You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Traffic Control System (ATCS) merupakan sistem pengendali lalu lintas udara. Tanpa
adanya ATCS bisa dibayangkan bagaimana bahayanya arus penerbangan di Indonesia, entah itu
tabrakan antar pesawat maupun yang lainnya. Bukan hanya itu, Air Traffic Control di Indonesia
dimata dunia juga cukup menjadi sorotan, buktinya Indonesia menjadi juara Global Awards
mengalahkan Thales ADS-B dan Adacel lnc.

B. Rumusan Masalah

K. Pengertian Air Traffic Control System (ATCS)?
L. Tujuan ATCS?
M. Air Traffic Control Pertama Didunia?
N. Air Traffic Control Indonesia Dimata Dunia?
O. Pembagian Pelayanan Lalu Lintas Udara?
P. Cara Kerja Air Traffic Control di Bandara?
Q. Pelayanan Lalu Lintas Udara?
R. Pemetaan Lalu Lintas Penerbangan?
S. Contoh Penerbangan
T. Kasus

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan menambah wawasan sekaligus diharapkan
memperdalam ilmu mahasiswa/I dalam dunia penerbangan, khususnya mengenai Air Traffic
Control System.

D. Metode Penulisan

Makalah ini kami susun dengan mengumpulkan bahan- bahan yang kami dapat dari
internet, media massa (Koran), dan pustaka buku-buku mengenai air traffic control system.





BAB ll
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut sistem control lalu lintas
udara adalah sistem yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk
mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan
Air Traffic Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya
mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making
separation). Selain tugas separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic
(traffic flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi
yang dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation
information, dll). ATCS adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran ATCS
sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas pesawat di dalam area
pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan
memberikan informasi, instruksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan
keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan
memenuhi aturan.

B. TUJUAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Berikut ini adalah tujuan pelayanan sistem lalu lintas udara yang diberikan oleh ATCS
berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170 :
1. Mencegah tabrakan antarpesawat.
2. Mencegah tabrakan antarpesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut.
3. Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
4. Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi
pengaturan lalu lintas udara.
5. Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat
yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang
dipersyaratkan.




Air Traffic Service di Bandara Budiarto-Curug

Biasanya Pengaturan lalu-lintas udara dilakukan di atas menara (Tower), agar dapat melihat
dengan jelas keadaan runway Landas pacu


C. AIR TRAFFIC CONTROLLER PERTAMA DIDUNIA

Bila ditarik kebelakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai 2 dekade setelah
Wright bersaudara menemukan pesawat pada tahun 1903. Tidak lama setelah perang dunia
pertama (PD I) berakhir, orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki potensi
keuntungan dan komersil. Pada saat inilah beberapa perusahaan penerbangan komersial
terbentuk. Pada akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di
Eropa seperti KLM di Belanda, 2 perusahaan penerbangan Perancis, 1 di Belgia dan 8 di
Inggris.

Tahun 1922 setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon, London, pihak DGCA
Inggris mengeluarkan Notam 62/1922 yang isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan
berangkat untuk mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off dari
controller. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah ditemukan bahwa bendera
ini tidak dapat terlihat pada beberapa tempat Croydon karena memiliki slope miring pada satu
sisi, posisi bendera ini dipindahkan ke salah satu balkon pada gedung tertinggi. Pada bulan Juli
1922 di Croydon dibangun sebuah tempat observasi yang sekelilingnya bermaterial kaca.
Bangunan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi wireless.
Selanjutnya, tower ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh penerbangan di bandara
Croydon. Sang operator menusukkan pin pada peta yang tersedia tidak lama setelah menerima
laporan posisi pesawat, dan berdasarkan perhitungannya sendiri, menjalankan pin tersebut sesuai
dengan rute pesawat yang bersangkutan.

Apabila diperkirakan 2 pesawat akan saling melewati, sang operator akan
menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya Advisory Service yang pertama.
Selanjutnya pada Notam 109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi When the
aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be given from the
tower. Inilah pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada tahun 1926 sistem
pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic Control dan
petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi control secara resmi
digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa gentlements agreements. Hal ini
berubah pada tahun 1927 dimana disepakati bahwa controller tidak hanya menginfo pilot
mengenai keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah terbang (direction) untuk
menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic controller pertama di dunia?

Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control yaitu menjaga keselamatan
pesawat terbang di bandara dan sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright
sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi yang kedua. Karena
sementara Orville Wright melakukan 12 detik penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada
tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa yang
mungkin saat ini kita sebut sebagai operational watch. Untuk dapat take off pada kecepatan 20
mil/jam, Wilbur berlari mengikuti pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang
wingtips-nya dan menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur
memperhatikan dengan sangat seksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat
kurang lebih 120 feet didepannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang
selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memperhatikan penerbangan yang dilakukan
saudaranya dengan seksama sampai akhirnya mendarat 852 feet didepannya!

D. AIR TRAFFIC CONTROL INDONESIA DIMATA DUNIA
Pada Tahun 2008 Indonesia terpilih sebagai salah satu pemenang Air Traffic Control
(ATC) Global Awards. Hadiah tersebut diterima oleh DR. Budi Muliawan Suyitno, Direktur
Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan pada tanggal 11 Maret 2008
diAmsterdam. lndonesia ditetapkan sebagai pemenang atas upaya lndonesia dalam
merealisasikan penggunaan penemuan teknologi baru, yaitu pembangunan stasiun automatic
dependent surveillance (ADS) guna memantau dan melacak posisi pesawat terbang yang
melintasi wilayah lndonesia secara akurat dan terintegrasi. Dengan metode tersebut keterbatasan
jangkauan radar dapat teratasi, karena pesawat secara otomatis dapat melaporkan posisinya
melalui pengenalan kombinasi sistem antara teknologi GPS dan data untuk melacak posisi
pesawat. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dephub bersama dengan perusahaan IT
bandara SITA terpilih sebagai pemenang pada kategori Enabling Technology Award -
kontribusi dalam peningkatan kapasitas dan keselamatan penerbangan. Saingan lndonesia dalam
mendapatkan penghargaan pada kategori tersebut yaitu Thales ADS-B dan Adacel lnc.
Organisasi Profesi Air Traffic Control Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers
Association - (IATCA) dikukuhkan sebagai anggota organisasi International Federation of Air
Traffic Controllers' Associations ( IFATCA ) pada tanggal 23 Maret 2001 di
Gedung PBBGeneva - Switzerland.
E. PEMBAGIAN PELAYANAN LALU LINTAS UDARA
Pelayanan Pengendalian Lalu Lintas Udara (Air traffic control service), pada ruang udara
terkontrol Controlled Airspace terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

1. Aerodrome Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang beroperasi atau berada di bandar udara
dan sekitarnya (vicinity of aerodrome) seperti take off, landing, taxiing, dan yang berada di
kawasan manoeuvring area, yang dilakukan di menara pengawas (control tower). Unit yang
bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Aerodrome Control Tower (ADC).
2. Approach Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada pesawat yang berada di ruang udara sekitar bandar udara, baik
yang sedang melakukan pendekatan maupun yang baru berangkat, terutama bagi penerbangan
yang beroperasi terbang instrumen yaitu suatu penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan
instrumen atau dikenal dengan Instrument Flight Rule (IFR). Unit yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan ini disebut Approach Control Office (APP).
3. Area Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada penerbang yang sedang menjelajah (en-route flight) terutama
yang termasuk penerbangan terkontrol (controlled flights). Unit yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan ini disebut Area Control Centre (ACC).

Pelayanan Informasi Penerbangan (Flight Information Service)
Flight Information Service adalah pelayanan yang dilakukan dengan memberikan berita dan
informasi yang berguna dan bermanfaat untuk keselamatan, keamanan, dan efisiensi bagi
penerbangan.
Pelayanan keadaan darurat (alerting service)
Pelayanan keadaan darurat adalah pelayanan yang dilakukan dengan memberitahukan instansi
terkait yang tepat, mengenai pesawat udara yang membutuhkan pertolongan search and rescue
unit dan membantu instansi tersebut, apabila diperlukan.

F. CARA KERJA AIR TRAFFIC CONTROL

Kontrol Lalu Lintas Udara

Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang air traffic control. Sedangkan
Ruang Air Traffic Control sendiri terdiri dari empat unit tugas yaitu :
1. Data Analyzing Room
2. En-route Control Unit
3. Pilot Unit
4. Terminal Control Unit
Pada ruang Air Traffic Control bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara (air traffic
controller) yang bertugas memantau dan mengarahkan lalulintas pergerakan semua pesawat yang
terpantau di angkasa.Dalam menjalankan tugasnya, para petugas pengatur lalulintas udara
memantau pergerakan pesawat dari alat Air Traffic Control Display.

