You are on page 1of 437

Teknik Transmisi

Tenaga Listrik
Aslimeri | Ganefri | Zaidel Hamdi
untuk Sekolah Menengah Kejuruan

T
E
K
N
I
K

T
R
A
N
S
M
I
S
I

T
E
N
A
G
A

L
I
S
T
R
I
K

u
n
t
u
k

S
M
K


A
s
l
i
m
e
r
i

|

G
a
n
e
f
r
i

|

Z
a
i
d
e
l

H
.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 41.250,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.

















































Aslimeri
Ganefri
Zaidel Hamdi
Teknik Transmisi
Tenaga Listrik



SMK
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang






Teknik Transmisi
Tenaga Listrik


Untuk SMK



Penulis : Aslimeri
Ganefri
Zaidel Hamdi

Editor : Sudaryono
























Diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
ASL ASLIMERI
Teknik Transmisi Tenaga Listrik untuk SMK/oleh Aslimeri, Ganefri,
Zaidel Hamdi, Sudaryono. ---- Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xv. 423 hlm
Daftar Pustaka : 422

KATA SAMBUTAN


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan
penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh
penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft
copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya
sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar
ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,
kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat
kami harapkan.



Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK


Kata Pengantar
Akhir-akhir ini sudah banyak usaha penulisan dan pengadaan buku-
buku teknik dalam Bahasa Indonesia. Namun untuk Teknik Elektro, hal ini
masih saja dirasakan keterbatasan-keterbatasan terutama dalam
mengungkapkan topik atau materi yang betul-betul sesuai dengan
kompetensi dalam bidang Transmisi Tenaga Listrik untuk Sekolah
Menengah Kejuruan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menyusun
buku ini agar dapat membantu siapa saja yang berminat untuk
memperdalam ilmu tentang Transmisi Tenaga Listrik.

Dalam buku ini dibahas tentang : pemeliharaan sistim DC, pengukuran
listrik, tranformator, gandu induk ,saluran udara tegangan tinggi, kontruksi
kabel tenaga dan pemeliharaan kabel tenaga .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan- kekurangan baik
dalam materi maupun sistematika penulisan, untuk itu saran-saran dan kritik
yang membangun guna memperbaiki buku ini akan diterima dengan senang
hati.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depertemen
Pendidikan Nasional yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menulis buku ini dan Drs.Sudaryono, MT yang telah bersedia menjadi
editor buku ini. Juga penulis megucapkan terima kasih kepada Maneger
PLN (persero) Udiklat Bogor yang telah banyak membatu penulis dalam
menyediakan bahan untuk penulisan buku ini .

Harapan penulis semoga buku ini ada mamfaatnya untuk
meningkatkan kecerdasan bangsa terutama dalam bidang teknik elektro .

Penulis














Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................... i
Daftar isi .......................... ii
Lembaran Pengesahan .............................. viii
Daftar Penyusun/penulis .............................. ix
Diagram Pencapaian Kompetensi ............................................... x
Daftar Istilah ................................. xiii
Abstrak ............... xiv
Sinopsis ................... xv

BAB. I. PEMELIHARAAN DC POWER .................................. 1
1.1. Hukum Ohm ....................... 1
1.2. Hukum Kirchoff ...... ........................ 3
1.3. Daya Dalam Rangkaian DC ............. 6
1.3.1. Prinsip Dasar Rangkaian DC ............................... 7
1.3.2. Hubungan Antara Arus Tegangan dan Tahanan ............. 8
1.4. Komponen Semikonduktor .................. 15
1.5. Sistem DC Power ...................................... 20
1.6. Charger (Rectifier) .. 25
1.6.1. Jenis Charger ....................................................... 25
1.6.2. Prinsip Kerja Charger ........................................... 26
1.6.3. Bagian-Bagian Charger ............................... 27
1.7. Automatic Voltaga Regulator ........................ 29
1.7.1. Komponen Pengantar Seting Tegangan ....................... 30
1.7.2. Komponen Pengantar Seting Floating ....................... 31
1.7.3. Komponen Pengantar Seting Equalizing ....................... 31
1.7.4. Komponen Pengantar Seting Arus ....................... 31
1.8. Rangkaian voltage Dropper ............................ 33
1.9. Rangkaian Proteksi Tegangan Surja Hubung....................... 34
1.10. Pengertian beterai ..................................................... 37
1.10.1. Prinsip kerja baterai ............................................... 37
1.10.2. Prinsip kerja baterai asam-timah ................................. 38
1.10.3. Poses pengisian baterai ....................... ............. 38
1.10.4. Prinsip kerja baterai alkali.................................................... 39
1.11. Jenis-jenis Baterai ................... ... 39
1.12. Bagian-bagian Utama Baterai ......................... 46
1.13. Instalasi Sel Baterai ...................................... 48
1.14. Pentilasi Ruang Baterai .......................... 52
1.15. Pengertian pemeliharaan DC power ................................... 54
1.15.1. Tujuan Pemeliharaan ............................................... 54
1.15.2. Jenis Pemeliharaan ............................................... 54
1.15.3. Pelaksanaan Pemeliharaan ....................... . 55
1.15.4. Kegiatan Pemeliharaan ....................... 56
1.15.5. Pemeliharaan Charger .................................. 58
1.15.6 Pengukuran Arus Output Maksimum .................................... 61


1.16 Jadwal dan Chek list Pemeliharaan Charger ........................ 63
1.16.1. Pemeliharaan Baterai ............................................... 63
1.16.2. Cara pelaksanaan pengukuran tegangan ....................... 64
1.16.3. Pengukuran Berat Jenis Elektrolit ......................... 65
1.16.4. Pengukuran Suhu Elektrolit ................................... 68
1.16.5. Jadwal pemeliharaan periodik baterai ....................... 70
1.17. Pengujian dan shooting pada DC Power................................. 73
1.17.1. Pengujian Indikator Charger ..................................... 73
1.17.2. Pengujian Kapasitas Baterai ............................................... 75
1.17.3. Pengujian kadar Potassium Carbonate ( K
Z
C0
3
) ............. 81
1.18. Trouble shooting ................................... 90
1.18.1. Kinerja Baterai .................................. 91
1.19. Keselamatan kerja .................................... 95

BAB. II. PENGKURAN LISTRIK .............. 97
2.1. Pengertian Pengukuran ........................... 97
2.2. Besaran Satuan dan dimensi .......................... 98
2.3. Karaktaristik dan Klasifikasi Alat Ukur ...................... 101
2.4. Frekuensi Meter .......................................

109
2.5. Kwh Meter .............. ....................................................

111
2.6. Megger ...............................

111
2.7. Fase Squensi ............................................ 112
2.8. Pengukuran Besaran Listrik ................................. 114
2.9. Prinsip kerja Kumparan Putar ..........................

116
2.10. Sistem Induksi ................................................

117
2.11. Sistem Elektro Dinamis ........................................... 118
2.12. Sistem Kawat Panas ................................................ 120
2.13. Alat Ukur Elektronik ...................................................

120
2.14. Alat Ukur dengan Menggunakan Transformator ........

121
2.15. Macam-macam alat ukur untuk keperluan pemeliharaan........



123
2.15.1.Meter Tahanan Isolasi ...........................................................



123
2.15.2.Meter Tahanan Pentanahan ....................................

123
2.15.3.Tester Tegangan tinggi ....................................

125
2.15.4.Tester Tegangan tembus ....................................

127

BAB. III. TRANSFORMATOR ...................... 128
3.1. Prinsip induksi ..................................... 128
3.2. Kumparan Transformator ......................... 130
3.3. Minyak Transformator ..................................... 131
3.4. Bushing ............................................................ 132
3.5. Tangki Konservator .......................................................... 132
3.6. Peralatan Bantu Pendingin Transformator ........ 133
3.7. Tap Changer .................................................... 135
3.8. Alat Pernapasan Transformator ................. ..............

135
3.9. Alat Indikator Transformator .........................


137
3.10.Peralatan Proteksi Internal ...............................................



137


3.11.Peralatan Tambahan Untuk Pengaman Transformator ...........

142
3.12.Rele Proteksi Transformator dan Fungsinya ....................... 144
3.13.Announciator Sistem Instalasi Tegangan Tinggi ............... 150
3.13.Parameter/Pengukuran Transformator ................................... 153

BAB IV. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI ......

159
4.1. Saluran Udara ........................................................... 160
4.2. Saluran Kabel ............................ ........................ 160
4.3. Perlengkapan SUTT/SUTETI ....................................

161
4.3.1.Tower ....................................................................................

161
4.3.2.Bagian-bagian tower ......................................................... 165
4.4. Kondukror ..........................................

170
4.5. Kawat Tanah ............................... .........................

172
4.5.1.Bahan Kawat Tanah ................................................

173
4.5.2.Jumlah dan Posisi Kawat Tanah ........................................ 173
4.5.3.Pentanahan Tower ............................................................

173
4.6. Isolator ...................................................

174
4.6.1.Isolator Piring ............................................................

174
4.6.2.Nilai Isolator .......................................................................

178
4.6.3.Jenis Isolator ......................................................................

178
4.6.4.Speksifikasi isolator. ...........................................................

180

BAB V. GARDU INDUK .................................................

184
5.1. Busbar ................................................

184
5.1.1. Jenis Isolasi Busbar ..................................................

184
5.1.2. Sistem Busbar (Rel) ..................................................

184
5.1.3. Gardu Induk dengan single busbar .....................................

185
5.1.4. Gardu Induk dengan Doble busbar .....................................

186
5.1.5. Gardu Induk dengan satu setengah / one half busbar ............

186
5.2. Arrester ............................................................

187
5.3. Transformator Instrumen .......................................

188
5.3.1. Transformator Tegangan .......................................

188
5.3.2. Transformator Arus .......................................

190
5.3.3. Transformator Bantu .......................................

191
5.3.4 Indikator Unjuk kerja Transformator Ukur ................ 192
5.4. Pemisah (PMS) ...................................................

194
5.4.1. Pemisah Engsel ..................................................

195
5.4.2. Pemisah Putar ..............................................................

195
5.4.3. Pemisah Siku ..............................................................

195
5.4.4. Pemisah Luncur ..................................................

196
5.5. Pemutus tenaga listrik (PMT) ......................................

199
5.5.1. Jenis Isolasi Pemutus Tenaga ............................................

199
5.5.2, PMT dengan Media pemutus menggunakan udara . 201
5.5.3. PMT dengan Hampa Udara ................................................. 204
5.5.4. PMT dengan Media pemutus menggunakan Minyak..........

206
5.5.5. PMT dengan Sedikit Minyak .....................................

207


5.6. Jenis Penggerak Pemutus Tenaga .................................... 209
5.6.1. Mekanik Jenis Spering ...........................................

209
5.6.2. Mekanik Jenis Hidrolik .................................................. 212
5.6.3. Penutupan PMT ..................................................................

216
5.6.4. Pembukaan PMT .................................................................

216
5.7. Kompesator ........................................................................

220
5.7.1. Kompensator shunt .................................................

221
5.7.2. Kompensator reaktor shunt ....................................

222
5.8. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi.................................


223
5.8.1. Prinsip Dasar PLC ................................................

223
5.8.2. Peralatan Kopling ................................................

224
5.8.3. Kapasitor Kopling ................................................

225
5.8.4. Wave trap ..................................

.........................

226
5.8.5. Prinsip Kerja Dasar Wave trap ....................................

227
5.8.6. Line Matching Unit ............................................................

230
5.9 . Peralatan Pengaman ............................................................

231
5.9.1. Lightning Arester .................................................

232
5.10. Aplikasi PLC .............................................................

233
5.10.1. Komunikasi Suara .................................................

233
5.10.2. Penggunaan Kanal Suara .....................................

234
5.10.3. Teleproteksi Protection Signalling ...............................

234
5.10.4. Ramute Terminal Unit (RTU) Tipe EPC 3200........................

235
5.11. Simbul-simbul yang ada pada Gardu Induk

..................... ...

236
5.12. Rele Proteksi dan Annunsiator ....................................

238

BAB VI. SISTEM PENTANAHAN TITIK NETRAL ............

246
6.1. Sistem Pentanahan Titik Netral ................................... 246
6.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral .................................... 247
6.2.1. Sistem Yang tidak Ditanahkan ..................................

247
6.2.2. Metode Pentanahan titik Netral .....................................

247
6.3. Pentanahan Titik Netral Tampa Impedansi ..........................

247
6.4. Pentanahan Titik Netral Melalui Tahanan ...............

248
6.5. Pentanahan Titik Netral Melalui Kumparan Peterson ..............

251
6.6. Tranformator Pentanahan ...........................

252
6.7. Penerapan Sistem Pentanahan di Indonesia ..............

253
6.8. Pentanahan Peralatan ............................................... 254
6.9. Exposur tegangan ................................................

256
6.10. Pengaruh Busur Tegangan Terhadap Tenaga Listrik..........


258
6.10.1.Pengaruh tahanan Pentanahan Terhadap Sistem ............... 258
6.10.2.Macam-macam Elektroda Pentanahan .............. ..........

258
6.11. Metode Cara Pentanahan .................................................


260
6.11.1.Pentanahan dengan Driven Ground. .......................... 260

6.11.2.Pentanahan Dengan Mesh atau Jala .............. ..................

261
6.12. Tahanan Jenis Tanah .............................................................

262
6.13. Pengkuran Tahanan Pentanahan ....................................

263



BAB VII. KONTRUKSI KABEL TENAGA ........................

265
7.1. Kabel Minyak .......................................................................... 265
7.1.1. Bagian-bagian Kabel Minyak ...................................

265
7.1.2. Konduktor .................................................

265
7.1.3. Isolasi Kabel ........................................................................

266
7.1.4. Data Kimia ........................................................................

267
7.2. Karakteristik Minyak .............................................................

268
7.3. Macam-macam Minyak Kabel .................................................

270
7.4. Tangki Minyak ............................................................. 272
7.5. Perhitungan Sistem Hidrolik .....................................

278
7.6. Keselamatan Kerja ..............................................

280
7.7. Crossbonding dan Pentanahan ..........................

290
7.8. Cara Kontruksi Solid bonding .................................



292
7.9. Tranposisi dan sambung Silang ................................

294
7.10. Alat Pengukur Tekakan ................... ..............

299
7.11. Tekanan Pada Kabel Minyak ..................................

300
7.12. Kabel Tenaga XLPE ..............................................

303
7.13. Kontruksi Kabel Laut ..............................................

307

BAB VIII. PEMELIHARAAN KABEL TEGANGAN TINGGI .........

310


8.1. Manajemen Pemeliharaan .................................................

310
8.1.1. Manajemen Pemeliharaan Peralatan ..................................

310
8.1.2. Perencanaan ................................................

311
8.1.3. Pengorganisasian ........................................................... 312
8.1.4. Penggerakan ........................................................................

313
8.1.5. Pengendalian ........................................................................

314
8.2. Pengertian dan tujuan Pemeliharan ....................................

314
8.3. Jenis-jenis Pemeliharaan ...............................................

315
8.4. Pemeliharaan Yang Dilakukan Terhadap Kabel Laut
Tegangan Tinggi ................................................................

318
8.5. Prosedur Pemeliharaan ................................................



321
8.6. Dekumen Prosedur Pelaksanan Pekerjaan ..........................

330
8.7. Pemilihan Instalasi Kabel Tanah Jenis Oil Fillied ..............

332
8.8. Spare Kabel ........................................................................ 335
8.9. Termination .......................................................................

335
8.10. Tank Chanber Umum .............................................................

337
8.11. Anti Crossbonding Coverting .....................................

338
7.12. Cara mengukur Tekanan Minyak Dengan Manometer.........

342
8.13. Penggelaran Kabel ................................................

348
8.14. Regangan maksimum yang diizinkan pada Kabel .............

349
8.15. Perhitungan Daya tarik Horizontal ........................

350
8.16. Peralatan Pergelaran kabel ....................................

353
8.17. Jadwal Pemeliharaan ................................................

353
8.18. Kebocoran minyak Kabel Tenaga .........................

354
8.19. Gangguan kabel pada lapisan pelindung P.E. oversheath.....

360


8.19.1.Methoda mencari lokasi gangguan pada lapisan pelindung
kabel.......................................................................................

360
8.19.2.Methoda Murray .............................................................

360
8.20. Memperbaiki Kerusakan Kabel .........................

366
8.20.1.Memperbaiki kerusakan lead sheath kabel ..........................

366
8.20.2.Mengganti Kabel yang rusak ......................................

367
8.21. Auxiliary Cable. ....................................................................

370

BAB . IX. PROTEKSI SISTEM PENYALURAN ........................

372


9.1. Perangkat Sistem Proteksi ....................................

373
9.1.1. Elemen Pengindra .............................. ..............



373
9.1.2 Elemen Pembanding ...............................................

373
9.1.3 Elemen Pengukur ............................................................



373
9.2. Fungsi dan Peralatan Rele Proteksi .....................................

374
9.2.1. Sensitif. .............................. ................................

374
9.2.2. Selektif ..........................................................

374
9.2.3. Cepat ....................................................................................



374
9.2.4. Handal ....................................................................................



375
9.2.5. Ekonomis .....................................................................

...

375
9.2.6. Sederhana ........................................................................



375
9.3. Penyebab Terjadinya Kegagalan Proteksi .........................

375
9.4. Gangguan pada sistem Penyaluran .....................................

376
9.4.1. Gangguan Sistem ......................... ....................

376
9.4.2 Gangguan Non Sistem ....................................

376
9.5. Proteksi Pengantar .............................................................

376
9.6. Sistem Proteksi SUTET .................................................

378
9.7. Media Telekomunikasi .................................................

379
9.8. Relai Jarak ........................................................................

379
9.8.1. Prinsip Kerja Relai Jarak ............................. ................

379
9.8.2. Pengukuran Impedansi Gangguan Oleh Relai Jarak ............

381
9.8.3 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa .........................

381
9.8.4 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa .........................

381
9.8.5 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah..................

382
9.9. Karakteristik Rele Jarak .................................................

383
9.9.1. Karakteristik Impedansi ............................. ..................

383
9.9.2. Karakteristik Mho ............................................................

383
9.9.3 Karakteristik Reaktance .................................................

384
9.9.4 Karakteristik Quadrilateral ....................................

385
9.10. Pola Proteksi ...........................................................

386
9.10.1. Pola Dasar ...........................................................

386
9.10.2. Pola PUTT ...........................................................

386
9.10.3. Pola Permissive Underreach Transfer Trip .........................

387
9.10.4. Pola Blocking .......................................................................



387
9.11. Current Differential Relay ................................................

390
9.12. Proteksi Transformator Tenaga .....................................

397
9.13. Rele Arus Lebih ................................................

400


9.14. Proteksi Penyulang 20 KV ...............................................

401
9.15. Disturbance Fault ............................................................

402
9.16. Basic Operation ................................................

404
9.17. Auto Recloser ............................................................

405
BAB . X. PEMELIHARAAN SUTT/SUTETI BEBAS TEGANGAN..

410


10.1. Tujuan Pemeliharaan ...........................................................

410
10.2. Jenis-jensi pemeliharaan .............................................

410
10.2.1. Pemeliharaan Rutin : ...........................................................

410
10.2.2. Pemeriksaan Rutin................................................................

410
10.2.3. Pemeriksaan Sistematis........................................................

411
10.2.4. Pemeliharaan Korektif............................................................

412
10.2.5. Pemeliharaan Darurat...........................................................

412
10.3. Prosedur Pemeliharaan SUTT/SUTET .........................

413
10.3.1. Peralatan yang dipelihara ....................................................

413
10.3.2. Peralatan Kerja ...........................................................

418
10.3.3. Petunjuk Pemeliharaan Peralatan ................................. ..

420
10.3.4. Pelaporan Pekerjan Pemeliharaan ................................. ..

421

Daftar Pustaka . .......................................................................

422
Lampiran .......................................................................

423



















TEKNIK TRANSMISI TENAGA
LISTRIK

















Oleh
Drs. Aslimeri, M.T
Drs. Ganefri, M.Pd

Editor
Drs. Sudaryono, M.T




DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPERTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007

DIAGRAM PENCAPAIAN KOMPETENSI
menunjukan tahapan atau tata urutan kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun
waktu yang dibutuhkan serta kemungkinan multi exit-multi entry yang dapat diterapkan.

TIG.CIF.0
4
3
TGM.HRB
2
3
TGM.HRB
2
3
TGM.HRB
2
3
TGM.CIF.
2
1
TIG.CIF.0
5
1
TIG.CBH.
5
3
TGM.HRE
4
3
TIG.CIP.0
2
1
TIG.CIF.0
2
2
Teknisi
Konstr
uksi &
Pemeli
Tekn
isi
Instal
asi
Listri
k
TIG.CIF.0
8
1
TMC.Mmc
2
2
TSU.HSC.
1
3
TIG.CIS.0
8
2
TIG.CIF.0
4
2
TIG.CIT.0
4
6
Asiste
n
Teknis
i
Konstr
TMP.HPN.
4
2
TMP.PN.0
4
3
TMP HPN
4
2
TMP.HPN.
4
2
TIG.CIS.0
8
1
TIG.CIT.0
4
9
TIG.CBH.
8
5 Asist
en
Tekn
isi
P
TIG.CBH.
4
4
TIG CIT 0
8
1
TIG.CIT.0
4
1
TGU.HW
2
3
TIG CIT 0
4
7
TGC.HWC
8
3
TIG.CIT.0
4
9
TIG.CBH.0
4
4
Asisten
Teknisi
Konstruks
i &
Pemelihar
Asisten
Teknisi
Konstruks
i &
Pemelihar
TIG CIF 0
1
2
TIG.CIT.0
4
1
TIG CIP 0
4
1
TIG CIT 0
4
8
TIG.CIP.0
4
1
1
TIG.CIC.0
2
4
TIG.CIP.0
1
Asist
en
Tekn
isi
Kons
t k
1
TNP.HPG.
2
Asisten
Teknisi
Konstruksi
&
P lih
Nomor Kode
Kompetensi
Jam Pencapaian
Kompetensi
= Outlet
Nomor Kompetensi dari daftar
keseluruhan kompetensi program keahlian
teknik transmisi
Keterangan
:
1
BAB . I
PEMELIHARAAN SUMBER LISTRIK DC.
1.1.Hukum Ohm
Mari kita tinjau sebuah
rangkaian listrik tertutup yang
berupa sebuah tahanan
dihubungkan pada kutub-kutub
sebuah baterai. seperti gambar 1.1
R





Sumber tegangan (Baterai)
Gambar 1.1. Rangkaian Listrik
Tertutup
Perbedaaan muatan di dalam
Baterai mengakibatkan mengalirnya
arus listrik di dalam rangkaian yang
secara perjanjian ditentukan
mengalir dari kutub positip baterai
melalui beban tahanan kemudian
masuk ke kutub negatip baterai.
Dalam peristiwa ini dikatakan
sebuah Gaya Gerak Listrik bekerja
sehingga mengakibatkan mengalir-
nya arus listrik dalam rangkaian .

1.1.1.Perbedaan Potensial
(Tegangan)

Bila antara dua titik dalam
sebuah rangkaian terdapat energi
listrik yang dapat diubah menjadi
energi lain, maka antara dua titik
tersebut, disebut terdapat
perbedaan potensial atau
tegangan. Satuan dari tegangan
adalah Volt. Tegangan antara dua
titik dikatakan satu Volt bila energi
listrik yang diubah menjadi bentuk
lain adalah satu joule untuk setiap
coulomb yang mengalir.


Coulomb Q sebesar Muatan
Joule W sebesar Kerja
(V) Volt =

1.1.2. Arus Listrik
Arus listrik adalah gerakan
muatan listrik di dalam suatu
penghantar pada satu arah tertentu.
Muatan listrik dapat berupa
elektron, ion atau keduanya. Di
dalam penghantar, umumnya
terdapat gerakan acak elektron
bebas diantara atom-atom statis.
Gerakan ini tidak menghasilkan
arus listrik. Namun pada suatu
keadaan tertentu, elektron bebas
dapat dipaksa untuk bergerak
dalam satu arah tertentu, yaitu ke
satu titik yang kekurangan elektron.
(perhatikan bahwa keadaan
kekurangan elektron disebut
muatan positip sedang kelebihan
elektron disebut muatan negatip).
Keadaan mengalirnya elektron
pada satu arah tertentu dinamakan
konduksi atau arus aliran elektron.

Pergerakan elektron ditentukan
oleh perbedaan muatan yang
terdapat antara kedua ujung
penghantar. Jadi pergerakan
elektron di dalam penghantar terjadi
akibat tarikan ujung penghantar
yang bermuatan positip maupun
dari ujung yang lebih negatip.
Sampai tahap ini harus sudah dapat
dimengerti perbedaan arus listrik
(konvensional) dan arus elektron.
Istilah yang mengatakan arus listrik
mengalir dari kutub positip ke arah
Saklar
2
kutub negatip berasal dari teori
kuno, pada waktu kenyataan
sebenarnya mengenai arus elektron
belum diketahui benar.

Karena itu pada pembahasan
mengenai tabung elektron maupun
transistor gambar-gambarnya
dilengkapi dengan tanda panah
arah arus elektron dan bukannya
arus listrik.

1.1.3. Satuan Arus Listrik

Satu satuan muatan listrik
adalah sebanding dengan adanya
6,20 x 10
18
buah elektron.
Satuannya adalah coulomb (simbol
Q), jadi 1 coulomb = 6,20 x 10
18

buah elektron. Arus listrik dalam
penghantar adalah pergerakan
terarah sejumlah elektron dari ujung
satu ke ujung lainnya. Dengan
demikian arus listrik dapat
didefinisikan sebagai coulomb per
detik. Namun satuan arus listrik
yang umum digunakan yaitu
ampere, dimana satu coulomb per
detik = satu ampere

atau I
t
Q
=
dimana I adalah lambang dari arus
listrik

1.1.4. Tahanan
Sebuah penghantar disebut
mempunyai tahanan sebesar satu
OHM bila pada kedua ujungnya
diberi perbedaan potensial sebesar
satu volt dengan arus satu amper
mengalir diantara kedua ujung
tersebut. Dalam penghantar jenis
apapun, selama suhunya tetap,
perbandingan antara perbedaan
potensial pada ujung-ujungnya
dengan besarnya arus yang
mengalir di sepanjang penghantar
adalah sama.
Dengan demikian untuk setiap
penghantar berlaku :
Tetap
penghantar pada arus
penghantar pada Tegangan
=
. .
. .

Hubungan dalam rumus di atas
bersifat LINIER dan bila digambar
berbentuk garis lurus. Harga tetap
pada rumus di atas ternyata adalah
nilai tahanan dari penghantar itu
dalam satuan OHM.
(Ampere)
(Volt)
I
V
R =
Jadi 1 Ohm merupakan arus
listrik sebesar satu ampere yang
mengalir dalam penghantar pada
tegangan 1 volt.

1.1.5. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tahanan

Tahanan sebuah penghantar
berbanding lurus dengan
panjangnya dan berbanding terbalik
dengan besarnya penampang.
Sehingga : ( )
A
Ohm R
l
=
dimana adalah tetapan
(konstanta)
Besarnya tetapan tergantung
pada jenis material penghantar.
Konstanta atau disebut tahanan
jenis suatu material adalah tahanan
antara dua permukaan yang
berlawanan dari material itu dalam
bentuk kubus, dinyatakan dengan
satuan Ohm-cm.
Suatu dari panjang penghantar
yang dicari besar tahanannya
haruslah sesuai dengan satuan dari
tahanan jenis yang dipakai untuk
penghitung. Bila satuan panjang
yang digunakan adalah cm, maka
3
satuan tahanan jenisnya haruslah
menggunakan Ohm-cm.

Contoh :
Sepotong kawat sepanjang 100
m dengan penampang 0,001 cm
2

dibuat dari bahan tembaga dengan
tahanan jenis = 1,7 ohm-cm.
Hitunglah tahanan kawat
penghantar tersebut.
L = 10.000 cm A = 0,001 cm
2

Ohm
x
R
cm Ohm
17
001 , 0 10
7 , 1
10
7 , 1
2
6
= =
=


Selain nilai tahanan tergantung
dari panjang dan material maka
besar nilai tahanan juga ditentukan
oleh faktor naik turunnya
temperatur, sebagaimana dituliskan
dalam rumus.

R
t
= R
0
{1 + (t
2
- t
1
) }
dimana R
0
= Tahanan pada
temperatur t
1

o
C
R
t
= Tahanan pada temperature
t
2

o
C


= Koefisien muai panjang sebuah
tahanan.

1.2. Hukum Kirchoff
1.2.1. Hukum Kirchoff I
Hukum Kirchoff I menyatakan,
bahwa aljabar arus-arus yang
menuju ke suatu titik simpul adalah
sama dengan nol. Gambar 1.2
menunjukkan sebuah titik simpul
dari suatu rangkaian, dengan arus-
arus I
1
, I
2
, I
3
, I
4
yang terhubung
dengan titik simpul tersebut. Untuk
dapat menjumlahkan secara aljabar
maka arus yang arahnya menuju
titik simpul diberi tanda positip,
sedangkan yang meninggalkan
diberi tanda negatip, seperti gambar
1.2.
Jadi berlaku I
1
+ I
2
- I
3
- I
4
= 0

I
1



I
4

I
2
I
3


Gambar 1. 2.arah aliran arus.

1.2. 2. Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II sering
disebut dengan Hukum Kirchoff
tentang tegangan, dinyatakan
dengan persyaratan bahwa dalam
suatu rangkaian tertutup jumlah
aljabar sumber tegangan, dan
tegangan jatuh pada tahanan
adalah nol. Atau secara matematis
ditulis dengan rumus :

V = ( I x R)
Sebagai contoh gambar 1.3 dibatasi
daerah A-B-C-D-A.
Jadi untuk menerapkan hukum
ini, haruslah dipilih suatu rangkaian
yang tertutup. Arah arus harus
ditentukan lebih dahulu, seperti
gambar 1.3. searah dengan putaran
jarum jam dan ditentukan juga arah
referensi ggl suatu baterai adalah
searah dengan arus yang
diakibatkannya, bila baterai tersebut
dibebani sebuah tahanan sendiri
(tanpa ada baterai lain), jadi
arahnya harus diambil dari kutub
negatip ke kutub positip.

4
Arah arusnya, bila belum
diketahui sebenarnya (harus dicari
dahulu) tetapi untuk keperluan
perhitungan dapat dipilih
sembarang. Nanti hasil perhitungan
akan menunjukkan, apakah arah
yang dipilih sementara itu sesuai
dengan arah arus sebenarnya
atau tidak, hal ini akan ketahuan
pada hasil akhir perhitungan (+
atau - )
I
6
R
1
I
1
I
7


B I C
I
2

r
a
R
2


E
a

A I
5

I
3
E
b
r
b
D I
8

E
0

Gambar1. 3.Arah aliran arus
tertutup

Suatu ggl dihitung positip, bila
arah referensinya sama dengan
arah arus yang telah dipilih.
Sebaliknya bila arah referensi
berlawanan dengan arah arus maka
besaran yang bersangkutan
dihitung negatip.
Sehingga dari gambar 1.3.
dapat dituliskan.

I
1
R
1
+ I
2
R
2
+ I
3
( R
3
+ r
b
) - E
b
+ E
a
+
I r
a
= 0

atau
E
b
- E
a
= I
1
R
1
+ I
2
R
2
+
I
3
(R
3
+ r
b
)+ I r
a



1. Rangkaian Seri
Tahanan-tahanan dikatakan
tersambung seri bila tahanan-
tahanan tersebut dihubung kan dari
ujung ke ujung sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar 1.4
Dalam sambungan seri arus yang
mengalir pada setiap tahanan akan
sama besarnya.

R
1
R
2
R
3



V
1
V
2
V
3


I (Amps)
V
Volt

Gambar1. 4. Sambungan Seri
R



I
(AMPS)

V
(VOLT)


Gambar1. 5. Tahanan Pengganti
(Ekivalen)

Dengan menggunakan hukum
Ohm diperoleh :
V
1
= Tegangan di R
1
= IR
1
volt
V
2
= Tegangan di R
2
= IR
2
volt
V
3
= Tegangan di R
3
= IR
3
volt

Sekarang bilamana ketiga
tahanan itu harus digantikan oleh
satu tahanan pengganti yang
nilainya tak berubah maka hal itu
dapat digambarkan sebagai
tahanan ekivalen, lihat gambar 1.5.
Dari hukum Ohm, perbedaan
potensial pada V = I.R volt atau,

V = I . R

5
Kembali kepada gambar 1.4,
jumlah perbedaan potensial yang
melalui tahanan R1, R2, R3
haruslah sama dengan tegangan
sumber sebesar V volt, atau :


V = IR
1
+ IR
2
+ IR
3
dan
IR = IR
1
+ IR
2
+ IR
3
atau

R = R
1
+ R
2
+ R
3


2. Rangkaian Paralel
Tahanan-tahanan dinyatakan
tersambung paralel bila kedua
ujung tahanan disambung
sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar 1.6. Dalam keadaan ini
semua tahanan tersambung
langsung kepada sumber tegangan,
sehingga perbedaan potensial yang
dialami setiap tahanan adalah sama
dengan V volt. Tetapi arus dari
sumber kini terpecah menjadi tiga
I
1
, I
2
, I
3
, sehingga:

I = I
1
+ I
2
+ I
3


dan
1
1
R
V
I =

2
2
R
V
I =

3
3
R
V
I =

Tahanan ekivalen / pengganti
dari ketiga tahahan yang
tersambung paralel digambarkan
dalam gambar 1. 7.

I = V / R
dari persamaan diatas diperoleh
:
3 2 1
R
V
R
V
R
V
R
V
+ + =

I
1
R
1


R
2
I
1


I
3
R
3

I
AMPS

V
Volt


Gambar1. 6. Sambungan Paralel

R



I
AMPS



V
Volt


Gambar 1.7. Tahanan Pengganti
Paralel

Sehingga
3 2 1
1 1 1 1
R R R R
+ + =

Rumus ini digunakan untuk
mendapatkan tahanan pengganti
dari rangkaian tahanan yang
tersambung paralel.

Contoh :
Carilah tahanan pengganti dari 3
buah tahanan 10 ohm yang
disambung paralel.


10
3
10
1
10
1
10
1 1
= + + =
R


6
Sehingga Ohm R 333 , 3
3
10
= =

3. Rangkaian Kombinasi

Gambar 1.8 adalah suatu
rangkaian yang memiliki
sambungan paralel maupun seri.
Dari harga tahanan yang diberikan
kita dapat menghitung besarnya
tahanan pengganti sebagai berikut.
Bila Rx merupakan tahanan
pengganti yang dimaksud dan Ry
adalah tahanan pengganti dari
rangkaian paralel ( 4 dan 2 Ohm )
maka,

Ohm Ry
Ry
3
1
1
3
4
4
3
2
1
4
1 1
= =
= + =

Rangkaiannya kini sama seperti
pada gambar 1.4. dimana :

R
1
= 10 ohm
R
2
= 1
3
1
ohm
R
3
= 6 ohm
Dengan demikian tahanan
pengganti seri paralel adalah :
Rx = 10 + 6 + 1
3
1

Rx = 17
3
1
ohm
.. 4
10 6


2
I
AMPS

12
VOLTS

Gambar 1.8. Rangkaian Seri
Paralel
Sehingga arus yang mengalir ke
dalam rangkaian dapat dihitung
sebagai berikut :

Amper I
I
R
V
I
13
9
3
1
17
12
=
=
=


1.3. Daya Dalam Rangkaian DC.
Bila suatu arus melewati suatu
tahanan, maka akan timbul panas.
Seperti halnya dalam bidang
mekanik, disini ada dua hal yang
mempunyai definisi sama, yaitu
energi dan daya (power). Energi
listrik adalah kemampuan suatu
sistem listrik untuk melakukan kerja.
Satuan energi listrik adalah joule.

Kerja (work) atau usaha
adalah terjadi bila suatu muatan
Q coloumb bergerak melalui
perbedaan tegangan V volt, atau

W (work) = VQ joule
Q = I t coloumb

sehingga W = V I t joule

Daya listrik adalah ukuran
kerja yang dilakukan. Karena
satuan kerja adalah joule maka
daya diukur dalam joule per-detik,
atau watt.

1 watt = 1 joule/detik

Energi atau kerja(joule)
Jadi, Daya = --------------------------
waktu (detik )

7
t
VIt
P = atau P = VI

Dengan hukum OHM dapat kita
peroleh rumus (formula) lain yang
akan memudahkan perhitungan.

P = V.I (watt)

Menurut hukum Ohm V = IR
sehingga P = I x IR atau

P = I
2

R

dan watt
R
V
P
2
=
Jika suatu alat pemanas
disambungkan pada suatu sumber
tegangan, maka arus akan mengalir
pada elemen (tahanan) dari alat
pemanas tersebut. Proses ini
adalah sebagai aplikasi dari
perubahan energi listrik menjadi
energi panas dengan elemen
(tahanan) dari alat pemanas
tersebut.
Apabila alat pemanas yang
digunakan pada labelnya tertulis
1 kW, 2 kW dan sebagainya, ini
menunjukkan bahwa alat pemanas
2 kW menyerap daya lebih besar
dari alat pemanas 1 kW, karena alat
pemanas 2 kW menyerap daya 2
kali lebih besar dari alat pemanas
1 kW. Besarnya daya yang diserap
ini dinotasikan denga simbol P
dalam satuan watt.
Dalam kenyataannya daya
(dalam watt) pada suatu rangkaian
tahanan (resistor) dapat
menggunakan perhitungan yang
mudah yaitu :

P = V x I
dimana : V = I x R
maka :P = I x R x I
P = I
2
x R atau
watt
R
V V
P
.
= atau watt
R
V
P
2
=

Sebagai contoh :
Lampu dengan sumber tegangan
220 V mengalirkan arus 1 Amper
(Gambar 1.9), maka :

P = 220 x 1 = 200 watt


Gambar 1.9.
Rangkaian Pengukuran Daya Dari
Arus Listrik DC

1.3.1.Prinsip Dasar Rangkaian DC
Pada arus searah, sumber
tegangan pada suatu rangkaian
mempunyai sisi positif dan sisi
negatif, kedua sisi ini disebut
polaritas. Sisi posiif atau kutub
positif digambarkan dengan +
dan kutub negatif digambarkan
dengan - .


+
_
Positive pole
Negative pole


Gambar 1.10. Rangkaian

Polaritas dari sumber
tegangan arus searah (DC) tak
pernah berubah, dimana terminal
kutub negatif selalu
8
mempertahankan polaritas negatif,
dan terminal positif
mempertahankan polaritas positif.
Oleh karena itu dalam suatu
rangkaian yang menggunakan
sumber rangkaian DC, arus selalu
mengalir melalui rangkaian tersebut
dalam satu arah.
Mari kita tinjau sebuah
rangkaian listrik tertutup yang
berupa sebuah tahanan yang
dihubungkan pada kutub-kutub
sebuah baterai.
Beban







Baterai

Gambar 1.11. Rangkaian Tertutup

Perbedaan muatan didalam
baterai mengakibatkan mengalirnya
arus listrik di dalam rangkaian yang
secara perjanjian ditentukan
mengalir dari kutub positif baterai
melalui beban tahanan kemudian
masuk ke kutub negatif baterai.
Dalam peristiwa ini dikatakan
Gaya Gerak Listrik (GGL) bekerja
sehingga mengakibatkan mengalir-
nya arus listrik.

1.3.2. Hubungan Antara Arus,
Tegangan dan Tahanan.

1. Arus Listrik.
Arus listrik adalah aliran
elektron bebas berpindah dari suatu
atom ke atom lain dalam
penghantar. Arus Listrik (aliran
elektron) akan terjadi bila ada
perbedaan potensial diantara ke
dua ujung sebuah konduktor.
Jumlah elektron yang mengalir
setiap detik dapat mencapai jutaan
elektron. Laju aliran elektron setiap
detik diukur dalam satuan Ampere
( I )

2. Tegangan Listrik.
Untuk menghasilkan aliran listrik
harus ada beda potensial antara 2
kutub. Beda potensial antara 2
kutub ini dinyatakan dalam satuan
Volt (V). Tegangan dapat dianggap
sebagai potensial pendorong bagi
proses perpindahan elektron
melintasi konduktor.
Bila beda potensial antara dua
kutub konduktor naik, maka jumlah
elektron yang mengalir melintasi
konduktor menjadi bertambah
banyak, karena itu arus listrik pun
akan bertambah besar.

3.Tahanan Listrik.
sudah diketahui bahwa
konduktor mempunyai sejumlah
elektron bebas. Logam-logam
biasanya merupakan konduktor
yang baik karena mempunyai
banyak elektron bebas. Tembaga
(Cu) dan Alumunium (AL) adalah
logam yang banyak digunakan
sebagai konduktor.
Sebaliknya bahan yang
mempunyai sedikit elektron bebas
disebut isolator. Isolator bukan
penghantar listrik yang baik, karena
mempunyai sedikit sekali elektron
bebasnya. Apabila diinginkan untuk
menghambat aliran listrik, maka
gunakan isolator.
Penghambat aliran listrik
biasanya disebut Tahanan (R)
dalam satuan ohm. Sebuah
penghantar disebut mempunyai
Saklar
9
tahanan sebesar satu ohm bila
perbedaan ujungnya diberikan
perbedaan potensial sebesar satu
volt dengan arus satu amper
mengalir diantara kedua ujung
tersebut. Dalam penghantar jenis
apapun, selama suhunya
tetap,perbandingan antara
perbedaan potensial pada ujung-
ujungnya dengan besarnya arus
yang mengalir disepanjang
penghantar adalah sama. Dengan
demikian untuk setiap penghantar
berlaku :
tetap
penghantar dalam Arus
pengantar Pada Tegangan
=
. .
. .

Hubungan dalam rumus
tersebut diatas bersifat linier dan
bila digambarkan berbentuk garis
lurus. Harga tetap pada rumus
diatas ternyata adalah nilai tahanan
dari penghantar itu dalam satuan
ohm.
) (
) (
) .(
ohm R
Volt V
Amp I =
(formula ini disebut hukum Ohm)

Tipe dan aplikasi resistor yang
sering ditemui adalah sebagai
berikut. Rangkaian elektronik yang
sangat komplek, mungkin terdiri
dari beberapa ratus komponen.
Komponen-komponen tersebut
mempunyai bermacam-macam
katagori, antara lain ada komponen
yang tidak dapat menguatkan
(misal : resistor, kapasitor, dan
induktor), dan ada pula kompoen
yang dapat menguatkan/ amplifikasi
atau berfungsi sebagai saklar (misal
: Transistor, IC).

a. Resistor
Hampir dapat dipastikan pada
semua rangkaian elektronik
mengandung resistor yang
berfungsi mengontrol arus dan atau
tegangan.
Didalam aplikasinya resistor sering
digunakan untuk :
- Mengontrol tegangan dan arus
bias pada amplifier/penguat
transistor
- Mengubah arus keluaran yang
berkaitan dengan drop
tegangan keluaran, dan
menyediakan suatu nilai
tertentu.
Nilai resistansi, biasanya
dinyatakan dengan besaran : , k
atau m .

b. Resistor Variable
Resistor variabel mempunyai
bermacam-macam bentuk, tetapi
yang paling populer adalah
potensiometer karbon dan gulungan
kawat. Tipe karbon lebih cocok
diaplikasikan untuk daya rendah
(umumnya kurang dari 1 watt). Tipe
gulungan kawat digunakan untuk
daya maksimum 3 watt.

c. Nilai Resistansi
- Tertulis pada body resistor,
mempunyai toleransi 10%.
Misal : tertulis 100 , maka nilainya
(90 - 110) .
- Dekade seri, misal : seri E6
mempunyai toleransi 20%; seri E
12 mempunyai toleransi 10%; dan
seri E 24 mempunyai
toleransi 5%.
Kode warna, ada dua metode,
antara lain metode : empat pita; dan
lima pita . Tipe dan aplikasi resistor
yang sering ditemui adalah seperti
tabel 1.1 :

10

Tabel 1.1 Tipe dan aplikasi resistor

Tipe Karakteristik Aplikasi
Carbon
composition

Murah, toleransi rendah
koefisien temperatur
rendah, ada desah, dan
kestabilan rendah.
Keperluan umum yang tidak
kritis, penguat sinyal besar,
dan catu daya.
Carbon film

Toleransi tinggi, kestabilan
tinggi
Keperluan umum : bias,
beban, dan pull-up.
Metal film

Koefisien suhu rendah,
kestabilan tinggi

Keperluan umum dan
rangkaian desah rendah:
bias dan beban rangkaian
penguat tingkat rendah

Metal oxide

Desah sangat rendah,
kestabilan dan keandalan
tinggi.
Keperluan umum : amplifier
desah rendah dan sinyal
kecil.
Aluminium clad
wirewound
Disipasi sangat tinggi

Catu daya dan beban daya
tinggi
Ceramic
wirewound
Disipasi tinggi

Catu daya.

Silicon and
vitreous enamel
wirewound
Disipasi tinggi
Catu daya, penguat daya
dan kendali

Metode empat pita





Toleransi
Pengali
Angka II
Angka I

Gambar 1.12. Kode Warna Resistor Empat Pita
11
Keterangan :
Angka I, II dan III Pengali Toleransi
Hitam = 0 Perak = 0.01 Merah = 2%
Coklat = 1 Emas = x 0.1 Emas = 5%
Merah = 2 Hitam = x 1
Orange = 3 Coklat = x 10 Perak = 10%
Kuning = 4 Merah = x 100 Tanpa warna = 20%
Hijau = 5 Orange = x 1000
Biru = 6 Kuning = x 10.000
Ungu = 7 Hijau = x 100.000
Abu-abu = 8
Putih = 9 Biru = x 1.000.000

contoh :



Kuning = 4
Ungu = 7
Emas = x 0.1
jadi, nilai resistansi = 47 x 0.1 = 4.7 10%
Perak = 10% = 4R7 10%

Gambar 1.13. Rangkaian

Metode lima pita




Toleransi
Pengali
Angka III
Angka II
Angka I
Gambar 1.14. Kode Warna Resistor Lima Pita




12
Contoh


Coklat = 1
Hitam = 0 Jadi, nilai resistance
Hitam = 0 = 100 x 100 = 10.000 5%
Merah = x 10 = 10 K 5%
Emas = 5%

Gambar 1.15. Rangkaian

Ada kode huruf yang menyatakan posisi titik desimal pengali dan
toleransi, yang digunakan untuk menentukan nilai resistansi, antara lain :
Kode Pengali Kode Toleransi
R x 1 F 1%
K x 1000 G 2%
M x 1.000.000 J 5%
K 10%
M 20%


Contoh :
Kode Nilai Toleransi

R22M 0.22 20%
4R7K 4.7 10%
68RJ 68 5%
1MOF 1M 1%

d. Aplikasi Resistor
- Hubungan seri R = R1 + R2
- Hubunganparalel
2 1
1 1 1
R R R
+ = .
- Pembagi tegangan V
out
= V
in


- Pembagi arus I
out
= I
in
2 2
1
R R
R
+
-



e. Termistor
Termistor (thermally sensitive
resistor) adalah komponen
elektronika yang mempunyai
sifat/karakteristik resistansinya
bervariasi terhadap perubahan
suhu. Karena sifat inilah, maka
didalam aplikasinya sering
digunakan sebagai elemen
sensor kompensasi suhu. Ada 2
tipe termistor ; PTC (Positive
13
Temperature Coefficiant), dan
NTC (negative temperature
coefficient).

f. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen
elektronik yang sangat penting
untuk memperbaiki kerja
rangkaian elektronik, dan dapat
berfungsi untuk menyimpan
energi dalam bentuk medan
listrik. Aplikasi kapasitor antara
lain sebagai kapasitor
penyimpan pada catu daya,
kopling sinyal AC antara tingkat
penguat dan kopling DC catu
daya. Nilai kapasitansi, biasanya
dinyatakan dengan besaran: uF,
nF atau pF. Tipe dan aplikasi
kapasitor yang sering ditemui
adalah sebagai berikut :


Tabel 1.2 Tipe dan aplikasi kapasitor
Tipe Karakteristik Aplikasi
Keramik

Ukuran kecill,
induktansi rendah

De-kopling frekuensi menengah
dan tinggi, timing, kompensasi
suhu,
Elektrolit

Nilai kapasitansi
relatif besar,
polarisasi

Reservoir catu daya, de-kopling
frekuensi rendah
Metal - film

Nilai kapasitansi
sedang, cocok untuk
aplikasi tegangan
tinggi, relatif mahal
Reservoir catu daya tegangan
tinggi DC, koreksi faktor daya
pada rangkaian AC

Mika Stabil, koefisien suhu
rendah
Osilator frekuensi tinggi, timing,
filter, pulsa

Polikarbonat
Kestabilan tinggi,
ukuran fisik kecil.

Rangkaian timing dan filter
Poliyester Keperluan umum Kopling dan de-kopling

Polipropilin

Hilang dielektrik
sangat rendah
Kopling dan de-kopling rangkaian
tegangan tinggi filter utama
Polistirin

Harga murah, aplikasi
tegangan rendah .
Timing, filter, osilator dan
deskriminator
Tantalum

Nilai kopel relatif
besar ukuran fisik
sangat kecil.
Kopling dan de-kopling
14


g. Aplikasi kapasitor
- Hubungan seri 1/C = 1/C
1
+1/C
2

- Hubungan paralel C = C
1
+ C
2

- Kapasitor didalam rangkaian AC
Reaktansi kapasitip dinyatakan
sebagai rasio tegangan
terhadap arus kapasitor dan
diukur dalam .
= = = .
. .
1
. . 2 c f c f
I
I
V
X
C
C
C


Induktor
Induktor adalah komponen
elektronika yang jarang
digunakan seperti halnya
resistor atau kapasitor. tetapi
penting didalam aplikasinya
sebagai filter frekuensi tinggi
dan penguat frekuensi radio.
Nilai induktansi biasanya
dinyatakan dengan besaran : H,
mH, nH.
Tipe induktor yang sering
ditemui adalah :
RM6, RM7, dan RM10.

Aplikasi Induktor
- Hubungan seri L = L
1
+ L
2

- Hubungan paralel 1/L = 1/L
1
+
1/L
2

- Induktor didalam rangkaian AC :
Reaktansi induktif dinyatakn
sebagai rasio tegangan terhadap
arus induktor dan diukur dalam
= = = . . . . . 2 L L f
I
V
X
L
L
L

Rangkaian R, L, dan C
(a). Rangkaian timing C-R dan
karakteristiknya
(b) Integrator C-R
(c Differensiator C-R
(d) Low-Pass filter C-R
(e) High-pass filter C-R
(f) Filter C-R kaskade
(g) Band pass filter C-R
(h) Low-pass dan high-pass filter
L-C
(I) Band-pass filter L-C seri
(j) Band-pass L-C paralel

Transformator (trafo)
Berdasarkan fungsinya, trafo
dibagi menjadi empat kategori :
- Trafo utama /daya (50 Hz, atau
60 Hz )
- Trafo frekuensi audio ( 20 Hz -
20 Khz )
- Trafo frekuensi tinggi
( 100 k Hz)
- Trafo pulsa ( 1k Hz - 100 kHz)
Hubungan antara tegangan
primer dan sekunder

S
P
S
P
N
N
V
V
=
V
p
= Tegangan primer
V
s
= Tegangan sekunder
N
p
= Belitan primer
N
s
= Belitan sekunder

Hubungan antara arus Primer dan
sekunder
I
p
= Arus Primer
I
s
= Arus sekunder
N
p
= Belitan Primer
N
s
= Belitan sekunder
S
P
P
S
N
N
I
I
=

Daya Trafo ( VA )
Daya trafo dapat diestimasi
dengan perhitungan : Total daya
15
yang dikonsumsi oleh beban
dikalikan 1.1.
Daya trafo = 1.1 x Ps (VA)

1.4. SEMIKONDUKTOR
Semikonduktor dapat mencakup
beberapa alat/komponen
elektronika, antara lain mulai dari
dioda s/d VLSI. ( Very Large
Scale Integrated )

1. Dioda
Dioda adalah alat elektronika
dua-terminal, yang hanya
mengalirkan arus listrik dalam
satu arah apabila nilai
resistansinya rendah.
Bahan semikonduktor yang
digunakan umumnya adalah
silikon atau germanium.
Jika dioda dalam keadaan
konduksi, maka terdapat tegangan
drop kecil pada dioda tersebut.
Drop tegangan silikon 0,7 V;
Germanium 0.4V.

a. Aplikasi Dioda
Sesuai dengan aplikasinya
dioda, sering dibedakan menjadi
dioda sinyal dan dioda penyearah.
(a) Penyearah setengah gelom -
bang
(b). Penyearah Gelombang Penuh

b. Dioda Zener
Dioda zener adalah dioda
silikon, yang mana didesain
khusus untuk menghasilkan
karakteristik breakdown
mundur,. Dioda zener sering
digunakan sebagai referensi
tegangan.


c. Dioda Schottky .
Dioda schottky mempunyai
karakteristik fast recovery,
(waktu mengembalikan yang
cepat, antara konduksi ke non
konduksi). Oleh karena
karakteristiknya ini, maka banyak
diaplikasikan pada rangkaian daya
modus saklar. Dioda ini dapat
membangkitkan drop tegangan
maju kira-kira setengahnya dioda
silikon konvensional, dan waktu
kembali balik sangat cepat.

d. Optoelektronika
Optoelektronika adalah alat
yang mempunyai teknologi
penggabungan antara optika dan
elektronika. Contoh alat
optoelektronika antara lain : LED
(Light Emitting Dioda), foto dioda,
foto optokopler, dan sebagainya.

e.L E D
LED adalah sejenis dioda,
yang akan memancarkan cahaya
apabila mendapat arus maju
sekitar 5 30 mA. Pada umumnya
LED terbuat dari bahan galium
pospat dan arsenit pospit.
Didalam aplikasinya, LED sering
digunakan sebagai alat indikasi
status/kondisi tertentu, tampilan
Seven-segment, dan sebagainya.

f. Fotodioda
Foto dioda adalah jenis foto
detektor, yaitu suatu alat
optoelektronika yang dapat
mengubah cahaya yang datang
mengenanya menjadi besaran
listrik. Prinsip kerjanya apabila
sejumlah cahaya mengena pada
persambungan, maka dapat
16
mengendalikan arus balik di
dalam dioda.
Di dalam aplikasinya, foto dioda
sering digunakan untuk elemen
sensor/detektor cahaya.

g. Fototransistor
Fototransistor adalah
komponen semikonduktor
optoelektronika yang sejenis
dengan fotodioda. Perbedaannya
adalah terletak pada penguatan
arus dc. Jadi, pada fototransistor
akan menghasilkan arus dc kali
lebih besar dari pada fotodioda.

h.Optokopler
Optokopler disebut juga
optoisolator adalah alat
optoelektronika yang mempunyai
teknologi penggabungan dua
komponen semikonduktor di
dalam satu kemasan, misalnya :
LED - fotodioda, LED -
fototransistor dan sebagainya.
Prinsip kerja optokopler adalah
apabila cahaya dari LED mengena
foto dioda atau foto transistor,
maka akan menyebabkan
timbulnya arus balik pada sisi
fotodioda atau foto transistor
tersebut. Arus balik inilah yang
kana menentukan besarnya
tegangan keluaran. Jadi apabila
tegangan masukan berubah,
maka cahaya LED berubah, dan
tegangan keluaran juga berubah.
Didalam aplikasinya, optokopler
sering digunakan sebagai alat
penyekat diantara dua-rangkaian
untuk keperluan pemakaian
tegangan tinggi.



i. LDR
LDR (Light Dependent
Resistor) adalah komponen
elektronika yang sering digunakan
sebagai transduser/elemen sensor
cahaya. Prinsip kerja LDR apabila
cahaya yang datang mengena
jendela LDR berubah, maka nilai
resistansinya akan berubah pula.
LDR disebut juga sel
fotokonduktip.

j. S C R
SCR (Silicon Controlled
Rectifier) disebut juga thyristor,
adalah komponen elektronika tiga-
terminal yang keluarannya dapat
dikontrol berdasarkan waktu
penyulutnya. Di dalam
aplikasinya, SCR sering
digunakan sebagai alat
Switching dan pengontrol daya
AC.

k. TRIAC
Triac adalah pengembangan
dari SCR, yang mana mempunyai
karakteristik dua-arah
(bidirectional). Triac dapat disulut
oleh kedua tegangan positip dan
negatip. Aplikasinya, triac sering
diguna- kan sebagai pengontrol
gelombang penuh
17
Tabel 1. 3. Macam-macam Tipe Triac

T y p e BC109 BC184L BC212L TIP31A TIP3055
Material Construction Silicon Silicon Silicon Silicon Silicon
Case style n-p-n n-p-n n-p-n n-p-n n-p-n
Maximum collector
power
TO18 TO92 TO92 TO220 TAB
Dissipaition (Pc)
360 mW 300 mW 300 mW 40 W 90 W
Maximum collector
Current (Ic)
100 mA

200 mA

-200 mA

3A

15A

Maximum Collector
Emitter voltage (Vceo)
20 V

30 V

-50 V

60 V

60V

Maximum collector
base voltage (Vcbo)
30 V

45 V

-60 V

60V

100V

Current gain (hfe) 200-800

250

60-300

10-60

5-30

Transition frequency 250 MHz 150 MHz 200 MHz 8 MHz 8MHz


l. DIAC
Diac adalah saklar
semikonduktor dua-terminal yang
sering digunakan berpasangan
dengan TRIAC sebagai alat
penyulut (trigger).

2. Transistor (Transfer Resistor)
Transistor adalah salah satu
komponen semikonduktor yang
dapat digunakan untuk
memperkuat sinyal listrik, sebagai
sakelar dan sebagainya. Pada
dasarnya transistor terbuat dari
bahan silikon atau germanium.
Jenis transistor adalah PNP dan
NPN simbol kedua jenis transistor
adalah sebagai berikut :
Transistor dapat digunakan
bermacam-macam aplikasi namun
dapat dikategorikan sebagai
berikut :
- Transistor linear, didesain untuk
aplikasi linear (penguatan
tegangan tingkat rendah)
- Transistor daya, didesain untuk
beroperasi tingkat daya tertentu
(daya frekuensi audio dan
sebagainya)
- Transistor frekuensi radio,
didesain khusus untuk aplikasi
frekuensi tinggi
- Transistor tegangan tinggi,
didesain khusus untuk
menangani keperluan tegangan
tinggi

18
Kerja transistor dapat dijelaskan
dengan bantuan grafik garis
beban DC dan rangkaian dasar
bias-basis sebagai berikut :

Perpotongan dari garis beban
DC dengan kurva arus basis
disebut titik kerja (titik Q) atau titik
stasioner.
Contoh karakteristik beberapa tipe
transistor

a. F E T
FET (Field effect transistor)
adalah komponen semikonduktor
yang dapat melakukan berbagai
fungsi transistor, tetapi prinsip
dasar kerjanya berbeda. Ada dua
jenis FET, antara lain : JFET
(junction field effect transistor),
dan MOSFET (Metal-Oxide Semi
Conductor Field Effect Transistor).
Seluruh jenis FET dapat dibagi
menjadi dua versi, yaitu : kanal P,
dan kanal N. Simbol JFET dan
karakteristiknya adalah seperti
berikut ini :
Contoh karakteristik FET dapat
disusun sesuai konfigurasinya,
adalah sebagai berikut :


Tabel 1.4. Mode of operation

Parameter Common source Common drain Common gate
Voltage
gain
Medium
(40)
Unity
(1)
High
(250)
Current
gain
Very high
(200.000)
Very high
(200.000)
Unity
(1)
Power gain

Very high
(8.000.000)
Very high
(200.000)
High
(250)
Input
Very high Very high

Low

resistance

(1 M)
(1 M)
(500 )
Output (Medium/high

Low

High

resistance (50 k)
(200 ) (150 k)
Phase shift

180

0 0

b. JFET
JFET sangat luas digunakan pada
rangkaian penguat linier,
sedangkan MOSFET sering
dipakai pada rangkaian digital.

3. IC (Integrated Circuit)
IC adalah bentuk rangkaian
integrasi yang terdiri dari
beberapa komponen elektronik,
19
misalnya : transistor, dioda, dan
resistor. Ukuran relatif alat
semikonduktor chip ditentukan
oleh apa yang disebut dengan
skala-integrasi (SI). Terdapat
beberapa skala integrasi ukuran
IC, antara lain SSI, MSI, LSI,
VLSI, dan SLSI. IC dapat dibagi
menjadi dua kelas umum, antara
lain ; IC linier (analog), dan IC
digital. Contoh IC analog adalah
OPAMP (Operational Amplifier)
dan IC digital misalnya IC-TTL
(Transistor - Transistor Logic).

4. OP-AMP

OP-AMP adalah rangkaian
penguat operasional yang
berbentuk IC (chip). Simbol Op-
Amp adalah seperti gambar 1.16.
sebagai berikut :


V
2


A Vo

V
1





Gambar 1.16. Simbol OP-AMP

Contoh karakteristik beberapa tipe Op-Amp adalah seperti tabel 1- 5. :
Tabel 1- 5 karakteristik beberapa tipe Op-Amp
T y p e 741 355 081 3140 7611
Technology Bipolar JFET BIFET MOSFET CMO
Open loop voltage
gain(dB)
106

106

106

100

102

Input resistance 2 M 10
12
10
12
10
12
10
12

Full-power bandwidth
(kHz)
10 60

150

110

50*

Slew rate (V/us) 0,5 5 13 9 0.16*
Input offset voltage
(mV)
1 3 5 5 15

Common mode
rejection ratio (dB)


90


100

76

90

91*

Di dalam aplikasinya OP-AMP,
ada yang berbentuk paket
tunggal, berpasangan (tipe dual) 1
dan paket empat (tipe quad).
Sebenarnya ada tiga konfigurasi
dasar Op-Amp, yaitu inverting,
20
non-inverting, dan differential
amplifier. Namun dapat
dikembangkan menjadi
konfigurasi penguat yang lainnya.
Beberapa konfigurasi Op-Amp
dan rumus persamaannya adalah
sebagai berikut :
(a) Inverting (e) Summer
(b) Non-Inverting (f) Differensiator
(c) Differential (g) Integrator
(d) Voltage Follower
(h) Instrumentation Amplifier

1.5. Sistem DC Power
DC Power adalah alat bantu
utama yang sangat diperlukan
sebagai suplai arus searah (direct
current) yang digunakan untuk
peralatan-peralatan kontrol,
peralatan proteksi dan peralatan
lainnya yang menggunakan
sumber arus DC, baik untuk unit
pembangkit dalam keadaan
normal maupun dalam keadaan
darurat (emergency).
Pada beberapa unit
pembangkit kecil, khususnya
Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG) maupun Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
dengan kapasitas daya terpasang
kecil, sumber DC Power
digunakan sebagai start-up unit.
Dalam instalasi sumber
tegangan/ arus searah (direct
current, DC) meliputi panel-panel
kontrol, instalasi / pengawatan
listrik, meter-meter, indikator dan
perlengkapan lainnya seperti :
charger, baterai dan inverter.
Sumber Instalasi DC Power
dipasok oleh rectifier atau charger
baik dari sumber 3 phase maupun
1 phase yang dihubungkan
dengan baterai dengan kapasitas
tertentu sesuai kebutuhan dan
tingkat kepentingannya.
Kapasitas baterai biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan
yang ada pada unit pembangkit itu
sendiri baik sebagai back up
power ataupun start up unit. 2.

1.Penggunaan Sistem DC
Power
Sistem DC Power pada unit
pembangkit digunakan untuk
mensuplai tenaga listrik
keperalatan-peralatan yang
menggunakan arus searah,
seperti :
Motor-motor arus searah
(Motor DC), seperti untuk EOP
Sistem Kontrol dan
Instrumentasi, seperti kontrol
turbin, kontrol boiler,
switchgear.
Relay Proteksi
Lampu Penerangan
(Emergency Lamp).
Inverter (UPS)

2. Instalasi Sistem DC Power
Instalasi sistem DC power
suatu pembangkit berfungsi untuk
menyalurkan suplai DC yang
dipasok oleh rectifier atau charger
tiga fasa maupun satu fasa yang
dihubungkan dengan satu atau
dua set baterai.
Terdapat 3 (tiga) jenis instalasi
atau suplai DC power yang
digunakan di unit pembangkit,
antara lain:
21
Instalasi Sistem DC Power
220 / 250 Volt,
Instalasi Sistem DC Power
110 / 125 Volt,
Instalasi Sistem DC Power
24 / 48 Volt
1.5.1. Instalasi Sistem DC Power
220/250 Volt,
Instalasi DC power dengan
sumber tegangan 220/250 Volt ini
dipasok dari charger yang
dihubungkan dengan baterai pada
panel DC. Dari panel DC ini
digunakan untuk mensuplai :
DC Station Board, antara lain
untuk Motor-motor, Indikator,
Lampu Penerangan dll
Inverter yang digunakan untuk
mensuplai Kontrol dan
Instrumentasi pada turbin,
boiler, switchgear dll.
1.5.3.Instalasi Sistem DC Power
110 / 125 Volt,
Instalasi DC power dengan
sumber tegangan 110/125 Volt ini
dipasok dari charger yang
dihubungkan dengan baterai pada
panel DC. Dari panel DC ini
digunakan untuk mensuplai 125
Volt DC Station Board, untuk
mensuplai :
Kontrol & Instrumentasi seperti
pada Turbin, Boiler, Ash &
Dash Handling dll.
Relay Proteksi
Motor-motor DC 110/125 Volt
1.5.3. Instalasi Sistem DC Power
48 Volt,
Instalasi DC power dengan
sumber tegangan 48 volt biasanya
digunakan untuk Telekomunikasi
(Telepon/Facsimile) dan Telepro-
teksi (khusus di Gardu Induk).
Sedangkan instalasi DC power
dengan sumber tegangan 24 volt
DC biasa digunakan pada
Emergency Diesel Generator
untuk Starting Aplications







24 Vdc



Gambar 1. 17
Instalasi Sistem DC Power

Pola Instalasi DC Power
Instalasi pada sistem DC
power terdiri dari beberapa pola
atau model berdasarkan kondisi
peralatan yang terpasang. Hal ini
juga dipengaruhi oleh tingkat
keandalan yang dibutuhkan dan
kemampuan dari sumber DC itu
sendiri.

Pola 1
Pola 1 ini terdiri dari : 1 trafo PS,
1 charger, 1 baterai dan 1 bus DC.
Dalam hal ini pengaman utama
dan pengaman cadangan
menggunakan MCB yang berbeda
seperti terlihat pada gambar 1.18


220 Vac
EDG Charger

Load Recharger
22

Gambar 1.18. Pola 1 Instalasi Sistem DC Power
Pola 2
Pola 2 ini terdiri dari : 2 trafo
PS, 2 charger, 2 baterai dan 1 bus
DC.
Dalam hal ini pengaman utama
dan pengaman cadangan
menggunakan MCB yang berbeda
seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.
Pola operasinya adalah :
Sistem 1 : PS 1, Charger 1
dan Baterai 1, beroperasi
memikul beban
Sistem 2 : PS 2, Charger 2
dan Baterai 2, beroperasi
tanpa beban
Sistem 1 dan sistem 2 beroperasi
secara bergantian yang dilakukan
oleh Interlock System DC Utama



23

Gambar 1.19. Pola 2 Instalasi Sistem DC Power

Pola 3
Pola 3 ini terdiri dari : 2 trafo
PS, 2 charger, 2 baterai dan 2 bus
DC. Pengaman utama dan
cadangan menggunakan MCB
yang berbeda.
Pola operasinya adalah :
Sistem 1 : PS 1, Charger 1
dan Baterai 1, beroperasi
memikul beban
Sistem 2 : PS 2, Charger 2
dan Baterai 2, beroperasi
tanpa beban
Pada posisi normal sistem 1
dan sistem 2 operasi secara
terpisah, posisi MCB keluar (MCB
kopel interlock dengan MCB
sistem 1 dan sistem 2).
Pada saat pemeliharaan
sistem 1, MCB sistem 1 dilepas
maka MCB kopel akan masuk
secara otomatis. Demikian juga
sebaliknya. Lihat diagram
dibawahini
24

Gambar 1.20. Pola 3 Instalasi Sistem DC Power
Pola instalasi diatas adalah hanya contoh dari sekian banyak pola instalasi
yang berkembang saat ini khususnya di unit pembangkit yang memerlukan
keandalan yang tinggi dengan pola pengoperasian yang tinggi juga.

25
1.6. Charger
Charger sering juga disebut
Converter adalah suatu rangkaian
peralatan listrik yang digunakan
untuk mengubah arus listrik bolak
balik (Alternating Current, disingkat
AC) menjadi arus listrik searah
(Direct Current, disingkat DC), yang
berfungsi untuk pasokan DC power
baik ke peralatan-peralatan yang
menggunakan sumber DC maupun
untuk mengisi baterai agar
kapasitasnya tetap terjaga penuh
sehingga keandalan unit
pembangkit tetap terjamin. Dalam
hal ini baterai harus selalu
tersambung ke rectifier.






Gambar 1.21. Prinsip Converter
atau Charger atau Rectifier

Kapasitas rectifier harus
disesuaikan dengan kapasitas
baterai yang terpasang, setidaknya
kapasitas arusnya harus mencukupi
untuk pengisian baterai sesuai
jenisnya yaitu untuk baterai alkali
adalah 0,2 C (0,2 x kapasitas)
sedangkan untuk baterai asam
adalah 0,1C (0,1 x kapasitas)
ditambah beban statis (tetap) pada
unit pembangkit.

Sebagai contoh jika suatu unit
pembangkit dengan baterai jenis
alkali kapasitas terpasangnya
adalah 200 Ah dan arus statisnya
adalah 10 Ampere, maka minimum
kapasitas arus rectifier adalah :

= ( 0,2 x 200A ) + 10A
= 40A + 10A
= 50 Ampere
Jadi kapasitas rectifier minimum
yang harus disiapkan adalah
sebesar 50 Ampere.

Sumber tegangan AC untuk
rectifier tidak boleh padam atau
mati. Untuk itu pengecekan
tegangan harus secara rutin dan
periodik dilakukan baik tegangan
inputnya (AC) maupun tegangan
outputnya (DC).

1.6.1. Jenis Charger atau
Rectifier

Jenis charger atau rectifier ada
2(dua) macam sesuai sumber
tegangannya yaitu rectifier 1 phasa
dan rectifier 3 phasa

1.Rectifier 1 ( Satu ) Fasa
Yang dimaksud dengan rectifier
1 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan
AC suplai 1 fasa. Melalui MCB
sumber AC suplai 1 fasa 220 V
masuk ke dalam sisi primer trafo
utama 1 fasa kemudian dari sisi
sekunder trafo tersebut keluar
tegangan AC 110V, kemudian
melalui rangkaian penyearah
dengan diode bridge atau thyristor
bridge. Tegangan AC tersebut
diubah menjadi tegangan DC 110V.
Keluaran ini masih mengandung
ripple cukup tinggi sehingga masih
diperlukan rangkaian filter untuk
memperkecil ripple tegangan
output.


D
C
A
C
~
=
26
2. Rectifier 3 ( Tiga ) Fasa.
Yang dimaksud dengan
rectifier 3 ( tiga ) fasa adalah
rectifier yang rangkaian inputnya
menggunakan AC suplai 3 fasa.
Melalui MCB sumber AC suplai 3
fasa 380 V masuk ke dalam sisi
primer trafo utama 3 fasa
kemudian dari sisi sekunder trafo
tersebut keluar tegangan AC
110V per fasa kemudian melalui
rangkaian penyearah dengan
diode bridge atau thyristor bridge,
arus AC tersebut dirubah menjadi
arus DC 110V yang masih
mengandung ripple lebih rendah
dibanding dengan ripple rectifier 1
fasa akan tetapi masih diperlukan
juga rangkaian filter untuk lebih
memperkecil ripple tegangan
input.

1.6.2.Prinsip Kerja Charger

Sumber tegangan AC baik yang
1 fasa maupun 3 fasa yang masuk
melalui terminal input trafo step-
down dari tegangan 380V/220V
menjadi tegangan 110V kemudian
oleh diode penyearah / thyristor arus
bolak balik ( AC ) tersebut dirubah
menjadi arus searah dengan ripple
atau gelombang DC tertentu.
Kemudian untuk memperbaiki
ripple atau gelombang DC yang
terjadi diperlukan suatu rangkaian
penyaring ( filter) yang dipasang
sebelum terminal output.

Gambar 1.22 Contoh Rangkaian Rectifier
27

1.6.3. Bagian-bagian Charger
Charger yang digunakan pada
pembangkit tenaga listrik terdiri dari
beberapa peralatan antara lain
adalah :
1. Trafo utama
Trafo utama yang terpasang
di rectifier merupakan trafo Step-
Down (penurun tegangan) dari
tegangan AC 220/380 Volt menjadi
AC 110V. Besarnya kapasitas trafo
tergantung dari kapasitas baterai
dan beban yang terpasang di unit
pembangkit yaitu paling tidak
kapasitas arus output trafo harus
lebih besar 20 % dari arus
pengisian baterai. Trafo yang
digunakan ada yang 1 fasa ada
juga yang trafo 3 fasa.

2. Penyearah / Diode
Diode merupakan suatu bahan
semi konduktor yang berfungsi
merubah arus bolak-balik menjadi
arus searah. Mempunyai 2 (dua)
terminal yaitu terminal positif
(Anode) dan terminal negatif
(Katode)
3. Thyristor

Suatu bahan semikonduktor
seperti diode yang dilengkapi
dengan satu terminal kontrol,
Thyristor berfungsi untuk merubah
arus bolak-balik menjadi arus
searah.

Thyristor mempunyai 3 (tiga)
terminal yaitu :
Terminal positif ( anode )
Terminal negatif ( katode)
Terminal kontrol ( gate ).

Terminal gate ini terletak
diantara katode dan anode yang
bilamana diberi trigger signal positif
maka konduksi mulai terjadi antara
katode dan anode melalui gate
tersebut ( = 30
o
) sehingga arus
mengalir sebanding dengan
besarnya tegangan trigger positif
yang masuk pada terminal Gate
tersebut.

Konfigurasi Penyerah ada beberapa macam antara lain:
1. Penyearah Diode Gelombang ( Half Wave ) 1 fase










Gambar 1.23. Penyearah Diode Gelombang ( Half Wave ) 1 fase
+ ( Positif )
- ( Negatif )
DIODE
Trafo
1 Fasa
28
2. Penyearah Diode Gelombang Penuh dengan Center Tap ( Full Wave ) 1 fase


Gambar 1.24. Penyearah Diode Gelombang Penuh dengan Center Tap

3. Penyearah Diode Gelombang Penuh ( Full Wave Bridge ) 1 fase


Gambar 1.25. Penyearah Diode Gelombang Penuh

4. Penyearah Diode Gelombang Penuh 3 fase


29

Gambar 1.26 Penyearah Diode Gelombang Penuh 3 fase
.
5. Penyearah Dengan thyristor
Penyearah dengan thyristor
inilah yang banyak dipakai untuk
rectifier-rectifier yang bisa dikontrol
besar tegangan dan arus
outputnya

Gambar 1.27. Thyristor
Penyearah Thyristor Gelombang
Penuh 3 fase


Gambar 1.28. Penyearah Thyristor
3 Fasa


Gambar 1.29. Penyearah Thyristor
Gelombang Penuh 3 fase
1.7. Automatic Voltage Regulator
(AVR)
Automatic Voltage Regulator
yang terpasang pada rectifier atau
charger adalah merupakan suatu
rangkaian yang terdiri dari
komponen elektronik yang
berfungsi untuk memberikan trigger
30
positif pada gate thyristor sehingga
pengaturan arus maupun tegangan
output suatu rectifier bisa dilakukan
sedemikian rupa sehingga
pengendalian arus pengisian ke
baterai bisa disesuaikan dengan
arus kapasitas baterai yang
terpasang.
Rangkaian elektronik AVR ini
sendiri sangat peka terhadap
kenaikan tegangan yang terjadi
pada rangkaian input misalnya
terjadinya tegangan, Surja Hubung
pada setiap kegiatan switching
pada PMT 20 kV Incoming Trafo
yang langsung mensuplai trafo PS
/ Sumber AC 3 380V.
Sehingga diperlukan suatu alat
proteksi terhadap Tegangan Surja
Hubung (Switching Surge), yaitu
berupa rangkaian timer dan
kontaktor yang berfungsi untuk
menunda masuknya tegangan input
rectifier sehingga tegangan surja
hubung tidak lagi masuk ke input
atau ke rangkaian elektronik
(Tegangan Surja Hubung sudah
hilang).

