You are on page 1of 3

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan

salah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup seharihari
dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Faktor yang mempengaruhi perubahan sistem tubuh akibat mobilisasi
1. Perubahan pada metabolisme
Secara umum imobilisasi dapat menggangu metabolisme secara
normal, mengingat imobiliasai dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada turunnya basal
metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan kurangnya energi untuk
perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi gangguan oksigenasi
sel. Perubahan metabolisme imobilisasi dapat meningkatkan anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko
meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilisasi juga menyebabkan
penurunan eksresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat di
temukan pada pasien yang mengalami imobilisasi hari kelima dan keenam,
beberapa dampak perubahan metabolisme, di anataranya adalah pengurangan
jumlah metabolisme, atropi kelenjar, dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, determinasi tulang, gangguan dalam
mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan
cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskuler keinterestisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imoblilisasi juga dapat menyebabkan
determinasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatkan
determinasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.
3. Gangguan perubahan zat gizi (gangguan dalam kebutuhan nutrisi)
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa,
asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan fungsi garstointestinal
Imobilisasi dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, hal
ini di sebabkan akrena imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan
keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
5. Perubahan system pernafasan
Imobilisasi menyebabakan terjadinya perubahan system pernafasan,
akibat imobilisasi, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru-paru menurun,
dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen dari alveoli kejaringan, sehingga mengakibatkan
anemia. Penurunan ekspansi paru-paru dapat terjadikarena tekanan yang
meningkat oleh permukaan paru-paru.
6. Perubahan kardiovaskuler
Perubahan system kardiovaskuler akibat imolibilisasi anatara lain
dapat berupa hipotensi ortostastik, meingkatnya kerja jantung dan terjadinya
pembentukan thrombus, terjadinya hipotensi orstatik dapat disebabkan oleh
menrunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap lama, refleks
neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokontriksi, kemudian darah
terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah kesistem sirkulasi
pusat terhambat. Meningkatnya kerja ajantung dapat disebabkan karena
imobilisasi dengan posisi horizontal, dalam keadaan normal, darah yang
terkumpul pada ekstermitas bawah bergerak dan meingkatkan aliran vena
kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkat kerjanya. Terjadi
thrombus juga disebabkan oleh meingkatnya vena statis yang merupakan hasil
penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatnya arus balik vena.
7. Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak
imobilisasi, sebagai berikut :
- Gangguan muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilisasi
fungsi kapasitas otot di tandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya masa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai
contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu
ukuranya akan lebih kecil selain menunjukan tanda lemah dan lesu.
- Gangguan skeletal. Adanya imobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal. Misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan
osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan
kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebakan atropi dan memendeknya
otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan
yang tidak berfungsi, osteoporosis terjadi karena absobsi tulang semakin
besar, sehingga yang dapat menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah
menurun dan jumlah kalium yang di keluarkan melalui urine semkain
besar.
8. Perubahan sistem integumen (perubahan kulit)
Perubahan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadi iskemia
serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
9. Perubahan eliminasi (BAB & BAK)
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang
mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung
sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
10. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi antara alain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, peruabahan
siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme, terjadinya perubahan prilaku
tersebut merupakan dampak imobilisasi karena selama proses imbolisasi
seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lainlain.
I.4.Masalah fisik yang terjadi
Masalah muskuloskeletal : Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot,
atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit
Masalah urinari : Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran
infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
Masalah gastrointestinal : Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan
diarrhoe dan konstipasi
Masalah respirsi : Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam
saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2)
Masalah kardiovaskuler : Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan

You might also like