Sistem Pendaratan Pesawat
Instrument Landing System adalah suatu sistem peralatan yang ada di Bandar udara yang
digunakan untuk memandu pesawat dalam melakukan pendaratan dengan aman dan lancar.
Instrument Landing System menggunakan dua transmisi.Transmisi yang pertama berfungsi
untuk memandu pesawat menuju landasan pacu, transmisi yang kedua menginformasikan
tentang ketinggian pesawat dari landasan pacu.

Alur pendaratan pesawat terbang dengan dipandu Instrument Landing System
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat menunggu instruksi dari petugas
Air Traffic Control. Pesawat akan diarahkan oleh Instrument Landing System melaui radio
beacon untuk menentukan arah pendaratan agar tepat pada tengah tengah landasan pacu.

Ground Controlled Approach
Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh operator Ground Controlled Approach tentang
petunjuk pendaratan pesawat terbang, dengan tujuan pesawat dapat mendarat dengan aman.
Pekerjaan ini menuntut konsentrasi yang tinggi dari operatornya, sehingga diperlukan kerja shift
karena bandara beroperasi dua puluh empat jam.



G. PELAYANAN AIR TRAFFIC CONTROL

ATC memberikan layanan kepada pesawat udara dalam penerbangan antara bandara juga.
Pilot terbang di bawah salah satu dari dua set aturan untuk pemisahan : Aturan Penerbangan
Visual ( VFR ) atau Flight Rules Instrumen ( IFR ) . Pengendali lalu lintas udara memiliki
tanggung jawab yang berbeda untuk operasi pesawat di bawah perangkat peraturan yang berbeda
. Sementara penerbangan IFR berada di bawah kontrol positif , di VFR pilot AS dapat meminta
berikut penerbangan, yang menyediakan layanan konsultasi lalu lintas secara memungkinkan
waktu dan juga dapat memberikan bantuan dalam menghindari bidang cuaca dan pembatasan
penerbangan. Di seluruh Eropa , pilot dapat meminta untuk " Informasi Penerbangan Service" ,
yang mirip dengan berikut penerbangan. Di Inggris dikenal sebagai " Lalu Lintas Layanan " .

En - rute pengendali lalu lintas udara masalah izin dan instruksi untuk pesawat udara , dan
pilot diwajibkan untuk mematuhi instruksi ini . Pengendali En-route juga menyediakan layanan
kontrol lalu lintas udara ke banyak bandara kecil di seluruh negeri , termasuk izin dari dari tanah
dan izin untuk pendekatan bandara . Controller mematuhi seperangkat standar pemisahan yang
menentukan jarak minimal yang diijinkan antara pesawat . Jarak ini bervariasi tergantung pada
peralatan dan prosedur yang digunakan dalam memberikan pelayanan ATC .
karakteristik umum

En - rute pengendali lalu lintas udara bekerja dalam fasilitas yang disebut Pusat Pengendalian
Lalu Lintas Udara , yang masing-masing sering disebut sebagai " Pusat" . Amerika Serikat
menggunakan istilah setara Air Route Traffic Control Pusat ( ARTCC ) . Setiap pusat
bertanggung jawab untuk ribuan mil persegi wilayah udara ( dikenal sebagai Informasi
Penerbangan Region ) dan untuk bandara dalam wilayah udara itu. Pusat mengendalikan pesawat
IFR dari saat mereka berangkat dari wilayah udara bandara atau terminal daerah dengan waktu
mereka tiba di wilayah udara lain bandara atau terminal daerah . Pusat juga dapat " mengambil"
VFR pesawat yang sudah mengudara dan mengintegrasikan mereka ke dalam sistem IFR .
Pesawat ini harus , bagaimanapun, tetap VFR sampai Center memberikan izin.

Pusat pengendali bertanggung jawab untuk mendaki pesawat untuk ketinggian mereka
diminta saat , pada saat yang sama , memastikan bahwa pesawat benar dipisahkan dari semua
pesawat lain di daerah . Selain itu , pesawat harus ditempatkan dalam aliran konsisten dengan
rute pesawat dari penerbangan. Upaya ini rumit oleh persimpangan lalu lintas, cuaca buruk , misi
khusus yang memerlukan alokasi wilayah udara besar , dan kepadatan lalu lintas. Ketika pesawat
mendekati tujuan, pusat bertanggung jawab untuk memenuhi pembatasan ketinggian oleh titik-
titik tertentu , serta memberikan banyak bandara tujuan dengan arus lalu lintas , yang melarang
semua pendatang yang " berkumpul bersama-sama " . Ini " pembatasan aliran " sering mulai di
tengah-tengah rute, sebagai pengontrol akan posisi pesawat mendarat di tujuan yang sama
sehingga ketika pesawat dekat dengan tujuan, mereka yang diurutkan .