Gambar 1.30 Rangkaian elektronik
AVR







Gambar 1.31. Rangkaian kontrol
Tegangan (AVR)

1.7.1. Komponen Pengaturan /
Setting Tegangan
Floating.
Untuk memenuhi standar
pengisian baterai secara floating
maka pengaturan seting
tegangannya perlu dilakukan pada
rectifier, hal ini dapat dilakukan
dengan mengatur Variabel Resistor
pada PCB rangkaian elektronik
AVR, dengan cara memutar ke kiri
atau ke kanan sesuai dengan
spesifikasi baterai yang terpasang.
Biasanya VR tersebut diberi indikasi
/ tulisan " Floating






31


Gambar 1.32. Variable Resistor
Floating
1.7.2. Komponen Pengaturan
/ Setting Tegangan
Equalizing
Untuk memenuhi standar
pengisian baterai secara
Equalizing maka pengaturan
seting tegangannya perlu
dilakukan pada rectifier, hal ini
dapat dilakukan dengan
mengatur Variabel Resistor pada
PCB rangkaian elektronik AVR
dengan cara memutar kekiri atau
kekanan sesuai dengan
spesifikasi, baterai yang
terpasang. Biasanya VR tersebut
diberi indikasi / tulisan
"Equalizing

Gambar 1.33. Variable Resistor
Equalizing
1.7.3. Komponen Pangaturan/
Setting Tegangan Boost.
Untuk memenuhi syarat/
standard pengisian baterai secara
Boost maka pengaturan seting
tegangannya perlu dilakukan pada
rectifier.
` Hal ini dapat dilakukan dengan
mengatur Variabel Resistor pada
PCB rangkaian elektronik AVR
dengan cara memutar ke kiri atau
ke kanan sesuai dengan spesifikasi
baterai yang terpasang. Biasanya
VR tersebut diberi indikasi / tulisan
"Boost

Gambar 1.34. Variable Resistor
Boost

1.7.4. Komponen Pengaturan /
Setting Arus (Current
Limiter )
Komponen pengaturan atau
seting arus biasanya dilakukan
untuk membatasi arus maksimum
output rectifier agar tidak terjadi
over load atau over charge pada
baterai, hal ini dapat dilakukan juga
dengan mengatur
-
Variabel Resistor
(VR) pada PCB rangkaian
elektronik AVR, dengan cara
memutar ke kiri atau ke kanan
sesuai dengan spesifikasi baterai
yang terpasang. Biasanya VR
tersebut diberi indikasi / tulisan
"Current Limiter".

32

Filter ( Penyaring )
Tegangan DC yang keluar dari
rangkaian penyearah masih
mempunyai ripple / frequensi
gelombang yang cukup tinggi, maka
suatu rangkaian filter (penyaring)
berfungsi untuk memperbaiki ripple
tersebut agar menjadi lebih kecil
sesuai dengan yang
direkomendasikan 2% ( Standar
SE.032 ).
Tegangan Ripple merupakan
perbandingan antara unsur
tegangan output AC terhadap unsur
tegangan output DC.
Dibawah ini diperlihatkan rumus
untuk mencari ripple, adalah :
100% x
KomponenDC
AC Komponen
r =
Sedangkan bentuk gelombang
ripple adalah seperti dibawah ini.


Gambar 1.35. Bentuk
gelombang ripple

Komponen AC adalah harga
RMS dari tegangan output AC.
Komponen DC adalah harga rata-
rata tegangan output



Gambar 1.36. Bentuk
gelombang ripple
Tegangan Ripple yang terlalu
besar akan mengakibatkan
lamanya proses pengisian
baterai, sedangkan pada beban
dapat menyebabkan kerusakan.
Pengukuran tegangan ripple
dilakukan pada titik output
charger (sesudah rangkaian
Filter LC) dan titik input beban
(Output Voltage Dropper).
Rangkaian filter ini bisa
terdiri dari rangkaian Induktif,
kapasitif atau kombinasi dari
keduanya.
Gambar 1.37. Rangkaian Filter
untuk memperbaiki Ripple
Untuk rangkaian diatas
besarnya ripple dan faktor reduksi
filternya adalah sebagai berikut :
33
%
1 - ) C x L (
118
Ripple Tegangan =

1 - ) C x L (
1,76
Filter Reduksi Faktor =
Jadi,

Riple = Tegangan Ripple x
Faktor Reduksi F
Dimana,
L = Induktansi dalam Henry
C = Kapasitansi dalam mikro farad
(F )
118 dan 1,76 adalah konstanta

Rangkaian Fiter L & C

Rangkaian Fiter C
Gambar 1.38. Rangkaian Filter LC dan Filter C

1.8. Rangkaian Voltage Dropper
Pada saat rectifier dioperasikan
secara Boost atau Equalizing untuk
mengisi baterai unit pembangkit,
maka tegangan output rectifier
tersebut jauh lebih tinggi dari
tegangan yang ke beban ( bisa
mencapai 1.7 Volt per sel baterai
atau 135 Volt ). Agar tegangan
output yang menuju beban
tersebut tetap stabil dan sesuai
dengan yang direkomendasikan,
yaitu sebesar 110 V 10%, maka
diperlukan suatu rangkaian
dropper secara seri sebelum ke
terminal beban.



Gambar 1.39. Rangkaian
Voltage Drop
Rangkaian dropper ini terdiri
dari beberapa diode Silicone atau
Germanium yang dirangkai secara
seri sebanyak beberapa buah
sesuai dengan berapa Volt DC
yang akan di drop. Sebagai
contoh bila kenaikan tegangan
Equalizing mencapai 135 V
sedangkan tegangan beban harus
122 V, maka tegangan yang
didrop sebesar 135 V - 122 V =
13V dc, maka diperlukan diode
sebanyak 13 : 0.8V = 16,25 atau
34
dibulatkan 17 buah. Biasanya
setiap diode mampu menurunkan
( drop ) tegangan sebesar antara
0.8 - 0.9 vd

1.9. Rangkaian Proteksi
Tegangan Surja Hubung

Setiap kegiatan Switching
pada instalasi tegangan tinggi
selalu terjadi kenaikan tegangan
secara signifikan dalam waktu yang
relatif singkat, kenaikan tegangan
tersebut kita sebut "Tegangan Surja
Hubung" ( Switching Surge ),
tegangan inilah yang sering
merusak rangkaian elektronik
sebagai rangkaian kontrol pada
rectifier sehingga tidak dapat
operasi kembaliSedangkan
perbaikannya memerlukan waktu
yang cukup lama dan biaya yang
relatif mahal, karena kerusakannya
diikuti rusaknya Thyristor.
Untuk mencegah adanya
kerusakan serupa, maka rectifier
harus dipasang alat yang disebut "
Alat Proteksi Tegangan Surja
Hubung ". Alat ini merupakan
rangkaian kontrol yang terdiri dari se
buah timer AC 220V dan 2 buah
kontaktor, tirner sebagai sensor dan
sekaligus sebagai penunda waktu
masuknya sumber AC 3 fasa 380 V
ke input rectifier hingga beberapa
detik sampai Tegangan surja hubung
hilang atau unit normal kembali,
melalui 2 buah kontaktor sumber AC
3 fasa masuk ke rangkaian Input
rectifier tersebut
35
RANGKAIAN KONTROL
ELEKTRONIK
THYRYSTOR
BRIDGE
FUSE
TERMINAL
OUT
TRAFO
UTAMA
TRAFO
INDUKTOR
( / Filter L )
RANGKAIAN KONTROL
ELEKTRONIK
THYRYSTOR
BRIDGE
FUSE
TERMINAL
OUT
TRAFO
UTAMA
TRAFO
INDUKTOR
( / Filter L )


Gambar 1.40. Panel untuk Proteksi
36
.
Gambar 1.41. Rangkaian Alat Proteksi Tegangan Surja Hubung







37
1.10. Pengertian Baterai
Baterai atau akumulator adalah
sebuah sel listrik dimana didalamnya
berlangsung proses elektrokimia
yang reversibel (dapat berbalikan)
dengan efisiensinya yang tinggi.
Yang dimaksud dengan proses
elektrokimia reversibel, adalah
didalam baterai dapat berlangsung
proses pengubahan kimia menjadi
tenaga listrik (proses pengosongan),
dan sebaliknya dari tenaga listrik
menjadi tenaga kimia, pengisian
kembali dengan cara regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai,
yaitu dengan melewatkan arus listrik
dalam arah ( polaritas ) yang
berlawanan didalam sel.
Jenis sel baterai ini disebut juga
Storage Battery, adalah suatu
baterai yang dapat digunakan
berulang kali pada keadaan sumber
listrik arus bolak balik (AC)
terganggu.
Tiap sel baterai ini terdiri dari dua
macam elektroda yang berlainan,
yaitu elektroda positif dan elektroda
negatif yang dicelupkan dalam suatu
larutan kimia.
Menurut pemakaian baterai
dapat digolongkan ke dalam 2 jenis :
Stationary ( tetap )
Portable (dapat dipindah-pindah)
1.10.1.Prinsip Kerja Baterai
a. Proses discharge pada sel
berlangsung menurut skema
Gambar 1.42. Bila sel
dihubungkan dengan beban
maka, elektron mengalir dari
anoda melalui beban ke katoda,
kemudian ion-ion negatif
mengalir ke anoda dan ion-ion
positif mengalir ke katoda.
b. Pada proses pengisian menurut
skema Gambar 1.43. dibawah ini
adalah bila sel dihubungkan
dengan power supply maka
elektroda positif menjadi anoda
dan elektroda negatif menjadi
katoda dan proses kimia yang
terjadi adalah sebagai berikut:











Gambar 1.42. Proses Pengosongan Gambar 1.43. Proses Pengisian
( Discharge ) ( Charge )
Load
A
N
O
D
A
K
A
T
O
D
A
Elektrolit
Aliran
Ion Neg
Aliran
Ion Pos
DC
Power supply
K
A
T
O
D
A
A
N
O
D
A
Elektrolit
Aliran
Ion Neg
Aliran
Ion Pos






38
1). Aliran elektron menjadi terbalik,
mengalir dari anoda melalui
power suplai ke katoda.
2). Ion-ion negatif rnengalir dari
katoda ke anoda
3). Ion-ion positif mengalir dari
anoda ke katoda
Jadi reaksi kimia pada saat
pengisian (charging) adalah
kebalikan dari saat pengosongan
(discharging)

1.10.2. Prinsip Kerja Baterai
Asam - Timah.

Bila sel baterai tidak dibebani,
maka setiap molekul cairan
elektrolit Asam sulfat (H
2
SO
4
)
dalam sel tersebut pecah menjadi
dua yaitu ion hydrogen yang
bermuatan positif (2H
+
) dan ion
sulfat yang bermuatan negatif
(SO
4
-
)



Proses pengosongan
Bila baterai dibebani, maka tiap
ion negatif sulfat. (SO
4
-
) akan
bereaksi dengan plat timah murni
(Pb) sebagai katoda menjadi timah
sulfat (Pb SO
4
) sambil melepaskan
dua elektron. Sedangkan sepasang
ion hidrogen (2H
+
) akan beraksi
dengan plat timah peroksida (Pb
O
2
) sebagai anoda menjadi timah
sulfat (Pb SO
4
) sambil mengambil
dua elektron dan bersenyawa
dengan satu atom oksigen untuk
membentuk air (H
2
O). Pengambilan
dan pemberian elektron dalam
proses kimia ini akan menyebabkan
timbulnya beda potensial listrik
antara kutub-kutub sel baterai.

Proses tersebut terjadi secara
simultan dengan reaksinya dapat
dinyatakan.

Pb O
2
+ Pb + 2 H
2
SO
4

Sebelum Proses
Pb SO
4
+ Pb SO
4
+ 2 H
2
O
Setelah Proses

dimana :
Pb O
2
= Timah peroxida (katub
positif / anoda)
Pb = Timah murni (kutub
negatif/katoda)
2H
2
SO
4
= Asam sulfat (elektrolit)
Pb SO
4
= Timah sulfat (kutub
positif dan negatif setelah
proses pengosongan)
H
2
O= Air yang terjadi setelah
pengosongan
Jadi pada proses pengosongan
baterai akan terbentuk timah sulfat
(PbSO
4
) pada kutub positif dan
negatif, sehingga mengurangi
reaktifitas dari cairan elektrolit
karena asamnya menjadi timah,
sehingga tegangan baterai antara
kutub-kutubnya menjadi lemah.

1.10.3. Proses Pengisian
Proses ini adalah kebalikan dari
proses pengosongan dimana arus
listrik dialirkan yang arahnya
berlawanan, dengan arus yang
terjadi pada saat pengosongan.
Pada proses ini setiap molekul air
terurai dan tiap pasang ion hidrogen
(2H
+
) yang dekat plat negatif
H
2
SO
4

2H
+
+ SO
4
- -






39
bersatu dengan ion negatif Sulfat
(SO4
--
) pada plat negatif untuk
membentuk Asam sulfat.
Sedangkan ion oksigen yang bebas
bersatu dengan tiap atom Pb pada
plat positif membentuk timah
peroxida (Pb O
2
).
Proses reaksi kima yang terjadi
adalah sebagai berikut :

Pb SO
4
+ Pb SO
4
+ 2H
2
O
Setelah pengosongan
PbO
2
+ Pb + 2H
2
SO
4

Setelah pengisian

1.10.4.Prinsip Kerja Baterai Alkali
Baterai Alkali menggunakan
potasium Hydroxide sebagai
elektrolit, selama proses
pengosongan (Discharging) dan
pengisian (Charging) dari sel
baterai alkali secara praktis tidak
ada perubahan berat jenis cairan
elektrolit.
Fungsi utama cairan elektrolit
pada baterai alkali adalah bertindak
sebagai konduktor untuk
memindahkan ion-ion hydroxida
dari satu elektroda keelektroda
lainnya tergantung pada prosesnya,
pengosongan atau pengisian,
sedangkan selama proses
pengisian dan pengosongan
komposisi kimia material aktif pelat-
pelat baterai akan berobah. Proses
reaksi kimia saat pengosongan dan
pengisian pada elektroda-elektroda
sel baterai alkali sebagai berikut.



Untuk baterai Nickel-Cadmium
Pengosongan
2 Ni OOH + Cd + 2H
2
O
2Ni (OH)
2
+ Cd (OH)
2

Pengisian

dimana :2NiOOH = Incomplate
nickelic - hydroxide (Plat
positif atau anoda)
Cd = Cadmium (Plat negatif atau
katoda)
2Ni (OH)
2
= Nickelous hydroxide
(Plat positif)
Cd (OH)
2
= Cadmium hydroxide
(Plat negatif)

Untuk Baterai nickle - Iron
Pengosongan
2 Ni OOH + Fe + 2H
2
O
2Ni (OH)
2
+ Fe (OH)
2

. Pengisian

dimana : 2NiOOH = Incomplate
nickelic - hydroxide
(Plat positif)
Fe = Iron (Plat negatif)
2Ni (OH)
2
= Nickelous hydroxide
(Plat positif)
Fe (OH)
2
= Ferrous hydroxide (Plat
negatif)

1.11. Jenis-jenis Baterai.
Bahan elektrolit yang banyak
dipergunakan pada baterai adalah
jenis asam (lead acid) dan basa
(alkali). Untuk itu dibawah ini akan
dibahas kedua jenis bahan elektrolit
tersebut.








40
1. Baterai Asam ( Lead Acid
Storage Battery)
Baterai asam bahan elektrolitnya
adalah larutan asam belerang
(Sulfuric Acid = H
z
S0
4
). Didalam
baterai asam, elektroda-
elektrodanya terdiri dari plat-plat
timah peroksida Pb0
2
(Lead
Peroxide) sebagai anoda (kutub
positif) clan timah murni Pb (Lead
Sponge) sebagai katoda (kutub
negatif). Ciri-ciri umum (tergantung
pabrik pembuat) sebagai berikut :
Tegangan nominal per sel 2 Volt
Ukuran baterai per sel lebih
besar bila dibandingkan dengan
baterai alkali.
Nilai berat jenis elektrolit
sebanding dengan kapasitas
baterai
Suhu elektrolit sangat
mempengaruhi terhadap nilai
berat jenis elektrolit, semakin
tinggi suhu elektrolit semakin
rendafi berat jenisnya dan
sebaliknya.
Nilai standar berat jenis elektrolit
tergantung dari pabrik
pembuatnya.
Umur baterai tergantung pada
operasi dan pemeliharaan,
biasanya dapat mencapai 10 -
15 tahun, dengan syarat suhu
baterai tidak lebih dari 20
o
C.
Tegangan pengisian per sel
harus sesuai dengan petunjuk
operasi dan pemeliharaan dari
pabrik pembuat. Sebagai contoh
adalah :
Pengisian awal (Initial Charge) :
2,7 Volt
Pengisian secara Floating :
2,18 Volt
Pengisian secara Equalizing :
2,25 Volt
Pengisian secara Boosting :
2,37 Volt
Tegangan pengosongan per sel
(Discharge ) : 2,0 1,8 Volt
2. Baterai Alkali ( Alkaline
Storage Battery )
Baterai alkali bahan elektrolitnya
adalah larutan alkali (Potassium
Hydroxide) yang terdiri dari :
Nickel-Iron Alkaline Battery ( Ni-
Fe battery )
Nickel-Cadmium Alkaline Battery
( Ni-Cd battery )
Pada umumnya yang banyak
dipergunakan di instalasi unit
pembangkit adalah baterai alkali-
cadmium ( Ni-Cd ). Ciri-ciri umum
(tergantung pabrik pembuat)
sebagai berikut :
Tegangan nominal per sel 1,2 Volt
Nilai berat jenis elektrolit tidak
sebanding dengan kapasitas
baterai
Umur baterai tergantung pada
operasi dan pemeliharaan,
biasanya dapat mencapai 15 -
20 tahun, dengan syarat suhu
baterai tidak lebih dari 20
o
C.
Tegangan pengisian per sel
harus sesuai dengan petunjuk






41
operasi dan pemeliharaan dari
pabrik pembuat. Sebagai contoh
adalah :
o Pengisian awal (Initial
Charge) = 1,6 1,9 Volt
o Pengisian secara Floating
= 1,40 1,42 Volt
o Pengisian secara Equalizing
= 1,45 Volt
o Pengisian secara Boosting
= 1,50 1,65 Volt
Tegangan pengosongan per sel
(Discharge ) : 1 Volt (reff.
Hoppeke & Nife)
Menurut Konstruksinya baterai bisa
dikelompokkan atas:
3. Konstruksi Pocket Plate
Baterai dengan konstruksi pocket
plate merupakan jenis baterai yang
banyak digunakan di PLN (sekitar
90%). Baterai NiCd pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1899 clan
baru diproduksi secara masal tahun
1910. Konstruksi material aktif yang
pertama dibuat adalah konstruksi
pocket plate.
Konstruksi ini dibuat dari plat baja
tipis berlubang-lubang yang disusun
sedemikian rupa sehingga
membentuk rongga-rongga atau
kantong yang kemudian diisi dengan
material aktif seperti terlihat pada
gambar 1.44 dibawah ini.

Gambar 1. 44. Baterai dengan kuntruksi Pocket Plate






42

Gambar 1.45. Konstruksi Elektrode Tipe Pocket Plate dalam 1 rangkaian

Dari disain diatas dapat dilihat
bahwa material aktif yang akan
bereaksi hanya material yang
bersinggungan langsung dengan
plat baja saja, padahal material
aktif tersebut mempunyai daya
konduktifitas yang sangat rendah.
Untuk menambah konduktifitas-
nya, maka ditambahkan bahan
graphite di dalam material aktif
tersebut. Penambahan ini
membawa masalah baru yaitu
bahwa material graphite ternyata
secara perlahan bereaksi dengan
larutan elektrolit (KOH) kemudian
membentuk senyawa baru yaitu
Potassium Carbonate (K2C03)
Sesuai dengan persamaan :
2 KOH+ C0 2 K2 C0 3 + H2 0
Senyawa ini justru menghambat
daya konduktifitas antar plat
(Tahanan dalam baterai makin
besar). Reaksi tersebut otomatis
juga mengurangi banyaknya graphite
sehingga daya konduktifitas material
aktif didalam kantong berkurang.






43
Kejadian tersebut berakibat
langsung pada performance sel
baterai atau dengan kata lain
menurunkan kapasitas ( Ah ) sel
baterai.
Dalam kasus ini, penggantian
elektrolit baterai ( rekondisi baterai)
hanya bertujuan memperbaiki atau
menurunkan kembali tahanan
dalam ( Rd ) baterai namun tidak
dapat memperbaiki atau mengganti
bahan graphite yang hilang.
Pembentukan Potassium
Carbonate ( K2C03 ) juga dapat
terjadi antara larutan elektrolit (
KOH ) dengan udara terbuka,
namun proses pembentukannya
tidak secepat proses diatas dan
dalam jumlah yang relatif kecil.
Perhatian terhadap pembentukan
Potassium Carbonate ( K2C03 )
karena udara luar perlu menjadi
pertimbangan serius dalam masalah
penyimpanan baterai yang tidak
beroperasi.

4. Konstruksi Sintered Plate
Sintered Plate ini merupakan
pengembangan konstruksi dari
baterai NiCd tipe pocket plate,
Bateraii Sintered Plate ini pertama
kali diproduksi tahun 1938.
Konstruksi baterai jenis ini sangat
berbeda dengan tipe pocket plate.
Konstruksi sintered plate dibuat dari
plat baja
.
tipis berlubang yang dilapisi
dengan serpihan nickel (Nickel
Flakes). Kemudian pada lubang -
lubang plat tersebut diisi dengan
material aktif seperti pada Gambar
1. 46

Gambar 1.46. Sintered Plate Electrode
Konstruksi ini menghasilkan
konduktifitas yang baik antara plat
baja dengan material aktif. Namun
karena plat baja yang digunakan
sangat tipis ( sekitar 1.0 mm s/d
1.5 mm ), maka diperlukan plat
yang sangat luas untuk
menghasilkan kapasitas sel baterai
yang tidak terlalu besar
(dibandingkan dengan tipe pocket
plate ).
Karena lapisan Nickel Flake
pada plat baja sangat getas maka
sangat mudah pecah pada saat
plat baja berubah atau memuai.
Hal ini terjadi pada saat baterai
mengalami proses charging atau
discharging. Akibatnya baterai
jenis ini tidak tahan lama
dibandingkan dengan baterai jenis
pocket plate.







44

5. Konstruksi Fibre Structure
Fibre structure pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1975
clan baru diproduksi secara masal
tahun 1983. Baterai jenis ini
merupakan perbaikan dari tipe-tipe
baterai yang terdahulu. Konstruksi
baterai ini dibuat dari campuran
plastik dan nickel yang
memberikan keuntungan :
1. Konduktifitas antar plat yang
tinggi dengan tahanan dalam
yang rendah.
2. Plat elektrode yang elastis
sehingga tidak mudah patah /
pecah
3. Tidak memerlukan bahan
tambahan (seperti graphite
pada baterai jenis Pocket
Plate)
4. Dimensi elektrode yang relatif
lebih kecil dibandingkan dengan
tipe Pocket Rate untuk
kapasitas baterai yang sama
5. Pembentukan K2C03 hanya
terjadi karena kontaminasi
dengan udara (sargat kecil)
Konstruksi baterai tipe Fibre
Structure digambarkan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 1.47. Fibre Nickel Cadmium Electrode

6. Menurut Karakteristik
Pembebanan.

Yang dimaksud tipe baterai
menurut karakteristik pembebanan
adalah sebagai berikut :
Tipe X : Very High Loading.
Tipe ini adalah untuk jenis
pembebanan dengan arus yang
tinggi yaitu diatas 7 CnA (kapasitas
nominal arus) dengan waktu yang
singkat 2 menit. Tegangan akhir
per sel 0,8 Volt. Tipe ini belum
pernah digunakan di PLN.
Tipe H : High Loading
Tipe ini adalah untuk jenis
pembebanan dengan arus yang
tinggi yaitu antara 3,5 - 7 CnA






45
dengan waktu yang singkat, lama
waktu pembebanan 4 menit. Tipe
ini biasanya digunakan di
pembangkit-pembangkit untuk start
up mesin pembangkit. Tegangan
akhir per sel adalah 0,8 Volt.
Tipe M : Medium Loading
Tipe ini adalah untuk jenis
pembebanan dengan arus yang
tinggi yaitu antara 0,5 - 3,5 CnA
dengan waktu yang singkat, lama
waktu pembebanan 40 menit,
biasanya digunakan di gardu-gardu
induk. Tegangan akhir per sel adalah
0,9 Volt.
Tipe L : Low Loading
Tipe ini adalah untuk jenis
pembebanan dengan arus kecil
yaitu sebesar 0,5 CnA, lama
waktu pembebanan 5 jam,
biasanya digunakan di gardu-
gardu induk. Tegangan akhir 1
Volt per sel.





















46
1.12. Bagian-bagian Utama Baterai

Gambar 1.48. Bagian-bagian Baterai








47

1. Elektroda
Tiap sel baterai terdiri dari 2 (dua)
macam elektroda, yaitu elektroda
positif (+ ) dan elektroda negatif (- )
yang direndam dalam suatu larutan
kimia ( gambar 1.49 ).
Elektroda-elektroda positif dan
negatif terdiri dari :
Grid, adalah suatu rangka besi
atau fiber sebagai tempat
material aktif.
Material Aktif, adalah suatu
material yang bereaksi secara
kimia untuk menghasilkan energi
listrik pada waktu pengosongan
(discharge)

2. Elektrolit
Elektrolit adalah Cairan atau
larutan senyawa yang dapat
menghantarkan arus listrik, karena
larutan tersebut dapat menghasilkan
muatan listrik positif dan negatif.
Bagian yang bermuatan positif
disebut ion positif dan bagian yang
bermuatan negatif disebut ion
negatif. Makin banyak ion-ion yang
dihasilkan suatu elektrolit maka
makin besar daya hantar listriknya.
Jenis cairan elektrolit baterai
terdiri dari 2 ( dua ) macam, yaitu:
1. Larutan Asam Belerang ( H
2
S0
4
),
digunakan pada baterai asam.
2. Larutan Alkali ( KOH ), digunakan
pada baterai alkali.

Gambar1. 49. Bentuk Sederhana
Sel Baterai

3. Sel Baterai
Sesuai dengan jenis bahan
bejana ( container ) yang digunakan
terdiri cari 2 (dua) macam :
a. Steel Container
b. Plastic Container

4. Steel Container
Sel baterai dengan bejana
(container) terbuat dari steel
ditempatkan dalam rak kayu, hal ini
untuk menghindari terjadi hubung
singkat antar sel baterai atau hubung
tanah antara sel baterai dengan rak
baterai
.
5. Plastic container
Sel baterai dengan bejana
(container) terbuat dari plastik
ditempatkan dalam rak besi yang
diisolasi, hal ini untuk menghindar
terjadi hubung singkat antar sel
baterai atau hubung tanah antara sel
baterai de !gan rak baterai apabila
terjadi kerusakan atau kebocoran
elektrolit baterai.








48
1.13. Instalasi Sel Baterai.
Sel baterai dibagi dalam
beberapa unit atau group yang terdiri
dari 2 sampai 10 sel per unit dan
tergantung dari ukuran sel baterai
tersebut. Baterai tidak boleh
ditempatkan langsung di lantai
sehingga memudahkan dalam
melakukan pemeliharaan dan tidak
terdapat kotoran dan debu diantara
sel baterai. Baterai jangan
ditempatkan pada lokasi yang mudah
terjadi proses karat dan banyak
mengandung gas, asap, polusi serta
nyala api.
Instalasi baterai sesuai
penempatannya dibagi dalam 2 (dua)
macam juga, sama dengan bahan
bejana yaitu :
1. Steel Container
2. Plastic Container

1.13.1. Steel Container

Sel baterai dengan bejana
(container) terbuat dari baja (steel)
ditempatkan dalam rak dengan jarak
isolasi secukupnya. Setiap sel baterai
disusun pada rak secara paralel
sehingga memudahkan untuk
melakukan pemeriksaan batas (level)
tinggi permukaan elektrolit serta
pemeliharaan baterai lainnya.

Plastic Container

Sel baterai dengan bejana
(container) terbuat dari plastik
biasanya dihubungkan secara seri
dalam unit atau grup dengan suatu
"plastic button plate". Sel baterai
disusun memanjang satu baris atau
lebih tergantung jumlah sel baterai
dan kondisi ruangan. Sel baterai
ditempatkan pada stairs rack
sehingga memudahkan dalam
melaksanakan pemeliharaan,
pengukuran dan pemeriksaan level
elektrolit.
Agar ventilasi cukup dan
memudahkan pemeliharaan maka
harus ada ruang bebas pada
rangkaian baterai sekurang-
kurangnya 25 cm antara unit atau
grup baterai lainnya serta grup atau
unit baterai paling atas. Instalasi
baterai dan charger ditempatkan
pada ruangan tertutup dan
dipisahkan, hal dimaksudkan untuk
memudahkan pemeliharaan dan
perbaikan.

1.13.2. Terminal dan Penghubung
Baterai.

Sel baterai disusun sedemikian
rupa sehingga dapat memudahkan
dalam menghubungkan kutub-kutub
baterai yang satu dengan yang
lainnya. Setiap sel baterai
dihubungkan menggunakan nickel
plated steel atau copper. Sedangkan
penghubung antara unit atau grup
baterai dapat berbentuk nickel plated
steel atau berupa kabel yang
terisolasi (insulated flexible cable).
Khusus untuk kabel
penghubung berisolasi, drop voltage
maksimal harus sebesar 200 mVolt
(Standar dari Alber Corp ) seperti
terlihat pada Gambar 1.50






49

Gambar 1.50. Susunan Sel pada
Baterai
Demikian pula kekerasan atau
pengencangan baut penghubung
harus sesuai dengan spesifikasi
pabrik pembuat baterai. Hal ini untuk
menghindari loss contact antara
kutub baterai yang dapat
menyebabkan terganggunya sistem
pengisian baterai serta dapat
menyebabkan terganggunya
performance baterai. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan
kekencangan baut secara periodik

1.13.4. Ukuran Kabel
Bagian yang terpenting dalam
pemasangan instalasi baterai
adalah diperolehnya sambungan
kabel yang sependek mungkin
untuk mendapatkan rugi tegangan
(voltage drop) sekecil mungkin.
Ukuran kabel disesuaikan dengan
besarnya arus yang mengalir.
Dengan demikian rumus yang
digunakan adalah :


A
I x 0,018
U =

Dimana :
U = rugi tegangan (single
conductor) dalam volt / meter
I = Arus dalam ampere

1.13.5. Rangkaian Baterai
Dikarenakan tegangan baterai
per sel terbatas, maka perlu untuk
mendapatkan solusi agar tegangan
baterai dapat memenuhi atau
sesuai dengan tegangan kerja
peralatan yang maupun untuk
menaikkan kapasitas dan juga
kehandalan pemakaian dengan
merangkai (meng-koneksi)
beberapa baterai dengan cara :
1. Hubungan seri
2. Hubungan paralel
3. Hubungan Kombinasi
a. Seri Paralel
b. Paralel Seri

1. Hubungan Seri
Koneksi baterai dengan
hubungan seri ini dimaksudkan
untuk dapat menaikkan tegangan
baterai sesuai dengan tegangan
kerja yang dibutuhkan atau sesuai
tegangan peralatan yang ada.
Sebagai contoh jika kebutuhan
tegangan baterai pada suatu unit
pembangkit adalah 220 Volt maka
akan dibutuhkan baterai dengan
kapasitas 2,2 Volt sebanyak 104
buah dengan dihubungkan secara
seri.
Kekurangan dari hubungan seri
ini adalah jika terjadi gangguan atau
kerusakan pada salah satu sel
baterai maka suplai sumber DC ke
beban akan terputus.







50


Gambar 1.51. Hubungan Baterai Secara Seri

2. Hubungan Paralel
Koneksi baterai dengan
hubungan paralel ini dimaksudkan
untuk dapat menaikkan kapasitas
baterai atau Ampere hour (Ah)
baterai, selain itu juga dapat
memberikan keandalan beban DC
pada sistem. Mengapa bisa
demikian?
Hal ini disebabkan jika salah
satu sel baterai yang dihubungkan
paralel mengalami gangguan atau
kerusakan maka sel baterai yang
lain tetap akan dapat mensuplai
tegangan DC ke beban, jadi tidak
akan mempengaruhi suplai secara
keseluruhan sistem, hanya
kapasitas daya sedikit berkurang
sedangkan tegangan tidak
terpengaruh
.



Gambar 1.52. Hubungan Baterai Secara Paralel






51
3. Hubungan Kombinasi
Pada hubungan kombinasi ini
terbagi menjadi 2 macam yaitu seri
paralel dan paralel seri. Hubungan
ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan ganda baik dari sisi
kebutuhan akan tegangan dan arus
yang sesuai maupun keandalan
sistem yang lebih baik. Hal ini
disebabkan karena hubungan seri
akan meningkatkan tegangan
sedangkan hubungan paralel akan
meningkatkan arus dan keandalan
sistemnya.


4. Hubungan Seri Paralel
Pada hubungan Seri Paralel
seperti gambar 1.53, jika tiap
baterai tegangannya 2,2 Volt dan
Arusnya 20 Ampere maka akan
didapat : Tegangan dibaterai adalah
= 2,2 + 2,2 + 2,2 = 6,6 Volt,
sedangkan arusnya adalah = 20 +
20 = 40 Ampere, sehingga
kapasitas baterai secara
keseluruhan adalah 6,6 Volt dan 40
Ampere.
Dari perhitungan tersebut
maka yang mengalami kenaikan
signifikan adalah tegangannya.



Gambar 1.53. Hubungan Baterai Secara Seri Paralel















52
5. Paralel Seri
Pada hubungan Paralel Seri
seperti gambar dibawah ini, jika tiap
baterai tegangannya 2,2 Volt dan
Arusnya 20 Ampere maka akan
didapat :
Tegangan dibaterai adalah = 2,2 +
2,2 = 4,4 Volt, sedangkan arusnya
adalah = 20 + 20 + 20 = 60
Ampere, sehingga kapasitas baterai
secara keseluruhan adalah 4,4 Volt
dan 60 Ampere.
Dari perhitungan tersebut maka
yang mengalami kenaikan
signifikan adalah tegangannya
.

Gambar 1.54. Hubungan Baterai Secara Seri Paralel


1.14. Ventilasi Ruang Baterai
Pada pemasangan baterai di
ruangan tertutup, maka perlu
adanya sirkulasi udara yang cukup
di ruangan baterai tersebut. Untuk
harus dilengkapi dengan ventilasi
atau lubang angin atau exchaust
fan. Dalam hal ini keadaan ventilasi
harus baik untuk membuang gas
yang berupa campuran hydrogen
dan oxygen (eksplosif) yang timbul
akibat proses operasi baterai. Jika
ingin menjaga kondisi temperatur
dan kelembaban yang lebih baik
maka perlu dipasang pendingin
ruangan atau Air Conditioning (AC)
dengan suhu yang sesuai standar
yang berlaku.
Sesuai dengan Standar DIN
0510 maka suhu ruangan baterai
untuk jenis baterai asam tidak boleh
lebih dari 38
o
C dan untuk baterai
alkaline tidak boleh lebih dari 45
o
C.






53
Sedangkan untuk ventilasi atau
volume udara yang mengalir
dirancang sebagai berikut :
Untuk Instalasi di Darat ( Land
Instalation ) :
Q = 55 x n x l
Untuk Instalasi di Laut (Marine
Instalation ) :
Q = 110 x n x l
Dimana :
Q = Volume Udara ( liter/jam )
n = Jumlah Sel Baterai
l = Arus pengisian pada akhir
pengisian atau dalam kondisi
pengisian Floating.
Bilamana baterai sedang
dilakukan pemeriksaan atau
pengujian, maka semua pintu dan
jendela ruangan baterai harus
terbuka.









54
1.15. Pemeliharaan DC Power
Pemeliharaan adalah serang-
kaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi
atau meyakinkan bahwa suatu
peralatan dapat berfungsi dengan
baik sebagai mana mestinya
sehingga dapat dicegah terjadinya
gangguan yang dapat menimbulkan
kerusakan yang lebih fatal.

1.15.1.Tujuan Pemeliharaan
Tujuan Pemeliharaan adalah untuk
menjamin keberlangsungan atau
kontinyuitas dan keandalan
penyaluran tenaga listrik pada unit
pembangkit, yang meliputi
beberapa aspek yaitu :
Untuk meningkatkan reliability,
availibility dan efisiency
Untuk memperpanjang umur
peralatan
Mengurangi resiko terjadinya
kegagalan pengoperasian atau
kerusakan peralatan
Meningkatkan keamanan atau
safety peralatan
Mengurangi lama waktu padam
akibat sering terjadi gangguan
Faktor terpenting atau paling
dominan dalam pemeliharaan
instalasi atau peralatan listrik
adalah pada sistem isolasi.
Dalam pemeliharaan ini dibedakan
menjadi 2 aktifitas atau kegiatan
yaitu :
Pemeriksaan atau monitoring,
dan
Pemeliharaan
Pemeriksaan atau monitoring
dalam hal ini adalah melihat,
mencatat, meraba (jika
memungkinkan) dan
mendengarkan. Kegiatan ini
dilakukan pada saat unit sedang
dalam keadaan beroperasi.
Kemudian untuk pemeliharaan
meliputi kalibrasi, pengujian,
koreksi, resetting, perbaikan dan
membersihkan peralatan. Kegiatan
ini dilakukan pada saat unit sedang
tidak beroperasi atau waktu
inspection atau overhoul.
1.15.2. Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenis-jenis pemeliharaan yang ada
adalah :
1. Predictive Maintenance
(Conditon Base Maintenance)
2. Preventive Maintenance (Time
Base Maintenance)
3. Corrective Maintenance (Curative
Maintenance)
4. Breakdown Maintenance

1. Predictive Maintenance

Predictive Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan
dengan cara memprediksi kondisi
suatu peralatan, kemungkinan-
kemungkinan apakah dan kapan
peralatan tersebut menuju
kerusakan atau kegagalan operasi.
Dengan memprediksi kondisi
tersebut maka dapat diketahui
gejala kerusakan secara dini.
Metode yang biasa digunakan
adalah dengan memonitor kondisi
peralatan secara online baik saat






55
peralatan beroperasi maupun tidak
beroperasi.
Untuk itu diperlukan peralatan
dan personil yang ditugaskan
khusus untuk memonitor dan
menganalisa peralatan tersebut
atau ditugaskan pada bagian
tertentu yang berkaitan dengan
peralatan tersebut. Pemeliharaan
ini disebut juga pemeliharaan
berdasarkan kondisi peralatan
atau Condition Base
Maintenance.

2. Preventive Maintenance

Preventive Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk
mempertahankan unjuk kerja
peralatan yang optimal sesuai umur
teknis yang telah ditentukan oleh
pabrikan.
Kegiatan pemeliharaan ini
dilakukan secara berkala dengan
berpedoman pada Instruction
Manual dari pabrik pembuat
peralatan tersebut. Disamping itu
juga menggunakan standar yang
ditetapkan oleh badan standar
Nasional maupun Internasional
(seperti SNI, IEEC dan lain-lain)
dan data-data yang diambil dari
pengalaman operasi di lapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga
pemeliharaan berdasarkan waktu
operasi peralatan atau Time Base
Maintenance


3. Corrective Maintenance

Corrective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan
dengan berencana pada waktu-
waktu tertentu ketika peralatan
mengalami kelainan atau unjuk
kerja rendah saat menjalankan
fungsinya.
Hal ini dimaksudkan untuk
mengembalikan peralatan pada
kondisi semula (sebelum rusak)
dengan perbaikan-perbaikan,
pengujian dan penyem-purnaan
peralatan. Pemeliharaan ini bisa
dilakukan dengan cara trouble
shooting atau penggantian
komponen atau part atau bagian
yang rusak atau kurang berfungsi
yang dilakukan dengan terencana.
Pemeliharaan ini disebut juga
pemeliha- raan berdasarkan kondisi
peralatan atau Currative
Maintenance.

4. Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan jika
terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak dapat diprediksi
atau tidak tertentu dan sifatnya
darurat atau emergency.

1.15.3. Pelaksanaan
Pemeliharaan

Pelaksanaan pemeliharaan
peralatan ini dibagi 2 (dua) macam
yaitu :
1. Pemeliharaan berupa
monitoring yang dilakukan oleh
petugas operator setiap hari






56
atau setiap minggu oleh
petugas patroli unit pembangkit.
Kegiatan pemeliharaan ini
merupakan pengamatan secara
visual terhadap kelainan,
kebersihan, indikasi yang muncul,
arus beban, tegangan pada
panel, level air pada baterai dan
lain-lain yang terjadi pada
peralatan dicatat pada daftar
cekllist harian atau mingguan
yang kemudian dilaporkan
kepada atasan.
2. Pemeliharaan yang berupa
pembersihan dan pengukuran
yang dilakukan setiap bulan
atau pengujian yang dilakukan
setiap tahun oleh petugas
pemeliharaan.

1.15.4. Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan Pemeliharaan pada
sistem DC Power ini meliputi
pemeliharaan dari mulai sumber
listrik untuk input charger (panel
listrik ac 380V), charger, instalasi
listriknya, baterai dan ruangan
baterai, panel listrik DC, inverter
(jika ada) dan instalasi listrik yang
ke beban-beban DC. Dari hasil
survey dan wawancara di
lapangan yang sering mengalami
gangguan adalah di sisi instalasi
listrik yaitu DC ground, baterai dan
charger.
Untuk pemeliharaan instalasi
listrik dan perangkat
pendukungnya seperti panel-
panel, meter indikator, lampu
indikator dan sebagainya cukup
dilakukan secara visual dan
dilakukan pembersihan jika ada
kotoran dan penggantian-
penggantian pada lampu atau
meter indikator.

1. Pemeliharaan Instalasi DC.
Ada beberapa langkah dalam
pemeliharaan Instalasi DC anatar
lain :
2. Pengukuran Tegangan dan
Arus Beban
Dengan dilakukannya
pengukuran tegangan dan arus
beban diharapkan dapat diperoleh
data-data aktual mengenai besaran
tegangan dan arus beban,
sehingga dapat mengantisipasi
perubahan besaran tegangan dan
arus beban.
Cara Pelaksanaan Pengukuran
1. Mempersiapkan Pengukuran
Mempersiapkan Material dan
Peralatan Kerja yang
diperlukan.
Mempersiapkan Dokumen dan
Peralatan K3.
2.Melakukan pengukuran
Ukur dan catat tegangan tiap
MCB beban.
Ukur dan catat arus beban
setiap MCB jika memungkinkan
Membersikan Panel Pembagi
Periksa suhu tiap MCB dengan
Thermovisi
Periksa dan kencangkan baut-
baut pada terminal MCB
Ukur dan catat arus DC ground







57
3. Standar Pengukuran
Bandingkan hasil pengukuran
dengan laporan/catatan
sebelumnya atau laporan hasil
komisioning.

4. Pemeriksaan Fuse atau MCB
Dengan dilakukannya
pemeriksaan fuse dan MCB
diharapkan dapat diperoleh data-
data aktual mengenai kondisi
secara fisik peralatan tersebut
sehingga dapat dihindari terjadinya
Mal-Function peralatan lain akibat
terputus pasokan tegangan dan
arus.
5.Cara Pelaksanaan Pemeriksaan
Fuse atau MCB
1. Mempersiapkan Pemeriksaan
Material dan peralatan kerja
dipersiapkan
Dokumen dan peralatan K3
dipersiapkan
2. Melakukan pemeriksaan
Membersihkan panel Fuse dan
pengaman baterai.
Periksa suhu tiap MCB dengan
Thermovisi
Periksa dan kencangkan baut-
baut pada terminal MCB
Ukur dan catat arus DC ground
Periksa label atau marker masing-
masing panel fuse baterai dan
kabel baterai
6. Standar Pemeriksaan Fuse
atau MCB
Bandingkan hasil pengukuran
dengan laporan/catatan
sebelumnya atau laporan hasil
komisioning.
7. Pengukuran Keseimbangan
Tegangan
Tujuan Pengukuran
Keseimbangan Tegangan
Dengan dilakukannya penguku-
ran keseimbangan tegangan
diharapkan dapat diperoleh data-
data aktual apakah terjadi
penyimpangan keseimbangan
tegangan. Apabila terjadi
penyimpangan tegangan 5 % dan
+ 5 %, itu berarti menunjukkan
adanya DC ground.
Cara Pelaksanaan Pengukuran
Keseimbangan Tegangan
1. Mempersiapkan Pengukuran
Mempersiapkan Material
dan Peralatan Kerja yang
diperlukan.
Mempersiapkan Dokumen
dan Peralatan K3.
2. Melakukan Pengukuran
Membersihkan Rangkaian
Output Rectifier/Charger.
Membersihkan Panel Fuse
dan Pengaman Baterai
Ukur dan catat besaran
tegangan antara :
Kutub Positif terhadap
Negatif,
Kutub Positif terhadap
Ground,
Kutub Negatif terhadap
Gound








58
1.15.5. Pemeliharaan Charger
Seperti halnya peralatan pada
umumnya charger juga harus
dipelihara. Hal ini harus dilakukan
agar charger dapat beroperasi
secara andal dan optimal. Dalam
pemeliharaan charger ini ada
beberapa hal yang harus
dilakukan sepeti dijelaskan pada
uraian berikut ini.
1. Pengukuran Ripple
Tujuan pengukuran Tegangan
Ripple pada charger untuk
mengetahui mutu tegangan DC
yang dihasilkan. Tegangan ripple
yang tinggi, kemungkinan
disebabkan oleh beberapa hal
antara lain :
- Rangkaian rectifier (thyristor)
bekerja tidak seimbang, mungkin
salah satu Tyristor bekerja tidak
stabil / tidak normal.
- Rangkaian Filter LC yang kurang
baik (Kapasitor atau Induktor
bocor ).
2. Cara Pengukuran
Pengukuran tegangan ripple
dilakukan pada titik output charger
atau sesudah rangkaian filter LC
(lihat gambar dibawah ini yaitu pada
titik ukur 1) dan pada titik input
beban atau output voltage dropperl
(titik ukur 2). Pengukuran tegangan
ripple menggunakan alat ukur
Ripple Voltage Meter atau
Oscilloscope.

Gambar 1.55. Skema Pengukuran Tegangan Ripple
Dari contoh pembacaan hasil
pengukuran diatas nilainya adalah
0,386 volt, kalau tegangan DC-nya
adalah 110V maka prosentase
ripplenya adalah :
% 100 x
110%
0,386
Ripple Tegangan =
= 0,351%

3. Standard Tegangan Ripple
Standard tegangan ripple yang
diizinkan untuk semua merk atau
type charger adalah 2 % (Sesuai
SE. 032).











59
4. Pengukuran Tegangan dan
Arus Input

Pengukuran tegangan dan arus
input dilakukan pada titik input
charger bertujuan untuk
mengetahui besarnya tegangan dan
arus masing-masing fasa.
Cara Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran
dilakukan pada rangkaian input
charger. Cara pelaksanaan
pengukuran tegangan
menggunakan Voltmeter AC
standar.
Standar Tegangan input
adalah380 volt AC 10%
Frekuensi tegangan input 50 hz
6%
5. Pengukuran Tegangan dan
Arus Output

Tegangan output dari
charger digunakan untuk
mensuplai beban DC dan juga
digunakan untuk pengisian
baterai. Pada rangkaian control
charger dilengkapi dengan
rangkaian sensor arus dan
tegangan yang akan mendeteksi
arus pengisian dan tegangan
output. Tujuan pengukuran
tegangan dan arus output
charger adalah :
Mengetahui besaran tegangan
dan arus output pada setiap
mode operasi.
Pembanding hasil pengukuran
meter terpasang.
Cara Pengukuran pengukuran
tegangan dan arus output dilakukan
pada saat floating, equalizing dan
boosting. Pengukuran dilakukan
pada titik-titik terminal baterai dan
terminal beban atau output dropper
(lihat gambar1.55 ).
Pelaksanaan pengukuran dilakukan
dengan cara :





Gambar 1.55. Pengukuran Tegangan dan Arus Output






60

1. Pengisian floating
- Posisikan selector switch "mode
operasi" pada posisi floating,
- Catat hasil pengukuran pada
logsheet,
- Bandingkan hasil pengukuran
dengan setting floating,
- Lakukan reseting apabila tidak
sesuai
2 . Pengisian equalizing
- Posisikan selector switch "mode
operasi" pada posisi equalizing,
- Catat hasil pengukuran pada
logsheet,
- Bandingkan hasil pengukuran
dengan setting equalizing,
- Lakukan reseting apabila tidak
sesuai

3. Pengisian boosting
- Posisikan selector switch "mode
operasi" pada posisi boosting,
- Catat hasil pengukuran pada
logsheet,
- Bandingkan hasil pengukuran
dengan setting boosting,
- Lakukan reseting apabila tidak
sesuai setting boosting
Pelaksanaan pengukuran dan
reseting floating, equalizing dan
boosting pada pemeliharaan
tahunan dilakukan saat rectifier tidak
berbeban dan untuk pemeliharaan
bulanan pengukuran dan reseting
floating dan equalizing dilakukan
pada saat berbeban .
Apabila tegangan output
pengisian terlalu rendah,
kemungkinan penyebabnya antara
lain :
- Terjadi gangguan pada rangkaian
tenaga DC.
- Pada untai jembatan Thyristor, ada
salah satu thyristor yang
penyulutannya tidak normal.
- Rangkaian Pulse Generator tidak
bekerja dengan baik.
- Kerusakan pada rangkaian Control
Charger.
Pengukuran tegangan output
sangat tergantung pada merk dan
type baterai yang dilayani, dalam
pelaksanaan menggunakan standar
IEC 623 atau sesuai dengan buku
manual seperti pada tabel Tegangan
per Sel pada bahasan baterai,
sebagai contoh kita lihat tabel
dibawah ini standar untuk baterai
alkali merk saft.
Tabel . 1. 6. Pengisian boosting

Tegangan Baterai ( Volt )
Jenis /
Merk
Baterai
ALKALI
Nominal Float Equal Boost
Initial
Baterai
Akhir
Dischrage
Saft 1,2 1,40 -
1,42
1,50 -
1,55
1,65 -
1,70
1,65 -
1,70
1






61
Arus keluaran charger tergantung
pada beban atau dibatasi oleh arus
maksimum charger

Keseimbangan Tegangan
Tujuan pengukuran keseimbangan
tegangan adalah untuk mengetahui
keseimbangan antara tegangan positif
ke ground dengan negatif ke ground.
Hal ini dapat terjadi akibat ketidak
seimbangan tegangan output charger
atau ketidak seimbangan tegangan
pada beban karena adanya hubung
singkat antara positif ke ground atau
negatif ke ground.
Cara Pengukuran untuk
melaksanakan pengukuran ini
dilakukan pada titik output charger ke
beban, caranya yaitu dengan
mengukur tegangan antara positif
dengan ground, kemudian ukur
tegangan negatif dengan ground.
Dari hasil pengukuran ini,
perhatikan apakah sudah sama
(toleransi dari pabrik) antara besaran
tegangan positif ke ground dengan
besaran tegangan negatif ke ground.
Apabila hasil pengukuran diketahui
sama, berarti, tegangan output charger
sudah seimbang clan tidak terjadi
hubung singkat pada beban.Apabila
terjadi ketidakseimbangan maka perlu
dilakukan pengecekan lebih lanjut
(lihat pokok bahasan troubleshooting )
Standard hasil pengukuran
keseimbangan tegangan masing-
masing antara positif dan negatif ke
ground adalah 50 persen dari
tegangan output charger. (toleransi
12,5%)

1.15.6. Pengukuran Arus Output
Maksimum
Tujuan pengukuran adalah
untuk mengetahui apakah charger
masih dapat bekerja optimal
dengan arus output sesuai dengan
yang dibutuhkan (kapasitas
baterai). Pengukuran arus
maksimum juga dilakukan saat
komisioning untuk mengetahui
apakah arus maksimum charger
sudah sesuai spesifikasi.
Apabila hasil pengukuran
terjadi perbedaan antara besaran
arus, output dengan arus yang
dibutuhkan, maka perlu dilakukan
pengaturan ulang (resetting) pada
charger.
Cara pengukuran arus output
maksimum atau sesuai kebutuhan
baterai dilakukan dengan cara :
1. Lepaskan charger dari baterai
clan beban
2.Kosongkan energi baterai
dengan dummy load.
3..Pasang amperemeter secara
seri pada titik output charger.
4..Posisikan charger pada mode
Boost
5.Hubungkan charger dengan
baterai yang telah dikosongkan
atau menggunakan dummy load.
6..Amati besaran arus pada
amperemeter.
7..Apabila terdapat perbedaan
antara hasil pengukuran dengan
besarnya arus output yang
dibutuhkan (sesuai kapasitas
baterai), maka lakukan
penyetelan arus output charger
sesuai kebutuhan.






62
Untuk charger type BCT,
penyetelan dilakukan pada rangkaian
kontrol charger, yaitu dengan
mengatur trimpot VR1 dan VR2
(besar arus maksimum yang
diizinkan 110 % dari arus nominal).
Untuk charger type ABB 626 170,
penyetelan dilakukan pada circuit
card A1, yaitu pengaturan
potensiomefer R5.
Standard masing-masing type I
merk charger telah mempunyai)
standar kapasitas arus maksimum
yang diizinkan. Sebagai contoh,
charger type ABB 162 170 standar
kapasitas arus maksimum adalah
105 % dari arus keluaran ( 105% x
100 A = 105 A ) dan charger dari PT
Catu daya Data Prakasa,
mempunyai standar arus maksimum
110 % dari arus keluaran charger (
110% x 80 A = 88 A ).
Pengukuran Rangkaian Dropper
Untuk mengetahui apakah
rangkaian Dropper dapat bekerja
normal. Cara pengukuran tegangan
dropper dilakukan dengan
pengecekan tegangan rangkaian ke
beban untuk masing-masing posisi
selector switch, seperti sebagai berikut
:
1. Tentukan besaran tegangan yang
diperlukan pada rangkaian ke
beban (misalnya 110 volt).
2. Hubungkan voltmeter pada output
charger (sebelum rangkaian
dropper) dan rangkaian ke beban
(setelah rangkaian dropper).
3. Posisikan selector switch pada
Floating, amati tegangan pada
rangkaian ke beban (tegangan
pada rangkaian ke beban harus
tetap).
4. Posisikan selector switch pada
Equalizing, amati tegangan
pada rangkaian 'ke beban
(tegangan pada rangkaian ke
beban harus tetap).
5. Posisikan selector switch pada
Boosting, amati tegangan pada
rangkaian ke beban (tegangan
pada rangaian ke beban harus
tetap)
Apabila hasil pengukuran
tegangan pada rangkaian ke beban
saat posisi floating, equalizing clan
boosting tetap ( 10 %) maka
rangkaian dropper bekerja normal.
Pada saat ini pengukuran
rangkaian tegangan dropper
mengacu pada pengalaman
lapangan clan buku manual
masing-masing merk, seperti :
- Charger type ABB 162 1 70
besarnya tegangan dropper
adalah 80 % dari tegangan
keluaran, yaitu sE kitar 10 VDC.
- Charger dari PT Catudaya Data
Prakasa, menggunakan dropper
diode. 3 step, dengan range
tegangan 24 VDC pada arus 80
A.
- Charger BCT menggunakan 2
buah dropper diode, masing-
masing besarnya adalah 24 VDC.
Pengecekan Meter-meter
Tujuan pengecekan meter
adalah untuk mengetahui akurasi
dari meter-meter terpasang (arus
baterai, arus beban dan tegangan
beban) Pada charger baterai






63
umumnya memiliki tiga buah alat ukur
terdiri dari meter untuk pengukuran
arus baterai, arus beban, clan
tegangan beban.
Pengecekan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Ukur besaran tegangan dan arus di
terminal meter menggunakan alat ukur
standar.
1. Bandingkan hasil pengukuran
antara alat ukur standar dengan
hasil penunjukkan meter
terpasang.
2. Apabila perbedaan hasil
pengukuran antara alat ukur
standar dengan meter terpasang
di atas 5% (+5%) atau dibawah
5% (-5%) sesuai dengan klas
meternya, maka meter tersebut
harus dikalibrasi.
Standar akurasi meter sesuai dengan
klas meter yang dipakai, misal : 0,5% -
5%
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan secara fisik bertujuan
untu.k mengetahui kondisi cubicle
charcer dan fuse box apakah dalam
keadaan baik dan bersih. Cara
pelaksanaan pemeriksaaan fisik
adalah sebagai berikut :
1. Buka pintu panel charger
2. Perhatikan kondisi kebersihan
peralatan elektronik, meter-meter
dan fuse.
3. Bersihkan apabila jika terdapat
kotoran baik debu atau sarang
laba-laba.
4. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan alat pembersih dan
cairan pembersih. Khusus untuk
peralatan elektronika,
gunakanlah kompressor udara
dengan tekanan maksimum 3
bar.
5. Periksa kondisi baut-baut jika
perlu dikencangkan.
Gunakanlah alat yang sesuai
dengan peruntukkannya.
Standard pemeriksaan fisik pada
peralatan adalah secara visual
ataupun bisa juga dengan diraba
yaitu peralatan dalam kondisi baik
dan bersih.
1.16.Jadwal dan Chek list
Pemeliharaan Charger
Agar periode dan objek
pemeliharaan charger sama, maka
perlu membuat jadwal dan cheklist
pemeliharaan charger.
Pembuatan jadwal dan
cheklist pemeliharaan charger,
disesuaikan dengan buku petunjuk
peralatan yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat peralatan atau
instrument tersebut.
1.16.1. Pemeliharaan Baterai
Pengukuran tegangan pada sel
baterai bertujuan untuk mengetahui
sebagai berikut :
Kondisi tegangan sel baterai,
apakah kondisi operasi normal
Tegangan pengisian ke baterai
(Tegangan output charger)
Kondisi open sirkit pada
rangkaian baterai.
Keseimbangan tegangan
baterai terhadap tanah.






64
1.16.2. Cara Pelaksanaan
Pengukuran Tegangan.
Pengukuran tegangan baterai per
sel dan keseluruhan sel dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Pengukuran Tegangan per Sel
Rangkaian Baterai ke Rectifier di-off-
kan
Siapkan AVO meter ( diajurkan
menggunakan AVO meter digital )
Sesuaikan selektor switch pada
AVO meter pada skala yang kecil,
misalnya pada skala 10 volt.
Ukur tegangan sel baterai sesuai
polaritasnya ( positif warna merah
dan negatif warna hitam ) mulai dari
sel no. 1 sampai dengan sel terakhir.
Catat hasil pengukuran pada
lembar kerja pengukuran tegangan.

b) Pengukuran tegangan
seluruh sel :
Rangkaian Baterai ke Rectifier di-
off-kan.
Siapkan AVO meter ( diajurkan
menggunakan AVO meter digital
).
Ubah posisi selektor switch pada
AVO meter pada skala yang
sesuai.
Ukur tegangan sel baterai sesuai
polaritasnya, warna merah pada
kutub positif pada sel no.1 dan
warna hitam pada kutub negatif
pada sel terakhir.
Catat hasilnya pada lembar
kerja pengukuran tegangan.
Koreksi besaran hasil ukur
tegangan tersebut dan
bandingkan dengan standard
tegangan.
Tabel 1.7. Tegangan per Sel.
Tegangan Baterai ( Volt )
Jenis /
Merk
Baterai
Alkali
Nominal

Floating Equalizing Boost
Initial
Baterai
Akhir
Dischrage
Saft 1,2 1,40 - 1,42 1,50 - 1,55 1,65 -
1,70
1,65 -
1,70
1
Nife 1,2 1,40 - 1,42 1,55 1,70 1,65 1
Hoppecke
/ FNC
1,2 1,40 - 1,45 1,50 - 1,65 1,70 1,70 1
Friwo / TS 1,2 1,40 - 1,42 - 1,70 1,70 1,15
Alcad 1,2 1,45 - 1,47 1,50 - 1,60 1,70 1,70 1
Furukawa 1,2 1,40 - 1,42 - - - 1
Emisa /
LP, MP
1,2 1,40 - 1,45 1,50 - 1,60 1,70 1,70 1






65

Tegangan Baterai ( Volt )
Jenis /
Merk
Baterai
Asam
Nominal Floating Equalizing Boost
Initial
Baterai
Akhir
Dischrage
Rocket 2 2,3 2,4 - 2,3 1,8
SAFT NIFE
/ Lead Line
2 2,27 - - 2,3 1,8
Fiam / SMG 2 2,23 - - 2,35 1,8
Furukawa 2 - - - - -
Yuasa 2 - - - - -
Gould 2 - - - - -
Fulmen /
EHP
2 2,27 - - 2,40 1,8
DRYFIT /
A600 OpzV
2 2,3 - - - 1,8
DRYFIT /
PzS
2 2,3 - - - 1,8
HOPPEKE /
OPzS
2 2,23 -
2,24
2,24 - - 1,8
Cloride
Powersafe
2 2,25 -
2,27
2,4 - 2,3 -
2,4
1,8

1.16.3.Pengukuran Berat Jenis
Elektrolit
Tujuan melakukan pengukuran
adalah untuk mengetahui kondisi
elektrotit. Hal ini sangat penting
karena elektrolit pada baterai
berfungsi sebagai konduktor atau
sebagai media pemindah elektron.
Oleh karena itu agar proses kimia
didalam sel baterai bekerja baik,
maka perlu dilakukan pemeriksaan
atau pengukuran berat jenis
elektrolit. Alat ukur yang digunakan
adalah Hydrometer, seperti gambar
1-57






66

Gambar 1. 57. Hydromete
Aerometer yang biasa dipakai atau
yang beredar dipasaran terdiri dari
3 (tiga) macam, yaitu :
1. Aerometer yang bertuliskan
angka-angka berwarna putih,
biasanya pada baterai merk
Hoppecke (buatan Jerman)..
2. Aerometer yang dilengkapi
dengan warna : Merah, Hijau,
Kuning (buatan RRC). Arti dari
warna-warna tersebut adalah :
Merah : Dead Batery, adalah
muatan baterai tidak ada atau
mati
Hijau : Half Charge,
kapasitas baterai sudah 50%
a) Pada Baterai Asam :
0,001 x
1,5
) 15 - t (
Bd Bd
s
) hs ( (s)
+ =
Dimana :
Bd
( s

)
= Harga berat jenis
sebenarnya
Bd
( hs

)
= Pembacaan berat jenis
pada hydrometer ( gr/cm
3
)
t
s
= Temperatur larutan asam
belerang (
0
C )
b. Pada baterai alkali
0,001 x
2
) 15 - t (
Bd Bd
a
) ha ( ) a (
+ =
Diman
a :
Bd
( a

)
= Harga berat jenis
Sebenarnya
Bd
( ha

)
= Pembacaan berat jenis
larutan alkali pada hydrometer
(gr/cm
3
)
T
a
= Temperatur larutan asam
belerang Kuning : Full Charge,
kapasitas baterai sudah 90
100%
3. Aerometer yang dilengkapi
warna : Merah, Putih, Hijau (buatan
Pompa Karet
Silinder
Aerometer
Cairan Elektrolit






67
Taiwan), arti warna-warna tersebut
adalah :
Merah : Recharge
Putih : Fair
Hijau : Good
- Siapkan alat ukur berat jenis
(hydrometer).
- Gunakan alat / hydrometer sesuai
jenis baterai yang akan diukur
(jangan tertukar dengan hydrometer
untuk baterai jenis yang lain.)
- Pada saat pengukuran posisi
hydrometer harus tegak lurus.
- Pompakan cairan elektrolit secara
maksimal / sampai penuh seperti
gambar 1-58.
- Baca skala pada areometer sesuai
permukaan cairan elektrolit.
- Catat hasil pengukuran.
- Pembacaan berat jenis (Bd)
dipengaruhi oleh perubahan
temperatur maka diperlukan koreksi
pembacaan berat jenis dengan
ketentuan sebagai berikut:
(
0
C )


Gambar 1.58. Cara Pelaksanaan Pengukuran Berat Jenis
Tabel 1-8. Standar Berat Jenis Elektrolit
Jenis Baterai
Kondisi Elektrolit
( temp. 20
o
C )
Berat Jenis
( gr / cm
3
)
ALKALI



Elektrolit baru
Kondisi terisi penuh
Berat jenis minimum

1,20
1,18
1,16







68
ASAM

Elektrolit baru
Kondisi terisi penuh
Berat jenis minimum
1,190
1,215
1,16

1.16.4. Pengukuran Suhu
Elektrolit
Tujuan pengukuran suhu
elektrolit adalah untuk mengetahui
kondisi elektrolit baterai ketika
baterai sedang diisi ( charge )
maupun ketika sedang terjadi
kondisi tidak normal, mengingat
pengaruhnya sangat besar terhadap
operasional baterai maka perlu
dilakukan pemeriksaan atau
pengukuran suhu pada sel baterai.
Cara Pelaksanaan pelaksanaan
pengukuran suhu elektrolit dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Siapkan alat ukur suhu elektrolit
yang bersih dan dianjurkan
menggunakan thermometer jenis
alkohol.
Yakinkan bahwa termometer
berfungsi dengan baik.
Masukan alat ukur ke dalam sel
baterai sampai terendam cairan
elektrolit.
Tunggu beberapa saat dan
amati sampai ada perubahan
suhu.
Catat hasil ukur ke dalam lembar
kerja yang telah disediakan.
Standar suhu elektrolit pada
baterai alkali maupun asam adalah
sebagai berikut :
- Suhu maksimum pada normal
operasi : 25 - 35 C ( suhu
ruangan )
- Suhu maksimum yang diijinkan
pada saat pengisian /
pengosongan : 45

C.
Tujuan pengukuran arus
pengisian pada baterai adalah :
- Untuk mengetahui besarnya
arus pengisian dari rectifier ke
baterai, pada saat baterai
floating. Arus pengisian ini
mendekati nol.
- Untuk mengetahui besarnya
arus pengisian dari rectifier ke
baterai, pada saat baterai
equalizing.
- Untuk mengetahui besarnya
arus pengisian dari rectifier& ke
baterai, pada saat baterai
boosting. Apabila Rectifier tidak
dilengkapi dengan Dropper
Untuk melakukan pengukuran
arus pengisian pada baterai dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
- Siapkan Tang Ampere DC
- Posisikan saklar atau selector
switch untuk pengukuran arus
searah (DC)
- Sesuaikan posisi range arus
pada tang ampere
- Lakukan pengukuran pada :
- Kabel dari rectifier ke baterai






69
- Kabel konektor antar rak baterai
- Yakinkan penunjukan arus harus
konstan
- Catat hasil pengukuran
- Cocokkan hasil pengukuran
tersebut dengan penunjukkan
arus pada ampere meter yang
terpasang pada rectifier.
Contoh pengukuran arus pada
baterai dapat dilihat pada gambar
1.59.


Gambar 1.59. Pengukuran arus pada Rangkaian Sel Baterai






70

Gambar 1.60. Diagram Titik Ukur Arus Pengisian Pada Baterai
Besarnya arus pengisian adalah
sebagai berikut :
- Baterai Alkali : 0,2 x C ( 0,2
x kapasitas baterai)
- Baterai Asam : 0,1 x C ( 0,1
x kapasitas baterai)
- Pada operasi floating arus
yang mengalir ke baterai relatif
kecil
1.16.5. Jadwal Pemeliharaan
Periodik Baterai
Pedoman yang diterapkan
untuk melakukan pemeliharaan
pada peralatan Instalasi adalah
bardasarkan pada SUPLEMEN,
Surat Edaran dari PLN Pusat No.
032/PST/1984, tentang uraian
Kegiatan Pemeliharaan Peralatan
Listrik.
Periodik Pemeliharaan Baterai
adalah sebagai berikut :
Mingguan
Bulanan
Tahunan
Namun demikian pemeriksaan
baterai secara rutin tiap hari tetap
dilakukan oleh patroli operator
namun hanya bersifat fisik atau
secara visual, tidak menggunakan
meter-meter yang rumit.






71
Tabel 1-9. Pemeliharaan Mingguan (dalam keadaan operasi )
No
.
Peralatan
Yang
Dipelihara
Kegiatan
Peralatan /
Material yang
digunakan
1 Sel Baterai Periksa kebersihan sel baterai. Bila
kotor bersihkan sel dan klemnya.
Ukur Tegangan dan Berat jenis pada
sel yang dipilih atau ambil contoh /
sampel dari beberapa sel
Periksa arus pengisian dan ukur
tegangan total baterai.
2 Ruang Baterai Periksa kipas ventilasi, apakah normal,
jika tidak normal segera di perbaiki
3 Elektrolit Periksa level dan suhu cairan elektrolit,
apakah normal? Jika tidak normal
sesuaikan dengan standar yang telah
ditentukan
4 Sekring / NFB Periksa apakah ada yang putus atau
trip
- Check List
- Kuas Cat
- Sikat
- Lap Kaos
-Vaseline
Netral
- Multi meter
-Pengukur
tinggi
Elektrolit
-Thermometer

Tabel 1- 10. Pemeliharaan Bulanan (dalam keadaan operasi )
No.
Peralatan
Yang
Dipelihara
Kegiatan
Peralatan /
Material
yang
digunakan
1 Sel Baterai Ukur Tegangan dan Berat jenis di
seluruh sel pada kondisi charger Off
(tidak operasi).
Ukur tegangan total.
Periksa kebersihan sel baterai, bila kotor
bersihkan dan lapisi dengan vaseline
netral.
Lakukan pengisian dengan mode
Equalizing.
- Check List
- Kuas Cat
- Sikat
- Lap Kaos
-Vaseline
Netral
- Multi meter






72
2 Rangkaian
Baterai
Charger di Off-kan, ukur tegangan total
baterai untuk menguji open circuit (sirkuit
terbuka)


Tabel 1- 11. Pemeliharaan Tahunan (dalam keadaan tidak operasi )
No.
Peralatan
Yang
Dipelihara
Kegiatan
Peralatan /
Material yang
digunakan
1 Sel Baterai Lakukan Pengujian Kapasitas :
Pengisian kembali dengan mode
Boosting
Rekondisi elektrolit baterai bila
hasil test kapasitas tidak baik
(bila diperlukan)
Pengujian kadar potassium
karbonat, khusus pada baterai
yang telah berusia lebih dari 5
tahun.
- Check List
- Kuas Cat
- Lap Kaos
-Vaseline Netral
- Multi meter
-Tang amper
DC
- Alat Uji
Kapasitas
- Alat Uji kadar
Potassium
Karbonate







73
1.17. Pengujian dan shooting pada
DC Power

Sistem DC Power pada unit
pembangkit yang sering mengalami
permasalahan adalah pada baterai.
Terutama bateraiai jenis asam karena
didalamnya terdapat larutan kimia
(elektrolit) yang tentu jika dipengaruhi
kondisi lingkungan yang berubah-
ubah akan mempengaruhi berbagai
unsur baik level air, berat jenis,
temperatur elektrolitnya dan
sebagainya. Untuk peralatan lain
seperti sistem instalasi, panel-panel,
meter indikator, lampu indikator,
charger dan inverter biasanya jarang
terjadi masalah.

1.17.1. Pengujian Indikator Charger
Pengujian pada charger meliputi
beberapa hal antara lain : Low
Baterai Indicator, AC Power Failure,
Over Voltage Bateray, Charger
Failure, DC Fuse Failure, Earth
Fault, dan lain-lain. Pengujian
indikator bertujuan untuk mengetahui
apakah indikator tersebut bekerja
sesuai dengan fungsinya ataukah
tidak sesuai. Beberapa pengujian
yang dapat dilakukan pada indikator
charger antara lain :
Low Bateray Indicator . Untuk
pengujian ini dilakukan dengan cara
menurunkan tegangan keluaran
melalui rangkaian control charger
sampai indikasi muncul.
Over Voltage Bateray. Untuk
pengujian ini dilakukan dengan cara
menaikkan tegangan keluaran melaui
rangkaian control charger sampai
indikasi muncul.
AC Power Failure Untuk
pengujian ini dilakukan dengan cara
melepas (meng-off-kan) MCB input
AC ke charger

Charger Failure 'Untuk
pengujian ini dilakukan dengan cara
melepas (meng-off-kan) MCB output
DC ke baterai.DC Fuse

Failure, 'Untuk pengujian
dilakukan dengan cara melepas
(meng-off-kan) fuse output DC ke
baterai.
Earth Fault Untuk pengujian ini
dilakukan dengan cara
memindahkan posisi switch penguji
DC Ground pada charger.
Dalam pelaksanaan di lapangan,
alarm indikasi charger dapat
dikatakan sesuai dengan standar
apabila pada saat dilakukan
pengujian (simulasi gangguan) pada
salah satu bagian charger tersebut,
alarm dapat muncul dengan baik.









74
Tabel 1 . 12 Trouble Shooting pada Charger
ALARM PENYEBAB CARA MENGATASI
AC Power
Failure
Input circuit
breaker (MCCB)
trip
On-kan kembali saklar. MCCB mungkin trip
karena adanya arus Lebih (lonjakan arus
sesaat). Pada kasus ini: On-kan charger
dengan kontrol manual dan arus di set ke nol
(sesuai buku petunjuk pengoperasian)
Under
Voltage
Bateray
Charger trip On-kan charger.
Periksa semua phasa dan perbaiki sistem
suplay AC
Suplay AC lepas Periksa semua phasa dan perbaiki sistem
suplay AC.
AC MCCB trip On-kan MCCB. Jalankan charger dengan
control manual, dan seting arus pada level nol.
Mini Fuse putus Ganti fuse, bila fuse putus , perbaiki hubungan
antar PCB
Under
Voltage
Bateray
Tegangan output
tidak sesuai
Bandingkan tegangan output charger dengan
nilai yang ditunjukkan data sheet. Bila tidak
sesuai, setting ulang nilai tegangannya.
Pemakaian
Beban DC terlalu
tinggi
Hitung ulang pemakaian beban DC. Putuskan
pemakaian beban DC. Ganti charger dengan
kapasitas arus output DC yang lebih tinggi.
Baterai habis Isi baterai, periksa level elektrolit baterai
Periksa baterai untuk gangguan short circuit
internal
Over
Voltage
Bateray
Tidak berfungsi -
nya charger,
karena suplay
tegangan yang
terlalu besar dari
rangkaian beban
ke baterai
Periksa seting charger.
Putuskan rangkaian beban dari sumber
tegangan.
Charger
Failure
Charger mati On-kan charger






75
Suplay utama
putus / hilang
Periksa semua phasa dan perbaiki sistem
suplay AC
MCCB suplay
AC trip
On-kan kembali MCCB. On-kan charger
dengan kontrol manual dan arus diset ke nol
(sesuai buku petunjuk pengoperasian)
DC Fuse
Failure
Mini Fuse putus Ganti fuse. Bila fuse putus lagi, periksa
hubungan antar PCB. Bila rusak, maka
perbaiki. Periksa semua fuse dan cari fuse
yang putus dan cari penyebabnya
DC Fuse putus Ganti Fuse-nya


1.17.2. Pengujian Kapasitas baterai
Kapasitas suatu baterai adalah
menyatakan besarnya arus listrik
(Ampere) baterai yang dapat disuplai
atau dialirkan ke suatu rangkaian luar
atau beban dalam jangka waktu
(jam) tertentu, unt uk memberikan
tegangan tertentu. Kapasitas baterai
( Ah ) dinyatakan sebagai berikut :
t x I C =
Dimana :
C = Kapasitas baterai ( Ah )
I = Besar arus yang mengalir
(Ampere )
t = Waktu pemakaian ( Jam ).
Pengujian kapasitas baterai
menggunakan kode atau istilah
dengan C.. Kode yang biasa
digunakan adalah C
3 ,
C
S
dan C,
o
. Hal
ini menyatakan besarnya kapasitas
baterai dalam Ah yang tersedia, yaitu
o untuk C
3
, waktunya selama 3 jam
o untuk C
5
, waktunya selama 5 jam
o untuk C,
o
, waktunya selama 10 jam
Waktu pengujian kapasitas
baterai ini biasanya dilakukan pada :
o Saat komisioning baterai ( Initial
Charge )
o Setelah 5 ( lima ) tahun beroperasi.
o Berikutnya dilakukan setiap 1 tahun
sekali.
Pada baterai alkali nickel-
cadmium (NiCd) umumnya kapasitas
baterai dinyatakan dalam C
5
dan
untuk baterai Asam adalah C
10
.,

tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui kapasitas baterai yang
sesungguhnya.

Pelaksanaan pengujian
kapasitas baterai yang pada unit
pembangkit yang terpasang 1
(satu) unit baterai adalah sebagai
berikut :
1. Mencatat data-data baterai
yang akan diuji.
2. Menyiapkan peralatan kerja
dan alat uji.
3. Menyiapkan baterai cadangan
dan yakinkan siap operasi.
4. Siapkan Rectifier uji.






76
5. Melakukan manuver peminda-
han pasokan sumber DC
(Gambar 1.61) dengan uraian
manuver sebagai berikut
Masukan NFB baterai
cadangan (paralel).
Buka Fuse baterai yang
akan diuji.
Baterai siap diuji.
6. Melepas kabel pada terminal
Positif clan Negatif baterai.
7. Pertahankan level elektrolit
baterai.
8. Kencangkan mur/baut yang
kendor pada seluruh sel
baterai.
9. Sambungkan alat uji ke baterai
( lihat gambar 1.62 clan 1.63 ).
10. Pelaksanaan Pengujian
(Discharge ) menggunakan alat
BCT2000 atau BTS100.
11. Ukur suhu pada sampel sel
baterai secara random.
12. Khusus bila menggunakan alat
uji Merk ISA, BTS 100 catat
penurunan tegangar per sel
pada seluruh sel baterai.
13. Bila tegangan per sel < 1 volt
(mendekati nol), maka sel
baterai diindikasikan rusak.
14. Bila hasil uji kapasitas baterai <
50% maka lakukan pengisian
kembali sebesar 140 % x
kapasitas, setelah penuh off-
kan charger dan tunggu selama
2 jam.
15. Mengukur besarnya arus
pengisian ke baterai atau
menyetel besarnya arus/
tegangan output charger.
16. Mencatat tegangan seluruh sel
baterai selama pengisian
ber.langsung.
17. Memeriksa/ mengukur
temperatur sel baterai selama
berlangsung pengisian
(charging). Pengisian dihentikan
apabila temperatur sel baterai
telah mencapai 45

C, tunggu
sampai suhu baterai menurun
dan lanjutkan pengisian.
18. Pelaksanaan Pengujian
(discharge ) tahap 2.
19. Selanjutnya lakukan seperti
urutan pekerjaan nomor 11 s/d
13
20. Bila hasil uji Ecapasitas baterai
< 50 % maka lakukan
pengecekan potasium karbonat
21. Bila kandungan potasium
karbonat < 75 gram/liter lakukan
rekondisi, jika > 75 gram/liter
baterai harus diganti. (Lihat
Tabel Standar Batas maksimum
kadar K
2
C0
3
)
22. Bila hasil uji kapasitas baterai >
50 % maka baterai dapat
dioperasikan kembali / masuk
ke sistem.






