OLEH : TITIN ANGGRAINI 1112096000043 KIMIA 4B KELOMPOK III
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
Hari, Tanggal : Kamis, 20 Maret 2014
PERCOBAAN II Pembentukan Kristal Tunggal KAl(SO 4 ) 2
I. PENDAHULUAN A. Dasar Teori Garam rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam tunggal penyusunnya. Kation garam rangkap umumnya terdiri kation logam transisi yang bergabung dengan kation logam alkali atau ion amonium. Contoh-contoh garam rangkap adalah garam mohr, amonium besi (II) sulfat heksahidrat, (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2 6H 2 O, tawas kalium aluminium sulfat KAl(SO 4 ) 2 .12H 2 O dan dolomit, kalsium magnesium sulfat CaMg(CO 3 ) 2 . Garam rangkap kalium aluminium sulfat Kal(SO 4 ) 2 .12H 2 O disebut tawas. Garam rangkap ini disintesis dari laurutan Al 2 (SO 4 ) 3 .18H 2 0 dan larutan K 2 SO 4 . Sintesis menggunakan perbandingan mol yang sama menghasilkan kristal yang bersifat sangat stabil. Tawas sudah lama digunakan sebagai koagulan pada penjernihan air dan bahan baku pembuatan zeolit sintesis. Dalam kehidupan sehari-hari, tawas dapat pula dimanfaatkan untuk penawar bau badan (deodoran) secara tradisional. Hal ini disebabkan aluminium sulfat bersifat amfoter. Sifat ampoter menjadi kelebihan dari tawas, KAl(SO 4 ) 2 .12H 2 O sebagai penawar bau badan atau obat-obat tradisional seperti obat kumur dan sariawan. Aluminium sulfat padat dengan nama lain: alum, alum padat, aluminium alum, cake alum, atau aluminium salt adalah produk buatan berbentuk bubuk, butiran, atau bongkahan, dengan rumus kimia Al2(SO4)3. xH2O. Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984). Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel- partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini disebabkan: a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam). b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan, elektrostatis antara muatan partikel satu dan yang lainnya. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini dapat diganggu dengan pembubuhan koagulan. Dalam proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses yaitu koagulasi dan flokulasi (Alearts & Santika, 1984). Proses koagulasi adalah suatu proses pertumbuhan dan pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982). Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy, 1978). Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu komponen lapisan ganda (doeble layer compression), adsorbsi (adsorbtion) dan absorbsi oleh polimer (absorption by polymer). Koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok. Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002). B. Tujuan Mensintesis kristal tunggal Kalium Aluminium Sulfat Kal(SO 4 ) 2
II. METODE PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah : 1. Labu erlenmeyer 2. Kertas saring 3. Gelas ukur 4. Batang pengaduk 5. Labu takar 6. Cawan porselin 7. Penangas air 8. Neraca analitik Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah : 1. Kristal Kalium Aluminium Sulfat 2. Aquadest
B. Prosedur Kerja
Dipanaskan 50 ml air 50C dalam erlenmeyer Kristal kalium aluminium sulfat dihaluskan. Diambil 8 gram kristal yang sudah dihaluskan dan dimasukkan dalam erlenmeyer berisi air yang dipanaskan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan Keterangan Dihaluskan kristal kalium aluminium sulfat Terbentuk serbuk kristal kalium aluminium sulfat Dicampur dengan aquadest, diaduk dan dipanaskan Kristal bercampur sempurna dengan air (larut) Ditambahan lagi sedikit kristal kalium aluminium sulfat Terbentuk kristal (tetapi hanay sedikit sekali) Diaduk rata dan didinginkan pada suhu kamar. Diaduk lagi selama 15 menit dan dibiarkan satu malam. Dilakukan dekantasi kemudian dipisahkan kristalnya dan dikeringkan. Dipilih salah satu kristal yang paling panjang (3 mm) lalu diikat dengan benang. Dipanaskan lagi larutan jenuh kalium aluminium sulfat 50C, bila perlu ditambahkan 5-10 gram kalium aluminium sulfat. Disaring segera larutan jenuh dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang bersih.