Sebagai pesawat mencapai batas daerah kontrol Center itu " diserahkan " atau " diserahkan "
ke depan Control Center di Area . Dalam beberapa kasus ini " hand-off " proses melibatkan
transfer identifikasi dan rincian antara controller sehingga layanan kontrol lalu lintas udara dapat
disediakan dengan cara yang mulus , dalam kasus lain perjanjian lokal memungkinkan " serah
terima diam" seperti bahwa pusat penerima tidak tidak memerlukan koordinasi jika lalu lintas
disajikan dalam cara yang disepakati . Setelah hand-off , pesawat ini diberikan perubahan
frekuensi dan mulai berbicara dengan controller berikutnya . Proses ini berlanjut sampai pesawat
tersebut diserahkan ke terminal controller ( " pendekatan " ) .
cakupan radar

Karena pusat mengontrol area wilayah udara yang besar, mereka biasanya akan
menggunakan radar jarak jauh yang memiliki kemampuan , pada ketinggian yang lebih tinggi ,
untuk melihat pesawat 200 mil laut ( 370 km ) dari antena radar . Mereka juga dapat
menggunakan data radar TRACON untuk mengontrol kapan ia menyediakan lebih baik "
gambar" lalu lintas atau ketika dapat mengisi sebagian dari area yang tidak tercakup oleh radar
jarak jauh .

Dalam sistem AS , pada ketinggian yang lebih tinggi , lebih dari 90 % dari wilayah udara AS
ditutupi oleh radar dan sering dengan beberapa sistem radar , namun cakupan mungkin tidak
konsisten di dataran rendah digunakan oleh pesawat tanpa tekanan karena medan tinggi atau
jarak dari fasilitas radar . Sebuah pusat mungkin memerlukan berbagai sistem radar untuk
menutup wilayah udara yang ditugaskan kepada mereka , dan mungkin juga bergantung pada
laporan posisi percontohan dari pesawat terbang di bawah lantai jangkauan radar . Hal ini
menghasilkan sejumlah besar data yang tersedia untuk controller . Untuk mengatasi ini , sistem
otomatisasi telah dirancang dengan mengkonsolidasikan data radar untuk controller . Konsolidasi
ini termasuk menghilangkan pengembalian duplikat radar , memastikan radar terbaik untuk
setiap wilayah geografis adalah menyediakan data , dan menampilkan data dalam format yang
efektif .

Pusat juga melakukan pengendalian terhadap lalu lintas yang melalui wilayah laut dunia .
Daerah ini juga FIR . Karena tidak ada sistem radar yang tersedia untuk pengendalian laut ,
pengendali kelautan menyediakan layanan ATC menggunakan kontrol prosedural . Prosedur ini
menggunakan laporan pesawat posisi, waktu , ketinggian , jarak , dan kecepatan untuk
memastikan pemisahan . Controller catat informasi strip kemajuan penerbangan dan khusus
dikembangkan sistem komputer samudera sebagai posisi laporan pesawat . Proses ini
mensyaratkan bahwa pesawat dipisahkan oleh jarak yang lebih besar , yang mengurangi
kapasitas keseluruhan untuk setiap rute yang diberikan . Lihat misalnya sistem Jalur Atlantik
Utara .

Beberapa Navigasi Udara Service Provider ( misalnya Airservices Australia , The Federal
Aviation Administration , NAV CANADA , dll ) telah menerapkan Automatic Dependent
Surveillance - Broadcast ( ADS - B ) sebagai bagian dari kemampuan pengawasan mereka.
Teknologi baru ini membalikkan konsep radar . Alih-alih radar " menemukan " target oleh
menginterogasi transponder , pesawat ADS dilengkapi mengirimkan laporan posisi sebagaimana
ditentukan oleh peralatan navigasi di pesawat . Biasanya , ADS beroperasi di " kontrak " mode
dimana pesawat laporan posisi , secara otomatis atau diprakarsai oleh pilot , berdasarkan interval
waktu yang telah ditentukan . Hal ini juga memungkinkan untuk kontroler untuk meminta
laporan lebih sering untuk lebih cepat membangun posisi pesawat untuk alasan tertentu. Namun,
karena biaya untuk setiap laporan dibebankan oleh penyedia layanan ADS untuk perusahaan
yang mengoperasikan pesawat , laporan lebih sering tidak umum diminta kecuali dalam situasi
darurat . ADS adalah penting karena dapat digunakan di mana tidak mungkin untuk menemukan
infrastruktur untuk sistem radar ( misalnya di atas air ) . Menampilkan radar Komputerisasi
sekarang sedang dirancang untuk menerima masukan ADS sebagai bagian dari layar . Teknologi
ini saat ini digunakan dalam bagian-bagian dari Atlantik Utara dan Pasifik oleh berbagai negara
yang berbagi tanggung jawab untuk mengontrol wilayah udara ini .