77

Gambar 1.61. Pengujian pada baterai yang terpasang 1 unit

Pelaksanaan pengujian
kapasitas baterai yang pada unit
pembangkit yang terpasang 2
( dua ) unit baterai adalah sebagai
berikut :
1. Mencatat data-data baterai
yang akan diuji.
2. Menyiapkan peralatan kerja
dan alat uji.
3. Melakukan manuver pemindah-
an pasokan sumber DC dengan
cara bergantian. Bila Unit 1 di
uji, maka unit 2 memasok
sumber DC ke beban ( lihat
gambar 1.62 ) dengan uraian
manuver sebagai berikut :
Manuver Pembebasan Baterai
Unit 1 yang akan di uji
kapasitasnya yaitu:
Masukan NFB Rel DC
(Rectifier Unit 1 dan 2 paralel
sesaat )
Keluarkan NFB out going Unit 1
Keluarkan NFB incoming Unit 1
Off-kan Rectifier Unit 1
( Baterai Unit 1 bebas tegangan dan
siap dilakukan
.
test kapasitas ).






78

Gambar 1.62. Pengujian pada Baterai yang terpasang 2 Unit.

4. Membuka fuse baterai.
5. Melepas kabel pada terminal
Positif dan Negatif baterai.
6. Memeriksa level cairan elektrolit
seluruh sel baterai
7. Memeriksa kekecangan mur
baut peda seluruh sel baterai.
8. Penyambungan alat uji ke
baterai
9. Pelaksanaan Pengujian
(Discharge) menggunakan alat
BCT2000 atau BTS100
10. Ukur suhu pada sampel sel
baterai secara random.
11. Khusus bila menggunakan alat
uji Merk ISA, BTS 100 catat
penurunan tegangan per sel
pada seluruh sel baterai.
12. Bila tegangan per sel < 1 volt
(mendekati nol), maka sel baterai
diindikasikan rusak.
13. Bila hasil uji kapasitas baterai <
50 % maka takukan pengisian
kembali sebesar 140% x
kapasitas, setelah penuh off-kan
charger dan tunggu selama 2
jam.
14. Mengukur besarnya arus
pengisian ke baterai atau
menyetel besarnya arus /
tegangan output charger.






79
15. Mencatat tegangan seluruh sel
baterai selama pengisian
berlangsung.
16. Memeriksa / mengukur
temperatur sel baterai selama
berlangsung pengisian ( charging
).
17. Pengisian dihentikan apabila
temperatur sel baterai telah
mencapai 45

C, tunggu sampai
suhu baterai menurun dan
lanjutkan pengisian.
18. Pelaksanaan Pengujian
(Discharge ) tahap 2.
19. Selanjutnya lakukan seperti
urutan pekerjaan nomor 9 sld 11
20. Bila hasil uji kapasitas baterai <
50 % maka lakukan pengecekan
potasium karbonat
21. Bila kandungan potasium
karbonat < 75 gram/liter lakukan
rekondisi, jika > 75 gram / liter
baterai harus diganti.
22. Bila hasil uji kapasitas baterai >
50 % maka baterai dapat
dioperasikan kembali / masuk ke
sistem.
Standar yang digunakan dalam
melaksanakan pengujian kapasitas
baterai mengacu pada karakteristik
baterai yang akan diuji antara lain
sebagai berikut :
a) Parameter Test
Besarnya arus pengosongan
/ discharge, contoh untuk
baterai alkali : 0,2 x kapasitas
baterai dan baterai asam :
0,1 x kapasitas baterai.
Setting waktu pengosongan,
contoh untuk baterai alkali : 5
jam dan untuk baterai asam :
10 jam.
Tegangan akhir
pengosongan per-sel,
contoh untuk baterai alkali : 1
volt dan untuk baterai asam :
1,8 volt
Baterai alkali sebesar 1 volt
clan untuk baterai asam
sebesar 1,8 Volt.
Standar Kapasitas
Baterai baik : 80 %
Baterai kurang baik : < 80%






80

Gambar 1.63. Penyambungan alat uji ke baterai menggunakan alat uji
Merk Albert - type BCT-128

Gambar 1.64. Penyambungan alat uji ke baterai menggunakan alat uji
Merk ISA - type BTS-100 Plus






81
1.17.3. Pengujian kadar Potassium
Carbonate ( K
Z
C0
3
)
Dalam melaksanakan
pemeliharaan tahunan pada baterai
diantaranya adalah pengujian
kapasitas, dari hasil test tersebut
belum menjadi jaminan bahwa
kondisi baterai tidak baik, sehingga
perlu ada usaha usaha lain yang
perlu diakukan yaitu dengan cara
melakukan pengisian kembali dan
menguji ulang baterai tersebut.
Apabila masih tetap kondisi tidak
baik idealnya baterai tersebut
diganti, tetapi hal ini dianggap tidak
efisien. Salah satu upaya yang
dilakukan sebelum beterai diganti
adalah dengan melaksanakan
rekondisi pada baterai atau
mengganti cairan elektrolitnya.
Dalam melaksanakan rekondisi
seringkali juga masih didapatkan
hasil yang tidak memuaskan
sehingga tidak berdaya guna dalam
meningkatkan kondisinya, oleh
karena itu dari hasil pengujian
kandungan potassium karbonat
(K
Z
C0
3
) pada cairan elektrolit
baterai dapat ditentukan apakah
baterai bila direkondisi dapat
meningkat kondisinya atau tidak,
sebelum mengganti baterai dengan
yang baru.
Adapun Tujuan pengujian
kandungan potassium carbonate
(K2C03) adalah untuk memperoleh
infomasi apakah elektrolit baterai
masih efektif. untuk direkondisi atau
sudah tidak efektif lagi untuk
direkondisi.
Peralatan yang digunakan
dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut :
- 1 bh Pipet ukuran 5 ml clan pipet
filler
- 1 bh pipet kecil
- 1 bh gelas Berker ukuran 250 ml
- 1 bh gelas Erlenmeyer ukuran
500 ml
- 1 bh corong diameter 5 cm
- 1 bh washing bottle uk. 1000 ml
- 1 bh sarung tangan karet
- 1 bh gelas Burette kapasitas 25m1
- 1 tube obat tetes mata (untuk P3K)

1. Bahan Kimia yang Digunakan
Bahan kimia yang digunakan
dalam pengujian ini adalah :
- 1 botol ukuran @ 250 ml
phenolphtalein (Reagent A)
- 1 botol ukuran @ 250 ml methyl
orange (Reagent B)
- 1 botol ukuran @ 1000 ml Hydro
Chloric Acid (HCl)
- 1 liter air distillate (H2O)
2. Pelaksanaan Pengukuran
Untuk satu unit baterai, sampel
diambil dengan cara mengambil
beberapa tetes larutan elektrolit tiap
sel baterai hingga terkumpul sekitar
200 ml elektrolit.

Pembuatan 50 ml larutan HCL 10 %
- Dengan memakai gelas ukur
250 ml, masukkan 50 ml air
murni ke gelas Prlenmeyer






82
Kemudian dengan memakai pipet
5 ml, masukkan 5 ml HCL pekat
ke gelas erlenmeyer lalu aduk
secukupnya
Larutan tersebut cukup untuk satu
kali pengujian
Untuk pembuatan larutan yang
lebih banyak dapat dilakukan
dengan ketentuan setiap 10
bagian H20 ditambah dengan 1
bagian HCL.
3. Pengukuran
Prosedur pengukuran
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Isilah gelas burette dengan HCL
10 % sampai penuh (larutan
sampai pada batas titik nol)
b. Dengan menggunakan pipet,
teteskan 5 ml larutan sampel
(Potassium hydroxide) ke gelas
erlenmayer
c. Masukkan 50 ml (Dengan
mengguna- kan pipet) air murni
(H20) ke dalam gelas
Erlenmeyer
d. Tambahkan beberapa tetes
phenolphtalein ke dalam larutan
tersebut hingga berubah warna
menjadi ungu.
e. Sambil mengocok perlahan
gelas Erlenmeyer, perlahan
teteskan HCL 10 % dari gelas
burette sampai larutan dalam
gelas Erlenmeyer berubah
warna menjadi bening (tanpa
warna)
f. Bacalah jumlah HCL 10 % yang
telah dipakai pada gelas burette
dan catatlah batas
permukaanr,ya dengan tanda "
p "
g. Tambahkan sedikit bubuk methyl
orange ke dalam larutan bening
pada gelas Erlenmeyer hingga
berubah warna menjadi kuning
jernih
h. Sambil mengocok perlahan
gelas Erlenmeyer, perlahan
teteskan HCL 10 % dari gelas
burette sampai larutan dalam
gelas Erlenmeyer berubah
warna menjadi ' orange
i. Bacalah jumlah HCL 10 % yang
teiah dipakai pada gelas burette
dan catatlah batas
permukaannya dengan tanda "
m "
j. Dari langkah - langkah tersebut
kandungan K
Z
C0
3
dari sampel
dapat diketahui dengan rumus :
) gr/liter (
5
69,1
x 2 x ) p - m (

Untuk memudahkan dan
mempercepat penghitungan pada
langkah 10 ini, disediakan Tabel
Standar Kandungan K
2
C0
3

sehingga hanya perlu diketahui
nilai titik "m" dan "p" saja.
Langkah-langkah pengujian
kadar K
2
C0
3
sebagai berikut :
a. Isilah gelas burette dengan
HCl 10% sampai penuh
(larutan sampai pada batas
titik nol)
b. Masukkan 50 ml air murni
(H2O) pada gelas berker,
kemudian teteskan 5 ml






83
larutan sampel yang diambil
dari sel baterai dengan
menggunakan pipet filter.
Setelah diaduk secukupnya
tuangkan ke gelas
Erlenmeyer.
c. Tambahkan beberapa tetes
phenolphtelein kedalam
larutan tersebut hingga
berubah warna menjadi ungu.
d. Sambil mengocok perlahan
gelas Erlenmeyer, teteskan
HCl 10% dari gelas burette
perlahan-lahan sampai larutan
dalam gelas Erlenmeyer
berubah warna menjadi
bening (tak berwarna lagi).
e. Segera tutup kran gelas
burette setelah larutan pada
gelas Erlenmeyer berubah
menjadi bening.
f. Hitung dan catat banyaknya
HCl 10% yang terbuang dan
tandai dengan titik dan ketik
p.
g. Bubuhkan sedikit Methyl
Orange kedalam gelas
Erlenmeyer sehingga larutan
berubah warna menjadi kuning
bening.
h. Kocok perlahan agar larutan
yang baru berubah warna
menjadi lebih homogen.
i. Teteskan kembali larutan HCl
10% dari gelas burette
kedalam gelas Erlenmeyer
hingga larutan berubah warna
menjadi orange.
j. Segera tutup kran pada gelas
burette setelah larutan pada
gelas Erlenmeyer berubah
warna menjadi orange.
k. Hitung dan catat kembali
banyaknya HCl 10% yang
terbuang dan tandai dengan
titik dan ketik m
l. Masukkan angka yang didapat
kedalam rumus yang sudah
tersedia dan hitung
kandungan pottasium
carbonate (K
2
C0
3
).
Dari hasil pengukuran
kandungan pottasium carbonate
(K
2
C0
3
), dapat memberikan
informasi dan pertimbangan
bahwa jika hasil ukur kadar
pottasium carbonate (K
2
C0
3
)
100 gr/liter, maka rekondisi
elektrolit baterai adalah langkah
yang tepat. Namun jika hasil uji
kadar pottasium carbonate
(K
2
C0
3
) 100 gr/liter, maka
langkah yang tepat adalah usulan
penggantian baterai dengan
baterai yang baru.

4. Hasil Pengukuran
Untuk menentukan kadar
Pottasium Carbonate (K
2
C0
3
) dari
hasil nilai (m - p) dapat dilihat pada
tabel dihalaman berikut ini.











84
Tabel 1. 13. Kandungan Pottasium Carbonate (K
2
C0
3
) pada elektrolit baterai.
Nilai
(m p)
Kandungan K
2
C0
3

( gr / liter )
Nilai
( m p )
Kandungan K
2
C0
3

( gr / liter )
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,764
5,528
8,292
11,056
13,82
16,584
19,348
22,112
24,876
27,64
30,404
33,168
35,932
38,696
41,46
44,224
46,988
49,752
52,516
55,28
58,044
60,88
63,572
66,336
69,1
2,6
2,7
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
3,9
4
4,1
4,2
4,3
4,4
4,5
4,6
4,7
4,8
4,9
5
71,864
74,628
77,392
80,156
82,920
85,684
88,448
91,212
93,976
96,740
99,504
102,268
105,032
107,796
110,560
113,324
116,088
118,852
121,616
124,380
127,144
129,908
132,672
135,436
138,2






85
Setiap produsen pembuat baterai menentukan standar maksimum yang
diijinkan terhadap kadar Pottasium Carbonate (K
2
C0
3
) seperti pada tabel 1.14
berikut :
Tabel 1.14. Standar maksimum yang diijinkan terhadap kadar Pottasium
Carbonate (K
2
C0
3
)

Produsen Standar Kadar Maksimum
Furukawa Battery 75 gram / liter
Friwo Battery 75 gram / liter
Saft 100 gram / liter
Nife 100 gram / liter
Sab Nife 100 gram / liter

5. Rekondisi Baterai
Tujuan rekondisi baterai adalah
suatu usaha untuk meningkatkan
kembali kapasitas baterai atau
memperbaiki dan mengembalikan
proses kimia didalam sel baterai
dengan cara melakukan penggantian
elektrolit. Dari hasil overhaul tersebut
diharapkan dapat mengembalikan ke
karakteristik semula atau dapat
memperpanjang masa pakai atau
usia baterai.

6. Cara Pelaksanaan.
Tahapan Pelaksanaan R'ekondisi
Baterai adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan cairan elektrolit
b. Pengosongan energi sampai
tegangan akhir per sel.
c. Apabila, setelah cairan elektrolit
dibuang tidak akan disimpan
lama ( selama 20 menit ) atau
langsung akan diganti elektrolit,
maka tidak perlu pengosongan
energi. ( Referensi dari : Nife
Nickel Cadmium Battery )
d. Pembongkaran sel baterai.
e. Membersihkan kontainer,
konektor antar sel atau rak dan
membersihkan rak baterai.
f. Pembuangan dan penggantian
cairan elektrolit satu persatu.
g. Merangkai kembali baterai pada
raknya.
h. Pengisian kembali ( 140% x
kapasitas )
i. Test kapasitas ( Discharge ).
j. Pengisian kembali ( 140% x
kapasitas )
k. Pengoperasian ke sistem.






86

Gambar 1.60. Pembuangan cairan elektrolit baterai

Gambar 1.61. Penggantian Elektrolit, Membersihkan Kontainer Baterai dan
Pengeringan






87

Gambar 1. 62. Pembersihan Terminal Sel Baterai, Klem, Baut dan
Pengecatan Rak


Gambar 1.63 Pengisian (Charging) dan Test Kapasitas setelah Rekondis

Charging (Pengisian)
Discharge (Test Kapasitas)






88
7. Standar Rekondisi Baterai
Pelaksanaan rekondisi baterai
didasarkan pada beberapa kriteria
pemeriksaan, sehingga dapat
dijadikan standar atau acuan
sebelum dilakukan rekondisi pada
baterai antara lain sebagai berikut :
a. Hasil Test Kapasitas dinyatakan
baik ( Standard > 80% )
b. Charger Discharge minimal 2
kali, hal ini bertujuan untuk
meyakinkan apakah baterai
kondisi tidak baik atau under
charge.
c. Pengukuran berat jenis elektrolit
d. Pemeriksaan fisik.
e. Pemeriksaan kondisi elektrolit
dengan cara pengujian kadar
potasium karbonat.
(Rekomendasi dari baterai merk
Friwo : Bila tiap 1 liter cairan
elektrolit sudah mengandung
karbon seberat 75 gram, maka
elektrotit harus diganti.
f. Kondisi Plat-plat aktif sel baterai.
g. Hasil pengukuran temperatur
elektrolit pada saat charging.
h. Usia baterai dll.

Pemeriksaan fisik baterai
Tujuan melakukan pemeriksaan
fisik pada baterai adalah untuk
mengetahui keadaan sel baterai
berikut sambungan antar sel dimana
kerusakan pada sel tersebut dapat
mempengaruhi keamanan dan
keandalan operasional baterai.
Umumnya kerusakan pada sel
baterai antara lain :
a) Retak pada bagian atas sel
b) Cairan elektrolit Bocor
c) Korosif pada terminal atau
sambungan kabel Drat pada
terminal baterai rusak

Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan pemeriksaan fisik
pada beterai dilakukan secara visual
pada kontainer atau pada komponen
sel baterai yaitu :
a. Kontainer
b. Mur baut terminal baterai
(terminasi)
c. Kabel sambungan antar rak
baterai.















89

Contoh baut terminal yang korosif





Terminal sel baterai menonjol akibat Kontainer Sel Baterai Retak
desakan dari dalam sel

Gambar 1.64. Beberapa Contoh Temuan pada Sel Baterai yang Abnormal
Kontainer Sel Baterai Pecah









90
1.18. Trouble Shooting
Untuk melacak kerusakan baterai dapat dilakukan dengan urutan seperti
tabel 1 .15. berikut.

Tabel 1.15 Trouble Shooting
Masalah
Kemungkinan
Penyebab
Cara Penanggulangan
Penurunan
Kapasitas
Kandungan Karbon
dalam elektrolit
Float charging dalam
waktu lama
Permukaan elektrolit
terlalu rendah
Lakukan pengosongan baterai dan
ganti elektrolit rendah & lakukan
rekondisi
Lakukan pelatihan, bila kapasitas < 80
% lakukan rekondisi
Tambahkan aquades hingga level
antara Min Max, lakukan pelatihan
atau rekondisi
Penurunan
kapasitas atau
gagal total
Satu atau beberaoa sel
open sirkuit
Konektor antar sel,
konektor antar rak atau
terminal sel berkarat
atau putus
Kerusakan pengaman
lebur / pemisah
Ganti dengan sel yang baru
Bersihkan permukaan kontak
Kencangkan konektor antar sel
dengan 16Nm. Kencangkan konektor
antar rak dengan 20 Nm atau ganti
konektor dengan yang baru.
Perbaiki dan ganti dengan yang baru.
Penguapan
terlalu
berlebihan
Penguapan sel
terlalu
berlebihan
atau mendidih
Vent-plug bocor, sel
bocor
Tegangan Charging
terlalu tinggi.
Tegangan sel tidak
merata
Kencangkan Vent-plug, ganti dengan
sel yang baru
Turunkan tegangan floating hingga 1,4
-1,45 Volt per Sel
Batasi boost charging tidak lebih dari 7
jam. Lakukan rekondisi
Tegangan sel
tidak merata
Elektolit
berhamburan
keluar
Float charging dalam
waktu lama
Level elektrolit terlalu
tinggi pada saat
charging awal.
Lakukan boost charging, bila
diperlukan lakukan pelatihan atau
rekondisi.
Batasi level Min - Max tetelah charging
awal selesai.






91
Berbusa
selama
charging
Tampak benda
asing didalam
elektrolit atau
perubahan
warna
elektrolit
Densitas elektrolit
rendah akibat
penambahan aquades
yang berlebihan.
Aquades tidak bersih
atau bahkan tercemar
asam.
Lakukan pengosongan baterai
sesuaikan BJ elektrolit, kemudian
lakukan rekondisi, bila tetap berbusa,
ganti dengan sel yang baru
Lakukan pengosongan pada baterai
dan ganti elektrolit atau lakukan
rekondisi.
Tampak
rontokan
material aktif
didalam sel
Densitas elektrolit
terlaiu pekat karena
penam bahan
elektrolit dengan
KOH
Lakukan pengosongan pada
baterai dan ganti elektrolit clan
lakukakn rekondisi.
Meledak atau
terjadi
deformasi
Suhu elektrolit terlalu
tinggi pada saat
pengisian( charging )


Elektrolit kosong,
charger gagal
sehingga terjadi
tegangan lebih.
Vent-plug tersumbat
terminal kendor dan
terjadi arching
Sesuaikan kapasitas charger
dengan kapasitas baterai.
Perhatikan batasan arus charging
& suhu maksimum yang diijinkan
oleh pembuat baterai
Periksa dan perbaiki charger dan
ganti dengan sel yang baru.

Terjadi
hubung tanah
DC
Terdapat sel yang
bocor.
Keringkan Rak baterai dan ganti
sel yang bocor.

1.18.1. Kinerja Baterai
Kerusakan Peralatan pada
instalasi Gardu Induk dan
Transmisi setiap saat bisa terjadi
baik yang disebabkan oleh sumber
qangguan dari luar (uncontrollable)
atau sumber gangguan pada
peralatan itu sendiri (controllable),
atau bila dilihat dari jenis
penyebabnya dapat terjadi karena
kerusakan pada auxelery dan alat-
alat bantu elektrik serta kerusakan
pada sisi TT/TM.
Kerusakan peralatan instalasi
yang sifatnya controllable tersebut
dipicu oleh suatu kondisi
pengoperasian yang kurang
sempurna atau manajemen
pemeliharaan yang tidak
terlaksana dengan terpadu antara
perencanaan dan pelaksana (lihat






92
diagram manajement pemelihara-
an).
Bila ditinjau dari akibat
kerusakan pada peralatan instalasi
Gardu Induk clan Transmisi maka
kerusakan yang terjadi dapat
dikelompokan menjadi kerusakan
besar/parah (major) clan
kerusakan kecil/ringan (minor).
1. Kerusakan Major
Adalah kerusakan internal
baterai yang mengakibatkan
penurunan kapasitas baterai
sampai 50% dari kapasitas awal
berdasarkan hasil pengujian,
dengan kondisi tersebut
menyebabkan baterai tidak dapat
optimal melayani beban.
Misalnya : Kerusakan pada sel
baterai, kandungan potasium
dalam elektrolit tidak sesuai,
elektroda rontok.
2. Kerusakan Minor
Adalah kerusakan Kecil yang
menyebabkan kapasitas baterai
turun sampai dengan 80% atau
terjadi kerusakan fisik pada sel
baterai tetapi tidak mengganggu
operasi. Misalnya :
Keretakan casing
Kerusakan terminal
Terjadi benjolan pada dinding
sel
Elektroda menonjol
Sel baterai pecah / meledak
Permukaan terminal korosif/
terlepas.
Bagian atas sel retak/
berlubang
Sel baterai bocor
Ring isolasi antara elektroda
dengan body
Mur baud pada terminal
berkarat atau drat rusak
Permukaan pada terminal
tidak rata/rusak akibat
loncatan bunga api.
Dengan data-data tersebut,
maka untuk periode pemantauan
yang ditentukan dapat dihitung :
Jumlah peralatan yang
terpasang per merk [ Satuan ]
Jumlah total kerusakan yang
pernah terjadi untuk setiap
merk sampai dengan periode
pemantauan [Kali]
3. Historical Alat / Sejarah
Alat
Sejarah alat adalah fiie yang
sangat diperlukan untuk mengetahui
unjuk kerja atau tingkat keberhasilan
produksi alat dan pemeliharaan pada
alat tersebut (dalam hal ini baterai)
atau secara umum adalah sistem DC
Power.
Manajemen aset dan manajemen
gangguan yang terpadu dan selalu
online sang diperlukan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan
karena sejarah alat adalah
kumpulan data marcatat baterai






93
mulai dari mulai factory test di
pabrik sampai dengan saat
dioperasikan terakhir kalinya,
sehingga dari data tersebut dapat
dilakukan evaluasi analisa dan
pengkajian dan tindakan untuk
menghindari atau mencegah
terjadinya kerusakan mayor atau
minor pada baterai tersebut.
Sejarah alat atau baterai
mencatat hal-hal sebagai berikut :
1. Data faktory test baterai di
pabrik I vendor
2. Data pengiriman clan
pembongkaran di side
3. Data proses comisioning
4. Data TBM atau pemeliharaan
rutin
5. Data pemeriksaan rutin
6. Data
troubleshooting/kerusakan
minor/ mayor termasuk
recondisioning.
7. Data biaya pemeliharaan
Bila data sejarah tersebut
dapat dilihat secara on line maka
manajement pemeliharaan dapat
melakukan evaluasi dan kajian
thd kinerja baterai tersebut clan
menyimpulkan halal sebagai
berikut :
Tingkat kerusakan
baterai setiap merk
Jenis kerusakan baterai
setiap merk
Penurunan kenerja
baterai setiap merk
Tindakan pencegahan
kerusakan baterai
Tindakan kebijakan pola
pemeliharaan
Merekomendasikan
pengadaan baterai baru
Strategi effisiensi biaya

4. Komisioning Baterai Baru
Untuk menjaga mutu terhadap
baterai yang diterima oleh PLN,
maka harus dilakukan pengujian
kapasitas, hal tersebut dimaksudkan
untuk mengantisipasi apabila terjadi
kelainan pada baterai sebelum
diterima, selain itu juga untuk
mengetahui kebenaran
karakteristiknya.

5. Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan komisioning pada
baterai baru meliputi kegiatan
sebagai berikut :
Pemeriksaan fisik sel baterai
Merangkai baterai
Pengisian muatan (Charging )
Pengosongan muatan
(Discharge / Test Kapasitas )
Pengisian Muatan kembali.
Pembongkaran
Pengepakan.

6. Karakteristik Test
Parameter Test yang
dilaksanakan dalam pengujian
baterai baru berbeda dengan
pengujian seperti pada baterai yang
sudah beroperasi yaitu harus
mengacu pada : persyaratan teknis






94
yang ditentukan sesuai yang tertuang
dalam surat perjanjian / kontrak
antara lain :
- Besarnya arus pengosongan
(discharge )
- Waktu / lama pengujian
- Tegangan Akhir penyujian
per-sel.

7.Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan komisioning pada
baterai baru meliputi kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengangkutan baterai dari
gudang kelokasi test
b. Pembongkaran dari peti kemas
c. Merangkai baterai
d. Charging (Pengisian)
e. Discharge (Test Kapasitas)
f. Pengepakan (Kemas)

Standar
Standar Quality Control pada
baterai baru adalah sebagai
berikut :
a. Hasil Test kapasitas : 80%
b. Karakteristik pembebanan
sesuai type / jenis baterai.
c. Fisik sel baterai baik / tidak
ada tanda-tanda kerusakan.
d. Temperatur sel baterai pada
saat charge discharge normal
( sesuai brosur ). Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi
standar, maka sebelum
diterima oleh PLN sel tersebut
harus diganti.






95
1.19 KESELAMATAN KERJA
Untuk itu keselamatan dan
kesehatan kerja pada bab ini
secara khusus membahas hal-hal
yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja
pada Pemeliharaan DC Power,
yang meliputi peralatan-peralatan
pengaman yang diperlukan pada
pekerjaan-pekerjaan untuk instalasi
listrik dan panel listrik DC, charger
dan baterai. Disamping itu
disampaikan juga aturan-aturan
yang berlaku secara umum. Namun
untuk mengingatkan kembali akan
kami berikan beberapa tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.

1.Dasar-dasar Keselamatan Kerja
Dasar-dasar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di PT PLN
(Persero) adalah berdasarkan :
Undang-Undang K3 No.1
Tahun 1970
Pengumuman Direksi PLN No.
023/PST/75
Surat Edaran (SE) Direksi PLN
No. 005/PST/82
Instruksi Direksi No. 002/84.

2. Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah
suatu kegiatan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di
lingkungan kerja dan dalam
keadaan bekerja.

3. Definisi Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang terjadi pada
seseorang karena hubungan kerja
dan memungkinkan disebabkan
oleh bahaya yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Peralatan pengaman (safety )
yang harus disiapkan untuk
keselamatan kerja ini antara lain:
Sepatu Pengaman ( Safety
Shoes)
Topi Pengaman ( Helmet )
Kacamata Pengaman
Masker
Sarung Tangan Karet
Sedangkan aturan keselamatan
kerja yang harus dipatuhi dan
ditaati oleh setiap personil didalam
pelaksanaan pekerjaan yang
sifatnya rutin maupun non rutin
adalah :
a. Siapkan peralatan sesuai
dengan kebutuhan dan
penggunaannya.
b. Siapkan Dokumen yang
diperlukan guna kepentingan
keselamatan kerja.
c. Pastikan langkah-langkah yang
akan dilakukan sudah siap dan
sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan.
d. Gunakan perlengkapan
keselamatan kerja seperti
disebutkan diatas, baik sepatu,
helm, kacamata, masker dan
sarung tangan karet.
e. Gunakan peralatan kerja yang
ada isolasinya dan dijamin
keselamatanya.
f. Jangan pernah bekerja seorang
diri, setidaknya berdua
g. Pastikan rangkaian listrik tidak
bertegangan (power off) jika
bekerja pada area yang harus
aman dari arus listrik.






96
h. Sebagai tindakan pencegahan,
lakukan grounding peralatan
ataupun discharge circuit
sebelum memulai pekerjaan.
i. Lakukan pengamatan,
pemeriksaan dan analisa
sebelum melakukan suatu
pekerjaan atau tindakan.
j. Harus mengetahui efek dari
pekerjaan yang akan kita
lakukan.
k. Mengetahui tempat
penyimpanan kelengkapan fire
fighting dan bisa
menggunakannya saat
diperlukan.
l. Sudah familiar dengan
peralatan kerja yang akan
digunakan, baik secara
prosedur maupun cara
pemakaiannya.
m. Bersihkan alat kerja dan tempat
kerja setelah selesai melakukan
pemeliharaan atau pemeriksaan
n. Letakkan peralatan kerja sesuai
dengan tempatnya masing-
masing setelah selesai
melakukan pekerjaan.
o. Patuhi dan taati aturan dan
prosedur yang berlaku demi
keselematan dan kesehatan
kerja kita.
4. Prosedur Keselamatan Kerja
a. Seluruh peralatan, bahan kimia
dan prosedur pengukuran ini
hanya untuk Batere NiCd saja,
tidak untuk Batere asam
b. Sebelum dan sesudah
pengujian dilakukan semua
peralatan harus dicuci dengan
air biasa / air hangat
c. Pastikan ruangan pengujian
mempunyai ventilasi yang
baik
d. Gunakan selalu peralatan
keselamatan kerja karena
bahan - dahan kimia yang
digunakan sangat
berbahaya dan beracun
bagi makhluk hidup
e. Jangan membuang limbah
hasil pengukuran
disembarang tempat karena
limbah tersebut tetap
beracun bagi makhluk hidup
f. Sesudah pengujian simpan
bahan - bahan kimia
tersebut ditempat yang
kering, terlindung dari sinar
matahari langsung, dan
tertutup rapat.





96


97
BAB II
PENGUKURAN LISTRIK

2.1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu
pembandingan antara suatu
besaran dengan besaran lain yang
sejenis secara eksperimen dan
salah satu besaran dianggap
sebagai standart. Dalam
pengukuran listrik terjadi juga
pembandingan, dalam pembanding-
an ini digunakan suatu alat Bantu
(alat ukur). Alat ukur ini sudah
dikalibrasi, sehingga dalam
pengukuran listrikpun telah terjadi
pembandingan. Sebagai contoh
pengukuran tegangan pada
jaringan tenaga listrik dalam hal ini
tegangan yang akan diukur
diperbandingkan dengan
penunjukkan dari Volt meter.

Pada pengukuran listrik dapat
dibedakan dua hal :
a. Pengukuran besaran listrik,
seperti arus (ampere), tegangan
(Volt), daya listrik (Watt), dll
b. Pengukuran besaran non listrik,
seperti suhu, luat cahaya,
tekanan , dll.

Dalam melakukan pengukuran ,
pertama harus ditentukan cara
pengukurannya. Cara dan
pelaksanaan pengukuran itu dipilih
sedemikian rupa sehingga alat ukur
yang ada dapat digunakan dan
diperoleh hasil dengan ketelitian
seperti yang dikehendaki. Juga cara
itu harus semudah mungkin,
sehingga diperoleh efisiensi
setinggi-tingginya. Jika cara
pengukuran dan alatnya sudah
ditentukan, penggunaannya harus
dengan baik pula. Setiap alat harus
diketahui dan diyakini cara
kerjanya. Dan harus diketahui pula
apakah alat-alat yang akan
digunakan dalam keadaan baik dan
mempunyai klas ketelitian sesuai
dengan keperluannya.

Jadi jelas pada pengukuran
listrik ada tiga unsur penting yang
perlu diperhatikan yaitu :
- cara pengukuran
- orang yang melakukan
pengukuran
- alat yang digunakan

Sehubungan dengan ketiga hal
yang penting ini sering juga harus
diperhatikan kondisi dimana
dilakukan pengukuran, seperti
suhu, kelembaban, medan magnet,
dll. Mengenai alat ukur itu sendiri
penting diperhatikan mulai dari
pembuatannya sampai
penyimpanannya. Karena sejak
pembuatannya, alat itu ditentukan
ketelitiannya sesuai dengan yang
dikehendaki. Setelah itu dalam
pemakaian, pemeliharaan dan
penyimpanan memerlukan
perhatian kita agar ketelitiannya
tetap terpelihara.

Hal-hal yang penting
diperhatikan pada pengukuran
listrik

Cara pengukuran harus
benar
Pada pengukuran listrik
terdapat beberapa cara Pilih
cara yang ekonomis

98
- Alat ukur, harus dalam keadaan
baik :
- Secara periodik harus dicek
(kalibrasi)
- Penyimpanan, transportasi alat
harus diperhatikan
- Operator (Orang) Harus teliti
- Keadaan dimana dilakukan
pengukuran harus diperhatikan
- Jika diperlukan laporan ,
maka pencatatan hasil
pengukuran perlu
mendapat perhatian
- Untuk catatan digunakan buku
tersendiri
- Gunakan FORMULIR tertentu
2.2. Besaran ,satuan dan
dimensi

Alat ukur adalah alat yang dapat
digunakan untuk mendapatkan /
mengetahui hasil perbandingan
antara suatu besaran / ukuran
yang ingin diketahui dengan
standar yang dipakai. Fungsi
penting dari alat ukur baik alat ukur
listrik maupun mekanik adalah
untuk mengetahui nilai yang telah
ditentukan sebagai batasan laik
atau tidaknya peralatan / jaringan
akan dioperasikan.

Dalam pengukuran kita
membandingkan suatu besaran
dengan besaran standard.
Sehingga dalam pengukuran perlu
mengetahui besaran, satuan dan
dimensi.
Besaran
Besaran adalah sesuatu yang
dapat diukur. Besaran terdiri dari :
- Besaran dasar : besaran yang
tidak tergantung pada besaran
lain
- Besaran turunan: besaran yang
diturun- kan dari besaran-besaran
dasar. Jadi merupakan kombinasi
dari besaran dasar.
- Besaran pelengkap : besaran
yang diperlukan untuk
membentuk besaran turunan.

Satuan
Satuan adalah ukuran dari
pada suatu besaran. Sistem satuan
dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

Sistem satuan metrik (universal),
yaitu :

Satuan Panjang dalam meter
(m). Satu meter (1 m) didefinisikan
sepersepuluh juta bagian dari jarak
antara kutub dan katulistiwa
sepanjang meredian yang melewati
Paris.
Pada tahun 1960 satuan
panjang meter didefinisikan
kembali lebih teliti dan dinyatakan
dalam standard optik yang disebut
radiasi merah jingga dari sebuah
atom Krypton. Sehingga Satu (1)
meter sama dengan 1.650.763,73
panjang gelombang radiasi merah
jingga dari atom Krypton-86 dalam
ruang hampa.
Satuan Massa dalam gram (g).
Satu gram (1 gram) didefinisikan
massa 1 cm kubik air yang telah
disuling dengan suhu 4 derajat
Celcius (C) dan pada tekanan
udara normal (760 mm air raksa
atau Hg).
Satuan Waktu dalam sekon (s).
Satu sekon (1sekon) didefinisikan
sebagai 1/ 86400 hari matahari
rata-rata.


99
Satuan lainnya dijabarkan dari
ketiga satuan dasar diatas yaitu
panjang, massa dan waktu. Semua
pengalian dari satuan dasar diatas
adalah dalam sistem desimal (lihat
Tabel 2.1.) Sistem absolut CGS
atau sistem centi gram sekon ini
dikembangkan dari sisem metrik
MKS atau meter kilogram sekon.

Sistem Internasional
Dalam sistem internasional (SI)
digunakan enam sistem satuan
dasar. Keenam besaran dasar SI
dan satuan-satuan pengukuran
beserta simbolnya diberikan pada
Tabel 2.2.

Satuan Arus

Nilai ampere Internasional
didasarkan pada endapan elektrolit
perak dari larutan perak nitrat. 1
Ampere Internasional didefinisikan
sebagai arus yang mengendapkan
perak dengan laju kecepatan
sebesar 1,118 miligram per sekon
darei statu larutan perak nitrat
Standard.
Nilai Ampere absolut dilakukan
dengan menggunakan keseimbang-
an arus yakni dengan mengukur
gaya-gaya antara dua konduktor
yang sejajar. 1 Amper didefinisi-
kan sebagai arus searah konstan,
yang jika dipertahankan dalam
konduktor lurus yang sejajar dan
konduktor tersebut ditempatkan
pada jarak satu meter di dalam
ruang hampa akan menghasilkan
gaya antara kedua konduktor
tersebut sebesar 2/
10.000.000 Newton per satuan
panjang.

Satuan Temperatur
Derajat Kelvin (K) telah
ditetapkan dengan mendefinisikan
temperatur termodinamik dari titik
tripel air pada temperatur tetap
sebesar 273,160
0
K.
Ttitik tripel air ialah suhu
keseimbangan antara es dan uap
air. Skala praktis internasional
untuk temperatur adalah derajat
Celcius (
0
C) dengan simbol t.
Skala Celcius mempunyai dua
skala dasar yang tetap yaitu :
- Titik triple air yang sebenarnya
0,01 derajat C
- Titik didih air yang besarnya
100 derajat C, keduanya pada
tekanan 1 atmosfer .
T (
0
C) = T (
0
K) - To
Dimana To = 273,16 derajat

Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan disebut
lilin (candela). 1 lilin didefinisikan
sebagai 1/60 intensitas penerangan
setiap centimeter kuadrat radiator
sempurna.
Radiator sempurna adalah
benda radiator benda hitam atau
Planck Standard Primer untuk
intensitas penerangan adalah
sebuah radiator sempurna pada
temperatur pembekuan platina
(kira-kira 2024
0
C)









100
Tabel 2.1. Perkalian faktor 10 (Satuan SI)
Faktor Perkalian Sebutan
dari Satuan Nama Simbol
10
12

10
9

10
6
10
3
10
2

10
10
-1

10
-2

10
-3

10
-6

10
-9

10
-12

10
-15

10
-18

tera
giga
mega
kilo
hecto
deca
deci
centi
milli
micro
nano
pico
fento
atto
T
G
M
k
h
d
d
c
mm

n
p
f
a

Dimensi
Dimensi adalah cara penulisan
dari besaran-besaran dengan
menggunakan simbol-simbol
(lambang-lambang) besaran dasar.

Kegunaan dimensi adalah :
- Untuk menurunkan satuan
dari suatu besaran.
- Untuk meneliti kebenaran
suatu rumus atau
persamaan.

Contoh :
Dimensi Gaya (F)
2
. . .

= = T L M a m F

Dimensi Kecepatan (v)
1
. .
det

= = = T L
ik
meter
waktu
panjang
v

Tabel 2.2. Besaran Dasar dan Satua SI

No. Besaran Simbol
Dimensi
Satuan Simbol
1.
2.
3.
4.
5.
6.

a.
b.
Panjang
Massa
Waktu
Kuat Arus
Temperatur
Intensitas Cahaya
Besaran Pelengkap
Sudut dasar (plane
angle)
Sudut ruang (solid
angle)
L
M
T
I

J

-
-
meter
kilogram
sekon
Ampere
derajat
Kelvin
lilin
(Kandela)

Radian
Steradian
m
kg
s (det)
A
K


Cd
Rad

Sr


101
Kita mengenal berbagai besaran-besaran listrik antara lain :
Tabel 2.3. Besaran Dasar dan Satua SI

BESARAN LISTRIK


SATUAN

ALAT UKUR

Tegangan
Tahanan
Arus
Daya
Energi
Frekuensi
Induktansi
Kapasitansi dll

volt
ohm
ampere
watt
wattjam (kWh)
hertz
henry
farad


Voltmeter
Ohmmeter
Amperemeter
Wattmeter
kWhmeter
Frekuensimeter
Induktasimeter
Kapasitasmeter


2.3. Karakteristik dan klasifikasi
alat ukur. Karakteristik.

Karakteristik dari suatu alat ukur
adalah :
Ketelitian
Kepekaan
Resolusi (deskriminasi)
Repeatibility
Efisiensi

Ketelitian
Ketelitian ini didefinisikan
sebagai persesuaian antara
pembacaan alat ukur dengan nilai
sebenarnya dari besaran yang
diukur. Ketelitian alat ukur diukur
dalam derajat kesalahannya.

Kesalahan (Error)
Kesalahan ialah selisih antara
nilai pembacaan pada alat ukur dan
nilai sebenarnya .
Dalam rumusan dapat ditulis :

E = I T atau dalam
%
% 100 x
T
T I
E

=

Dimana :
E = Kesalahan
I = Nilai pembacaan
T = Nilai sebenarnya

Kesalahan (Error)

Koreksi ialah selisih antara nilai
sebenarnya dari besaran yang
diukur dan nilai pembacaan pada
alat ukur.

C = T - I
atau dalam %

% 100 x
T
I T
C

=

Dimana :
C = Koreksi
Dari kedua rumus diatas yaitu
kesalahan dan koreksi dapat dilihat
bahwa :
C = - E


102
Kesalahan pada alat ukur
umumnya dinyatakan dalam klas
ketelitian yang dinyatakan dengan
klas 0.1; 0.5 ; 1,0 dst. Julat ukur
dinyatakan mempunyai ketelitian
klas 0,1 bila kesalahan maksimum
ialah 1 % dari skala penuh efektif.
Tergantung dari besar kecilnya
ketelitian tersebut alat-alat ukur
dibagi menjadi :
Alat cermat atau alat presisi,
alat ukur dengan ketelitian tinggi
(< 0,5%).
Alat kerja, alat ukur dengan
ketelitian menengah ( 1 2
%).
Alat ukur kasar, alat ukur
dengan ketelitian rendah ( 3
%).

Alat cermat / alat persisi :
Alat ukur yang mempunyai
salah ukur dibawah 0,5% termasuk
golongan alat cermat / alat persisi.
Alat ukur ini sangat mahal harganya
dan hanya dipakai untuk pekerjaan
yang memerlukan kecermatan yang
tinggi, umpamanya dilaboraturium.
Alat ukur cermat / alat persisi dibuat
dalam bentuk transfortable dan
untuk menjaga terhadap perlakuan-
perlakuan yang kasar, maka alat
tesebut dimasukan dalam peti/kotak
dan dibuat dalam bentuk dan rupa
yang bagus sekali, yang tujuannya
untuk memperingatkan sipemakai
bahwa alat yang tersimpan dalam
kotak yang bagus tersebut adalah
alat berharga dan harus
diperlakukan secara hati-hati.

Alat kerja :
Alat ukur dengan kesalahan
ukur diatas 0,5% termasuk
golongan alat kerja. Untuk alat ukur
kerja yang mempunyai kesalahan
ukur 1 2 % juga dibuat dalam
bentuk transportable dan dipakai
dibengkel-bengkel, pabrik-pabrik
dan lain-lain. Untuk alat kerja
dengan kesalahan ukur 2 -3 %
dipakai untuk pengukuran pada
papan penghubung baik dipusat-
pusat tenaga listrik, pabrik-pabrik
dan lain-lain.

Alat Ukur Kasar :
Alat ukur yang mempunyai
kesalahan ukur > 3% termasuk
golongan alat kasar dan hanya
digunakan sebgai petunjuk
umpama arah aliran untuk melihat
apakah accumulator dari sebuah
mobil yang sedang diisi atau
dikosongkan.
Pada beberapa alat ukur yang
akan ditempatkan pada panel-panel
maka untuk mengurangi kesalahan
membaca karena paralaks, jarum
petunjuk dan skala pembacaan
ditempatkan pada bidang-bidang
yang sama seperti yang
diperlihatkan dalam gambar 2.1.


103




Gambar 2.1 Skala dan Plat skala
pada alat ukur

Ketelitian hasil ukur ditentukan
oleh 2 (dua ) hal, yaitu :
- Kondisi alat ukur, yaitu ketelitian-
nya harus sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk pengukuran
pada pemeliharaan kubikel.
- Ketelitian alat ukur dapat
berkurang disebabkan antara lain,
umur alat ukur yang memang
sudah melebihi yang
direncanakan sehingga
mengalami kerusakan atau
sumber listrik yang harusnya
terpasang dengan kondisi
tertentu, sudah tidak memenuhi
seperti yang dipersyaratkan.
- Operator atau pengguna alat ukur
tidak memahami cara yang benar,
sehingga terjadi kesalahan
pemakaian atau cara membaca
skala salah padahal alat ukur
pada kondisi yang baik.
- Alat ukur yang dimaksud disini
selain merupakan alat yang
menghasilkan nilai dengan satuan
listrik maupun mekanik, ada alat
yang hanya menunjukkan indikasi
benar atau tidaknya suatu
rangkaian / sirkit. Alat seperti ini
disebut dengan indikator.







Tabel 2.4. Klas ketelitian alat ukur dan penggunaannya.

Klas Kesalahan yang
diijinkan (%)
Penggunaan Keterangan
0,1
0,2
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
5,0
0,1
0,2
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
5,0
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Industri
Industri
Industri
Industri
Hanya untuk cek
Hanya untuk cek
Presisi
Presisi
Menengah
Menengah
Menengah
Menengah
Menengah
Rendah
Rendah



104
Kepekaan
Kepekaan ialah perbandingan
antara besaran akibat (respone)
dan besaran yang diukur.
Kepekaan ini mempunyai satuan,
misalnya mm / A. Sering
kepekaan ini dinyatakan sebgai
sebaliknya. Jadi besarannya /
satuannya menjadi A / mm atau
disebut faktor penyimpangan
(kebalikan dari kepekaan).

Resolusi ( Deskriminasi)
Resolusi dari suatu alat ukur
adalah pertambahan yang terkecil
dari besaran yang diukur yang
dapat dideteksi alat ukur dengan
pasti. Misalnya suatu Volt meter
mempunyai skala seragam yang
terbagi atas 100 bagian dan
berskala penuh sama dengan 200
V. Satu perseratus jelas, maka
deskriminasi alat ukur sama dengan
1/100 atau 2 V.

Repeatibility
Banyak alat ukur mempunyai
sifat bahwa nilai penunjukkannya
bertendensi bergeser, yaitu dengan
satu nilai masukan yang sama, nilai
pembacaan berubah dengan waktu.
Hal tersebut disebabkan antara lain
oleh :
a. Fluktuasi medan listrik
disekitarnya. Untuk mencegah
hal ini harus dipasang
pelindung.
b. Getaran makanis. Untuk
menghindari hal ini dipasang
peredam getaran.
c. Perubahan suhu. Dalam hal ini
ruangan diusahakan suhunya
tetap dengan cara pemasangan
alat pendingin (AC).

Sehingga dalam pengukuran
sebaiknya perlu diperhatikan
kondisi alat ukur dengan
memperhatikan syarat-syarat dari
alat ukur, yaitu :

- Alat ukur tidak boleh membebani /
mempengaruhi yang diukur atau
disebut mempunyai impedansi
masuk yang besar
- Mempunyai keseksamaan yang
tinggi, yaitu alat harus
mempunyai ketepatan dan
ketelitian yang tinggi (mempunyai
accuracy error dan precision
error yang tinggi)
- Mempunyai kepekaan
(sensitifitas) yang tinggi, yaitu
batas input signal yang sekecil-
kecilnya sehingga mampu
membedakan gejala-gejala yang
kecil
- Mempunyai stabilitas yang
tinggi sehingga menolong dalam
pembacaan dan tidak terganggu
karena keadaan yang tidak
dikehendaki

- Kemampuan baca (readibilitas)
yang baik, hal ini banyak
tergantung dari skala dan alat
penunjuknya serta piranti untuk
menghindari kesalahan paralak.
- Kemantapan (realibilitas) alat
yang tinggi, yaitu alat yang dapat
dipercaya kebenarannya untuk
jangka waktu yang lama.

Efisiensi Alat Ukur
Efisiensi dari alat ukur
didefinisikan sebagai perbandingan
antara nilai pembacaan dari alat
ukur dan daya yang digunakan alat
ukur pada saat bekerja untuk
pengukuran tersebut. Biasanya

105
diambil dalam keadaan pengukuran
pada skala penuh. Adapun
satuannya adalah besaran yang
diukur per Watt. Efisiensi suatu alat
ukur harus sebesar mungkin. Pada
Voltmeter efisiensi dinyatakan
dalam Ohm per Volt.

fs
m
fs fs
m fs
fs
fs
vm
V
R
V I
R I
P
V
E = = =
.
.


Dimana :
vm
E
= Efisiensi Volt
meter
fs
V
= Penunjukkan Volt
meter pada skala penuh
fs
P
= Daya yang
diperlukan pada penunjukkan Volt
meter pada skala penuh.
fs
I
= Arus yang
mengalir pada penunjukkan volt
meter pada skala penuh.

m
R
= Tahanan dalam
dari volt meter.

Efisiensi biasanya tidak
dinyatakan pada spesifikasi suatu
alat ukur, tetapi dapat dihitung, jika
impedansi dari alat ukur dan arus
yang mengalir pada skala penuh
diketahui atau tegangan yang
dipasang diketahui.
Volt meter dengan efisiensi
yang tinggi misalnya disyaratkan
pada pengukuran rangkaian
elektronik, dimana arus dan daya
biasanya terbatas.

Macam-macam alat Ulat ukur dan
pengukurannya.

Menurut macam arus :
- Arus searah
- Arus bolak balik
- Arus searah dan arus bolak
balik

Menurut tipe / jenis
- Tipe Jarum Petunjuk
Harga / nilai hasil ukur yang
dibaca adalah yang ditunjuk oleh
jarum petunjuk, harga tersebut
adalah harga sesaat pada waktu
meter tersebut dialiri arus listrik

- Tipe Recorder
Harga / nilai hasil ukur yang
dibaca adalah harga yang ditulis /
dicatat pada kertas, pencatat ini
dilakukan secara otomatis dan
terus menerus selama meter
tersebut dialiri arus listrik.

- Tipe Integrator
Harga / nilai hasil ukur yang
dibaca adalah harga dari hasil
penjumlahan yang dicatat pada
selang waktu tertentu selama alat
tersebut digunakan

- Digital
Harga / nilai hasil ukur yang
dibaca adalah harga sesaat

Menurut prinsip kerja :

Besi putar, tanda ( S )
Prinsip kerja : gaya
elektromagnetik pada
suatu inti besi dalam suatu
medan magnet.
(kumparan tetap, besi
yang berputar)
penggunaan pada
rangkaian AC/DC.



106
Kumparan putar, tanda (M)
Prinsip kerja :
gaya
elektromagnetik
antar medan
magnet suatu tetap
dan arus
(kumparan
berputar magnit
tetap), pengunaan
pada rangkaian
DC,alat ukur yang
menggunakan
sistem ini VA/.

Elektrodinamik, tanda (D)
Prinsip kerja: gaya elektromagnetik
antar arus-arus.
(kumparan tetap &
kumparan berputar),
pemakaian pada
rangkaian AC/DC,
alat yang
menggunakan
sistem ini V/A / W /F.

Induksi, tanda (I)
Prinsip kerja : gaya
elektromagnetik yang
ditimbulkan oleh
medan magnit bolak-
balik dan arus yang
terimbas oleh medan
magnet, (arus induksi
dalam hantaran).

Kawat panas
Prinsip kerja :
gerakan jarum
diakibatkan oleh
pemuaian panas dan
tarikan pegas,
(pemakaian pada
rangkaian AC/DC,
alat yang
menggunakan
sistem ini A/V/.

Menurut sumber tegangan :

=
Pengukuran
untuk
kebesaran-
kebesaran arus
searah
DC
Pengukur untuk
kebesaran arus
bolak-balik
AC
=

Pengukur untuk
kebesaran arus
searah dan
bolak-balik
DC/AC
3

Pengukur
phasa tiga
AC 3


Menurut tegangan pengujiannya
:

Tegangan uji 2 kv





Tegangan uji 3 kV
2 kv




Tegangan uji 4 kv









2
4
3

107
Menurut Posisi Pengoperasian
Dipasang untuk posisi mendatar .




Di pasang dengan posisi tegak.




Di pasang dengan posisi miring 60
o







Menurut sifat penggunaannya
Portable

Alat ini mudah dipergunakan dan
dibawa pergi kemana-mana
sesuai kehendak hati kita dalam
pengukuran.

Papan hubung/panel

Alat ini dipasang pada panel
secara permanent atau tempat-
tempat tertentu, sehingga tidak
dapat dibawa pergi untuk
mengukur ditempat lain.





Menurut besaran yang diukur

Nama Alat
Ukur
Besaran
yang diukur
Tanda
Satuan
Rangkaian
Penggunaan
Keterangan

Amper Meter
Volt Meter
Watt Meter
Ohm Meter
kWh Meter
kVArh Meter
Frekwensi
Cos Phi Meter

Arus
Tegangan
Daya
Tahanan
Energi
Energi
Getaran/detik
Faktor Kerja

A
V
W
Ohm
kWh
kVArh
Hz
Cos phi


AC & DC
AC & DC
AC & DC
DC
AC & DC
AC & DC
AC
AC

V/R
I.R
V.I
V/I
V.I.t cos
V.I.t sin
-
-


Menurut pengawatannya
Ampere-meter .

Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui besarnya arus/aliran
listrik baik berupa :
- Arus listrik yang diproduksi
mesin pembangkit
- Arus listrik yang didistribusikan
ke jaringan distribusi
Cara penyambungan dari
ampere meter adalah dengan
60
o


108
menghubungkan seri dengan
sumber daya lisitrik (power source).

Gambar 2.2 Pemasanan
Amperemeter
Amperemeter harus
dihubungkan seri dengan rangkaian
yang akan diukur karena
mempunyai tahanan dalam ( R
A
)
yang kecil sehingga apabila
amperemeter dihubungkan paralel
akan terjadi dua aliran ( I
1
dan I
2
) ,
karenanya pengukuran tidak benar
(salah) akan tetapi merusak
amperemeter karena dihubung
singkat dengan baterai/tegangan
sumber alat ukur tersebut.


Gambar 2.3 Amperemeter dan
tahanan

1. Amperemeter 1 ( A
1
)
R
A
= 100
Tegangan antara P dan Q tetap
1000 volt
R
eq
= 100 + 100 = 200


Amper I 5
200
1000
= =

2. Amperemeter 2 ( A
2
)
R
A
= 10
Tegangan antara P dan Q tetap
1000 volt
R
eq
= 100 + 10 = 110

Amper I 09 . 9
110
1000
= =

3. Amperemeter 3 ( A
3
)
R
A
= 0,1
Tegangan antara P dan Q
tetap 1000 volt
R
eq
= 100 + 0,1 = 100,1
Amper I 99 , 9
1 , 100
1000
= =

Tahanan amperemeter harus
kecil, agar pengaruh terhadap
rangkaian kecil . Juga harus kecil
agar daya yang hilang menjadi kecil












Gambar 2.4 Amperemeter dan
Beban

Volt-meter Meter .
Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui besarnya tegangan
Cara penyambungan dari Volt-
meter adalah dengan
menghubungkan parallel dengan
sumber daya lisitrik (power source )
Voltmeter harus dihubungkan
paralel dengan rangkaian yang
~
P
sumber
daya
beban
A
P
losses
= I
2
R
A


109
akan diukur karena mempunyai
tahanan dalam ( R
A
) yang besar.


Gambar 2.5 Volt-meter

Tahanan voltmeter harus besar ,
agar tidak mempengaruhi sistem
pada saat digunakan, juga agar
daya yang hilang pada voltmeter itu
kecil.
V
Losses
R
E
P
2
=

Cosphi meter (Cos ).
Alat ini digunakan untuk
mengetahui, besarnya factor kerja
(power factor) yang merupakan
beda fase antara tegangan dan
arus. Cara penyambungan adalah
tidak berbeda dengan watt meter
sebagaiman gambar dibawah ini :



Gambar 2.7 Cosphi meter

Cos phi meter banyak digunakan
dan terpasang pada :
Panel pengukuran mesin
pembangkit
Panel gardu hubung gardu
induk
Alat pengujian, alat
penerangan, dan lain-lain.

2.4. Frekwensi Meter
Frekwensi meter digunakan
untuk mengetahui frekwensi
(berulang) gelombang sinusoidal
arus bolak-balik yang merupakan
jumlah siklus sinusoidal tersebut
perdetiknya (cycle / second).

Cara penyambungannya adalah
sebagai berikut :


110


Gambar 2.8 Pemasangan
Frekwensi meter

Frekwensi meter mempunyai
peranan cukup penting khususnya
dalam mensinkronisasikan
(memparalelkan) 2 unit mesin
pembangkit dan stabilnya frekwensi
merupakan petunjuk kestabilan
mesin pembangkit.

Watt Meter
Alat ukur ini untuk mengetahui
besarnya daya nyata (daya aktif).
Pada watt meter terdapat
spoel/belitan arus dan spoel/ belitan
tegangan, sehingga cara
penyambungan watt pada
umumnya merupakan kombinasi
cara penyambungan volt meter dan
ampere meter sebagaimana pada
gambar dibawah ini :


Gambar 2.9 Pemasangan Watt
meter
Jenis lain dari watt meter
berdasarkan besarannya adalah :
kW meter (kilo watt meter)
MW meter (mega watt
meter)

Alat untuk mengukur daya pada
beban atau pada rangkaian daya itu
adalah nilai-nilai rata-rata dari
perkalian e. i , yaitu nilai sesaat
dari tegangan dan arus pada beban
atau rangkaian tersebut


Gambar 2.10 Rangkaian wattmeter

111
Rangkaian potensial wattmeter
dibuat bersifat resistip, sehingga
arus dan
tegangan pada rangkaian
tersebut satu fasa i
V
satu fasa
dengan e karena
Zv = Rv
Wattmeter yang didasarkan
atas instruments elektrodinamik .

Torsi pada alat ini adalah
2 1
. . . i i
d
dM
K
d

=

Maka
i i
d
dM
K
v d
. . .

=

dimana
v v
v
R
e
Z
e
i = =

i
v
d
R
e
d
dM
K . .

=



Nilai rata-rata dalam 1 (satu )
Siklus ( Cycle ) :

dt
R
i e
d
dM
K
T
rata rata
v
T
d
.
.
. .
1
0


2.5. KWH Meter

Kwh meter digunakan untuk
mengukur energi arus bolak balik,
merupakan alat ukur yang sangat
penting, untuk Kwh yang
diproduksi, disalurkan ataupun kWh
yang dipakai konsumen-konsumen
listrik. Alat ukur ini sangat popular
dikalangan masyarakat umum,
karena banyak terpasang pada
rumah-rumah penduduk (konsumen
listrik) dan menentukan besar
kecilnya rekening listrik si pemakai.
Mengingat sangat pentingnya
arti kWh meter ini baik bagi PLN
ataupun sipemakai, maka agar
diperhatikan benar cara
penyambungan alat ukur ini.

Gambar penyambungan adalah sebagai berikut










Gambar 2.12 KWH Meter


2.6 Megger
Megger dipergunakan untuk
mengukur tahanan isolasi dari alat-
alat listrik maupun instalasi-
instalasi, output dari alat ukur ini
umumnya adalah tegangan tinggi
arus searah, yang diputar oleh
tangan.
Besar tegangan tersebut pada
umumnya adalah : 500, 1000, 2000
~
P
sumber
daya
beban

: Spoel Arus
: Spoel Tegangan

112
atau 5000 volt dan batas
pengukuran dapat bervariasi antara
0,02 sampai 20 meter ohm dan 5
sampai 5000 meter ohm dan lain-
lain sesuai dengan sumber
tegangan dari megger tersebut.
Dengan demikian, maka
sumber tegangan megger yang
dipilih tidak hanya tergantung dari
batas pengukur, akan tetapi juga
terhadap tegangan kerja (sistem
tegangan) dari peralatan ataupun
instansi yang akan diuji isolasinya.

Dewasa ini telah banyak pula
megger yang mengeluarkan
tegangan tinggi, yang
didapatkannya dari baterai sebesar
8 12 volt (megger dengan sistem
elektronis). Megger dengan bateri
umumnya membangkitkan
tegangan tinggi yang jauh lebih
stabil dibanding megger dengan
generator yang diputar dengan
tangan. Gambar rangkaian dasar
megger adalah seperti gambar 2.13
Megger ini banyak digunakan
petugas dalam mengukur tahanan
isolasi anata lain untuk
Kabel instalasi pada rumah-
rumah / bangunan
Kabel tegangan rendah
Kabel tegangan tinggi
Transformator, OCB dan
peralatan listrik lainnya.


Gambar 2.13 Rangkaian dasar
megger

2.7. Phasa Squence
Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui benar/tidaknya urutan
phasa sistem tegangan listrik tiga -
phasa. Alat ini sangat penting arti
khususnya dalam melaksanakan
penyambungan gardu-gardu
ataupun konsumen listrik, karena
kesalahan urutan phasa dapat
menimbulkan :
Kerusakan pada peralatan/
mesin antara lain putaran motor
listrik terbalik
Putaran piringan kWh meter
menjadi lambat ataupun terhenti
sama sekali, dll

Cara penyambungannya phasa
squence
Adalah sebagaimana terlihat pada
gambar 2.14 .berikut ini









113










Gambar 2.14. Cara penyambungan phasa squence

Sesuai dengan keterangan
diatas alat ukur ini sangat
diperlukan petugas dalam
melaksanakan penyambungan
listrik pada :
Pusat-pusat pembangkit, gardu
hubung, Gardu induk, gardu
distribusi, konsumen listrik
lainnya.

Cara pengukuran

Untuk mengetahui dan
bagaimana memilih alat ukur yang
akan dipergunakan sesuai dengan
kebutuhan dilapangan, berikut
dijelaskan tentang cara pembacaan
dan pengertian simbol-simbol
maupun kode non teknis yang
terdapat pada alat ukur.

Posisi pembacaan
Pembacaan harga pada alat
ukur secara cermat harus dilakukan
dengan melihat tepat diatas jarum
penunjuk. Dengan demikian dibaca
harga pada garis skala yang tertulis
tepat dibawah runcing jarum. Bila
tidak melihat tepat diatas penunjuk
akan terbaca harga sebelah kiri
atau disebelah kanan dari garis
sebenarnya, kesalahan ini disebut
paralaks.



Gambar 2.15 Posisi pembacan meter

Untuk menghindari paralaks
tersebut runcing jarum dari alat
cermat dibuat berupa sayap tipis
dan dipasang cermin kecil dibawah
runcing jarum skala. Dalam posisi
baca yang benar, maka jarum
runcing dan bayangannya pada
cermin harus tepat satu garis tipis.
RST
Phasa
Sq ence
Sumber Daya/
tegangan
R
S
T

114
Contoh cara membaca skala pada
alat ukur :


Gambar 2.15 pembacan meter
2.8. pengukuran besaran
listrik

Setiap alat ukur mempunyai
batas ukur tertentu, yang artinya
alat ukur tersebut hanya mampu
mengukur sampai harga maksimal
tertentu dimana jarum petunjuk
akan menyimpang penuh sampai
pada batas maksimal dari skala.
Alat-alat ukur yang terpasang
tetap pada panel pada umumnya
mempunyai satu macam batas ukur
saja dikarenakan besaran yang
akan diukur nilainya tidak akan
berubah dari nilai yang ada pada
batas ukur meter tersebut,
sedangkan alat ukur kerja
menyediakan beberapa pilihan
batas ukur, karena besaran yang
akan diukur belum diketahui
sebelumnya.
Cara merubah batas ukur
dilakukan dengan menambah atau
mengurangi tahanan dari resistor
sebelum besaran listrik masuk ke
komponen utama alat ukur dengan
perbandingan nilai tertentu
terhadap nilai tahanan alat ukur,
sehingga besaran sebenarnya yang
masuk pada komponen utama alat
ukur tetap pada batas semula.
Perubahan batas ukur arus
dilakukan dengan cara memasang
secara paralel Resistor, sehingga
arus yang terukur dibagi dengan
perbandingan tertentu antara yang
melewati resistor dan yang
melewati komponen utama alat
ukur. Semakin kecil nilai resistor,
maka batas ukur menjadi lebih
besar.
Sedangkan untuk merubah batas
ukur tegangan dilakukan dengan
cara memasang secara seri
resistor, sehingga nilai tegangan
sebelum masuk ke dalam alat ukur
dapat lebih besar . Semakin besar
nilai resistor, maka batas ukur
menjadi semakin besar


Gambar.2. 16 batas ukur meter
Petunjuk jarum petunjuk pada
angka 7. skala maksimum 10.
seandainya kita tentukan batas ukur
pada angka 5 maka harga
sebenarnya yang ditunjuk oleh
angka 7 adalah sebagai berikut

xBU
SM
P
Hs =
Jadi V V x Hs 5 , 3 5
10
7
= =
Dimana : Hs = harga sebenarnya
. BU = batas ukur.
P = penunjuk jarum.
SM = skala maksimum


115
Prinsip kerja alat ukur
Prinsip kerja yang paling
banyak dari alat alat ukur tersebut
adalah :
kWh dan kVArh meter :
sistem induksi
kW /kVA maksimum meter
: sistem elektro dinamis
Volt meter : sistem elektro
magnit, kumparan putar, besi
putar
Amper meter : sistem
elektro magnit, kumparan putar

Prinsip kerja besi putar
Alat ukur dengan prinsip kerja
besi putar atau disebut juga sistem
elektro magnet adalah sesuatu alat
ukur yang mempunyai kumparan
tetap dan besi yang berputar. Bila
sebuah kumparan dan didalamnya
terdapat besi, maka besi tersebut
akan menjadi magnet. Jika di dalam
kumparan tersebut diletakkan dua
batang besi maka kedua-duanya
akan menjadi magnet sehingga
kedua batang besi tersebut akan
saling tolak menolak, karena ujung-
ujung kedua batang besi tersebut
mempunyai kutup yang senama.
Prinsip kerja tersebut diterapkan
pada sistem elektro magnit dengan
mengganti besi tersebut dengan 2
buah plat besi yang satu dipasang
tetap (diam) sedang yang lain
bergerak dan dihubungkan dengan
jarum petunjuk.














Gambar 2-18 Prinsip kerja besi putar

Arus yang diukur melalui
kumparan yang tetap dan
menyebabkan terjadinya medan
magnet. Potongan besi ditempatkan
dimedan magnet, magnet tersebut
dan menerima gaya
elektromagnetis. Alat ukur dengan
tipe besi putar ini adalah sederhana
dan kuat dalam konstruksi, murah
dan dengan demikian mendapatkan
penggunaan-penggunaan yang
sangat besar, sebagai alat
pengukur untuk arus dan tegangan
pada frekwensi-frekwensi yang
dipakai pada jaring-jaring distribusi
yang didapat dikota-kota.

Suatu keuntungan lain bahwa
alat pengukur ini dapat pula dibuat
sebagai alat pengukur yang
mempunyai sudut yang sangat
besar.
Dua batang
besi yang
berdampinga

kumparan


Arah arus


+

Arah arus



+

116
2.9. Prinsip kerja kumparan
putar

Alat ukur sistem kumparan putar ini
adalah alat ukur yang mempunyai
kutub magnet permanent dan
kumparan yang berputar. Besi
magnet adalah permanent
berbentuk kaki kuda yang pada
kutub-kutubnya dilengkapi dengan
lapis-lapis kutub, dan di dalam
lapang magnetis antara lapisan
kutub tersebut dipasangkan sebuah
kumparan yang dapat berkeliling
poros Arus yang dialirkan melalui
kumparan akan menyebabkan
kumparan tersebut berputar

:











Gambar 2-19 Prinsip kerja kumparan putar
Alat ukur kumparan putar
adalah alat ukur penting yang
dipakai untuk kumparan bermacam
arus, tidak hanya untuk arus
searah, akan tetapi dengan alat
pertolongan lainnya, dapat pula
dipakai untuk arus bolak-balik.
Pemakaian dari alat ukur
kumparan putar adalah sangat luas,
mulai dari alat-alat ukur yang ada
dilaboraturium sampai pada alat
ukur didalam pusat-pusat
pembangkit listrik.
Pada gambar 2.20 berikut ini
diperlihatkan adanya magnet yang
permanen (1), yang mempunyai
kutub-kutub (2), dan diantara kutub-
kutub tersebut ditempatkan suatu
silinder inti besi (3).
Penempatan silinder inti besi
(3), tersebut diatas ini, diantara
kedua kutub magnet, utara dan
selatan, akan menyebabkan bahwa,
dicelah udara antara kutub-kutub
magnet dan silinder inti besi akan
berbentuk medan magnet yang
rata, yang masuk melalui kutub-
kutub tersebut. Kedalam silinder,
secara radial sesuai dengan arah-
arah panah. Dalam selah udara ini
ditempatkan kumparan putar (4),
yang dapat berputar melalui sumbu
(8).

Bila arus searah yang tidak
diketahui besarnya mengalir melalui
kumparan tersebut, suatu gaya
elektromagnetis f yang mempunyai
arah tertentu akan dikenakan pada
kumparan putar sebgai hasil
interaksi antar arus dan medan
magnit. Arah dari gaya f dapat
ditentukan menurut ketentuan
tangan dari fleming (lihat gambar
berikutnya)

S U
+

b
S
U
S U
Gulungan
+

a
Magnit
Tetap
S
U

117


Gambar 2. 20 Bahagian meter


Gambar 2.21. Prinsip kerja alat
ukur jenis kumparan putar

1. Magnet tetap 5. Pegas spiral
2. Kutub sepatu 6. Jarum
3. Inti besi lunak penunjuk
4. Kumparan putar
7. Rangka kumparan putar
8. Tiang poros


Gambar 2.22. Prinsip kerja meter



Gambar 23 Bentuk Lain Konstruksi
Kumparan Putar


Gambar 2.24. Konstruksi
Kumparan Putar

2. 10. Sistem induksi
Alat ukur dengan sistem
induksi atau dikenal dengan system
Ferraris ini mempunyai prinsip kerja
sebagai berikut :
Bila pada piringan yang terbuat
dari bahan penghantar tetapi non
feromagnetik misalnya alumunium
atau tembaga ditempatkan dalam
medan magnet arus bolak balik,
maka akan dibangkitkan arus pusar
pada piringan tersebut.
Arus pusar dan medan magnet
dari arus bolak balik yang
menyebabkannya akan
menimbulkan interaksi yang
menghasilkan torsi gerak pada

118
piringan, dan prinsip ini akan
mendasari kerja dari pada alat ukur
induksi. Atau dengan kata lain bila
didalam medan magnet dengan
garis gaya magnet dengan arah
yang berputar, dipasang sebuah
tromol yang berbentuk silinder,
tromol tersebut akan turut berputar
menurut arah putaran garis-garis
gaya magnet tadi, medan magnet
ini dinamakan alat ukur medan
putar atau alat ukur induksi, bisa
juga disebut alat ukur Ferraris
Alat ukur ini dapat
diklasifikasikan pada medan yang
bergerak. Prinsip ini digunakan
pada alat ukur energi (kWh meter)
arus bolak balik. Gambar tengah
menunjukan arah
1
dan
2
dalam
ruangan A, B, C, D, kedua medan
itu dilukiskan sebagai vektoris

1
dan
2
pada suatu periode
penuh. Dari gambar tersebut
tampak jelas bahwa medan magnet
total mempunyai arah yang
berputar pada poros (a) dengan
kecepatan sama dengan arus bolak
balik dinding tromol aluminium
terpotong. Oleh garis gaya dari
medan putar sehingga dalam tromol
terbangkit tegangan dan arus
induksi atau arus pusar.


Gambar 2.25 Azas Alat Ferraris
atau Alat Induksi

Menurut hukum LENZ aliran
induksi dengan arah sedemikian
rupa sehingga selalu melawan
penyebabnya, karena induksi itu
dibangkitkan oleh pemotong garis-
garis gaya yang berputar, maka
tromol aluminium akan berputar
dengan arah yang sama dengan
arah putaran garis-garis gaya
tersebut.
Pada alat ukur jarum putaran
tromol ditahan oleh pegas spiral,
sehingga putarannya pada jarak
tertentu sesuai dengan garis
skalanya. Oleh karena sistem
induksi ini bekerja dengan medan
putar yang dibangkitkan oleh arus
bolak-balik, maka jika tanpa alat
Bantu atau alat tambahan lainnya
maka alat ukur ini hanya
dipergunakan pada sumber arus
bolak-balik saja.

2.11 Sistem elektro dinamis
Alat ukur elektro dinamis adalah
alat ukur yang mempunyai
kumparan tetap dan kumparan
putar.
Sistem kerjanya sama dengan
sistem kumparan berputar tetapi
magnet tetap diganti dengan
magnet listrik.
Berdasarkan kaidah tangan
kanan pada gambar 2.26 a jarum
akan menyimpang kekanan, bila
arus dibalik arahnya pada gambar
2.26 b maka jarum akan tetap
menyimpang kekanan. Baik arah
arus berganti-ganti arah jarum tetap
menyimpang ke satu arah



119

Gambar 2.26.a Gambar 2.26.b

Alat ukur tipe elektrodinamis ini,
dapat dipergunakan untuk arus
bolak-balik, atau arus searah, dan
dapat dibuat dengan persisi yang
baik, dan telah pula banyak
dipergunakan dimasamasa yang
lalu. Akan tetapi pemakaian daya
sendirinya tinggi, sedangkan alat
ukur prinsip yang lain telah dapat
pula dibuat dengan persisi tinggi,
maka pada saat ini alat ukur
elektrodinamis kurang sekali
dipergunakan sebagai alat ukut
ampere maupun volt, akan tetapi
penggunaannya masih sangat luas
sebgai alat pengukur daya atau
lazim disebut pengukur watt.

Gambar 2.27 Jarum Penunjuk

Gambar 2.28 kumparan meter

F = Arah dari gaya
I = Arah dari arus
H = Arah dari Fluksi magnet

Gambar Prinsip suatu alat ukur
elektrodinamis

Seperti diperlihatkan dalam
gambar diatas suatu kumparan
putar M ditempatkan diantara
kumparan-kumparan putar F
1
dan
F
2
. bila arus I
1
melalui kumparan
yang tetap dan arus I
2
melalui
kumparan yang berputar, maka
kepada kumparan yang berputar
akan dikenakan gaya
elektromagnetis, yang berbanding
lurus dengan hasil kali dari i
1
dan i
2.
Misalkan sekarang, bahwa
kumparan yang berputar terdapat

120
dalam medan magnet hampir-
hampir rata yang dihasilkan oleh
kumparan-kumparan tetap.

2.12. Prinsip kawat panas
Jika sepotong kawat logam
dialiri arus listrik yang cukup besar,
kawat tersebut akan menjadi panas,
oleh sebab itu akan memuai
(menjadi lebih panjang). Pemuaian
tersebut digunakan untuk
mengerakkan jarum petunjuk. Pada
gambar berikut terlihat sepotong
kawat logam campuran dari logam
platina dan iridium yang
direntangkan pada A-B, pada waktu
tiada arus ( I = 0 ) jarum petunjuk
tepat ditengah-tengah (angka 0).
Jika kita alirkan arus searah dari A
ke B sehingga kawat A B menjadi
memuai dan lebih panjang, ternyata
jarum tidak menunjuk 0, tetapi
menyimpang kearah kanan. Hal ini
disebabkan karena kawat A B
menjadi lebih panjang dan ditarik
oleh pegas sehingga memutar
poros jarum.
Baik arus searah tersebut
mengalir dari A B maupun dari B
ke A jarum tetap menyimpang
kearah kanan ( lihat gambar
bawah).

Kesimpulan :
Prinsip ini dapat dipakai untuk
searah dan bolak-balik.