Pada percobaan ini dialakukan proses pembuatan Kristal Tunggal KAl(SO4) 2 dengan cara menjenuhkan larutan kalium alumunium sulfat .Sejumlah garam aluminium seperti golongan IIA, mengkristal dalam larutannya sebagai hidrat. Sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan bersifat delikuesen, misalnya AlX 3 .6H 2 O, Al(NO 3 ) 3 .9H 2 O. selanjutnya segi-segi kimia tertentu dari senyawa aluminium dalam air diturunkan dari sifat ion aluminium trihidrat [Al(H 2 O) 6 ] 3+
Senyawa-senyawa aluminium, bentuk alami dari kebanyakan senyawa aluminium diturunkan dari oksida (Al 2 O 3 ) dan bermacam-macam oksida terhidrat. Misalnya Al 2 O 3 .H 2 O dan Al 2 O 3 .3H 2 O. senyawa oksida jka direaksikan denganasam sulfat menghasilkan aluminium sulfat pekat panas. Al 2 O 3 + H 2 O 4 Al 2 (SO 4 ) 3 + 3H 2
Senyawa ini mengkristal dari larutan sebagai Al 2 (SO 4 ) 3 .18H 2 O. Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari Al 2 (SO 4 ) 3 dan K 2 SO 4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat (KAl(SO 4 ) 2 .12H 2 O). garam ini yang dikenal dengan patas alum atau tawas, termasuk dalam golongan, termasuk dalam golongan senyawa dengan nama alum atau tawas. Alum atau tawas (AlK(SO 4 ) 2 ) dapat dibuat dengan mereaksikan senyawa aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ) dengan kalium sulfat (K 2 SO 4 ). Reaksi yang terjadi sebagai berikut : K 2 SO 4 +Al 2 (SO 4 ) 3 2KAl(SO 4 ) 2
Langkah pertama yang dilakukan adalah Kristal aluminium sulfat dihaluskan kemudian ditambahkan dengan aquadest dan dipanaskan. Proses pemanasan bertujuan agar kristal tunggal cepat terbentuk. Pemanasan yang dilakukan membutuhkan waktu agak lama agar kristal aluminium sulfat cepat melarut. Kristal ini dilarutkan dengan air. Hal ini karena garam merupakan senyawa yang larut dalam air. Kristal kalium aluminium sulfat yang dilarutkan dengan air akan menghasilkan senyawa ion-ion di larutan. Setelah kristal melarut sempurna didiamkan selama 24 jam. Hal ini dikarenakan reaksi pembentukan kristal membutuhkan entalpi yang besar. Entalpi yang dihasilkan merupakan pembentukan akibat adanya energi kisi kristal yang membuat ikatan ionik dapat terbentuk. Energi kisi kristal yang tidak besar membuat proses pembentukan kristal menjadi sangat lama. Proses reaksi yang menghasilkan kristal memerlukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan meggunakan kertas saring. Namun pada percobaan yang dilakukan praktikan tidak mengahasilkan kristal tunggal meskipun sudah didiamkan selama 24 jam. Akhirnya ditambahkan lagi kristal kalium aluminium sulfat dimaksudkan sebagai pemacu agar timbulnya kristal. Setelah didiamkan selama beberapa jam, berhasil terbentuk kristal tetapi hanya sedikit sekali. Sehingga tidak dapat melanjutkan percobaan selanjutnya. Tidak berhasilnya percobaan yaitu tidak terbentuk kristal tunggal kalium aluminium sulfat mungkin dikarenakan beberapa hal seperti kekurangtelitian praktikan pada saat percobaan dan keakuratan alat-alat yang digunakan.
IV. KESIMPULAN Pada praktikum kali ini tidak terbentuk kristal kalium aluminium sulfat Kal(SO 4 ) 2 karena kurangnya ketelitian praktikan pada saat melaksanakan percobaan.
V. DAFTAR PUSTAKA http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/628/jbptitbpp-gdl-mubarohnim-31358-3-2008ts-2.pdf Diakses pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20:30 Jackson.2010. Dikta Kimia Anorganik 2.Mataram: UniversitasMataram http://pelatihan-blog-himaki.blogspot.com/2013/11/percobaan-ivsintesis-garam- rangkap-i.html Diakses pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20:25 Suminar,Petrucy. 1993. Kimia Dasar 1. Jakarta :Erlangga
VI. LAMPIRAN
Proses pemanasan Proses pengadukan selama 15 menit