Pendekatan presisi radar yang umum digunakan oleh pengendali militer airforces dari
beberapa negara , untuk membantu pilot dalam tahap akhir mendarat di tempat-tempat
Instrument Landing System dan peralatan ditanggung udara canggih lainnya tidak tersedia untuk
membantu pilot dalam kondisi jarak pandang nol marjinal atau dekat . Prosedur ini juga disebut
Talkdowns .

Sistem Arsip Radar ( RAS ) siap menjamin catatan elektronik dari semua informasi radar ,
melestarikan untuk beberapa minggu . Informasi ini dapat berguna untuk pencarian dan
penyelamatan . Ketika pesawat telah ' menghilang ' dari layar radar , controller dapat meninjau
kembali radar terakhir dari pesawat untuk menentukan posisinya kemungkinan . Sebagai contoh,
lihat laporan kecelakaan [ 4 ] RAS juga berguna untuk teknisi yang menjaga sistem radar

H. PEMETAAN LALU LINTAS PENERBANGAN
Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight Information Region) yaitu Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR
ini terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC maupun Makassar ACC mempunyai beberapa sektor.
Hal ini dibentuk untuk meng-akomodasi ruang udara yang sangat luas, dengan tujuan meningkatkan keselamatan
penerbangan.
Keterbatasan wawasan, perkenankan saya hanya memaparkan wilayah udara Jakarta
saja.

Jakarta FIR mempunyai 5 sektor Jakarta ACC:
1. Jakarta Upper Control Medan (UM),
2. Jakarta Upper Control Palembang (UP),
3. Jakarta Upper Control Tanjung Karang(UT),
4. Jakarta Upper Control Semarang (US),
5. Jakarta Upper Control Kalimantan (UK).
Masing-masing sektor ACC membawahi beberapa sektor yang disebut TMA (Terminal Area) sebagai contoh Medan
TMA, Pekanbaru TMA, Jakarta TMA, Pontianak TMA, Palembang TMA.
Untuk Jakarta TMA itu sendiri terbagi 2, yaitu Jakarta Lower North (LN) dan Jakarta Lower East (LE).

Dibawah Jakarta TMA terdapat unit APP, disini terdapat Unit Jakarta Approach West (TW) dan Jakarta Approach
East (TE). Kemudian Unit Arrival (AN) sebelum akhirnya Unit TWR, yang khusus di Bandara Soekarno-Hatta
dipilah menjadi 4 unit, yaitu:

1. Clearance Delivery (CDL),
2. Ground Control Selatan (GS),
3. Ground Control Utara (GN), dan
4. Aerodrome Control Tower (TWR) (Tory Tri Ruknomo).
Regional Area Control Room
Inside The Control Tower


View From The Control Tower

Radar Control Supervisor
Ms. Pudji Hastuti






I. CONTOH APLIKASI AIR TRAFFIC PADA PENERBANGAN
Berikut disampaikan proses (contoh) penerbangan pesawat dari Jakarta-Surabaya.

Penerbang akan selalu mengisi FPL (Flight Plan) dengan data-data sesuai formulir yang telah disediakan. Namun
untuk penerbangan yang berjadwal operator penerbangan akan menyampaikan RPL (Repetitive Fight Plan) ke Unit
BO (Briefing Office) dan Unit FDO (Flight Plan Data Operator) untuk kemudian dimasukkan ke dalam sistim
otomasi.