Gambar -2.29 kawat panas
Keterangan :A & B = baut terminal
m = kawat penarik
C = tempat pengikat
n = tali penarik
x = kawat panas
D = ikatan tali
P = pegas
A = poros penggulung

2.13. Alat ukur sistem elektronik
Sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan teknologi khususnya
dalam bidang elektronik tak
tertinggal pula kesertaan dari pada
alat-alat ukur elektronik, pada
laboraturium dan industri-industri
banyak menggunakan alat ukur tipe
ini, karena memerlukan kecermatan
dalam petunjukan, untuk harga
relative mahal dibandingkan
dengan alat ukur yang bukan
elektronik, pada umumnya alat ukur
elektronik adalah digital, karena
penunjukannya berupa nilai angka,
maka penggunaan dalam
pembacaan sangat sederhana,
mudah dicerna.
Keuntungan alat ukur elektronik :
- Portable
- Kecermatan tinggi mencapai
factor kesalahan 0,1 0,5 %

121
- Kedudukan atau posisi alat ukur
tidak mempengaruhi
penunjukan.
Kelemahannya.
- Dapat dipengaruhi oleh
temperature ruangan yang tinggi
- Tidak boleh ditempatkan pada
ruangan yang lembab / basah
- Harga relative mahal


Gambar 2.30 Alat Ukur tang
Ampere Digital

2.14. Alat ukur dengan
menggunakan trafo ukur .

Untuk mengukur satuan listrik
dengan besaran yang lebih besar,
maka alat ukur mempunyai
keterbatasan. Karena semakin
tinggi besaran yang diukur secara
langsung diperlukan peralatan
dengan ukuran fisik yang lebih
besar. Hal ini tentu tidak
dimungkinkan, maka penggunaan
alat bantu berupa trafo-ukur sangat
diperlukan. Dengan demikian cara
pembacaannya menjadi tidak
langsung, karena harus dikalikan
dengan perbandingan penurunan
besaran listrik yang diakibatkan
oleh trafo-ukur tersebut.
Ada 2 ( dua ) macam trafo ukur
yang digunakan untuk pengukuran,
yaitu trafo arus dan trafo tegangan .
- Trafo arus digunakan untuk
menurunkan arus dengan
perbandingan transformasi
tertentu dan sekaligus
mengisolasi peralatan ukur dari
tegangan sistem yang diukur
- Trafo tegangan digunakan untuk
menurunkan tegangan sistem
dengan perbandingan
transformasi tertentu.















Gambar.2.31.Sisitim Pengukuran
arus Pakai trafo arus.

a.
s
p
p
s
I
I
N
N
=

b. p p s s
I N I N . . =

c.
p
s
N
N
adalah perbandingan teoritis,
dimana :

BEBAN
A
K L
S
2
S
1
I
S
= Max
C

122
d.
s
p
I
I
adalah perbandingan
praktis,
dimana : a = 80 (lihat gambar)
karena N
P
= I Jadi a = 80
maka I
P
= N
S
. I
S

sama juga
80 = = = = =
s
S
P
s
s
p
s
N
I
I
N
I
N
N
N


I
P
= 80 . 5 = 400 A (terbukti)


a = =


a = 1 : 20
atau N
P
. I
P
= N
S
. I
S

karena N
P
= 1
maka = I
P
= N
S
. I
S

a = Ratio perbandingan





































Gambar 2.32 Sisitim Pengukuran
arus Pakai trafo arus

Pelaksanaan pengukuran
tegangan pada jaringan tegangan
tinggi tidak cukup hanya
mempergunakan tahanan-tahanan
depan yang nilainya besar , tetapi
dilaksanakan dengan transformator
tegangan ( PT ) dengan tujuan
bahwa memakai pesawat ukur
dengan batas normal dapat diukur
batas normal dan ukuran yang lebih
tinggi, sehingga diperoleh
rangkaian pengukuran yang lebih
aman











N
S

N
P

I
P

I
S


Beban
A
K L
S
2
S
1
I
S
= Max
C

123

Gambar 2.33 Pelaksanaan pengukuran arus bola-balik untuk tegangan tinggi



Gambar 2.3 Pelaksanaan pengukuran arus bola-balik untuk arus yang besar

2.15. Macam- macam alat ukur
untuk keperluan
pemeliharaan

Berdasarkan fungsinya pada
kegiatan pemeliharaan alat ukur
yang digunakan antara lain :
2.15.1. Meter Tahanan Isolasi
Biasa disebut Meger, untuk
mengukur tahanan isolasi instalasi
tegangan menengah maupun
tegangan rendah.Untuk instalasi
tegangan menengah digunakan
A
Primer
Sekunder
PT
I
pimer
: I
sekunder
= I
primer
: I
sekunder
Beban
Karena arus I
sekunder
cukup besar , maka hubungan
belitan sekunder dengan beban (amperemeter)
tidak boleh diputus / dilepas , kalau putus maka
transformator akan rusak maka kita gunakan
transformator arus (CT)
V
Primer
Gunanya dihubungkan ketanah
yaitu untuk menghilangkan arus
bocor dari kumparan primer
Sekunder
PT
E
pimer
: E
sekunder
= N
primer
: N
sekunder


124
Meger dengan batas ukur Mega
sampai Giga Ohm dan tegangan
alat ukur antara 5.000 Volt sampai
dengan 10.000 Volt arus searah.
Untuk instalasi tegangan rendah
digunakan Meger dengan batas
ukur sampai Mega Ohm dan
tegangan alat ukur antara 500
sampai 1.000 Volt arus searah.
Ketelitian hasil ukur dari meger
juga ditentukan oleh cukup
tegangan baterai yang dipasang
pada alat ukur tersebut.





Gambar 2.34 Meter Tahanan Isolasi

2.15.2. Meter Tahanan
Pentanahan

Biasa disebut dengan Meger
Tanah atau Earth Tester, digunakan
untuk mengukur tahanan
pentanahan kerangka kubikel dan
pentanahan kabel. Terminal alat
ukur terdiri dari 3 ( tiga ) buah,
1 (satu ) dihubungkan dengan
elektroda yang akan diukur nilai
tahanan pentanahannya dan 2
(dua) dihubungkan dengan
elektroda bantu yang merupakan
bagian dari alat ukurnya. Ketelitian
hasil tergantung dari cukupnya
energi yang ada pada baterai.



Gambar.2.35 Meter Tahanan Pentanahan

125



Meter Tahanan Kontak
Biasa disebut dengan Micro
Ohm meter dan digunakan untuk
mengukur tahanan antara terminal
masuk dan terminal keluar pada
alat hubung utama kubikel. Nilai
yang dihasilkan adalah dalam
besaran micro atau sepersatu juta
ohm.
Dua terminal alat ukur yang
dihubungkan ke terminal
masuk dan keluar akan
mengalirkan arus searah
dengan nilai minimal 200
Amper. Sebenarnya yang
terukur pada alat ukurnya
adalah jatuh tegangan antara
2 ( dua ) terminal yang
terhubung dengan alat ukur,
tetapi kemudian nilainya
dikalibrasikan menjadi satuan
micro ohm.



Gambar 2.36 Micro Ohm meter.

2.15,3. Tester Tegangan Tinggi Arus Searah ( HVDC Test )
Test terhadap bagian yang bertegangan terhadap kerangka / body kubikel
dengan tegangan listrik arus searah 40 kV selama 1 menit. Kubikel dinyatakan
laik operasi bila arus yang mengalir tidak lebih dari 1 mili amper.




126


Gambar 2. 37 Tester Tegangan Tinggi Arus SearahTester 20 kV
Untuk memeriksa adanya tegangan pada kabel masuk / keluar kubikel



Gambar 2. 38 Tester Tegangan Tingi

Test Keserempakan Kontak Alat Hubung
Alatnya disebut Breaker Analizer , yaitu untuk mengukur waktu
pembukaan atau penutupan Kontak ketiga fasa Alat Hubung.














Gambar 2. 39 Breaker Analizer

127
2.15.4. Test Tegangan Tembus ( Dielectricum Test )
Untuk menguji tegangan tembus minyak isolasi bagi PMT atau LBS yang
menggunakan media peredam berupa minyak. Kemampuan Alat Test minimal
sampai 60 kV arus searah dengan arus minimal 1 mA




Gambar 2. 40 Test Tegangan Tembus

Alat ukur mekanik .
1. Manometer
Untuk mengukur tekanan Gas SF 6 yang berada didalam tabung Alat
Hubung LBS atau PMT. Dapat dilakukan bila disediakan Klep / pentil dan
indikator penunjuk tekanan tidak ada.




Gambar 2. 41 Manometer



1

128
BAB III.
TRANSFORMATOR TENAGA
Transformator adalah alat yang
digenakan untuk memindahkan
energi listrik arus bolak balik dari
satu rangkaian ke rangkaian yang
lain dengan prinsip kopel magnetik.
Tegangan yang dihasilkan dapat
lebih besar atau lebih kecil dengan
frekuensi yang sama .

3.1. Prinsip Induksi.
Hukum utama dalam
transformator adalah hukum induksi
faraday. Menurut hukum ini suatu
gaya listrik melalui garis lengkung
yang tertutup, adalah berbanding
lurus dengan perubahan persatuan
waktu dari pada arus induksi atau
flux yang dilingkari oleh garis
lengkung itu (Lihat gambar 3.1. dan
3.2).



Gambar 3.1. Arus magnitisasi
secara grafis tanpa
memperhitungkan rugi-rugi besi.




Gambar 3.2. Arus magnitisasi
secara grafis dengan
memperhitungkan rugi-rugi besi.

Selain hukum Faraday,
transformator menggunakan hukum
Lorenz seperti terlihat pada gambar
3.3. berikut ini :


Gambar 3.3. Hukum Lorenz

Dasar dari teori transformator
adalah sebagai berikut :
Apabila ada arus listrik bolak-
balik yang mengalir mengelilingi
suatu inti besi maka inti besi itu
akan berubah menjadi magnit
(seperti gambar 3.4.) dan apabila
magnit tersebut dikelilingi oleh
suatu belitan maka pada kedua
ujung belitan tersebut akan terjadi
beda tegangan mengelilingi magnit,
129
maka akan timbul gaya gerak listrik
(GGL). Dari prinsip tersebut di atas
dibuat suatu transformator seperti
gambar 3.6. di bawah ini


Gambar 3.4. Suatu arus listrik
mengelilingi inti besi
maka besi itu menjadi
magnit


Gambar 3.5. Suatu lilitan


Gambar 3.6. Prinsip Dasar dari
Transformator.

Rumus tegangan adalah:
E
1
=4,44 N
1
f
1
.
max
10
8

Maka untuk transformator rumus
tersebut sebagai berikut:
E
1
=4,44 N
1
f
1
.
max
10
8

E
2
= 4,44 N2 f
2

max
10
- 8


karena f
1
= f
2


maka

E
1
: E
2
= N
1
: N
2


E
1
N
2
= E
2
N
1


E
2
= (N
2
/ N
1
) x E
1

Dimana ;
E
1
= tegangan primer
E
2
= tegangan sekunder
N
1
= belitan primer
N
2
= belitan sekunder

VA primer = VA sekunder
I
1
x E
1
= I
2
x E
2
1
2
2
1
I
I
E
E
= maka I
1
= I
2

1
2
E
E


Dimana ;
I
1
= Arus primer
I
2
= Arus sekunder
E
1
= tegangan primer
E
2
= tegangan sekunder
Rumus umum menjadi :

1
2
2
1
2
1
I
I
N
N
E
E
a = = =

Bagian-bagian Transformator
Transformator terdiri dari :

Bagian Utama.
Inti besi berfungsi untuk
mempermudah jalan fluksi, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis
yang berisolasi, untuk mengurangi
panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh Eddy Current
(gambar 3.7).
130


Gambar 3.7. Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass

3.2. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah
beberapa lilitan kawat berisolasi
yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik
terhadap inti besi maupun terhadap
antar kumparan dengan isolasi
padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut
sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.




Gambar 3.8. Kumparan Phasa RST





131
3.3. Minyak Transformator

Minyak transformator merupa-
kan salah satu bahan isolasi cair
yang dipergunakan sebagai isolasi
dan pendingin pada transformator.
Sebahagian bahan isolasi minyak
harus memiliki kemampuan untuk
menahan tegangan tembus,
sedangkan sebagai pendingin
minyak transformator harus mampu
meredam panas yang ditimbulkan,
sehingga dengan kedua
kemampuan ini maka minyak
diharapkan akan mampu
melindungi transformator dari
gangguan.
Minyak transformator mempu-
nyai unsur atau senyawa
hidrokarbon yang terkandung
dalam minyak transformator ini
adalah senyawa hidrokarbon
parafinik, senyawa hidrokarbon
naftenik dan senyawa hidrokarbon
aromatik. Selain ketiga senyawa
diatas minyak transformator masih
mengandung senyawa yang disebut
zat aditif meskpun kandungan nya
sangat kecil .

Minyak transformator adalah
cairan yang dihasilkan dari proses
pemurnian minyak mentah. Selain
itu minyak ini juga berasal dari
bahan bahan organik, misalnya
minyak piranol dan silikon, berapa
jenis minyak transformator yang
sering dijumpai dilapangan adalah
minyak transformator jenis Diala A,
diala B dan Mectrans.
Kenaikan suhu pada
transformator akan menyebabkan
terjadinya proses hidrokarbon pada
minyak, nilai tegangan tembus dan
kerapatan arus konduksi
merupakan beberapa indikator
atau variable yang digunakan untuk
mengetahui apakah suatu minyak
transformator memiliki ketahanan
listrik yang memahami persyaratan
yang berlaku .
Secara analisa kimia
ketahanan listrik suatu minyak
transformator dapat menurun akibat
adanya pengaruh asam dan
pengaruh tercampurnya minyak
dengan air. Untuk menetralisir
keasaman suatu minyak
transformator dapat mengunakan
potas hidroksida(KOH). Sedangkan
untuk menghilangkan kandungan
air yang terdapat dalam minyak
tersebut yaitu dengan cara
memberikan suatu bahan
higroskopis yaitu selikagel.
Dalam menyalurkan perannya
sebagai pendingin, kekentalan
minyak transformator ini tidak
boleh terlalu tinggi agar mudah
bersikulasi, dengan demikian
proses pendinginan dapat
berlangsung dengan baik.
Kekentalan relatif minyak
transformator tidak boleh lebih dari
4,2 pada suhu 20
0
C dan 1,8 dan
1,85 dan maksimum 2 pada suhu
50
0
C . Hal ini sesuai dengan sifat
minyak transformator yakni
semakin lama dan berat operasi
suatu minyak transformator, maka
minyak akan akan semakin kental .
Bila kekentalan minyak tinggi
maka sulit untuk bersikulasi
sehingga akan menyulitkan proses
pendinginan transformator.
Sebagai bahan isolasi minyak
transformator memiliki beberapa
kekentalan, hal ini sebagai mana
dijelaskna dalam SPLN(49-1:1980)
Adapun persyaratan yang harus
dipenuhi oleh minyak transformator
adalah sebagai berikut:


132
1. Kejernihan
Kejernihan minyak isolasi tidak
boleh mengandung suspensi
atau endapan (sedimen)
2. Massa jenis.
Massa jenis dibatasi agar air
dapat terpisah dari minyak
isolasi dan tidak melayang
3. Viskositas Kinematika
Viskositas memegang peranan
penting dalam pendinginan,
yakni untuk menentukan kelas
minyak.
4. Titik Nyala .
Titik nyala yang rendah
menunjukkan adanya
konstaminasi zat gabar yang
mudah terbakar
5. Titik Tuang.
Titik tuang dipakai untuk
mengidentifikasi dan menentu-
kan jenis peralatan yang akan
menggunakan minyak isolasi .
6. Angka kenetralan .
Angka kenetralan merupakan
angka yang menunjukkan
penyusutan asam minyak dan
dapat mendeteksi kontaminasi
minyak, menunjukkan
kecendrungan perobahan kimia
atau indikasi perobahan kimia
dalam bahan tambahan .

7. Korosi belerang
Korosi belerang kemungkinan
dihasilkan dari adanya belerang
bebas atau senyawa belerang
yang tidak stabil dalam minyak
isolasi .
8. Tegangan tembus
Tegangan tembus yang terlalu
rendah menunjukkan adanya
kontaminasi seperti air, kotoran
atau partikel konduktif dalm
minyak


9. Kandungan air .
Adanya air dalam dalam isolasi
menyebabkan menurunnya
tegangan tembus dan tahanan
jenis minyak isolasi akan
mempercepat kerusakan kertas
pengisolasi.

3.4. Bushing.

Hubungan antara kumparan
transformator dan ke jaringan luar
melalui sebuah bussing yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi
oleh isolator yang kontrutruksinya
dapat dilihat pada gambar 3.9.
Bushing sekaligus berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor
tersebut dengan tangki
transformator.

















Gambar 3. 9 Bushing

Pada bushing dilengkapi fasilitas
untuk pengujian kondisi bushing
yang sering disebut center tap.

3.5. Tangki Konservator

Tangki Konservator berfungsi
untuk menampung minyak
133
cadangan dan uap/udara akibat
pemanasan trafo karena arus
beban. Diantara tangki dan trafo
dipasangkan relai bucholz yang
akan meyerap gas produksi akibat
kerusakan minyak .
Untuk menjaga agar minyak
tidak terkontaminasi dengan air,
ujang masuk saluran udara melalui
saluran pelepasan dan masukanya
udara kedalam konservator perlu
dilengkapi media penyerap uap air
pada udara sering disebut denga
silicagel dan dia tidak keluar
mencemari udara disekitarnya.
Seperti gambar 3.10.



Gambar 3. 10. konservator minyak trafo

3.6. Peralatan Bantu Pendinginan
Transformator

Pada inti besi dan kumparan
kumpaan akan timbul panas akibat
rugi-rugi tembaga. Maka panas
tersebut mengakibatkan kenaikan
suhu yang berlebihan, ini akan
merusak isolasi, maka untuk
mengurangi kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut transformator
perlu dilengkapi dengan alat atau
sistem pendingin untuk
menyalurkan panas keluar
transformator media yang dipakai
pada sistem pendingin dapat
berupa: Udara/gas, Minyak dan
Air.
Pada cara alamiah, pengaliran
media sebagai akibat adanya
perbedaan suhu media dan untuk
mempercepat pendinginan dari
media-media (minyak-udara/gas)
dengan cara melengkapi
transformator dengan sirip-sirip
(radiator). Bila diinginkan
penyaluran panas yang lebih cepat
lagi, cara manual dapat dilengkapi
dengan peralatan untuk
mempercepat sirkulasi media
pendingin dengan pompa pompa
sirkulasi minyak, udara dan air,
cara ini disebut pendingin paksa
(Forsed). Macam macam sistim
pendingin transformator dapat
dilihat pada tabel 3.1.



134
Tabel 3.1. Macam-macam sistem pendingin

MEDIA
Didalam transformator Diluar transformator
No Macam
sistem
pendingin
Sirkulasi
alami
Sirkulasi
Paksa
Sirkulasi
alami
Sirkulasi
Paksa
1 AN - - Udara -
2 AF - - - Udara
3 ONAN Minyak - Udara -
4 ONAF Minyak - - Udara
5 OFAN - Minyak Udara -
6 OFAF - Minyak - Udara
7 OFWF - Minyak - air
8 ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9 ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10 ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
11 ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7

Contoh sistim pendinginan transformator dapat dilihat pada gambar 3. 11
dibawah ini ;



Gambar 3. 11 pendingin trafo type ONAF
135

3.7. Tap Changer (On Load Tap
Changer)

Kualitas operasi tenaga listrik
jika tegangannya nominal sesuai
ketentuan, tapi pada saat operasi
terjadi penurunan tegangan
sehingga kualitasnya menurun
untuk itu perlu alat pengatur
tegangan agar tegangan selau
pada kondisi terbaik, konstan dan
kontinyu. Untuk itu trafo dirancang
sedemikian rupa sehingga
perubahan tegangan pada salah
satu sisi input berubah tetapi sisi
outputnya tetap. Alat ini disebut
sebagai sadapan pengatur
tegangan tanpa terjadi pemutusan
beban maka disebut On Load Tap
Cahnger (OLTC). Pada umumnya
OLTC tersambung pada sisi primer
dan jumlahnya tergantung pada
perancang dan perubahan sistem
tegangan pada jaringan, yang
kontruksinya dapat dilihat pada
gambar 3.12 .



























3.8. Alat pernapasan
(Dehydrating Breather)

Sebagai tempat penampungan
pemuaian minyak isolasi akibat
panas yang timbul maka minyak
ditampung pada tangki yang sering
disebut sebagai konservator. Pada
konservator ini permukaan minyak
diusahakan tidak boleh
bersinggungan dengan udara
karena kelembaban udara yang
Gambar 3.12 : On Load Tap Changer (OLTC)
Tap pemilih
(selector switch)
Saklar pengubah
(driverter switch)
136
mengandung uap air akan
mengkontaminasi minyak walaupun
prosesnya berlangsung cukup
lama.
Untuk mengatasi hal tersebut
udara yang masuk kedalam tangki
konservator pada saat minyak
menjadi dingin diperlukan suatu
media penghisap kelembaban yang
digunakan biasanya adalah
silicagel. Kebalikan jika trafo panas
maka pada saat menyusut maka
akan menghisap udara dari luar
masuk kedalam tangki dan untuk
menghindari terkontaminasi oleh
kelembaban udara maka diperlukan
suatu media penghisap kelemba-
ban yang digunakan biasanya
adalah silicagel yang secara khusus
direncang untuk maksud tersebut
diatas. Kontruksi alat pernapasan
transformator dapat dilihat pada
gambar 3.13















Gambar 3.13 Kontruksi alat
pernapasan transformator

3. 9. Indikator-indikator :

1. Thermometer,

Alat ini berfungsi untuk
mengukur tingkat panas dari trafo
baik panasnya kumparan primer
dan sekunder juga minyak.
Thermometer ini bekerja atas dasar
air raksa (mercuri/Hg) yang
tersambung dengan tabung
pemuaian dan tersambung dengan
jarum indikator derajat panas.
Beberapa thermometer
dikombinasikan dengan panas dari
resistor khusus yang tersambung
dengan tansformator arus, yang
terpasang pada salah satu fasa
(fasa tengah) dengan demikian
penunjukan yang diperoleh adalah
relatif terhadap kebenaran dari
panas yang terjadi. Gambar
kontruksi Thermometer dapat dilihat
pada gambar 3.14.













Gambar 3. 14 Thermometer

2. Permukaan minyak

Alat ini berfungsi untuk
penunjukan tinggi permukaan
minyak yang ada pada konservator.
Ada beberapa jenis penunjukan
seperti penunjukan lansung yaitu
dengan cara memasang gelas
penduga pada salah satu sisi
konservator sehingga akan mudah
mengetahui level minyak.
Sedangkan jenis lain jika
konservator dirancang sedemikian
rupa dengan melengkapi semacam
137
balon dari bahan elastis dan diisi
dengan udara biasa dan dilengkapi
dengan alat pelindung seperti pada
sistem pernapasan sehingga
pemuan dan penyusutan minyak
udara yang masuk kedalam balon
dalam kondisi kering dan aman.
Gambar kontruksi nya dapat dilhat
pada gambar 3.15




Gambar 3.15. Alat ukur penunjukan tinggi permukaan minyak

3.10. Peralatan Proteksi Internal.

1. Relai Bucholz

Penggunaan relai deteksi gas
(Bucholtz) pada Transformator
terendam minyak yaitu untuk
mengamankan transformator yang
didasarkan pada gangguan
Transformator seperti : arcing,
partial discharge, over heating
yang umumnya menghasilkan gas.
Gas-gas tersebut dikumpulkan
pada ruangan relai dan akan
mengerjakan kontak-kontak alarm.
Relai deteksi gas juga terdiri
dari suatu peralatan yang tanggap
terhadap ketidaknormalan aliran
minyak yang tinggi yang timbul
pada waktu transformator terjadi
gangguan serius. Peralatan ini
akan menggerakkan kontak trip
yang pada umumnya terhubung
dengan rangkaian trip Pemutus
Arus dari instalasi transformator
tersebut. Ada beberapa jenis relai
buchholtz yang terpasang pada
transformator,
Relai sejenis tapi digunakan
untuk mengamankan ruang On
Load Tap Cahnger (OLTC) dengan
prinsip kerja yang sama sering
disebut dengan Relai Jansen.
Terdapat beberapa jenis antara lain
138
sema seperti relai buhcoltz tetapi
tidak ada kontrol gas, jenis tekanan
ada yang menggunakan
membran/selaput timah yang lentur
sehingga bila terjadi perubahan
tekanan kerena gangguan akan
berkerja, disini tidak ada alarm akan
tetapi langsung trip dan dengan
prinsip yang sama hanya
menggunakan pengaman tekanan
atau saklar tekanan. Gambar
kontruksi Relai Bucholz seperti
gambar 3.16.












Gambar 3.16. Relai Bucholz

2. Jansen membran
Alat ini berfungsi untuk
Pengaman tekanan lebih (Explosive
Membrane) / Bursting Plate yang
kontruksinya seperti gambar 3.17.














Gambar 3.17. Jansen membran
Relai ini bekerja karena
tekanan lebih akibat gangguan
didalam transformator, karena
tekanan melebihi kemampuan
membran yang terpasang, maka
mamran akan pecah dan minyak
akan keluar dari dalam
transformator yang disebabkan oleh
tekanan minyak

3. Relai tekanan lebih (Sudden
Pressure Relay)

Suatu flash over atau hubung
singkat yang timbul pada suatu
transformator terendam minyak,
umumnya akan berkaitan dengan
suatu tekanan lebih didalam tangki,
karena gas yang dibentuk oleh
decomposisi dan evaporasi minyak.
Dengan melengkapi sebuah
pelepasan tekanan pada trafo maka
tekanan lebih yang membahayakan
tangki trafo dapat dibatasi
besarnya. Apabila tekanan lebih ini
tidak dapat dieliminasi dalam waktu
beberapa millidetik, tangki trafo
akan meledak dan terjadi panas
lebih pada cairan, konsekuensinya
pada dasarnya harus memberikan
suatu peralatan pengaman.
Peralatan pengaman harus cepat
bekerja mengevakuasi tekanan
tersebut. Gambar kontruksi relai
tekanan lebih dapat dilihat pada
gambar 3.18.

4. Relai pengaman tangki
Relai bekerja sebagai
pengaman jika terjadi arus mengalir
tangki akibat gangguan fasa ke
tangki atau dari instalasi bantu
seperti motor kipas, srkulasi dan
motor-motor bantu yang lain,
pemanas dll. Arus ini sebagai
pengganti relai diferensial sebab
sistim relai pengaman tangki
139
biasanya dipasang pada trafo yang
tidak dilengkapi trafo arus disisi
primer dan biasanya pada trafo
dengan kapasitas kecil.
















Gambar3.18. Relai tekanan lebih

Trafo dipasang diatas isolator
sehingga tidak terhubung ke tanah
kemudian dengan menggunakan
kabel pentanahan yang dilewatkan
melali trafo arus dengan tingkat
isolasi dan ratio yang kecil
kemudian tersambung pada relai
tangki tanah dengan ratio Trafo
arus antara 300 s/d 500 dengan sisi
sekunder hanya 1 Amp.







Gambar 3.19 : Rureele Sudden
pressure

5. Neutral Grounding Resistance

Neutral Grounding Resistance
Adalah tahanan yang dipasang
antara titik neutral trafo dengan
pentanahan dimana berfungsi untuk
memperkecil arus gangguan yang
terjadi sehingga diperlukan proteksi
yang praktis dan tidak terlalu mahal
karena karakteristik relai
dipengaruhi oleh sistem
pentanahan titik netral.
Pipa penghubung
Konservator
Tutup tangki
Tangki
140


Gambar 3.20. Neutral Grounding Resistance (NGR)

Neutral Grounding Resistance
atau Resistance Pentanahan Trafo,
yaitu resistance yang dipasang
pada titik neutral trafo yang
dihubungkan Y ( bintang ). NGR
biasanya dipasang pada titik netral
trafo 70 kV atau 20 kV, sedangkan
pada titik neutral trafo 150 kV dan
500 kV digrounding langsung (solid)

NILAI NGR
Tegangan 70 kV 40 Ohm
Tegangan 20 kV 12 Ohm,40 Ohm,
200 Ohm dan 500 Ohm

Jenis Neutral Grounding
Resistance

Resistance Liquit ( Air ), yaitu
bahan resistance adalah air murni .
Untuk memperoleh nilai Resistance
yang diinginkan ditambahkan
garam KOH .
Resistance Logam, yaitu bahannya
terbuat dari logam nekelin dan
dibuat dalam panel dengan nilai
resistance yang sudah ditentukan.
Cara pengkuran resistansi
pentanahan transformator dapat
dilihat pada gambar 3.21.
Sedangkan gambar Perlengkapan
Transformator dapat dilihat pada
gambar 3 22 .






141



Gambar 3.21. Pengukuran Neutral Grounding Resistance
142


Gambar 3.22 Perlengkapan Transformator

3.11. Peralatan Tambahan untuk
Pengaman Transformator.

1. Pemadam kebakaran
(transformator - transformator
besar )

Sistem pemadam kebakaran
yang modern pada transformator
saat sekarang sudah sangat
diperlukan. Fungsi yang penting
untuk mencegah terbakarnya trafo.
Penyebab trafo terbakar adalah
karena gangguan hubung singkat
pada sisi sekunder sehingga pada
trafo akan mengalir arus
maksimumnya. Jika prose tersebut
berlangsung cukup lama karena
relai tidak beroperasi dan tidak
beroperasinya relai juga sebagai
akibat salah menyetel waktu
pembukaan PMT, relai rusak, dan
sumber DC yang tidak ada serta
kerusakan sistim pengawatan ..
Sistem pemadam kebakaran
yang modern yaitu dengan sistem
mengurangi minyak secara
otomatis sehingga terdapat ruang
yang mana secara paksa gas
pemisah oksigen diudara
dimasukan kedalam ruang yang
sudah tidak ada minyaknya
sehingga tidak ada pembakaran
minyak, sehingga kerusakan yang
lebih parah dapat dihindarkan,
walaupun kondisi trafo menjadi
rusak. Gambar aliran minyak
pendingin trafo dapat dilihat pada
gambar 3.23.
Proses pembuangan minyak
secara grafitasi atau dengan
menggunakan motor pompa DC
adalah suatu kondisi yang sangat
berisiko sebab hanya
KIPAS PENDINGIN
SILICAGEL
TERMOMETER
MEKANIK OLTC
BUCHOLTZ RELAI
KONSERVATOR
KONTROL BOX
RADIATOR
JANSEN RELAI
SILICAGEL OLTC
KLEM
BUSHING
143
menggunakan katup otomatis yang
dikendalikan oleh pemicu dari
saklar akibat panasnya api dan
menutupnya katup otomatis pada
katup pipa minyak penghubung
tanki (konservator) ke dalam trafo
(sebelum relai bucholz) serta
adanya gas pemisah oksigen ( gas
nitrogen yang bertekanan tinggi)
diisikan melaui pipa yang
disambung pada bagian bawah
trafo kemudian akan menuju
keruang yang tidak terisi minyak.
Dengan demikian mencegah
terbakarnya minyak didalam trafo
dapat dihindarkan. Gambar
kontruksi alat pemadam kebakaran
dapat dilihat pada gambar 3.24.




Gambar 3.23 Aliran minyak
pendingin trafo

Gambar 3 24 alat pemadam
kebakaran tranformator

2. Thermometer pengukur
langsung.

Thermometer pengukur langsung
banyak digunakan pada instalasi
tegangan tinggi/Gardu Induk ,
seperti pada ruang kontrol, ruang
relai, ruang PLC dll. Suhu ruangan
dicatat secara periodik pada
formulir yang telah disiapkan
(contoh formulir terlampir) dan
dievaluasi sebagai bahan laporan.

3. Thermometer pengukur tidak
langsung
Termometer pengukur tidak
langsung banyak digunakan pada
instalasi tegangan tinggi/
transformator yang berfungsi untuk
mengetahui perubahan suhu
minyak maupun belitran
transformator. Suhu minyak dan
belitan trafo dicatat secara periodik
pada formulir yang telah disiapkan
(contoh formulir terlampir) dan
dievaluasi sebagai laporan. Skema
peralatan ukur dimaksud dapat
dilihat pada gambar 3.25 dibawah
ini.
144



gambar 3.25 Skema peralatan pengukuran tidak langsung

3.12. Relai Proteksi trafo dan
fungsinya .

Jenis relai proteksi pada trafo
tenaga adalah sebagai berikut :

1. Relai arus lebih (over current
relay)

Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa didalam maupun diluar
daerah pengaman transformator
Juga diharapkan relai ini
mempunyai sifat komplementer
dengan relai beban lebih. relai ini
berfungsi pula sebagai pengaman
cadangan bagi bagian instalasi
lainnya.bentuk relai ini dapat dilhat
pada gambar 3.26.dan gambar 3.27


Gambar 3.26: Relai arus lebih dan hubung tanah
(OCR/GFR)


Keterangan :
1. Trafo arus
2. Sensor suhu
3. Heater
4. Thermometer Winding
5. Thermometer oil

indikator
reset
145

Gambar 3.27: sistem pengawatan OCR.

2. Relai Difrensial
Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
terhadap gangguan hubung singkat
yang terjadi didalam daerah
pengaman transformator dapat
dilhat pada gambar 3.28 a.dan
gambar 3.28.b
.

Gambar 3,28 a: Diagram relai
differensial
Gambar 2.28.b: Relai differensial,
REF dan SBEF

3. Relai gangguan tanah terbatas
(Restricted Earth fault Relay )

Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
terhadap tanah didalam daerah
pengaman transformator khususnya
untuk gangguan didekat titik netral
yang tidak dapat dirasakan oleh
relai differensial dapat dilhat pada
gambar 3.29


+
CT
Tripping coil
OCR
PMT
beban
AU
X
IND
146
























Gambar 3.29: single line diagram relai differensial dan REF



Gambar 3.30. Restristant earth foult detector


x
87N
87N
147
4. Relai arus lebih berarah
Directional over current Relai
atau yang lebih dikenal dengan
Relai arus lebih yang mempunyai
arah tertentu merupakan Relai
Pengaman yang bekerja karena
adanya besaran arus dan tegangan
yang dapat membedakan arah arus
gangguan.
Relai ini terpasang pada jaringan
tegangan tinggi, tegangan
menengah juga pada pengaman
transformator tenaga dan berfungsi
untuk mengamankan peralatan
listrik akibat adanya gangguan
phasa-phasa maupun Phasa
ketanah.

















Gambar 3.31: Diagram Situasi Pemasangan Relai 67 G

Relai ini mempunyai 2 buah
parameter ukur yaitu tegangan dan
arus yang masuk ke dalam relai
untuk membedakan arah arus ke
depan atau arah arus ke belakang.
Pada pentanahan titik netral trafo
dengan menggunakan tahanan,
relai ini dipasang pada penyulang
20 KV. Bekerjanya relai ini
berdasarkan adanya sumber arus
dari ZCT (Zero Current
Transformer) dan sumber tegangan
dari PT (Potential Transformers).
Sumber tegangan PT umumnya
menggunakan rangkaian Open-
Delta, tetapi tidak menutup
kemungkinan ada yang
menggunakan koneksi langsung 3
Phasa.

Untuk membedakan arah
tersebut maka salah satu phasa
dari arus harus dibandingakan
dengan Tegangan pada phasa
yang lain.

5. Relai connections

Adalah sudut perbedaan antara
arus dengan tegangan masukan
relai pada power faktor satu.
Relai maximum torque angle
Adalah perbedaan sudut antara
arus dengan tegangan pada relai
yang menghasilkan torsi
maksimum.
-
+
Trippin
g
Bus 20 KV
67 G
ZC
PT
148





Gambar 3. 32. Relai arus lebih berarah.


6. Relai gangguan tanah .
Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
gangguan hubung tanah, didalam
dan diluar daerah pengaman
transformator. Relai arah hubung
tanah memerlukan operating signal
dan polarising signal. Operating
signal diperoleh dari arus residual
melalui rangkaian trafo arus
penghantar (Iop = 3Io) sedangkan
polarising signal diperoleh dari
tegangan residual.
Tegangan residual dapat
diperoleh dari rangkaian sekunder
open delta trafo tegangan seperti
pada Gambar 3.32















149
........
.......





















Gambar 3.33. Relai gangguan tanah

6. Relai tangki tanah

Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
terhadap hubung singkat antara
kumparan fasa dengan tangki
transformator dan transformator
yang titk netralnya ditanahkan.
Relai bekerja sebagai
pengaman jika terjadi arus mengalir
dari tangki akibat gangguan fasa ke
tangki atau dari instalasi bantu
seperti motor kipas, sirkulasi dan
motor-motor bantu, pemanas dll.
Pengaman arus ini sebagai
pengganti relai diferensial sebab
sistim relai pengaman tangki
biasanya dipasang pada trafo yang
tidak dilengkapi trafo arus disisi
primer dan biasanya pada trafo
dengan kapasitas kecil. Trafo
dipasang diatas isolator sehingga
V
RES

B
C
Gambar 3.33: Rangkaian open delta trafo tegangan
150
tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel
pentanahan yang dilewatkan
melalui trafo arus dengan tingkat
isolasi dan ratio yang kecil
kemudian tersambung pada relai
tangki tanah dengan ratio Trafo
Arus(CT) antara 300 s/d 500
dengan sisi sekunder hanya 1 Amp.



Gambar 3.34 : relai hubung tanah pada trafo

3.13, Announciator Sistem
Instalasi Tegangan Tinggi.

Annunciator adalah indikator
kejadian pada saat terjadi ketidak
normalan pada sistem instalasi
tegangan tinggi, baik secara
individu maupun secara bersama.
Annunciator terjadi bersamaan
dengan relai yang bekerja akibat
sesuatu yang terjadi ketidak
normalan pada peralatan tersebut.
Annunciator biasanya berbentuk
petunjuk tulisan yang pada kondisi
normal tidak ada penunjukan, bila
terjadi ketidaknormalan maka
lampu didalam indikator tersebut
menyala sesuai dengan kondisi
sistem pada saat tersebut.
Kumpulan indikator-indikator
tersebut biasanya disebut sebagai
announciator.

Announciator yang terlengkap
pada saat sekarang adalah pada
instalasi gardu induk SF6, sebab
pada system GIS banyak sekali
kondisi yang perlu di pantau seperti
tekanan gas, kelembaban gas SF6
disetiap kompartemen, posisi
kontak PMT, PMS baik PMS line,
PMS Rel maupun PMS tanah dll.
Untuk itu pembahasan tentang
annunciator akan diambil dari
sistem annunciatornya gardu induk
SF6. seperti. Annunciator pada bay
penghantar (SUTT maupun SKTT),
Transformator dan Koppel.






151
Pemasangan lampu indikator pada transformator dapat dilihat pada gambar
3.20 .






























Gambar 3.35. Pemasangan lampu indikator pada transformator
33L
43L
31L 32L
31T 32T
Q21
T
T
Q5
61L
63L
62L
61T 62T
83L
41L 42L
41T 42T
51L
52L
51T 52T
81L
82L
71L
72L
Q3
71T 72T
Q2
92L
91L
Q3
91T 92T
81T 82T
28L
29L
21C 21T
21L 23L 24L 25L
22L 26L 27L
152
Indikator berupa lampu dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2 Indikator berupa lampu
Kode
21LA Pasokan Pemanas gagal/trip.
22LA Pasokan Motor PMT gagal/trip.
23LA Pasokan Motor PMS dan PMS Tanah gagal/trip.
24LA Pasokan rangkaian trip 1 gagal/trip
25LA Pasokan rangkaian trip 2 gagal/trip
26LA Pasokan saklar control PMS dan PMS tanah
gagal/trip
27LA Pasokan untuk signaling gagal/trip.
28LA Posisi control remote.
29LA Posisi control Lokal.
31LA Posisi PMS Q21 Membuka/Open.
32LA Posisi PMS Q21 menutup /Close
33LA Tekanan gas SF6 pada kompartemen G1 gangguan.


Kode Indikator
41LA Posisi PMS Q22 terbuka/open
42LA Posisi PMS Q22 menutup/close..
43LA Tekanan gas SF6 pada kompartemen G2 gangguan.
51LA Posisi PMS TANAH Q35 terbuka/open
52LA Posisi PMS TANAH Q35 menutup/close..
61LA Posisi PMT Q50 terbuka/open
62LA Posisi PMT Q50 menutup/close..
63LA Tekanan gas SF6 pada kompartemen G0 gangguan
71LA Posisi PMS TANAH Q30 terbuka/open
72LA Posisi PMS TANAH Q30 menutup/close..
73LA Tekanan gas SF6 pada kompartemen G5 gangguan
(ada PT)
81LA Posisi PMS LINE Q28 terbuka/open
82LA Posisi PMS LINE Q28 menutup/close..
83LA Tekanan gas SF6 pada kompartemen G9 gangguan
91LA Posisi PMS TANAH Q38 terbuka/open
92LA Posisi PMS TANAH Q38 menutup/close..

Bentuk dan kode saklar dan saklar tekan (push button)
Kode Indikator
21CV Kunci selektor switch untuk kontrol lokal dan remote.
21TO Saklar tekan (on/off) untuk mengecek lampu pada
panel kontrol
31TO Saklar tekan untuk menutup PMS REL Q21.
32TO Saklar tekan untuk membuka PMS REL Q21.
41TO Saklar tekan untuk menutup PMS REL Q22.
153
42TO Saklar tekan untuk membuka PMS REL Q22.
51TO Saklar tekan untuk menutup PMS TANAH Q35.
52TO Saklar tekan untuk membuka PMS TANAH Q35.
61TO Saklar tekan untuk menutup PMT Q50.
62TO Saklar tekan untuk membuka PMT Q50.
71TO Saklar tekan untuk menutup PMS TANAH Q30.
72TO Saklar tekan untuk membuka PMS TANAH Q30.
81TO Saklar tekan untuk menutup PMS LINE Q28.
82TO Saklar tekan untuk membuka PMS LINE Q28.
91TO Saklar tekan untuk menutup PMS TANAH Q38.
92TO Saklar tekan untuk membuka PMS TANAH Q38.

3.14. Parameter/pengukuran transformator.
Parameter/pengukuran transformator dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Parameter/pengukuran transformator
Indikasi keterangan
Oil level transformer
low alarm
Indikasi ini menunjukan bahwa minyak
transformator yang ada di dalam tangki trafo
berkurang, sehingga alat ukur permukaan
minyak (level ) mengerjakan kontak dan
mengirim alarm ke panel kontral ,dan di
panel kontrol muncul sinyal oil level
transformer low alarm serta membunyikan
bel(kontak penggerak untuk memberikan
sinyal dan alarm bekerja ).
Oil level OLTC low alarm Indikasi ini menunjukan bahwa minyak yang
ada di dalam tangki tap changer berkurang,
sehingga alat ukur permukaan minyak (level)
mengerjakan kontak dan mengirim alarem ke
panel kontral ,dan di panel kontrol muncul
sinyal oil level OLTC low alarm serta
membunyikan bel ( kontak penggerak untuk
memberikan sinyal dan alarm bekerja ).
Bucholtz Alarm Indikasi ini menunjukan bahwa kontak relai
Bucholtz untuk Alarm bekerja (kontak relai
bucholtz ada dua ,satu alarm dan yang
satunya trip). Bekerjanya disebabkan
beberapa kejadian yaitu : Jika didalam trafo
ada gas yang disebabkan oleh adanya panas
lebih sehingga terjadi gelembung-gelembung
gas yang terakumulasi sampai nilai tertentu
(300 -350 Cm
3
).Gas tersebut menekan
pelampung untuk kontak alarm, dan mengirim
sinyal ke panel kontrol dan dipanel timbul
sinyal Bucholtz alarm dan bel berbunyi .
154
Jika didalam trafo terjadi partial discharge
pada isolasi, maka akan terjadi gelembung
gas (seperti diatas ) maka timbul Bucholtz
alarm dan bel berbunyi.
Jika minyak didalam trafo bocor sehingga
sampai tingkat permukaan relai bucholtz,
maka apabila pelampung atas sudah tidak
terendam minyak, maka kontak bucholtz
alarm akan tertutup dan memberikan sinyal
bucholtz alarm dan bel berbunyi.
Winding temperature
alarm
Winding primer
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu
(temperature ) kumparan primer panas
melebihi setting alarm termometer (misalnya
85 C) dan sushu trafo mencapai 85 C,
maka kontgak alarm pada termometer
(termostat) akan tertutup dan mengirim sinyal
alarem ke panel kontrol winding primer alarm
serta bel berbunyi.
Winding sekunder
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu
(temperature) kumparan primer panas
melebihi setting alarm termometer (misalnya
85 C) dan sushu trafo mencapai 85 C
,maka kontgak alarm pada termometer
(termostat) akan tertutup dan mengirim sinyal
alarm ke panel kontrol winding sekunder
alarm serta bel berbunyi.
Winding temperature
alarm

Winding primer
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu
(temperature ) kumparan primer panas
melebihi setting alarm termometer (misalnya
85C) dan suhu trafo mencapai 85 C ,maka
kontak alarm pada termometer ( termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarm ke
panel kontrol winding primer alarm serta bel
berbunyi.
Winding sekunder
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu
(temperature) kumparan primer panas
melebihi setting alarm termometer (misalnya
85C) dan sushu trafo mencapai 85 C, maka
kontak alarm pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarem ke
panel kontrol winding sekunder alarm serta
bel berbunyi.
155
OLTC voltage regulator
alarm

Pengaturan setting tegangan pada peralatan
regulator tidak sesuai dengan tegangan yang
diminta ,maka relai regulator tegangan aklan
memberikan sinyal ke panel kontrol dan
memberi sinyal OLTC voltage regulator alarm
serta bel berbunyi.

Transformer cooling
fault alarem
Indikasi ini menunjukan bahwa sistem
pendingin (kipas atau pompa minyak sirkulasi
ada gangguan) yaitu :
saklar termis untuk pasokan motor kipas
pendingin trip (lepas) sehingga motor tidak
berputar dan saklar termis tersebut kontak
bantunya tertutup dan memberikan sinyal ke
panel kontrol Transformer cooling fault
alarem dan bel berbunyi.
Pompa sirkulasi minyak tidak berputar/bekerja
saklar termis untuk pasokan motor pompa
minyak pendingin trip (lepas) sehingga motor
tidak berputar dan saklar termis tersebut
kontak bantunya menutup dan memberikan
sinyal ke panel kontrol Transformer cooling
fault alarm dan bel berbunyi.
Marshalling kios fault
alarem
Indikasi tersebut menunjukan terjadi gangguan
sumber arus bolak-balik 220/380 V, yaitu
saklar sumber tegangan AC 220/380 V trip,
sehingga bay tersebut tidak ada pasokan AC,
dan saklar tersebut kontak bantunya menutup
dan mengirim sinyal gangguan ke panel
kontrol sehingga timbul sinyal Marshalling
kios fault alarem dan bel berbunyi.
Fire protection out of
service alarem
Indikasi ini menunjukan bahwa sistem
pemadam api transformator tidak siap bekerja
(out of service), yaitu akibat saklar DC 110 V
sumber pasokan untuk sistem instalasi
pemadam api trip (tidak masuk), sehingga
kontak bantunya menutup dan megirim sinyal
ke panel kontrol dengan indikasi Fire
protection out of service alarem dan bel
berbunyi.
Bucholtz trip

a. Indikasi ini menunjukan bahwa relai
bucholtz bekerja menjatuhkan PMT (trip)
yang disebabkan oleh :gangguan yang
serius atau hubung singkat lilitan
trafo/kumparan trafo sehingga terjadi
penguraian minyak dan bahan isolasi lain
serta menimbulkan gas dan aliran minyak
156
dari trafo ke relai bucholtz, sehingga
kontak relai bekerja mengirim sinyal trip ke
PMT primer dan sekunder, memberi- kan
sinyal alarm bucholtz trip dan membunyi-
kan bel.
b. Gangguan minyak trafo bocor sehingga
terjadi penurunan permukaan minyak
sampai level yang minimum (sebelumnya
terjadi alarm bucholtz) ,sehingga kontak
relai bekerja mengirim sinyal trip ke PMT
primer dan sekunder,memberikan sinyal
alarm bucholtz trip dan bel berbunyi.
c. Terjadi gangguan alam ,misalnya gempa
bumi yang besar ,sehingga terjadi
goncangan minyak didalam terfo maupun
relai bucholtz,dan kontak relai menutup
memberikan sinyal trip PMT primer dan
sekunder dan sinyal bucholtz trip bel atau
klakson bunyi.
Oil temperature trip Indikasi ini menunjukan bahwa minyak trafo
panas yang melebihi setting pengaman
temperatur, sehingga kontak termometer
untuk trip menutup memberikan sinyal untuk
menjatuhkan PMT primer dan sekunder dan
mengirim sinyal ke panel kontrol bucholtz trip
dan bel bunyi
winding temperature trip Indikasi ini menunjukan bahwa winding atau
kumparan trafo panas yang melebihi setting
pengaman temperatur, sehingga kontak
termometer untuk trip menutup memberikan
sinyal guna menjatuhkan PMT primer dan
sekunder dan mengirim sinyal ke panel
kontrol bucholtz trip dan bel bunyi.
Protection device OLTC
trip
Indikasi ini menunjukan relai Jansen dan atau
pengaman OLTC bekerja , akibat terjadi
breakdown isolasi pada wadah tap changer
atau ketidaknormalan operasi tap changer
atau terjadi tahanan pengalih putus , maka
akan memberikan sinyal trip PMT primer dan
sekunder dan sinyal ke panel protection
device OLTC trip dan bel/klakson bunyi.
Pressure relief device
transformer trip
Indikasi ini menunjukan terjadi gangguan
didalam trafo ,misalnya hubung singkat lilitan
/kumparan sehingga terjadi tekanan hidraulik
di dalam trafo. Tekanan ini didistribusikan ke
semua arah didalam trafo yang akan
mendorong dinding trafo, jika tekanan yang
157
terjadi melebihi kemampuan gaya dorong
relai sudden pressure ( misalnya 10 psi)
maka katup piringan akan terdorong dan
mengerjakan limit switch relai, memberikan
sinyal trip ke PMT primer dan sekunder ,
serta sinyal ke panel kontrol pressure relief
device dan bel/klakson bunyi
Fire protection operated
trip

Indikasi menunjukan ada gangguan fire
protection trafo bekerja, yaitu indikasi ada
kebakaran trafo,dan PMT trafo trip, bucholtz
bekerja, fire detector bekerja ,maka
pemadam api memberikan sinyal untuk
mengerjakan sistem pemadam api bekerja
yaitu membuang sebagian permukaan
minyak, kurang lebih 15 cm dari deksel atas,
menutup shutter,memasukan nitrogen
bertekanan dan mengaduk minyak didalam
tangki trafo, yang akhirnya api yang berkobar
dapat padam.dan mengirim sinyal ke panel
kontrol pemadam atau panel kontrol fire
protection operated bel bunyi.
Circuit breaker 20 kV
open
Indikasi ini menunjukan bahwa pada kubikel
20 kV ada yang trip, PMT yang trip tersebut
memberikan sinyal ke panel kontrol circuit
breaker 20 kV open bel bunyi.
DC supply failure

Indikasi menunjukan ada saklar DC 110 V
panel kontrol atau proteksi pada panel trafo
trip , dan kontak bantu saklar DC tersebut
memberikan sinyal DC supply failure dan bel
berbunyi
Main protection
operated

Indikasi ini menunjukan relai utama
pengaman trafo (diferensial ) bekerja,
sehingga kontak relai diferensial menutup
dan mengirim sinyal untuk mentripkan PMT
primer dan sekunder serta mengirim sinyal ke
panel kontrol Main protection operated bel
/klakson berbunyi.
Back up protection
operated
Indikasi ini menunjukan relai cadangan (back
up ) pengaman trafo (OCR,REF,SBEF )
bekerja ,sehingga kontak relai (OCR,REF,
SBEF) menutup dan mengirim sinyal untuk
mentripkan PMT primer dan sekunder serta
mengirim sinyal ke panel kontrol Back up
protection operated bel / klakson berbunyi.
Breaker failure operated

Indikasi menunjukan relai breaker failure
bekerja,kontak relai breaker menutup
memberi sinyal trip pada PMT dan PMT yang
158
lain yang satu rel(bus) dan mengirim sinyal
ke panel kontrol Breaker failure operated dan
b el/klakson berbunyi.
Healty trip 1-2 alarem Indikasi menunjukan ada gangguan sistem
pemantau rangkaian trip PMT melihat ada
ketidaknormalan ( coil trip putus,) dan
mengirim alarm ke panel kontrol Healty trip
1-2 alarm dan bel berbunyi
Transformer fault alarem
stage
Indikasi menunjukan ada gangguan pada
pengaman trafo ( bucholtz,suhu tinggi,
permukaan minyak) dan kontak relai tersebut
mengirim sinyal alarem ke panel kontrol
Transformer fault alarem stage dan bel
berbunyi.
Transformer fault tripping
stage

Indikasi menunjukan ada gangguan pada
pengaman trafo ( bucholtz, suhu tinggi,
permukaan minyak, jansen, sudden pressure
) dan kontak relai tersebut mengirim sinyal
trip ke PMT primer dan sekunder dan sinyal
ke panel kontrol Transformer fault tripping
stage dan bel berbunyi.
Auto reclose in progress

Indikasi menunjukan relai recloser bekerja
pada waktu ada gangguan , kontak relai
memberikan indikasi ke panel kontrol Auto
reclose in progress dan bel/klakson berbunyi.









159
BAB IV
SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

Pembangunan Pusat Pembangkit
dengan kapasitas produksi energi
listrik yang besar: PLTA, PLTU,
PLTGU, PLTG, PLTP memerlukan
banyak persyaratan, terutama
masalah lokasi yang tidak selalu
bisa dekat dengan pusat beban
seperti kota, kawasan industri dan
lainnya. Akibatnya tenaga listrik
tersebut harus disalurkan melalui
sistem transmisi yaitu :
- Saluran Transmisi
- Gardu Induk
- Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem
transmisi mengalami gangguan
maka akan berdampak terhadap
bagian transmisi yang lainnya,
sehingga Saluran transmisi, Gardu
induk dan Saluran distribusi
merupakan satu kesatuan yang
harus dikelola dengan baik seperti
gambar 4.1
























Gambar 4.1. Sistem Penyaluran Daya Listrik

Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTETI)
adalah sarana di udara untuk
menyalurkan tenaga listrik berskala
besar dari Pembangkit ke pusat-
pusat beban dengan menggunakan
SALURAN
TRANSMISI TT
GARDU INDUK
INDUSTRI
BESAR
JARINGAN
TEGANGAN
RENDAH 220 V
TRAFO
DISTRIBUSI
JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH 20 KV
INDUSTRI KECIL


MALL
INDUS-
TRI
SEDANG
RUMAH TANGGA
PJU
PUSAT
PEMBANGKIT
TENAGA LISTRIK
PLTA,PLTU,PLTG
160
tegangan tinggi maupun tegangan
ekstra tinggi.

4.1. Saluran Udara
SUTT/SUTETI merupakan jenis
Saluran Transmisi Tenaga Listrik
yang banyak digunakan di PLN
daerah Jawa dan Bali karena
harganya yang lebih murah
dibanding jenis lainnya serta
pemeliharaannya mudah.
Pembangunan SUTT/SUTETI
sudah melalui proses rancang
bangun yang aman bagi lingkungan
serta sesuai dengan standar
keamanan internasional, diantara
nya:
- Ketinggian kawat penghantar
- Penampang kawat penghantar
- Daya isolasi
- Medan listrik dan Medan
magnet
- Desis corona
Macam Saluran Udara yang ada di
Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B
Jawa Bali seperti gambar4.2 dan
gambar 4.3
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 70 kV
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 150 kV
c. Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTETI) 500 kV










Gambar 4.2. SUTT 150 kV Sukolilo
Kenjeran


















Gambar 4.3. SUTETI 500 kV
Suralaya - Cilegon

4.2. Saluran Kabel
Pada daerah tertentu
(umumnya perkotaan) yang
mempertimbangkan masalah
estetika, lingkungan yang sulit
mendapatkan ruang bebas,
keandalan yang tinggi, serta
jaringan antar pulau, dipasang
Saluran Kabel.
a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT) 70 kV
b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT) 150 kV
c. Saluran Kabel Laut Tegangan
Tinggi (SKLTT) 150 kV
Mengingat bahwa Saluran kabel
biaya pembangunannya mahal
dan pemeliharaannya sulit,
maka jarang digunakan,
Kontruksi Kabel dapat dilihat
pada gambar 4.4



161














Gambar 4. 4.Kabel bawah laut

2. Saluran Isolasi Gas
Saluran Isolasi Gas (Gas
Insulated Line/GIL) adalah Saluran
yang diisolasi dengan gas,
misalnya: gas SF6, seperti gambar
4.5. Karena mahal dan resiko
terhadap lingkungan sangat tinggi
maka saluran ini jarang digunakan














Gambar 4.5. Saluran Isolasi Gas

4. 3. Perlengkapan SUTT/SUTETI
dan Fungsinya.
4.3.1.Tower:
Tenaga listrik yang disalurkan
lewat sistem transmisi umumnya
menggunakan kawat telanjang
sehingga mengandalkan udara
sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda
sekelilingnya.
Tower adalah konstruksi
bangunan yang kokoh, berfungsi
untuk menyangga/merentang kawat
penghantar dengan ketinggian dan
jarak yang cukup agar aman bagi
manusia dan lingkungan sekitarnya.
Antara tower dan kawat penghantar
disekat oleh isolator.

Jenis-jenis tower
Menurut bentuk konstruksinya
jenis-jenis tower dibagi atas macam
4 yaitu;
- Lattice tower
- Tubular steel pole
- Concrete pole
- Wooden pole
Kuntruksi tower dapat dilihat
pada gambar 4.6 dan 4.7.




















Gambar 4. 6. Lattice Tower
162




















Gambar 4.7 Steel Pole
Konstruksi tower merupakan
jenis konstruksi SUTT / SUTETI
yang paling banyak digunakan di
jaringan PLN karena mudah dirakit
terutama untuk pemasangan di
daerah pegunungan dan jauh dari
jalan raya. Namun demikian perlu
pengawasan yang intensif karena
besi-besinya rawan terhadap
pencurian.
Tower harus kuat terhadap
beban yang bekerja padanya yaitu:
- Gaya berat tower dan kawat
penghantar (gaya tekan)
- Gaya tarik akibat rentangan kawat
- Gaya angin akibat terpaan angin
pada kawat maupun badan tower.

Menurut fungsinya tower dibagi
atas 7 macam yaitu.
- Dead end tower yaitu tiang akhir
yang berlokasi di dekat Gardu
induk, tower ini hampir
sepenuhnya menanggung gaya
tarik
- Section tower yaitu tiang
penyekat antara sejumlah tower
penyangga dengan sejumlah
tower penyangga lainnya karena
alasan kemudahan saat
pembangunan (penarikan kawat),
umumnya mempunyai sudut
belokan yang kecil.
- Suspension tower yaitu tower
penyangga, tower ini hampir
sepenuhnya menanggung gaya
berat, umumnya tidak mempunyai
sudut belokan
- Tension tower yaitu tower
penegang, tower ini menanggung
gaya tarik yang lebih besar
daripada gaya berat, umumnya
mempunyai sudut belokan
- Transposision tower yaitu tower
tension yang digunakan sebagai
tempat melakukan perubahan
posisi kawat fasa guna
memperbaiki impendansi
transmisi.
- Gantry tower yaitu tower
berbentuk portal digunakan pada
persilangan antara dua Saluran
transmisi. Tiang ini dibangun di
bawah Saluran transmisi existing.
- Combined tower yaitu tower yang
digunakan oleh dua buah saluran
transmisi yang berbeda tegangan
operasinya
Menurut susunan/konfigurasi
kawat fasa tower dikelompokkan
atas.
- Jenis delta digunakan pada
konfigurasi horisontal/mendatar
- Jenis piramida digunakan pada
konfigurasi vertikal/tegak.
- Jenis Zig-zag yaitu kawat fasa
tidak berada pada satu sisi lengan
tower.

163
Type tower terdiri dari :

Dilihat dari type tower dibagi atas beberapa tipe seperti tabel 4.1 dan tabel 4.2

Tabel 4.1 Tower 150 kV
TYPE TOWER FUNGSI SUDUT
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Suspension
Tension / section
Tension
Tension
Tension
Tension
Transposisi
0 3
3 20
20 60
60 90
> 90
> 90


Kontruksi towernya dapat dilihat pada gambar 4.8, 4.9, 4.10 dan 4.11.












Gambar 4.8 Tower 4 sirkit tipe suspensi Gambar 4.9 Tower 4 sirkit
tipe tension






164
Tabel 4.2 Tower 500 kV
TIPE TOWER
SIRKIT
TUNGGAL
SIRKIT GANDA
FUNGSI SUDUT
A
A R
B
C
D
E
F
G
AA
AA R
BB
CC
DD
EE
FF
GG
Suspension
Suspension
Tension
Tension
Tension
Tension
Dead end
Transposisi
0 2
0 5
0 10
10 30
30 60
60 90
0 45


























Gambar 4.10 Tower 2 sirkit tipe
suspensi
Gambar 4.11 Tower 2 sirkit tipe
tension
165
4. 3.2. Bagian-bagian tower:
Pondasi:
Pondasi adalah konstruksi
beton bertulang untuk mengikat
kaki tower (stub) dengan bumi.
Jenis pondasi tower beragam
menurut kondisi tanah tempat tapak
tower berada dan beban yang akan
ditanggung oleh tower. Pondasi
tower yang menanggung beban
tarik dirancang lebih kuat/besar
daripada tower tipe suspension.
Jenis pondasi:
- Normal dipilih untuk daerah
yang dinilai cukup keras
tanahnya, seperti gambar 4.12


Pad








Gambar 4.12 pondasi tower untuk tanah keras

- Spesial: Pancang ( fabrication dan cassing) dipilh untuk daerah yang
lembek/tidak keras sehingga harus diupayakan mencapai tanah keras
yang lebih dalam seperti gambar 4.13
-

















Gambar 4.13 Pondasi tower untuk daerah yang lembek

Tanah
Tanah
Urug
Tanah
Urug
chimney
pad
chimney

Stub tower
Pad
Chimney
Tiang Pancang
Tanah
li
Tanah
Urug
Tanah
Urug
Stub tower
166
- Raft dipilih untuk daerah berawa / berair
- Auger dipilh karena mudah pengerjaannya dengan mengebor dan
mengisinya dengan semen
- Rock: drilled dipilih untuk daerah berbatuan
















Gambar 4.14 pemasangan pondasi untuk tower lattice dan tower pole



















Stub:
Stub adalah bagian paling
bawah dari kaki tower, dipasang
bersamaan dengan pemasangan
pondasi dan diikat menyatu dengan
pondasi.
Bagian atas stub muncul
dipermukaan tanah sekitar 0,5
sampai 1 meter dan dilindungi
semen serta dicat agar tidak mudah
berkarat.
Gambar 4. 16 Pondasi steel pole 500 kV
dead end Suralaya
Gambar 4.15 Pondasi tower (lattice) SUTET
500 kV Gresik - Krian
167
Pemasangan stub paling
menentukan mutu pemasangan
tower, karena harus memenuhi
syarat:
- Jarak antar stub harus benar
- Sudut kemiringan stub harus
sesuai dengan kemiringan
kaki tower
- Level titik hubung stub
dengan kaki tower tidak boleh
beda 2 mm (milimeter)
Apabila pemasangan stub sudah
benar dan pondasi sudah kering
maka kaki-kaki tower disambung ke
lubang-lubang yang ada di stub.

Leg.

Leg adalah kaki tower yang
terhubung antara stub dengan body
tower. Pada tanah yang tidak rata
perlu dilakukan penambahan atau
pengurangan tinggi leg. Sedangkan
body harus tetap sama tinggi
permukaannya.
Pengurangan leg ditandai: -1; -2; -3
Penambahan leg ditandai: +1; +2;
+3































Stub
(extension)
Stub
(normal)
Gambar 4.17 Leg Extension kaki
tower
Kaki A
Kaki B
168

Common Body.
Common body adalah badan
tower bagian bawah yang
terhubung antara leg dengan badan
tower bagian atas (super structure).
Kebutuhan tinggi tower dapat
dilakukan dengan pengaturan tinggi
common body dengan cara
penambahan atau pengurangan.
Pengurangan common body
ditandai: -3
Penambahan common body
ditandai: +3; +6; +9; +12; +15

Super structure
Super structure adalah badan
tower bagian atas yang terhubung
dengan common body dan cross
arm kawat fasa maupun kawat
petir. Pada tower jenis delta tidak
dikenal istilah super structure
namun digantikan dengan K frame
dan bridge.

6). Cross arm
Cross arm adalah bagian
tower yang berfungsi untuk tempat
menggantungkan atau mengaitkan
isolator kawat fasa serta clamp
kawat petir. Pada umumnya cross
arm berbentuk segitiga kecuali
tower jenis tension yang
mempunyai sudut belokan besar
berbentuk segi empat.

K frame
K frame adalah bagian tower
yang terhubung antara common
body dengan bridge maupun cross
arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan
kanan yang simetri.
K frame tidak dikenal di tower
jenis pyramid
Bridge
Bridge adalah penghubung
antara cross arm kiri dan cross arm
tengah. Pada tengah-tengah bridge
terdapat kawat penghantar fasa
tengah. Bridge tidak dikenal di
tower jenis pyramida

Rambu tanda bahaya.
Rambu tanda bahaya
berfungsi untuk memberi peringatan
bahwa instalasi SUTT/SUTETI
mempunyai resiko bahaya. Rambu
ini bergambar petir dan tulisan
AWAS BERBAHAYA TEGANGAN
TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki
tower lebih kurang 5 meter diatas
tanah sebanyak dua buah disisi
yang mengahadap tower nomor
kecil dan sisi yang menghadap
nomor besar.

Rambu identifikasi tower dan
penghantar/jalur

Rambu identifikasi tower dan
penghantar/jalur berfungsi untuk
memberitahukan identitas tower:
- Nomor tower
- Urutan fasa
- Penghantar/Jalur
- Nilai tahanan pentanahan
kaki tower
Rambu ini dipasang di kaki
tower lebih kurang 5 meter diatas
tanah sebanyak dua buah disisi
yang mengahadap tower nomor
kecil dan sisi yang menghadap
nomor besar dan bersebelahan
dengan Rambu tanda bahaya.



169
Pada daerah super stucture juga
dipasang rambu penghantar/jalur
agar petugas bisa mengenali
penghantar/jalur yang boleh
dikerjakan.














Gambar 4.18.a Rambu tanda bahaya Gambar 4.18.b Rambu identitas
tower dan jalur

Anti Climbing Device (ACD)
ACD disebut juga penghalang
panjat berfungsi untuk menghalangi
orang yang tidak berkepentingan
untuk naik tower. ACD dibuat
runcing, berjarak 10 cm dengan
yang lainnya dan dipasang di setiap
kaki tower dibawah Rambu tanda
bahaya.
Step bolt
Step bolt adalah baut yang
dipasang dari atas ACD ke
sepanjang badan tower hingga
super structure dan arm kawat petir.
Berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari
tower.














Gambar 4.19 Baut Panjat (step bolt) Gambar 4.20 Penghalang Panjat

170
Halaman tower

Halaman tower adalah daerah tapak tower yang luasnya diukur dari
proyeksi keatas tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar
stub tergantung pada jenis tower .



















Gambar 4.21 Halaman tower

4.4. Konduktor
Konduktor adalah media
untuk tempat mengalirkan arus
listrik dari Pembangkit ke Gardu
induk atau dari GI ke GI lainnya,
yang terentang lewat tower-tower.
Konduktor pada tower tension
dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp.
Dibelakang clamp tersebut
dipasang rencengan isolator yang
terhubung ke tower.

a. Bahan konduktor
Bahan konduktor yang
dipergunakan untuk saluran energi
listrik perlu memiliki sifat sifat
sebagai berikut :
1). konduktivitas tinggi.
2) kekuatan tarik mekanikal tinggi
3) titik berat
4) biaya rendah
5) tidak mudah patah

Konduktor jenis Tembaga
(BC : Bare copper) merupakan
penghantar yang baik karena
memiliki konduktivitas tinggi dan
kekuatan mekanikalnya cukup baik.
Namun karena harganya mahal
maka konduktor jenis tembaga
rawan pencurian.
Aluminium harganya lebih
rendah dan lebih ringan namun
konduktivitas dan kekuatan
mekanikalnya lebih rendah
dibanding tembaga.
Patok
batas
tanah
Tapak
kaki
menara
As
tower
171
Pada umumnya SUTT
maupun SUTETI menggunakan
ACSR (Almunium Conductor Steel
Reinforced).
Bagian dalam kawat berupa
steel yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, sedangkan bagian
luarnya mempunyai konduktifitas
tinggi. Karena sifat electron lebih
menyukai bagian luar kawat
daripada bagian sebelah dalam
kawat maka ACSR cocok dipakai
pada SUTT/SUTETI. Untuk daerah
yang udaranya mengandung kadar
belerang tinggi dipakai jenis
ACSR/AS, yaitu kawat steelnya
dilapisi dengan almunium.
Pada saluran transmisi yang
perlu dinaikkan kapasitas
penyalurannya namun SUTT
tersebut berada didaerah yang
rawan longsor, maka dipasang
konduktor jenis TACSR (Thermal
Almunium Conductor Steel
Reinforced) yang mempunyai
kapasitas besar tetapi berat kawat
tidak mengalami perubahan yang
banyak.
Konduktor pada SUTT/SUTET
merupakan kawat berkas (stranded)
atau serabut yang dipilin, agar
mempunyai kapasitas yang lebih
besar dibanding kawat pejal.

b. Urutan fasa
Pada sistem arus putar,
keluaran dari generator berupa tiga
fasa, setiap fasa mempunyai sudut
pergerseran fasa 120. Pada SUTT
dikenal fasa R; S dan T yang urutan
fasanya selalu R diatas, S ditengah
dan T dibawah. Namun pada
SUTETI urutan fasa tidak selalu
berurutan karena selain panjang,
karakter SUTETI banyak
dipengaruhi oleh faktor kapasitansi
dari bumi maupun konfigurasi yang
tidak selalu vertikal. Guna
keseimbangan impendansi
penyaluran maka setiap 100 km
dilakukan transposisi letak kawat
fasa.

c. Penampang dan jumlah
konduktor.

Penampang dan jumlah
konduktor disesuaikan dengan
kapasitas daya yang akan
disalurkan, sedangkan jarak antar
kawat fasa maupun kawat berkas
disesuaikan dengan tegangan
operasinya.
Jika kawat terlalu kecil maka
kawat akan panas dan rugi
transmisi akan besar. Pada
tegangan yang tinggi (SUTETI)
penampang kawat , jumlah kawat
maupun jarak antara kawat berkas
mempengaruhi besarnya corona
yang ditengarai dengan bunyi desis
atau berisik.

d. Jarak antar kawat fasa:
Jarak kawat antar fasa SUTT
70kV idealnya adalah 3 meter,
SUTT= 6 meter dan SUTETI=12
meter. Hal ini karena menghindari
terjadinya efek ayunan yang dapat
menimbulkan flash over antar fasa.

e. Perlengkapan kawat
penghantar

Perlengkapan atau fitting kawat
penghantar adalah: Spacer,
vibration damper.
Untuk keperluan perbaikan
dipasang repair sleeve maupun

172
armor rod. Sambungan kawat
disebut mid span joint.

Repair Sleeve
Repair sleeve adalah
selongsong almunium yang
terbelah menjadi dua bagian dan
dapat ditangkapkan pada kawat
penghantar, berfungsi untuk
memperbaiki konduktifitas kawat
yang rantas,
Cara pemasangannya dipress
dengan hydraulic tekanan tinggi

Bola Pengaman
Bola pengaman adalah rambu
peringatan terhadap lalu lintas
udara, berfungsi untuk memberi
tanda kepada pilot pesawat terbang
bahwa terdapat kawat transmisi.
Bola pengaman dipasang pada
ground wire pada setiap jarak 50m
hingga 75 meter sekitar
lapangan/bandar udara.

Lampu Aviasi

Lampu aviasi adalah rambu
peringatan berupa lampu terhadap
lalu lintas udara, berfungsi untuk
memberi tanda kepada pilot
pesawat terbang bahwa terdapat
kawat transmisi. Jenis lampu aviasi
adalah sebagai berikut.
- Lampu aviasi yang terpasang
pada tower dengan supply dari
Jaringan tegangan rendah
- Lampu aviasi yang terpasang
pada kawat penghantar dengan
sistem induksi dari kawat
penghantar




Arching Horn
Arcing horn adalah peralatan
yang dipasang pada sisi Cold
(tower) dari rencengan isolator.
Fungsi arcing horn:
- Media pelepasan busur api dari
tegangan lebih antara sisi Cold
dan Hot (kawat penghantar)
- Pada jarak yang diinginkan
berguna untuk memotong
tegangan lebih bila terjadi:
sambaran petir; switching;
gangguan, sehingga dapat
mengamankan peralatan yang
lebih mahal di Gardu Induk
(Trafo)
Media semacam arcing horn
yang terpasang pada sisi Hot
(kawat penghantar) adalah:
- Guarding ring : berbentuk oval,
mempunyai peran ganda yaitu
sebagai arcing horn maupun
pendistribusi tegangan pada
beberapa isolator sisi hot.
Umumnya dipasang di setiap
tower tension maupun
suspension sepanjang
transmisi.

Arcing ring :
berbentuk lingkaran, mempunyai
peran ganda yaitu sebagai arcing
horn maupun pendistribusi
tegangan pada beberapa isolator
sisi hot. Umumnya hanya terpasang
di tower dead end dan gantry GI

4. 5. Kawat Tanah
Kawat Tanah atau Earth wire
(kawat petir / kawat tanah) adalah
media untuk melindungi kawat fasa
dari sambaran petir. Kawat ini
dipasang di atas kawat fasa dengan
sudut perlindungan yang sekecil
173
mungkin, karena dianggap petir
menyambar dari atas kawat.
Namun jika petir menyambar dari
samping maka dapat mengakibat-
kan kawat fasa tersambar dan
dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan.
Kawat pada tower tension
dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp.
Pada tension clamp dipasang kawat
jumper yang menghubungkannya
pada tower agar arus petir dapat
dibuang ke tanah lewat tower.
Untuk keperluan perbaikan mutu
pentanahan maka dari kawat
jumper ini ditambahkan kawat lagi
menuju ketanah yang kemudian
dihubungkan dengan kawat
pentanahan.

4.5.1. Bahan Kawat Tanah
Bahan ground wire terbuat
dari steel yang sudah digalvanis,
maupun sudah dilapisi dengan
almunium. Pada SUTETI yang
dibangun mulai tahun 1990an,
didalam ground wire difungsikan
fibre optic untuk keperluan
telemetri, tele proteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal
dengan OPGW (Optic Ground
Wire), sehingga mempunyai
beberapa fungsi.

4.5.2. Jumlah dan posisi Kawat
Tanah
Jumlah Kawat Tanah paling
tidak ada satu buah diatas kawat
fasa, namun umumnya di setiap
tower dipasang dua buah.
Pemasangan yang hanya satu buah
untuk dua penghantar akan
membuat sudut perlindungan
menjadi besar sehingga kawat fasa
mudah tersambar petir.
Jarak antara ground wire
dengan kawat fasa di tower adalah
sebesar jarak antar kawat fasa,
namun pada daerah tengah
gawangan dapat mencapai 120%
dari jarak tersebut.

4.5.3. Pentanahan Tower
Pentanahan Tower adalah
perlengkapan pembumian sistem
transmisi, berfungsi untuk
meneruskan arus listrik dari badan
tower kebumi.

1. Nilai pentanahan tower
Nilai pentanahan tower harus
dibuat sekecil mungkin agar tidak
menimbulkan tegangan tower yang
tinggi yang pada akhirnya dapat
mengganggu sistem penyaluran:
Sistem 70kV : maksimal 5 Ohm
Sistem 150kV : maksimal 10 Ohm
Sistem 500kV : maksimal 15 Ohm

2. Jenis pentanahan
- Electroda bar: suatu rel logam
yang ditanam di dalam tanah.
Pentanahan ini paling
sederhana dan efektif,dimana
nilai tahanan tanah adalah
rendah
Electroda plat : plat logam
yang ditanam di dalam tanah
secara horisontal atau vertikal.
Pentanahan ini umumnya untuk
pengamanan terhadap petir.
Counter poise electroda:
suatu konduktor yang digelar
secara horisontal di dalam tanah.
Pentanahan ini dibuat pada daerah
yang nilai tahanan tanahnya tinggi.
Atau untuk memperbaiki nilai
174
tahanan pentanahan. Mesh
electroda: yaitu sejumlah konduktor
yang digelar secara horisontal di
tanah yang umumnya cocok untuk
daerah kemiringan.

3. Jenis sambungan pada tower
- Penyambungan langsung pada
stub bagian bawah
- Penyambungan dibagian atas
stub










Gambar 4. 22 Penyambungan pada
bagian bawah stub













Gambar 4.23 Penyambungan pada
bagian atas stub

4. Komponen pentanahan tower
- Kawat pentanahan: terbuat
dari bahan yang
konduktifitasnya besar:
tembaga.
- Klem pentanahan atau
sepatu kabel: bahan
tembaga yang tebal
- Batang pentanahan: terbuat
dari pipa tembaga atau besi
galvanis
- Klem sambungan kawat
pentanahan terbuat dari
tembaga.

4. 6. Isolator
Isolator adalah media penyekat
antara bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak
bertegangan. Fungsi isolator pada
SUTT/SUTETI adalah untuk
mengisolir kawat fasa dengan
tower. Pada umumnya isolator
terbuat dari porselen atau kaca dan
berfungsi sebagai isolasi tegangan
listrik antara kawat penghantar
dengan tiang.
Macam-macam isolator yang
dipergunakan pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) adalah
sebagai berikut :

4.6.1. Isolator Piring
Dipergunakan untuk isolator
penegang dan isolator gantung,
dimana jumlah piringan isolator
disesuaikan dengan tegangan
sistem pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) tersebut
(lihat gambar 4.24 dan 4.25).
Isolator tonggak saluran vertikal
(lihat gambar 4.26). Isolator
tonggak saluran horisontal (lihat
gambar 4.27)
Pada isolator gantung pada
umumnya diperlengkapi dengan :
Tanduk busur berfungsi untuk
melindungi isolator dari tegangan
Surja. bagian E pada gambar 4.28.

