa sesuatu yang tidak nyata. c. Merusak diri seendiri/ orang lain, dan lingkungan. d. Tidak dapat menyatakan hal nyata dan tidak nyata. e. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi. f. Pembicaraan kaau kadang tidak masuk akal. g. Sikap curiga dan bermusuhan. h. Menarik diri, menghindari diri dari orang lain. i. Sulit melihat keputusan. j. Muka merah kadang pucat. k. Ekspresi wajah tegang. l. Banyak berkeringat. m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, sikar gigi, ganti pakaian, berhias dan rapi. n. Ketakutan. o. Mudah tersinggung. p. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.E DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KAMBOJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Ruangan Rawat : Kamboja Tanggal dirawat : 20 Maret 2012
I. Identitas Klien Inisial / Nama : Nn. E Tanggal / Pengkajian : 28 Maret 2012 Umur : 34 tahun RM : 01.48.24 Informan : Klien/keluarga
II. Alasan Masuk - Mengamuk karena mendengar sesuatu - Menangis tanpa sebab - Sering marah-marah tanpa sebab - Sulit di arahkan - Suka memukul orang
III. Faktor Predisposisi 1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak 10 tahun yang lalu dengan gejala di atas dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa Medan dan sudah lima kali masuk RSJ. 2. Pengobatan sebelumnya berhasil namun karena klien tidak pernah teratur minum obat, sehingga klien kambuh lagi. Sampai saat ini klien dirawat di RSJ Provsu di ruang inap Kamboja. 3. Klien mengatakan pernah memukul ayahnya sendiri karena mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul orang 4. Masalah Keperawatan : Regimen Terapeutik Inefektif Koping keluarga Inefektif Resiko perilaku kekerasan. 5. Anggota keluarga tidak ada yang mangalami gangguan jiwa yakni saudara kakak kandung klien. Masalah Keperawatan : Faktor Endogen (-) 6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien pernah mengalami kehilangan orang yang di sayangin yaitu kakak laki-lakinya yang kedua Masalah Keperawatan : Harga Diri rendah Koping Individu Inefektif
IV. Fisik 1. Tanda Vital TD : 120/70 mmHg Pols : 80 x / 2
RR : 18 x / 2
Suhu : 36 o C
2. Ukur TB : 165 cm BB : 54 kg
3. Klien tidak ada mengalami gangguan fisik Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
V. Psikososial 1. Genogram
Keterangan :
= Perempuan = Laki-laki = Permepuan meninggal = laki-laki meninggal = os = tinggal serumah
2. Konsep Diri a. Gambaran Diri : Kliem menyukai tubuhnya yaitu bagian kepala yakni rambut b. Identitas : Klien adalah anak keempat dari lima bersaudara c. Peran : Sebagai anak dan masih tinggal bersama keluarganya d. Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh agar bisa pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga e. Harga Diri : Klien merasa tidak berharga dan tidak berguna lagi bagi dirinya sndiri semenjak dia pernah dipenjarakan 3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti bagi klien adalah ayahnya, karena ayahnya yang sering datang menjenguk klien di RSJ. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat terganggu karena penyakit pasien yang sudah lama dialaminya. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien mudah tersinggung dan kurang mau berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di lingkungan dam klien suka menyendiri. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial Menarik Diri Koping Individu Inefektif 4. Spiritual a. Nilai-nilai keyakinan klien : Klien beragama Islam dan Klien meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. b. Kegiatan ibadah : Selama dirawat di RSJ klien pernah melaksanakan ibadah Masalah Keperawatan : Tidak Ada
VI. Status Mental 1. Penampilan Pasien Penampilan pasien tidak rapi, pakaian tampak kotor,rambut tidak pernah disisir, dan kuku tampak kotor kehitaman. Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan Pasien dapat berbicara cepat dan jelas dan masih dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepada klien. Masalah Keperawatan : Tidak ada
3. Aktivitas Motorik Klien lesu, malas/kurang semangat dalam melakukan aktivitas di ruangan dan suka disuruh atau mau melakukan aktivitas yang disukai. Klien suka menyudut-nyudut sampai tidur. Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Alam Perasaan Klien merasa sedih dirawat di RSJ karena merasa diasingkan oleh keluarganya, wajah klien selalu tampak sedih jika termenung. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek Klien dapat berespon dengan baik sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh perawat. Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. Interaksi Selama wawancara Selama klien diajak wawancara klien tampak kurang kooperatif, kontak mata kurang dan suka menunduk dan kurang mau menatap lawan berbicara. Masalah Keperawatan : menarik Diri
7. Persepsi Klien mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya yang mengatakan merusak mobil yang ada di sekitarnya. Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran Resti Perilaku kekerasan 8. Proses Pikir Pembicaraan kadang terputus tapi dapat dilanjutkan dan diarahkanoleh perawat dan sesuai dengan topik awal. Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi pikir Hal yang ditemukan perunahan-perubahan ganguan isi pikir (wahana) Masalah Keperawatan : Tidak ada
10. Tingkat Kesadaran Klien dapat membedakan waktu, tempat, dan orang Masalah Keperawatan : Tidak ada
11. Memori Klien mampu menceritakan kejadian yang dialaminya pada saat ini maupun kejadian masa lalu. Masalah Keperawatan : Tidak ada
12. Tingkat Konsentrasi berhitung Klien masih dapat berhitung tanpa bantuan oaring lain. Masalah Keperawatan : Tidak ada
13. Kemampuan Penilaian Klien mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Masalah Keperawatan : Tidak ada
14. Daya Tilik Diri Klien menerima keadaan dan kenyataan bahwa dirinya sedng sakit dan sedang dirawat di RSJ. Masalah Keperawatan : Tidak ada
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN 1. Makan
Bantuan minimal 2. BAB/ BAK Bantuan minimal 3. Mandi Bantuan minimal 4. Berpakaian/ Berhias Bantuan minimal 5. Istirahat dan tidur Tidur siang lama : 1 jam
Tidur malam lama : 6 jam
Kegiatan sebelum/sesudah : semenjak klien dirawat di RSJ, klien mulai melukan aktivitas 6. Penggunaan obat Bantuan minimal 7. Pemeliharaan Kesehatan Perawatan lanjutan ya 8. Kegiatan di dalam rumah Mempersiapkan makanan tidak
Menjaga kerapian rumah ya
Mencuci pakaian tidak
Pengaturan keuangan tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja tidak
Menjaga kerapian diluar rumah ya
Lain-lain Jelaskan : klien belum mampu melakukan kegiatan sehari-hari
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif Bicara dengan orang lain minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih
Tehknik relasasi reaksi lambat/berlebih
Aktivitas konstruk menghindar
olahraga mencederai dir
lainya lainya
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif IX.
MASALAH PSOKOLOGI DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok ; spesifik
Masalah dengan gangguan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik: klien hanya duduk dibangku 1 SMA dan tamat SMA
Masalah dengan pekerjaan,spesifik : klien sudah pernah bekerja ssehingga supir motor nmaun berhenti bekerja dan sekarang tidak memiliki pekerjaan lagi
Masalah dengan pemahaman, spesifik : klien ingin tinggal dirumah dan merasa bosan di RSJ Medan
Masalah dengan pelayanan kesehatan spesifik klien erasa bosan di rawat di RS Medan Masalah lainnya spesifik Masalah keperawatan : Isolasi social : Menarik diri
X. ASPEK MEDIH 1. Infeksi Stesolia 1 amp 2. CP 2 1 x 1 3. Thp 2 minggu 2 x 1 Pohon Masalah
XI. Daftar Diagnosis Keperawatan 1. Resiko tinggi kekerasan b/d halusinas pendengaran 2. Perubahan persepsi halusinasipendengaran b/d menarik diri 3. Isolasi social menarik diri b/d harga diri rendah 4. Deficit teraupetik inefektif b/d koping keluarga inefektif 5. Regiment teraupetik inefektif b/d koping keluarga inefektif
ANALISA DATA No. DATA 1.
2.
3.
4.
5.
DS : klien mendengar suara yang tidak ada wujudnya untuk menyuruh klien rusakkan klien" DO: klien berbicara seendiri
DS : klien mengatakan sejak berobat jalan obatnya tidak teratur diminum teratur DO: - klien kembali lagi ke RS jiwa - Klien sering termenung
DS : klien mengatakan tidaka berharga dan tidak berguman bagi dirinyya sendiri semenjak dia dipenjara
DO : - klien tampak sedih dan terkadang diam - Klien sering termenung DS : klien mengatakan badanya gatal-gatal DO : - klien berpakaian kurang rapi - Rambutnya tidak pernah disir - Kukunya panjangtampak kotor/hitam DS : - klien mengatakan suka marah-marah - Suka memecahkan barang-barang DO : - klien tampak menggenggam tanganya - Wajah kliwn tampak merah DO : klien mengatakan jarang melakukan akativitas/kegiatan diluar maupun di dalam ruangan selama berada di RSJ Medan
Perubaha persepsi sensori halusinasi pendengaran
Regiment teraupetik in efektif
Gangguan konsep diri hara diri rendah
Deficit perawtan diri
Resiko perilaku kekerasan
6.
7.
8. DS : - klien mengatakan kurang mau berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya - Kilien mengatakan kurang kooperatif dalam wawancara DO : - kontak mata kurang - Klien sering menunduk saat berbicara - Kurang mau menatap lawan bicara - Klien sering menyendiri DS : klin mengatakan pernah dipenjarakan kurang lebih 2 tahun sampai berurusandnegan polisi
DO : klien tampak sedih
Intolerasi aktivitas
Menarik diri
Koping individu Inefektif
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi tindakan kekerasan 2. Defisit perawatan diri 3. Intoleransi aktivitas 4. Harga diri rendah 5. Isolasi social menarik diri 6. Perubahan sensori : halusinasi pendengaran 7. Regiment teraupetik inefektif 8. Koping individu inefektif
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
STRATEGI PERTEMUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN
1. Kondisi klien
Nn.E (35 Tahun) dirawat di Ruang Kamboja tampak sedang berbicara-bicara sendiri, tertawa sendiri, susah tidur, klien suka marah-marah, klien sedang duduk di lantai, menyendiri sambil merokok. 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan sensori persepsi : halusinsi pendengaran
Pertemuan I a. Tujuan : 1) Klien dapat mengindentifikasi jenis halusinasinya 2) Klien dapat mengindentifikasi isi halusinasinya 3) Klien mengindentifikasi dan frekuensi halusinasinya 4) Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menibulkan halusinasi 5) Klien dapat mengidetifikasi respon terhadap halusinasi 6) Klien dapat mempraktekkan cara menghardik halusinasi 7) Klien dapat memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.
b. Tindakan Keperawatan a. Mengidentifikasi jenis halusinasi b. Mengidentifikasi isi halusinasi c. Mengidentifikasi waktu dan frekuesi halusinasi d. Mengindentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi e. Mengidentifikasi respon terhadap halusinasi f. Mengajarkan klien menghardik halusinasi g. Mnganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.
c. Proses Pelaksaan Tindakan A. Orientasi 1. Salam Teraupetik Selamt pagi pak, kami perawat yang akan merawat bapak Selma 2 minggu disini. Perkenalkan nama saya suster Lusiana, saya senag dipanggil Suster Lusi. Perkenalkan juga ini teman-teman saya. Bapak namanya siapa? Senang dipanggil apa? 2. Evaluasi/Validasi Bagaimana perasaan Bapak H hari ini? Apa keluhan Bapak saat ini? 3. Kontrak Baiklah pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tetang suara yang bapak dengar tapi wujudnya tidak ada. Apakah Bapak mau?