Dimana peran ATC? [khusus Jakarta] (mohon maaf bila tidak berkenan)
1. Awal mula penerbang akan selalu meminta ATC Clearance sebelum menghidupkan mesin dan bersiap
meninggalkan lokasi parkir. (CDL)
2. Setelah lengkap menjawab ATC Clearance 10 menit kemudian penerbang akan meminta untuk menghidupkan
mesin pesawat dan mundur dari lokasi parkir.
3. Masing-masing terminal keberangkatan mempunyai unit sendiri. Untuk terminal A-B-C penerbang akan
berkomunikasi dengan GS, sedangkan terminal D-E-F dengan GN.
4. Setelah pesawat tuntas menghidupkan mesin dan pada posisi siap untuk berjalan, maka penerbang akan minta ijin
untuk taxi. Dipandulah pesawat tersebut menuju titik dimana akan memulai take-off. Dalam bahasa kami holding
position.
5. Dipertengahan jalan pada posisi yang sudah clear dengan pesawat yang lain penerbang akan diberi istruksi untuk
berkomunikasi dengan unit TWR, karena tanggung jawab TWR yang akan memberangkatkan peswat tsb.
6. Proses untuk keberangkatan ini akan tergantung dengan pesawat lain yang akan mendarat ataupun pesawat yang
berada di depannya. Sehingga perhitungan dan pengalaman seorang ATC untuk memberangkatkan pesawat sangat
berperan.
7. Sesaat pesawat memulai mengudara, penerbang akan diminta berkomunikasi dengan unit TE, setelah lepas
ketinggian tertentu penerbang diminta berkomunikasi dengan unit LE, demikian seterusnya hingga ke unit US.
8. Setiap sektor pemanduan LLU, ATC yang bertugas mempunyai tanggung jawab memisahkan antar pesawat dengan
separasi yang sesuai.
9. Unit US akan selalu berkoordinasi dengan Unit Makassar ACC akan keberadaan pesawat yang dimaksud, sehingga
pada suatu titik pesawat tsb akan dilimpahkan status tanggung jawabnya ke wilayah udara Makassar.
10. Makassar ACC akan memandu pesawat tersebut hingga memasuki wilayah udara Surabaya TMA, dan seterusnya
pada akhirnya penerbang akan berkomunikasi dengan Juanda TWR untuk melaksanakan pendaratan. Dan melaju ke
tempat parkir pesawat di apron.
Inti dari paparan diatas adalah setiap pergerakan pesawat terbang akan selalu terpantau oleh ATC, karena penerbang
selalu berkomunikasi dengan unit-unit ATC, baik itu dalam kondisi normal ataupun dalam kondisi abnormal.

Untuk sedikit memberikan gambaran mengenai pekerjaan ATC, ada satu film yang dibintangi oleh Angelina Jolie,
John Cusack, Billy Bob Thornton dengan judul Pushing Tin.
(Tory Tri Ruknomo, Jakarta Arrival, Bandara Soekarno-Hatta).
J. KASUS (Pesawat Sukhoi)
Kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat sukhoi superjet 100 di gunung salak adalah
1. Lepas Landas pada 14.12 WIB
Pesawat melakukan joy flight kedua dengan rute sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat
2. Cuaca Buruk dan Ruang Hampa
Saat diatas gunung salak, diduga pesawat masuk keruang hampa sehingga meminta izin turun
3. Meminta Turun
14.33 WIB (21 menit kemudian) pilot Sukhoi menghubungi menara pengendali (Air Traffic Control atau ATC) di
Bandara Soekarno Hatta, meminta izin turun. Pesawat kemudian hilang kontak dikoordinat 06.43 menit 08 detik
lintang selatan dan 106.3 menit 15 detik bujur timur.
4. Menabrak Lereng
Pesawat menabrak lereng gunung salak diketinggian 5.800 kaki (1.767 meter) dengan kemiringan 85 derajat. KNKT
menyebut insiden ini seperti Controlled Flight into Terrain, Pesawat laik terbang, tidak rusak, serta dibawah kendali
pilotnya, tanpa sengaja menabrak.
















BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Air Traffic
Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut sistem control lalu lintas udara adalah
sistemyang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat
terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan Air Traffic Control
System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat
terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot
dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot
(weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll).
Terdapat dua wilayah Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight Information Region) yaitu
Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR ini terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC maupun Makassar
ACC mempunyai beberapa sektor. Hal ini dibentuk untuk meng-akomodasi ruang udara yang sangat luas, dengan
tujuan meningkatkan keselamatan penerbangan.

B. SARAN

Demikian makalah yang kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian
materi serta penulisan materi kami mengharap kritik dan saran para pembaca untuk bahan
evaluasi kami dalam memperbaiki makalah selanjutnya.

You might also like