175
Cincin perisai (grading ring)
Fungsi dari cincin perisai yaitu
untuk meratakan (mendistribusikan)
medan listrik dan distribusi
tegangan yang terjadi pada isolator,
bagian F gambar 4.24
























Gambar 4.24 : Susunan Isolator Piring.


















176











































Gambar 4.25 : Isolator Tonggak Saluran Horisontal


177










































Gambar 4.26 : Isolator Tonggak Saluran Vertikal



178




4.6.2. Nilai isolasi
Besarnya isolasi pada
umumnya 3 hingga 3,3 kali
tegangan sistem, dimaksudkan
akan tahan terhadap muka
tegangan petir pada waktu 1,2
mikro detik. Apabila nilai isolasi
menurun akibat dari polutan
maupun kerusakan pada isolasinya,
maka akan terjadi kegagalan isolasi
yang akhirnya dapat menimbulkan
gangguan.

4.6.3. Jenis isolator
Isolator terbagi atas beberapa
jenis yaitu:

Menurut bentuknya:
- Piringan yaitu isolator yang
berbentuk piring, salah satu sisi
dipasang semacam mangkuk
logam dan sisi lainnya dipasang
pasak. Antara pasak dengan
mangkuk diisolasi dengan
semen khusus.
Ada dua macam model
sambungannya: Ball & socket;
clevis &eye. Pemasangan isolator
jenis piring ini digandeng-
gandengkan dengan piringan
lainnya. Jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan isolasi terhadap
tegangan yang bekerja di transmisi
tersebut. Jenis ini mempunyai
fleksibelitas yang tinggi, karena bisa
dipakai sebagai isolator gantung
maupun isolator tarik.
- Long rod adalah isolator yang
berbentuk batang panjang, di
kedua ujungnya dipasang
sarana penghubung yang
terbuat dari logam. Sirip-sirip
isolator berada di antara kedua
ujung tersebut. Isolator jenis ini
dipakai sebagai isolator
gantung.
- Pin isolator tidak digunakan di
SUTT/SUTETI.
- Post isolator adalah isolator
berbentuk batang panjang, di
kedua ujungnya dipasang
sarana penghubung yang
terbuat dari logam. Isolator ini
dipakai sebagai isolator yang
didudukkan.

Menurut bahannya
Bahan isolator terbuat dari:
- Keramik: mempunyai keunggulan
tidak mudah pecah, tahan
terhadap cuaca, harganya relatif
mahal. Pada umumnya isolator
menggunakan bahan ini.
- Gelas/kaca: Mempunyai
kelemahan mudah pecah namun
harganya murah. Digunakan
hanya untuk isolator jenis piring.
Sambungan isolator yaitu
batang pasak dan mangkuknya
terbuat dari logam digalvanis. Pada
daerah yang banyak mengandung
uap garam maupun zat kimia
tertentu dapat membuat batang
pasak karatan dan putus. Akhir-
akhir ini dikembangkan teknik untuk
melapisi batang pasak tersebut
dengan zink.

Menurut bentuk pasangannya
- I string
- V string
179
- Horisontal string
- Single string
- Double string
- Quadruple
Pada daerah yang rawan
lingkungan maupun kemampuan
mekanik yang belum mencukupi
harus dilakukan penguatan
rencengan isolator, sebagai
contoh:dibuat double string.













Gambar 4.27
Isolator renceng untuk tower
suspension (I type)










Gambar 4. 28
Isolator renceng untuk tower
tension SUTETI (V type)






















Gambar 4.29 Konfigurasi Isolator
tower Suspensi SUTET 500 kV











Gambar 4.30 Isolator renceng
untuk tower tension (Horizontal type
















180




















Gambar 4.31
Isolator yang terpasang pada
tension tower type DD

4.6.4. Speksifikasi isolator

Setiap isolator harus mempunyai
speksifikasi dari fabrikan yang
mencantumkan:
- Standar mutu, misalnya dari
IEC
- Type
- Model sambungan
- Panjang creepage atau alur
(mm)
- Kuat mekanik (kN)
- Panjang antar sambungan (mm)
- Berat satuan (kg)
- Diameter (mm)
- Tegangan lompatan api
frekwensi rendah kondisi basah
(kV)
- Tegangan lompatan impuls
kondisi kering (kV)
- Tegangan tembus (kV)

1. Karakteristik listrik Isolator
Bahan Isolator yang diapit
oleh oleh logam merupakan
kapasitor. Kapasitansinya
diperbesar oleh polutan maupun
kelembaban udara
dipermukaannya. Bagian ujung
saluran mengalami tegangan
permukaan yang paling tinggi,
sehingga dibutuhkan arcing horn
untuk membagi tegangan tersebut
lebih merata ke beberapa piring
isolator lainnya.

2. Karakteristik mekanik
Isolator harus memiliki kuat
mekanik guna menanggung beban
tarik kawat maupun beban berat
isolator dan kawat penghantar.
Umumnya mempunyai Safety
faktor .

3. Perlengkapan/fitting isolator

Berfungsi untuk menghubungkan
rencengan isolator dengan arm
tower maupun kawat penghantar,
diantaranya: U bolt; shackle; ball
eye; ball clevis; socket eye; socket
clevis; link; extension link; double
clevis, dan lain sebagainya, Bahan
terbuat dari baja digalvanis dan
mempunyai kuat mekanik sesuai
beban yang ditanggungnya.

4. Tension clamp
Tension clamp adalah alat
untuk memegang ujung kawat
penghantar, berfungsi untuk
menahan tarikan kawat di tower
tension. Pemasangan tension
clamp harus benar-benar sempurna
agar kawat penghantar tidak
terlepas. Sisi lain dari tension clamp
181
dihubungkan dengan perlengkapan
isolator. agar tidak terjadi
pemanasan yang akhirnya dapat
memutuskan hubungan kawat
jumper .
Pada tower tension dibutuhkan
kawat penghubung antara kedua
ujung kawat penghantar di kedua
sisi cross arm, kawat ini disebut
jumper. Bagian bawah tension
clamp terdapat plat berbentuk lidah
untuk menghubungkan kawat
jumper tersebut. Sambungan ini
harus kuat dan kencang










Gambar 4.32 Tension clamp













Gambar 4.33 . Tension clamp

5. Suspension clamp
Suspension clamp adalah alat
yang dipasangkan pada kawat
penghantar ke perlengkapan
isolator gantung, berfungsi untuk
memegang kawat penghantar pada
tower suspension. Kawat
penghantar sebelum dipasang
suspension clamp pada harus
dilapisi armor rod agar mengurangi
kelelahan bahan pada kawat akibat
dari adanya vibrasi atau getaran
pada kawat penghantar.
Pada kondisi tertentu yaitu
letak tower yang terlalu rendah
dibanding tower-tower sebelahnya
maka dipasang pemberat atau
counter weight agar rencengan
isolator tidak tertarik ke atas.

6. Compression joint
Karena masalah transportasi,
panjang konduktor dan GSW dalam
satu gulungan (haspel) mengalami
keterbatasan. Oleh karenanya
konduktor dan GSW tersebut harus
disambung, sambungan (joint)
harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain :
- konduktivitas listrik yang
baik
- kekuatan mekanis dan
ketahanan yang tangguh
Compression joint adalah
material untuk menyambung
kawat penghantar yang cara
penyambungannya dengan
alat press tekanan tinggi.
Compression joint kawat
penghantar terdiri dari dua
komponen yang berbeda
yaitu:
- Selongsong steel berfungsi
untuk menyambung steel
atau bagian dalam kawat
penghantar ACSR
- Selongsong almunium
berfungsi untuk
menyambung almunium
182
atau bagian luar kawat
penghantar ACSR
Penyambungan kawat didahului
dengan penyambungan kawat
steel, dilanjutkan dengan
penyambungan kawat almunium.
.Penempatan compression joint
harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Diusahakan agar berada di
tengah-tengah gawangan
atau bagian terrendah
daripada andongan kawat.
- Tidak boleh berada di dekat
tower tension (sisi kawat
yang melengkung ke bawah
terhadap tengah gawang).
- Tidak boleh di atas jalan
raya, rel KA, SUTT lainnya

7. Spacer
Spacer adalah alat perentang
kawat penghantar terbuat dari
bahan logam dan berengsel yang
dilapisi karet. Pada SUTETI spacer
ini merangkap sebagai vibration
damper.
Fungsi spacer adalah:
- Memisahkan kawat berkas
agar tidak beradu
- Pada jarak yang diinginkan
dapat mengurangi bunyi
desis / berisik corona
Penempatan yang dipandu dari
fabrikan dapat mengurangi getaran
kawat



















Gambar 4.34 Spacer untuk
konduktor berkas 4 kawat
(quadruple)

8. Damper
Damper atau vibration damper
adalah alat yang dipasang pada
kawat penghantar dekat tower,
berfungsi untuk meredam getaran
agar kawat tidak mengalami
kelelahan bahan.
Bentuk damper menyerupai
dua buah bandul yang dapat
membuang getaran kawat.








Gambar 4.35 Damper

9. Armor Rod
Armor rod adalah alat berupa
sejumlah urat kawat yang dipilin,
berfungsi untuk melindungi kawat
dari kelelahan bahan maupun
akibat adanya kerusakan. Bahan
armor rod adalah almunium keras,
sehingga dapat menjepit kawat
denga erat.


Gambar 4.33 Spacer untuk konduktor berkas
2 kawat (twin conductors)
183






















Gambar 4.36. Pemasangan pelindung kawat tranmisi












Armour
rod
kondukt
or
Arching
horn
Damper
184
BAB V
GARDU INDUK

Gardu induk adalah merupakan
alat penghubung listrik dari
jaringan tranmisi ke jaringan
distribusi perimer yang kuntruksinya
dapat dilihat pada gambar 5.I,
bahan bahan yang ada pada gardu
induk meliputi.


















Gambar 5.1 Gardu induk

5.1. BUSBAR
Busbar atau rel adalah titik
pertemuan/hubungan trafo-trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan
listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik/daya
listrik. Berdasarkan jenis isolasi
busbar gardu induk dibagi menjadi :

5.1.1 .Jenis Isolasi Busbar
Gardu induk seperti ini sangat
hemat tempat sebab menggunakan
gas SF 6 sebagai isolasi antara
bagian yang bertegangan dan
ditempatkan didalam suatu
selubung besi. Sering disebut
Gardu Induk SF 6 atau disingkat
GIS.
5.1.2. Sistem Busbar (Rel)
Busbar atau rel adalah titik
pertemuan/hubungan trafo-trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan
listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik/daya
listrik. Berdasarkan busbar gardu
induk dibagi menjadi :
Gardu Induk dengan system
ring busbar adalah gardu induk
yang busbar berbentuk ring yaitu
semua rel/busbar yang ada
tersambung satu sama lain dan
membentuk seperti ring/cicin,
seperti gambar 5.2

185

Gambar 5.2 sistem rel busbar

5.1.3. Gardu Induk dengan single
busbar.

Adalah gardu induk yang
mempunyai satu / single busbar .
pada umumnya gardu dengan
sistem ini adalah gardu induk
diujung atau akhir dari suatu
transmisi, seperti gambar 5.3







Rel A
Rel B
PMS
SEKSI
PMS Rel A
PMS Rel B
CT
PT
LA
TRAFO
Gambar 5.3. gardu induk single busbar
186

5.1.4.Gardu Induk dengan double
busbar.
Adalah gardu induk yang
mempunyai dua / double busbar .
Sistem ini sangat umum, hampir
semua gardu induk menggunakan
sistem ini karena sangat efektif
untuk mengurangi pemadaman
beban pada saat melakukan
perubahan sistem (maneuver
system).seperti gambar 5.4




5.1.5. Gardu Induk dengan satu
setengah / one half busbar

Adalah gardu induk yang
mempunyai dua / double busbar .
Gardu induk Pembangkitan dan
gardu induk yang sangat besar
menggunakan sistem ini karena
sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat
melakukan perubahan sistem
(maneuver system). Sistem ini
menggunakan 3 buah PMT didalam
satu diagonal yang terpasang
secara seri, seperti gambar 5.5

PMT PHT
CT
PT
LA
CT
PT
LA
CT
PT
LA
Rel I
Rel II
PMS Rel
PMS Line
PMT KOPPEL
Gambar 5.4. gardu induk double busbar
187


5.2. Arrester
Sambaran petir pada
koynduktor hantaran udara
merupakan suntikan muatan listrik.
Suntikan muatan ini menimbulkan
kenaikan tegangan pada jaringan,
sehingga pada jaringan timbul
kenaikan tegangan atau tegangan
lebih yang berbentuk gelombang
impulse dan merambat sepanjang
penghantar.
Jika tegangan lebih akibat surja
petir atau surja pemutusan tiba
digardu induk, maka tegangan lebih
tersebut akan merusak isolasi
peralatan gardu induk. Oleh sebab
itu perlu suatu alat yang melindungi
peralatan sebab tegangan lebih
CT
PT
LA
REL A
REL B
PMT A1
PMT AB1
PMT B1
PMT A2
PMT AB2
PMT B2
Gambar 5.5. gardu induk satu setengah CB
188
akibat sambaran petir dan atau
surja pemutusan akan merusak
isolasi peralatan. Pelindung ini
dalam keadaan normal bersifat
isolasi dan jika terjadi tegangan
lebih akan berubah menjadi
penghantar dan mengalirkan
muatan surja tsb ke tanah. Sistem
pentanahan harus dipisahkan dari
pentanahan untuk pentanahan dari
pengaman petir atau swtching.
Ligthning Arrester / LA yang
biasa di sebut Arrester, di Gardu
Induk berfungsi sebagai pengaman
instalasi (peralatan listrik pada
instalasi) dari gangguan tegangan
lebih akibat sambaran petir
(ligthning Surge) maupun oleh
surja hubung ( Switching Surge ).

5.3. Tranformator instrumen .
Untuk proses pengukuran digardu
induk diperlukan tranformator
instrumen. Tranformator instrumen
ini dibagi atas dua kelompok yaitu .

5.3.1. Tranformator Tegangan
Transformator tegangan adalah
trafo satu fasa yang menurunkan
tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah yang dapat diukur dengan
Voltmeter yang berguna untuk
indikator, relai dan alat sinkronisasi.
Ada dua macam trafo tegangan
yaitu :

a. Tranformator tegangan
magnetik.

Tranformator ini pada umumnya
berkapasitas kecil yaitu antara 10
150 VA.
Faktor ratio dan sudut fasa
trafo tegangan sisi primer dan
tegangan sekunder dirancang
sedemian rupa supaya faktor
kesalahan menjadi kecil. Salah satu
ujung kumparan tegangan tinggi
selalu diketanahkan.
Trafo tegangan kutub tunggal
yang dipasang pada jaringan tiga
fasa disamping belitan pengukuran,
biasanya dilengkapi lagi dengan
belitan tambahan yang digunakan
untuk mendeteksi arus gangguan
tanah. Belitan tambahan dari ketiga
trafo tegangan dihubungkan secara
serie seperti pada gambar :5.6

Vab
189
Gambar 5.6 Tranformator tegangan
Pada kondisi normal tidak
muncul tegangan pada terminal
Vab, tetapi jika terjadi gangguan
tanah pada salah satu fasanya,
maka tegangan yang tidak
terganggu naik sebesar 3 dari
tegangan semula sehingga pada
terminal Vab akan dibangkitkan
tegangan sebesar 3 V
n
. Tegangan
ini akan memberi penguatan pada
relai gangguan fasa ke tanah.
Tegangan pengenal belitan
gangguan tanah baisanya dipilih
sedemikian rupa sehingga saat
gangguan tanah V
ab
mencapai
harga yang sama dengan tegangan
sekunder fasa-fasa.

b. Trafo Tegangan Kapasitip
Karena alasan ekonomis maka
tarfo tegangan menggunakan
pembagi tegangan dengan
memnggunakan kapasitor sebagai
pengganti trafo tegangan induktif.
Pembagi tegangan kapasitif dapat
digambarkan seperti gambar
dibawah ini.
Oleh pembagi kapasitor,
tegangan pada C2 atau tegangan
primer trafo penengah V
1
diperoleh
dalam orde puluhan kV, umumnya
5, 10, 15 dan 20 kV. Kemudian oleh
trafo magnetik tegangan primer
diturunkan menjadi tegangan
sekunder standar 100 atau 1003
Volt. Jika terjadi tegangan lebih
pada jaringan transmisi, tegangan
pada kapasitor C
2
akan naik dan
dapat menimbulkan kerusakan
pada kapasitor tersebut. Untuk
mencegah kerusakan tersebut
dipasang sela pelindung (SP). Sela
pelindung ini dihubung serie
dengan resistor R untuk
membatasai arus saat sela
pelindung bekerja untuk mencecah
efek feroresonansi




Gambar 5. 7 Pemasangan Tranformator tegangan
C1
S
SP
Vu
C1
R
V1
V2
HF
Z
190
Rancangan trafo tegangan
kapasitor adalah gulungan kertas
yang dibatasi oleh lembaran
aluminium yang merupakan bentuk
kapasitor (dua plat paralel)
sehingga bentuknya ramping dan
dapat dimasukan kedalam tabung
poselin. Belitan resonansi dan
belitan trafo magnetik intermediasi
ditempatkan didalam bejana logam.
Terminal K dapat dikebumikan
langsung atau dihubungkan dengan
alat komunikasi yang signyalnya
menumpang pada jaringan sistem.
Agar efektif sebagai kopling
kapasitor, maka besarnya
kapasitansi C
1
dan C
2
secara
perhitungan harus memiliki nilai
minimum 4400 pF.

Keburukan trafo tegangan
kapasitor adalah terutama karena
adanya induktansi pada trafo
magnetik yang non linier,
mengakibatkan osilasi resonansi-
nya yang timbul menyebabkan
tegangan tinggi yang cukup besar
dan menghasilkan panas yang tidak
diingikan pada inti magnetik dan
belitan sehingga menimbulkan
panas yang akan mempengaruhi
hasil penunjukan tegangan.
Diperlukan elemen peredam yang
akan mengahsilkan tidak ada efek
terhadap hasil pengukuran
walaupun kejadian tersebut hanya
sesaat.
5.3.2. Tranformator arus.
Trafo arus digunakan untuk
pengukuran arus yang besarnya
ratusan amper lebih yang mengalir
pada jaringan tegangan tinggi. Jika
arus hendak diukur mengalir pada
tegangan rendah dan besarnya
dibawah 5 amper, maka
pengukuran dapat dilakukan secara
langsung sedangkan arus yang
besar tadi harus dilakukan secara
tidak langsung dengan
menggunakan trafo arus sebutan
trafo pengukuran arus yang besar.

Disamping untuk pengukuran
arus, trafo arus juga dibutuhkan
untuk pengukuran daya dan energi,
pengukuran jarak jauh dan rele
proteksi. Kumparan primer trafo
arus dihubungkan secara serie
dengan jaringan atau peralatan
yang akan diukur arusnya,
sedangkan kumparan sekunder
dihubungkan dengan peralatan
meter dan rele proteksi.
Trafo arus bekerja sebagai trafo
yang terhubung singkat. Kawasan
kerja trafo arus yang digunakan
untuk pengukuran biasanya 0,05
sampai 1,2 kali arus yang akan
diukur. Trafo arus untuk tujuan
proteksi baisanya harus mampu
bekerja lebih dari 10 kali arus
pengenalnya.
191


Gambar 5.8 Tranformator Arus
Prinsip kerja tansformator ini
sama dengan trafo daya satu fasa.
Jika pada kumparan primer
mengalir arus I
1
, maka pada
kumparan primer akan timbul gaya
gerak magnet sebesar N
1
I
1
. gaya
gerak magnet ini memproduksi fluks
pada inti. Fluks ini membangkitkan
gaya gerak listrik pada kumparan
sekunder. Jika kumparan sekunder
tertutup, maka pada kumparan
sekunder mengalir arus I
2
. arus ini
menimbulkan gaya gerak magnet
N
2
I
2
pada kumparan sekunder.

Perbedaan utama trafo arus
dengan trafo daya adalah: jumlah
belitan primer sangat sedikit, tidak
lebih dari 5 belitan. Arus primer
tidak mempengaruhi beban yang
terhubung pada kumparan
sekundernya, karena arus primer
ditentukan oleh arus pada jaringan
yang diukur. semua beban pada
kumparan sekunder dihubungkan
serie. terminal sekunder trafo tidak
boleh terbuka, oleh karena itu
terminal kumparan sekunder harus
dihubungkan dengan beban atau
dihubung singkat jika bebannya
belum dihubungkan.

5.3.3. TRANSFORMATOR BANTU
(AUXILLIARY)

Transformator bantu adalah
trafo yang digunakan untuk
membantu beroperasinya secara
keseluruhan gardu induk tersebut.
Jadi merupakan pasokan utama
untuk alat-alat bantu seperti motor-
motor 3 fasa yang digunakan
sebagai motor pompa sirkulasi
minyak trafo beserta motor-motor
kipas pendingin. Yang paling
penting adalah sebagai pasokan
sumber tenaga cadangan seperti
sumber DC yang merupakan
sumber utama jika terjadi gangguan
dan sebagai pasokan tenaga untuk
proteksi sehingga proteksi tetap
bekerja walaupun tidak ada
pasokan arus AC.

Transformator bantu sering
disebut sebagai trafo pemakaian
Kumparan
Primer.
I
1
>>
inti
I
2
: 1 5 A.
Alat Ukur
Atau relai
Kumparan
Sekunder.
192
sendiri sebab selain fungsi utama
sebagai pemasuk alat-alat bantu
dan sumber/penyimpan arus DC
(baterai) juga digunakan untuk
penerangan, sumber untuk sistim
sirkulasi pada ruang baterai,
sumber pengggerak mesin
pendingin (Air Conditioner) karena
beberapa proteksi yang
menggunakan elektronika/digital
diperlukan temperatur ruangan
dengan temperatur antara 20C -
28C. Untuk mengopimalkan
pembagian sumber tenaga dari
transformator bantu adalah
pembagian beban yang masing-
masing mempunyai proteksi sesuai
dengan kapasitasnya masing-
masing. Juga diperlukan pembagi
sumber DC untuk kesetiap fungsi
dan bay yang menggunakan
sumber DC sebagai penggerak
utamanya. Untuk itu disetiap gardu
induk tersedia panel distribusi AC
dan DC.


5.3.4. Indikasi Unjuk kerja transformator ukur
Untuk mengetahui Indikasi Unjuk kerja transformator ukur dapat dilihat
pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Indikasi Unjuk kerja transformator ukur
Indikasi keterangan
VTBO (Voltage
transformer breaker
open)

Indikasi ini menunjukan bahwa saklar tegangan
dari VT trip,dan kontak bantunya mengirim sinyal
ke panel kontrol VTBO (Voltage transformer
breaker open) dan bel berbunyi
MCB PT failure, Indikasi ini menunjukan bahwa saklar tegangan
dari VT trip,dan kontak bantunya mengirim sinyal
ke panel kontrol MCB VT failure,dan bel berbunyi
Keteraturan stranded
konduktor/ kawat
terpasang.

Rusaknya uliran stranded konduktor akan
menyebabkan korona & ketidakteraturan
distribusi arus listrik yang mengalir pada lokasi
tersebut. Efek korona akan menyebabkan
timbulnya ionisasi udara sekitar yang
menghasilkan gas yang bersifat elektrolis.
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kondisi keteraturan stranded konduktornya
adalah dengan pemeriksaan visual secara
langsung dengan mata telanjang atau dengan
teropong.
Ketahanan tegangan
string set/post
insulator pemegang
konduktor
Pada kondisi tertentu, polutan tersebut akan
menyebabkan flash over dipermukaan insulator
dari sisi konduktor phasa ke ground. Polutan ada
yang bersifat isolator & konduktor/semi
konduktor. Pada polutan yang bersifat isolator,
terkadang secara fisik terlihat nyata/kotor (misal
polutan semen) akan tetapi pada polutan jenis ini
pengaruhnya terhadap ketahanan tegangan
193
insulator hanya signifikan pada kondisi
basah/hujan dan permukaan polutan membentuk
alur air/embun yang tidak terputus.
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bas-bar terhadap
pengaruh polutan yang menempel pada
permukaan insulatornya adalah dengan
pengamatan visual & pendengaran. Pada kondisi
malam/dini hari jika sudah terjadi bunyi hizing
yang keras akibat korona dan sesekali sudah
terjadi partial discharge/loncatan bunga api
secara bergantian merata di seluruh permukaan
keping/sirip insulator terpasang, maka bus-bar
secara teknis tidak laik lagi untuk dioperasikan
dan harus sesegera mungkin dilaksanakan
pembersihan permukaan insulatornya.
Kesiapan peralatan
yang tersambung
langsung dengan bus-
bar.

Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kesiapan peralatan yang tersambung langsung
denganya adalah sesuai dengan deteksi unjuk
kerja masing-masing peralatan terpasang (PMS
bus bay Pht/trf, PMS/PMT/CT Bay Couple daan
CVT/PT).
Kekuatan sistem
isolasi bus-bar GIS.

Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kondisi sistem isolasinya pada GIS adalah
dengan pembacaan tekanan Gas SF6 pada
density monitor yang terpasang pada masing
masing kompartemen (dibandingkan dengan
acuan standart manual operasinya).
Kekuatan mekanik &
elektrik Clamp-clamp
konduktor & peralatan

pemuaian clamp & konduktor atau clamp dengan
terminal peralatan akibat pembebanan lebih
sesaat/arus gangguan sesaat pada kondisi
tertentu akan menurunkan/ menghilangkan
kekuatan elektriknya yang selanjutnya akan
menyebabkan kegagalan kekuatan mekaniknya
(PG Clamp/T Clamp sambungan bus-bar ke PMS
melorot/lepas dll)
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kondisi kekuatan elektrik clamp-camp konduktor
& peralatan adalah dengan pemeriksaan visual
secara langsung pada malam hari (lampu
penerangan switch yard dipadamkan) atau
berdasarkan hasil deteksi dengan peralatan
thermovision. Sedangkaan kondisi kekuatan
mekanik clamp-clamp dapat diperiksa secara
visual pada siang hari dengan memakai teropong
atau mata telanjang.

194
Kekuatan mekanik &
elektrik clamp
grounding serandang
bus-bar.
Hilangnya kekuatan elektrik & mekanik clamp
grounding serandang bus-bar (akibat korosi,
kawat terlepas dari sepatunya dll) akan sangat
berbahaya terhadap keselamatan personil.
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kondisi kekuatan elektrik & mekanik clamp
grounding serandang bus-bar adalah dengan
pemeriksaan visual secara langsung.
Kekuatan kawat tanah
& clamp pengikatnya.

Menurunnya kekuatan kawat tanah & clampnya
biasanya disebabkan oleh korosi. Kondisi
tersebut sangat rawan putus baik akibat terpaan
angin atau pada saat kawat tersebut teraliri
rambatan gelombang/arus petir.
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bus-bar terhadap
kondisi kekuatan kawat tanah & clamp
pengikatnya adalah dengan pemeriksaan visual
secara langsung dengan mata telanjang atau
dengan teropong.
Area Bus-bar terbebas
dari benda-benda
asing
Area bus-bar harus terbebas dari benda-benda
asing baik yang bersifat konduktor (layang-
layang dengan benang terbuat kawat tembaga
dll) atau yang bersifat isolator (layang-layang
dengan benang nylon/plastik/katun, terpal plastik
dll). Pada kondisi normal kemungkinan benda
asing yang bersifat konduktor tidak
membahayakan (hanya menempel di ujung
serandang post),
Deteksi unjuk kerja kesiapan Bas-bar terhadap
terbebasnya dari benda benda asing adalah
dengan pengamatan visual secara langsung
dengan mata telanjang.


5.4. Pemisah
Pemisah adalah suatu alat
untuk memisahkan tegangan pada
peralatan instalasi tegangan tinggi.
Ada dua macam fungsi PMS, yaitu :

- Pemisah Tanah (Pisau
Pentanahan ) ;
Berfungsi untuk menghilangkan/
mentanahkan tegangan induksi .



- Pemisah Peralatan ;
Berfungsi untuk mengisolasikan
peralatan listrik dari peralatan lain
atau instalasi lain yang
bertegangan. Pms ini boleh
dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.

195


Gambar 5. 9 Pemisah.
Parameter PMS yang harus
diperhatikan adalah :
- Kemampuan mengalirkan arus
(Arus Nominal = Ampere )
- Kemampuan mengalirkan arus
ditentukan oleh besarnya
penampang dua batang
kontaktor, dengan demikian
permukaan sentuh dari keduanya
sangat menentukan. Apabila
sebagian permukaan kontak
terdapat kotoran (berkarat) akan
sangat mempengaruhi luasnya
penampang dan dalam batas
tertentu kontaktor akan menjadi
panas.
- Kemampuan tegangan ( Rating
Tegangan = kV )
- Tegangan operasi PMS dapat
dilihat dari kekuatan isolasinya.
Semakin tinggi tegangan akan
semakin panjang/tinggi isolator
penyangga yang dipergunakan.
- Kemampuan menahan Arus
Hubung Singkat ( kA : Kilo
Ampere )
Apabila terjadi hubung singkat,
dimana arus hubung-singkat
berlipat kali arus nominalnya, dalam
waktu singkat ( detik ) PMS harus
mampu menahan dalam batas yang
diijinkan.
Besaran parameter tersebut
dapat dibaca pada name plat yang
terpasang pada PMS.
Disamping itu parameter yang
berkaitan dengan mekanik
penggerak adalah :
- Tekanan udara kompresor (bila
menggunakan tenaga penggerak
pneumatik )
- Tekanan minyak hydrolik (bila
menggunakan tenaga penggerak
hydrolik ).

Menurut gerakan lengannya,
pemisah dapat dibedakan menjadi :

5.4.1. Pemisah Engsel
Dimana pemisah tersebut
gerakannya seperti engsel
PMS ini biasa dipakai untuk
tegangan menengah (20 kV, 6 kV )

5.4.2. Pemisah Putar
Dimana terdapat 2(dua) buah
kontak diam dan 2(dua) buah
kontak gerak yang dapat berputar
pada sumbunya.

5.4.3. Pemisah Siku.
Pemisah ini tidak mempunyai
kontak diam, hanya terdapat 2(dua)
kontak gerak yang gerakannya
mempunyai sudut 90.






196

Gambar 5. 10 Pemisah Siku

5.4.4. Pemisah Luncur.
PMS ini gerakan kontaknya keatas-kebawah ( vertikal) atau kesamping
(mendatar) Banyak dioperasikan pada instalasi 20 kV. Pada PMT 20 kV type
draw-out setelah posisi Off dan dilepas/dikeluarkan dari Cubicle maka pisau
kontaktor penghubung dengan Busbar adalah berfungsi sebagai PMS.


Gambar 5. 11 Pemisah Luncur








Dua kontak gerak

Mekanik penggerak


Tenaga penggerak PMS PMS ini dapat
dari motor maupun pneumatik (tekanan udara )
dan dapat dioperasikan dari panel kontrol.
Kontaktor berfungsi sebagai PMS

Tabung PMT

Untuk keperluan pemeliharaan,
PMT ini dapat dikeluarkan dari
kubikel/sel 20 kV dengan
cara menarik keluar secara manual
(draw-out).
Selesai pemeliharaan, PMT dapat
dimasukkan kem-bali ( draw-in )
dan pada posisi tertentu kontaktor
(berfungsi PMS) akan
berhubungan langsung dengan
Busbar 20 kV. Namun harus
dipastikan terlebih dulu sebelumnya
bahwa PMT dalam posisi Off.

197
PMT 20 kV draw-out
Pemisah Pantograph.
PMS ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak gerak yang
terletak pada ujung lengan pantograph. Jenis ini banyak dioperasikan pada
sistem tegangan 500 kV.
PMS 500 kV posisi masuk (On) PMS 500 kV posisi lepas (Off)




Gambar 5. 12 Pemutus
Tenaga penggerak PMS.
Jenis tenaga penggerak PMS dapat dibedakan :

Secara Manual
Pengoperasian PMS ini (mengeluarkan / memasukkan) secara manual dengan
memutar/menggerakkan lengan yang sudah terpasang permanen.

PMS 150 kV posisi masuk

Tenaga penggerak dengan motor
Motor penggerak ini terpasang pada box mekanik dimana box harus
dalam keadaan bersih. Secara periodik dilakukan pemeliharaan kebersihan
pada terminal kabel wiring, kontaktor-kontaktor dan dilakukan pelumasan pada
poros/roda gigi. Pintu box harus tertutup rapat agar semut atau binatang kecil
lainnya tidak bisa masuk kedalamnya.



Lengan
pantograph

198

Gambar 5. 13. Mekanik PMS dengan penggerak motor
Tenaga penggerak pneumatik (tekanan udara)
Tekan udara dapat diperoleh dari kompresor udara sentral yang terpasang
dalam rumah kompresor.













Gambar 5. 14. Mekanik PMS tekanan udara
Indikasi Unjuk Kerja.
Dalam pengoperasian PMS
terutama pada saat memasukkan,
yang harus diperhatikan adalah
posisi melekatnya kontak gerak
dengan kontak diam. Ada kalanya
terjadi bahwa bila PMS tersebut
dioperasikan secara remote dari
panel kontrol, lampu indikator
sudah menyatakan masuk (lampu
menyala merah) namon kondisi
diluar kedua kontaktor belum
melekat dengan normal. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan secara
visual (pandangan mata) yang
menyatakan kepastian bahwa
kedua kontaktor sudah melekat
sempurna.

Untuk mempertahankan unjuk
kerjanya yang optimal, PMS secara
periodik tahunan dilakukan
pemeliharaan bersamaan dengan
pemeliharaan peralatan yang
terpasang dalam satu bay.
Motor penggerak mekanik
Silinder udara penggerak
mekanik
199
Dalam pemeliharaan
dilaksanakan pembersihan pada
kontaktor dari kotoran-kotoran
(karat) dan setelah itu diberikan
pelumasan (greese). Pelumasan
juga diberikan pada peralatan
mekanik PMS yang terdapat roda-
gigi, tuas dsb.

5.5. Pemutus Tenaga.
Pemutus tenaga adalah alat
yang terpasang di Gardu Induk
yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutus
arus beban atau arus gangguan.
Pada waktu menghubungkan
atau memutus beban akan terjadi
tegangan recovery yaitu suatu
fenomena tegangan lebih dan busur
api.

Jenis media pemadam busur
api pada pemutus tenaga yaitu :
Gas, vaccum,minyak dan udara.
- PMT jenis gas ,menggunakan gas
SF6 (hexafluoride)
- Sifat-sifat gas SF 6: tidak berbau,
tidak berwarna,tidak beracun
- Sifat gas SF 6 sebagai bahan
pemadam busur : cepat kembali
sebagai dielektrik,Tidak terjadi
karbon selama terjadi busur,tidak
mudah terbakar thermal
conductivitnya yang baik, tidak
menimbulkan bunyi berisik.

5.5.1. Jenis Isolasi Pemutus
Tenaga
Pemadaman busur api listrik
saat pemutusan atau
penghubungan arus beban atau
arus gangguan dapat dilakukan
oleh beberapa macam bahan, yaitu
diantaranya : Gas, Udara, Minyak
atau dengan hampa udara
(Vacum).

PMT dengan media pemutus
dengan Gas. Media gas yang
digunakan pada tipe PMT ini adalah
Gas SF6 (Sulphur Hexafluoride).
Sifat-sifat gas SF6 murni ialah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak
beracun dan tidak mudah terbakar.

Pada temperatur diatas 150
o
C
gas SF6 mempunyai sifat tidak
merusak metal, plastik dan
bermacam-macam bahan yang
umumnya digunakan dalam
pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6
mempunyai kekuatan dielektrik
yang tinggi ( 2,35 kali udara ) dan
kekuatan dielektrik ini bertambah
dengan pertambahan tekanan.
Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik
dengan .
Pada masa lalu PMT dengan
media pemutus menggunakan SF6
ada 2 tipe, yaitu :
- Tipe tekanan ganda ( Double
Pressure Type ), dimana pada
saat ini sudah tidak diproduksi
lagi.
- Pada tipe tekanan ganda, gas
dari sistem tekanan tinggi
dialirkan melalui nozzle ke gas
sistem tekanan rendah selama
pemutusan busur api.
- Pada sistem gas tekanan tinggi
tekanan gas 12 kg/cm2 dan
pada sistem gas tekanan rendah,
tekanan gas 2 kg/cm2.
- Gas pada sistem tekanan rendah
kemudian dipompakan kembali ke
sistem tekanan tinggi. cepat,
setelah arus bunga api listrik
melalui titik nol.
200



GAMBAR 5.15 PMT Dengan Gas SF6 Bertangki Ganda

Satu Katup PMT Dengan Gas SF6 Bertangki Ganda Dalam Tanki Tertutup
Keterangan :
Sambungan terminal-terminal (Connection Terminals).
Isolator-isolator atas (Upper Insulators).
Jalan masuknya gas SF6 : 14 kg/cm2 ( SF6 inlet 14 kg/cm2 ).
Jalan keluarnya gas SF6 : 2 kg/cm2 ( SF6 outlet 2 kg/cm2 ).

Tipe tekanan tunggal ( single pressure type ).
Pada PMT tipe tekanan tunggal, PMT diisi dengan gas SF 6 dengan
tekanan kira-kira 5 kg/ cm2. Selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6
ditekan kedalam suatu tabung/cylinder yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan gas SF6 ditekan melalui nozzle dan
tiupan ini yang mematikan busur api.

201


GAMBAR 5.16 PMT Satu Katup 245 kV dengan Gas SF6
PMT Satu Katup 245 kV dengan Gas SF6
Keterangan :
1. Mekanisme penggerak ( operating mechanism ).
2. Pemutus ( Interupter )
3. Isolator penyangga dari porselen rongga (hollow support insulator
porcelen ).
4. Batang penggerak berisolasi glass Fibre (Fibre Glass Insulating Operating
Rod ).
5. Penyambung diantara no. 4 dan no. 12 ( Linkages Between 4 and 12 ).
6. Terminal - terminal.
7. Saringan ( filters ).
8. Silinder bergerak ( movable cylinder ).
9. Torak tetap ( fixed piston ).
10. Kontak tetap ( Fixed contact ).
5.5.2. PMT dengan Media
pemutus menggunakan
udara;

PMT ini menggunakan udara
sebagai pemutus busur api dengan
menghembuskan udara ke ruang
pemutus. PMT ini disebut PMT
Udara Hembus ( Air Blast Circuit
Breaker ) Pada PMT udara
hembus ( juga disebut compressed
air circuit breaker), udara tekanan
tinggi dihembuskan ke busur api
melalui nozzle pada kontak
pemisah ionisasi media antara
kontak dipadamkan oleh hembusan
udara. Setelah pemadaman busur
api dengan udara tekanan tinggi,
udara ini juga berfungsi mencegah
restriking voltage (tegangan pukul ).
Kontak PMT ditempatkan didalam
isolator, dan juga katup hembusan
udara.
202

Gambar 5.17 : PMT Udara Hembus

Gambar 5.18 : Ruangan Pemadam Busur Api Ganda Pada
Pmt Udara Hembus















203
Keterangan Gambar 5.17. dan 5.18
1. Tangki persediaan udara dari plat
baja.
2. Isolator berongga dari steatite/
porselin.
3. Ruangan pemadam busur api
ganda
4. Mekanis penggerak pneumatik.
5. Batang penggerak dari baja.
6. Katup pneumatik
7. Kontak tetap dari tembaga
8. Kontakbergerak dari tembaga
9. Terminal dari tembaga atau perak
10. Pegas penekan dari campuran
baja
11. Pelepas udara keluar adalah:

12. Tanduk busur api dari tembaga
13. Unit tahanan
14. Penutup dari porslain
15. Saluran

Pada PMT kapasitas kecil
isolator ini merupakan satu kesatuan
dengan PMTnya tetapi untuk
kapasitas besar tidak demikian
halnya.
Bagian Bagian Utama dari
PMT Udara Hembus ( Air Blast
Circuit Breaker ) untuk kapasitas
besar seperti gambar 5-19.

Gambar 5.19 : Ruangan Pemadam Busur Api Ganda Pada Pmt Udara Hembus
Bagian Bagian PMT Udara Hembus
Keterangan :
1. Ruangan pemutus tenaga (circuit breaker compartment).
2. Kontak Kontak (contact).
3. Pengatur Busur Api (arc control device).
4. Bagian penyangga( supporting compartment.
5. Katub hembus dan katub pembuangan (blast valve and exhaust valve).
6. Tangki (tank).
7. Mekanisme penggerak (operating mechanism).
8. Sistem udara tekan (comppressed air system).
204

5.5.3. PMT dengan Hampa Udara
(Vacuum Circuit Breaker )

Kontak-kontak pemutus dari
PMT ini terdiri dari kontak tetap dan
kontak bergerak yang ditempatkan
dalam ruang hampa udara. Ruang
hampa udara ini mempunyai
kekuatan dielektrik (dielektrik
strength) yang tinggi dan sebagai
media pemadam busur api yang
baik.
PMT jenis vacuum kebanyakan
digunakan untuk tegangan
menengah dan hingga saat ini
masih dalam pengembangan
sampai tegangan 36 kV.
Jarak (gap) antara kedua
katoda adalah 1 cm untuk 15 kV
dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV. Untuk
pemutus vacuum tegangan tinggi,
digunakan PMT jenis ini dengan
dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking
chambers) dibuat dari bahan antara
lain porcelain, kaca atau plat baja
yang kedap udara. Ruang kontak
utamanya tidak dapat dipelihara
dan umur kontak utama sekitar 20
tahun. Karena kemampuan
ketegangan dielektrikum yang tinggi
maka bentuk pisik PMT jenis ini
relatip kecil.





Gambar 5.20 PMT dengan Hampa Udara





205

Gambar 5.21 Pemutus dan PMT hampa udara

Pemutus dan PMT hampa udara
Keterangan gambar 5.21 :
1. Plat-plat penahan bukan bahan magnet
2. Rumah pemutus dari bahan berisolasi
3. Pelindung dari embun uap
4. Kontak bergerak
5. Kontak tetap
6. Penghembus dari bahan logam
7. Tutup alat penghembus
8. Ujung kontak

Kurva uji tegangan untuk mengetahui arus bocor pada breaking chamber
PMT Vacuum.



Arus bocor yang diijinkan ( HITACHI ) adalah = 1 mili Ampere.
Gambar 5.22 Kurva uji tegangan

kV
t.[=sec ]
30
1
0
3
1
206





Gambar 5.23. Sketsa ruang kontak utama (breaking chambers) PMT jenis
vaccum.


5.5.4. PMT dengan Media
pemutus menggunakan
Minyak.

Pemutus tenaga (circuit
breaker) jenis minyak adalah suatu
pemutus tenaga atau pemutus arus
menggunakan minyak sebagai
pemadam busur api listrik yang
timbul pada waktu memutus arus
listrik. Jenis pemutus minyak dapat
dibedakan menurut banyak dan
sedikit minyak yang digunakan
pada ruang pemutusan yaitu :
pemutus menggunakan banyak
minyak (bulk oil) dan menggunakan
sedikit minyak (small oil). Pemutus
minyak digunakan mulai dari
tegangan menengah 20 kV sampai
tegangan ekstra tinggi 425 kV
dengan arus nominal 400 A sampai
1250 A dengan arus pemutusan
simetris 12 kA sampai 50 kA.
Pada PMT ini minyak
berfungsi sebagai perendam
loncatan bunga api listrik selama
pemutusan kontak-kontak dan
bahan isolasi antara bagian-bagian
yang bertegangan dengan badan.

PMT dengan media pemutus
menggunakan banyak minyak (bulk
oil). PMT tipe ini ada yang
mempunyai alat pembatas busur
api listrik dan ada pula yang yang
tidak memakai seperti terlihat pada
gambar 5.24 dan 5.25.

207



gambar 5.24
PMT dengan Banyak
Menggunakan Minyak (Plain
Break Bulk Oil Circuit Breaker)
gambar 5.25
PMT Banyak Menggunakan
Minyak Dengan Pengatur Busur
Api (Bulk Oil Circuit Breaker With
Arc Control Device)

Keterangan gambar 5.24 dan 5.25 :

1. Tangki
2. Minyak dielektrik
3. Kontak yang bergerak
4. Gas yang terbentuk oleh dekomposisi minyak dielektrik ( hydrogen 70 % )
5. Alat pembatas busur api listrik
6. Kontak tetap
7. Batang penegang ( dari fiberglass )
8. Konduktor dari tembaga
9. Bushing terisi minyak atau tipe kapasitor
10.Konduktor ( tembaga berlapis perak )
11.Inti busur api listrik
12.Gas hasil ionisasi
13.Gelembung-gelembung gas

5.5. 5. PMT dengan Sedikit
Minyak (Low Oil Content
Circuit Breaker)

PMT dengan sedikit minyak ini,
minyak hanya dipergunakan
sebagai perendam loncatan bunga
api, sedangkan sebagai bahan
isolasi dari bagian-bagian yang
bertegangan digunakan porselen
atau material isolasi dari jenis
organik.

Pemutusan arus dilakukan
dibagian dalam dari pemutus.
Pemutus ini dimasukkan dalam
tabung yang terbuat dari bahan
isolasi. Diantara bagian pemutus
208
dan tabung diisi minyak yang
berfungsi untuk memadamkan
busur api waktu pemutusan.
Gambar potongan PMT tipe ini
dapat dilihat pada gambar 4.26
dibawah ini.


Keterangan :
1. Kontak tetap
2. Kontak bergerak
3. Ruangan pemutus aliran
4. Ruangan penyangga
5. Ruangan atas ( puncak )
6. Alat pemadam busur api
7. Kontak tetap
8. Penutup dari kertas bakelit
9. Batang penggerak
10.Katup pelalu
11.Terminal
12.Katup pembantu
13.Lobang gas

Gambar 5.26 PMT Sedikit Menggunakan Minyak

Pada jaringan PLN (persero)
P3B dijumpai beberapa merk dan
tipe pemutus minyak yaitu: Alsthom,
Asea, Magrini, Galileo, Merlin Gerin
dan Westinghouse. Pada prinsipnya
pemutus minyak tersebut sama
namun pada bahasan ini
dikemukakan pemutus minyak merk
ASEA tipe HLR yang sekarang
masih banyak dioperasikan
diwilayah kerja PLN P3B.

1. Fungsi Minyak Isolasi
Ketika kontak yang
menyalurkan arus terpisah
didalam kompartemen yang berisi
minyak, panas menyebabkan
penguraian minyak. Gas-gas yang
terbentuk karena penguraian
(decomposition), menyebabkan
tahanan bertambah. Tekanan yang
dibangkitkan oleh gas ,dipengaruhi
oleh desain pengendali busur api
(Arc control device), kecepatan
kontak bergerak dan energi oleh
busur api tersebut. Gas yang
mengalir pada daerah kontak akan
didinginkan dan dipecah. Kontak
akan diisi minyak yang dingin pada
waktu arus melalui titik nol.

Pengendali busur api
didasarkan pada prinsip axial flow /
cross flow. Axial flow untuk arus
sampai 15 kA dan cross flow > 25
kA.
Panas dari busur api
menyebabkan penguraian minyak
dan hasil dari penguraian adalah
gas hidrogen dan gas lain misalnya
Acytilene. Gas yang dihasilkan
didalam ruang control menaikan
tahanan. Gas yang dihasilkan pada
209
ruang penahanan busur adalah
fungsi dari panas busur api, waktu
busur sebagai fungsi dari langkah
kontak.
Pada waktu gelombang arus
menuju nol, diameter busur api
adalah kecil, dan gas yang mengalir
akan dapat memadamkan busur,
pemutusan busur api berhenti,
membangkitkan gas dan aliran
minyak.

5.6. Jenis Penggerak Pemutus
Tenaga

5.6.1. Mekanik Jenis Spering.

Mekanis penggerak PMT
dengan menggunakan pegas
(spring) terdiri dari 2 macam :
Pegas pilin ( helical spring )
Pegas gulung ( scroll spring )

Proses pengisian pegas
(Spring charger )
Biasanya untuk penggerak
pengisian pegas PMT dilengkapi
motor penggerak (7) Motor akan
menggerakkan roda pengisi (5)
pada batang pegas melalui (13)
roda perantara yang dihubungkan
dengan dua buah rantai.
Berputarnya roda pengisi (5),
mengakibatkan pegas penutup (3)
menjadi terisi (meregang). Pada
saat pegas penutup (3) terisi
(meregang) pada batas
maximumnya, maka motor (7) akan
berhenti.
Untuk meregangkan pegas
penutup ini juga dapat dilakukan
dengan cara manual dengan
menggunakan engkol (6).

Proses penutupan PMT(Closing
of Breaker). Dengan diberinya arus
penguat pada kumparan penutup
(16)_ atau dengan menekan push
button, maka hubungan antara
lengan interlock (1) dan pawl (2)
akan terlepas, sehingga batang
pegas (13) juga akan terlepas dan
pegas penutup (3) menjadi
mengendor.
Penghubung (12) pada batang
pegas (13) menggerakkan pawl
(11) sehingga berputar sepanjang
sektor penunjang (14) dengan
sudut 120
o
dan menutup PMT
melalui batang pemutus tenaga
(15). Dan bersamaan dengan itu
pegas pen-trip (4) akan terisi,
kemudian secara otomatis motor (7)
akan menggerakkan roda pengisi
(5) kembali untuk tenaga
pemasukkan selanjutnya.

Proses pembukaan PMT
(Tripping of Breaker). Dengan
diberinya arus penguatan pada
kumparan tripping (8) atau dengan
push botton akan melepas
hubungan antara tuas pengunci (9)
dan sektor penunjang (14) dan
akhirnya masuk ke dalam alur stop
groove (10). Pawl (11) didorong
oleh sektor penunjang (14) dan
menyebabkan terlepasnya pegas
pen-trip (4), menggerakkan batang
PMT (15) sehingga PMT trip dan
sektor penunjang (14) kembali pada
posisi semula.

210


Gambar : 5.27 Mekanik PMT dengan sistem pegas pilin
Keterangan Gambar : 5.27
1. Lengan interlock (interlocking arm)
2. Pawl
3. Pegas penutup (closing spring)
4. Pegas pembuka (tripping spring)
5. Roda pengisi (charging whell)
6. Engkol (crank)
7. Motor (electric motor)
8. Kumparan pembuka (triping coil)
9. Lengan interlock Interlocking arm)
10. Alur pemberhentian (Stop groove)
11. Pawl
12. Penghubung (cam)
13. Batang pegas (spring shaft)
14. Sektor penunjang (guiding sector)
15. Batang PMT (circuit breaker shaft)
16. Kumparan penutup (closing coil)

Jika rumah pegas penutup (2)
berputar 360
o
, maka pegas
penutup (1) akan terputar penuh,
dan selanjutnya sakelar pembatas
putaran motor (30) secara otomatis
akan memutuskan aliran listrik ke
motor. Sakelar pembatas putaran
motor (30) ini dikerjakan oleh tuas
pemindah (21) dan sistem
gabungan dari bingkai penggulung
pemindah (22) yang terpasang
pada rumah pegas penutup (2).

Pegas penutup (1) dapat juga
digerakkan secara manual dengan
menggunakankan engkol (25)
searah jarum jam. Penghubung
interlock (19) mencegah putaran
lebih lanjut dari engkol (25) jika
pegas penutup (1) telah berputar
penuh.

Penunjuk posisi pegas
penutupan (27) akan
memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah penutup (1)
terputar atau tidak, dimana
digerakkan oleh batang (20) yang
dihubungkan ke tuas pemindah
(21).

Proses penutupan PMT
(Closing of Breaker). Bila kumparan
penutup (16) mendapat impulse
listrik, maka bagian penahan (4)
akan terlepas atau dapat juga
dilepaskan dengan menggunakan
tuas pembuka penutupan (24).
211
Batang pegas penutup (3) akan
berputar searah jarum jam melalui
sudut 360
o
karena gaya terlepasnya
pegas penutupan (1) dan akan
bertumpu lagi dengan gigi jentera
penutup (7).

Penghubung (8) yang
disambungkan ke bagian penahan
(4) menumbuk bingkai penggulung
(10) pada tuas bingkai penggulung
(11) dan menyebabkan berputarnya
batang penggerak (12) melalui
sudut 60
o
ke posisi ON (I), artinya
sampai tuas penggulung (11)
berputar melalui grendel pen-trip
(15) yang menjaga tuas bingkai
penggulung (11) tersebut jangan
sampai kembali lagi.

Roda berat (6) yang
tersambung ke bagian penahan (4)
melalui kopling pergeseran (5)
meredam torsi dan energi yang
berlebihan. Sekarang penunjuk
posisi PMT (28) menunjukkan ON
(closed) dan pegas penutup tidak
berputar.

Proses pembukaan PMT
(Tripping of Breaker) Dengan
diberikannya arus penguatan pada
kumparan pen-trip (14) maka tuas
bingkai penggulung (11) akan
melepas atau digerakkan oleh tuas
pembuka pen-trip (23) melalui
grendel pen-trip (15), sehingga
batang penggerak (12) akan
berputar (karena gaya pegas pen-
trip yang dipasang pada base) kira-
kira 60
o
dan akan kembali ke posisi
OFF (0)





Gambar: 5.28 Mekanik PMT dengan sistem pegas gulung

212
Keterangan Gambar:
1. Pegas penutup (closing coil)
2. Rumah pegas penutup (closing spring housing)
3. Batang pegas penutup (closing spring shaft)
4. Bagian penahan (drag-piece)
5. Kopling pergeseran (fraction clutch)
6. Roda berat (flywheel)
7. Gigi jentera penutup (closing sprocket)
8. Penghubung (cam)
9. Bagian interlock (interlocking segment)
10. Bingkai penggulung (roller)
11. Tuas bingkai penggulung (roller lever)
12. Batang penggerak (operating shaft)
13. Roda gigi reduksi (reduction gear)
14. Kumparan pen-trip (trip magnet/tripping coil)
15. Grandel pen-trip (trip latch)
16. Kumparan penutup (closing magnet/closing coil)
17. Roda gigi reduksi (reduction gear)
19. Motor penggulung pegas (spring winding motor)
21. Penghubung interlock (interlocking cam)
22. Batang (shaft)
23. Tuas pemindah (change-over lever)
24. Bingkai penggulung pemindah (change-over roller)
25. Tuas pembuka pen-trip (trip release lever)
26. Tuas pembuka penutup (closing release lever)
27. Engkol (crank)
28. Roda gigi reduksi (reduction gear)
29. Penunjuk posisi pegas penutup (closing spring position indicator dial)
30. Penunjuk posisi (breaker position indicator dial)
31. Penghubung (link)
32. Sakelar pembatas putaran (motor run limit switch)
33. Sakelar pembantu (auxiliary switch)
34. Penghubung ke sakelar pembantu (linkage for auxiliary switch)

5.6.2. Mekanik Jenis Hidrolik

Penggerak mekanik PMT
hydraulic adalah rangkaian
gabungan dari beberapa komponen
mekanik,elektrik dan hydraulic oil
yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai
penggerak untuk membuka dan
menutup PMT. Sebagai gambaran
dasar dapat dilihat pada gambar A
dan gambar B.
1. Penggerak mekanik hydraulic

Prinsip kerja penggerak
mekanik hydraulic PMT FX 12 dan
FX 22 buatan GEC ALSTHOM
adalah sebagai berikut : Energi
yang dihasilkan dengan bantuan
media minyak hydraulic bertekanan
dan berstabilitas tinggi.

Sebuah pompa akan memompa
minyal hydraulic dan dimasukan
213
kedalam akumulator (1) , dimana di
dalam tabung akumulator terdapat
gas N2 yang berfungsi sebagai
stabilisasi. Pilot valve solenoid
meneruskan minyak menuju valve
utama dan dari sini akan menuju
tabung actuator ( hydraulic RAM
(3) ) dan mendorong piston (2)
kearah atas , maka moving kontak
(5) akan masuk.

Diagram fungsi hydraulic tipe
FX 12 / FX 22. Peralatan seperti
tersebut diatas dapat berfungsi
baik, jika dilakukan pemeliharaan
secara rutin sesuai prosedur yang
telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya.
Penyimpangan fungsi peralatan
terhadap standard yang dikeluarkan
pabrik pembuat PMT, dapat
dimonitor dengan cara melakukan
pengujian / pengukuran pada tiap
fungsi dari peralatan system
hydraulic.
2. Penggerak Mekanik PMT
Hidraulic

a. Bagian utama ( power part )
Peralatan/komponen terpa-
sang pada bagian ini adalah RAM,
Akumulator, Valve utama dan lain
lain, yang terpasang dibagian
bawah iterupting chamber pada
masing masing fasa, seperti
gambar 5.29

b. Bagian pemicu (pilot part )
Peralatan / komponen
terpasang pada bagian ini adalah
closing elektrovalve , triping
elektrovalva , intermediate valve
dan lain lain , yang terpasang
dibagian bawah iterupting chamber
tiap fasa pada PMT single pole dan
PMT Three pole terpasang pada
fasa tengah ( S ). seperti gambar
5.30


.












Gambar 5.29 Bagian utama penggerak PMT
Keterangan :
1. : RAM 12 Expansion Receiver
17: Main valve 18 Storage accumulator



214














Gambar 4.30 Bagian pemicu ( pilot part )
c. Bagian pendukung ( aux part )
Peralatan / komponen terpasang pada bagian ini adalah pompa ,
indicator RAM . pressure switch , main oil reccive ( tangki utama ) dan lain lain
, yang terpasang pada box control tiap tiap fasa untuk PMT single pole dan
untuk Three pole terpasang pada fasa tengah ( S).
















Gambar 5.31 pendukung PMT
Keterangan :
17 : Storage accumulator
18 : Indicator RAM
20 : Motor pompa
21 : Emergency Hand lever
22 : Oil receiver
25 : Non return valve
26 : Safety valve
27 : Distribution Blok
28 : Plug
29 : Presure Switch

Ketiga bagian seperti tersebut
pada butir 1 s/d 3 diatas , saling
berkaitan satu sama lainya dan
saling mendukung. Jika salah satu
Keterangan :
10 : Closing eletrovalve
13 : Intermediate valve
19 : Triping electro valve
E : Closing electro magnet
D : Triping electromagnet
215
komponen/bagian tertentu
mengalami kerusakan, maka sistem
hydraulic secara keseluruhan tidak
dapat berfungsi baik.





3. Skematik Diagram Hydraulic
Dan Electrical
Skematik diagram sistem
hydraulic dan elektrik berikut,
merupakan schematic sederhana
untuk memudahkan pemahaman
cara kerja system hydraulic dan
keterkaitannya dengan system
elektrik.



































Gambar .5. 32 Skematik diagram hydraulic

216
Cara Kerja :
Pada kondisi PMT membuka/
keluar, sistem hidrolik tekanan
tinggi tetap pada posisi seperti pada
gambar piping diagram, dimana
minyak hidrolik tekanan rendah
(warna biru ) bertekanan sama
dengan tekanan Atmosfir.dan
(warna merah) bertekanan tinggi
hingga 360 bar.

Berikut ini akan di jelaskan
langkah langkah kerja sistem
hidrolik PMT di maksud.

5.6.3. Penutupan PMT
Pada saat diberikan perintah
close/penutupan, Elektromagnet (E)
bekerja dan closing pilot valve (10)
membuka. Hal tersebut
mengakibatkan minyak hidrolik
bertekanan tinggi masuk dan
mengalir melalui pipa saluran (1),(2)
dan (7)
Minyak hidrolik pada pipa
saluran (1) mendorong piston (3)
dan menutup saluran minyak pada
pipa (11) menuju tangki (12). Disisi
lain membuka valve (13). Kemudian
minyak hidrolik tekanan tinggi
masuk ke pipa saluran (4).
Minyak hidrolik pada pipa
saluran (4) mendorong piston (5)
dan menutup saluran minyak pada
pipa (14) menuju tangki (15). Disisi
lain , membuka valve (16) dan
mengakibatkan minyak hidrolik
tekanan tingggi mengalir dari tangki
akumulator (17) melalui pipa (6)
dan mendorong piston (8),akibatnya
stang piston bergerak ke atas dan
PMT masuk.
Setelah PMT masuk sempurna ,
closing valve (10) menutup. Valve
(13) dan (16) tetap berada pada
posisi membuka sehingga minyak
hidrolik tekanan tinggi pada pipa
(1),(2) dan (7) mempertahankan
posisi piston (3) dan piston (8).
Selama PMT dalam kondisi
masuk , posisi auc kontak (I) , pada
posisi sebaliknya , Sehingga closing
Elektromegnet (E) tidak kerja dan
sementara opening electromagnet
(D) siap kerja.

5.6.4. Pembukaan PMT
Pada saat diberikan perintah
open (pembukaan) , Elektromagnet
(D) kerja dan opening pilot valve
(19) membuka, lalu minyak hidrolik
yang berada pada pipa saluran (1) ,
(2) dan (7) mengalir menuju tangki
(12) ,akibatnya piston (3) kembali
pada posisi awal, sehingga minyak
pada pipa saluran (4) mengalir
minyak menuju tangki (12).
Valve (13) menutup dan piston
(15) kembali pada posisi awal ,
mengakibatkan Valve utama (16)
menutup dan minyak hirolik tekanan
tinggi mengalir menuju tangki (15)
melalui pipa saluran (14).
Minyak hidrolik pada ruang (F
1
)
berubah menjadi bertekanan
rendah, piston (8) bergerak
kebawah dan PMT membuka.
Setelah PMT membuka ,
Triping pilot valve (19) menutup
.Valve (13) dan (16) tetap pada
posisi menutup. Selama PMT
dalam kondisi keluar , posisi aux
kontak (I) berada pada posisi
seperti pada gambar sehingga
opening elektomagnet (D) tidak
kerja dan sementara closing
elektomagnet (E) siap kerja.

1.Mekanik jenis pneumatik.
Pada umumnya tujuan
pemeliharaan peralatan adalah
217
untuk mempertahankan kondisi
optimal dari peralatan tersebut,
sehingga pada gilirannya dapat
mempertahankan keandalan dan
nilai ekonomis dari peralatan
tersebut.
Bila membicarakan system
pnuematic pada PMT, maka harus
juga dibahas mulai dari kompressor
unitnya sampai kepada bagian yang
menggerakkan rod untuk fixed dan
moving contactnya.
Dalam pelaksanaan pengujian
konsumsi udara pada PMT dengan
media penggerak mekanis
(operating mechanism) pnuematic
harus dilakukan percobaan Open-
Close Open (O-C-O) dengan
energi yang tersimpan (storage
energy) dalam sistem pnuematic
PMT tersebut, sehingga PMT
tersebut mampu melaksanakan
fungsi auto reclose.

Bila melakukan pembukaan
atau pengerasan posisi mur baut
agar memperhatikan tingkat
kekerasan moment (lihat
rekomendasi pabrikan) tidak
disarankan menggunakan kunci
yang tidak dilengkapi dengan
pengukur moment.


Gambar 5.32 proses drainase air yang terkondensasi dari dalam tangki udara


2. Mekanik jenis air blast.
PMT dengan sistem udara
hembus atau disebut juga dengan
Air Blast Circuit Breaker, dalam
operasinya PMT jenis ini
memerlukan udara tekanan tinggi
dengan sistem tekanan 180 bar,
150 bar dan 30 bar , fungsi dari
udara tekan tersebut adalah
sebagai media pemadam busur api
pada saat pemutusan arus dan juga
219
sebagai penyedia energi untuk
mekanik penggerak PMT.

a. Sistem Udara Tekan

Udara tekan dihasilkan oleh
sistem kompresor sentral tekanan
tinggi dengan output tekanan 180
bar yang ditampung dengan
reservoir berbentuk bola dan botol,
jumlah kompresor dan reservoir
adalah tergantung dari jumlah PMT
yang dilayani, Udara tekan 180 bar
dari reservoir didistribusikan ke
semua Marshalink Kiosk di masing-
masing PMT, dan pada MK tersebut
udara tekan 180 bar diturunkan
menjadi 150 bar melalui reducing
valve, PMT udara hembus bekerja
dengan system tekanan 150 bar
dan 30 bar, Untuk operasi PMT
pada masing-masing pole PMT
disediakan botol reservoir untuk
tekanan 150 bar, udara tekanan 30
bar didapat dari reducing valve dari
150 bar menjadi 30 bar yang
ditempatkan pada control block
PMT yang ditempatkan pada pole
tengah.
M
KOMPRESOR
RESERVOIR
SISTEM 180 BAR
SISTEM 150 BAR
MK MK MK MK

Gambar 5.33 Proses drainase air yang terkondensasi dari dalam tangki udara

Untuk mengetahui Indikasi gas SF 6 dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Indikasi gas SF 6

Indikasi
keterangan
SF 6 low presure alarm

Indikasi ini menunjukan tekanan gas SF6 pada
PMT berkurang ,sehingga kontak desity meter
akan menutup dan mengirim sinyal ke panel
kontrol SF 6 low presure alarm dan bel
berbunyi
219
SF 6 low presure triping

Indikasi ini menunjukan tekanan gas SF6 pada
PMT berkurang ,sehingga kontak desity meter
akan menutup dan mengirim sinyal trip PMT
primer atau sekunder dan mengirim sinyal ke
panel kontrol SF 6 low presure triping dan bel
berbunyi .
Circuit breaker poles
discrepancy

Indikasi menujukan bahwa ada
ketidakserempakan fasa fasa menutup,
sehingga rele discrepancy bekerja mengirim
sinyal trip ke PMT dan mengirim sinyal ke panel
kontrol . Circuit breaker poles discrepancy dan
bel berbunyi.
Breaker failure operated

Indikasi menunjukan rele breaker failure
bekerja,kontak rele breaker menutup memberi
sinyal trip pada PMT dan PMT yang lain yang
satu rel(bus) dan mengirim sinyal ke panel
kontrol Breaker failure operated dan bel/ klakson
berbunyi.
Healty trip 1-2 alarem Indikasi menunjukan ada gangguan sistem
pemantau rangkaian trip PMT melihat ada
ketidaknormalan ( coil trip putus,) dan mengirim
alarm ke panel kontrol Healty trip 1-2 alarem
dan bel berbunyi
SF6 low pressure
alarem

Indikasi ini menujukan bahwa tekanan atau
kerapatan gas didalam tabung PMT
berkurang,karena bocor atau suhunya turun
drastis ,maka kontak menometer atau density
menutup dan mengirim sinyal ke panel kontrol
SF6 low pressure alarm bel berbunyi
Auto reclose in progress Indikasi menunjukan rele recloser bekerja ,kontak
rele mengirim sinyal ke panel kontrol dengan
indikasi Auto reclose in progress bel berbunyi
CB hydraulik pump
failure
Indikasi menunjukan motor pompa hidraulik
untuk pengisi tekanan hidraulik tidak bekerja,
kontak rele /aux .rele mengirim sinyal ke panel
kontrol mengiri CB hydraulik pump failure dan
bel berbunyi.
CB pressure SF6 failure
step 1

Indikasi ini menujukan bahwa tekanan atau
kerapatan gas didalam tabung PMT
berkurang,karena bocor atau suhunya turun
drastis ,maka kontak menometer atau density
menutup dan mengirim sinyal ke panel kontrol
CB pressure SF6 failure step 1 bel berbunyi
CB pressure SF6 failure
step 2
Indikasi ini menujukan bahwa tekanan atau
kerapatan gas didalam tabung PMT
220
berkurang,karena bocor atau suhunya turun
drastis ,maka kontak menometer atau density
menutup dan mengirim sinyal blok ke PMT dan
mengirim sinyal ke panel kontrol CB pressure
SF6 failure step 2 bel berbunyi.
CB trip Indikasi menunjukan PMT trip ,dan kontak bantu
PMT mengirim sinyal ke panel kontrol CB trip dan
bel berbunyi

5.7. Kompensator

Kompensator didalam sisitim
Penyaluran tenaga Listrik disebut
pula alat pengubah fasa yang
dipakai untuk mengatur jatuh
tegangan pada saluran transmisi
atau transformator dengan
mengatur daya reaktif atau dapat
pula dipakai untuk menurunkan rugi
daya dengan memperbaiki faktor
daya, alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer
yang berputar adalah kondensator
sinkron dan kondensator asinkron
sedang yang stationer adalah
kondensator statis dan reaktor
shunt, yang berputar baik yang
dipakai fasa terdahulu ( Leading )
atau terbelakang (logging) dapat
diatur secara kintinyu, tetapi alat ini
sangat mahal dan pemeliharaannya
rumit sedangkan di PLN belum
terpasang sehingga dalam tulisan
ini tidak dibahas lebih lanjut, alat
yang stationer sekarang banyak
dipakai , tegangannya mudah diatur
dengan penyetelan daya reaktif
secara bertingkat mengikuti
perluasan sistem tenaga listrik. Alat
yang stationer adalah kapasitor
shunt dan reaktor shunt.



Gambar 5.34. Kompensator


Kapasitor Terdapat beberapa
kompensator yang dihubungkan
secara serie antara capasitor
dengan transmisi, hal ini bertujuan
untuk melawan arah dari effek
hubungan serie dari raktansi
induktif dari pada transmisi
Peningkatan kualitas tegangan
atau faktor daya disisi pemakai
tenaga listrik dapat dilakukan baik
dari sisi pembangkit dengan
pengaturan arus medan magnit
maupun dari sisi pemakai yaitu
dengan pengaturan daya reaktif.
Pengaturan arus medan magnit
sangat dibatasi oleh kapasittas
nominal pembangkit itu sendiri , jika
beban mempunyai komponen
induktif yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan komponen
kapasitif maka untuk memperbaiki
faktor kerja dibutuhkan daya reaktif
V2

Xc
222
kapasitif , sedangkan untuk beban
komponen kapasitif reaktif lebih

besar dibandingkan dengan
komponen induktif maka untuk
memperbaiki faktor kerja diperlukan
daya reaktif induktif untuk
menkompensir daya reaktif
kapasitif.


5.7.1. Kapasitor Shunt
Sebagai unit, ada kapasitor 1
phasa dan kapasitor 3 phasa. Pada
saluran distribusi dipakai kapasitor
3 phasa, sedangkan pada sistem
tegangan tinggi dan kapasitasnya
besar dipakai kapasitor 1 phasa
yang dihubungkan secara bintang.
Gambar 5.35 menunjukkan suatu
susunan kapasitor yang terdiri dari
kapasitor itu sendiri , reaktor seri
yang berfungsi untuk menjaga agar
susunan kapasitor tetap induktif.
Dan komponen pelepas yang
berfungsi menghilangkan muatan
listrik pada susunan kapasitor saat
kapasitor dilepas untuk maksut
pemeliharaan.









Gambar 5.35 Pemasangan Kapasitor Shunt









Gambar 5.36 : Kapasitor Shunt.










222














Gambar 5.37 Pemasangan Kapasitor pada sistem

1. Parameter unjuk kerja kapasitor.
Untuk mengetahui Parameter unjuk kerja kapasitor dapat dilihat pada
tabel 5.3
Tabel 5.3 Parameter unjuk kerja kapasitor

MVAR Meter berfungsi untuk mengukur daya reaktif.
KV Meter berfungsi untuk mengukur tegangan kapasitor.
Ampere Meter berfungsi untuk mengukur arus kapasitor
Indikator Unbalance
rele
indikasi ini akan muncul apabila unbalance rele
bekerja yang disebabkan terjadinya kerusakan
salah satu unit kapasitor.

5.7.2. Reaktor
Ada dua macam reactor,
Reaktor shunt dipasang untuk
kompensator transmisi dan Reaktor
netral untuk kompensator
transformator, dibandingkan
dengan tarnsformator getaran dan
suara dengungnya lebih besar oleh
karena itu pada umumnya
kepadatan flux inti besinya dibuat
rendah , dengan tidak mengabaikan
segi ekonomisnya. Selain itu
dipakai tangki tahan suara yang
berdinding rangkap, Untuk
pendinginan pada umumnya
dipakai dengan minyak yang
dipaksa dan udara yang ditiup.


Untuk mengetahui Indikasi relai dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Indikasi gas SF 6

MVAR Meter berfungsi untuk mengukur daya reaktif.
Buchholz relai.

Berfungsi untuk mengamankan reactor timbulnya
gas didalam minyak isolasi, sebagai pengaman
reaktor relai ini dilengkapi dua tingkat monitor yaitu
CB
DC SC DC
SR
CB : Pemutus tenaga.
DC : Kumparan pelepas.
SC : Reaktor seri.
223
tingkat pertama warning dan tingkat kedua
mentripkan PMT.
Magnetik Oil Level.

Berfungsi untuk memonitor ketinggian minyak,
pada minimum atau maksimum oil level akan
muncul tanda peringatan (warning ).
Presure Relief
Device.

Berfungsi mengamankan tangki reactor apabila
terjadi tekanan lebih didalam tangki, alat ini akan
mentripkan pemutus tenaga pada tekanan 0.7 bar
Oil temperature
indicator
untuk mengukur suhu minyak rector , pada suhu 95
C warning dan pada suhu 130 C mentripkan
pemutus tenaga
Winding
temperature
indicator
untuk mengukur suhu lilitan , pada suhi 115 C
warning dan pada suhu 130 C mentripkan
pemutus tenaga
Gas collecting
divice
untuk mengetahui apabila terjadi produksi gas
didalam minyak isolasi
Silicagel breather
for conservator
apabila silicagel sudah berubah berwarna merah
muda maka sudah berubah berwarna merah muda
maka sudah tidak dapat lagi menyerap
kelembaban dan silicagel harus diganti

5.8. Peralatan Scada dan
Telekomunikasi.

Sejarah Sistem Power Line
Carrier (PLC). Sistem Power Line
Carrier (PLC) mulai ditetapkan di
Amerika Serikat sejak tahun 1920-
an dan pada tahun 1919 pertama
kali didemonstrasikan penggunaan-
nya oleh General Electric Co.
Pertama kali PLC digunakan hanya
untuk komunikasi suara saja dan
baru pada tahun 1930 digunakan
pula untuk mengatur relai-relai
proteksi. Setelah empat puluh lima
tahun masa pengoperasiannya,
PLC dapat digunakan untuk
penyediaan kanal-kanal transmisi
data.
Di Indonesia sistim PLC mulai
dioperasikan di Jawa Timur,
selanjutnya di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatera Barat dan
Sumatera Utara. Sejak tahun 1975
sistem PLC di Indonesia mulai
dikembangkan penggunaannya
untuk pengoperasian relai-relai
proteksi dan tahun 1980-an mulai
digunakan untuk transmisi data
yang dihubungkan perangkat
komputer.

5.8.1. Prinsip Dasar PLC
Sistem PLC yang digunakan
oleh suatu perusahaan listrik
menggunakan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Ekstra Tinggi
(SUTET) sebagai media
transmisinya. Dalam PLC, sinyal
yang dikirimkan atau disalurkan
adalah komunikasi suara dan
komunikasi data serta tele proteksi.
Sistem PLC menggunakan
frekuensi 50 KHz sampai dengan
500 KHz.

Pada dasarnya sistim PLC
adalah jaringan radio yang
224
dihubungkan oleh jaringan listrik
yang bertindak sebagai antenanya.
Yang diperlukan dalam PLC adalah
hantarannya dan bukan tegangan
yang terdapat pada penghantar
tersebut.
Oleh sebab itu bila penghantar
tak bertegangan maka PLC akan
tetap berfungsi asalkan penghantar
tersebut tidak terputus. Dengan
demikian diperlukan peralatan yang
berfungsi memasukkan dan
mengeluarkan sinyal informasi dan
energi listrik di ujung-ujung
penghantar. Gambar blok diagram
PLC seperti terlihat pada gambar
4.38.



Gambar 5.38. Blok Diagram PLC

5.8.2. Peralatan Kopling

Untuk memungkinkan
konduktor saluran tegangan tinggi
digunakan sebagai media
perambatan sinyal informasi, maka
dibutuhkan suatu peralatan kopling
yang berfungsi: Melalukan suatu
bidang frekuensi pembawa dari
terminal PLC kesaluran tegangan
tinggi dan sebaliknya, dengan
mengusahakan rugi-rugi redaman
sinyal serendah mungkin.
Melindungi peralatan
komunikasi dari tegangan yang
yang berlebihan. Memberikan
impedansi tinggi terhadap frekuensi
pembawa yang berfrekuensi tinggi
agar tidak dipengaruhi oleh
peralatan yang terdapat pada gardu
induk

225


Gambar 5.39. Coupling Device

5.8.3. Kapasitor Kopling

Kapasitor kopling tegangan
tinggi adalah sebagai alat
penghubung antara peralatan sinyal
pembawa yang berfrekuensi tinggi
dengan konduktor kawat fasa yang
bertegangan tinggi, serta untuk
keperluan pengukuran yang
bertegangan rendah.

Secara fisik alat ini terdiri atas
susunan beberapa elemen
kapasitor mika/kertas yang
dihubungkan secara seri serta
dicelupkan/direndam kedalam
minyak. Sebagai tempat kedudukan
elemen dan minyak tadi, dibuat dari
bahan dielektrik porcelin yang
berbentuk silinder dan bagian
porcelin tadi dibuat semacam
sayap-sayap yang tersusun untuk
mencegah mengalirnya secara
langsung curah hujan dari sisi
tegangan tinggi kesisi tegangan
rendah atau ke tanah yang bias
mengakibatkan terjadinya
hubungan singkat.

Penampang dari kapasitor
kopling yang mendekati bentuk
fisiknya dengan susunan kapasitor
didalamnya dihubungkan dengan
peralatan potensial transformer.
Kapasitor jenis ini dikenal dengan
sebutan Capasitor Voltage
Transformer (CVT) yang digunakan
untuk keperluan pengukuran
tegangan yang dihubungkan
dengan voltmeter di panel kontrol.