B. Kerja 1. mengidentifikasi jenis halusinasi Apakah bapak mendengar suara tanpa wujudnya? 2. mengidentifikasi isi halusinasi Kalau boleh saya tahu, apa yang dikatakan suara-suara itu? 3. mengidentifikasi waktu dan frakuensi halusinasi apakah Bapak mendengarnaya terus-menerus atau sewaktu-waktu? 4. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pada keadaan apa Bapak mendengar suara itu? Apa yang Bapak rasakan? 5. Mengidentifikasi respon terhadap halusinasi Apa yang Bapak rasakan saat mendengar suara itu Dan apa yang Bapak lakukan? Bagaimana kalau kita belajar cara mencegah suara itu muncul? 6. Mengajarkan klien menghardik halusinasi begini Pak, untuk mengendalikan diri, walaupun suara-suara itu tetap muncul, Bapak bisa lakukan dengan cara menghardik suara-suara tersebut caranya sebagai berikut : Saat suara- suara itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar. Saya tidak mu dengar, kamu suara palsu! Begitu berulang-ulang sampai sura itu tidak terdengar lagi. 7. Mengajarkan klien measukkan dalam jadwal kegiatan harian Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya dalam jadwal kegiatan Bapak?
C. Terminasi 1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan a. Evaluasi subjektif (padien) Bagaimana perasaan Bapak setelah kita brcakap-cakap? b. Evaluasi perawat (objektif) Jadi suara-suar itu sering memanggil Bapak? Suara it uterus menerus terjadi dan terutama kalau Bapak lagi sendiri? 2. Kontrak Pak, bagaimana kalau kita bertemu besok dan berbincang-bincang tentang bagaimana mencegah suara-suara itu munncul? Mau kan Pak? Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00, seperti saat ini? Bapak mau dimana? Oh di depan yan pak, diruang perawat? Baiklah sampai umpa besok dan selamat pagi.
Pertemuan II 1. Tujuaan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Klien dapt mempraktekka mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain c. Klien dapat memasukkan dalam kegiatan hariannya 2. Tindakan Keperawatn a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi denga cara bercakap-cakap dengan orang lain c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian 3. Proses Pelaksanaan Tindakan A. Orientasi 1. Salam Teraupetik Selamat pagi Pak, wah.. lagi melakukan kegiatan apa? 2. Evaluasi/Validasi Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apakah Bapak masih mendengar suara-suara? 3. Kontrak kemaren kan kami sudah berjanji untuk dating berbincang-bincang dengan Bapak, kita akan latihan caara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, kita akan berbincang selama 15 menit, siap pak?
B. Kerja 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Coba kami lihat jadwal kegiatan harian Bapak, mana yang belum dilaksanakan? Bagussemua sudah dilaksanakan ya. 2. melatih pasien mengendalikan halusinsi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain 3. menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan hariannya Nah, Bapak masukkan kegiatan ini kedalam jadwal kegiatan pak
C. Terminasi 1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan a. Evaluasi Subjektif (pasien) Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi ? b. Evaluasi Objektif (perawat) Pak, bisakah Bapak mengulagi cara yang kita latihan tadi? Bagus.. sekali ya Pak, coba sekali lagi, bagus ya Pak. 2. Tindak Lanjut Pak, kan tidak setiap saat ada dekat Bapak, jadi nanti kalu suar-suar muncul lag, Bapak gunakan cara yang tadi ya 3. Kontrak Bagaiman kalau kita berbincang-bincang kembaali besok untuk membicarakan cara ketiga dalam mengendalikan suara-suara Bapak maunya jam berapa?.....dimana? O ya sudah besok jam 10 saja kita bertemu kembali disini. Selamat pagi Pak.
Pertemuan III 1. Tujuan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien b. Klien dapat mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegeatan yang dilakukan di Rumah Sakit c. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih 2. Rencana Tindakan Keperawatan a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegeatan yang dilakukan di Rumah Sakit c. Menganjurkan Mien memasukkan kedalam jadwal kegiatan 3. Proses Pelaksanaan Tindakan A. Orientasi 1. Salam Teraupetik Sealamat Pak, wahbagaimana perasaan Bapak hari ini? 2. Evaluasi/Validasi Apakah Bapak masih mendengar suara-suara itu? Apakah cara yang sudah diajarkan kemarin telah Bapak praktekkan? 3. Kontrak Kemarin kan kami sudah berjanji untuk berbincang-bincang denga Bapak, kita akan latihan cara ketiga yaitu membuat jadwal kegiatan Bapak dari bangun sampai tidur malam kita akan berbicara sela 20 menit, siap Pak?
B. Kerja 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Apa saja yang sudah Bapak lakuan setiap hari? Bagus ya.. 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dnegnan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di Rumah Sakit kalau boleh tahu apa kegiatan Bapak pagi-pagi?..... itu muali jam berapa?Terusoh itu. Banyak sekali kegiatannya Pak. Baiklah hari ini kita latih kegiatanyang dua hati ini, bagus Bapak bisa melakukan. Nah, kegiatan ini bisa Bapak lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi. 3. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan hariannya Nah, Bapak masukkan kegiatan ini kedalm jadwal kegiatan harian Bapak
C. Terminasi 1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan a. Evaluasi perasaan subjektif (pasien) Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? b. Evaluasi objektif (prawat) Pak, bisakah Bapak mengulangi cara yang kita latihan tadi Bagus.sekali ya Pak, coba sekali lagi, bagus ya Pak. 2. Tindak lanjut pak,kami kan tidak setiap saat ada di dekat bapak,jadi nanti kalau suara suara muncul lagi, bapak gunakan cara yang tadi ya 3. kontrak bagaimana kalau kita berbincang bincang kembali besok untuk membicarakan cara ke empat dalam mengendalikan suara suara.Bapak maunya jam berapa? Dimana? ya sudah besok jam 10 kita bertemu kembali disini.Selamat pagi pak
Pertemuan IV 1.Tujuan a. evaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. klien mengerti tentang penggunaan obat secara teratur c. klien mengerti menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Tindakan keperawatan a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguana obat secara teratur c. menganjurkan klien memasukkkan ddalam jadwal kegiatan
4. Proses Pelaksanaan Tindakan A. Orientasi 1. Salam Teraupetik Slamt pagi Pak 2. Evaluasi/Validasi Bagaiman perasaan Bapk hari ini? Apakah Bapk masih mendengar suara-suar itu? 3. Kontrak Kemarin kan kami sudah berjanji untuk datang berbicang-berbincang dengan Bapak, kita akan latihan cara keempat untuk mengontrol halusinasi dengan menggjnakan obat secara teratur, kita akan berbicara selam 15 menit, siap Pak?
B. Kerja 1. Mengevaluasi jadwal kegiatannya sudah dilakiukan semua? Ya bagus, dipertanyakan ya Pak. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur Pak, adakah bedanya minum obat secara teratur? Apakah suaranya hilang ? minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Bapk dengar selama ini tlidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Bapak minum? Nah ini dia yang ini warna oerange (CPZ) 3 kali sehari jam7. 00 Wib, jam 13. 00 Wib dan jam 19.30 Wib, gunanyauntuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP 2mg) 2 kali seharijam 7 00 Wib dan jam 19.30 Wib gunaya untuk rileks dan tidak kaku,HLD 5mg 2 kali sehari dan B1 2 kali sehari jamnya sama. Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan, nanti kalau berhenti Bapak dakan kabuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obatnyahabis, Bapak bisa control kesini lagi. Pastikan obatnya benar. Baca nama kemasannya, pastikan obat diminum pada waktunya dan dengan cara yang benar. Bapak juga pastikan jumlah obat yang diminum.
3. Mengajurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harianay Nah, bapak masukkan kegiatan ini ke dalam jadwal kegiatan harian Bapak
C. Terminasi 1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan a. Evaluasi subjektif (pasien) Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? b. Evaluasi objektif (perawat) Pak, bisakah Bapak mengulangi cara yang kita latihan tadi? Bagus sekali ya pak, coba sekali lagi, bagis pak. 2. Tindak Lanjut Pak, kami kan tidak setiap saat ada dekat Bapak, jadi nanati kalau suara-suara itu mucul lagi. Bapak gunakan yang tadi ya 3. Bagaimana kalau berbincang-bincang kembali besok untuk membicaakan tentang apa ang menyebabkan Bapak tidak mau bergaul dengan orang lain, keuntungan mempunyai teman dan kerugian boila tidak mempunyai teman. Bapak maunya jam berapa? Dimana? Ya sudah, besok kita akan bertemu lagi jam 11 ya pak. Sampai jumpa besok dan selamat pagi..
BAB IV
PEMBAHSAN
Pada halusinasi pendengaran ditemukan adanya gangguan dalam perasaan dan tingkah laku dengan gejala psikotik yang dialami. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh gejala dari satu tipe uamg muncul dari dalam dari klien dann sebagian terhadap halusinasi yang menimbulkan sikap yang masa bodoh dan sering trjadai pada saat serangan pertama.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien dengan perubahan persepsi sensori Halusinasi pendengaran selalu penulis ingin mengetahui gejala yang sesuai dengan gangguan tersebut perawat juga mengetahui kebutuhan klien yang meliputi : fisik, mental, social tanpa menghiraukan deagnosa medic.
A. Tahap pengkajian Selama tahap pengkajian penulis tidak meneukan masalah dalam berkomunikasi tetapi ada juga kesulitan yang ditemukan oleh penulis dimanan klien terkadang tidak mau mengungkapkan perasaannya secara terbuka sebagian upaya pemecahan penulis tetap melakukan pendekatan sehinga klien mengungkapkan perasaanya dan saling percaya
B. Tahap diagnose Dalam tinjauan teoritis penulis menjumpai ada diagnose yaitu a. Perubahan persepsi halusinasi pendengaran b. Isolasi social menarik diri b/d harga diri rendah c. Deficit perawatan diri d. Gangguan intoleransi social menarik diri e. Intoleransi aktivitas f. Resti perilaku kekerasan
Dalam tinjauan kasus penulis menjumpai ada 5 diagnosa yaitu : 1. Resiko tinggi kekerasan b/d perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran 2. Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran b/d menarik diri 3. Isolassi social menarik diri b/d harga diri rendah 4. Deficit perawatan diri b/d intoleransi aktlivitas 5. Regiment teraupetik inefektif b/d koping keluarga inefektif atau harga diri rendah b/d koping keluarga inefektif
Dalam tahap ini penulis menemukan perbedaan perumusan diagnose keperawatan antara landasan teoritis dengan kasus yaitu : 1. Regiment teraupetik inefektif Diagnose ini tidak ditemukan landasan teoritis tetapi ditemukan dalam tinjauan kasus karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit klien sehingga klien tidak terkontrol dank lien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa untuk diadakan rawatan intensif dan perbedaan ini bisa juga dibedakan karena keluarga kurang dekat dengan klien.