Besarnya tegangan output yang
dihasilkan dari lilitan sekunder trafo
adalah 220 V yang merupakan
konversi dari besaran tegangan
tingginya. Untuk keperluan PLC
hanya kondensatornya saja yang
diperlukan sedangkan peralatan
potensial transformer untuk
keperluan tenaga listrik.

Suatu kapasitor memiliki sifat
berimpedansi rendah untuk
226
frekuensi tinggi dan berimpedansi
tinggi untuk frekuensi rendah. Atas
dasar itulah maka kapasitor kopling
disini berfungsi meneruskan
frekuensi tinggi yang dihasilkan dari
terminal PLC dan bemblok
frekuensi jala-jala 50 Hz yang
membawa energi listrik. Jika masih
ada frekuensi 50 Hz yang melalui
kapasitor kopling akan dibuang
ketanah melalui peralatan
pengaman. Besar kapasitas dari
kapasitor tersebut tergantung dari
kelas tegangan saluran transmisi
tenaga listrik yang digunakan.

5.8.4. Wave Trap
Tugas utama dari alat ini adalah
kebalikan dari kapasitor kopling
yaitu untuk meredam sedemikian
rupa sehingga frekuensi tinggi yang
membawa informasi tidak
disalurkan atau mengalir ke
peralatan gardu induk.
Untuk dapat melaksanakan
tugas tersebut maka impedansi
wave trap harus dapat melewatkan
frekuensi rendah 50-60 Hz yang
membawa arus listrik dan harus
mempunyai sifat berimpedansi
tinggi terhadap frekuensi tinggi
yang membawa sinyal informasi.

Karena wave trap dipasang seri
dengan kawat saluran udara
tegangan tinggi, maka harus
mampu dialiri arus listrik yang
sesuai dengan kemampuan arus
dari kawat tersebut. Selain itu juga
harus tahan terhadap tekanan-
tekanan baik berupa panas maupun
mekanis yang timbul karena
mengalirnya arus kerja yang besar
atau karena adanya arus hubung
singkat yang mungkin terjadi.

Berdasar kelas arusnya wave
trap ini mempunyai kapasitas arus
yang bermacam-macam diantara-
nya : 200 A, 400 A, 600 A, 800 A,
1250 A, 2000 A, dan 3500 A.



Gambar 5.40. Wave Trap 150 kV
227




Gambar 5.41. Wave Trap 500 kV

5.8.5. Prinsip Kerja Dasar Wave Trap
Prinsip kerja dasar yang digunakan adalah suatu rangkaian LC paralel,
yang terdiri dari tiga macam komponen seperti terlihat pada gambar berikut:





Gambar 4.42 Diagram Rangkaian Wave Trap

Kumparan Utama
Arrester
Kapasitor Penala
228
Dari rangkaian di atas akan
dapat suatu bentuk kurva
impedansi terhadap fungsi
frekuensi. Untuk menentukan
frekuensi resonansi agar dapat
meredam frekuensi dari terminal
PLC yang sudah tertentu, maka
dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:

. . . . 2
1
0
C L
F

=

dimana: F
0
= Frekuensi kerja
PLC
L = Induktansi (Henry)
C = kapasitansi (Farad)
Untuk membentuk frekuensi
resonansi tersebut, maka suatu nilai
dari kapasitor penala dapat
diketahui berdasarkan rumus di
atas. Jadi dalam hal ini yang
dilakukan penyetelan hanya
kapasitornya saja, sedangkan
kumparannya mempunyai harga
tetap.

Nilai induktansi tergantung dari
kebutuhan lebar bidang frekuensi
yang akan diredam. Nilai induktansi
yang banyak dipakai adalah 0,2
mH, 0,3 mH, 0,4 mH, 0,5 mH, dan 1
mH. Tegangan tembus dari
kapasitor penala biasanya cukup
tinggi yaitu antara 7.000 V dan
20.000 V, sedangkan kapasitor
penala terdiri dari elemen yang
berbeda-beda nilainya : 1,2 nF, 3,5
nF, 7 nF, 10 nF, 16 nF dan 24
nF. Dari keenam nilai elemen ini
dapat membuat bermacam-macam
kapasitas sesuai yang dikehendaki
dengan cara merangkainya secara
seri atau paralel.
Sebagai pengaman kapasitor
penala dan kumparan dari
pengaruh adanya petir dan
gangguan hubung singkat ke tanah
pada saluran, maka dipasang
arrester yang dihubungkan secara
paralel. Fakto-faktor lain yang harus
diperhitungkan adalah nilai
impedansi dan resistansi wave trap
harus lebih besar dari impedansi
saluran yaitu antara 300 sampai
dengan 600 ohm agar tidak terjadi
rugirugi sinyal pada saluran

229


Gambar 5.43. Wave Trap



Gambar 5. 44. Wave trap


230
1. Main coil 6. Bird barries
2. Tuning device 7. Terminal
3. Protective device 8. Lifting eye
4. Corona caps 9. Pedestal
5. Corona rings


5.8.6. Line Matching Unit (LMU)
Pada dasarnya penggunaan
line matching unit adalah untuk
menghubungkan kapasitor kopling
yang berimpedansi 300-600 Ohm
dengan terminal PLC yang
berimpedansi 75 Ohm.
Fungsi line matching unit yaitu:
a Menyesuaikan karateristik
impedansi saluran dengan
impedansi coaxial yang menuju
terminal PLC.
b Mengatur agar reaktansi
kapasitif dari kapasitor kopling
memberikan beban resistif bagi
alat pemancar sinyal pembawa
tersebut.
c Untuk dapat melaksanakan
fungsi di atas, peralatan line
matching unit dilengkapi
dengan komponen sebagai
berikut:
- Transformator penyeimbang.
- Kumparan.
- Peralatan pengaman.
- Kondensator.
- Hybrid.
Sebagai salah satu contoh,
berikut ini gambar yang
memperlihatkan type LMU




Gambar 5.45. LMU Untuk 1 Macam Frekuensi

231
Transformator T berfungsi
sebagai transformator penyeimbang
impedansi saluran tegangan tinggi
(Zo) dan kabel coaxial. Kumparan
induktansi L dan kapasitor frekuensi
tinggi Cs adalah untuk memberikan
beban resistif terhadap gelombang
pembawa. Besarnya induktansi L
dapat diatur sedemikian rupa
sehingga reaktansi induktif dari L
(XL) akan saling meniadakan
dengan reaktansi kapasitif yang
diberikan oleh kapasitor kopling
(Xc). Kapasitor Cs berfungsi pula
meredam frekuensi 50 Hz dari
kopling agar tidak mengalir melalui
kumparan L.




Gambar 5.46. Line Matching Unit

5.9 . Peralatan Pengaman
(Protection Device)

Protection device terdiri dari
komponen sebagai berikut:

a. Drain Coil
Berfungsi untuk menyalurkan ke
tanah atau membuang ke tanah
arus 50 Hz yang masih
terdapat di bagian bawah atau
tegangan rendah dari kapasitor
b. Kopling.
Karena Frekuensi tinggi dari
terminal PLC tidak boleh
dibuang ke tanah oleh drain coil
ini maka, alat ini harus
mempunyai karateristik sebagai
berikut:
Resistansi untuk arus DC harus
lebih kecil dari 6 .
Resistansi 50 Hz harus lebih
kecil dari 15 .
Resistansi pada frekuensi 40 s/d
500 kHz harus lebih besar dari
5 k.
Mampu dialiri arus permanen
1 A dan arus hubung singkat
sebesar 50 A selama 0,2 detik.
232



Gambar 5.47 Kurva Impedansi Drain Coil

5.8.1. Lightning Arester

Untuk pengamanan terhadap
gangguan petir, tegangan lebih
yang tiba-tiba, maka dipasang
arrester dengan batas kerja 350V.

a. Pemisah Tanah
Untuk pengaman bila petugas
akan melakukan pemeliharaan.

b. Peralatan Power Line Carrier
Indoor (Terminal PLC)

Disebut peralatan PLC indoor
karena perangkat ini terpasang
didalam ruangan khusus
telekomunikasi pada gardu
induk/pembangkit.
Pada prinsipnya terminal PLC
merupakan perangkat radio yang
terdiri dari rangkaian pemancar dan
penerima serta rangkaian penguat.
Sistem catu daya yang digunakan
pada umumnya 48 VDC dengan
kutub positif diketanahkan. Sesuai
dengan kebutuhan komponen
elektroniknya yang bertegangan
kerja berbeda-beda, maka
diperlukan pengubah tegangan
searah dari 48 V ke 24 V dan 12 V,
sedangkan tegangan 48 V
digunakan untuk rangkaian
penguat.
Daya pancar PLC umumnya
terdiri dari 10 W, 20 W, dan 40 W.
Dalam hal khusus untuk saluran
yang panjang sekali sehingga
redaman cukup besar, maka
dipasang terminal PLC dengan
daya pancar 160 W.
Sistem modulasi yang digunakan
adalah single side band dengan
dua kali modulasi yaitu frekuensi
perantara sebesar 16 kHz, 17 kHz,
atau 20 kHz dan modulasi kedua
yaitu frekuensi pembawanya sesuai
dengan frekuensi kerja PLC antara
50-500 kHz.
Lebar bidang frekuensi yang
diperlukan untuk satu kanal PLC
adalah 8 kHz, dimana 4 kHz untuk
pemancar dan sisanya untuk
penerima. Bidang 4 KHz adalah
bidang frekuensi standard untuk
mengirimkan informasi suara
manusia.



233
5.10. Aplikasi PLC

Penerapan sistim PLC digunakan sebagai media dari:
Komunikasi suara (telepon).
Teleproteksi.
Tele informasi data.


Gambar 5.48. Pengiriman Sinyal Suara

5.10.1. Komunikasi Suara

a. Sistem Pengiriman Sinyal
Apabila handset pesawat
telepon diangkat, maka akan
terdengar tone sebagai tanda
bahwa pemakai telepon siapuntuk
melaksanakan penekanan nomor
ke gardu induk yang dituju, dimana
pengaturannya diatur oleh PABX
(Private Automatic Branch
Exchange) Keluar dari PABX
diteruskan ke SSB PLC yang
berfungsi sebagai medianya yang
selanjutnya ke terminal lawan
setelah melalui LMU dan SUTT
.
















234
Sistem Penerimaan Sinyal

Gambar 4.49 Penarimaan Sinyal Suara

Sinyal akan diterima oleh SSB
PLC yang sebelumnya melalui
jaringan SUTT dan LMU. Oleh SSB
PLC diteruskan ke PABX, yang
berfungsi mengevaluasi ke pesawat
telepon yang dituju dari gardu induk
lawan.

5.10.2. Penggunaan Kanal Suara

Dengan lebar bidang pada kanal
suara sebesar 1.700 Hz yaitu
diantara 300 Hz sampai 1.200 Hz,
masih cukup baik untuk
menstransmisikan informasi suara
manusia sehingga tidak akan
merubah nada si pembicara.
Karena suara manusia tidak
tetap, maka sinyal amplitude akan
berubah-ubah pula. Agar amplitude
tidak tidak melewati batas pada
bagian pemancarnya, maka pada
kanal suara dilengkapi dengan
pembatas amplitudo yang biasa
disebut limitter.

5.10.3. Teleproteksi Protection
Signalling
Peralatan teleproteksi PLC
adalah merupakan alat bantu untuk
dapat memberikan percepatan
(transfer time) secara selektif pada
peralatan proteksi rele jarak. Pada
dasarnya prinsip kerja teleproteksi
PLC ini adalah memberikan kontak
yang diterima dari rele jarak suatu
gardu induk untuk diteruskan ke
rele jarak gardu induk lawannya
dengan melalui jaringan PLC.
Percepatan yang diperoleh pada
perangkat ini adalah maximum 20
milidetik dengan pengertian bahwa
diharapkan terjadi tripping dikedua
lokasi secara bersamaan.

Kontak-kontak dari peralatan
teleproteksi PLC ini dapat
235
digunakan tergantung pada
kebutuhan sistim proteksi, apakah
untuk sistim intertripping atau
blocking scheme. Kontak-kontak
tersebut dapat dibuat sebagai
normaly open (kontak kerja),
normaly closed (kontak lepas) atau
change over (kontak tukar).

Media transmisi mengambil
tempat didalam frekuensi telepon
(suara). PLC adalah media
transmisi spesifik yang cocok untuk
tele proteksi, dimana: PLC
menggunakan SUTT sebagai media
transmisinya, pembagian
menggunakan bandwidth 4 KHz
nya digunakan untuk perangkat
telepon dan sinyal. Suatu sinyal
dengan daya cukup besar
memungkinkan dapat dipancarkan
PLC (SSB) selama instruksi
berlangsung. Secara objektifitas,
instruksi yang ditransmisikan dalam
suatu alokasi band dengan tingkat
keandalan dan keamanan yang
tinggi, kriteria-kriterianya adalah
sebagai berikut:

Bebas dari pengaruh instruksi
palsu yang disebabkan noise level
dan berubahnya tingkat atenuasi
pada link, presentase yang rendah
terhadap instruksi yang tidak
sempurna pada saat noise link,
kecepatan pendeteksian penerima
terhadap gangguan. Hal ini
dimaksudkan agar tercapainya
keadaan terbaik antara keperluan
bandwidth dan transfer time disatu
pihak, keamanan dan keandalan
dilain pihak.



5.10.4.Remute terminal unit (RTU)
Tipe EPC 3200.

Pada keadaan hidup / ON tipe
RTU ini diindikasikan dengan bunyi
suara berdercik ( seperti suara
Jangkkrik ). Pada keadaan
berkomunikasi dengan Master
Station di RCC / JCC ( Regional
Control Center / Java Control
Center ) pada Modem MD 50, LED
Indikator TX dan RX menyala
secara bergantian. Pada keadaan
TIDAK berkomunikasi dengan
Master Station di RCC / JCC
(Regional Control Center / Java
Control Center ) Modem MD 50,
LED Indikator TIDAK menyala
secara bergantian. ( biasanya
hanya LED RX saja yang menyala.
Bila RTU tidak menerima sinyal
RX dari media komunikasi ( PLC /
FO ) maka pada modem MD 50,
LED Indikator warna merah akan
menyala. ( LED warna kuning
mengindikasikan bahwa MD 50
pada kondisi normal )

Bila pada RTU tidak ada satu
indicator pun yang menyala, maka
dapat dipastikan pasokan daya dari
DCDB atau dari MCB pada kubikel
RTU, jatuh / putus.

a. Tipe S-900.
Pada keadaan berkomunikasi
dengan Master Station di RCC /
JCC ( Regional Control Center /
Java Control Center ) pada Modem
MD 50, LED Indikator TX dan RX
menyala secara bergantian. (
Modem pada tipe S900 terletak
pada bagian paling atas RTU ).
Pada keadaan TIDAK
berkomunikasi dengan Master
Station di RCC / JCC (Regional
236
Control Center / Java Control
Center ) pada Modem MD 50, LED
Indikator TIDAK menyala secara
bergantian. ( biasanya hanya LED
RX saja yang menyala.
Bila RTU tidak menerima sinyal
RX dari media komunikasi ( PLC /
FO ) maka pada modem MD 50,
LED Indikator warna merak akan
menyala.

Langkah-langkah yang
diperlukan sesuai perintah dan
dapat dilakukan oleh operator GI
/Gitet adalah :

- Check Power Supply 48 Vdc
pada terminal DC.
- Check tahanan isolasi
- Reset RTU secara program
dengan cara : Pada Card tipe MP
49 ( terletak pada paling kiri atas
), posisi micro switch berwarna
BIRU dikeataskan dan
dikebawahkan kembali.
- Check tegangan Output pada
Card AI 01 dan Card AI 02 yang
terletak pada sebelah kanan
setiap rak RTU. Pada Card-card
ini masing-masing terdapat 2
(dua) LED indicator yang dalam
keadaan normal keduanya akan
menyala.
- Reset RTU secara manual
dengan cara : melakukan switch
off atau mematikan dan
menghidupkan kembali melalui
MCB yang terdapat di kubikel
RTU atau pada MCB pada DCDB
yang memasok RTU.

5.11. Simbul-simbul yang ada
pada Gardu Induk.
Bagan kutub tunggal di
gambarkan dengan simbol-simbol
yang mewakilkan bentuk dan fungsi
setiap peralat yang tersedia seperti
dijelaskan sbb:

Single line diagram gardu induk
adalah bagan kutub tunggal yang
menjelaskan sistem kelistrikan pada
gardu induk secara sederhana
sehingga memudahkan mengetahui
kondisi dan fungsi dari setiap
bagian peralatan instalasi yang
terpasang, untuk operasi maupun
pemeliharaan

















237

Simbul-simbul yang ada pada Gardu induk
Untuk mengetahui Simbul-simbul yang ada pada Gardu induk dapat
dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Simbul-simbul yang ada pada Gardu induk

No simbol keterangan
1

Pemutus Tenaga (PMT) berfungsi
sebagai alat untuk memutus dan
menyambung arus beban baik pada
kondisi normal maupun gangguan.
2

Pemisah (PMS) berfungsi sebagai alat
untuk memisahkan peralatan dari
tegangan. Terdiri dari pemisah
tegangan (PMS REL & PMS Line) dan
pemisah pentanahan.
3

Transformator Tenaga adalah
Transformator yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya.
4

Transformator Arus (CT) adalah trafo
instrument yang berfungsi untuk
merubah arus besar menjadi arus kecil
sehingga dapat diukur dengan Amper
meter.
5

Transformator Tegangan/Potensial
(PT) adalah trafo instrument yang
berfungsi untuk merubah tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah
sehingga dapat diukur dengan Volt
meter.
238
6

Netral Grounding Resistor (NGR)
adalah alat bantu untuk pengaman
peralatan Trafo tenaga, bila terjadi
hubung singkat pada sistem sekunder.
7

Vektor group adalah hubungan
kumparan tiga fasa sisi primer,
sekunder dan tertier yang dijelaskan
dengan angka pada jam.
5.11. Rele Proteksi dan
Annunsiator

Rele proteksi yaitu alat yang
bekerja secara otomatis untuk
mengamankan suatu peralatan
listrik dari akibat gangguan, atau
dengan kata lain yaitu untuk:
Menghindari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan
akibat gangguan.
Membatasi daerah yang terganggu
sekecil mungkin.
Memberikan pelayanan
penyaluran tenaga listrik dengan
mutu dan keandalan yang tinggi.

Simbul dan kode rele Proteksi
Untuk mengetahui Simbul dan kode rele Proteksi dapat dilihat pada
tabel 5.2

Tabel 5.2 Simbul dan kode rele Proteksi

NO
.
NAMA RELE SIMBOL K O D E
1. RELE jarak ( Distance relai ) Z < 21
2. RELE tegangan kurang
( Under voltage relai )
U < 27
3. RELE suhu ( Thermis relai )

49
4. Over current RELE instantaneous I > 50
5. RELE arus lebih dengan waktu tunda
( Time over current relai )
I > 51
6. RELE tegangan lebih
( Over voltage relai )
U > 59
7. RELE waktu tunda
( Time auxillirary relai )
62
8. RELE tekanan gas
( Gas pressure relai )
P 63
9. RELE hubung tanah
( Ground fault relai )
64
10. RELE arus lebih berarah
( Directional over current relai )
- 67
NGR
239
11. RELE penutup balik
( Reclosing relai )

79
12. RELE frekwensi
( freqwency relai )
f 81
13. RELE differensial ( Diffrential relai )
I
87
14. RELE bucholtz ( Bucholtz relai )

96







































240
Proteksi Penyaluran Tenaga Listrik
Peralatan listrik yang perlu diamanakan ( diproteksi ) antara lain sebagai berikut
: Trafo tenaga.

Gambar 5.50 : single line diagram trafo lengkap dengan system proteksi
Bay Penghantar dan koppel.
P51N
NP51G
87T
96T
63
26
S51-2 S51-1
PU
64V
241




Gambar 5.51 : single line diagram bay pengahantar dan bay Koppel lengkap
dengan system proteksi
Peralatan Kontrol dan Proteksi.
Panel Kontrol.
Bay Koppel dengan manual/synchrochek.

44S 51
242

Gambar 5.52. Peralatan Kontrol dan Proteksi
A A A V V
Nama panel bay
Ampermeter P111-P112-P113
Volt meter busbar P101
Volt meter busbar P101
Alarm annunciator H10 dan saklar tekans H100 :
mematikan suara alarm AAC/PB (white).
pengakuan. AC/PB (black).
rangkaian pereset R/PB (Red).
Tombol peuji nyala lampu LT/PB (Green
1
2 3 4 5
C V V
1. saklar tekan membuka PMT S1350
2. saklar pemilih remote dan supervise S2501
3. saklar tekan reset rele pembuka PMT S1701
4. saklar ON/OFF signal yang muncul. S2502
5. saklat tekan mematikan klakson/buzzer S19
saklar control dan ketidaksesuaian, S2242-
S2243-S2221-S2222.
signalling ketidaksesuaian, S2235-S2234
saklar control dan ketidaksesuaian, S2250.

annunciator penormalan H121-H122.
kunci saklar sinkronisasi S2550




saklar ketidaksesuaian 20 kV
S2251-S2252-S2253






243

Gambar 5.53. Peralatan Kontrol dan Proteksi

A
Nama panel bay
Ampermeter P111-P112-
V Volt meter
busbar P10
W Indikator
Alarm annunciator H10 dan saklar
tekans H100 :
mematikan suara alarm AAC/PB
(white).
pengakuan. AC/PB (black).
1
2 3 4
C V
1. saklar tekan membuka PMT S1350
2. saklar pemilih remote dan
supervise S2501
3. saklar tekan reset rele pembuka
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2221-S2222.

signalling ketidaksesuaian, S2234
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2250.
signalling ketidaksesuaian, S2235
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2228
signalling ketidaksesuaian, S2238



annunciator penormalan H121-
H122.
kunci saklar sinkronisasi S2550


A A
V
ar
V W
244

Gambar 5.54. Peralatan Kontrol dan Proteksi
A
Nama panel bay
Ampermeter P111-P112-P113
V Volt meter busbar P10
Alarm annunciator H10 dan saklar tekans H100 :
mematikan suara alarm AAC/PB (white).
pengakuan. AC/PB (black).
rangkaian pereset R/PB (Red).
Tombol peuji nyala lampu LT/PB (Green
1
2 3 4
C V
1. saklar tekan membuka PMT S1350
2. saklar pemilih remote dan supervise S2501
3. saklar tekan reset rele pembuka PMT S1701
4. saklar ON/OFF signal yang muncul. S2502
saklar control dan ketidaksesuaian, S2221-
S2222.

signalling ketidaksesuaian, S2234
saklar control dan ketidaksesuaian, S2250.
signalling ketidaksesuaian, S2235
saklar control dan ketidaksesuaian, S2228
signalling ketidaksesuaian, S2238



annunciator penormalan H121-H122.






Test Block X22-X11 untuk arus ( C ) dan
Tegangan ( V )

A A
V
245

Gambar 5.55. Peralatan Kontrol dan Proteksi

A
Nama panel bay
Ampermeter P111-P112-P113
V Volt meter busbar
P10
W Indikator
Alarm annunciator H10 dan saklar
tekans H100 :
mematikan suara alarm AAC/PB
(white).
pengakuan. AC/PB (black).
1
2 3
C V
6. saklar tekan membuka PMT S1350
7. saklar pemilih remote dan supervise
S2501
8. saklar tekan reset rele pembuka PMT
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2221-S2222.
signalling ketidaksesuaian, S2234
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2250.
signalling ketidaksesuaian, S2235
saklar control dan ketidaksesuaian,
S2228
signalling ketidaksesuaian, S2238
annunciator penormalan H121-H122.




saklar kontrol PMT 20 kv dan ketidak
sesuaian, S2251.
annunciator posisi PMS 20 kV H221-
H222.
A A
V
ar
V W
246
BAB VI
SISTIM PENTANAHAN TITIK NETRAL

6. 1. Sistem pentanahan titik
netral

Pada saat sistem tenaga listrik
masih dalam skala kecil, gangguan
hubung singkat ke tanah pada
instalasi tenaga listrik tidak
merupakan suatu masalah yang
besar. Hal ini dikarenakan bila
terjadi gangguan hubung singkat
fasa ke tanah arus gangguan masih
relatif kecil (lebih kecil dari 5
Amper), sehingga busur listrik yang
timbul pada kontak-kontak antara
fasa yang terganggu dan tanah
masih dapat padam sendiri. Tetapi
dengan semakin berkembangnya
sistem tenaga listrik baik dalam
ukuran jarak (panjang) maupun
tegangan, maka bila terjadi
gangguan fasa ke tanah arus
gangguan yang timbul akan besar
dan busur listrik tidak dapat lagi
padam dengan sendirinya.
Timbulnya gejala-gejala busur
listrik ke tanah (arching ground)
sangat berbahaya karena
menimbulkan tegangan lebih
transient yang dapat merusak
peralatan.

Apabila hal diatas dibiarkan,
maka kontinuitas penyaluran
tenaga listrik akan terhenti, yang
berarti dapat menimbulkan kerugian
yang cukup besar. Oleh karena itu
sistem-sistem tenaga listrik tidak
lagi dibuat terapung (floating) yang
lajim disebut sistem delta, tetapi titik
netralnya ditanahkan melalui
tahanan, reaktor dan ditanahkan
langsung (solid grounding).
Pentanahan itu umumnya dilakukan
dengan menghubungkan netral
transformator daya ke tanah,
seperti dicontohkan pada gambar
6.1. berikut.

















Gambar 6.1. Contoh Pentanahan Titik Netral Sistem.

TRAFO
TENAGA
RESISTOR
Sistem tegangan primer Trafo
Sistem tegangan sekunder Trafo
247
6.2. Tujuan Pentanahan Titik
Netral Sistem

Adapun tujuan pentanahan titik
netral sistem adalah sebagai
berikut :

1. Menghilangkan gejala-gejala
busur api pada suatu sistem.
2. Membatasi tegangan-tegangan
pada fasa yang tidak terganggu
(pada fasa yang sehat).
3. Meningkatkan keandalan
(realibility) pelayanan dalam
penyaluran tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi
tegangan lebih transient yang
disebabkan oleh penyalaan
bunga api yang berulang-ulang
(restrike ground fault).
5. Memudahkan dalam menentu-
kan sistem proteksi serta
memudahkan dalam menentu-
kan lokasi gangguan.

6.2.1.Sistem Yang Tidak Ditanah-
kan (Floating Grounding)

Suatu sistem dikatakan tidak
diketanahkan (floating grounding)
atau sistem delta. Jika tidak ada
hubungan galvanis antara sistem itu
dengan tanah, untuk jelasnya dapat
dilihat pada gambar 6. 2 berikut :
















Gambar 6. 2 Contoh Sistem yang Tidak ditanahkan

6.2.2. Metoda Pentanahan Titik
Netral

Metoda-metoda pentanahan titik
netral sistem tenaga listrik adalah
sebagai berikut
Pentanahan melalui tahanan
(resistance grounding)
Pentanahan melalui reaktor
(reactor grounding)
Pentanahan langsung (effective
grounding)
Pentanahan melalui reaktor
yang impedansinya dapat
berubah-ubah (resonant
grounding) atau pentanahan
dengan kumparan Petersen
(Petersen Coil).



Sistem tegangan primer
Sistem tegangan sekunder
Tanah Tanah
Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan
TRAFO
TENAGA
248
6.3. Pentanahan Titik Netral
Tanpa Impedansi
(Pentanahan Langsung/Solid
Grounding)

Sistem pentanahan langsung
adalah dimana titik netrral sistem
dihubungkan langsung dengan
tanah, tanpa memasukkan harga
suatu impedansi (perhatikan
gambar 6.3














Gambar 6.3 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral Tanpa Impedansi
(Pentanahan Langsung/Solid Grounding)

Pada sistem ini bila terjadi
gangguan phasa ke tanah akan
selalu mengakibatkan terganggu-
nya saluran (line outage), yaitu
gangguan harus di isolir dengan
membuka pemutus daya. Salah
satu tujuan pentanahan titik netral
secara langsung adalah untuk
membatasi tegangan dari fasa-fasa
yang tidak terganggu bila terjadi
gangguan fasa ke tanah.

Keuntungan :
- Tegangan lebih pada phasa-
phasa yang tidak terganggu
relatif kecil
- Kerja pemutus daya untuk
melokalisir lokasi gangguan
dapat dipermudah, sehingga
letak gangguan cepat diketahui
- Sederhana dan murah dari segi
pemasangan
Kerugian :
- setiap gangguan phasa ke
tanah selalu mengakibatkan
terputusnya daya
- arus gangguan ke tanah besar,
sehingga akan dapat
membahayakan makhluk hidup
didekatnya dan kerusakan
peralatan listrik yang dilaluinya

6.4 Pentanahan Titik Netral
Melalui Tahanan (resistance
grounding)

Pentanahan titik netral melalui
tahanan (resistance grounding)
dimaksud adalah suatu sistem yang
mempunyai titik netral dihubungkan
dengan tanah melalui tahanan
(resistor), sebagai contoh terlihat
pada gambar 6.3 dan rangkaian
pengganti ditunjukkan pada
gambar6.4


R
S
T
N
Z
R

Zs
Z
T

249















Gambar 6.4 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral melalui
Tahanan (Resistor)

Pada umumnya nilai tahanan
pentanahan lebih tinggi dari pada
reaktansi sistem pada tempat
dimana tahanan itu dipasang.
Sebagai akibatnya besar arus
gangguan fasa ke tanah pertama-
tama dibatasi oleh tahanan itu
sendiri. Dengan demikian pada
tahanan itu akan timbul rugi daya
selama terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Secara umum harga tahanan
yang ditetapkan pada hubung netral
adalah :

R =
I
V
f
Ohm

dimana :
R = Tahanan ( Ohm )
V
f
= Tegangan fasa ke netral
I = Arus beban penuh dalam
Ampere dari transformator.
Dengan memilih harga tahanan
yang tepat, arus gangguan ketanah
dapat dibatasi sehingga harganya
hampir sama bila gangguan terjadi
disegala tempat didalam sistem bila
tidak terdapat titik pentanahan
lainnya. Dalam menentukan nilai
tahanan pentanahan akan
menentukan besarnya arus
gangguan tanah.
Besarnya tahanan pentanahan
pada sistem tenaga listrik
(contohnya di PLN P3B Jawa Bali
Region Jabar), adalah sebagai
berikut :
- Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm
- Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm
atau 42 Ohm.
Jenis pentanahan (Resistor)
yang dipakai adalah jenis logam
(metalic resistor) atau jenis cairan
(liquid resistor), perhatikan gambar
6. 5, 6.6, 6.7 dan 6. 8










Gambar 6.5. Pentanahan
Grounding
Resistor
R
S
T
250











Gambar 5.6 Resistor Jenis Logam
(metalic resistor)












Gambar 5.7 Resistor Jenis


















Gambar 5.8. Resistor Jenis Cairan
(liquid resistor)
Pentanahan titik netral melalui
tahanan (resistance grounding)
mempunyai keuntungan dan
kerugian yaitu :
- Keuntungan :
Besar arus gangguan tanah
dapat diperkecil
Bahaya gradient voltage lebih
kecil karena arus gangguan
tanah kecil.
Mengurangi kerusakan
peralatan listrik akibat arus
gangguan yang melaluinya.

- Kerugian :
Timbulnya rugi-rugi daya pada
tahanan pentanahan selama
terjadinya gangguan fasa ke
tanah.
Karena arus gangguan ke tanah
relatif kecil, kepekaan rele
pengaman menjadi berkurang
dan lokasi gangguan tidak cepat
diketahui.

251

6.5.Pentanahan Titik Netral
Melalui Kumparan Petersen

Sistem pentanahan dengan
kumparan Petersen adalah dimana
titik netral dihubungkan ke tanah
melalui kumparan Petersen
(Petersen Coil). Kumparan
Petersen ini mempunyai harga
reaktansi (X
L
) yang dapat diatur
dengan menggunakan tap gambar
6.9. memperlihatkan petersen coil
yang terpasang di PT PLN
(Persero) P3B Region Jawa Barat,
yaitu pada sistem 30 kV Plengan-
Lamajan. Rangkaian pengganti
sistem pentanahan dengan
kumparan Petersen ditunjukkan
pada gambar 6.10.











Gambar 6. 9. Contoh Pemasangan Pentanahan Titik Netral dengan Kumparan
Petersen.







Gambar 6 10 .Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral dengan
Kumparan Petersen
Pada hakekatnya tujuan dari
pentanahan dengan kumparan
Petersen adalah untuk melindungi
sistem dari gangguan hubung
singkat fasa ke tanah yang
sementara sifatnya (temporary
fault), yaitu dengan membuat arus
gangguan yang sekecil-kecilnya
TRAFO
TENAGA
Sistem tegangan 70 kV
Sistem tegangan 30 kV Plengan-Lamajan
RESISTOR
Kumparan
Petersen
Kumparan
Petersen
R
S
T
252
dan pemadaman busur api dapat
terjadi dengan sendirinya.
Kumparan Petersen berfungsi untuk
memberi arus induksi (I
L
) yang
mengkonpensir arus gangguan,
sehingga arus gangguan itu kecil
sekali dan tidak membahayakan
peralatan listrik yang dilaluinya.
Arus gangguan ke tanah yang
mengalir pada sistem sedemikian
kecilnya sehingga tidak langsung
mengerjakan relai gangguan tanah
untuk membuka pemutusnya (PMT)
dari bagian yang terganggu.
Dengan demikian kontinuitas
penyaluran tenaga listrik tetap
berlangsung untuk beberapa waktu
lamanya walaupun sistem dalam
keadaan gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah, yang berarti
pula dapat memperpanjang umur
dari pemutus tenaga (PMT).
Sebaliknya sistem pentanahan
dengan kumparan Petersen ini
mempunyai kelemahan, yaitu sulit
melokalisir gangguan satu fasa ke
tanah yang bersifat permanen dan
biasanya memakan waktu yang
lama. Gangguan hubung singkat
yang permanen itu dapat
mengganggu bagian sistem yang
lainnnya. Oleh karena itu hubung
singkat tersebut tetap harus
dilokalisir dengan menggunakan
relai hubung singkat ke tanah
(Ground fault relai).
Pentanahan titik netral melalui
kumparan Petersen mempunyai
keuntungan dan kerugian yaitu :
- Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat
kecil sehingga tidak berbahaya
bagi mahluk hidup.
Kerusakan peralatan sistem
dimana arus gangguan mengalir
dapat dihindari.
Sistem dapat terus beroperasi
meskipun terjadi gangguan fasa
ke tanah.
Gejala busur api dapat
dihilangkan.

- Kerugian :
Relai gangguan tanah (ground
fault relai) sukar dilaksanakan
karena arus gangguan tanah
relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan
gangguan fasa ke tanah yang
menetap (permanen) pada
sistem.
Operasi kumparan Petersen
harus selalu diawasi karena bila
ada perubahan pada sistem,
kumparan Petersen harus
disetel (tuning) kembali.

6.6. Transformator Pentanahan
Bila pada suatu sistem tenaga
listrik tidak terdapat titik netral,
sedangkan sistem itu harus
diketanahkan, maka sistem itu
dapat ditanahkan dengan
menambahkan Transformator
Pentanahan (grounding
transformer), contoh gambar
pemasangan Trafo Pentanahan
seperti ditunjukkan pada gambar
6.11. berikut :







253










Gambar 6.11 Contoh Pemasangan Trafo Pentanahan
Transformator pentanahan itu
dapat terdiri dari transformator Zig-
zag atau transformator bintang-
segitiga (Y-). Trafo pentanahan
yang paling umum digunakan
adalah transformator zig-zag tanpa
belitan sekunder.
6.7. Penetapan Sistem
Pentanahan di Indonesia
Sistem 150 KV

Pentanahan netral sistem 150 KV
beserta pengamannya ditetapkan
sebagai berikut:
1. Pentanahan netral untuk sistem
ini adalah pentanahan efektif.
Penambahan reaktansi pada
netral sistem ini dimungkinkan
selama persyaratan pentanahan
efektif dipenuhi (X
0
/X
1
3)
2. Pengaman sistem dilaksanakan
dengan pemutus cepat dan
penutup cepat

Sistem 66 KV

Pentanahan netral sistem ini
beserta pengamannya ditetapkan
sebagai berikut :
1. Pentanahan netral untuk sistem
ini adalah pentanahan dengan
tahanan
2. Pengamanan sistem
dilaksanakan dengan pemutus
cepat dan penutup cepat

Sistem 20 KV

Pentanahan netral sistem 20 KV
beserta pengamannya ditetapkan
sebagai berikut :

1. Pentanahan netral untuk sistem
ini adalah pentanahan dengan
tahanan Pengaman Sistem
Dilaksanakan Sebagai Berikut :

a. Bagi saluran udara maupun
saluran dalam tanah dipakai
pemutus dengan rele arus
lebih untuk gangguan
hubung singkat fasa ke fasa
dan rele tanah untuk
gangguan hubung singkat
fasa ke tanah. Pada gardu
distribusi dipasang penunjuk
gangguan.
b. Bagi saluran udara dipakai
pula penutup cepat atau
lambat, sedang bagi saluran
TRAFO
Sistemtegangan 70 kV
RESISTOR
TRAFO
254
dalam tanah tidak dipakai
penutup kembali.
c. Selanjutnya berdasarkan
SPLN 26:1980 telah
ditetapkan besar tahanan
pentanahan sebagai berikut

1). Tahanan rendah 12 ohm dan
arus gangguan tanah
maksimum 1000 ampere
dipakai pada jaringan kabel
tanah.
2). Tahanan rendah 40 ohm dan
arus gangguan maksimum 300
ampere dipakai pada jaringan
saluran udara dan campuran
saluran udara dengan kabel
tanah
3). Tahanan tinggi 500 ohm dan
arus gangguan maksimum 25
ampere dipakai pada saluran
udara

Khusus untuk sistem fasa tiga,
empat kawat, pengetanahan
dilakukan tanpa impedansi dan
banyak titik (multiple grounding).

Sistem 275 kV PT Inalum dan
Sistem 500 kV
Walaupun belum diatur dalam
SPLN, tetapi pentanahan Sistem
275 kV PT Inalum di Asahan dan
Sistem 500 kV di Pulau Jawa sudah
dilakukan dengan sistem
pentanahan Solid Grounding (tanpa
impedansi).

6.8.PENTANAHAN/PEMBUMIAN
PERALATAN

1. Pengertian Pentanahan
Peralatan
Pentanahan peralatan adalah
pentanahan bagian dari peralatan
yang pada kerja normal tidak dilalui
arus. Bila terjadi hubung singkat
suatu penghantar dengan suatu
peralatan, maka akan terjadi beda
potensial (tegangan), yang
dimaksud peralatan disini adalah
bagian-bagian yang bersifat
konduktif yang pada keadaan
normal tidak bertegangan seperti
bodi trafo, bodi PMT, bodi PMS,
bodi motor listrik, dudukan Baterai
dan sebagainya. Bila seseorang
berdiri ditanah dan memegang
peralatan yang bertegangan, maka
akan ada arus yang mengalir
melalui tubuh orang tersebut yang
dapat membahayakan. Untuk
menghindari hal ini maka peralatan
tersebut perlu ditanahkan.
Pentanahan yang demikian disebut
Pentanahan peralatan, sebagai
contoh pemasangan ditunjukkan
seperti pada gambar 6.12 berikut :








Gambar 6.12 Contoh Pemasangan Pentanahan Peralatan
TRAFO
DAYA
Pentanahan
Peralatan
255
Pentanahan peralatan merupakan
hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan, baik pada
pembangunan Gardu Induk, Pusat-
pusat listrik, Industri-industri bahkan
rumah tinggal juga perlu dilengkapi
dengan sistem pentanahan ini.
Tujuan pentanahan peralatan
dapat dipormulasikan sebagai
berikut :
a. Untuk mencegah terjadinya
tegangan kejut listrik yang
berbahaya bagi manusia dalam
daerah itu.

b Untuk memungkinkan timbulnya
arus tertentu baik besarnya
maupun lamanya dalam
keadaan gangguan tanah tanpa
menimbulkan kebakaran atau
ledakan pada bangunan atau
isinya.
c. Untuk memperbaiki penampilan
(performance) dari sistem.

2. Tahanan Pentanahan
Adalah besarnya tahanan
pada kontak/hubung antara masa
(body) dengan tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya pentanahan :
a. Tahanan jenis tanah
b. Panjang jenis elektroda
pentanahan
c. Luas penampang elektroda
pentanahan

Harga pentanahan makin kecil
makin baik. Untuk perlindungan
personil dan peralatan perlu
diusahakan tahanan pentanahan
lebih kecil dari 1 Ohm. Hal ini tidak
praktis untuk dilaksanakan dalam
suatu sistem distribusi, saluran
transmisi, ataupun dalam substation
distribusi. Beberapa peralatan/
standar yang telah disepakati
adalah bahwa saluran transmisi,
substation harus direncanakan
sedemikian rupa, sehingga tahanan
pentanahan tidak melebihi harga
satu ohm, Dalam Gardu-gardu
Induk distribusi, harga tahanan
maksimum yang diperbolehkan
adalah 5 ohm. Demikian juga
halnya pada menara transmisi,
untuk menghindarkan lompatan
karena naiknya tegangan/potensial
pada waktu terjadi sambaran petir
maka tahanan kaki menara perlu
dibuat sekecil mungkin (di Amerika
kurang dari 10 Ohm). Untuk
memahami mengapa tahanan
pentanahan harus rendah, dapat
digunakan hukum Ohm yaitu :
V = I x R volt
Dimana :
V = tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
R = Tahanan (ohm)
Sebagai contoh terdapat
tegangan sumber 415 volt (240volt
terhadap tanah) dengan tahanan 4
ohm. Ada masalah/trouble atau
gangguan, sehingga kabel dari
sumber yang mencatu motor listrik
menyentuh badan motor. Hal ini
berarti kabel tersebut
menghubungkan ke sistem
pentanahan yang mempunyai
tahanan 20 ohm ke tanah
(perhatikan gambar 6.13). Menurut
hukum Ohm akan ada arus
mengalir sebesar 10 amper
melewati badan motor.
Apabila seseorang menyentuh
badan motor, maka dia akan
menerima tegangan sebesar 200
volt (20ohm x 10amper). Hal ini
256
dapat berakibat fatal, tergantung
pada tahanan orang tersebut yang
bervariasi dengan tegangan yang
disentuhnya.















Gambar 6.13. Ilustrasi Gangguan yang Tinggi pada Tahanan Tanah
6.9. Exposur Tegangan
(Voltage Exposure)
Jika ada kontak yang tidak
disengaja antara bagian-bagian
yang dilalui arus dengan kerangka
metal dari kerangka peralatan,
kerangka metal itu menjadi
bertegangan yang sama dengan
tegangan peralatan. Untuk
mencegah terjadinya tegangan
kejut yang berbahaya kerangka
peralatan metal peralatan tersebut
harus dihubungkan ke tanah
melalui impedansi yang rendah.
Impedansi pentanahan itu harus
sedemikian kecilnya sehinggga
tegangan I.Z yang timbul pada
kerangka peralatan harus cukup
kecil dan tidak berbahaya.
International Electrotechnical
Commission (IEC) mengusulkan
besar tegangan sentuh yang
sebagai fungsi dari lama gangguan
seperti pada tabel 6.1 dibawah ini.
Tabel ini biasanya digunakan untuk
sistem tegangan konsumen. Jadi
misalnya untuk sistem pentanahan
pengaman (PUIL Fasal 324). Jika
terjadi kegagalan isolasi pada
peralatan, maka besar arus
gangguan I
f
dari titik gangguan ke
badan peralatan tersebut, dan dari
badan peralatan ke tanah melalui
tahanan pentanahan R
E2
, maka
timbulah tegangan sentuh pada
badan peralatan sebesar :
V
S
= I
f
. R
E2

Badan motor
Gangguan
Motor
Listrik
20
4
Sumber 415 volt, 240
volt terhadap tanah
Bangunan
logam
sistem
pentanahan
Tahanan ke tanah
yang sebenarnya
257
Tabel 6.1 Besar dan lama tegangan sentuh maksimum.

Tegangan sentuh volt (rms) Waktu pemutusan maksimum (detik)
< 50
50
5,0
75 1,0
90 1,5
110 0,2
150
0,1
;
220 0,05
280 0,03

Agar persyaratan dalam tabel
tersebut dapat dipenuhi. maka
tahanan diberikan oleh:
R
E2
<
ln .
50
k
ohm
dimana :
R
E2
= Tahanan pentanahan
I
n
= Arus nominal dari alat
pengaman lebur atau alat
pengaman arus lebih (amper)
k = Bilangan yang besarnya
tergantung dari karakteristik alat
pengaman
= 2,5 .. 5, Untuk pengaman
lebur atau sikering
= 1,25 . 3,5, Untuk pengaman
lainnya.
Biasanya Impedansi Trafo kecil
terhadap R
E1
atau R
E2
, maka arus
hubung tanah
Ir =
3
2 1
saluran
E E
ph
R
R R
V
+ +
















Gambar 5.12. Hubung tanah pada peralatan dalam suatu sistem yang
netralnya diketanahkan.
R
E1

E
3

R
E2
I
f
N
B
C
A
258
Contoh :
Suatu peralatan listrik
diperoteksi/diamankan dengan
sikering 6A.
R
E2
<
6 3
50

ohm = 2,78 ohm


(k diambil = 3)
Misalnya diambil :
R
E2
= 2,5 ohm
R
E1
= 2,0 ohm
R
sal
= kecil dan diabaikan.
V
ph
= 220 Volt
Maka,
I
r
=
0 , 2 5 , 2
220
+
= 48,9 Amper
Tegangan sentuh ;
V
S
= 48,9 x 2,5 = 122,25 Volt.

Jadi tegangan sentuh yang
timbul 122,25 volt (lebih tinggi
dari 50 volt). Tetapi jika sekring
yang dipakai memenuhi
persyaratan standar, maka
dengan arus 48,9 amper (8 xln)
sikering tersebut akan putus
dalam waktu 0,1 detik, jadi
memenuhi persyaratan dalam
tabel6.2 Sebagai aturan umum
disebutkan bahwa seseorang
tidak boleh menyentuh walau
sekejap pun peralatan dengan
tegangan diatas 100 Volt.
6.10. Pengaruh Besar Tahanan
Terhadap Sistem Tenaga
Listrik
a. Makin besar tahanan tanah,
tegangan sentuh makin
besar
b. Makin besar tahanan tanah
pada tiang transmisi, makin
besar tegangan puncak tiang
c. Makin besar tahanan tanah
pada tiang tranmisi, makin
banyak jumlah Isolator yang
harus dipasang (jumlah
isolator makin panjang
d. Tahanan tanah
mempengaruhi penampilan
saluran (line Performance).
6.10.1. Pengaruh Tahanan
Pentanahan Yang Kecil
Pada Sistem
1. Mengurangi tegangan pada
puncak tiang
2. Mengurangi tegangan pada
kawat penghantar
3. Mengurangi tegangan pada
isolator
4. Mengurangi gangguan sampai
beberapa gawang
5. Mengurangi waktu
berlangsungnya tegangan
merusak (Break Down
voltage).
6.10.2. Macam-Macam
Elektroda Pentanahan

Pada dasarnya terdapat tiga
macam elektroda pentanahan
yaitu :

1. Elektroda Pita, berupa pita
atau kawat berpenampang
bulat yang ditanam di dalam
tanah umumnya penanaman-
nya tidak terlalu dalam.
(0,5 - 1 meter) dan caranya
ada bermacam-macam,
perhatikan gambar 6.13







259











Bentuk Radial Bentuk Grid Bentuk Lingkaran

Gambar. 6.13. Macam-macam cara penanaman eletroda pita

2. Elektroda Batang, berupa batang yang ditanam tegak lurus dalam tanah,
lihat gambar 6.14

3. Elektroda pelat, berupa pelat yang ditanam tegak lurus dalam tanah seperti
pada gambar 6.15









Gambar 6.14 Cara penanaman Elektroda batang. Untuk membuat agar
tahanan pentanahan cukup kecil elektroda batang tersebut ditanam lebih
dalam atau menggunakan beberapa batang elektroda.

Gambar 6.15. Cara Penanaman elektroda pelat
260
6.11.Metode/Cara Pentanahan

6.11.1. Pentanahan dengan Driven Ground.

Adalah pentanahan yang dilakukan dengan cara menancapkan batang
elektroda ke tanah. Perhatikan gambar 6.16. dan 6.17.




















Gambar 6.16. Pentanahan dengan Driven Ground








Satu Batang Elektroda Dua Batang Elektroda
Gambar 6.17 Pentanahan Dengan Counter Poise

Adalah pentanahan yang dilakukan dengan cara menanam kawat elektroda
sejajar atau radial, beberapa cm di bawah tanah (30 cm - 90 cm). Perhatikan
Gambar 6.18


S
261






Pentanahan menara dengan counterpoise

Radial paralel

Gambar 6.18. Pentanahan menara dengan counterpoise

Pentanahan dengan counter
poise biasanya digunakan apabila
tahanan tanah terlalu tinggi dan
tidak dapat di kurangi dengan cara
pentanahan driven ground,
biasanya karena tahanan jenis
tanah terlalu tinggi.
6.11.2. Pentanahan Dengan Mesh
atau Jala
Adalah cara pentanahan
dengan jalan memasang kawat
elektroda membujur dan melintang
di bawah tanah, yang satu sama
lain dihubungkan di setiap tempat
sehingga membentuk jala (Mesh).
Perhatikan gambar 6.19
Sistem pentanahan Mesh
biasanya dipasang di gardu induk
dengan tujuan untuk mendapatkan
harga tahanan tanah yang sangat
kecil (kurang dari 1 ohm).

262
.

...






Gambar 6.19 Pentanahan dengan Mesh (jala)
6.12. Tahanan Jenis Tanah
Harga tahanan jenis tanah pada
daerah kedalaman yang terbatas
tergantung dari beberapa faktor,
yaitu :
Jenis tanah = tanah liat, berpasir,
berbatu, dll
- Lapisan tanah = berlapis-lapis
dengan tahanan jenis berlainan
atau uniform.
- Kelembaban tanah
- Temperatur.
Harga tahanan jenis selalu
bervariasi sesuai dengan keadaan
pada saat pengukuran. Makin tinggi
suhu makin tinggi tahanan jenisnya.
Sebaliknya makin lembab tanah itu
makin rendah tahanan jenisnya.
Secara umum harga-harga tahanan
jenis ini diperlihatkan pada tabel
berikut ini :







263
Tabel 6.3. Tahanan Jenis Tanah
Jenis tanah Tahanan jenis tanah (ohm m)
Tanah Rawa 30
Tanah Liat Dan Tanah Ladang 100
Pasir Basah 200
Kerikil Basah 500
Pasir Dan Kerikil Kering 1,000
Tanah Berbatu 3,000
Sering dicoba untuk merubah
komposisi kimia tanah dengan
memberikan garam pada tanah
dekat elektroda pentanahan
dengan maksud untuk
mendapatkan tahanan jenis tanah
yang rendah. Cara ini hanya baik
untuk sementara sebab proses
penggaraman harus dilakukan
secara priodik, sedikitnya enam
bulan sekali. Dengan memberi air
atau membasahi tanah juga dapat
mengubah tahanan jenis tanah.
6.13. Pengukuran Tahanan
Pentanahan

Pengukuran tahanan pentana-
han bertujuan untuk menetukan
tahanan antara besi atau plat
tembaga yang ditanam dalam tanah
yang digunakan untuk melindungi
peralatan listrik terhadap gangguan
petir dan hubung singkat. Dengan
demikian pelat tersebut harus
ditanam hingga mendapatkan
tahanan terhadap tanah sekitar
yang sekecil-kecilnya. Untuk
mengukur tahanan pentanahan
digunakan alat ukur tahanan
pentanahan (Earth Resistance
Tester), seperti diperlihatkan pada
gambar 6.20. Cara penggunaan
"Earth Resistance Tester" akan
dijelaskan lebih lanjut pada materi
yang lain.














264









Gambar 18.2.13.























1. OK Lamp
2. Function Switch Buttons
3. Ohm Range Switch Buttons
4. Terminals
5. Scale Plate
6. Panel

Gambar 6.20 Alat ukur tahanan pentanahan .




265
BAB VII
KONSTRUKSI KABEL TENAGA

Dalam penyaluran tenaga listrik
dari pusat-pusat pembangkit ke
konsumen biasanya dilakukan
melalui Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT), seiring dengan
perkembangan daerah, maka
didaerah perkotaan SUTT sulit
dipergunakan karena kesulitan
lahan untuk tower maka digunakan
Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT). Selain itu kabel juga
digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik antar pulau dengan
menggunakan Saluran Kabel Laut
Tegangan Tinggi. (SKLT).
Kabel yang digunakan untuk
SKTT maupun SKLT biasanya
kabel berisolasi kertas yang diberi
minyak dan disebut kabel minyak
atau kabel yang berisolasi Cross-
linked polyethylene (XLPE) yang
disebut kabel XLPE.

7.1. Kabel Minyak
Kabel ini menggunakan isolasi
yang terbuat dari jenis isolasi padat
terdiri dari kertas yang diresapi
dengan Viskos Compon dan
dilakukan treatment dengan
minyak untuk membuang
kelembaban serta udara, karena itu
dinamakan kabel minyak..

7.1.1. Bagian bagian kabel
minyak

Bagian-bagian dari kabel minyak
ini terdiri dari:
Konduktor.
Kanal minyak
Insulation
Minyak impregnasi
Electrostatic Screen
Penguat dan Selubung logam
Pengaman karat.

7.1.2. Konduktor
Konduktor yang digunakan yaitu
tembaga atau aluminium, logam
tersebut dipilih dengan
pertimbangan beberapa hal yaitu
arus beban dan keekonomisan.
Konduktor Hollow dibuat dengan
segmental Strip yaitu untuk
kekukuhan atau kekuatan yang
lebih tinggi dan telah digunakan
sampai dengan penampang 2000
mm2. Untuk mentransfer beban
listrik yang besar (very Heavy load)
biasanya digunakan konduktor
Milliken. Konduktor tersebut
umumnya dibuat Six Stranded
Segmen dan terisolisasi antara
segmen satu dengan yang lain,
tersusun disekeliling kanal yang
berisi spiral penyangga dan diikat
bersama dengan pita Bronze.
Masing masing segmen dibentuk
oleh sejumlah konduktor bulat dan
terpasang kompak pada bentuk
segmen yang dibutuhkan.
Konstruksi harus dibuat equal,
untuk mengurangi rugi-rugi akibat
efek kulit, Skin efek juga
dipengaruhi oleh ukuran kanal
(Duct), misalnya untuk konduktor
1600 mm2, jenis Conci pada 50
Hz dan suhu 85C akan
mempunyai Skin efek 24,5% jika
kanal 12 mm dan 60% jika 40 m.
Dengan konduktor Milliken,
karena masing-masing sektor
secara automatik ditransposed,
maka pembesaran diameter kanal



266
mengurangi pengaruh skin efek
cukup banyak. Nilai rugi-rugi akibat
Skin efek untuk konduktor cooper
Milliken cukup rendah yaitu untuk
diameter 2500 mm2 pada 85 C
dan 25 mm kanal adalah 14%. Nilai
rugi-rugi akibat Skin efek yang
rendah yaitu 2 s.d 4% dapat dicapai
dengan konduktor yang disusun
elemen terisolasi satu dengan yang
lainnya menggunakan enamel.

7.1.3.Kanal Minyak
Pada kabel inti tunggal,
konduktor dilengkapi dengan kanal
minyak yang terbuat dari Steel Strip
Spiral bulat terbuka yang
menggunakan kawat konduktor
stranded. Untuk jenis Segmental
Self Supporting Conductor tidak
perlu menggunakan Steel Spiral.
Diameter kanal minyak
disesuaikan dengan persyaratan
sistem hidrolik, dan umumnya
dengan batas 12 s.d 25 mm.
Pada sistem instalasi kabel,
dilengkapi dengan tangki-tangki
ekspansi baik ujung yang satu
maupun ujung yang lainnya,
bergantung pada sirkitnya, atau
juga dapat dipasang tangki
ditengah-tengah instalasi kabel.
Instalasi kabel dirancang dengan
prinsip bahwa pada kondisi
pelayanan yang tidak normal,
tekanan minyak kabel akan lebih
tinggi dari tekanan atmosfir
sepanjang kabel dari sistem
instalasi tersebut.

1.Insulation
Isolasi kabel ini terbuat dari jenis
isolasi padat terdiri dari kertas yang
dilapiskan pada konduktor yang
diresapi dengan Viskos Compon
dan dilakukan treatment untuk
membuang kelembaban serta
udara.
Isolasi kabel terdiri dari
Cellulose Paper yang dilapiskan
pada konduktor yang membentuk
suatu dinding isolasi yang uniform
dan kompak dan tidak mengkerut
atau terjadi kerusakan selama
proses pembuatan atau ketika
penanganan kabel dilapangan saat
penggelaran. seperti pembeng-
kokan serta perlu diawasi baik
terhadap tarikan maupun
kelembabannya.
Ketebalan kertas bervariasi,
kertas yang tipis yang mempunyai
dielektrik strenght tinggi tetapi
kekuatan mekaniknya rendah dan
digunakan pada tempat yang paling
dekat dengan konduktor.
Kertas yang digunakan
mempunyai kemurnian dan
keseragaman tinggi, dicuci
menggunakan Deionize water
selama pembuatannya.
Sifat kerapatan dari kertas dipilih
secara hati-hati untuk mendapatkan
dielektrik strenght yang paling tinggi
dan juga kompatibel dengan
metode impregnasi yang lain.
Isolasi tersebut mempunyai
ketebalan bervariasi dari 3 mm
untuk 30 kV dan 35 mm yang
digabung dengan minyak
bertekanan tinggi khususnya untuk
tegangan 750 s.d 1000 kV.
Untuk kabel-kabel yang besar
dan apabila kabel menggunakan
selubung aluminium, isolasi
diamankan dari kerusakan mekanik
menggunakan lapisan pita Glass
Fibre Coopen Threated Woven






267
2. Minyak peresap ( impregnasi)
Pada kabel yang menggunakan
selubung logam dari timah atau
aluminium untuk mengamankan
konduktor yang terisolasi terutama
untuk tegangan >50 kV, karena
formasi pada saat pelayanan yang
disebabkan oleh Void akibat Heat
Cycling dan pada waktu ada
tekanan tegangan yang lebih besar.
Void-void ini membentuk ionisasi
yang terus bertambah yang
akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan. Untuk membuang atau
menyingkirkan Void-void ini, kabel
diberi minyak, dengan impregnasi
penuh memakai bahan yang
viskositasnya rendah, dimana
pada waktu ada pemanasan kabel
minyak akan mengalir keluar
menuju reservoir dan akan kembali
lagi pada waktu kabel
bertemperatur rendah. Kabel yang
berdiri sendiri (Self-Contained Oil
Filled ) umumnya digunakan
dengan jenis tekanan rendah, yaitu
dirancang untuk untuk tekanan
minimum namun masih diatas
tekanan udara luar. Nilai aktual
tekanan itu dapat lebih tinggi pada
suatu lokasi dan akan bervariasi
sepanjang panjangnya instalasi
bergantung pada profil instalasinya.
Nilai tekanan yang lebih tinggi lagi,
umumnya > 10 atm digunakan
untuk instalasi kabel dengan
tegangan tinggi supaya menaikkan
Dielektrik Strenght Isolasi.

Informasi tentang minyak yang
rendah viskositasnya dari minyak
kabel T-3570. Minyak T-3570 murni
100 % jenis hidrokarbon. Tidak
memungkinkan untuk memberikan
informasi secara lengkap dari
struktur minyak mineral tersebut.
Analisa molekul adalah cukup
banyak dipengaruhi oleh teknik
pengukuran. Analisa yang
dilakukan oleh NDM, adalah salah
satu yang tekniknya sudah dikenal
dan memberikan indikasi dari
distribusi aromatik naphtenic dan
paraffinic. Menggunakan teknik
ini,minyak T-3570 berisi kira-kira 10
% molekul aromatic yang (utama)
predominantly single dan struktur
dua ring.The balance of the oil
comprices a micture of naphtenic
and paraffinic grouping
predominant.Tidak ada tambahan
bahan kimia berkaitan pada T-3570.
karakteristik yang lain yang dapat
membantu bahwa minyak &-3570
merupakan viscositas sangat
rendah menjamin bahwa dalam hal
ada kebocoran kabel, minyak akan
segera muncul pada permukaan air
dalam bentuk film yang sangat
tipis.Tambahan lagi, penguapan
yang tinggi dari minyak ini, akan
memberi vasilitas mengurangi rugi
akibat penguapan.

7.1.4. Data kimia
Acid value (inorganic) : nil
Acid value (organic) : 0,01mg KOH/
g max
Sulphur content : non corrosive
Physical data :
Coefisien of expansion: 0,00089/
C Viscops
Viscosity at 60 C : 2 cSt
Viscocity 20 C : 5 cst
Viscosity pada 0C : 10 cst
Flash point (open) : 115 C min
Pour point : -27 C
Cloud point : -25 C
General information
Extra low viscocity



268
7.2. Karakteristik Minyak
Minyak kabel merupakan
komponen instalasi kabel yang
sangat penting, dan hanya minyak
bagian dari sistem isolasi kabel
yang dapat diperiksa setelah kabel
dipasang, yang harus diperhatikan
pada karakteristik minyak yaitu:
Viskositas
Koefisien muai termal
Tegangan tembus
Tangen delta
Penyerapan terhadap gas

1. Viskositas
Dapat dilihat pada perhitungan
sistem hidrolik, viskositas minyak
adalah sangat penting. Minyak
harus dipertimbangkan dengan
desain dari kanal minyak kabel
panjang seksi pemasok minyak dan
jenis tangki ekspansion. Viskositaas
diukur dalam senti stokes atau
centipoise (centipoise adalah
centistoke dikalikan dengan spesifik
grafiity minyak).
Viskositi harus serendah
mungkin kompatibel dengan titik
nyala dan titik mengembun.
Viskositas yang rendah mengijinkan
operasi dengan suhu yang sangat
rendah dan membantu desain
sistem yang ekonomis dengan
mengurangi banyaknya titik
pasokan minyak.
Minyak mineral Viskositas
rendah yang digunakan mempunyai
viskositas pada 20 C kurang lebih
12 cst dan titik tuang 45C atau
kurang.
Salah satu minyak yaitu
Dodecyl Benzene (DDB) yang
dikenalkan pada tahun 60 an,
mempunyai viskositas pada 20 C
sama dengan minyak mineral diatas
dan bahkan lebih rendah titik
tuangnya. Selanjutnya, mempunyai
titik nyala yang tinggi dan
kemampuan menyerap gas pada
waktu terjadi tekanan listrik. Bahkan
lebih rendah Viskositas Dodecyl
Benzene (DDB). yang pada
penggunaan normal cocok untuk
pemasok tekanan kabel laut yang
sangat panjang.
Contoh pengunan minyak ini
yaitu untuk instalasi Angke
Ketapang dan petukangan dan
petukangan kearah Senayan yang
mempunyai viscositas 5cSt pada
20C.

2. Koefisien Ekspansi Panas
Koefisien ekspansi panas adalah
sangat penting .hal ini memberikan
ukuran dari aliran minyak,dan juga
menentukan ukuran ruangan untuk
ekspansi. Koefisien panas ini juga
akan mempengaruhi pada tekanan
dinamik,dan dengan demikian juga
diameter kanal minyak (oil duct),
panjang seksi pemasok minyak dan
jenis vesel pemuai yang dipilih. Dua
jenis karaktersitik ini merupakan
parameter hidrolik yang sangat
penting.Tetapi agar cairan isolasi
mempunyai isolasi yang terbaik,
minyak juga harus mempunyai
karakteristik listrik yang baik.

3. Tegangan tembus
Pertama minyak kabel harus
mempunyai tegangan tembus yang
tinggi. Tegangan tembus ini dapat
diukur dengan tes cell spesial.
Pengujian dengan alat uji tersebut
memberikan indikasi kondisi minyak
isolasi kabel. Air dan kotoran-



269
kotoran akan merendahkan kuat
dielektrik.

4. Tangen Delta
Mengukur tan delta minyak
adalah pengukuran yang terbaik
yang dilakukan untuk memeriksa
kemurnian minyak kabel. Cairan
isolasi listrik yang baik diperlukan
harga tan delta yang rendah.
Kotoran yang terdapat pada minyak
seperti: air, ageing product,rest of
lubricant, debu, udara dan benda
lain. Kontaminasi yang berbahaya
adalah kontaminasi yang
memberikan kenaikan tan delta.

5.Penyerapan Gas
Karakteristik lain dari minyak
isolasi kabel adalah kemampuan
menyerap gas pada kondisi ada
tekanan listrik (electrical stress).
Untuk beberapa alasan, itu dapat
terjadi bahwa kita dapat
mendapatkan gas entah dimana.
Apabila susunan gas itu tidak dapat
diserap, maka akan terjadi
gelembung-gelembung. Tegangan
tembus dari gelembung gas adalah
lebih kecil dari pada minyak dan
kertas. hal ini kemudian akan
membentuk ionisasi dan akhirnya
gagal isolasi. Oleh karena itu
bahwa minyak harus mempunyai
kemungkinan untuk menyerap gas
apabila tegangan diberikan pada
kabel.
Hal yang penting adalah :
1. Minyak harus menyerap gas
pada terjadi gangguan
2. Pembuatan,splicing(sambungan
dan terminating pada kabel
harus dikerjakan dengan cara
yang baik, sehinggga
penimbulan gas tidak terjadi.

6. Pelepasan Gas (degassifying)
Jika minyak menjadi cairan
isolasi yang baik, maka perlu
mempunyai minyak yang tanpa gas
atau jenis kontaminasi yang lain.
Gas dan air akan dilepas dari
minyak pada mesin pelepas gas.
Mesin pelepasan gas bekerja
sebagai berikut: minyak yang akan
diolah dihamparkan (spread)
didalam ruangan vaccum, dimana
minyak akan mempunyai
permukaan yang luas dibanding
volume gas atau air akan mengurai
didalam ruang vacuum dan minyak
yang bebas gas ada dibawah
dipompa kedalam tangki yang
rapat. Jika minyak mempunyai
kontaminan yang tinggi pada
proses ini dapat diulang-ulang
sampai minyak menjadi kering dan
bebas gas.
Penyerapan kotoran minyak
yang lain dari air dan gas tidak
dapat dilepas selama proses
pelepasan gas (degasifying).
Hasil penyerapan ini harus
dilepas dengan menyaring minyak
menggunakan fuller, s earth.
Fuller,s earth akan menyerap
semua partikelpartikel dimana
partikel tersebut akan menaikkan
tan delta. Penyaringan melalui
fuller,s earth adalah dengan cara
memompa minyak melalui suatu
penyaring dengan desain khusus.
Hal ini dapat dilakukan terpisah,
tetapi sangat sering dilakukan
secara seri dengan degassifying.






270
Tabel 7. 1.
Karakteristik Minyak( Dobane J.N (Decylbenzene)

Penunjukan Harga
Density pada 15C 0,865
Viscocity pada 20C
50C
80C
6,46 Cst
2,94 Cst
1,39 Cst
Dielectric losses pada 80C after
ageing
<0,002
Spesific heat 10C
37C
0,442 Kcal/kg/C
0,465 Kcal/kg/C
Expansion coefficient between 20
dan 80 C
8,2 10-4 C
Tabel 7. 2.
Karakteristik Minyak


Suhu Cinematic Viscocity(Cst) Dynamic viscocity
(cpoise)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
85
20
11,4
7,5
5,8
4,5
3,5
2,85
2,3
2
1,83
17,5
9,9
6,46
4,96
3,82
2,94
2,38
1,9
1,64
1,39


7.3. Macam-macam minyak kabel
Sekarang kita telah melihat
syarat dasar isolasi kabel minyak.
Minyak yang digunakan untuk
Angke Ketapang dan Petukangan
Senayan adalah jenis minyak
mineral. Minyak kabel yang
digunakan oleh pembuat kabel De
Lyon dan Pireelli adalah dari jenis
sintetic. Jika karena beberapa
alasan, perlu mengisi kabel STK
dengan minyak dari pemasok lain,
minyak dari de Lyon dan Pirelli
dapat digunakan. Secara teknik
ketiga jenis minyak kabel ini, dan
hidrolik sistem dirancang
sedemikian sehingga dapat
memelihara perbedaan viskositas
dan koefisien pemuaian panas.

1. Electrostatic Screen
Pita pada kertas karbon semi
konduktif dipasang melapisi
konduktor dan isolasi, screen ini
mempunyai sifat meningkatkan
tegangan breakdown pada



271
frekuensi power dan memperbaiki
umur dari isolasi.

2. Penguat dan selubung logam.
Suatu selubung logam dari
timah atau aluminium digunakan
sesudah pemasangan isolasi,
sebelum dan setelah peresapan
menurut teknologi yang dipakai.
Jika digunakan timah ini dilengkapi
dengan suatu penguat untuk
menahan ekspansi radial. Material
ini umumnya suatu tembaga tipis
atau pita alloy yang sangat ketat
dilapiskan pada selubung guna
membentuk suatu penutup.
Dalam hal kabel tekanan
tinggi yang dipasang secara
vertikal atau sloop yang terjal
atau curam,ketentuannya dibuat
juga untuk memperkuat gaya
longitudinal.Selubung aluminium,
umumnya untuk menaikkan
fleksibility. Ketebalan selubung
aluminium umumnya bergantung
pada diameter dan operasi
tekanan yang bermacam-macam
yaitu dengan range 1,5 mm
sampai 5,5 mm.

3. Pengaman terhadap Karat
(Anti Corrosion Protection)

Pengaman terhadap karat atau
Anti Corrosion Protection
menggunakan Adhering Layer
Covered atau PVC bergantung
pada jenis kabel. Bagian ini untuk
mengamankan Pita penguat
selubung timah atau aluminium
terhadap korosi.

4. Assesories Kabel minyak
Assesories pada instalasi kabel
minyak terdiri dari: Stop Joint,
pemasok minyak dan Sealing End
atau terminasi untuk penggunaan
pada ujung kabel.
Stop Joint untuk membagi
minyak pada sirkit kedalam seksi
minyak yang terpisah. Straight Joint
untuk menyambung kabel,
Trifurcating Joint untuk
menyambung Three Core ke Single
Core kabel. Assesories Kabel
minyak lainnya adalah pembatas
tegangan untuk sistem
Crossbonding pada seksi
berikutnya

5. Terminasi (Sealing End)
Sealing End dilengkapi dengan
seal yang tertutup rapat, dan
pemisahan secara fisik antara ujung
konduktor dan selubung logam
(sheath) dimana tekanan dielektrik
berkurang dari beberapa ribu
volt/milimeter pada pertemuan
secara radial, pada kabel menjadi
beberapa ratus volt/milimeter.
Isolasi bagian luar umumnya
terbuat dari porselin yang tahan
cuaca umumnya jenis antifog.
Sealing end dibuat untuk tahan
terhadap uji sama dengan kabel,
tetapi harus mempunyai tegangan
impulse yang tinggi. Untuk
terminasi kabel inti tiga spliter bok
digunakan untuk memisahkan inti
kabel yang masing-masing
dipasang pada sealing end. Sealing
end yang direndam dalam minyak
didesain guna beroperasi pada
tekanan minyak yang tinggi.
Terminasi untuk kabel yang masuk
ke saluran GIS umumnya
mempunyai sebuah insulator voltalit



272
yang terdiri dari porselin juga,
dengan demikian mempunyai
kemampuan mekanik yang lebih
besar. Sealing end jenis ini
dipasang pada boks yang dirangkai
dengan trafo dan disambung denga
trafo menggunakan bushing.
Susunan seperti ini guna
memudahkan dapat melepas trafo
tanpa harus melepas kabel dan
mudah memeriksa minyak pada
boks kabel.

6. Sambungan Lurus (Straight
Joint)

Sambungan Lurus menunjukan
keistimewaan dari joint three core
kabel, pada joint seperti ini,
konduktor aluminium disambung
dengan mengelas/mengecor dan
pada saat menyambung tekanan
minyak dijaga pada tekanan yang
rendah pada sisi ujung kabel.
Masing-masing ujung kabel
mempunyai boks tekanan minyak
yang mempunyai katup-katup untuk
mengatur sehingga minyak dapat
terus-menerus meresapi pekerjaan
sambungan .Sebuah steel spiral
dipasang pada kanal pusat
konduktor dengan tujuan untuk
support dan konduktor dan
menjamin aliran minyak. Joint
tersebut sesuai untuk penggunaan
instalasi kabel tanah yang
menggunakan sistem crossbonding.

7. Sambungan Henti (Stop joint)
Stop joint digunakan untuk
membagi sirkit kedalam seksi-seksi
tekanan minyak yang terpisah
masing-masing dan dilengkapi
dengan peralatan untuk ekspansi
minyak. Seksionalisasi dimaksud-
kan untuk membatasi tekanan
minyak tidak melebihi keamanan
harga desain dan membagi
beberapa bagian panjang kabel
menjadi beberapa seksi tekanan
minyak untuk memudahkan
pemeliharaan.

7.4. Tangki minyak. (Pengumpul
minyak)

Karena tahanan listrik pada
konduktor dan selubung logam,
maka arus beban kabel akan
membangkitkan rugi listrik yang
akan dirubah menjadi panas pada
kabel itu sendiri. Karena pemuaian
panas minyak isolasi lebih tinggi
dibandingkan dengan pemuaian
volume dari kabel, tidak akan cukup
tempat didalam selubung logam
untuk mengakomodasi jumlah
minyak yang panas. Perbedaan
volume antara minyak dingin dan
minyak panas harus diserap oleh
pengumpul (tangki) minyak
bertekanan yang ditempatkan pada
salah satu ujung atau kedua ujung
dari panjang kabel. Penurunan dari
arus beban kabel akan mengurangi
produksi panas dan minyak akan
menjadi dingin dan menyusut.
Minyak dari tangki minyak akan
mengalir ke kabel untuk menjaga
isolasi kertas penuh dengan minyak
dan bebas dari void. sehingga
fungsi utama dari tangki minyak
(reservoir) adalah untuk
mengakomodasi kelebihan minyak
sesaat kapan saja. Maksud lain
yang sangat penting adalah bahwa
tangki minyak untuk mengumpulkan
cadangan minyak yang dapat
dipasok kedalam kabel apabila ada
kebocoran pada kabel.




273
1. Jenis,Tangki Minyak
Dua jenis tangki dirancang
untuk mengakomodasi peruba-
han isi minyak akibat perubahan
temperatur. Tangki tersebut
adalah tangki bertekanan tetap
dan tekanan berubah. Tangki
tekanan tetap terdiri dari
sejumlah piringan berbentuk
selfleksibel walled yang diisi
minyak kabel. Susunan sel
tersebut dipasang pada wadah
silinder rapat (sealed) dan diisi
minyak untuk melindungi karat.
Jenis tangki ini dipasang pada
ketinggian tertentu guna
menjamin secara kontinyu
tekanan minyak selalu positip.
Tekanan minyak juga
bergantung pada tekanan
hidrostatik akibat transien karena
perubahan temperatur yang tiba-
tiba. Pada umumnya untuk
daerah pemukiman yang padat
digunakan variable pressure
tank .

2. Tangki takanan rendah dan
menengah

Gambar 7.1 berikut
memperlihatkan sebuah tangki
minyak untuk memperlihatkan sel-
sel didalam tangki besi.












Gambar .7.1 Tangki tekanan rendah dan menengah

Tangki tekanan rendah B-120 yang
berisi 40 sel yang masing-masing
berisi 3 lt. Jumlah tipe
mengindikasikan volume gas ketika
tangki minyak kosong dari isi
minyak. Ketika minyak dipompa
diantara sel-sel baja dan sell-sell
kemudian sel tersebut akan
menekan dan mendesak (exert)
gaya dari minyak. Gambar 7.2
memperlihatkan tipikel karakteristik
sebuah tangki tekanan rendah .
Tipe B-80 dan B-120 dan B-240
adalah tangki tekanan rendah
dengaan berbeda ukuran dengan
operating tekana n 0,2 1,7 bar.
Dengan memberikan tekanan pada
sel-sel tekanan dapat dinaikan
sampai 0,3 3 bar seperti tangki A-
130.Tangki tipe A dan B disebut
tangki tekanan medium dan
tekanan rendah.

3. Tangki tekanan tinggi.
Tangki tekanan tinggi dirancang
dengan berbeda cara dibandingkan



274
dengan tekanan rendah dan
tekanan sedang dimana sel yang
berisi gas terpisah pada shell steel.














Gambar.7.2 Curva Kapasitas minyak Tangki.
Pada tangki takanan tinggi sel-
sel gas terhubung melalui sebuah
pipa manifol yang dapat diperluas
ke katup pada sisi luar dari tangki
baja. Hal ini membuat kemungkinan
untuk menaikkan tekanan minyak
antara sel-sel dan tank simply
dengan manaikan tekanan gas.
Pada awalnya untuk mengatur
tekanan minyak sampai harga 0,2
sampai 12 bar pada tangki H-100
dan H-150.

Karena tekanan dapat diset
untuk harga awal antara 0,2 sampai
12 bar maka kurva tekanan tidak
single volume dan tidak bisa
dievaluasi volume dengan
membaca tekanan dari manometer
sebagai mana pada tangki tekanan
rendah. Untuk mengkompensasi
tangki tekanan tinggi (H-tank),
tangki ini mempunyai indikator
volume minyak yang ditempatkan
pada flange tangki. Indikator
volume adalah sebuah batang tetap
keluar dari sel. Karena sel akan
tertekan apabila minyak mengalir ke
tangki, dan akan mengembang
apabila minyak keluar dari tangki
maka batang tersebut akan
bergerak kedepan dan kebelakang
dengan melewati suatu skala yang
terbagai-bagi dalam liter. Gerakan
batang ini mempunyai fungsi yang
lain yaitu bekerja sebagai katup
pengaman. Pada batang ada piston
yang akan menutup minyak masuk
ke tangki jika sel-sel tersebut
tertekan dan akan menutup minyak
keluar apabila sel-sel mempunyai
tekanan maksimum yang diijinkan
sehingga menghindari kerusakan
bagian sel.

4. Ukuran tangki minyak
(reservoir)

Agar ukuran volume tangki
(pengumpul) minyak diketahui, kita
harus mengetahui beberapa data
spesifik instalasi kabel seperti:
v = volume minyak per meter
kabel
l = panjang kabel yang
diakomodasi oleh
pengumpul (reservoir)
minyak




275
= perbedaan suhu rata-rata
antara minyak panas dan
dingin
= Koefisien volum minyak
kabel.
Volume minimum dihitung dengan
rumus :
V
0
= v . L . s . o

Sebagai contoh :
Kabel minyak OKEP 170 kV , 1 x
240 mm2
v = 0,832 l / m
= 8,9 x 10 -4 untuk kabel
minyak T 3570 = 60
o
C
suhu konduktor bermacam-macam
yaitu 18 s.d 85
o
C maka kenaikan
suhu rata-rata adalah: 0,9 (85 -
18 ) = 60
L = 2000 m panjang rute satu kabel.
Maka:
v = 0,832 . 2000 . 0,00089 . 60 =
89 liter
Jika kita memerlukan spare minyak
setiap kabel masing - masing
jumlah untuk mengatasi kebocoran
sebesar 2 liter/jam maka untuk 24
jam harus ditambah 48 liter maka
kapasitas tangki yang dibutuhkan
adalah = 89 + 48 = 137 liter.

5. Tekanan minyak dinamik
Ketika minyak mengalir masuk
dan keluar kabel karena perubahan
suhu dari kabel akan menyebabkan
perubahan tekanan tertentu
sepanjang kabel.
Karena ada gesekan antara
minyak dan kanal konduktor maka
tekanan tangki pengumpul
(reservoir) harus mempunyai
tekanan minyak yang tetap, agar
tekanan minyak ke dalam kabel
seperti kondisi dingin. Selama
terjadi pemanasan pada kabel akan
timbul tekanan minyak didalam
kabel yang akan mendorong
minyak keluar kedalam tangki-
tangki yang bertekanan.
Bagian penting dari rancangan
kabel minyak adalah menghitung
tekanan minyak dinamik dan
volume minyak yang sesuai.
Perhitungan tekanan minyak
dinamik lebih komplek dan
dilakukan dengan bantuan program
komputer dimana semua parameter
seperti: viskositas, suhu, diameter
kanal, kondisi permukaan dihitung
bersama dengan arus beban dan
rugi konduktor.











Gambar 7.3. Tangki minyak tipe
B130

6. Operasi tangki bertekanan

Pada tangki tekanan statik
misalnya tangki A, B dan H tekanan
minyak disebabkan oleh gas yang
bertekanan. Hubungan antara
volume dan tekanan minyak
selanjutnya diatur oleh hukum, gas
yang menyatakan bahwa hubungan
antara tekanan ,volume dan
temperatur adalah konstan untuk
jumlah gas yang tetap. Hal ini dapat
dijelaskan dengan rumus berikut:
K
T
vxP
=



276
K = konstanta
v = Volume gas dalam liter
P = absolut pressure in bar
P = ( p + 1) atau pembacaan
tekanan pada manometer dalam
bar diatas tekanan atmosfir
T = temperatur absolut dalam
Kelvin (kelvin = Celcius + 273 )
Pada tekanan tangki V
1
adalah
volume gas ketika kosong, dan V
2

adalah volume gas ketika isi penuh.
v
1
v
2
= v dimana
v = Volume minyak aktif tangki
= K T
1
/P
1
KT
2
/P
2

= K( T
1
/P
1
T
2
/P
2
)
karena sel-sel gas dibuat pada
temperatur 20 C maka konstanta K
untuk:
Tangki B- 80 adalah
K
80
= 80/293 = 0,273
Tangki B-120 adalah
K
120
= 120/293 = 0,410
Tangki B-240 adalah
K
240
= 240/ 293 = 0.891

Contoh 1:
Tangki A-130 adalah K
130
=
130/293 = 0,443
Jika temperatur dipertahankan
konstan, misalnya 10C, kemudian
tekanan minyak dari tangki A-130
terbaca 2 dan 1 bar pada P
1
dan P
2

maka pertambahan volume dapat
dihitung sebagai berikut :

P
2
= P
2
+ 1 bar + 3 bar
P
1
= P
1
+ 1 = 2 bar
T
1
= T
2
= 273 + 10 = 283 K
v = K (T
1
/P
1
T
2
/P
2
) = 0,444(283/2
-283 /3 )= 47 liter.

Contoh 2.
Pada contoh 1 didapat kabel
panjang 2000 m jenis OKEP 170
kV, 1 x 240 mm2 akan ber expansi
89 liter antara tanpa beban dan
beban penuh. Jika kita memerlukan
tekanan minyak minimum tidak
lebih rendah dari 0,5 bar, berapa
jumlah tangki A-130 yang
diperlukan dan berapa tekanan
maksimum ?
misalnya suhu bervariasi antara 20
40 C
Penyelesaian:
Kita mempunyai jawab v = 89 liter
T
1
= 273 +2 0 = 293
T
2
= 273 + 40 = 313,
P
1
= 1 + 0,5 = 1,5 ,
P
2
= 1 + 3 = 4,0 (maksimum
tekanan untuk A -130 adalah 3
bar).
Banyaknya tangki yang diperlukan
adalah = 89/v
v = 0,444(293/1,5 - 313/4)
=0,444(195,3 78,25 ) = 52
sehingga banyaknya tangki adalah
= 89/52 = 1,7 dibulatkan menjadi =
2 buah .
Dengan dua tangki maka berapa
tekanan aktual maksimum yang
terjadi ?
v = 89/2 = 44,5 liter
v = 0,444(293/1,5-313/P2 ) = 44,5
liter. 86,73 - 44,5 = 138,97/P2
maka P
2
= 3,29 dan P2 = 2,29,
sehingga tekanan maksimum
minyak akan menjadi 2,29 bar.
Untuk tangki tekanan tinggi H-
100 atau H-150 tidak ada nilai
umum untuk konstanta K . Volume
minyak yang keluar dari tangki
tekanan tinggi sepanjang waktu
dapat dihitung dari ekspresi sebagai
berikut:
v = v
1
-v
2

v
1
P
1
/T
1
= v
2
P
2
/T
2
,
karena v
2
= v
1
(P
1
T
2
/T
1
P
2
)
maka :
v = v
1
-v
2
= v
1
(1 P
1
T
2
/T
1
P
2
) .
Untuk tangki bertekanan tipe H-150,



277
v
1
=150 - v,
di mana v volume minyak yang
terbaca pada indikator volume pada
tekanan P
1
.
Dari contoh perhitungan diatas
terlihat bahwa suatu instalasi kabel
minyak memerlukan suatu tangki
pengumpul minyak (reservoir) untuk
menjaga tekanan minyak. Tangki-
tangki tekanan statik dimana
minyak didalam tangki besi dan
diberi tekanan dengan
menggunakan gas nitrogen
bertekanan. Minyak isolasi kabel
harus bebas dari lembab dan udara
agar sifat isolasinya tetap. Oleh
karena itu gas tidak boleh kontak
langsung dengan minyak, tetapi
berada dalam fleksibel corrogated
sel-sel baja.
Sel-sel dibuat dengan
tekanan dari dua flanes yang
berbeda dari tined steel ,disolder
bersama pada ring support (33%
tin dan 67 % lead solder).
Bentuk kedua flanes saling
melengkapi, yang dikatakan
lowerface dari sel.
Penggembungan sel-sel adalah
dijamin dari deformasi dari
kedua flanes oleh penggunaan
vaccum. Kekencangan sel-sel
diuji dengan menggunakan
vaccum pada 0,1 mm Hg selama
20 jam,akhirnya sel dibersihkan
dan dikali brasi. Ada beberapa
contoh tangki pengumpul yang
digunakan seperti:

7. Tangki minyak tekanan
rata-rata tipe MP-120

Tangki tekanan minyak secara
absolut diperlukan untuk menjaga
variasi keseimbangan dari volume
minyak kabel oleh perubahan suhu
pada waktu perubahan musim dan
fluktuasi beban. Unuk menjaga sifat
dielektrik dari kabel diperlukan
tekanan minyak minimum 0,3 bar,
pada titik tertinggi dari instalasi.
Tangki minyak harus dipasang
dekat dengan titik tertinggi dari
saluran kabel (instalasi) termasuk
sealing end.
Memperhatikan pre-inflation
tekanan rata-rata dari sel-sel pada
kira-kira 0,6 bar suhu 20C,
tekanan kerja minimum bergantung
pada suhu. Misalnya tekanan 0,45
bar pada suhu 0C dan kira-kira
pada suhu 50C. Dibawah suatu
suhu, slope diagram tekanan/aliran
akan berubah dengan cepat.
Variasi volume minyak adalah
rendah untuk variasi tekanan yang
besar. Tekanan maksimum adalah
2,5 bar yang dijamin kerja elastik
dari dinding sel. Standar tangki
minyak tipe MP-120 terdiri dari 38
sel-sel udara yang menggembung.
Masing-masing sel terdiri dari 5 liter
udara. Ruang antara body tangki
dengan sel terisi dengan minyak
diolah yang sesuai.
Batas tekanan tangki MP-120
adalah : 0,6 sampai 2,5 bar dan
batas suhu -20 C dan 35 C.
Tangki dapat bekerja antara
tekanan 0 sampai 60C dan dapat
dipasang pada berbagai posisi
pasangan dalam atau luar tanpa
perhatian yang khusus. Walaupun
demikian disarankan tangki-tangki
dipasang pada tempat yang
terlindungi dari matahari untuk
daerah tropis.





278
8. Tangki minyak tekanan tinggi
tipeHP 80(CDL)

Desain dari tipe HP secara
lengkap berbeda dengan tipe MP.
Tipe MP dibuat dari material
galvanize steel,sementara tipe HP
menggunakan stainless steel
(sstandart internasional : 316 Liter).
Tipe MP terdiri sejumlah sel-sel
yang identik sedangkan tipe HP
terdiri dari satu pipa corugated
stainles steel
Tipe HP dilengkapi dengan :
dua buah handel,plat khusus untuk
pentanahan dan plat nama.
Keuntungan yang utama tangki tipe
HP adalah dapat diatur tekanan
udaranya,kemudian tekanan
kerja,sebagaimana yang diperlukan
pada instalasi.Tipe HP dapat
diguanakan pada tekanan antara
0,6 bar sampai 10 bar
maksimum,tetapi hanya dengan
daerah terbatas pada 2
bar,misalnya pada tekanan 8
sampai 10 bar atau 4 sampai 6
bar,tekanan udaranya harus diatur
lagi sebelum selesai dan tidak akan
dirubah sesudahnya.

9. Perlakuan terhadap tangki
- Memvaccum sampai 0,1 mmhg
selama 10 menit untuk
mengeluarkan lembab
- Cuci dengan minyak panas yang
difilter dan sirkulasi selama satu
jam
- Tuang sampai bersih
- Vaccum 0,1 mmhg selama 10
menit
Isi dengan minyak yang difilter
sampai 2,5 bar
Isi minyak sampai 1,5 bar pada
suhu ambient 20C
7.5. Perhitungan Sistem Hidrolik.
Dalam menghitung jumlah
kebutuhan tangki dan tekan yang
akan terjadi pada masing-masing
tangki akan dibahas dalam
perhitungan sisyem hidrolik ini.
Karaktaristik Umum :

1. Volume minyak pada setiap
bagian (Kabel dan asoseris)

Kabel : 1,16 lt/m
Straight joint : 18 lt
Stop joint bagian utama : 150 lt
bagian lain : 35 lt
Sealing end out door : 30 lt
SF6 Sealing end : 10 lt
Tangki utama (maksimum) : 100 lt.

2. Perubahan temperature
Tempartur minyak maksimum
pada saluran kabel =
85C.
Rata-rata temperature minyak pada
kabel = 80 C.
Temperature minimum tanah=25C
Temperature minimum ambient =
25 C.
Temperature maximum pada
matahari penuh (siang hari)= 55 C.
Maka perbedaan temperatur ( T)
pada masing-masing peralatan
adalah:
Kabel 80 C - 25 C = 55 C
Straight joint80 C - 25 C = 55 C
Stop joint 80 C - 25 C = 55 C
Sealing end 55 C - 25 C = 30 C
SF 6 S.E. 65 C - 25 C = 40 C
Tangki 55 C - 25 C = 30 C

3 Coeff muai minyak adalah
:8,4.10
-4
/ C)
Volume pemuaian minyak. pada
masing-masing peralatan adalah



279
Kabel 1.161x 8,4. 10-4 x 55 C =
0.0536 lt/m.
Straight joint 18 x 8,4. 10-4 x 55 C
= 0.83 lt
Stop joint (utama) 150 x 8,4. 10-4 x
55 C = 6.93 lt
(Bantu) 36 x 8,4. 10-4 x 55 C =
1.62 lt
Sealing end 30 x 8,4.10-4 x 30 C =
0.75 lt
SF 6 S.E.10 x 8,4. 10-4 x 40 C =
0.34 lt
Tangki 100 x 8,4. 10-4 x 30 C =
2.52 lt.

a. Seksi 1 (GI - J6).

Total Volume pemuaian minyak
Kabel
0.0536 lt. x 2820 m = 151.15 ltr.
Straight joint
0.83 lt x 5 unit = 4,15 ltr
Stop Joint (Bantu)
1.62 lt x 1 unit = 1.62 ltr
Sealing end (Sf6)
0.34 lt x 1 unit = 0.34 ltr
Total volume pemuaian =157, 17 ltr
b. Tekanan Statik
Perhitungan tekanan static
minyak kabel yang tertinggi,
tererndah dan menengah,
menggunakan formula sbb :
Fs(x) = P 0,0853 x Hx ( kg/cm )
Dimana : 0,0853 adalah density
minyak pada temp 25 C
0,0853 x Hx x 0,981 (dlm Bar)
adalah nilai yang akan ditambahkan
atau dikurangkan sesuai
pertimbangkan titik x berada
diatas atau dibawah titik referensi.
Data level peralatan antara GI J6
dari permukaan laut :
Tinggi permukaan tanah di GI =
27m
Tinggi pemukaan tanah stop joint =
24,75 m
Tinggi tiang struktur penyangga =
2,50 m.
Tinggi insulator = 1,90 m.
Titik tertinggi 1st manometer adalah
= 31,4m.
Tinggi pondasi = 0,10 m
Tinggi peralatan di GI (terminal SE)
= 31,50 m.
Tinggi manometer = 1,40 m
Tinggi manometer diatas permuka-
an laut = 27 + 1,4 = 28,40 m.
Tinggi/level kabel dapat dilihat pada tabel 7.2
Tabel 7.2 Tinggi/level kabel

Point. Level.(H) Jarak.
1 25.80 300
2 25.25 465
3 28.90 902
4 26.40 940
5 18.20 1400
6 20.55 1450
7 18.10 1500
8 27.30 1980
9 25.40 2350
10 23.80 2730
11 24.75 2820



280
7.6. Keselamatan kerja dan
peralatan.

Tekanan keselamatan (safety)
minimum adalah 0,3 bar pada
manometer yang terletak diatas.
Tekanan minimum pada tangki
utama adalah 0,6 bar.
Maka tekanan minimum pada
manometer adalah sbb :
0.6 ( 31,5 28,40) x 0.0853 x
0.981 = 0.34 bar
dengan demikian titik referensinya
adalah dibagian atas tangki utama
yang ada
di Gardu Induk yaitu : 27,0 + 1,4 =
28, 40.m
ket : tinggi manometer dari tanah =
1,4 meter.
Hasil perhitungan tekanan pada
setiap point (titik)

Tabel 7.3.Tekanan pada kabel minyak
Point. Formula. Tekanan. (bar)
1
0.6 + (28,40 25.80) x 0.0853 x
0.981
0.82
2
0.6 + (28,40 25.25) x 0.0853 x
0.981
0.86
3
0.6 (28.90 28,40) x 0.0853 x
0.981
0.604
4
0.6 + (28,40 26.40) x 0.0853 x
0.981
0.77
5
0.6 + (28,40 18.20) x 0.0853 x
0.981
1.45
6
0.6 + (28,40 20.55) x 0.0853 x
0.981
1.26
7
0.6 + (28,40 18.10) x 0.0853 x
0.981
1.46
8
0.6 + (28,40 27.30) x 0.0853 x
0.981
0.68
9
0.6 + (28,40 25.40) x 0.0853 x
0.981
0.85
10
0.6 + (28,40 23.80) x 0.0853 x
0.981
0.98
11
0.6 + (28,40 24.75) x 0.0853 x
0.981
0.91
Tekanan minimum pada tangki bagian atas di J6
0.6 + (28,40 26.15) x 0.0853 x 0.981 0.79

Tekanan Transient
P max dingin = - 1.98 ( 2lx - x) 10-7 x 0,981
P max panas = + 13 ( 2lx - x) 10-7 x 0,981
Keterangan :
l = L/2 =
2
2820
= 1410 meter



281

Hasil perhitungan tekanan minyak berdasarkan level kabel dapat dilihat pada
tabel 7.3.
Table 7.3. Hasil perhitungan tekanan minyak berdasarkan level kabel.
Tinggi
minyak (m)
Jarak Point
level selisih
Static
press
ure
P
P
max
dingin
P
max
panas
Mini
static
pres
sure
Mini
press
with
cooling
Maxi
static
pres
sure
0 GI SE 31.5 - 3.10 - 0.26 0 0 0.44 0.44 2.05
0 Tangki 28.4 0 0 0 0 0.70 0.70 2.31
300 1 25.8 2.60 0.22 - 0.15 0.98 0.92 0.77 2.53
465 2
25.2
5
3.15 0.26 - 0.21 1.38 0.96 0.75 2.57
902 3
28.9
0
- 0.50 - 0.04 - 0.34 2.23 0.66 0.32 2.27
940 4
26.4
0
2.00 0.17 - 0.34 2.23 0.87 0.53 2.48
1400 5
18.2
0
10.20 0.85 - 0.39 2.56 1.55 1.16 3.16
1410 5
18.2
0
10.20 0.85 - 0.39 2.56 1.55 1.16 3.16
1370 6
20.5
5
7.85 0.66
-
0.385
2.53 1.36 0.975 2.97
1320 7
18.1
0
10.30 0.86 - 0.38 2.49 1.56 1.18 3.17
840 8
27.3
0
1.10 0.09 - 0.32 2.10 0.79 0.47 2.40
470 9
25.4
0
3.00 0.25 - 0.21 1.38 0.95 0.74 2.56
9 10
23.8
0
4.60 0.38 - 0.05 0.33 1.08 1.03 2.69
0 SJ6
24.7
5
3.65 0.31 0 0 1.01 1.01 2.62
0 tangki
26.1
5
2.25 0.19 0 0 0.89 0.89 2.5
L=1410
Tekanan minyak minimum pada tangki di
GI=0,7 bar


Dari rumus dibawah ini diperoleh kelebihan volume minyak pada tangki
tekanan :

(
(

|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
=
2 2 2 1 2 1
max min
2
max min
1
pt opt pt opt
pt
P
T
P
T
N
P
T
P
T
N K V





282
keterangan :
T
min
= 273 + 25 = 298 Kelvin
T
max
= 273 + 45 = 318 Kelvin (45 real ambient temperature)
Popt
1
= tekanan kerja minimum tangki di GI = 1,713 bar absolute
Popt
2
= tekanan kerja minimum tangki di J6 = 1,903 bar absolute
P
2
pt
1
= tekanan kerja maksimum tangki di GI = 3.323 bar absolute
P
2
pt
2
= tekanan kerja maksimum tangki di J6 = 3.513 bar absolute
N
1
= Jumlah tangki di GI.
N
2
= Jumlah tangki di J6.
K = 0,6 untuk tangki tekanan utama (type MP120).

2 1
2 1
1 , 66 47
513 . 3
318
903 . 1
298
323 . 3
318
713 . 1
298
6 . 0
N N V
N N V
pt
pt
+ =
(

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
=


V total = V expansion + V tank


Dimana :
V exp = 157,17 ltr
V tank = 2.52 (N
1
+ N
2
).
(2.52=koefisien tangki)

V total= 157,17 + 2.52 (N
1
+ N
2
).

Maka didapat :

157,17 + 2.52 (N
1
+ N
2
). = 47 N
1
+
66,1 N
2

157,17 = 44,5 N1 + 63,6 N2

Jika : N
1
=N
2


=
2 5 , 1
6 . 63 5 . 44
17 . 157
=
+


Karena N
1
=N
2
=2 maka
kemampuan tanki menampung
kelebihan minyak hanya 200 ltr
Pada hal volume minyak akan
berlebih sebesar :
v total = 44,5 . 3 + 63,6 . 3 =
157,17
Total kelebihan minyak = 434,13
157,17 = 276,96 ltr.
sehingga didapat jumlah tank di
stop joint 6 dan 12 adalah : N
1
= N
2

= 3 buah untuk kapasitas tanki
100 ltr.

1. Setting tekanan alarm
Berdasarkan batasan
keselamatan yang mengizinkan
bahwa volume minyak adalah 20
liter yang dibutuhkan sebelum
alarm yaitu :
167,13 + 2.52 x 6 + 20 = 202,25 ltr.
Jika P
o
= absolute tekanan alarm di
tangki minyak di GI (bag atas).
19 . 0
4 . 536 4 . 536
5 . 537
9 . 162
19 . 0
4 . 536
3 . 172
4 . 536
25 . 202
513 . 3
318
19 . 0
298
3
323 . 3
318 298
3 6 . 0 25 . 202
+
+ =

+
+ =
(
(

|
|
.
|

\
|

+
+
|
|
.
|

\
|
=
o o
o o
o o
P P
P P
P P

P
o
= 1,905 bar (abs).



283
P
o
= 0,89 bar (manometer atau
89 kPa).
Po = alarm pada manometer di
GI. = 87 kPa.

2. Setting tekanan off / Trip.
Penunjukan tekanan pada
manometer diatas tangki di GI = 0,7
bar.
Pso = 70 kPa (manometer).
Tekanan Pso pada manometer
adalah = 68 kPa.
Kelebihan minyak pada saat P
alarm dan Pso.




(

|
|
.
|

\
|
+

+
+ |
.
|

\
|
=
19 , 0
1
19 , 0
1
3
1 1
3 6 . 0
min min
Po Pso
T
Po Pso
T V
so

dimana :
Tmin = 273 + 25 = 298 Kelvin
Pso = 0.70 + 1.013 = 1,713 bar abs.
Po = 1,905 bar abs.

ltr V
V
Po Pso
T
Po Pso
T V
so
so
so
8 , 51
095 . 2
1
92 . 1
1
905 . 1
1
73 . 1
1
298 8 , 1
19 , 0
1
19 , 0
1
3
1 1
3 6 . 0
min min
=
(

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
=
(

|
|
.
|

\
|
+

+
+ |
.
|

\
|
=

3. Setting tekanan pada kondisi temperature ambient.
Diketahui jika :
Ta = temperature setempat dimana akan men setting tekanan.
Tmin = temperature minimum setempat.
va = volumetric expansion minyak pada Ta dan Tmin, dirumuskan sbb:
va = 8,4 x 10-4 ( Ta Tmin)(volume minyak)

Ta = 30 + 273 = 303 K.
Tmin = 25 + 273 = 298 K

va = 8,4 x 10-4 ( Ta Tmin)(volume minyak)
= 8.4 x 10-4 ( 5)(4154)
= 17.4 ltr.
Adanya marjin sebesar 15 liter maka :
va = 17,4 + 15 = 32,4 liter.
Variasi volume minyak pada tangki pada temperature antara 298 K dan 303 K
pemuaiannya/expansinya akan stabil, dengan perhitungan rumus sbb :

|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
=
2 2
2 2
1 1
min
1 1
min
Ps
T
Pal
T
K N
Ps
T
Pal
T
K N v
a a
a




284
dimana :
Pal
1
= tekanan alarm minimum pada saat Tmin pada tangki minyak dilokasi
tertinggi
Pal
2
= tekanan alarm minimum pada saat Tmin pada tangki minyak dilokasi
terendah.
Ps
1
= Setting tekanan pada saat Ta pada tangki minyak dilokasi tertinggi
Ps
2
= Setting tekanan pada saat Ta pada tangki minyak dilokasi terrendah.

0 19 , 0 83 , 1 926 . 0
0 19 , 0 2 176 . 0 926 . 0
19 , 0
19 , 0 2
) 19 , 0 (
19 , 0
926 . 0
19 , 0
1 1
4 . 545
2 . 505
19 . 0
4 . 545
03 . 256
4 . 545
57 . 281 4 . 32
19 . 0
303
095 . 2
298 303
905 . 1
298
3 6 . 0 4 . 32
2
2
2
=
= +
+
+
=
+
+ +
=
+
+ =
+
+ =
(

|
.
|

\
|
+
+ |
.
|

\
|
=
P P
P P P
P P
P
P P
P P
P P
Pset Pset
Pset Pset


diperoleh :
P = 2,07 bar (absolute)
P = 106 KPa (relative)
Penujukan pada manometer 104 kPa.

Tabel 7.4 Setting tekanan pada kondisi temperature ambient

Gardu Induk. Joint 6.
Jumlah tangki minyak 3 3
Tekanan Alarm 87 kPa 106 kPa
Tekanan Trip 68 kPa 87 kPa
Tekanan setting pada 30
C
104 kPa 123 kPa

SEKSI J6 J12
Total Volume pemuaian minyak.
Kabel 0.0536 lt. x 2990 m = 160.30 ltr.
Straight joint 0.83 lt x 5 unit = 4,15 ltr
Stop Joint (Utama) 6.93 lt x 1 unit = 6.93 ltr
(Bantu) 1.62 lt x 1 unit = 0.34 ltr
Tekanan pada tangki 173.00 ltr





285
Tekanan StatiK

Ps(x) = P 0,0853 x Hx ( kg/cm )

= P 0,0853 x Hx x 0,981 (dlm Bar)

Hx adalah nilai perbedaan level anatra stop joint = 24,75 m dan level tangki
bagian atas = 26,15 m pada lokasi stop joint J6
Dimana : 0,0853 adalah density minyak pada temp 25 C
Tinggi/level kabel pada tabel 7.4.

Point. Level.(H) Jarak
1 19.30 340
2 20.20 960
3 21.60 1460
3 21.25 1495
4 15.50 1830
5 23.15 2430
6 26.45 2910
7 23.10 2990
Tinggi tangki minyak di J12
24.50 2990

dengan demikian titik referensinya adalah dibagian atas tangki utama yang ada
di Gardu Induk yaitu :

24.50 + 1,65 = 26, 15 m.
ket : tinggi manometer dari tanah = 1,65 meter.
Hasil perhitungan tekanan pada setiap point (titik)

Tabel 7.5.Tekanan minyak
Point. Formula. Tekanan.
(bar)
1 0.6 + (26, 15 19.30) x 0.0853 x 0.981 1.173
2 0.6 + (26, 15 20.20) x 0.0853 x 0.981 1.10
3 0.6 + (26.15 21.60) x 0.0853 x 0.981 0.98
3 0.6 + (26.15 21.25) x 0.0853 x 0.981 1.01
4 0.6 + (26.15 15.50) x 0.0853 x 0.981 1.49
5 0.6 + (26.15 23.15) x 0.0853 x 0.981 0.85
6 0.6 - (26.45 26.15) x 0.0853 x 0.981 0.575
7 0.6 + (26.15 23.10) x 0.0853 x 0.981 0.86
Tekanan minimum pada tangki bagian atas di J12
0.6 + (26.15 24.50) x 0.0853 x 0.981 0.74





286
Tekanan Transient
P max dingin = - 1.98 ( 2lx - x) 10-7 x 0,981

P max panas = + 13 ( 2lx - x) 10-7 x 0,981

Keterangan : l = L/2 =
2
2990
= 1445 meter
Table 7.6. hasil perhitungan tekanan minyak berdasarkan level kabel.
Tinggi
minyak (m)
Jarak
.
Poi
nt.
level selisih
Stati
c
pres
sure
P
P
max
dingi
n
P
max
pana
s
Mini
stati
c
pres
sure
Mini
press
with
coolin
g
Maxi
stati
c
pres
-
sure
Maxi
pres
s
with
hea-
ting
0
Tan
k
J6
26.1
5
0 0 0 0 0.6 0.6 2.36 2.36
0
SJ
6
24.7
5
-1.4
+0.1
2
0 0 0.72 0.72 2.48 2.48
340 1
19.3
0
6.85
0.57
3
-
0.18
1.18 1.17 0.99 2.93 4.11
960 2
20.2
0
5.95 0.50
-
0.38
2.50 1.10 0.72 2.86 5.36
1460 3
21.6
0
4.55 0.38
-
0.43
2.82 0.98 0.55 2.74 5.36
95/14
96
3
21.2
5
4.90 0.41
-
0.43
4
2.85 1.01 0.58 2.77 5.62
160/1
830
4
15.5
0
10.65 0.89
-
0.41
2.69 1.49 1.08 3.25 5.94
560/2
430
5
23.1
5
3 0.25
-
0.26
1.71 0.85 0.59 2.61 4.32
30/29
10
6
26.4
5
-0.30
-
0.02
5
-
0.04
0.26
0.57
5
0.54 2.34 2.60
0/299
0
7(J
12)
23.1
0
3.05 0.25 0 0 0.86 0.86 2.62 2.62
0/299
0
Tan
gk
top
24.5
0
1.65 0.14 0 0 0.74 0.74 2.5 2.50

Didapatkan kelebihan volume minyak.
Dari rumus dibawah ini diperoleh kelebihan volume minyak pada tangki
tekanan :




287
(
(

|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
=
2 2 2 1 2 1
max min
2
max min
1
pt opt pt opt
pt
P
T
P
T
N
P
T
P
T
N K V

keterangan :
T
min
= 273 + 25 = 298 Kelvin
T
max
= 273 + 45 = 318 Kelvin (45 real ambient temperature)
Popt
1
= tekanan kerja minimum tangki di J6 = 1,613 bar absolute
Popt
2
= tekanan kerja minimum tangki di J12 = 1,753 bar absolute
P2pt
1
= tekanan kerja maksimum tangki di GI = 3.373 bar absolute
P2pt
2
= tekanan kerja maksimum tangki di J6 = 3.513 bar absolute
N
1
= Jumlah tangki di GI.
N
2
= Jumlah tangki di J6.
K = 0,6 untuk tangki tekanan utama (type MP120).

2 1
2 1
71 . 47 3 . 54
513 . 3
318
903 . 1
298
323 . 3
318
713 . 1
298
6 . 0
N N V
N N V
pt
pt
+ =
(

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
=


V total = V expansion + V tank

Dimana :
V exp = 173 ltr
V tank = 2.52 (N
1
+ N
2
). (2.52=koefisien tangki)

V total = 173 + 2.52 (N
1
+ N
2
).
Maka didapat :

V total =173+ 2.52 (N1 + N2). = 54.3 N1 + 47.7 N2
V total =173 = 51.8 N1 + 45.2 N2

Jika :

N
1
=N
2
=

2 78 , 1
2 . 45 8 . 51
173
=
+


Karena N
1
=N
2
=2 maka kemampuan tanki menampung kelebihan minyak hanya
200 ltr
Pada hal volume minyak akan berlebih sebesar :
V total = 173 = 51,8 . 3 + 45.2 . 3
Total kelebihan minyak = 291 173 = 118 ltr.



288
sehingga didapat jumlah tank di stop joint 6 dan 12 adalah : N
1
= N
2
= 3 buah
untuk kapasitas tanki 100 ltr.

Setting tekanan alarm
Berdasarkan batasan keselamatan yang mengizinkan bahwa volume minyak
adalah 20 liter yang dibutuhkan sebelum alarm yaitu :

173 + 2.52 x 6 + 20 = 208,12 ltr.

Jika Po = absolute tekanan alarm di tangki minyak J6 (bag atas).

14 . 0
1 1
01 . 1
9 . 162
19 . 0
4 . 536
3 . 172
4 . 536
74 . 540
513 . 3
318
14 . 0
298
3
323 . 3
318 298
3 6 . 0 12 . 208
14 , 0 14 , 0 6
6 , 0
max
max min
2
max
max min
1
+
+ =

+
+ =
(
(

|
|
.
|

\
|

+
+
|
|
.
|

\
|
=
(
(

|
|
.
|

\
|
+

+
+
|
|
.
|

\
|
=
o o
o o
o o
o o
P P
P P
P P
P
T
P
T
N
J P
T
P
T
N V

P
o
= 1,905 bar (abs).
P
o
= 0,90 bar (manometer atau 90 kPa).
P
o
= alarm pada manometer di GI. = 88 kPa.

Setting tekanan off / Trip.
Penunjukan tekanan pada manometer diatas tangki di GI = 0,6 bar.
Pso = 60 kPa (manometer).
Tekanan Pso pada manometer adalah = 58 kPa.
Kelebihan minyak pada saat P alarm dan Pso.

(

|
|
.
|

\
|
+

+
+ |
.
|

\
|
=
19 , 0
1
19 , 0
1
3
1 1
3 6 . 0
min min
Po Pso
T
Po Pso
T V
so

dimana :
Tmin = 273 + 25 = 298 Kelvin
P
so
= 0.60 + 1.013 = 1,613 bar abs.
P
o
= 1,932 bar abs.




289
ltr V
V
Po Pso
T
Po Pso
T V
so
so
so
102
072 . 2
1
753 . 1
1
932 . 1
1
613 . 1
1
298 8 , 1
19 , 0
1
19 , 0
1
3
1 1
3 6 . 0
min min
=
(

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
=
(

|
|
.
|

\
|
+

+
+ |
.
|

\
|
=


Setting tekanan pada kondisi temperature ambient.

Diketahui jika :
T
a
= temperature setempat dimana akan men setting tekanan.
T
min
= temperature minimum setempat.
va = volumetric expansion minyak pada Ta dan Tmin, dirumuskan sbb:
va = 8,4 x 10-4 ( Ta Tmin)(volume minyak)

T
a
= 30 + 273 = 303 K.
T
min
= 25 + 273 = 298 K

va = 8,4 x 10-4 ( Ta Tmin)(volume minyak)
= 8.4 x 10-4 ( 5)(4346)
= 18.25 ltr.
Adanya marjin sebesar 15 lter maka :
va = 18,25 + 15 = 33,25 liter.
Variasi volume minyak pada tangki pada temperature antara 298 K dan 303 K
pemuaiannya/expansinya akan stabil, dengan perhitungan rumus sbb :

|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
=
2 2
min
2 2
1 1
min
1 1
Ps
T
Pal
T
K N
Ps
T
Pal
T
K N V
a a
a

dimana :
Pal
1
= tekanan alarm minimum pada saat Tmin pada tangki minyak dilokasi
tertinggi
Pal
2
= tekanan alarm minimum pada saat Tmin pada tangki minyak dilokasi
terendah.
Ps
1
= Setting tekanan pada saat Ta pada tangki minyak dilokasi tertinggi
Ps
2
= Setting tekanan pada saat Ta pada tangki minyak dilokasi terrendah.




290
0 19 , 0 83 , 1 922 . 0
0 19 , 0 2 176 . 0 922 . 0
14 , 0
14 , 0 2
) 14 , 0 (
14 , 0
922 . 0
14 , 0
1 1
4 . 545
3 . 503
14 . 0
4 . 545
03 . 256
4 . 545
57 . 281 25 . 33
14 . 0
303
072 . 2
298 303
932 . 1
298
3 6 . 0 25 . 33
2
2
2
=
= +
+
+
=
+
+ +
=
+
+ =
+
+ =
(

|
.
|

\
|
+
+ |
.
|

\
|
=
P P
P P P
P P
P
P P
P P
P P
Pset Pset
Pset Pset


diperoleh :
P = 2,099 bar (absolute)
P = 109 Kpa (relative)
Penujukan pada manometer 107 kPa.
Setting tekanan pada kondisi temperature ambient. Seperti tabel 7.7

Tabel 7.7 Setting tekanan pada kondisi temperature ambient.

Gardu Induk. Joint 6.
Jumlah tangki minyak 3 3
Tekanan Alarm 90 kPa 104 kPa
Tekanan Trip 58 kPa 72 kPa
Tekanan setting pada
30 C
107 kPa 121 kPa

7.7. Crossbonding dan
Pentanahan

1 Tegangan Induksi

Kabel power inti tunggal
dengan selubung logam akan
bersifat seperti transformator,
konduktor sebagai kumparan primer
dan selubung logam merupakan
kumparan sekunder. Arus pada
kumparan primer atau arus
konduktor akan menginduksikan
tegangan pada kumparan sekunder
yaitu selubung logam. Tegangan
pada selubung logam atau screen
akan tergantung pada arus
konduktor dan panjang kabel .
Hal ini dapat menimbulkan
bahaya tegangan dan sepanjang
saluran dan dapat merusak kabel.
Kerugian lain mempercepat
terjadinya korosi, sebagai akaibat
senyawa asam dengan garam
tanah yang terkandung didalam
cairan tanah. Tegangan maksimum
yang diijinkan tanpa menimbulkan
korosi yang berlebihan adalah



291
cukup rendah (12 volt), sehingga
dijadikan patokan untuk
menentukan batas tegangan
selubung logam. Pada sistem tiga
fasa yang terdiri dari tiga kabel
berinti tunggal akan
menginduksikan tegangan pada
masing masing selubung logam
dan tegangan induksi yang timbul
akan bergeser 120C. Apabila
sistem tiga fasa tersebut seimbang
maka jumlah tegangan ketiga
konduktor tersebut akan sama
dengan nol. Kenyataan ini bila
sistem kabel tanah tersebut
menggunakan sistem crosbonding


Kabel














.










Gambar 7.5. Representasi kabel sistem 3 fasa
2. Ikatan (bonding) pada satu
titik

Karena tegangan induksi pada
selubung logam proporsional
dengan panjang kabel ,maka untuk
kabel yang pendek dapat
ditanahkan pada satu titik ujungnya
tanpa resiko tegangan induksi
selubung logam pada ujung yang
lain.Kabel yang ditanahkan pada
titik tengah ,dapat mempunyai
tegangan dua kali kabel yang
ditanahkan pada satu titik.
G
LOAD
CONDUCTOR =
PRIMARY CIRCUIT
SHEAT/SCREEN =
SECONDARY CIRCUIT
TRANSFORMER
PRIMARY
WINDING
llilitan
sekunder

LOAD G
Gambar 7.4. Tegangan Induksi Pada kabel

S
R
T
120
G
R
S
INDUCED SECONDARY
THREE SINGLE CORE CABLE
INDUCED SHEAT VOLTAGES :
R
S
T
G



292










3. Penggabungan selubung
logam pada kedua ujung.

Untuk mencegah tegangan
induksi selubung logam yang tinggi
dan berbahaya maka selubung
logam harus digabung dan
ditanahkan pada pada kedua
ujungnya. Kabel inti tunggal dimana
selubung logam diikat (bonding)
pada kedua ujungnya akan bekerja
seperti Transformator yang
kumparan sekundernya dihubung
singkat dan melalukan arus hubung
singkat. Arus selubung logam akan
menimbulkan rugi selubung logam
dan menimbulkan panas yang
harus dikompensasi dengan
mengurangi arus beban pada
konduktor. Hal ini berarti bahwa
penggabungan selubung logam
pada kedua ujungnya akan
berkurang kuat hantar arusnya
dibandingkan sistem yang diikat
(bonding) satu ujung.
.

Gambar 7. 7 Sistem crossbonding

7.8. Cara konstruksi solid
bonding
Pada pemasangan cara ini
diadakan penggabungan ketat
selubung logam kabel fasa pada
beberapa tempat sepanjang
bentangan kabel,terutama pada
kedua ujungnya. Pentanahan
selubung logam hanya dilakukan
pada satu titik untuk tiap fasanya
yaitu pada ujung atau ditengah.






Gambar 7.6 Kabel ditanahkan satu dan dua
Es Es
Es



293













Gambar 7.7. Cara pemasangan kabel berinti tunggal dengan konstruksi solid -
bonding

1. Cara Konstruksi Sheath
Cross Bonding

Cara pemasangan dengan
konstruksi sheath cross bonding
(penggabungan menyilang lapisan
selubung logam) untuk saluran
bawah tanah yang memakai kabel
berinti tunggal berlapisan selubung
logam (sheath) dapat ditunjukan
pada gambar 7.8.





















Gambar 7.8. Cara pemasangan kabel berinti tunggal dengan konstruksi sheath
cross - bonding

selubung logam
konduktor
hubungan
menyilang
isolasi
Pengganbungan
ketat
l l l
selubung logam
konduktor
Penggabungan ketat



294
Pada konstruksi ini digunakan peralatan sambungan khusus,untuk
membentuk sambungan silang selubung logam yaitu pada sepertiga atau
duapertiga panjang salurannya.

3. Konstruksi transposisi crossbonding.
Pemasangan dengan konstruksi crossbonding untuk kabel bawah tanah
yang menggunakan kabel inti tunggal seperti gambar 7.9.















Gambar 7.9. Pemasanagan kabel inti satu dengan konstruksi transposisi
crossbonding

Kabel kabel fasa ditransposisi
antara bentangan salurannya
,sehingga bentangan kabel terbagi
menjadi tiga bagian sama panjang.
Pada sepertiga dan duapertiga
panjang bentangan dilakukan
penggabungan antara selubung
logam kabel fasa.

7,9. Transposisi dan sambung
silang

1. Sambung Silang Selubung
Logam
Kabel distribusi umumnya
dipasang dengan selubung
digabungkan dan ditanahkan.
Guna membatasi arus sirkulasi
kabel inti satu yang disebabkan
oleh fluksi magnetik antara
konduktor dan selubung maka
pemasangan kabel harus dekat dan
selubung menempel dengan posisi
trefoil. Namun posisi seperti ini
tidak baik untuk disipasi panas.
Jika kabel sistem tiga fasa inti
satu ini dibagi menjadi tiga bagian
yang sama dan selubung itu dapat
diinterkoneksikan, maka tegangan
induksi ini akan saling
menghilangkan. Apabila kabel-
kabel inti satu ini digelar dengan
posisi mendatar (flat) maka
tegangan induksi pada kabel yang
ditengah tidak sama dengan dua
kabel yang berada diluarnya dan
jumlah tegangan induksi tidak sama
dengan nol.


I
1
II
3
II
I
3 2 1
3 Kabel -1
1
2
3
D
23

D
13

D
12




295
Untuk itu setiap akan
memasuki sambungan (joint) kabel
tenaga dilakukan penukaran fasa
(transposisi) dan hubung silang
selubung logam dibuat dengan
perputaran fasa berlawanan
dengan transposisi, sehingga
secara efektif selubung logam
tersambung lurus. Apabila instalasi
kabel tegangan tinggi dibuat
transposisi dan sambung silang,
maka rugi-rugi menjadi sama
dengan nol.












Gambar 7.10 Sambungan silang selubung logam

2. Peralatan Sambung Silang.
Sambungan Bersekat Pada
kabel yang menggunakan
sambungan silang, digunakan
sambungan (joint) yang bersekat.
Pada tabung sambungan (joint)
secara listrik membagi dua
tegangan selubung. Sambungan ini
diisolasi terhadap tanah dan
dipasang dengan menempatkan
sambungan itu didalam fiberglass
yang diisi kompon.


















CROSS BONDED
SINGLE CORE
CA S
CLOCKWISE
TRANSPOSITIO
N
T R S
R
S
T
R
S
T
R
T
S
R
S
T
TRANSPOS
Sectionalizing
Insulator Ring
Fibern Glas
C i
Cross Bonding Leads
2
2
0

2
7
0

Gambar 7.11 Sambungan bersekat



296
3. Kabel Penghubung
crossbonding

Agar minor section terangkai
menjadi major section,diperlukan
kabel penghubung yang didesain
khusus. Kabel penghubung ini
harus mempunyai impedansi
serendah mungkin. Pada kondisi
normal kabel penghubung tidak
dialiri arus ,tetapi pada waktu terjadi
gangguan akan mengalir arus
selubung logam sehingga kabel
penghubung tersebut harus
mempunyai penampang paling
tidak sama dengan kemampuan
selubung logam yaitu dengan
penampang 240 mm
2
atau 300 mm
2















Gambar 7.12 Kabel penghubung crosbonding

4. Kotak Hubung (link box)

Pada sambungan (joint) yang
bersekat selubung logam di-ikat
(bond dan langsung ditanahkan,
namun pemasangan seperti ini
instalasi tidak dapat dilakukan
pengujian. Dengan alasan ini maka
pada tiap sambungan, kabel
penghubung crossbonding ditarik
kedalam boks khusus atau disebut
box crossbonding.













OUTER
OUTER
SCREEN
OUTER
CONDUCTOR
SCREEN
CONDUCTOR
INNER CONDUCTOR
INNER INSULATION
Gambar 7.13 Transposisi dan sambung silang



297
Kotak hubung umumnya dipasang pada permukaaan tanah dan didesain
untuk tahan terhadap air. Guna mencegah masuknya air kedalam boks
crossbonding maka diberi tekanan dengan mengisi nitrogen tekanan rendah
0,2 bar.




























Gambar 7.14. Kotak hubung crosbonding


5. Tingkat isolasi Peralatan
Crossbonding
Pada kondisi operasi
normal,tegangan induksi kabel
tanah tegangan tinggi akan kecil,
berkisar antara 1 sampai 2 Volt
.Namun demikian isolasi selubung
logam kabel power dan tingkat
islolasi crossbonding harus didesain
untuk tahan tegangan lebih yang
disebabkan oleh petir maupun
gangguan lain pada sistem
jaringan. Menurut IEC 70 isolasi
selubung seksionalisasi akan tahan
terhadap tegangan impulse 95 kV
antara selubung dan 47,5 kV antara
selubung dengan tanah. Isolasi
kotak hubung tahan untuk tegangan
40 kV antara selubung dan 20 kV
antara selubung dengan tanah.

CROSS BONDING
STRAPS
STAINLESS STEEL
TANK
INSULATING
TUBE
BITUMINOUS
COMPOUND

OUTER
CONNECTOR

INNER
CONNECTOR
OVER VOLTAGE
LIMITER




298
6. Pembatas tegangan
selubung Logam (SVL).

Tingkat isolasi selubung logam
dibuat tahan terhadap tegangan
surja yang disebakan oleh adanya
gangguan . Hal ini agar dapat
dibatasi harga maksimum tegangan
impulse yang masuk ke kabel
sehingga isolasi selubung logam
akan aman. Peralatan ini
mempunyai tahanan tak linier atau
sela percik. Kotak hubung
digunakan tahanan tak linier yang
mempunyai tahanan dalam tinggi
pada kondisi normal dan
mengalirkan arus yang kecil.
Tahanan akan menurun secara
cepat pada waktu tegangan naik
dan melalukan arus yang besar
pada waktu terjadi pukulan impulse
serta mencegah tegangan surja
diatas tingkat isolasi selubung
logam. Jika tahanan tak linier ini
terkena tekanan tegangan impulse
atau tegangan surja maka akan
mengalir arus yang besar sehingga
dapat merusak tahanan tak linier.
Untuk itu setelah terjadi gangguan
yang besar maka tahanan tak linier
atau SVL ini perlu dilakukan
pemeriksaan dan pengukuran
disamping pemeliharaan secara
regular.















Gambar 7.15. Karakteristik tegangan dan arus SVL

7. Sambungan Pada link box
Pada sistem kabel tanah yang
menggunakan crossbonding, perlu
diperhatikan apabila selubung
logam disambung satu dengan
yang lain. Untuk sistem
crossbonding,konduktor
penghubung (lead) ,inner dan outter
konduktor fasa R,S dan T selalu
ditarik keluar dan diklem didalam
Boks. Gambar 7.16 menunjukan
suatu uniform layout dengan titik
bintang ditanahkan ,sistem pemisah
seksi pada sambungan dibypass
menggunakan dua buah resistor
seri masingmasing selubung
mA
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6 7 8 9 10
kV



299
logam ditanahkan pada kedua
ujungnya melalui suatu resistor.





























7.10. Alat Pengukur Tekanan ( Mano Meter )
1.Satuan.
Satuan dibuat oleh para Ilmuwan untuk mengidentifikasikan (memberi ciri) pada
besaran yang ditulis di depannya. Sampai dengan saat ini, kita mengenal ada 2
(dua) macam satuan yaitu:

2 Satuan Dasar
satuan dasar ini adalah satuan yang masih asli.
Yang termasuk Satuan Dasar (beserta simbol / notasinya) antara lain:
- satuan panjang [m] meter.
- satuan waktu [det/sec] detik/second.
- satuan massa [g/kg/lb] gram/kilogram/pound.
- satuan temperatur [C/F/R] derajat.
- satuan jumlah molekul [mol] molekul.
- satuan intensitas cahaya [Cd] candella.
R S T
R S T
R S T
R S T
R S T
R S T
R S T
R S T
R S T
EARTH
STRAP
CROSS
BONDING
LINK
BOX
EARTH
DISCONNECTING
LINK BOX
S
R
T
R
S
T
T
S
R
MINOR SECTION MINOR SECTION MINOR SECTION
TRANPOSED CROSS BONDED MAJOR SECTION
R S T
Gambar. 7 16. Sistem sambungan crosbonding



300
3. Satuan Turunan
Satuan yang merupakan kombinasi dari 1 atau lebih dari satuan dasar atau
konversinya. Yang termasuk Satuan Turunan (beserta simbol / notasinya)
antara lain:

- satuan luas [m2] meter persegi.
- satuan volume [m3] meter kubik.
- satuan gaya [N, kgf] Newton, kg-force.
- satuan percepatan / gravitasi bumi [m/det2] meter per detik kuadrat
- satuan kecepatan [m/det] meter per detik.
- satuan energie [cal/kcal] calorie/kilo calorie.
- satuan daya [KW, TK] Kilowatt, Tenaga Kuda.
- potensial listrik [V] Volt.
- satuan arus listrik [A] Ampere.

4 Sistem Satuan.
Sistem satuan yang kita anut
sampai dengan saat ini juga ada 2
(dua) Sistem Satuan yaitu: Sistem
Internasional (SI) dan Sistem
Satuan British. Sistem Satuan
British banyak digunakan pada
peralatan-peralatan (termasuk
peralatan penyaluran tenaga listrik)
buatan Eropa atau Amerika,
sedangkan SI digunakan pada
peralatan-peralatan buatan selain
Eropa atau Amerika. Diantara
kedua sistem satuan tersebut
sebenarnya tetap ada korelasi
(hubungannya).Beberapa contoh
perbedaan antara SI dan British
beserta korelasinya terlihat seperti
tabel 7.8.berikut:

Tabel 7.8 Sistim Satuan
Aplikasi
Satuan:
Sistem
Internasional:
British: Korelasi:
Satuan
Panjang.
- Cm
- M
- inch
- feet
1 inch = 2,54 cm
1 m = 3,3 feet, 1 feet = 12
inch
Satuan Massa. - kg - lb (pound) 1 kg = 2,2 lbs
Satuan waktu. - second - second Sama
Satuan
volume.

- m3 - cu-ft
1 m3 = 35,32 cu-ft (cubic-
feet)
7. 11.Tekanan Pada Kabel Minyak
Tekanan didefinisikan sebagai
besarnya gaya (force) total yang
hanya dihitung pada 1 satuan luas
saja, dengan demikian satuan
tekanan dalam Sistem Internasional
akan kita jumpai kgf/m2 atau
kgf/cm2 sedangkan dalam Sistem
British lb/ft2 ( baca: pound per
square feet = psf) atau lb/inch2
(baca: pound per square inch =
psi).



301
Tekanan dalam bidang teknik
dibedakan menjadi:
- Tekanan Absolut / mutlak.
- Tekanan Pengukur / gauge.
- Tekanan udara luar ( dalam
bidang teknik ditentukan = 1 bar
atau 1 Atm atau 76 cm Hg )
Hubungan dari masing-masing
tekanan seperti terlihat pada skema
di bawah ini:

.












Jika:
Tek. Absolut = Pa.
Tek. Pengukur

= Pg
Tek. Vacuum = Pv
Tek. Udara luar

= Pu
Maka : Pa = Pg + Pu






Gambar 7.17.Tekanan

Besaran-besaran dan konversi
yang sering kita jumpai adalah:
1 Atmosphere (tekanan udara di
sekeliling kita) = 76 cm Hg =
1,01325 bar = 1,033 kg/cm2 = 760
torr = 101,325 kPa (kilo Pascal) =
14,7 psi = 2116,22 psf.





1. Alat Ukur Tekanan.
Alat pengukur tekanan
mempunyai sebutan / istilah yang
berbeda-beda menurut daerah
ukurnya, misalnya:
- Barometer: alat ukur tekanan
udara luar (yang = 1
Atmosphere).

2. Vacuummeter(vacuumgauge).
Alat ukur tekanan udara luar.
Tek. Udara luar = 1 Atm = 1,033 bar = 0 gauge =
76 cm Hg = 101,325 kPa.
T
e
k
.

V
a
c
u
u
m

T
e
k
.

P
e
n
g
u
k
u
r

T
e
k
.

A
b
s
o
l
u
t

T
e
k
.

A
b
s
o
l
u
t

Tek. 0 Absolut



302
- Manometer (pressure gauge) :

alat ukur tekanan di atas tekanan
udara luar.
- Campuran (compound gauge) :
- alat ukur tekanan di atas dan di
bawah
tekanan udara luar, sering pula
disebut
mano-vacuum meter

Pada instalasi SKTT 150 kV
yang tergolong Oil Filled Cable
(terutama perlengkapan sealing-
end maupun stop-joint) seperti:
STK, Pirelli atau De-Lyon
manometer banyak kita temukan
berfungsi sebagai pengukur
tekanan minyak isolasi; ia berfungsi
selain sebagai alat ukur/monitor
tekanan media isolasi juga sebagai
back-up proteksi mekanik di luar
proteksi-proteksi secara elektris
yang telah ada.

3. Desain dan cara kerja
Manometer.

Manometer yang terpasang
pada instalasi SKTT kebanyakan
dari jenis pipa bourdon ( Bourdon
Pipe type ).

4. Desain Manometer.
Pipa Bourdon terbuat dari bahan
kuningan yang dipipihkan kemudian
dibuat melengkung sesuai bentuk
sebuah segmen lingkaran. Di salah
satu ujung pipa ditutup mati dan di
ujung lainnya tetap berlubang,
kemudian pada ujung ini
dipasangkan pada sebuah terminal
yang lazim disebut nippel.





















Gambar 7.18 : Pipa Bourdon

Pipa logam pipih
Direkatka
Terminal
(nipple).
Sensor
tekanan



303
Pada ujung pipa yang tertutup
dihubungkan dengan link-link/
lengan penggerak yang pada
akhirnya link ini dapat
menggerakkan/memutar jarum
penunjuk (pointer) manometer
melalui susunan roda gigi;
sedangkan pada ujung pipa yang
lain diikatkan kuat bersama
nippelnya kepada casing dari
manometer.
Ketebalan pipa bourdon ini
dibuat oleh pabriknya dengan
ukuran yang berbeda-beda
disesuaikan dengan besar kecilnya
tekanan yang akan dihadapi;
semakin besar tekanan yang akan
diukur, semakin tebal bahan yang
harus dibuat dan sebaliknya.
Untuk membaca penunjukan
manometer dibuatlah sebuah
piringan yang diberi angka-angka
(dibuat berdasarkan hasil kalibrasi)
yang disebut dial.

5. Cara kerja Manometer.
Apabila di dalam pipa bourdon
kita masukkan fluida (bisa gas, bisa
zat cair) yang mempunyai tekanan,
maka pipa yang semula berbentuk
lengkung itu akan berusaha
menjadi lurus; namun tidak akan
pernah berhasil lurus karena gaya
tekan dari fluida tersebut dibuat
tidak akan mampu melewati
elastisitas dari bahan dan ukuran
pipa bourdon; sebaliknya apabila
tekanan di dalam pipa ditiadakan,
maka pipa akan kembali pada
bentuk semula.
Selanjutnya oleh link-link dan
susunan roda gigi gerakan mekanik
tersebut akan diteruskan ke jarum
penunjuk (pointer).
Setelah dikalibrasi, angka-angka
sekala pada dial dapat ditentukan /
dibuat; dan inilah yang kemudian
dapat kita baca sebagai besaran
tekanan pada peralatan dimana
manometer tersebut dipasangkan.

7.12. Kabel tenaga jenis XLPE
Pada tahun belakangan ini
kabel tenaga jenis isolasi plastik
digunakan untuk mempercepat dan
meningkatkan pengembangan kota
karena kabel isolasi plastik ini
mempunyai kinerja dielective yang
paling baik dan mudah pekerjaan
penyambungan pada instalasi- nya,
pemeriksaan dan pemeliharaannya.
Khususnya kabel yang
menggunakan cross-linking
polyethylene yaitu pengembangan
teknik pembuataan- nya sehingga
memungkinkan untuk penggunaaan
tegangan yang lebih tinggi.
Kecenderungan baru ini
pengembangan secara cepat kabel
dengan dielektrik padat
menyatakan secara tidak langsung
bahwa kabel minyak sampai
tegangan 275 kV segera diganti
dengan kabel dengan isolasi cross-
linked polyethylene Kabel XLPE
baru-baru ini mempunyai berat
yang sangat ringan,syarat termal
yang lebih baik dan biaya instalasi
yang sangat murah.
Perbaikan kabel yang rusak
hanya memerlukan bagian kecil
waktu dari pada kabel dengan
isolasi minyakdan biaya material
yang rendah.Dari aspek lingkungan
kabel XLPE mempunyai
keuntungan yang lebih besar
,karena resiko minyak tidak ada.
Material XLPE



304
Material dasar untuk semua
jenis kabel XLPE adalah
plyethylene dengan desnsity yang
density rendah .Isolasi polyethylene
(PE) sudah lama digunankaan
sebagai isolasi kabel dan material
selubung yang mempunyai sifat
listrik dan mekanik yang baik,
ringan, fleksibilitas suhu yang
rendah yang baik tahan
kelembaban yang baik, kimia dan
ozone yang mempunyai harga
rendah. LD polyethylene
mempunyai sifat yang masih
terbatas penggunaanya sebagai
bahan isolasi kabel. Sebagai bahan
termoplastik mempunyai
kekurangan, suhunya 105 -115 C
.Kerugian yang lain adalah tendensi
stress-cracking apabila
bersinggungan dengan permukaan
bahan aktiv. Dengan menggunakan
proses reminiscent dari vulkanisasi
karet molekul PE dapat diproses
cross-link sehingga memperbaiki
sifat termal dan mekanik secara
baik dan sifta listriknya berubah
secara baik juga.

1. Sifat termal
Oleh karena (owing to)
menggunakan cross-linking, kabel
XLPE adalah material yang tahan
panas. XLPE tidak dapat meleleh
seperti polyethylene tetapi terurai,
dan membentuk karbon jika terbuka
pada waktu yang lama diatas suhu
300 C. Suhu konduktor yang
diijinkan pada waktu terjadi hubung
singkat selama 1 detik adalah
250 C pada beban kontinyu dan
konduktor dengan isolasi XLPE
suhunya 90 C.


2. Sifat listrik
Sifat listrik yang baik dari PE
tidak berubah selama proses cross-
linking,oleh karena itu XLPE seperti
PE mempunyai sangat kecil dan
hanya ketergantungan suhu loss
faktor (tan d) dan konstanta
dielektrik (). Oleh karena itu hasil
dari rugi dielektrik dari kabel XLPE
adalah kecil dibandingkan dengan
PVC dan kabel isi minyak. Kabel
XLPE khususnya sesuai untuk rute
kabel yang panjang dengan
tegangan tinggi yang dalam hal rugi
rugi adalah sangat penting.

3. Sifat mekanik
Polyethylene mempunyai sifat
mekanik yang baik.Hal ini menarik
karena pada suhu normal PE dapat
menahan lokal stress lebih baik dari
PVC.Dalam hal ini XLPE
mempunyai keuntungan yang sama
seperti PE dan tingkat tertentu
seperti isolasi yang diisi XLPE,juga
tahan terhadap abrasi yang lebih
baik dari pada polyethylene.Oleh
akrena itu sifat mekaniknya yang
baik dari kabel XLPE diwaktu yang
akan datang mempunyai jumlah
penggunaan yang lebih besar dari
kabel konvensional.

4. Sifat kimia
Oleh karena cross-linking dari
molekul XLPE tahanannya lebih
baik dari pada PE
Polusi sekitar dan kabel
Dari aspek lingkungan baik PVC
maupun kabel minyak mempunyai
kerugian yang jelas, kabel PVC
adalah jika kebakaran memberikan
gas-gas yang korosi dan kabel
minyak jika bocor akan merusak



305
suplai air. Tak dapat disangkal
(admittedly) kebakaran, hasil
pembakaran adalah karbon dioksid
(CO2) dan air tidak menyebabkan
kerusakan. Penggunaan XLPE
pada kabel tegangan rendah dapat
dibuat tahan tehadap rambatan api.
Kompon tidak menghasilkan
halogen.

5. Keuntungan dan kerugian
a. Keuntungan
Keuntungan kabel ini adalah
ringan, dan mudah pemasangannya
Radius lingkaran yang kecil dan
konsekuensi khusus untuk instalasi
yang terbatas misalnya switch gear
instalasi dalam.
Pengenal hubung singkat yang
tinggi khususnya sesuai untuk
penampang kabel yang dipilih
dengan dasar arus hubung singkat.
Tidak ada tekanan terhadap
peralatan untuk stabilisasi dielektrik
,dengan simplifikasi dari
pemasangan dan peralatan
bantu,sehingga mengurangi biaya
pemasangan dan pemeliharaan.
Isolasi yang padat,konssekuensinya
sesuai untuk slope yang besar dan
perbedaan ketinggian dari rute
kabel.
Tangen delta yang rendah
sehingga mengurangi biaya operasi
akibat rugi dielektrik yang rendah.

b. Kerugian
Pengaman mekanik yang
rendah,dibanding dengan kabel
didalam pipa besi. Pengaruh
screen yang rendah dari kabel
dengan selubung logam atau kabel
dalam pipa.

c. Standar yang digunakan
-IEC 228 : Isolasi dan konduktor
kabel
- IEC 229 : Pengujian kabel
oversheath yang mempunyai
fungsi pengaman khusus dan
menggunakan extrusion
- IEC 287 : Perhitungan
pengenal arus kontinyu kabel (100
% faktor beban)
- IEC 840 : Pengujian kabel
tenaga yang menggunakan isolasi
extruded untuk tegangan diatas
30 kV (Um 36 kV sampai 150 kV
- IEC 949 : Perhitungan arus
hubung singkat termal yang
diijinkan
- Publikasi IEC yang lain yang
berkaitan

7.12.1. Konstruksi kabel XLPE
Konstruksi kabel XLPE dapat
dilihat pada gambar 7.19. dibawah
ini

1. Konduktor
Konduktor terdiri dari kawat
tembaga stranded annealid
konduktiviti tinggi yang sesuai
dengan IEC publikasi 228 .
Konduktor mempunyai bentuk 4
segmen jenis Milikan dengan
penampang1000 mm
2

2. Kabel screen
Screen konduktor non metalik
ini terdiri dari lapisan extruded semi
konduktiv termo settinf
kompon.Screen tersebut halus dan
kontinyu.Antar konduktor dengan
dan lapisan ektruded semi
konduktiv ,pita semi konduktiv
harus dipasang.




306
3. Isolasi
Isolasi dibuat dari dry cure
XLPE extruded secara serempak
dengan semi konduktiv dan
insulation screen (triple head
extrusion).Isolasi dirancang untuk
tegangan impulse 750 kV puncak
pada suhu konduktor tidak kurang
dari 5C dan tidak lebih besar dari
10C diatas suhu pengenal
maksimum dari operasi normal
isolasi. Ketebalan rata-rata isolasi
tidak kurang dari harga nominal
pada lampiran Technical particular
and guarantie.


Gambar 7.19. Konstruksi kabel XLPE
4. Screen Isolasi
Screen isolasi terdiri dari
lapisan extrude semi konduktiv
termo setting compound. Screen ini
smoot dan kontinyu.Pada screen ini
pita semi konduktiv harus dipasang.

5 Pelindung Metalik (metallic
shield).

Pelindung metalik dari kabel
terdiri dari kawat tembaga
konduktifitas tinggi. Penampang
pelindung metalik ini harus mampu
melalukan arus gangguan seperti
pada technical; particular and
guarantie.



6. Penutup bagaian dalam (inner
covering)

Penutup pengaman anti
corrosion dan sebagai lapisan
bedding untuk lapisan anti termite
pita kuningan extruded black
polyethilene compound digunakan
dengan tebal mominal 2 ,0 mm .

7. Pita pengaman anti termite
Sebagai pengaman anti termite
,dua lapisan pita tin-bronze harus
dipasang diatas inner covering.

8. Penutup Luar
Penutup kabel bagian luar
adalah dari extruded black PVC dan
tambahan bahan kimia lead
naphtenate seperti pada anti
Konduktor
Pelapis konduktor
Isolasi
Pelapis isolasi
Mantel Logam
Bantalan pelindung dalam
Logam pelindung
Outer sheath
Binder



307
termite,nominal ketebalannya
3,0 mm.

9. Penandaan
Tanda berikut agar dipasang pada
penutup luar PVC :
Sebagai contoh untuk : Kabel
XLPE 150 kV 1000mm2 LG kabel
1997
Artinya:
-Tegangan nominal : 150 kV
- Jenis kabel : XLPE
- Penampang konduktor: 1000 mm2
- Pabrik Pembuat : LG Kabel
- Tahun pembuatan : 1997
7.13. Kabel laut.
Kabel Laut Tegangan Tinggi
yang terpasang saat ini di PLN P3B
menggunakan jenis Kabel minyak
(Oil Filled Cable), seperti yang
terpasang di PLN P3B RJTB sbb ,
yang kontruksinya dapat dilihat
pada gambar 6.20.
kabel laut Jawa Madura merk
BICC dari Inggris.
kabel laut Jawa Bali merk
PIRELLI dari Itali.



.
.
.
.
.
.
.
.
Conductor
Conductor Screen
Insulation
Insulation Screen
Laid Up Cores
Binders
Sheath
Bedding
Reinforcement Binder
Anti Corrosion Sheath
Oil Duct
Anti Teredo Tapes Binder
Bedding
Armour
Binder
Serving


Gambar 7.20. Kabel laut merk BICC

Pada umumnya untuk SKLT ini
hampir sama dengan SKTT.
Perbedaannya terletak pada lapisan
pelindungan lebih banyak yang
spesifik (lihat tabel berikut).
Tabel :7.9. Spesifikasi Kabel Laut







308
Tabel :7.9. Spesifikasi Kabel Laut Jenis Merk Jenis BICC
No B A G I A N B A H A N SATUAN UKURAN
1 Konduktor Tembaga Penampang 300 mm2
Diameter 22,5 mm
2 Konduktor
Screen
Kertas Karbon Diameter 23 mm
3 Isolasi Kertas Diameter 48,1 mm
4 Isolasi Screen Kertas Karbon &
Non Ferrous
metal
Tape/kertas
Diameter 48,9 mm
5 Binder CWF Tape Diameter 106,2 mm
6 Sheath Lead Diameter 114,2 mm
7 Bedding B.P Katun Tape Diameter 114,8 mm
8 Reinforcement
Binder
Non Ferrous metal &
Tapes
Diameter 115,6 mm
9 Anti Corrosion
Sheath
Extruded Polymeric
Sheath
Diameter 124,1 mm
10 Oil Duct Aluminium Diameter I.D 18 mm
O.D 20 mm
11 Anti Teredo
Tapes
Binder
Brass Diameter 124,5 mm
12 Bedding Hessian Tapes Diameter 127,6 mm
13 Armour Galv. Steel Wire (
60 bh )
Diameter 139,6 mm
14 Binder Fabric Tape Diameter 140,1 mm
15 Serving Jute Diameter 149,3 mm

Tabel :7.10. Spesifikasi Kabel Laut Jenis Merk PIRELLI.

No B A G I A N B A H A N SATUAN UKURAN
1 Oil Duct Diameter 12 mm
2 Konduktor Tembaga Penampang 300 mm2
Diameter 23,2 mm
3 Konduktor
Screen
Kertas Karbon hitam &
Kertas Duplex Tape
- -
4 Isolasi Kertas Ketebalan 10 mm
Max.
electric
stress at
87 kV
12 kV/mm
5 Core Screen Duplex tape & copper
woven rayon tape
- -



309
6 Lead Sheath Extruded half C Lead alloy Diameter 51,9 mm
Ketebalan 26 mm
7 Reinforcement Tapes stainless steel Ketebalan 0,3 mm
8 Anti Corrosion
Jacket
Extruded Polyethylene
Sheath
Diameter
Luar
60 mm
Ketebalan 3 mm
9 Core Cabling - Diameter 130 mm
10 Anti Teredo
Protection
Copper Tape Ketebalan 0,1 mm
11 Bedding Polypropylene yarn Ketebalan 2 mm
12 Armour
Kesatu
Galvanized Steel Wire Diameter 7
mm/wire
13 Binding Polypropylene yarn Ketebalan 2 mm
14 Armour Kedua Galvanized Steel Wire Diameter 7
mm/wire
15 Serving Polypropylene yarn Ketebalan 3,5 mm
Diameter
Luar
173 mm
16 Fiber Optic
Core
12 SMR Optical Fibers
Cable with Power Cores
- -





310
BAB VIII
PEMELIHARAAN KABEL TEGANGAN TINGGI

8.1. Manajemen Pemeliharaan
Pada umumnya lokasi sumber
energi primer konvensional tidak
selalu dekat dengan pusat beban
sehingga pusat pembangkit listrik
dibangun pada lokasi yang terpisah
jauh dari pusat beban maka
penyaluran daya diselenggarakan
melalui instalasi penyaluran
(saluran transmisi dan gardu
Induk). Instalasi penyaluran ini
melalui daerah perkotaan atau
melalui laut. Untuk itu instalasi
penyaluran didaerah ini terpaksa
menggunakan Kabel Tenaga yang
berupa Kabel tanah maupun kabel
laut.
Perkembangan selanjutnya,
beberapa sistem tenaga listrik
(sebagai contoh : Jawa barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan bali)
diinterkoneksikan membentuk satu
grup operasi. Peranan instalasi
penyaluran semakin penting,
konfigurasi jaringan semakin
kompleks dan peralatan semakin
banyak, baik dari segi jumlah
maupun ragamnya.
Peralatan utama yang
terpasang di gardu induk dan
saluran transmisi adalah :
Sebagaimana peralatan pada
umumnya, peralatan yang
dioperasikan dalam instalasi
penyaluran tenaga listrik perlu
dipelihara agar unjuk kerjanya
dapat dipertahankan.
Pemeliharaan peralatan
penyaluran tenaga listrik diperlukan
untuk mempertahankan unjuk
kerjanya namun di lain pihak
sebagian besar pemeliharaan itu
memerlukan pembebasan tegangan
yang berarti bahwa peralatan yang
dipelihara harus dikeluarkan dari
operasi.
Keluarnya beberapa peralatan
dari operasi selama pemeliharaan
dapat menyebabkan berkurangnya
keandalan penyaluran, berkurang-
nya kemampuan penyaluran
bahkan padamnya daerah yang
dipasok oleh peralatan tersebut.
Permasalahan tersebut juga
dialami oleh pemeliharaan Kabel
Tenaga dengan memelihara Kabel
Tenaga menyebabkan pemadaman
Kabel Tenaga tersebut. Untuk
mempercepat pekerjaan tersebut
maka diperlukan managemen
pemeliharaan.
8.1.1.Manajemen Pemeliharaan
Peralatan Penyaluran
Suatu sistem tenaga listrik
mempunyai jumlah dan jenis
peralatan instalasi penyaluran yang
sangat banyak yang dihubungkan
satu dengan lainnya membentuk
suatu sistem penyaluran.
Peralatan dengan jumlah dan
jenis yang banyak itu harus
dipelihara untuk mempertahankan
unjuk kerjanya.
Sehubungan dengan
pemeliharaan peralatan sistem
tenaga listrik pada umumnya
membutuhkan dikeluarkannya
peralatan tersebut dari operasi
serta menyangkut jumlah yang
sangat banyak, maka
penanganannya perlu didasari


311
pemikiran manajemen yang baik.
Dalam hal ini perlu perencanaan
(planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan
(actuating) dan pengendalian
(controlling) dengan baik.
8.1.2. Perencanaan
Perencanaan pemeliharaan
peralatan penyaluran tenaga listrik
meliputi koordinasi antara
kebutuhan akan pemeliharaan dan
kondisi (keandalan) sistem. Dalam
hal ini diupayakan agar kedua
kebutuhan itu terpenuhi sebaik
mungkin.
Hasil dari perencanaan ini
adalah jadual dan jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan untuk
setiap peralatan antara lain :
- Setiap Peralatan Memerlukan
Pemeliha- raan
- Petunjuk pabrik pembuat
peralatan pada umumnya
memberikan periode dan jenis
pemeliharaan untuk peralatan
tersebut.
- Dalam hal tidak ada petunjuk
dari pabrik maka pengalaman
masa lalu (Statistik kerusakan)
dapat dipakai sebagai dasar
perencanaan jadwal dan jenis
pemeliharaan.
- Kondisi lokal dimana Peralatan
Tersebut Terpasang
Perlu dipertimbangkan, apakah
ada alternatif pemasokan
menghindari pemadaman selama
peralatan yang dipelihara
dikeluarkan dari operasi.
- Jenis penggunaan listrik yang
dipasok
Ada penggunaan listrik sebagai
penggerak suatu proses yang
tidak boleh terganggu.
Prosesnya hanya berhenti pada
jadwal yang telah ditentukan
Apabila tidak ada alternatif
pasokan daya listrik selama
pelaksanaan pemeliharaan,
maka diperlukan kompromi yang
dapat diperoleh dari hasil
koordinasi.
- Hal Khusus
Ada keadaan-keadaan khusus
yang menyangkut acara-acara
kenegaraan yang harus
dipertimbangkan dalam
perencanaan pemeliharaan.
Dalam hal ini diupayakan untuk
menghindari segala sesuatu
yang kemumingkinan dapat
menyebabkan menurunnya
keandalan atau terjadinya
pemadaman, termasuk
pemeliharaan.
Hasil perencanaan pemeliharaan
peralatan instalasi penyaluran ini
adalah Rencana Pemeliharaan
yang mencakup
Jenis Pemeliharaan
Jadwal Pelaksanaan
Keterangan lain berupa perlu/
tidaknya peralatan
dikeluarkan dari operasi.
Efisiensi Pemeliharaan
Selama ini pedoman dasar
untuk melakukan pemeliharaan
peralatan instalasi listrik adalah SE


312
Direksi No.032/PST/1984 tanggal
23 Mei 1984 tentang Himpunan
Buku Petunjuk Operasi dan
Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Listrik dimana
yang menjadi dasar utama untuk
melakukan pemeliharaan adalah
rekomendasi pabrik serta
instruction manual dari masing-
masing peralatan instalasi listrik.
Dengan pengurangan siklus
pemeliharaan ini dapat dipastikan
akan memberikan efisiensi dalam
bidang pemeliharaan, antara lain :
Mengurangi biaya pemeliharaan.
Mengurangi kebutuhan man-
haurs per peralatan.
Mengurangi waktu pemadaman.
Meningkatkan mutu pelayanan
dengan tingkat keandalan dan
kesiapan peralatan yang lebih
tinggi.
Berikut ini merupakan langkah
efisiensi yang dilakukan berupa
perubahan siklus pemeliharaan
peralatan.
Hal yang sama diberlakukan juga
terhadap PMT.
8.1.3. Pengorganisasian
Rencana pemeliharaan sebagai
hasil perencanaan diatas
merupakan dasar dalam
pengaturan orang, alat, tugas,
tanggungjawab dan wewenang
untuk terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu
dalam mengalokasikan sumber
daya yang ada atas pekerjaan-
pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien dan
seefektif mungkin.
- Rincian Pekerjaan Yang Harus
Dilaksanakan
Rincian ini perlu dibuat untuk
membantu kelancaran
pelaksanaan sekaligus
menghindari kesalahan.
Dalam hal ini tingkat rincian yang
diperlukan tergantung kesiapan
yang akan melaksanakan
pekerjaan itu.
- Pembagian Pekerjaan
Kegiatan-kegiatan spesifik yang
sejenis dikelompokkan dengan
memperhatikan kesamaan
pelaksanaan.
Diupayakan agar dalam
pelaksanaan pekerjaan, tidak
ada seseroang yang berbeban
terlalu berat atau terlalu ringan
serta tidak ada yang dibebani
pekerjaan diluar kemampuan-
nya.
- Mengalokasikan sumber Daya
'Who does what' disusun agar
seluruh tahapan pekerjaan
terlaksana dengan baik atau
tidak terjadi saling mengelak
diantara personil untuk
melaksanakan suatu pekerjaan.
Pengalokasian personil ini harus
mempertimbangkan :
Kemampuan masing-masing
personil
Beban kerja yang menjadi
tanggung jawab masing-masing
personil.
Urutan tahapan pekerjaan.
Peralatan yang diperlukan untuk
tiap tahapan pekerjaan
diinventarisir dengan jumlah yang
memadai.
Tidak lengkapnya peralatan,
selain mengakibatkan waktu
pelaksanaan lebih panjang juga
mutu pekerjaan yang lebih rencah.
Demikian juga halnya dengan


313
material.
Dasar penyusunan yang utama
adalah pengalaman dalam
pelaksanaan yang lalu.
- Koordinasi Pekerjaan
Mekanisme koordinasi harus
jelas, mengingat :
Tuntutan waktu pelaksanaan
seminimum mungkin
Menghindari kecelakaan
tegangan listrik
Menghindari gangguan
Kesalahan koordinasi dapat
berakibat fatal pada instalasi
bahkan jiwa personil yang
melaksanakan pekerjaan.
8.1.4. Penggerakan
Setelah ada rencana kerja,
kemudian pengalokasian sumber
daya, tibalah saatnya pada
pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan. Untuk mencapai
sasaran dengan baik seorang
atasan/pimpinan melakukan proses
mempengaruhi kegiatan seseorang
atau suatu kelompok kerja dalam
usaha melaksanakan rencana kerja
yang telah disusun.
Proses ini disebut
penggerakan. Pada tahap ini
sumber daya manusia merupakan
salah satu penentu bagi
keberhasilan pencapaian sasaran
sehingga kepemimpinan, motivasi
dan komunikasi.
- Persiapan Personil
Kondisi personil harus dalam
keadaan baik, mental dan
jasmani. Kesiapan ini harus
dinyatakan saat sebelum
memulai pekerjaan dan masing-
masing personil menyatakan
kesiapannya secara tertulis
dalam blanko-blanko yang sudah
disiapkan.
Kondisi yang tidak baik
(pusing, kurang tidur, letih dan lain-
lain) dapat membahayakan dirinya
serta orang lain. Selanjutnya
diskusi mengenai apa yang akan
dikerjakan akan sangat membantu
pelaksanakan pekerjaan.
- Persiapan Peralatan
Kondisi dan kesiapan
peralatan perlu diperiksa
sebelum saat pelaksanaan,
terutama yang menyangkut
keselamatan jiwa seperti
sabuk pengaman, pelindung
tubuh, tangga, alat uji
tegangan,Gas
cheker,Blower,Baju tahan api
dan lain-lain.
- Kepemimpinan dan Motivasi
Dalam rangka pelaksanaan
pemeliharaan mulai dari
persiapan sampai akhir
pekerjaan diperlukan proses
mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju
ke pencapaian tujuan yaitu
terlaksananya pekerjaan
pemelihara an dengan baik.
Ada berbagai gaya
kepemimpinan yang secara
umum dikenal namun sulit
untuk menyatakan satu gaya
yang terbaik.
Pemimpin yang efektif
menyesuaikan tingkah laku
kepemimpinannya pada
kebutuhan yang dipimpin dan
lingkungannya. Dalam hal ini
perlu diperhatikan tingkat
kedewasaan serta perilaku
manusia yang dipimpin.
Ciptakanlah situasi yang
memungkinkan timbulnya
motivasi pada setiap personil
untuk berperilaku sesuai
dengan tujuan. Salah satu


314
faktor penting disini adalah
unsur kewibawaan.
8.1.5. Pengendalian
Dalam upaya tercapainya
sasaran seperti yang direncanakan,
seorang atasan / pimpinan perlu
melakukan pengendalian karena
pada umumnya terjadi perubahan
situasi dan lingkungan serta
kesalahan pada saat pelaksanaan.
Melalui pengendalian ini,
penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin sehingga
tindakan koreksi dapat
memperbaiki pelaksanaan
Dalam mencapai tujuan sesuai
dengan yang direncanakan,
diperlukan pengendalian agar
penyimpangan dapat dideteksi
sedini mungkin. Penyimpangan
dalam pelaksanaan dapat saja
terjadi oleh kemungkinan-
kemungkinan :
Adanya perubahan karena
lingkungan,
Terjadinya kesalahan karena
informasi kurang jelas,
Terjadi kesalahan karena
kemampuan personil yang tidak
memadai,
Ditemukan masalah lain diluar
yang sudah direncanakan.
Untuk dapat melaksanakan
pengendalian diperlukan sasaran
pengendalian, indikator - indikator
dan standar yang jelas.
Pelaksanaan pekerjaan dievaluasi,
hasil yang dicapai dibandingkan
terhadap standar dan
melaksanakan tindakan koreksi bila
diperlukan. Unsur manusia adalah
hal yang paling utama dalam
pengendalian yang menyangkut :
Kelemahan (kesalahan,
kemalasan, ketidaktahuan ),
Kecurangan,
Perbedaan pemahaman/
penafsiran atas sesuatu,
Keengganan merubah sesuatu
yang sudah dianggap mapan
(kebiasaan cara kerja ).