C. Tahap perencanaan Dalam pembuatan perencanaan penulis berusaha menyusun secara efektif dan efesien implementasi. Dalam untuk memperlancar tindakan yang dilaukukan pada Implementasi. Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara diagnose keperawatan yang ada dalam toeri dengan kasus yang dijumpai dilapangan. Jadi penulis dalam hal ini menyimpulkan teori kasus yang ditemukan sama/berkesinambung. D. Iplementasi Dalam melaksanakan imlpementasi terhadap klien, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk membantu klien dalam mengatasi msasalh yang dihadapinya. Penulis juga membantu keluarga dalam menghadapi klien. Selain ini sarana di RSJ Medan juga sangat mendukung kesembuhan pasien.
E. Evaluasi Evaluasi yaitu tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam tinjdauan untuk menilai perubahan serta kemajuan yag dicapai klien halusinasi pendengaran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis melaksanakan Asuhan keperewatan terhadap klien dengan gangguan halusinsi pendengaran A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dalam kasus ini yaitu 1. Hausinasi pendengaran merupakan halusinasi dimana terdengarnya suara-suara yang tidak jelas yang berasal dari luar, suara itu bisikan atau gerutu yang tidak dapat dipahami 2. Tindakan keperawatan dalam perencanaan dituliskan pada perawatan mental dan tanpa mengabaikan keadaan fisik social dan spiritual sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan 3. Pelaksanaan oerawatan mencangkup peran serta keluraga klien dan perawatan dalam uapya perawatan. 4. Fasilitas dan sarana sangat mendukung dalam mewujudkan prioritas pelayanan keperawtan yang diberikan kepada pasien B. Saran 1. Bagi klien yang belum pulang, dianjurkan untk minum obat secara teratur 2. Bagi klien yang sudah pulang, sebaiknya selalu mengontrol pengobatan secara teratur agar tidak timbul sewaktu-waktu 3. Kepada keluarga klien hendaknya dapat menerima klien sebagaimana pembinaan individu 4. Untuk mengurangi tekanan jiwa perlu dilakukan pencegahan dengan pembinaan individu 5. Dalam pelaksanaan usaha hendaknya bekerjasama dan membina saling percaya serta menciptakan lingkungan lainnya 6. Penulis menyarankan agar perawtan dan pengobatan klien dapat dipertahankan dan dilanjutkan dan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat serta pemanfaatan saran dan parasarana yang tersedia di Ruang Pusuk Buhit.
DAFTAR PUSTAKA
- Stuart dan Laraia (2001) principle and practice of psychiatric Nursing edisi 6 St Louis : Mosby Year Book - Marams,W .F. (2005) Ilmu keokteran jiwa .Edisi 9.surabaya:Airlangga University press. - Isaacs,Ann. (2005) keerawatan kesehatan jiwa dan psikiatry, Edisi. 3 jakarta ; penerbit Buku kedokteran EGC - Purba,Jenny marlindawani .2008. asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa Medan :USU Press.S
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005) Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat. Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%), tahun 2008 ( januari- maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah masyarakat, menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah. Selama tahun 2007 ini saja di Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan jiwa. Berdasarkan dari hasil anamnesa pada bulan november 2010 pada ruangan nuri yang mana jumlah pasien halusinasi sekitar 32 orang (71,11%) dari 45 pasien yang ada diruangan, di merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, di mawar ada 9 pasien halusinasi (45%) dari 20 pasien, di hangtuah ada 2 pasien halusinasi (28,57%) dari 7 pasien, di melati ada 22 pasien halusinasi (64,70%) dari 34 pasien. Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Tampan Pekanbaru. B. Tujuan. 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa pada klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Nuri RSJ Tampan Pekanbaru. 2. Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatka C. Ruang Lingkup Masaalah Ruang lingkup ini dilakukan di Rumah Sakit jiwa Tampan tahun 2010. Dimana pembuatan makalah ini yang akan dilihat sejauh mana halusinasi akan mempengaruhi sifat yang mal adaktif dan cara penanggulangan atau tindakan yang akan dilakukan untuk klien. Alasan pembuatan makalah ini karena halusinasi merupakan penyebab terbanyak pada gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Tampan. Dipilihnya halusinasi ini karena di RSJ Tampan Pekanbaru Provinsi Riau salah satu tempat rujukan di daerah Riau ini. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil ovservasi terbanyak di RSJ Tampan Pekanbaru. D. Metode Pengambilan Data Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif, dimana kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya pada kasus. Untuk menggali data, teknik yang digunakan berbagai macam di antara nya adalah : a. Wawancara : penulis mengadakan wawancara pada klien di ruang nuri b. Observasi : kelompok melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada prilaku klien c. Studi kepustakaan : kelompok mempelajari sumber-sumber pemeriksaan fisik yang dilakukan secara bertahap d. Data sekunder : kelompok mengambil data dari status klien, catatan keperawatan untuk dianalisa sebagai data yang medukung masalah klien. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut( kliat, 2006 ) Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (maramis, 2005). Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca indra pendengaran (isaac,2002). 2. Etiologi Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. faktor predisposisi 1) biologis abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut: a) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofren b) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan c) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. 2) Psikolagis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3) sosial budaya kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi b. faktor presipitasi secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006). Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah : 1) biologis ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. 2) Sterss lingkungan Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3) sumber koping. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. 3. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi dengar: a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri. b. Mengatakan mendengar suara. c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan. d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata. e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian. f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal. g. Sikap curiga dan bermusuhan. h. Menarik diri, menghindar dari orang lain. i. Sulit membuat keputusan. j. Ketakutan. k. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah. l. Menyalahkan diri sendiri / orang lain. m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian. n. Muka merah kadang pucat. o. Ekspresi wajah tegang p. Tekanan sdarah meningkat. q. Nadi cepat. r. Banyak keringat. 4. J enis halusinasi menurut stuart (2007) halusinasi terdiri dari dua jenis: a. pendengaran mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. b. penglihatan stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti melihat monster. c. penghidu membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia. d. Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. e. perabaan mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. f. Cenestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine. g. Kinistetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. 5. Tahapan halusinasi a. fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan untuk meredakan ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. b. fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. c. fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. d. fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan. 6. Rentang respon Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. a. pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren. b. Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun diluar dirinya. c. Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama. d. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang belaku. e. Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama. f. Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya. g. Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang. h. Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau berbudaya umum yang berlaku. i. Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku. j. Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi. Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulul panca indra walaupun sebenarnya stimulas itu tidak ada. 7. pohon masalah Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi defisit perawatan diri
Isolasi sosial : menarik diri kurang motivasi Gangguan konsep diri : HDR B.Asuhan Keperawatan a. faktor predisposisi 1) faktor perkembangan telambat a). Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman b.) usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi. c.) usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan. 2) faktor komunikasi dalam keluarga a.) komunikasi peran ganda b.) tidak ada komunikasi c.) tidak ada kehangatan d.) komunikasi dengan emosi berlebihan e.) komunikasi tertutup f.) orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua. 3) Faktor sosialisasi budaya Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi. a. Faktor psikologis Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, idintitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping deskruptif. b. Faktor biologis Adanya kegiatan terhadap fisik, berupa: atropi otak, pembesaran Vertikel, perubahan besar dan bentuk sel bentuk sel korteks dan limbik. c. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia di turunkan melalui kromosom tertentu. Namun demikian kromosom yang berada yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizoprenia adalah kromosom nomor enam, dan kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 5, dan 22. anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizyote peluangnya sebesar 15%, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka perluangnya menjadi 35% . b. faktor presipitasi 1) Kesehatan Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan, system syaraf pusat,kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. 2) Lingkungan Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktifitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja ( kurang tampil dalam berkerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat tranportasi dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan. 3) Sikap Merasa tidak mampu( harga diri rendah), putus asa ( tidak percaya diri), merasa gagal ( kehilangan motovasi menggunakan keterampilan diri ), kehilangan kendali diri ( demonstrasi), merasa punya kekuatan berkelebihan,, merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual ), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, prilaku asertif, prilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala c. prilaku respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak dapat membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya, meliputi: a. Isi halusinasi Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan suara itu, jjika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang diraskan dipermukaan tubuh jika halusinasii perabaan b. Waktu dan frekuensi Ini dapat ditanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. c. Pencetus halusinasi Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan klien. d. Respon klien Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi. d.Mekanisme koping 1) regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari 2) proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain 3) menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal e.Masalah keperawatan 1). Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran 2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 3). isolasi sosial: menarik diri 4). Gangguan konsep diri: HDR 5). Intoleransi aktivitas 6). Difisit perawatan diri f.Diagnosa Keperawatan 1). perubahan persepsi sensori: halusinasi 2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 3). isolasi sosial: menarik diri 4). Gangguan konsep diri: HDR 5). Defisit perawatan diri g.Intervensi Keperawatan diagnosa: perubahan persepsi sensori halusinasi: pendengaran Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu perubahan persepsi sensori: halusinasi teratasi. Tujuan khusus: intervensi 1). Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan komunikasi teraupetik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verabal. Perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disenangi klien, buat kontrak dengan jelas tujukan sikap jujur dengan menepati janji setiap kali interaksi. 2). Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 3). Observasi tingkah laku klien dan halusinasinya( halusinasi pendengaran ), 4). Diskuaikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi 5). Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut 6). Diskusikan tentang dampak yang akan dialami bila klien menikmati halusinasinya 7). Identifikas dengan klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi - klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi Intervensi 1). Diskusikan cara yang digunakan klien -klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya: 1). Diskkusikan cara baru mengontrol halusinasi -klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya 1). Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya -klien mengikuti terapi aktivitas kelompok 1). Beri kesempatan klien untuk memilih cara mengontrol halusinasi 2). Pantau pelaksanaan cara yang dipilih jika berhasil beri pujian 3). Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok 4). Buat kontrak yang jelas untuk pertamuan( waktu, tempat, dan topik) -Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda gejala, prosos terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi 1). Diskusikan dengan keluarga 2). Diskusikan klien tentang manfaat dan erugian jika tidak minum obat , nama, warna, dosis, cara, efek, terapi dan efek samping pengobatan -klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar 1). Pantau kllien saat minum obat -klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 1). Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar 2). Diskusikan akibat berhenti minum obot tanpa konsultasi 3). Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter jika ingin berhenti minum obat BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian pengkajian dilakukan pada tanggal 8 November 2010 dengan nama klien Tn. Y berusia 40 tahun. Klien masuk pada tanggal 22 September 2010 No. RM 00.08.08 di ruang nuri. Klien dibawa kerumah sakit dengan alasan, klien selalu marah-marah tanpa sebab, bicara ngawur, gelisah, mengamuk, dan hampir memukul keluarga. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, riwayat pengobatan sebelumnya kurang berhasil dikarenakan klien putus obat lebih kurang 3 bulan. Klien merupakn anak ke- 6 dari 9 bersaudara. klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah kepala dan bagian yang tidak disukai adalah tangan kiri karena pernah patah dan klien menyadari bahwa dia seorang laki-laki yang bekerja sebagai tukang perabot. Orang yang paling berarti bagi klien adalah ibu, bapak dan keluarga. Klien mengetahui agama yang dianut nya, dan selama dirumah sakit klien melakukan kegiatan ibadah yaitu shalat. Dari observasi yang didapat kelompok, ditemikan data; penampilan rapi dan sesuai dengan cara penggunaan nya. Saat diajak berkomunikasi atau wawancara, pembicaraan klien selalu berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya. Klien tampak lesu, gelisah dan terkadang bolak-balik, klien mengatakan sedih karena klien merasa terlalu lama di RSJ.selama interaksi klien sangat kooperatif , terkadang klien selalu memulai pembicaraan terlebih dahulu, kontak mata (+), akan tetapi klien sering tidak nyambung antara pertanyaan dengan jawaban. Klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang lain, suara itu sering terdengar saat klien sendirian dan pada sore hari sangat sering, gejala yang tampak klien ingin marah-marah. Obsesi, klien menyatakan ingin berjaya dalam hidup dan ingin mencari istri yang sakinah. Orientasi orang, tempat dan waktu baik, karena klien mengetahui tempat ia berada sekarang waktu dan orang-orang disekitarnya. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu mengingat masa lalu dan waktu saat ini, klien mudah teralih saat diberi pertanyaan, klien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain dengan penjelasan yang benar dan klien menyatakan bahwa ia masuk ke RSJ karena ada jin, jin yang menggaunya sehiangga ia marah-marah. Untuk memenuhi kebutuhan klien, sudah mampu untuk memenuhinya seperti kebutuhan makan, keaamanan, perawatan kesehatan, pakaian, dan tempat tinggal. Didalam kehidupan sehari-hari klien mampu untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, makan, BAB/BAK seta ganti pakaian. Klien mengatakan Selama di rumah sakit, nfsu makan meningkay sehingga berat badan meningkat. Klien mengatakan tidak ada masalah pada tidurnya. Klien menyatakan puas dengan pekerjaannya sebagai pembuat alat-alat perabot karena termasuk hoby nya, klien mempunyai koping yang adaptif yaitu jika ada masalah maka klien mengerjakan salat, terpi yang didapat adalah stelazin 5 mg, THP/ TRihexypenidil, CPZ/Clorpromazine B. Data Fokus Tn.Y (40tahun) dirawat di rumah sakit jiwa Tampan Pekanbaru di ruang nuri dengan diagnosa medis perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruh untuk memukul orang dengan palu, suara itu sering pada sore hari dan saat sendirian, klien mengatakan marah saat mendengar suara-suara, kien mengatakan pernah memukul orang dengan palu dan memukul orang yang kerja ditempat nya, suara klien keras saat marah dan tatapan mata nya tajam saat marah. Klien mengatakan bercerai dengan istrinya dan terlalu lama di RSJ dan klien tampak sedih, klien tampak marah tanpa sebab. Dari hasil observasi kelompok didapatkan klien terlihat berbicara sendiri, mondar- mandir, dan tampak menutup telinga, klien membanting kasur, klien tampak menyendiri. Sedangkan data tambahan dari catatan keperawatan melalui status klien, klien pernah memukul orang dengan palu No Data Fokus Diagnosa 1 DS: -klien menataka n Ganggua n persepsi sensori: halusinasi mendeng ar suara yang menyuru h pukul orang dengan palu, suara itu muncul pada sore hari dan saat sendirian dan marah saat mendeng ar suara itu DO: -klien tampak marah tanpa sebab - klien terlihat berbicara sendiri -pasien tampak mondar- pendenga ran mandir -klien tampak menutup telinga 2 Faktor risiko DS: -klien mengatak an pernah memukul orang dengan palu -klien mengatak an memukul orang yang kerja ditempat nya DO: -dari status yang di lihat alasan masuk klien, klien Risiko mencider ai diri sendiri,or ang lain dan lingkunga n memukul orang dengan palu -selama dinas di Nuri, kelompo k tidak pernah melihat pasien memukil temannya -klien marah tanpa sebab -klien tampak membant ing kasur 3 4 DS: -klien mengatak an sudah cerai dengan istrinya karena ps masuk RSJ -klien Ganggua n konsep diri: HDR Isolasi sosial : menarik diri mengatak an terlalu lama di RSJ DO: -klien tampak sedih jika ditanya tentang rumah tanggany a -klien tanpak menyend iri -klien sudah tidak ada istri lagi DS: -pasien mengatak an teman- temannya gila sehingga malas bergaul dengan mereka - pasien mengatak an teman- temannya sering tidak nyambun g bila di ajak berbicara DO: -pasien terlihat sering duduk sendiri diatas tempat tidurnya -pasien terlihat memisah kan tempat tidurnya -pasien terlihat sering makan sendiri C. Pohon Masalah Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : HDR D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas (Nanda) Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengeran Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : HDR Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
E. Implementasi dan evaluasi Implementassi dilakukan dari tanggal 08 november s/d 16 november 2010. Pada tanggal 8 november 2010 jam 09.00 WIB telah dilakukan SP1 halusinasi: dengan hasil SP1 belum tercapai. Pada tanggal, 09 November 2010 pada jam 15.00 WIB dilakukukan SP 1 halusinasi yakni membina hubungan saling percaya, membantu mengenal halusinasi, serta mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik suara, dengan hasil SP 1 tercapai. Adapun hal yang tercapai dalm SP1 meliputi terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi. Pada tanggal 10 November 2010 kelompok kembali melakukan SP1 halusinasi pada jam 10.00 WIB yakni mengajarkan klien untuk menghardik suara, adapun hasil dari SP1 tercapai ditandai dengan klien dapat menghardik suara. Jadi, pelaksanaan SP1 halusinasi dapat tercapai dengan tiga kali interaksi dengan klien. Pada tanggal 11 November 2010 jam 09.45 WIB telah dilakukan SP 2 halusinasi dengan hasil SP 2 tercapai sebagian, yakni klien belum mau bercakap-cakap dengan orang. Pada tanggal 12 november 2010 dilakukan lagi SP 2 halusinasi pada jam 10.30 WIB dengan memodifikasi, mengajak klien untuk ngobrol dengan salah satu anggota kelompok. Hasil yang diperoleh dari SP 2 yakni klien sudah mampu untuk bercakap-cakap dengan perawat yang diruangan. Jadi sp2 halusinasi teratasi dengan dua kali interaksi. Pada tanggal 13 November 2010 telah dilakukan SP 3 halusinasi pada jam 09.00 WIB dengan hasil SP 3 tercapai sebahagian, adapun hal yang tercapai adalah klien melaksanakan kegiatan terjadwal yaitu sholat. Pada tanggal 15 November 2010 dilakukan lagi SP 3 halusinasi pada jam 10.00 WIB dengan hasil SP 3 tercapai, adapun hal yang tercapai adalah kegiatan terjadwal klien bertambah dari bangun sampai klien tidur lagi seperti membersihkan tempat tidur, mandi, dan sholat, jadi SP 3 tercapai dengan dua kali interaksi. Pada tanggal 16 november 2010 telah dilaksanakan SP 4 halusinasi dengan hasil tercapai. Adapun hal yang tercapai yakni klien tahu jenis, fungsi, efek tidak minum obat serta penggunaan obat yang benar, jadi SP 4 tercapai dengan satu kali interaksi. BAB IV PEMBAHASAN Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi di Ruang Nuri RSJ Tampn Pekan Baru mulai dari tanggal 08 November s/d 16 November 2010 kelompok menemukan kesenjangan-senjangan antara konsep tioritis dengan stadi dilapangan yang dilakukan oleh kelompok maka dari itu kelompok akan membahas kesenjangan tersebut. Adapun kesenjangan-senjangan tersebut adalah sebagai berikut: A. Pengkajian Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pormat pengkajian perawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan medis ditemukan kesenjangan antara data-data teorits dengan apa yang didapat dengan kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui wawancara dengan klien, obsevasi dan dari pendokumentasian keperawatan diruangan, sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut dikarenakan selama proses pengkajian keluarga klien belum ada menjunguk klien. Menurut data teoritis secara umum dari faktor predisposisi diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor pisikologis, biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi dan waawacara yang dilakukan kelompok terhadap klien tidak ditemukan adanya faktor genetik yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota keluarga klien tidak ada mengalami skizofrenia. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan teoritis dengan diagnosa yang muncul ditinjauan kasus terdapat perbadaan dan kesenjangan. Adapun masing-masing diagnosa yang muncul sebagai berikut: 1. Diagnosa teoritis Perubahan persepsi sensori: halusinasi Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Isolasi sosial: menarik diri Gangguan konsep diri: HDR Defisit perawatan diri Intoleran aktifitas 2. Diagnosa tinjauan kasus Perubahan persepsi sensori: halusinasi Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Isolasi sosial: menarik diri Gangguan konsep diri: HDR Dalam tinjauan kasus terdapat 2 diagnosa yang tidak muncul pada diagnosa teoritis. Hal ini disebabkan pada tinjauan kasus ditemukan dari hasil observasi yakni klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. C. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang ditetapkan dari empat diagnosa yang diangkat hanya dilaksanakan satu diagnosa keperawatan, hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan klien pun pulang untuk melakukan askep. Adapun diagnosa yang kelompok laksanakan adalah gangguan persepsi senaori ; halusinasi pendengaran yang perencanaan tindakannya dilaksanakan mulai dari tanggal 08 november 2010 s/d 16 November 2010 dapat dilaksanakan dengan baik oleh kelompok, dan klien saat diajarkan dihadapan perawat pada waktu interaksi. Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan melalui SP ddengan SP I dilaksanakan selama 3 kali interaksi, SP II dilaksanakan selama 2 kali interaksi, SP III dilaksanakan selama 2 kali interaksi, SP IV dilaksanakan selama 1 kali interaksi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya klien masih memnutuhkan bimbingan dari perawat. D. Evaluasi Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yang setiap kali berinterksi menggunakan analisis SOAP (Subjektif, Objaktif, Analisa, Planing ). Semua tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dibahas oleh kelompok melalui strategi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Hal ini didukung karena sudah terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khusus nya pada klien halusinasi, maka dapatdi ambil ksimpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pngkajian teoritis maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien. 2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP. 3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal. 4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi klien tidak teratasi semua sesuai dengan masalah klien. B. SARAN 1. Mahasiswa. Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-tahapan dari protap dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik diakademik maupun dilapangan praktek. 2.keluarga. Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan gangguan persepsi sensori:halusinasi pendengaran dirumah. 3. ruang rawat inap meningkatkan perlatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat meningkatkan proses penyembuhan kllien. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen kesehatan, 2007 di kutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi- penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010 Hawari,2001 dikutif dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi diambil tanggal 04 november 2010 Isaacs,2002 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi diambil tanggal 04 november 2010 Keliat,2006 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi di ambil tanggal 04 november 2010 Keliat, budi anna.(2006) proses keperawatan kesehatan jiwa.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC Maramis, 2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan- trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010 Menkes,2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan- trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010 Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Praktek Keperawatan Jiwa Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau. Marlyyn E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri editor bahasa indonesia, Monica ester. Jakarta: EGC 2006 ASKEP HALUSINASI PENDENGARAN CONTOH ASKEP HALUSINASI PENDENGARAN Pengkajian 1. Pengumpulan data a. Identitas klien Nama : Nn. (S) Jenis kelamin : Perempuan Umur : 40 tahun Agama : Islam Alamat : Kupang Krajan Gg. I /41-A Surabaya Suku /bangsa : Jawa / Indonesia Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa Status perkawinan : Belum kawin Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : Kelas IV SD Ruang rawat : Ruang E Rekam Medik : 00-08.97 Tanggal masuk : 19 Maret 2001 Tanggal pengkajian : 20 Maret 2001 b. Riwayat penyakit sekarang 1) Keluhan utama Klien mengatakan sedang berbicara dengan teman laki-lakinya yang telah meninggal. 2) Analisa keluhan utama Menurut ibu angkat klien yang merupakan kakak klien perempuan yang nomor tiga, saat sakitnya kambuh dirumah klien sering bicara dan tertawa sendiri sambil tiduran atau duduk menyendiri, kadang-kadang klien tampak sedih dan tiba-tiba menangis bila ditanya ada apa klien tidak menjawab hanya diam saja. Klien juga suka mengganggu tetangganya dan orang lain yang lewat didepannya sambil marah-marah dan terkadang berusaha untuk memegang orang tersebut. Klien di rumah juga sering merusak dengan melempari barang- barang dirumah. Hal ini berlangsung selama 5 hari sebelum klien masuk rumah sakit. Saat klien sendiri ditanya mengapa ia disini, klien menjawab bahwa klien tidak tahu mengapa klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dn klien hanya tahu bahwa ia disini menurut penjelasan ibu klien kepada klien adalah karena klien sakit dan marah-marah, lalu klien menangis dan mengatakan bahwa ia ingin pulang saja dan tak ingin disini. Menurut ibu klien, klien kambuh setelah tidak lagi mau minum obat. c. Riwayat penyakit dahulu Menurut ibu klien, klien sudah yang ke-12 kali ini dirawat di RSJ. Menur, klien mengalami gangguan jiwa seperti sekarang ini sejak usia 15 tahun, semenjak ayah kandung klien meninggal, lalu 1 bulan kemudian klien terlihat sering ngomong sendiri dan tertawa sendiri terkadang disertai marah-marah sambil melempar barang-barang yang ada dirumah dan tiba-tiba klien diam menyendiri sambil menangis. Kemudian kakak klien yang nomor III (ibu angkat) memeriksakan klien ke RSJ. Menur dan sampai disana klien harus rawat inap. Setelah 3 minggu klien pulang dari RSJ dan tetap kontrol tiap minggunya. Setelah dirumah dan bila sudah merasa baikan klien selalu menolak untuk minum obat meski sudah dipaksa sehingga penyakitnya kambuh lagi dan masuk rumah sakit lagi, begitu seterusnya sampai klien masuk rumah sakit sebanyak 12 kali. d. Riwayat penyakit keluarga Dalam keluarga klien, menurut ibu klien ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa seperti klien, yaitu adik perempuan kakek klien yang nomor 7 tetapi sudah meninggal dan kakak kandung klien laki-laki nomor 1 tetapi juga sudah meninggal. Klien adalah anak nomor 8 dari 9 bersaudara, saat ini klien tinggal bersama kakak klien yang nomor 3 yang dianggap klien sebagai ibu angkat klien, karena sejak kecil klien berpisah dengan ibu kandungnya yang saat ini tetap tinggal di Nganjuk tempat tinggal asal klien. Interaksi klien dengan keluarganya cukup baik menurut ibu angkat klien, klien sudah dianggap seperti anak sendiri, apalagi orang tua angkat klien tidak mempunyai anak kandung.
Genogram; Keterangan : : laki laki : klien : adik kakek klien yang nomor 3 yang menderita gangguan jiwa : meninggal dunia : tinggal serumah dengan klien : Perempuan : kawin : saudara laki-laki klien yang menderita skizofrenia hebefrenik : tinggal serumah dengan klien e. Pola- pola fungsi keseha tan 1 ) Pola persep si dan tata laksana hidup sehat Menurut ibu klien sebelum sakit, klien kadang-kadang merokok, tidak menggunakan obat-obat terlarang kecuali dari rumah sakit. Klien juga tidak pernah olahraga. Setelah sakit dan masuk rumah sakit, klien kadang-kadang mengikuti terapi olahraga selama + 2 jam, tetapi sebelum acara terapi selesai, bila merasa lelah klien istirahat dan duduk-duduk, klien tidak merokok dan minum obat yang diberikan oleh rumah sakit. 2) Pola nutrisi dan metabolisme Menurut keterangan ibu klien, sebelum sakit klien makan teratur 3 kali sehari nasi putih, lauk pauk seadanya, minum air putih 5 6 gelas sehari, tidak ada kesulitan makan, klien tidak pernah merasa mual dan muntah, BB : 68 kg, TB : 156 cm. Setelah sakit, klien mau makan meskipun sebelumnya harus dibujuk dulu dan makan selalu habis terutama bila ada yang menemani sewaktu makan baik oleh perawat atau klien lain. Menu nasi putih, lauk pauk (daging, tahu, tempe, telur), sayuran dan buah-buahan (pisang atau pepaya). Pukul 10.00 klien mandapat snack berupa kacang ijo, roti atau kolak pisang, klien makan sendiri tanpa disuapi, makanan disiapkan oleh petugas, tidak
ada keluhan mual, kesulitan menelan dan muntah. Setelah makan klien tidak mau mencuci alat makannya sendiri. 3) Pola eliminasi Sebelum sakit menurut ibu klien, klien buang air besar 2 hari sekali. Buang air kecil 4 5 kali sehari, tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil klien selalu membersihkan tempat ia buang air dan tubuhnya. Klien juga tidak pernah ngompol. Saat sakit klien buang air besar dan buang air kecil sendiri tanpa bantuan perawat atau orang lain. Klien selalu membersihkan tempat ia buang air dan tubuhnya. Frekuensi buang air besar 2 hari sekali dan tidak ada kesulitan buang air besar. Begitu juga saat buang air kecil 5-6 kali sehari tanpa kesulitan. 4) Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit, klien menyatakan pernah bekerja di pabrik tapi itu sudah 3 tahun yang lalu, setelah tidak bekerja lagi ia dirumah membantu ibunya bersih-bersih rumah, kadang-kadang ia juga bermain-main dengan keponakannya. Saat sakit klien mau bila disuruh perawat atau petugas lain untuk bersih-bersih tapi klien lebih suka disuruh membersihkan kaca atau merapikan tempat tidurnya klien juga mau bila diajak terapi olahraga, meskipun ditempat terapi klien hanya duduk-duduk saja, diwaktu senggangnya klien lebih suka tiduran, duduk menyendiri di depan ruangan. 5) Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit menurut penjelasan ibu klien biasanya pukul 20.00 06.00, tidur siang kadang-kadang. Klien tidak pernah terbangun atau jalan- jalan sambil tidur di malam hari. Saat sakit, menurut perawat ruangan klien tidur mulai pukul 20.00 06.00, saat belum tidur tapi sudah tiduran di tempat tidur dan sudah mengatakan bahwa ia mengantuk klien masih saja bicara dan tertawa sendiri, itu juga terjadi saat klien akan tidur siang. Hal tersebut berlangsung + 15 20 menit setelah itu klien tertidur. 6) Pola konsep diri. Sebelum sakit, menurut ibunya klien menyadari bahwa dirinya sebagai anak dalam keluarga tersebut, jadi klien mau bila disuruh membantu ibunya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Tetangga dan anggota keluarga yang lain memperlakukan klien dengan baik meskipun klien berperilaku kadang-kadang seperti anak kecil. Saat sakit menurut klien meskipun ia gemuk ia tidak merasa malu, harapan klien saat ini adalah bahwa dia ingin segera pulang karena ia kangen ibunya. Klien hanya mau bila disuruh untuk membantu merapikan tempat tidurnya dan membersihkan kaca karena menurut klien bila dirumah ia sering melakukan pekerjaan tersebut. 7) Pola sensori Saat sakit, daya penciuman klien baik, ini dibuktikan klien menyatakan bahwa bau bunga melati harum saat ia sedang memetik bunga tersebut. Daya pendengaran juga baik, daya rasa baik karena klien bisa menyatakan bila masakannya asin atau tidak ada rasanya (hambar). Daya raba, klien merasa kesakitan saat dicubit. Daya penglihatan tidak baik karena klien manyatakan tidak begitu jelas bila melihat wajah orang lain dari jarak jauh. 8) Pola reproduksi seksual Klien sadar sebagai perempuan, klien masih mau berdandan meskipun kurang baik cara berdandannya misalnya mau memakai lipstik meski blepotan. Menurut ibu klien, klien menstruasi umur 14 tahun dan klien belum menikah. 9) Pola hubungan sosial Sebelum sakit, klien lebih senang berteman dan bermain dengan anak kecil. Klien orangnya memang pendiam apalagi terhadap orang yang belum pernah dikenal. Klien di rumah lebih dekat ibunya dan bila punya keinginan lebih suka disampaikan kepada ibunya. Saat ditanya siapa orang yang paling klien sayangi, klien menjawab Ibu. Saat sakit, klien jarang berbicara atau berkumpul dan berbincang- bincang dengan perawat dan klien lain. Bila tidak diajak bicara dulu, klien cenderung diam dan menyendiri, bila diajak bicara atau ditanya klien mau menjawab dengan jawaban singkat dan kembali diam. Bila telah menjawab pertanyaan tersebut klien tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya. Bila diajak terapi olahraga klien menolak dengan menggelengkan kepala. 10) Pola penanggulangan stress Sebelum sakit, klien selalu mengadu kepada ibunya bila ia sehabis bertengkar atau bila diolok-olok orang lain atau temannya, klien mengadu sambil menangis. Tetapi bila sudah dinasehati dan dijelaskan klien berhenti menangis dan kembali bermain-main. Saat sakit, bila klien tiba-tiba menangis dan ditanya penulis mengapa klien menangis, klien menjawab tidak tahu sambil menggelengkan kepalanya. 11) Pola kepercayaan beragama Berdasarkan penuturan ibu dan klien sendiri sebelum sakit, klien masih sering mengikuti pengajian dan shalat berjamaah di masjid. Saat sakit, bila waktunya shalat klien selalu ingat dan selalu bertanya apakah sudah tiba waktunya shalat, lalu klien berwudhu dan memakai mukena, lalu shalat dengan jumlah rakaat yang tidak tentu serta biasanya sebelum shalat selesai klien sudah membuka mukenanya lalu mengakhiri shalatnya. f. Status mental 1) Penampilan Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, tidak pernah disisir, mandi satu kali dalam 2 hari ini tanpa sabun, setelah mandi klien selalu terbalik cara memakai bajunya, bagian depan selalu dibelakang. 2) Pembicaraan Klien pendiam dan tidak pernah bicara bila tidak diajak bicara dahulu, suara pelan dan lambat bicaranya. Bila ditanya tidak langsung menjawab, diam dulu setelah beberapa saat baru menjawab dengan jawaban yang singkat. Klien juga sering tidak mau untuk menjawab pertanyaan dengan menggelengkan kepala. 3) Aktivitas motorik Gerak tubuh klien lambat dan tampak lesu. Bila diajak untuk membantu bersih-bersih klien bersedia membantu tetapi bila ia hanya ingin merapikan tempat tidur maka klien tidak mau membantu pekerjaan yang lain dan sebelum tugas selesai klien biasanya duduk-duduk dan bila ditanya mengapa berhenti, dia menjawab karena ia sudah merasa lelah. 4) Alam perasaan Klien terlihat sedih dan terkadang ketakutan dan tiba-tiba menangis. Bila ditanya mengapa, ia cuma diam sambil menggelengkan kepalanya. 5) Afek Emosi klien labil, tanpa ada sebab tiba-tiba klien menangis dan tampak sedih lalu diam sambil menundukkan kepala. 6) Interaksi selama wawancara Klien tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya, klien lebih senang menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya selama diajak berbicara, klien tampak malu bila diajak bicara. 7) Persepsi Klien bicara dan tertawa sendiri sambil memainkan tangannya seolah-olah sedang menerangkan sesuatu, bila ditanya dengan siapa ia berbicara, klien menjawab bahwa ia bicara dengan teman laki-lakinya yang sudah meninggal. Bila ditanya siapa nama temannya itu dia menjawab tidak tahu, klien hanya mengatakan bahwa temannya itu adalah teman lamanya, saat ditanya apa yang sedang dibicarakan klien menjawab bahwa temannya tersebut menceritakan sesuatu yang lucu dan cerita tersebut tidak boleh diceritakan kepada siapa-siapa (halusinasi dengar). 8) Proses pikir a) Arus pikiran Klien bila akan menjawab pertanyaan terdiam dulu, seolah-olah sedang merenung lalu mulai menjawab, jawaban belum selesai diutarakan klien diam lagi lalu meneruskan jawabannya dengan singkat (blocking). b) Bentuk pikiran Klien lebih sering diam dan larut dalam halusinasinya dengan menyendiri dan bicara serta tertawa sendiri (otistik). c) Isi pikiran Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Saat diajak untuk duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan klien yang lain, klien menolak dengan menggelengkan kepala (isolasi sosial). 9) Tingkat kesadaran Orientasi tempat, waktu dan orang jelas saat ditanya dimana klien sekaramg, sekarang siang atau malam dan menyebutkan siapa nama orang yang ditunjuk oleh penanya apalagi orang yang dimaksud sudah pernah dikenal klien cukup lama misal : ayah dan ibu klien, klien dapat menjawab dengan benar. 10) Memori Klien dapat mengingat dengan baik siapa nama ibu kandungnya, kapan pertama kali ia disini, meskipun untuk menjawabnya klien terdiam dulu setelah ditanya seolah-olah sedang berusaha mengingat-ingat baru manjawab. Tapi ingatan jangka pendek klien jelek, karena klien tidak bisa menjawab siapa nama penulis meskipun baru saja berkenalan dan berkali- kali diberitahu nama penulis. 11) Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien mampu berhitung 1-10 dan mampu menjawab soal-soal penjumlahan sederhana meskipun menghitungnya dalam waktu yang lama dan terkadang jawabannya salah tapi klien mampu menjawab ulang dengan jawaban yang benar. 12) Kemampuan penilaian Saat tiba waktunya makan, bila sebelumnya klien belum mandi, jika disuruh memilih mandi dulu baru makan atau makan (sarapan) dulu mandinya nanti saja, klien memilih mandi dahulu tanpa perawat menjelaskan pilihan mana yang harus dipilih dulu. 13) Daya tilik diri Saat ditanya mengapa klien disini, klien menjawab bahwa ia disini karena ia sakit jiwanya. Apa mbak merasa bahwa mbak sakit dan pernah marah-marah ?, klien menjawab Tidak tahu, tapi kata ibu saya, saya sakit jiwa dan saya katanya dibawa kesini biar sembuh. Klien tidak mengingkari penyakitnya. g. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, panjang sebahu, tipis warna hitam, agak keriting, bentuk kepala normal, tidak ada nyeri kepala, wajah kusam, nafas berbau, gigi kotor, suara serak dan pelan, postur tubuh gemuk. 2) Sistem integumen Kulit kuning langsat, turgor kulit baik tidak ada oedema, kuku tampak kotor dan panjang-panjang, rambut acak-acakan. 3) Sistem pernafasan RR : 20 kali per menit tidak ada sesak nafas, pergerakan pernafasan simetris. 4) Sistem kardiovaskular Denyut nadi 88 kali per menit, tekanan darah 130/80 mmHg akral hangat. 5) Sistem persarafan Suhu tubuh : 37 6
o C, tidak demam, klien tidak tampak gelisah, klien tidak mengalami kelumpuhan pada extremitasnya. 6) Sistem gastrointestinal dan Urologi Klien defekasi 2 hari sekali tidak ada kesulitan defekasi, tidak penah mengalami nyeri perut, miksi 5 6 kali perhari, tidak pernah ngompol. 7) Sistem muskuloskeletal Tidak ada nyeri gerak, tidak ada kelainan tulang belakang dan tidak ada cedera pada ekstremitas atau anggota tubuh yang lain. 2. Analisa data a. Tanggal 20 Maret 2001 1) Data subyektif Klien mengatakan bahwa ia sedang berbicara dengan teman laki-lakinya dan temannya tersebut sedang menceritakan sesuatu yang lucu dan cerita tersebut tidak boleh diceritakan kepada siapa-siapa 2) Data obyektif a) Klien bila akan menjawab pertanyaan terdiam seolah-olah sedang merenung lalu mulai menjawab, jawaban belum selesai diutarakan klien diam lagi lalu meneruskan jawabannya dengan singkat. b) Klien sering bicara dan tertawa sendiri dengan suara pelan dengan memainkan tangannya seolah-olah sedang menerangkan sesuatu sambil duduk menyendiri didepan ruangan atau tiduran diatas tempat tidur. c) Klien tiba-tiba terlihat sedih, ketakutan dan menangis tanpa suatu sebab. 3) Masalah Halusinasi dengar 4) Kemungkinan penyebab Menarik diri b. Tanggal 20 Maret 2001 1) Data subyektif a) Klien menolak bila diajak terapi olahraga dengan menggelengkan kepala. b) Klien tidak mau bicara bila tidak diajak bicara dahulu. 2) Data obyektif a) Klien lebih sering menyendiri daripada berkumpul dan berbincang-bincang dengan perawat atau klien lainnya. b) Klien tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicara (menundukkan kepala). c) Suara klien pelan dan lambat bicaranya. d) Klien tiba-tiba sedih, menangis dan terlihat ketakutan. 3) Masalah Isolasi sosial 4) Kemungkinan penyebab Hubungan interpersonal c. Tanggal 20 Maret 2001 1) Data subyektif a) Ibu klien menyatakan bahwa klien sudah 3 hari selama di rumah tidak mau mandi sendiri ataupun dimandikan ibunya. b) Klien menyatakan selama di rumah sakit baru mandi 1 kali tanpa sabun. c) Klien mau membantu bersih-bersih tapi sebelum tugas selesai klien duduk- duduk dengan alasan karena merasa lelah. d) Klien lebih suka menyendiri dan tiduran di tempat tidur. 2) Data obyektif a) Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan / tidak disisir. b) Cara berpakaian klien terbalik. 3) Masalah Perawatan diri : kebersihan diri kurang 4) Kemungkinan penyebab Penurunan kemauan Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan analisa data, selanjutnya dilakukan perumusan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan sebagai berikut : 1. Perubahan persepsi sensori : halusianasi dengar berhubungan dengan menarik diri, ditandai dengan klien sering tertawa dan bicara sendiri tanpa ada orang lain yang mengajak bicara dan bergurau. 2. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan hubungan interpersonal, ditandai dengan klien lebih sering menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. 3. Perawatan diri: kebersihan diri kurang berhubungan dengan penurunan kemauan, ditandai dengan penampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakan dan tidak pernah tuntas dalam menyelesaikan tugas. Perencanaan Berdasarkan diagnosa diatas, maka rencana tindakan keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Diagnosa I (tanggal 20 Maret 2001) Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri ditandai dengan klien sering tertawa dan bicara sendiri. a. Tujuan : Klien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi dalam waktu 1 minggu. b. Kriteria hasil : 1) Klien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrim. 2) Klien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutuskan ansietas tersebut. c. Rencana tindakan 1) Observasi klien dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam di tengah-tengah pembicaraan). Rasional: Intervensi awal dan mencegah respon agresif yang diperintah dari halusinasinya. 2) Sikap menerima dan mendorong klien untuk menceritakan isi halusinasinya dengan perawat. Rasional: Intervensi awal dan mencegah respon agresif yang diperintah dari halusinasinya. 3) Jangan dukung halusinasi. Biarkan klien tahu bahwa anda tidak sedang membagikan persepsi anda. Rasional: Perawat harus jujur kepada klien sehingga klien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata. 4) Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinasi dengan waktu meningkatnya ansietas. Bantu klien untuk mengerti hubungan ini. Rasional: Jika klien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah. 5) Coba untuk mengalihkan klien dari halusinasinya dengan mengikuti kegiatan interpersonal. Rasional: Keterlibatan klien dalam kegiatan interpersonal dan penjelasan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong klien untuk kembali pada realita. 2. Diagnosa II (tanggal 20 Maret 2001) Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan hubungan interpersonal ditandai dengan klien lebih sering menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. a. Tujuan : Klien dapat segera sukarela meluangkan waktu bersama klien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap dalam waktu kurang dari 1 minggu. b. Kriteria hasil : 1) Klien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain. 2) Klien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh. 3) Klien dapat melaksanakan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai atau dapat diterima. c. Rencana tindakan 1) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat. Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri klien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain. 2) Perlihatkan penguatan positif kepada klien. Rasional : Hal ini akan membuat klien merasa menjadi seseorang yang berguna. 3) Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk klien. Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada klien. 4) Berikan obat antipsikosa sesuai program pengobatan klien. Pantau keefektifan dan efek samping obat. Rasional : Obat-obat antipsikosa menolong untuk menurunkan gejala psikosis pada seseorang dengan demikian memudahkan interaksi dengan orang lain. 5) Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh klien berinteraksi dengan orang lain. Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri klien ddan mendorong terjadinya pengulangan perilaku tersebut. 3. Diagnosa III (tanggal 20 Maret 2001) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemauan ditandai dengan klien sudah 3 hari ini belum mandi, penampilan tidak rapi. a. Tujuan : Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya dalam waktu kurang dari 1 minggu. b. Kriteria hasil : 1) Klien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian, merawat dirinya tanpa bantuan. 2) Klien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari. Rencana tindakan 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuannya, seperti kemampuan klien dalam menjaga kebersihan tubuh. Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri. 2) Berikan bantuan saat klien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan. Rasional : Kenyamanan dan keamanan klien merupakan prioritas dalam keperawatan. 3) Berikan pujian atas kemampuan klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang diharapkan. 4) Perlihatkan klien secara konkrit, bagaimana melakukan kegiatan yang menurut klien sulit untuk dilakukannya. Rasional : Karena berlaku pikiran konkret, penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata. Implementasi Pelaksanaan rencana keperawatan tersebut diatas disusun sebagai berikut : Diagnosa I a. Tanggal 20 Maret 2001 Menyapa klien dengan ramah (pukul 07.15) Menjelaskan kepada klien maksud dari perawat mengadakan pertemuan ini adalah untuk membantu klien dalam mengatasi masalah klien (pukul 08.00). Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan klien mengapa klien lebih senang duduk dan menyendiri daripada duduk menonton televisi bersama teman-teman yang lain (pukul 08.45). Memuji klien atas kemampuan dan kemauannya mengungkapkan perasaannya (pukul 08.45). Membina hubungan saling percaya dengan orang tua klien memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan ( pukul 11.00 ). Mendiskusikan dengan keluarga klien tentang penyebab halusinasi antara lain kurang percaya diri, harga diri rendah, kurang dukungan keluarga dan karena kekambuhan akibat kurang teratur minum obat (pukul 11.15). b. Tanggal 21 Maret 2001 1) Mengucapkan salam pada klien dan menanyakan kondisinya hari ini (pukul 07.20) 2) Mengajak klien untuk menyapu dan mengepel serta membersihkan tempat tidur (pukul 07.30) 3) Menemani klien jalan-jalan ke sekeliling rumah sakit sambil mengajak klien ngobrol (pukul 08.30) 4) Mengajak klien untuk mengikuti terapi kerja (pukul 09.30) 5) Saat klien mulai ngomong dan tertawa sendiri, perawat segera mengalihkan perhatian klien dengan mengajak klien bicara tentang segala aktivitas klien beserta keluarganya sehari-hari (pukul 11.00). c. Tanggal 22 Maret 2001 1) Mengucapkan salam pada klien dan menanyakan kondisi klien hari ini (pukul 07.00) 2) Mengajak klien untuk mengikuti terapi musik (pukul 09.00) 3) Memuji klien atas peran sertanya mengikuti terapi musik (pukul 11.45) 4) Mengajak klien beserta klien lainnya mengambil makan siang (pukul 12.15) 5) Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah dirinya seharian mengikuti kegiatan bersama teman-temannya (pukul 12.30). 6) Memuji dan mengucapkan terima kasih atas apa yang klien lakukan hari ini (pukul 12.40). d. Tanggal 23 Maret 2001 1) Mengucapkan salam kepada klien dan menanyakan kondisi klien hari ini (pukul 07.15). 2) Berkomunikasi dengan klien dengan dengan penuh perhatian dan empati (pukul 08.00). 3) Mendengarkan segala ungkapan perasaan klien dan mengenalkan kenyataan dengan menanyakan bagaimana kondisi di rumah sakit tersebut mnyenangkan atau tidak bagi klien (pukul 08.45) 4) Memuji klien atas kemauan dan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaannya (pukul 09.30). 5) Mengajak klien mengikuti terapi religius (pukul 12.00). 6) Memotivasi klien agar tidak larut dalam halusinasinya dengan tidak sering menyendiri, melakukan interaksi dan berbincang-bincang dengan klien lain atau perawat dan giat dalam kegiatan terapi baik musik, olahraga atau kerja dan religius (pukul 12.45). Diagnosa II a. Tanggal 20 Maret 2001 Mengajak klien berbincang-bincang dengan penuh perhatian dan empati apa yang diceritakan klien (pukul 08.00) Memuji klien saat klien mulai bercerita tentang hal-hal positif yang menyenangkan dan tentang kelebihan-kelebihan yang diungkapkan klien tentang dirinya (pukul 08.45). Memuji klien karena telah mau datang ke tempat terapi olahraga dan berpesan agar lain kali mau datang tanpa dipaksa (pukul 09.30). Memberitahukan kepada klien kapan ia harus minum obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazin 5 mg (pukul 11.30). Menunjukkan pada klien tempat dia harus mengambil makan siang, caranya dan mengajak klien lainnya untuk membantu klien (pukul 12.30). Menjelaskan kepada klien tentang manfaat bila sering mengikuti terapi kerja dan terapi yang lainnya yaitu kita bisa berbagi macam keterampilan, punya banyak teman (pukul 13.00). b. Tanggal 21 Maret 2001 1) Mengajak klien membersihkan kaca bersama klien lainnya dan perawat ruangan (pukul 07.30). 2) Menanyakan ke klien bagaimana perasaannya bila bekerja bersama-sama dengan teman-teman yang lain senang atau tidak (pukul 08.15). 3) Mengajak klien mengikuti terapi kerja dan mengajarkan cara menyulam dan membuat klien merasa betah ditempat tersebut bila klien bosan menyulam perawat mengajak klien melihat klien lain belajar terapi kerja lainnya (pukul 09.30). 4) Memberikan obat oral Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazin 5 mg dan menerangkan kerugian atau apa yang terjadi bila klien tidak teratur minum obat (pukul 11.30). 5) Mengajak klien bergabung dan berinteraksi dengan klien lainnya sambil mengambil menu makan siang dan mengamati perilaku klien selama berinteraksi (pukul 12.00). 6) Mengajak klien berbincang-bincang seputar bagaimana perasaan klien hari ini setelah berinteraksi dengan klien lainnya (pukul 12.35). c. Tanggal 22 Maret 2001 1) Menyapa klien dan menanyakan kondisinya hari ini (pukul 07.00). 2) Memuji klien akan apa yang dilakukan kemarin termasuk peran serta klien dalam kegiatan-kegiatan kemarin (pukul 07.30). 3) Mengajak klien untuk merapikan tempat tidur (pukul 07.35). 4) Mengajak klien mengikuti terapi musik (pukul 09.00). 5) Memberikan obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg (pukul 11.30). 6) Mengamati perilaku klien dalam berinteraksi dengan orang lain (pukul 12.00). d. Tanggal 23 Maret 2001 1) Mengajak klien mengobrol seputar kondisi dan perasaannya sekarang setelah tidak lagi suka menyendiri (pukul 08.30). 2) Menasehati dan memotivasi klien agar mengurangi kebiasaannya menyendiri dengan berkumpul, melihat televisi dan melakukan aktivitas lain bersama perawat atau klien lainnya (pukul 09.00) 3) Memuji dan memotivasi klien agar aktif dalam aktivitas di rumah sakit tersebut setiap harinya (pukul 09.30). 4) Memberikan obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg ke klien dan memberitahukan ke klien agar klien teratur dalam minum obat (pukul 11.30). Diagnosa III Tanggal 20 Maret 2001 Menanyakan kepada klien sudah mandi apa belum hari ini (pukul 07.00). Menanyakan ke klien mengapa ia tidak mau mandi apakah klien takut air ataukah karena malas (pukul 08.00). Mendiskusikan dengan klien pentingnya kebersihan diri bagi seseorang adalah untuk kesehatan dan kerapian agar bila terlihat bersih, rapi dan tidak berbau maka orang lain pasti suka bergaul dengan kita (pukul 08.30). Memuji klien karena klien sudah mau mandi dan ganti pakaian serta keramas dan merapikan rambut klien (pukul 09.30). Tanggal 21 Maret 2001 Memonitor kebersihan dan perawatan diri klien hari ini misalnya mandi, gosok gigi, ganti baju dan menyisir rambut (pukul 07.30). Mengajari klien cara menyisir dan berdandan serta menggunakan baju secara benar (pukul 07.40). Memuji kemampuan klien dalam merawat dirinya hari ini (pukul 08.30). Tanggal 22 Maret 2001 Memberikan pujian kepada klien karena pagi hari sudah terlihat bersih, rapi dan cantik (pukul 07.30). Mengajak klien untuk membersihkan kaca dan merapikan tempat tidur (pukul 07.35). Mengajak klien untuk mengikuti terapi musik (pukul 09.00). Memberikan pujian atas apa yang dilakukan klien pada hari ini (pukul 12.00). Evaluasi 1. Catatan perkembangan Diagnosa I 1) Tanggal 20 Maret 2001 S : klien menyatakan masih mendengar teman laki-lakinya mengajak bicara tentang sesuatu hal yang lucu - klien tidak mau menjawab dan hanya diam saja ketika ditanya mengapa tidak mau duduk dan berbincang-bincang dengan klien lainnya - keluarga klien mau bekerjasama dengan penulis untuk kesembuhan klien dan mulai menceritakan perihal diri klien hingga klien mengalami gangguan jiwa O : - klien bicara dan tertawa sendiri - klien duduk menyendiri di depan ruangan - klien bicara dengan suara pelan sendirian - klien terlihat sedih dan ketakutan lalu tiba-tiba menangis A : Masalah belum teratasi P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 3, 4, 5 tetap dilaksanakan 2) Tanggal 21 Maret 2001 S : klien menjawab salam yang diucapkan penulis dan menyatakan bahwa kondisinya baik-baik saja hari ini - klien menyatakan kesediaannya untuk membantu bersih-bersih tapi hanya membersihkan tempat tidur - klien mau saat diajak terapi kerja - saat klien mulai menyendiri, penulis berusaha untuk mengajak klien membicarakan aktivitas klien sehari-hari dirumah, klien tidak menolak dan mau bercerita sambil tersenyum O : klien tidak lagi bicara dan tertawa sendiri, klien juga masih sering menyendiri. - klien mau bercerita dengan ekspresi wajah ceria dan tidak bersedih - klien tidak menunjukkan sikap menghindari penulis saat diajak bicara A : Masalah teratasi sebagian P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 5 tetap dilaksanakan 3) Tanggal 22 Maret 2001 S : klien menjawab salam penulis sambil menghampiri penanya. - klien menyatakan keinginannya untuk menyumbangkan sebuah lagu (menyanyi) - klien menyatakan senang sekali perasaannya bisa ikut terapi musik dan menanyakan kepada penulis apakah besok ada kegiatan lagi seperti hari ini. Klien juga mengucapkan terima kasih atas pujian yang diberikan penulis O : - klien tidak terlihat menyendiri, bicara dan tertawa sendiri lagi. - klien tampak ceria dan bercanda penuh akrab dengan klien lainnya - klien tidak tampak sedih dan menangis lagi A : Masalah teratasi sebagian P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 5 tetap dilaksanakan 4) Tanggal 23 Maret 2001 S : klien menjawab salam penulis dan menyatakan bahwa kondisinya hari ini baik-baik saja - klien menyatakan bahwa sebenarnya ia tidak betah di rumah sakit jiwa ini tapi klien menyadari dia disini adalah untuk kesembuhannya sendiri dan klien ingin segera sembuh agar cepat pulang - klien juga menyatakan bahwa dirinya sudah dua hari ini sudah tidak mendengar suara-suara bisikan teman laki-lakinya yang sudah meninggal dulu O : - klien tidak tampak menyendiri dan bicara sendiri dan tampak tenang - klien mau ikut serta dalam kegiatan A : Masalah teratasi P : Rencana tindakan nomor 5 tetap dipertahankan Diagnosa II 1) Tanggal 20 Maret 2001 S : klien menyatakan tidak mau sambil menggelengkan kepala ketika penanya meminta kepada klien untuk bercerita tentang dirinya - klien tidak mau menjawab pertanyaan penanya dan hanya diam saja ketika ditanya mengapa menyendiri dan tidak mau berbincang-bincang dengan klien lainnya O : - klien terlihat sedih terkadang ketakutan dan jarang melakukan kontak mata dengan penanya - klien bila tiduran tidak langsung tidur melainkan bicara dan tertawa sendiri - klien lebih sering terlihat meringkuk di tempat tidur - klien minum obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg A : Masalah belum teratasi P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 3, 4, 5 tetap dilaksanakan 2) Tanggal 21 Maret 2001 S : klien menyatakan bersedia ketika diajak bersih ruangan - Klien menyatakan senang mengikuti kegiatan bersama teman-temannya sambil tersenyum lalu segera menundukkan kepalanya O : - Klien masih sering menundukkan kepala bila diajak bicara - Klien jarang berinteraksi dan berbincang-bincang dengan klien lain-nya serta masih sering menyendiri - Klien minum obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg A : Masalah belum teratasi P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 5 tetap dilaksanakan 3) Tanggal 22 Maret 2001 S : Klien mau menjawab salam penanya sambil tersenyum dan menghampiri penanya - Klien bersedia ketika diajak untuk membantu merapikan tempat tidur - Ketika diajak terapi musik klien bersedia dan ingin menyumbangkan sebuah lagu O : - Klien tampak ceria dan tidak terlihat ketakutan saat berinteraksi dengan teman-temannya - Klien minum obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg A : Masalah teratasi sebagian P : Rencana tindakan nomor 2, 3, 4, 5 tetap dipertahankan 4) Tanggal 23 Maret 2001 S : Klien menyatakan senang sekali punya banyak teman dan tidak merasa sedih lagi dan mengucapkan terima kasih atas pujian yang diberikan penanya O : - Klien terlihat lebih sering berinteraksi dengan klien lainnya - Klien minum obat oral yaitu Clorpromazine 100 mg dan Trifluoperazine 5 mg A : Masalah teratasi P : Rencana tindakan nomor 4 tetap dipertahankan Diagnosa III 1) Tanggal 20 Maret 2001 S : Klien menyatakan dirinya malas mandi tapi setelah dibujuk dan dinasehati klien akhirnya bersedia mandi. Klien mau diajak menyapu ruangan O : - Klien mandi cuma sebentar, keluar dari kamar mandi dalam keadaan basah tapi belum bersih tubuhnya. - Klien mau menyisir rambutnya dan memakai lipstik tapi belepotan A : Masalah belum sebagian P : Rencana tindakan nomor 1, 2, 3,4 tetap dilaksanakan 2) Tanggal 21 Maret 2001 S : Klien menyatakan belum mandi saat penanya datang tapi ia bersedia untuk segera mandi bila dibelikan sabun dan shampo O : - setelah keluar dari kamar mandi klien tampak segar dan mau menggunakan handuk sesudah mandi - Klien mampu berpakaian dengan benar denagn baju yang masih bersih - Klien menyisir rambut dan berdandan dengan bantuan penulis A : Masalah teratasi sebagian P : Rencana tindakan nomor 1, 2,3 tetap dilaksanakan 3) Tanggal 22 Maret 2001 S : - Klien menyatakan pagi ini sudah mandi dengan sabun sebelum penanya datang - Klien bersedia ketika dimintai tolong membantu penanya merapikan tempat tidur - Klien juga mengajak penanya mengikuti terapi musik O : - Klien tampak lebih rapi dan bersih - Klien mau mencuci piringnya sendiri sehabis makan A : Masalah teratasi P : Rencana tindakan dihentikan 2. Evaluasi Terakhir Evaluasi mulai tanggal 20 Maret 2001 sampai dengan 23 Maret 2001, hasil akhirnya sebagai berikut : a. Diagnosa I Pada tanggal 23 Maret 2001, klien sudah mampu mengungkapkan perasaannya dan tidak lagi menyendiri dan sudah tidak bicara dan tertawa sendiri. b. Diagnosa II Pada tanggal 23 Maret 2001, klien telah mampu melakukan hubungan interpersonal dan tidak lagi menyendiri. c. Diagnosa III Pada tanggal 22 Maret 2001, klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari (kebersihan diri) secara mandiri. PPNI Kesdam V/ Brawijaya Komisariat PPNI Menu Skip to content Home About ASKEP JIWA WAHAM ASKEP JIWA HALUSINASI DENGAR November 28, 2012 by Ns. Andy Armyanto,S.Kep HALUSINASI DENGAR
1. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar
II. PROSES TERJADINYA MASALAH A. Pengertian Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980). Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984). B. Tanda dan gejala Prilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut 1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. 3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. 4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara. C. Penyebab : Isolasi sosial menarik diri 1. Pengertian Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dan orang lain yang di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang. 1. Penyebab 1. a. Perkembangan Sentuhan,perhatian,kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri. b. Harga diri rendah 1. Tanda dan gejala Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain a. Aspek fisik 1) Penampilan diri kurang. 2) Tidur kurang. 3) Keberanian kurang. b. Aspek emosi 1) Bicara tidak jelas. 2) Merasa malu. 3) Mudah panik. c. Aspek sosial 1) Duduk menyendiri 2) Tampak melamun 3) Tidak peduli lingkungan 4) Menghindar dari orang lain d. Aspek intelektual 1) Merasa putus asa 2) Kurang percaya diri
D. Akibat Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri 1. Pengertian Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994) 2. Penyebab 1. Halusinasi 2. Delusi 3.Tanda dan gejala 1. Adanya peningkatan aktifitas motorik 2. Perilaku aktif ataupun destruktif 3. Agresif
III. POHON MASALAH
IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI A. Data Obyektif . Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini 1) Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara 2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll 3) Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara 4) Tidur kurang/terganggu 5) Penampilan diri kurang 6) Keberanian kurang 7) Bicara tidak jelas
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain 8) Merasa malu 9) Mudah panik 10) Duduk menyendiri. 11) Tampak melamun. 12) Tidak peduli lingkungan. 13) Menghindar dari orang lain. 14) Adanya peningkatan aktifitas motorik. 15) Perilaku aktif ataupun destruktif.
B. Data Subyektif Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar. 2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial : menarik diri.
VI. FOKUS INTERVENSI . 1. Diagnosa 1 . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan sensori : Halusinasi dengar . TUM : Klien tidak menciderai orang lain . TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil Ekspresi wajah bersahabat. - Menunjukan rasa senang. - Ada kontak mata atau mau jabat tangan. - Mau mrnyrbutkan nama. - Mau menyebut dan menjawab salam. - Mau duduk dan berdampingan dengan perawat. - Mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik. 1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal. 2. Perkenalkan diri dengan sopan. 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. 4. Jelaskan tujuan pertemuan. 5. Jujur dan menepati janji. 6. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya. 7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien. Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
TUK :2. Klien dapat mengenal halusinasi dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi. 3. Bantu klien mengenal halusinasinya. 1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar. 2) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak melihatnya. 3) Katakan bahwa klien lain juga yang seperti klien. 4) Katakan bahwa perawat siap membantu klien. 1. Diskusikan dengan klien 1) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi. 2) Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi. 1. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil : - Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. - Klien dapat menyebutkan cara baru. - Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi. - Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok. Intervensi: 1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi. 1. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. 2. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi. 1) Katakan saya tidak mau dengar kamu 2) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap. 3) Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 4) Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika klien melamun. Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien 1. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap. Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian halusinasi. 2. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 3. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita. Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien.
TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: - Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat - Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi Intervensi: 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi. Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang 1). Gejala halusinasi yang dialami klien. 2). Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk memutus halusinasi. 3). Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri. 4). Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn bantuan. Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi.
TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil : - Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping - Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat - Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi - Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat. Intervensi: 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. 2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya. 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat yang dirasakan. Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat. 1. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi. Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana. 1. Bantu klien menggunakan prinsip lama benar. Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot . Philadelphia .
2. Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta .
3. Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia .
4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
6. Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta.
About these ads Share this: Twitter Facebook1
Related ASKEP JIWA-ANSIETAS ASKEP - HIV/AIDS ASKEP JIWA - HARGA DIRI RENDAH Leave a comment Post navigation ASKEP JIWA-ANSIETAS ASKEP JIWA HARGA DIRI RENDAH Leave a Reply
Tentang Operator
Hesti Wira Sakti berharap menjadikan pasukan kesehatan di wilayah Kodam V/Brawijaya selalu siap sedia menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan yang handal,berani dan bertanggung jawab... Askep Yang dibutuhkan ada disini ASKEP MATERNITAS-CA MAMAE STADIUM 3 ASKEP MATERNITAS-ANTENATAL CARE ASKEP MATERNITAS-ABORTUS ASKEP LUKA BAKAR (COMBUSTIO) ASKEP HIV/AIDS Dibuat Mulai.. December 2012 November 2012 Perjalanan Waktu November 2012 M T W T F S S Dec 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Info Lebih Lanjut Hubungi
Komisariat PPNI Kesdam V/Brawijaya JL.Pattimura No 1 Malang 0341-325531 Create a free website or blog at WordPress.com. | The Something Fishy Theme. Follow Follow PPNI Kesdam V/ Brawijaya Get every new post delivered to your Inbox. Powered by WordPress.com