8.2. Pengertian Dan Tujuan
Pemeliharaan

Pemeliharaan peralatan listrik
tegangan tinggi adalah serangkaian
tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga dapat dicegah terjadinya
gangguan yang menyebabkan
kerusakan.
Tujuan pemeliharaan peralatan
listrik tegangan tinggi adalah untuk
menjamin kontinyunitas penyaluran
tenaga listrik dan menjamin
keandalan, antara lain :

1. Untuk meningkatkan
reliability, availability dan
effiency.

Faktor yang paling dominan
dalam pemeliharaan peralatan
listrik tegangan tinggi adalah pada
sistem isolasi. Isolasi disini meliputi
isolasi minyak, udara dan gas atau
vacum. Suatu peralatan akan
sangat mahal bila isolasinya sangat
bagus, dari isolasi inilah dapat
ditentukan sebagai dasar
pengoperasian peralatan.dengan
demikian isolasi merupakan bagian
yang terpenting dan sangat
menentukan umur dariperalatan.
Untuk itu kita harus memperhatikan
/memelihara sistem isolasi sebaik
mungkin, baik terhadap isolasinya
maupun penyebab kerusakan


315
isolasi.
Dalam pemeliharaan peralatan
listrik tegangan tinggi kita
membedakan antara pemeriksaan /
monitoring (melihat, mencatat,
meraba serta mendengar) dalam
keadaan operasi dan memelihara
(kalibrasi / pengujian, koreksi /
resetting serta memperbaiki /
membersihkan ) dalam keadaan
padam.
Pemeriksaan atau monitoring
dapat dilaksanakan oleh operator
atau petugas patroli setiap hari
dengan sistem check list atau
catatan saja. Sedangkan
pemeliharaan harus dilaksanakan
oleh regu pemeliharaan.


8.3. Jenis jenis Pemeliharan
Jenis jenis Pemeliharan pada kabel adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan harian
Pemeliharaan harian seperti tabel 8.1
Tabel 8.1.Pemeliharaan harian
Jadwal

DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN
:
:
HARIAN
OPERASI

NO.
PERALATAN/KOMPONEN YANG
DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3
1. Manometer tekanan Minyak
Kabel
Periksa secara visual dan catat
tekanan minyak pada sealing end
pada manometernya.
2. ROW

Periksa secara visual : rambu
(patok-patok), jembatan kabel, tutup
crosbonding dan box culvert serta
kegiatan pembangunan atau
kegiatan diatas/sekitar jalur sktt.
3. Terminasi Kabel head (sealing
end)
a

Periksa secara visual klem terminasi
kabel head dan bagian yang
bertegangan dari benda asing.
b Periksa sistem pentanahan sealing
end (kabel head).



2. Pemeliharan Mingguan.



316
Pemeliharaan berupa monitoring saluran Kabel Tanah Tegangan Tinggi
yang dilakukan oleh petugas patroli setiap Mingguan serta dilaksanakan
dalam keadaan operasi, seperti tabel 8.2.
Tabel 8.2.Pemeliharaan Mingguan

JADWAL : MINGGUAN
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : OPERASI

NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3

1. Manometer tekanan Minyak
Kabel

Periksa tekanan minyak pada
sealing end secara visual pada
manometernya.
2. ROW

Periksa secara visual : rambu
(patok-patok), jembatan kabel, tutup
crosbonding dan box culvert serta
kegiatan pembangunan atau
kegiatan diatas/sekitar jalur sktt.

3. Terminasi Kabel head (sealing
end)
a

Periksa secara visual klem terminasi
kabel head dan bagian yang
bertegangan dari benda asing.
b Periksa sistem pentanahan sealing
end (kabel head).
4
Manometer tekanan Minyak
Kabel
Periksa secara visual dan catat
tekanan minyak pada manometer di
setiap Stop Joint yang dapat
diperiksa.










3. Pemeliharaan Semesteran



317
Pemeliharaan berupa monitoring saluran Kabel Tanah Tegangan Tinggi
yang dilakukan oleh petugas patroli setiap Semester serta dilaksanakan
dalam keadaan operasi. seperti tabel 8.3.

Tabel 8.3. Pemeliharaan Semester
JADWAL : SEMESTER
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : OPERASI
NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3
1. Minyak Kabel

Periksa secara visual dan catat
tekanan minyak pada Stop Joint dan
Sealing end (kabel head) .
2. Terminasi Sealing End (Kabel
head) dan bagian yang
bertegangan
a Pengukuran noktah panas pada
klem sealing end (kabel head) dan
bagian berteganan dengan infrared
thermovision.
b Pengukuran Partial Discharge pada
Sealing end (kabel head) dengan
alat uji Partial Discharge


4. Pemeliharaan Tahunan

Pemeliharaan yang berupa Pengukuran dan pengujian untuk Kabel Tanah
Tegangan Tinggi dan dilakukan oleh petugas Pemeliharaan setiap tahun dan
dilaksanakan dalam keadaan Padam, seperti tabel 8.4.
Tabel 8.4. Pemeliharaan Tahunan
JADWAL : Tahunan
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : Padam

NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3

1. Tahanan Isolasi Kabel

Pengukuran tahanan isolasi kabel
dengan Megger dan dengan metoda
polarisasi indeks (PI).
2. Cable Covering Protection Unit
(Non Linier Resistor)
Pengukuran arus bocor pada CCPU
dan mengukur tahanan isolasinya


318
3 Lead Sheath. (timah pelindung)
Pengukuran arus bocor pada lead
sheath dan mengukur tahanan
isolasinya

4. Mano Meter


Pengetesan fungsi penunjukan
tekanan minyak dan sistem
pengaman tekanan minyak kabel
(alarm dan tripping).
5. Boks Cross bonding dan Stop
Join serta Oil Tank Chamber
maupun Oil Tank Sunseal
Pemeriksaan dan pembersihan
terhadap Manometer, Tangki
minyak, instalasi pipa minyak,
kandungan Gas berbahaya maupun
kelembaban .
6. Kabel pilot.

Pengukuran tahanan isolasi kabel
pilot.
7 Pressure Control Cabinet (Panel
Box kontrol tekanan)
Pemberihan kabinet, seal pintu
panel, pengukuran tahanan variabel
untuk mengatur tegangan sistem
pengaman (proteksi tekanan
minyak/supervisi).
8.4. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap Kabel Laut Tegangan Tinggi
adalah:
1. Pemeliharaan Kabel Laut Harian.
Pemeliharaan berupa monitoring untuk Kabel Laut Tegangan Tinggi yang
dilakukan oleh petugas Patroli dan dilaksanakan secara Harian dalam keadaan
operasi, seperti tabel 8.5.
Tabel 8.5. Pemeliharaan Kabel Laut Harian
JADWAL : HARIAN
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : OPERASI

NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3

1. R.O.W

Pantau lalu lintas kapal agar tidak
lego jangkar pada daerah koridor
kabel laut
2. Lampu Suar Pantau kedipan lampu rambu suar
apakah masih bekerja baik.
3. Pelampung suar Periksa pelampung suar apakah
masih berada pada tempat yang
ditentukan.


319
2. Pemeliharaan kabel laut mingguan

Pemeliharaan berupa monitoring untuk Kabel Laut Tegangan Tinggi
yang dilakukan oleh petugas Patroli dan dilaksanakan setiap Mingguan dalam
keadaan operasi, seperti tabel 8.6.

Tabel 8.6. Pemeliharaan Kabel Laut mingguan
JADWAL
: MINGGUAN
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN
: OPERASI
NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1. Terminasi Kabel head dan bagian
yang bertegangan

Periksa terminasi
kabel head dan
bagian yang
bertegangan dari
benda asing
secara visual.
2. Tegangan Suplay AC/DC untuk
alat bantu.
Periksa tegangan suplay AC
maupun DC untuk alat bantu
apakah masih normal.
3. Tekanan minyak Periksa tekanan minak kabel
4. Terminasi. Periksa terminasi kabel apakah
masih baik secara visual.























320
3. Pemeliharaan kabel laut Semester

Pemeliharaan yang berupa monitoring untuk Kabel Tanah Tegangan
Tinggi dan dilakukan oleh petugas Patroli setiap Semester dan dilaksanakan
dalam keadaan operasi, seperti tabel 8.7.

Tabel 8.7. Pemeliharaan Kabel Laut Semester
JADWAL : Semester
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : OPERASI

NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3

1. Terminasi Kabel head dan
bagian yang bertegangan

Pengukuran noktah panas pada
kabel head dan bagian berteganan
dengan infrared thermovision.
2. Terminasi Kabel head dan
bagian yang bertegangan

Pengukuran Partial Discharge pada
kabel head dengan alat uji Partial
Discharge

3. Terminasi Kabel head dan
bagian yang bertegangan

Pembersihan bushing kabel head
terdapap kristal garam serta
pembersihan isolator string pada
gantry, dead end tower.
4. Terminasi Kabel head dan
bagian yang bertegangan
Pembersihan terminasi/sealing end
kabel.
5. Peralatan kontrol minyak dan
alat bantu khusus

Periksa apakah peralatan kontrol
daan alat bantu khusus dapat
berfungsi dengan baik.















321
4. Pemeliharaan Kabel Laut Tahunan.

Pemeliharaan yang berupa Pengukuran dan pengujian untuk Kabel Tanah
Tegangan Tinggi dan dilakukan oleh petugas Pemeliharaan setiap tahun dan
dilaksanakan dalam keadaan Padam, seperti tabel 8.8.

Tabel 8.8. Pemeliharaan Kabel Laut Tahunan

JADWAL : Tahunan
DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN : Padam

NO.
PERALATAN/KOMPONEN
YANG DIPERIKSA
URAIAN PELAKSANAAN
1 2 3

1. Sistem pentanahan

Pemeriksaan dan pengukuran
sistem pentanahan kabel laut
dengan Megger pentanahan.
2. Tahanan isolasi Kabel Laut

Ukur tahanan isolasi kabel laut
dengan Megger.
3. Mano Meter

Uji fungsi manometer apakah masih
bekerja baik.
4 Boks Cross bonding dan Stop
Join serta Oil Tank Chamber
maupun Oil Tank Sunseal.
Pemeriksaan dan pembersihan
terhadap Manometer, Tanki, Gas
berbahaya maupun kelembaban
dalam kondisi operasi
5 Tahanan isolasi kabel pilot a Ukur tahanan isolasi dari kabel pilot
apakah masih baik.
b Ukur tahanan kabel pilot (Rdc).
7 Rambu-rambu a Periksa kelengkapan rambu-rambu
dan pelampung suar seperti Batere,
lampu dan panel solar sel.
b Pelihara kelengkapan rambu-rambu
dan pelampung suar penggantian
elektroda anti korosi setiap 5 tahun..
8 R O W Periksa ROW kabel dengan Scan
sonar apakah kabel masih tetap
pada posisi nya setiap 5 tahun.






322
8.5. Prosedur Pemeliharaan
Prosedur pemeliharaan kabel dan kabel laut dapat dilihat pada tabel 8.9
Tabel 8.9. Prosedur pemeliharaan kabel dan kabel laut
LATAR BELAKANG
Kesinambungan penyaluran energi listrik yang
dikelola oleh PLN UBS P3B salah satunya ditentukan
oleh kesiapan operasi gardu induk dan saluran
transmisi. Kesiapan operasi gardu induk dan saluran
transmisi harus didukung oleh pemeliharaan
peralatan secara aman, baik dan benar. Didalam
pelaksanaannya, jika terjadi kesalahan prosedur, akan
mengakibatkan gangguan pada sistem tenaga listrik
dan kerusakan pada peralatan bahkan dapat
mengakibatkan kecelakaan manusia.
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan
keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan di
instalasi listrik, maka perlu dibuat prosedur
pelaksanaan pekerjaan pada instalasi listrik tegangan
tinggi / ekstra tinggi sebagai penyem- purnaan dari
buku Manuver Peralatan Instalasi Tegangan Tinggi &
Ekstra Tinggi serta Dokumen Keselamatan Kerja.
Sesuai Surat Keputusan General Manager PT. PLN
(Persero) UBS P3B No. 005.K / 021 / GM.UBS. P3B /
2002, tanggal 07 Januari 2002, perihal
Pembentukan Tim Penyempurnaan Prosedur
Operasi Sistem dan Pemeliharaan PT. PLN (Persero)
UBS P3B, maka diterbitkan buku Prosedur
Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi Listrik
Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi
Listrik Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi ini adalah
prosedur yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh semua personil dalam melaksanakan tugas
pekerjaan pada instalasi listrik tegangan tinggi /
ekstra tinggi.
Dengan prosedur ini setiap pekerjaan pada
instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi dapat
terlaksana dengan aman dan lancar serta selamat
(safety process) sehingga tercapai Zero Accident.

Ruang Lingkup Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi


323
Listrik Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi ini berlaku
untuk semua pekerjaan pada instalasi listrik tegangan
tinggi / ekstra tinggi yang meliputi :
Manuver pembebasan tegangan.
Pelaksanaan pekerjaan pada instalasi dalam
keadaan tidak bertegangan.
Manuver pemberian tegangan.

1. PENGORGANISASIAN KERJA
Pengorganisasian
Kerja
Dalam melaksanakan pekerjaan pada instalasi listrik
tegangan tinggi / ekstra tinggi, diperlukan
pengorganisasian kerja yang melibatkan unsur /
personil sebagai berikut :
Penanggung Jawab Pekerjaan.
Pengawas K3.
Pengawas Manuver.
Pelaksana Manuver.
Pengawas Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan.
Pengawas Manuver, Pengawas Pekerjaan dan
Pengawas K3 tidak boleh dirangkap dan harus berada
dilokasi selama pekerjaan berlangsung.
Peranan Personil Peranan personil pada butir 2.1 adalah sebagai
berikut :
PENANGGUNG
JAWAB PEKERJAAN
Bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian
pekerjaan yang akan dan sedang dilaksanakan pada
instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Penanggung Jawab Pekerjaan adalah kuasa pemilik
asset yaitu Manager UPT.
PENGAWAS K3
Bertugas sebagai pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada pekerjaan instalasi listrik
tegangan tinggi / ekstra tinggi, sehingga keselamatan
manusia dan keselamatan instalasi listrik terjamin.
Personil yang ditunjuk sebagai Pengawas K3 harus
memiliki kualifikasi Pengawas K3.
PENGAWAS
Bertugas sebagai pengawas terhadap proses
manuver (pembebasan / pengisian tegangan) pada
instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi, se-


324
MANUVER hingga keselamatan peralatan dan operasi sistem
terjamin.
Personil yang ditunjuk sebagai Pengawas Manuver
harus memiliki kualifikasi keahlian setingkat Operator
Utama.
PELAKSANA
MANUVER
Bertindak selaku eksekutor manuver pada instalasi
tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Pelaksana Manuver adalah Operator Gardu Induk /
Dispatcher Region / Dispatcher UBOS yang dinas
pada saat pekerjaan berlangsung.
PENGAWAS
PEKERJAAN
Bertugas sebagai pengawas terhadap proses
pekerjaan pada instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra
tinggi.
Personil yang ditunjuk sebagai Pengawas Pe- kerjaan
harus memiliki kualifikasi minimal setingkat Juru
Utama Pemeliharaan.
PELAKSANA
PEKERJAAN
Bertugas melaksanakan pekerjaan pada instalasi
listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Personil Pelaksana Pekerjaan ditunjuk oleh
Pengawas Pekerjaan.
TUGAS DAN
TANGGUNG JAWAB
Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil
pada butir 2.2. adalah sebagai berikut :
PENANGGUNG
JAWAB PEKERJAAN
Mengelola seluruh kegiatan pekerjaan yang
meliputi : personil, peralatan kerja, perlengkapan
K3 dan material pekerjaan.
Melakukan koordinasi dengan Unit lain yang
terkait.
PENGAWAS K3
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan cara
sebagai berikut :
Memeriksa kondisi personil sebelum bekerja.
Mengawasi kondisi / tempat-tempat yang ber-
bahaya.
Mengawasi pemasangan dan pelepasan taging,
gembok dan rambu pengaman.
Mengawasi tingkah laku / sikap personil yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Mengawasi penggunaan perlengkapan kesela-
matan kerja.
PENGAWAS
Menjaga keamanan instalasi dan menghindari
kesalahan manuver yang dilakukan oleh Operator
Gardu Induk dengan cara sebagai berikut :


325
MANUVER
Mengawasi pelaksanaan manuver.
Mengawasi pemasangan dan pelepasan taging di
panel kontrol serta rambu pengaman / gembok di
switch yard.
Mengawasi pemasangan dan pelepasan sistem
pentanahan.
PELAKSANA
MANUVER
Melakukan eksekusi manuver peralatan instalasi
listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Melakukan pemasangan dan pelepasan taging di
panel kontrol serta rambu pengaman / gembok di
switch yard.
Melakukan penutupan dan pembukaan PMS
tanah.

Menunjuk personil Pelaksana Pekerjaan sebagai
Pelaksana Pengamanan Instalasi listrik untuk
memasang dan melepas taging, gembok, dan
rambu pengaman.
PELAKSANA
PEKERJAAN
Memasang dan melepas pentanahan lokal.
Memasang dan melepas taging, gembok dan
rambu pengaman.
Melaksanakan pekerjaan.


PENDELEGASIAN
TUGAS
Pendelegasian tugas dapat diberikan kepada peja-
bat atau personil yang mempunyai kemampuan
(Formulir 8), dalam hal :
Personil yang ditunjuk berhalangan melak-
sanakan tugasnya.
Dalam satu pekerjaan diperlukan beberapa
pengawas.

Pelaksanaan pendelegasian dilaksanakan sebagai
berikut :
PENANGGUNG
JAWAB
PEKERJAAN
Asisten Manager Pemeliharaan atau Ahli Muda
bidang terkait dengan catatan kedua pejabat tersebut
tidak sedang menjadi pengawas lainnya (tidak
merangkap).
PENGAWAS
Operator Utama atau Personil yang mempunyai
pengalaman dan keahlian dalam bidang manuver.


326
MANUVER


PENGAWAS PEKERJAAN
Personil yang mempunyai ketrampilan,
pengalaman dan keahlian dalam bidang
pemeliharaan.
PENGAWAS K3
Personil yang mempunyai pengalaman
serta keahlian dalam bidang K3.
















2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Tahapan yang Diperlukan Tahapan pelaksanaan prosedur pekerjaan pada
instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi
adalah sebagai berikut :
Persiapan a. Briefing tentang rencana kerja yang akan
dilaksanakan kepada seluruh personil yang
terlibat dalam pekerjaan dilaksanakan oleh :
Pengawas Pekerjaan :
Memberikan penjelasan mengenai
pekerjaan yang akan dilaksanakan
dengan baik dan aman.
Membagi tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian personil
(Formulir 3).
Pengawas K3 :


327
Memberikan penjelasan mengenai
penggunaan alat pengaman kerja /
pelindung diri yang harus dipakai (Formulir
1).
Memberikan penjelasan pengamanan
instalasi yang akan dikerjakan.
Menjelaskan tempat-tempat yang
berbahaya dan rawan kecelakaan
terhadap Pelaksana Pekerja.
Pengawas Manuver :
Menyampaikan hasil koordinasi dengan
unit terkait.
Menjelaskan langkah-langkah untuk
manu- ver pembebasan dan pengisian
tegangan (Formulir 4 dan 7).
b. Pengawas Pekerjaan memeriksa alat kerja
dan material yang diperlukan.
c. Pengawas K3 memeriksa peralatan kesela-
matan kerja yang diperlukan (Formulir 1).
d. Pengawas K3 memeriksa kesiapan jasmani /
rohani personil yang akan melaksanakan
pekerjaan (Formulir 2).

Izin Pembebasan Instalasi
untuk Dikerjakan
Dispatcher (UBOS / Region) memberi izin pembe-
basan instalasi kepada Pengawas Manuver.

Pelaksanaan Manuver
Pembebasan Tegangan

Pelaksana Manuver melaksanakan :
a. Memposisikan Switch Lokal / Remote ke
posisi Lokal.
b. Manuver pembebasan tegangan, sesuai
rencana manuver yang telah dibuat (Formulir
4).
c. Pemasangan taging pada panel kontrol dan
memasang gembok pengaman pada box
PMT, PMS Line, PMS Rel dan PMS Tanah.
Semua pekerjaan manuver tersebut diatas
diawasi oleh Pengawas Manuver dan Pengawas


328
K3.
Apabila lokasi pekerjaan di luar jangkauan
pengamatan Operator Gardu Induk, maka
Pengawas Manuver dan Pengawas Pekerjaan
agar menjalin komunikasi.

Pernyataan Bebas
Tegangan
Pengawas Manuver membuat pernyataan bebas
tegangan diserahkan kepada Pengawas
Pekerjaan disaksikan oleh Pengawas K3

Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksana Pekerjaan melaksanakan :
a. Pemeriksaan tegangan pada peralatan /
instalasi yang akan dikerjakan dengan
menggunakan tester tegangan.
b. Pemasangan pentanahan lokal pada
peralatan / instalasi listrik yang akan
dikerjakan.
Perhatikan urutan pemasangan (kawat
pentanahan lokal dipasang pada sistem
grounding / arde terlebih dahulu, baru
kemudian dipasang pada bagian instalasi
yang akan dikerjakan), jangan terbalik
urutannya.
c. Pengaman tambahan (pengaman berlapis)
seperti : memasang gembok, lock-pin, dan
memblokir rangkaian kontrol dengan
membuka MCB / Fuse / Terminal.
d. Pemasangan taging, gembok dan rambu
pengaman di switchyard pada daerah
berbahaya dan daerah aman.
e. Pekerjaan dilaksanakan sesuai rencana.
Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh
Pengawas Pekerjaan dan Pengawas K3.
Jika pekerjaan belum selesai dan akan
diserahkan ke regu yang lain,


Pekerjaan Selesai Bila pekerjaan telah selesai Pelaksana Pekerjaan
melaksanakan :
a. Melepas pentanahan lokal.
Perhatikan urutan melepas (kawat
pentanahan lokal pada bagian instalasi


329
dilepas terlebih dahulu, kemudian kawat
pentanahan lokal pada bagian sistem
grounding / arde dilepas).
b. Melepas pengaman tambahan seperti
gembok dan lock-pin, mengaktifkan rangkaian
kontrol dengan menutup MCB / Fuse /
terminal.
c. Melepas taging, gembok dan rambu
pengaman di switchyard.
d. Merapikan peralatan kerja.
Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh
Pengawas Pekerjaan dan Pengawas K3.


Pernyataan Pekerjaan
Selesai
Pengawas Pekerjaan membuat Pernyataan
Pekerjaan Selesai dan diserahkan kepada
Pengawas Manuver disaksikan oleh Pengawas
K3

Pernyataan Instalasi Siap
Diberi Tegangan
Pengawas Manuver menyatakan kepada
Dispatcher (UBOS / Region) bahwa instalasi
listrik siap diberi tegangan kembali.


Pelaksanaan Manuver
Pemberian Tegangan
Pelaksana Manuver melaksanakan :
a. Melepas gembok pengaman pada PMS Line
dan PMS Rel serta PMS Tanah.
b. Membuka PMS Tanah.
c. Melepas taging pada panel kontrol.
d. Memposisikan switch Lokal / Remote pada
posisi Remote.
Jika remote kontrol Dispatcher gagal, maka
berdasarkan perintah Dispatcher, posisi
switch Lokal / Remote diposisikan Lokal dan
Pelaksana Manuver melaksanakan manuver
penutupan PMT untuk pemberian tegangan.
Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh
Pengawas Pekerjaan dan Pengawas K3.




330
8.6. Dokumen Prosedur Pelasanaan Pekerjaan ( DP3 )
Dokumen Prosedur Pelasanaan Pekerjaan dapat dilihat pada tabel 8.10

Tabel 8.10 Dokumen Prosedur Pelasanaan Pekerjaan

1. Daerah Berbahaya dan
Daerah Aman.
Daerah berbahaya (danger area) adalah suatu
tempat (daerah) disekitar peralatan (bagian)
bertegangan, yang batasnya (jaraknya) tidak
boleh dilanggar.

Batas (jarak) daerah berbahaya tergantung
pada besarnya tegangan nominal sistem.
Sedangkan jarak aman (safety distance)
adalah jarak di luar daerah bahaya, dimana
orang dapat bekerja dengan aman dari bahaya
yang ditimbulkan oleh peralatan (bagian) yang
bertegangan.
Untuk berjalan melintas disekitar daerah
peralatan / instalasi yang bertegangan, harus
sangat berhati-hati. Pastikan bahwa peralatan
yang dibawa tidak mencuat / menonjol keatas
ataupun kesamping , usahakan untuk tidak
dipanggul atau dibawa secara melintang.
Jarak aman minimum diperlihatkan pada tabel
berikut ini :
Sistem tegangan
(kV)
Jarak aman
*

(cm)
20
30
70
150
500
70
85
100
150
500
4
*
mengacu pada Electrical Safety Advices
(ESA) dan PUIL 1987


331
2 Formulir DP3
( Formulir Terlampir )
Formulir-formulir yang digunakan untuk
menerapkan prosedur pelaksanaan
pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi /
ekstra tinggi ini yang disebut DP3 adalah
terdiri dari :
Formulir 1 :
Prosedur pengamanan pada instalasi
tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Lampiran formulir 1 :
Rencana pengamanan pekerjaan pada
instalasi tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Formulir 2 :
Pemeriksaan kesiapan pelaksana sebelum
bekerja pada instalasi tegangan tinggi /
ekstra tinggi.
Formulir 3 :
Pembagian tugas dan penggunaan alat
keselamatan kerja.
Formulir 4 :
Manuver pembebasan tegangan instalasi
tegangan tinggi / ekstra tinggi.



332

Formulir 5 :
3.10.1 Pernyataan bebas tegangan.
Formulir 5 lanjutan :
Serah terima pekerjaan.
Formulir 6 :
.10.2 Pernyataan pekerjaan selesai.
Formulir 7 :
.10.3 Manuver pemberian tegangan instalasi
listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi.
Formulir 8 :
Surat pendelegasian tugas.
Formulir 9 :
.10.4 Permintaan izin kerja, berlaku untuk
pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak
diluar PT PLN UBS P3B.
Jika ada pihak luar yang akan
melaksanakan suatu pekerjaan di Unit
Pelayanan Transmisi, maka harus mengisi
formulir Permintaan Ijin Kerja sebelum
mengisi formulir / dokumen K3 lainnya.




8.7. Pemelihaan Instalasi Kabel Tanah Jenis Oil Filled

Operasi dan pemeliharaan
yang baik akan menghilangkan
penyebab kabel beroperasi secara
darurat. Operator yang baik akan
mengetahui sistem kabel,sehingga
secara cepat operator akan
mengetahui maslah yang
timbul,operator akan mengetahui
langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk memisahkan yang
ada masalah, periksa dan lakukan
perbaikan atau
pembetulan.umumnya tanpa
membahayakan sistem atau harus
memadamkan kabel. Walaupun
sistem instalasi kabel sebenarnya
bebas pemeliharaan, pentingnya
operasi yang tepat memerlukan
pemeriksaan pemeliharaan yang
hati-hati dari pada memelihara
secara rutin peralatan. Apabila
diperlukan pemeliharaan tingkat
pemeliharaan dan keahlian
pelaksana harus mempunyai
kompetensi yang tinggi.



334
1. Pemelihaan Instalasi Kabel

Pemeliharaan kabel tanah
secara periodik sebenarnya tidak
diperlukan,tetapi karena kabel
tersebut berisi minyak sebagai
isolasi maka tekanannya harus
selalu dipantau.Pemasok minyak
untuk mempertahankan sifat isolasi
kabel tetap kondisi baik,maka
bergantung pada panjang rute
kabel,makin panjang instalasi
kabel, maka jumlah seksi pemasok
minyak akan bertambah,misalnya
instalasi dengan satu seksi tekanan
minyak,dua seksi dan tiga seksi.
Masing-masing seksi perlu
diperiksa tekanannya setiap minggu
untuk mengetahui kenaikan dan
atau penurunan masing-masing
seksi tekanan

2. Peralatan yang digunakan.

Untuk melaksanakan
pemeliharaan tekanan minyak
diperlukan peralatan kerja sebagai
berikut:

a. Alat kerja dan Alat K3

1. Kaki segitiga
2. Helm
3 Takel rantai
4 Sepatu karet
5..pompa lumpur/air
6. sarung tangan
7..generator
8. masker
9 .tangga aluminium/bambu
10 tabung oksigen
11 .blower
12 .baju tahan api
13 .batere/senter

3. Pelaksanaan Pemeriksaan

Sebelum melakukan pekerjaan
pemeliharaan tekanan minyak,jika
tangki berada didalam ruang bawah
tanah maka yakinkan bahwa tidak
ada gas didalam ruangan bawah
tanah.
1.Bersihkan pcc(panel control
kabinet)
2.Bersihkan manometer
3.catat penunjukan manometer
a.setting
b.Alarem
c.tripping


4. Daftar pemeriksaan tekanan minyak
SKTT :
Joint /OTC :
UPT :

No Tangga
l
1
Tekanan minyak Keterang
an
2 R S T R S T
3
4
5



335



8.8. Spare Kabel
Kabel cadangan merupakan
material yang harus tersedia di
gudang .Umumnya material ini
panjangnya kurang lebih 500 m dan
terpasang pada haspel serta
dilengkapi dengan tangki tekanan
minyak . Besarnya tekanan tangki
tersebut antara 0,8 sampai 1,2 bar
dan dilengkapi dengan manometer

Instalasi kabel tanah tegangan
tinggi 70 kV maupun 150 kV
umumnya digunakan pada saluran
transmisi tegangan tinggi didaerah
perkotaan. Jalur kabel untuk
menanam dan menggelar instalasi
malalui daerah pemukiman dan
atau disisi jalan raya. Adanya
kegiatan pembangunan yang
hampir berlangsuing tanpa
kordinasi membuat instalasi kabel
tegangan tinggi tersebut terancam
terkena gangguan.
Bedasarkan pengalaman
instalasi kabel sering mendapat
gangguan dari pekerjaan proyek
maupun kegiatan rumah tangga,
contohnya terkena bor pembuatan
arde telkom,bor sumur warga dan
,terkena begho .
Tujuan memelihara kabel
cadangan adalah untuk mengetahui
kondisi kesiapan kabel cadangan
tersebut kapan diperlukan.

1. Peralatan yang digunakan

Peralatan kerja
Tidak diperlukan peralatan kerja
untuk memeriksa tekanan minyak
kabel cadangan.

2. Peralatan K3
a. Helm
b Sepatu tahan benturan
c. kaca mata
d. Baterre senter
e.Tangga aluminium panjang 3
m
f. Jas hujan


Daftar Hasil tekanan minyak kabel spare
Gudang /Upt : .
Bulan / tahun : ..

No Tanggal Merk/Type Penampang
/panjang (m)
Tekanan
Minyak (bar)
Keterangan



8.9. Termination.
Sealing end atau terminasi
merupakan peralatan yang
digunakan untuk mengeluarkan
konduktor (inti kabel) dari kabel
yang tertanam di bawah tanah, atau
mengeluarkan konduktor yang
terpasang di dalam kompartemen
GIS. Ada dua jenis sealing end
pada instalasi kabel yaitu indoor


336
sealing end dan outdoor sealing
end. Perbedaan fisik yang nyata
antara kedua terminasi tersebut
adalah pada bagian luar terminasi
menggunakan porselen.
Pemeliharaan terminasi adalah
sebagai berikut:
1. Kondisi bertegangan
Pada kondisi bertegangan
pemeliharaan yang dilakukan
adalah memeriksa secara fisik
bushing tersebut apakah kondisinya
normal atau ada gangguan.
2. Kondisi tidak bertegangan.
Pada waktu pemeliharaan
preventive bersamaan dengan
pemeliharaan peralatan yang
lain, maka yang dilakukan terhadap
terminasi atau sealing end adalah
membersihkan porselin isolator.
a. Peralatan dan material yang
digunakan
1.tool kit
2.lap kain yang tidak berserat
3.sakapen
4.alkohol 90 %
5.semen remover
6.Sabun rumah tangga
3. Cara Pelaksanaan pemeliharaan
Pemeliharaan bushing pada
waktu beroperasi yaitu pengecekan
secara fisik apakah kondisinya
baik,dan pada kondisi tidak
bertegangan ialah dengan cara
membersihkan permukaan bushing
menggunakan sabun rumah tangga
atau sakapen.
4. Hasil Pemeliharaan out door termination
SKTT 70/150 kV : ..
Pelaksana :
UPT : ..
LOKASI GI :

Terminasi Bushing Fasa No Tanggal
Kabel I Kabel II
Keterangan
R S T R S T

5. Hasil Pemeliharaan indoor termination
SKTT 70/150 kV : ..
Pelaksana :
UPT : ..
LOKASI GI :

Terminasi Bushing Fasa No Tanggal
Tekanan minyak Kabel
I
Tekanan Minyak Kabel
II
Keteranga
n
R S T R S T



8.10. Tank Chamber Umum


338
Instalasi kabel tanah tegangan
tinggi jenis menggunakan minyak
dilengkapi dengan instalasi
pemasok minyak yang berfungsi
menjaga kondisi tekanan didalam
kabel selalu positip. Pemasok
minyak menggunakan tangki-tangki
yang bertekanan, yang akan
memberikan tekanan pada kondisi
kabel bebannya rendah dan tangki
juga berfungsi untuk menampung
kelebihan tekanan pada waktu
kabel tersebut dibebani .

Fungsi tangki minyak pada
instalasi kabel tegangan tinggi terisi
minyak sangat penting . Umumnya
pemasangan tangki berada
ruangan dibawah tanah,sehingga
seacara fisik tangki minyak berada
pada tempat yang lembab dan
kemungkinan terendam air.Tangki
minyak ini tertentu
jumlahnya,bergantung pada profile
kabel,makin rendah kabel tersebut
ditanam,maka tangki minyak yang
harus disediakan bertambah dan
karakteristi- nyapun berbeda.Untuk
menjaga peralatan ini bekerja
dengan baik dan andal serta terjaga
kondisinya maka perlu dilakukan
pemeliharaannya.
Baik yang dipasang diatas
maupun dibawah tanah harus
selalu dilakukan pemeliharaannya,
namun untuk tangki yang dipasang
dibawah tanah lebih sering
diperiksa khusunya pada musim
hujan. Untuk melakukan
pemeliharaan tangki-tangki tersebut
dapat dilakukan dengan kondisi
ionstalai dalam keadaan
bertegangan yaitu dapat dipakai
tangki cadangan,untuk mengganti
tangki yang dilakukan
pemeliharaan.

1. Peralatan kerja
Untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan tangki minyak perlu
disediakan peralatan- peralatan
sebagai berikut:

a.Kaki tiga 3 ton
b.Blower dan slang
c.Tangga aluminium panjang 3 m
d.Generator 5 kw
e.Takel rantai
f.Tool set
g.Pompa lumpur

2. Peralatan K3

a.Baju tahan api
b.Helm
c.Oksigen
d.Sepatu kerja
e.Obat-obatan
f. Senter

3. Prosedur pemeliharaan
a. tangki diatas tanah
b. lakukan pembersihan fisik tangki
dan karat
c. Lakukan pengecatan(jika perlu)

4. Dibawah tanah

a. Buka tutup ruangan tangki
b. Pasang pompa air
c. Sedot air dalam ruangan tangki
d. Pasang blower dan
kelengkapannya
e. Lakukan evakuasi ruangan
f. Petugas masuk ke ruangan
tangki menggunakan peralatan
k3 lengkap
g. Membersihkan ruang dan tangki
h. Mengecat tangki (jika perlu)
j. Mengganti tangki minyak (jika
perlu)


339
k. Membersihkan pipa-pipa minyak dari lumpur dan karat.

5. Hasil pemeliharaan

SKTT 70/150 kV :.
UPT : ..
UJT :
Pelaksana :.

TANK Type NO. Tanggal
A .. B H




8.11. Anti crossbonding,
Converting

Anti corrosion covering
merupakan perangkat srtuktur
kabel yang penting fungsinya, yaitu
sebagai pelindung karat susunan
kabel dan sebagai jalan balik arus
gangguan ke tanah apabila terjadi
kebocoran arus konduktor utama ke
tanah. Logam yang digunakan
untuk kebutuhan struktur susunan
kabel tersebut adalah logam yang
sesuai,karena material tersebut
akan terkena medan magnet dan
medan listrik jika kabel
bertegangan.
Penampangnya disesuaiakn
dengan besarnya arus gangguan
satu fasa ke tanah sistem dimana
kabel tersebut dipasang.
Pemasangan instalasi kabel tanah
150 kV single coremenggunakan
sistem transposisi dan
crossbonding, yaitu sistem
pemasangan instalasi kabel yang
diharapkan dapat menghilangkan
atau mengurangi rugi-rugi transmisi
menggunakan kabel.

Pada kondisi kabel
bertegangan ,maka akan timbul
tegangan induksi pada anti
corrosion covering. Besarnya
tegangan induksi pada ketiga kabel
dengan susunan flat formation tidak
sama, yaitu kabel yang berada
ditengah akan lebih tinggi
dibandingkan dua kabel sebelahnya
,maka pemasangannya dilakukan
transposisi.

Anticorrosion covering perlu
dilakukan pengujiannya ,karena
material ini sesuai fungsinya dalam
sistem crosbonding harus dalam
kondisi selalu mengambang yaitu
tidak terkena tanah dalam satu
major section. Untuk mengetahui
apakah material ini kondisinya baik
,maka pengujian menggunakan HV
test dilakukan setiap 6 bulan,yaitu
untuk mengetahui apakah sistem
crossbonding yang digunakan
masih memenuhi syarat serta
instalasi dilakukan pengujian dalam
keadaan tidak bertegangan.


339
1. Peralatan yang digunakan
Untuk melaksanakan pekerjaan
pengujian anticorrosion covering
diperlukan peralatan peralatan
sebgai berikut:
a. Kaki tiga 3 ton
b. Blower dan slang
c. Tangga aluminium panjang 3 m
d. Generator 5 kw
e. Takel rantai
f. Tool set
g. Pompa lumpur
h. Meger 5000 vOlt
i. Alat uji Hv test 0-30 kV,10 A
j. Alat uji tahanan tanah

2 Peralatan K3
a. Baju tahan api
b. Helm
c. Oksigen
d. Sepatu kerja
e. Obat-obatan
f. Senter
g. Tenda
h. tandu
i. Masker
j. Alat Pemadam Api

3 Material
a. kain Majun
b. Nitrogen
c. Anti karat
d. paking karet
e. kompon
f. gas LPG + blender
g. Amplas
Untuk melaksanakan pekerjaan
pengujian peralatan ini,dapat
dilakukan satu sistem (major
section,Joint 0 sampai joint 3) dan
jika tidak dapat dilakukan maka diuji
seksi yang pendek (minor
section,joint 0 sampai joint 1)
sebagai berikut:
Instalasi kondisi off (ditanahkan
sesuai kebutuhan)
Pasang pagar pengaman antara
lokasi yang diuji
Buka tutup crossbonding (kedua
boks yang diuji)
(untuk boks pentanahan buka link
dan pentanahan,untuk boks
tahanan crosbonding, buka link dan
CCPU)
Pompa air keluar(jika ada)
Periksa tekanan N
2

buka tutupnya boks crossbonding
pada dua sisi yang diuji
pasang pentanahan lokal jika perlu
buka pisau-pisau
crossbonding(r,s,t)
Lakukan uji per fasa (misal fasa R)
pasang Hv test
.kabel tegangan tinggi pada
konduktor acc dan kabel yang lain
ke tanah
atur tegangan sampai 5 kV
catat arus bocornya
.lakukan selama satu menit
(jika tidak dapat dilakukan
pengujian berarti ada kebocoran ke
tanah)
Setelah selesai pasang link bar
(sebelum memasang tutupnya uji
dahulu CCPU seperti par 7)
Pemeliharaan CCPU
Cable covering protection unit
(CCPU) adalah peralatan instalasi
kabel menggunakan sistem
cosbonding yang berfungsi
mengamankan selubung


340
logam(acc) dari tegangan lebih
akibat tegangan
surja.Pemasangannya didalam
boks crossbonding bersamaan
dengan link bar crossbonding.
Masing masing fasa sebelum
selubung logam dihubungkan ke
tanah pada boks crosbonding
terlebih dahulu dihubungkan
dengan

CCPU. Karakteristik CCPU adalah
sejenis arrester yaitu menggunakan
prinsip tahanan tak linier, pada
kondisi tegangan normal maka
berfungsi sebgai isolator dan pada
kondisi ada tegangan lebih surja
atau sejenis maka bersifat sebagai
konduktor.

3. Tujuan pemeliharaan
Pemeliharaan CCPU
dalakukan bersamaan dengan
pengujian acc karena kedua-
duanya perlu memadamkan
instalasi.Kondisi CCPU yang baik
akan berfungsi mengamankan
kabel dari tekanan tegangan lebih
yang dapat merusak sistem
crossbonding. Pemeliharaan CCPU
tidak hanya dilakukan pada waktu
pemeliharaan kabel dilaksanakan
namun perlu dilakukan
pemeriksaan apabila instalasi kabel
mengalami gangguan yang berat.



a. Peralatan yang digunakan
Untuk melaksanakan pekerjaan
pengujian anticorrosion covering
diperlukan peralatan peralatan
sebgai berikut:
a.Kaki tiga 3 ton
b.Blower dan slang
c.tangga aluminium panjang 3 m
d.Generator 5 kw
e.takel rantai
f.tool set
g.pompa lumpur
h.Megeer 5000 volt
i.Alat uji Hv test 0-30 kV,10 A
10.Alat uji tahanan tanah

4 . Peralatan K3
a.Baju tahan api
b.Helm
c.Oksigen
d.sepatu kerja
e.Obat-obatan
f.gas LPG + blender
g.Amplas
5. Metarial yang digunakan
a.kain Majun
b.Nitrogen
c.Anti karat
d.paking karet
e.kompon
f.senter
g.Tenda
8.tandu

4.Cara pemeliharaan
Bersamaan dengan pekerjaan
pemeliharaan dan pengujian
anticorrosion covering (ACC)
sebagai berikut:
a. buka ccpu dari dudukannya
b. Lakukan pengujian per buah
(satu fasa)
c. lakukan pengukuran tahanan
isolasi dengan megger 1000 volt
antara koonduktor dengan
tanah
d. pasangkan HV test antara
konduktor dengan tanah (ujung-
ujungnya)
e. atur tegangan dari 0 sampai
2 kV*


341
f. Catat arus bocornya g.Jika selesai pasang kembali.
* Ref kabel produksi china

VOLTAGE TEST
ONCORROSION COVERING AND CCPU

SKTT ( LINK) : .
Tanggal/Bln /Th : //.
Pelaksana/P.Jawab :
UPT :
A.Anti Corossion Covering
I.Tahanan Isolasi

Peralatan Merah
( ) (
Kuning
( ) (
Biru
( ) (
MEGGER
Merk :


IITegangan tinggi ( 5 kV DC)

Peralatan Merah
(mA)
Kuning
(mA)
Biru
(mA)
Keterangan
BICCO Test 103


B .Uji CCPU
1. Uji Tegangan Tinggi
Fasa 3,5 kV* 6 kV* Keterangan
R *)
S
T
Tegangan
uji dan arus
(mA)

Harga yang
diharapkan
(mA)
I<0,1 I>1
*) Periksa manual book Kabel


2.MEGGER CCPU 1000 Volt
Isolasi CCPU harus lebih besar 10 M

FASA R (M) FASA S (M) FASA T (M)

Peralatan

Megger



342
1000Volt

* Ref.kabel STK

8.12. Cara Memeriksa Tekanan
Minyak Dengan Manometer

8.12.1.Manometer biasa
Manometer biasa adalah
tabung yang dipasangkan pada
suatu bejana, pipa atau kanal untuk
mengukur tekanan. Persamaan
hydrostatic digunakan untuk
menentukan tekanannya. Sehingga
dari manometer ini dapat diketahui
besarnya tekanan bahkan dapat
digunakan untuk mengetahui
tekanan dari benda cair yang
mengalir.
Untuk menjamin terhadap
pembacaan tekanan karena
akselerasi/percepatan pada
manometer diperlukan suatu tabung
yang pada didingnya diberi skala
dan angka yang terpasang secara
parallel dengan garis aliran dan
tidak terganggu pada saat
pembukaan. Jika manometer berisi
cairan pada suatu bejana
berhubungan seperti pada gambar
8.1(d). sehingga diperlukan bejana
yang cukup panjang(tinggi) jika
tekanannya tinggi maka dibuat
suatu manometer dengan bentuk
khusus dilengkapi jarum penunjuk
yang bebas bergerak sesuai
dengan tekanan dari benda cair
yang diukur.
Tekanan minyak ditunjukan
nilainya oleh jarum pada
manometer yang mempunyai
prinsip kerja berdasarkan tekanan
minyak dan pegas yang porosnya
dipasangkan jarum penunjuk,
dimana pada kondisi seimbang
angka yang ditunjukan sebagai
tekanan yang sebenarnya dari
minyak kabel. Gambar 8.2(c).
dengan teknologi maka manometer
ini dilengkapi dengan saklar yang
difungsikan sebagai alat pemutus
atau penyambung arus dan
dihubungkan dengan indicator atau
rele proteksi sehingga manometer
akan berbungsi sebagai alat Bantu
untuk mengindikasikan tekanan
alarm dan trip atau tekanan
berlebih.

Nilai absolute adalah
penunjukan atau nilai tekanan yang
berbasis pada tekanan nol bar,
pada umumnya manometer
menunjukan nilainya berdasarkan
tekanan udara 1 bar sebagai
tekanan atsmosfer.

8.12.2. Manometer
Manometer Vacuun adalah
manometer yang dapat
menunujukan kevacuuman suatu
ruangan yang secara absolute
(referensinya 0 bars) berarti vakum
disini adalah nilai tekanan ruang
dibawah nilai 1 bar dari tekanan
atsmosfer. Satuan nya seperseribu
bar atau millibars. Walaupun tidak
ada ruang hampa yang mutlak
kosong/hampa atau vacuum.

Tujuan mevacuum suatu
peralatan seperti kabel TT, trafo
dan alat-alat lain adalah untuk
mengupayakan setelah kondisi
vacuum atau kondisi tidak ada
benda asing berada didalam ruang


343
tsb sehingga pada saat diisi dengan
minyak atau gas isolasi (sf6) akan
dapat mengisi ruang-ruang hingga
terkecil maka didapat pengisian
yang baik tanpa ada ruang yang
berisi udara atau terdapat udara
terjebak yang sering berakibat
panas dan terjadi flash
over/gangguan yang cukup fatal
serta kerusakan breakdown isolasi
peralatan.








Pa
P
m
n
h
b

o
w
p
w
p
h
wh p
v a
b
=
=

kPa
Valve
c
l
h
c
c
l
r
hp
hm
w=berat jenis.
c c
wh p =

c p p l
p h w p + =

(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 8.1. dasar manometer


345





Gambar 8.2. dasar Manometer tekanan minyak

8.12.3. Pemeliharaan Pilot Kabel
dan Manometer

Pada instalasi kabel tanah
tegangan tinggi selain kabel power
yang tertanam dibawah tanah ,juga
memerlukan kabel lain dalam satu
saluran,yaitu kabel pilot. Kabel pilot
merupakan instalasi yang
digunakan sebagai kabel-kabel
pengaman yaitu : kabel 7 pair untuk
mengamankan tekanan minyak baik
tekanan yang memberikan alrem
maupun mentripkan kabel,kabel 19
pair merupakan kabel penghubung
pengaman kabel terhadap
gangguan listrik yaitu sebagai
pemasok power ke proteksi
diferential kabel dan kabel 28 pair
digunakan sebagai fasilitas untuk
komunikasi data dan suara. Kabel
tersebut tertanam dekat dengan
kabel power sehingga
memungkinkan terkena induksi
,untuk itu memerlukan desain yang
khusus. Desain khusus dimaksud
adalah kabel pilot dilengkapi
dengan isolasi yang mampu
terhadap tegangan tinggi lebih dari
15 kV.

Kabel pilot secara khusus tidak
memerlukan pemeliharaan, namun
dengan adanya perubahan akibat
umur dan lokasi sekitar ,sehingga
kabel pilot perlu dilakukan
pemeliharaan. Sebagai contoh
bahwa nilai dari tahanan konduktor
berubah,sehingga akan
mempengaruhi kinerja proteksi.
Agar perubahan nilai tahanan dan
tahanan isolasi kabel pilot dapat
diketahui maka kabel tersebut perlu
dilakukan pengukuran dan
pengujian dengan waktu tertentu.

1. Peralatan kerja dan K3
Untuk memelihara kabel pilot
diperlukan peralatan sebagai
berikut:
a Meger 0 sampai 5000 Volt
b. Meger 0 sampai 1000 Volt
c. Pompa air
d. Pompa Lumpur
e. Alat kaki tiga
f. Takel rantai
2. Material
a. Contact cleaner
b. anti karat
c. Majun Pembersih

3. Cara Pemeliharaan Manometer

Manometer sebagai pengindera
tekanan minyak sepanjang waktu
harus mempunyai kinerja yang
benar, karena ketidakakuratan
manometer dapat menyebabkan
salah kerja yang mengakibatkan
kerugian atau dapat mengurangi
keandalan sistem operasi kabel
tanah tegangan tinggi.
Manometer dimaksud
mempunyai jarum penunjuk yang
berfungsi menjalankan alarem


346
(tingkat 1) dan tripping (tingkat 2).
Kedua posisi jarum tersebut harus
akurat penunjukkannya,karena
berkaitan dengan naik dan turunnya
tekanan minyak sepanjang kabel.
Tekanan Minyak akan
mengembang pada saat beban
kabel tinggi dan akan turun pada
waktu beban turun /rendah atau
suhu luar rendah.
Jarum yang lain adalah jarum
berwarna merah,yang berfungsi
untuk mengetahui tekanan tertitnggi
yang pernah dicapai sepanjang
operasi kabel. Dari pengalaman
dilapangan diketahui beberapa
manometer tidak berfungsi dengan
baik yang menyebabkan gangguan
dan kerusakkan kabel.

8.12.4.Pemelihharaan yang
dilakukan pada
manometer adalah :

Pengujian terhadap kinerja
jarum penunjuk
Pengujian setting tekanan
normal
Pengujian terhadap setting
tekanan alalrem
Pengujian setting tripout

Hasil pemeliharaan Manometer

SKTT 70/150 kV : :.
UPT : ..
UJT :
Pelaksana :.

Manometer fasa Keterangan
No

Tanggal
Tekanan(bar,
Kpa,Kg/cm/,p
si,mmbar)
R S T R S T *)
Normal
Alarem
Tripping

Tertingggi
pernah
dicapai



1. Pilot Kabel.
Seperti kabel instalasi yang
lain,apalagi kabel pilot tertanam
dengan kedalaman kurang lebih 2,5
meter dibawah tanah dengan suhu
tanah yang panas maka akan
terpengaruh oleh kondisi
lingkungan disekitarnya. Khususnya
pada terminal kabel pada panel
control cabinet yang ada didalan
underground tank chamber maupun
yang ada di sunshilled tank atau
panel kontrol. Semua terminal klem
tersebut mempunyai resiko
kelembaban atau bersentuhan
/berhubungan dengan peralatan
yang lain yang dapat menyebabkan
kondisi isolasi kabel pilot menurun
atau nol sama sekali. Untuk
mmengetahui perubahan kinerja


31
kabel pilot harus dilakukan pengukuran-pengukurannya.



2. HASIL PEMELIHARAAN KABEL PILOT

SKTT 70/150 kV :..
UPT : ..
UJT :
Pelaksana :.

1. Kabel pilot 7 pair
Cable pair Keterangan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 *)
No


Tanggal

Karakteristi
k

1. Tahanan
isolasi

2.Tahanan
DC




*) Menggunakan meger 5000V
2.Kabel pilot 19 pair
No Tanggal
Karakteristik
Cable pair
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahanan
isolasi

Tahanan DC











347


3.Kabel pilot 28 pair

No

Tanggal

Karakte-
ristik

Cable pair
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
1
1
2
1
3
1
4
Tahanan
isolasi

Tahanan
DC





8.13. Penggelaran kabel

8.13.1. Penggelaran kabel
Penarikan dengan mesin
Winch

Penarikan kabel yang biasa
dilaksanakan dimaksud adalah
menggunakan tenaga mesin Winch
(mesin bensin atau motor listrik)
dengan menempatkan roler kabel
sepanjang rute dengan jarak antara
2+3 M pada porsi kelurusan dengan
titik belok max 0,4 m
Pembuatan belokan biasa
dilakukan dengan menyesuaikan
roler yang umum yang diatur baik
secara horizontal maupun vertikal
(sesuai kebutuhan); secara teknik
adalah penyelesaian yang lebih
andal, karena dapat menekan
keregangan langsung antara kabel
dan rolernya , bisa didapatkan
dengan menggunakan struktur yang
diperlihatkan pada kertas lampiran
no. 2272/78/A
Belokan ditempatkan terutama
pada salah satu ujung sambungan
yang pada umumnya dapat dipilh
pada waktu penempatan cable
drums pada ujung, ini
dimaksudkan melewati daerah
belokan2 ini dengan pengurangan
peregangan langsung.
Cable Drum ini dapat diatur di
dua sisi arah secara bertahap dan
berlanjut. Kekencangan penerikan
harus secara terus menerus
dikontrol dengan menggunakan
sebuah dynamometer. Karena
kekencangan ini ditimbulkan oleh
konduktor kabel, dimana mata(titik)
tarikan dikaitkan

hal ini kadang kadang dapat
menjadi gangguan terhadap
komponen kabel yang lain
sebagaimana terlihat pada tabel
(mengidikasikan keregangan


349
maksimum yang diizikan untuk
bebagai kmponen kabel).
Dari semua kasus antara
titik(mata) tarikan kabel dan
tambang(tali) penarikan, harus
digunakan sebuah alat kusus yang
bernama swivel, alat ini
mempunya fungsi ganda dapat
meringankan kenaikan torsi tarikan
tambang dan memudahkan dalam
meliwati roler rolel.
Pada rute yang penggelaran
berbelok belok dan penghitungan
regangan tarikan mungkin melebihi
angka reganganya ini diindikasikan
pada poin 3.0 berikut yang perlu
diikuti, kemudian ini perlu juga
untuk mengikuti sistem penarikan
alternative yang lain dan disini
akan diuraikan

8.13.2. Penarikan dengan roler
bertenaga.

Ini bisa jadi mengadopsi kedua
bagian bagian yang diandalkan
dengan tujuan menekan regangan
tarikan mesin Winch, dan sebagai
bagian andalan, apabila diatur
sesuai dengan keadaan parit
(galian)

1. Metoda ikat berlanjut
Regangan tarikan yg
diakibatkan oleh sebuah tambang
baja dimana kabel diikatkan pada
jarak 2 m tali penarik yang dibuat
supaya kabel bergerak.
Hal ini perlu untuk
mempersiapkan tambang yang
sesuai dengan belokan belokan
dan jalan-jalan raya persimpangan.
Dengan tujuan untuk melaksanakan
tipe ini , gelaran tambang
panjangnya dua kali lipat terhadap
rute yang dikehendaki.



2. Peralatan gelar.

Peralatan gelar yang
diperlukan dalam penarikan kawat
adalah katrol, meter dll

8.14. Regangan maksimum yang
diizinkan pada kabel.

8.14.1. Porsi Lurus
Ini adalah aturan yg baik dalam
menggunakan regangan tarikan
untuk konduktor, dimana secara
umum adalah bagian yg paling
rawan. Dia kadang baik dan cocok
untuk menggunakan ukuran
keregangan dan componen kabel
lainnya.

8.14.2. Tarikan ujung, dengan
mata tarikan diikatkan
pada konduktor

- Kabel pole tunggal tembaga
6 kg/mm2 Cu . section
- Alminium 3 kg/mm2 Al. section
- Kabel tiga pole tembaga
5 kg/mm2 total Cu section
- Alminium 3 kg/mm2 total Al
section
nilai peregangan ini adalah sesuai
untuk koduktor berpenguat, pada
conductor berpenguat
dimungkinkan menerima
regangan yg lebih tinggi (14 kg/
mm2 Cu. dan 8 kg/mm2 untuk Al.)
8.14.3.Tarikan ujung dengan
mata tarik diikatkan pada
Armouring.



350
Tarikan ujung dengan mata tarik
diikatkan pada Armouring dilakukan
pada kawat tipe kawat lempengan
baja 8 kg/mm2 total section dari
amouring tsb.

1.Ujung tarikan dengan bungkus
baja

- digunakan tarikan ujung
dengan pembungkus baja pada
kabel berbungkus almn.: 3
kg/mm2 sheat section
- digunakan pada kabel ber lead
sheathed : 1 kg/mm2 sheath
section

1. Porsi belok
Aturan umum radius belok tidak
boleh lebih kecil dari 30 kali dari
lingkaran luar kabel

2. Belokan dilengkapi dengan
roler. Tekanan paksa antara
kabel dengan roler tak boleh
melebihi:

Kabel bebungkus almn. :
200 kg
Kabel ber lead sheathed :
50 kg
Kabel tanpa bunkus metal :
50 kg
Tekanan paksa harus dihitung
dengan rumus berikut:

F
0
= ) (
.
kg
R
d T

Dimana :
F
0
= tekanan paksa antara kabel
dan roler (m)
T = kekencangan tarik setelah
belokan (m)
R = Radius belok kabel (m)
d = Jarak antar roler(m)



3. Belokan2 dengan penyangga
bersambung ( peluncur dan
pipa2)

Tekanan paksa antara kabel
dengan permukaan penyangga
tidak boleh melebihi :
- Kabel bungkus alminium :
2000 kg/m
- kabel berlead sheath :
500 kg/m
- Kabel tanpa pembungkus metal:
400 kg/m

8.15. Perhitungan Daya Tarik
Horizontal)
1. Porsi lurus
Daya tariknya adalah:
F = l . p . f ( kg )
Dimana:
F = regangan tarik
l = panjang gelaran porsi lurus
p = berat kabel per meter

f = koifisien gesek ( ab. 0.1 )

2. Porsi belok
Dengan rumus berikut ini kita
bisa melakukan evaluasi panjang
rute lefel equifalen dengan
sempurna, bersamaan dengan
krtegangan tarikan yang sama yang
akan terjadi, apabila penggelaran
menggunakan roler :

L
2
= L
1
. cos hk + V
1
+
1 . L
k
R
sin hk

dimana :
L
1
= panjang equifalen inlet
K = koifisien gesek ( ab. O.1 )


351
= sudut belok ( radiant )
L
2
= panjang equifalen outlet
panjang equifalen dikalikan
dengan berat kabel dan koifisien
gesek, dengan cara ini besar
tarikan setelah belokan dapat
didapat.
Hal ini perlu lebih jauh untuk
menentukan jumlah roler yang
dihitung yang ada, dengan tujuan
untuk menghindari tekanan kabel
terhadap roler melebihi nilai yang
terindikasi. ; rumus hitungan
sebagai berikut ;

F
t
= L
2
. p . f (kg)
Yang mana arti simbol2 telah kita
ketahui.

3. Gelaran Didalam Saluran Atau
Pipa

Permukaan pipa/saluran harus
halus/licin tanpa bendolan.
Karena alasan ini maka plastic
saluran/pipa tadi harus dipilih.
Bagaimanapun juga kita berikan
koifisien gesek yang berbeda untuk
tipe permukaan pipa- saluran.


Tabel 8.11. Bahan pipa saluran
Bahan pipa saluran gesek Pembungkus luar kabel Koifisien
P V C Lead 0,25
P V C Polyethylene 0,25
Asbestos- cement Lead 0,45
Asbestos- cement Polyethylene 0,33
Beton Jute 0,80
Beton Lead 0,50
Beton Polyethylene 0,40

Untuk menurunkan koifisien
gesek bisa digunakan pelumas,
seperti :
- Air dengan bubuk grafit
- Sabun bubuk dengan air dan grafit
Dengan pelumasan seperti ini
penurunan koifisien gesek sampai
30% dapat dicapai . Diameter
dalam dari pipa saluran harus
paling tidak 1,5 kali dari diameter
luar cabel. Aturan yang baik adalah
hanya diizinkan 1 kabel didalam 1
saluran . Radius belok yang
diizinkan untuk pipa/saluran
tergantung pada jumlah posisi
belokan sepanjang rute dan
peregangan bertahap terjadi antara
kabel dan pipa saluran
Radius belokan pipa harus
tidak pernah lebih kecil dari 40 kali
diameter lingkaran luar kabel.

4.Porsi lurus
Regangan tarik adala :
F = l . p . f ( kg )
Dimana simbol2 mempunyai arti
yang sama dengan rumus pada

5, Porsi belok
Regangan tarik setelah belokan
dievaluasi kurang lebih seperti
rumus berikut:

F
2
= F
1
. e f ( kg)
Dimana:
F
1
= kuat tarik pada
inlet(masuk)


352
f = koifisien gesek
= sudut perubahan arah
(dalam radius)
Setelah itu perlu dicek bahwa
regangan bertabah dalam batas
maksimum. Apa bila kasusnya
berlawanan hal ini perlu
membesarkan radius belokan.
Jadi belokan2 dipertimbangkan
sebagai titik2 perubahan
kecenderungan; krena alasan
inilah panjangnya dari porsi lurus
antara dua belokan harus
diperpanjang sesuai dengan dua
sisi panjangnya terhadap
belokannya.
Perhitungan kuat tarik pada posisi miring .

Gambar 8.2 Kuat tarik pada posisi miring .
Dimana :
F
1
= l . p . f . cos 1 . p . h

l = panjang porsi pada posisi miring
p = berat kabel per meter
f = koifisien gesek
h = perbedaan level
= sebagai fungsi arah tarikan
apabila sudut kecil, cos = 1, kemudian

F
1
= l . p . f p . h ( kg )















h
l
P cos

P sin
P


353
8.16. Peralatan Pergelaran .
Peralatan pergelaran dapat dilihat pada table 8.12.
Tabel 8.12 Peralatan pergelaran
Jumlah Uraian keterangan
1 Kawat penarik winch 10 H.P

Kecepatan tarik 17 dan 23
meter/menit
Kekuatan 3000 kg
1 Dram besi tambang baja

JUMLAH ISI 15 m3

1 Frame untuk said winch Jumlah berat 5.5000 kg

1 Pasang trestles penyangga dram


300 Pasang trestless lengkap (shaft
dan hidrolik) jack untuk
mengangkat dram dengan
kemampuan diatas 20 ton


1 Dinamometer 3 ton dan
timbangan


2 Roler kabel


3 Claher roler swivel
1 Gripn (pemegang) penarik
pasang walkie - talkie Jackj
pengangkat


8.17. Jadwal Pemeliharan Saluran kabel Tegangan tinggi .
Jadwal Pemeliharan Saluran kabel Tegangan tinggi seperti table 8.13.

Tabel 8.13. Jadwal Pemeliharan Saluran kabel Tegangan tinggi .

NO Nama Alat Pemeliharaan Periode
1 Kabel minyak - tekanan minyak 1 minggu
2
Kabel minyak
cadangan
- tekanan minyak
1 minggu
3
Terminal Sealing
End
- Visual inspeksi
3 bulan
- pembersihan isolator 1 tahun
4 Tank Chamber - Visual inspeksi 3 bulan


354

- pembersihan dan
pengecatan
1 tahun
5
Sistem
crossbonding
- HV DC test pada
pelindung anti korosi
6 bulan

- HV DC Test pada
CCPU
6 bulan

- Pembersihan
crossbonding
1 tahun
6
Sistem Alarm - pemeriksaan lampu
indicator pada panal
kontrol
1 minggu

- pemeriksaan kontak
signal dari manometer
6 bulan



8.18. Kebocoran Minyak
Bila alarm tentang kebocoran minyak terjadi maka proses
penanggulangan dapat dilakukan seperti flowchart dibawah ini :


355

Gambar alir 8.3 : langkah bila terjadi kebocoran minyak kabel

kebocoran minyak kecil jika
perbedaan tekanan pada ketiga
fasa pada seksi yang sama.
Pemeriksaan dimulai jika
perbedaan tekanannya adalah 30
kPa.
Nilai perubahan tekanan dinyatakan
medium jika kebocoran minyaknya
mengakibatkan tekanan berubah
antara 1.0 kPa/hari <P<10.0
kPa/hari.
1. Kebocoran Kecil.
Tindak lanjut yang lebih detail
diperlukan untuk setiap terjadi
kebocoran yang dijelaskan sebagai
berikut :
2. Kebocoran minyak kecil.
Bila terjadi kebocoran minyak kecil
dari pengalaman disebabkan
karena paking, konektor dan pada
Alarm terjadi dan
diketahui operator
start
Catatan tekanan
sebelumnya
Periksa dan analisa
besarnya perubahan
tekanan minyak.

Perubahan tekanan
minyak tidak dapat
diperiksa/dianalisa
dalam periode
beberapa jam
Kebocoran minyak kecil
jika perubahan tekanan <
1.00 kPa/hari
Jika perubahan
tekanan minyak sangat
besar atau tekanan
minyak sudah menuju
ke trip (switch out).
Kebocoran minyak
besar.
Jika perubahan tekanan


356
saat pembersihan permukaan kabel
dengan benda tajam.
Tindakan yang paling penting dan
segera tidak diperlukan, hasil
pemantauan selama satu minggu
baru dilakukan tindakan jika sudah
diketahui lokasi kebocorannya.
Tekanan minyak selalu di catat
setiap jam sampai perbaikan
selesai.

3. Bagan Alir tindakan untuk kebocoran kecil :

4. Kebocoran Besar.
Pada masalah ini penyebab utama kejadian ini harus diketahui terutama
penyebab kerusakan dari luar (eksternal). Kecepatan tindakan sangat
diperlukan untuk itu dapat dilakukan tindakan sesuai bagan alir dibawah ini :

bagan alir kebocoran besar


Kebocoran minyak kecil jika
perubahan tekanan < 1.00
kPa/hari
Apakah
kebocoran
diantara katup
pd panel dan
Sambungan sementara untuk
pasokan minyak.
Dilokalisir dan perbaikan
kebocoran. Reset
rangkaian minyak.
Sambungan sementara
untuk pasokan minyak.
perbaikan kebocoran. Reset
rangkaian minyak.
Gambar alir 8.4 : langkah awal bila terjadi kebocoran minyak kabel


357

Kebocoran minyak besar.
Jika perubahan tekanan >
10.00 kPa/hari
Apakah
kabel
harus
Kabel
operasi
Apakah kebocoran
minyak diantara pipa
pemasok minyak antara
tangki bertekanan dan
katup serta manometer
pada panel ?
Diproses
dengan
Cari lokasi
Lanjutkan
pasokan minyak
Pencegahan
kebocoran
sementara
1
Apakah
tekanan
minyak
dibawah
level
Apakah
tekanan
minyak
dibawah
level
alarm ?
Apakah
kabel
harus
Kabel
operasi
Diproses dengan
operasi katup A
Pencegahan kebocoran
sementara


358



5. Memperbaiki kabel minyak yang bocor.
Setelah diketemukan lokasi kebocoran maka segera dilakukan perbaikan
dengan urutan sbb :


Lokasi kebocoran minyak Perbaikan sementara
Perbaikan
permanen
Sealing end pada Gas
a. Flange tembaga bagian
bawah tabung
Periksa kekencangan baut-
bautnya
Ganti gasketnya
b. kebocoran pada
permukaan kabel
Dengan menggunakan
palu untuk memukul
permukaan sehingga
menutup kebocoran tsb
Melapisi permukaan
dengan plastik tape.
Instalasi
kembali.
c. Konektor pipa pemasok
minyak.
Periksa kekencangan baut-
bautnya
Instalasi
kembali.
d. isolator penghubung Periksa kekencangan baut-
bautnya
Ganti isolator
penghubung
Perbaikan permanen atau mengganti
kabel yang rusak atau accesories
kabelnya
1
Mengembalikan setting pengaman dari
sistem minyak.
Pengoperasian kembali kabel
selesai
Gambar alir 8.5 : langkah bila terjadi kebocoran minyak kabel
cukup besar


359
dengan yang
baru.
Tangki tekanan.
a. Katup.

Bungkus dengan isolasi
/plastik tape
Ganti katupnya
b. Konektor Periksa kekencangan baut-
bautnya
Instalasi
kembali.
Pipa pemasok minyak
a. Konektor Periksa kekencangan baut-
bautnya
Ganti dgn yg
baru atau
Instalasi kembali
Kabel Tenaga
a. Pelindung kabel (lead
sheath)
Dengan menggunakan
palu untuk memukul
permukaan sehingga
menutup kebocoran tsb
Melapisi permukaan
dengan plastik tape.
Ganti bagian
kabel yang
bocor.

Yang paling penting untuk
perbaikan kabel dan alat bantunya
(accesories) adalah tekanan yang
agak sedikit rendah dari pada
tekanan normal dan dipertahankan
setiap saat sebagai usaha untuk
menjaga agar kandungan udara
yang lembab masuk kedalam
sistem kabel.

6. Tindakan yang dilakukan untuk
minyak dengan tekanan tinggi.

Prosedure pada kejadian
gangguan minyak dengan tekanan
tinggi sangat diperlukan karena
tekanan minyak maka ke hati-hatian
dan konsentrasi pada masalah
sangat diperlukan. Adapun
prosedurenya adalah sbb :
Pengoperqasian katup(valve).
Sebagai contoh adalah minyak
tekanan tinggi pada salah satu
phasa maka :
1. Katup no 4 harus selalu tertutup
dengan baik.
2. Pipa penghubung untuk
pengeluaran minyak dari tangki
dihubungkan dengan chek
conector yang ditempatkan
pada meter tekanan dan valve
panel.
3. Katup no 4 dibuka.
4. Alrian minyak tekanan tinggi dari
tangki akan terlihat pada meter
dan valvepanel sehingga
penunjukan meter tekanan
berada dibawah batas dari
tekanan minyak tertinggi yang
perbolehkan.
5. perbaikan sehingga rangkaian
menjadi seperti semula.


8.19. Gangguan kabel pada
lapisan pelindung P.E.
oversheath.

8.19.1. Methoda mencari lokasi
gangguan pada lapisan
pelindung kabel.



360
Sebagai hasil pemeriksaan
rutine pada lapisan pelindung kabel
diketahui terjadi kerusakan lapisan
pelindung kabel maka perlu
ditindaklanjuti dengan mencari
lokasi kerusakan lapisan pelindung
kabel.
Untuk mengatasi kerusakan
lapisan pelindung perlu mencari
lokasi untuk itu diperlukan
pengukuran, sehingga kabel
tersebut harus tidak dioperasikan
(bebas Tegangan). Digunkan
bermacam macam metoda untuk
mencari lokasi keruskan lapisan
pelindung dari yang sederhana
hingga yang paling modern dan
cukup canggih. Disini akan
dijelaskan cara sederhana yang
mana sebenarnya awal dari
sederhana ini berkembang menjadi
seperti kondisi sekarang.

8.19.2. Methoda Murray.
Methoda ini diketemukan oleh
Jhon Murray yang berprinsip dari
cara pengukuran tahanan dengan
methoda jembatan Weatstone.
Prinsip kerjanya dengan
menghubungkan salah satu ujung
kabel antara konduktornya dan
lapisan pelindung dan diujung yang
lain dipasangkan sumber tegangan
DC lengkap dengan saklarnya dan
tahanan geser yang center tapnya
disambungkan ke galvanometer.




Jika galvanometer menunjuk
angka nol setelah mengatur posisi
center tap pada tahanan geser
maka akan diperoleh persamaan
seperti rumus pada sistem
jembatan Weatstone :

2 1
2
2
1
2 .
2
R R
L R
X
X
X L
R
R
+
=

=


G
R1
R2
L
X
Gambar 8.6 : mencari lokasi kerusakan PE oversheath dgn jembatan Murray


361
dimana ; R
1
dan R
2
= tahanan
geser diantara c
L = panjang kabel ( 2L karena
rangkaian tertutup).
X = Jarak lokasi kerusakan dari
titik ukur.

Tahanan geser mempunyai
tingkat dari 0 100, yang akan
dibaca dan menjadi acuan
perhitungan prosentase jarak untuk
menentukan jarak dari titik ukur ke
lokasi gangguan pada lapisan
pelindung kabel.

1. Cara pengukuran.
a. Mengisolasi kabel gangguan
dengan cara melepas plat
penghubung diantara kedua sisi
pada links boxes.
b. Hubungkan alat ukur jembatan
Murray ke terminal dari lead
sheath dari kabel yang rusak.
Seperti gambar dibawah ini .



Sambungkan kabel pelindung
(PE oversheaths) pada terminal
+ dan konduktor utama
disambungkan pada terminal
pada alat ukur Murray.
Hubungkan batere sehingga
menjadi rangkaian tertutup
sistem Murrsay seperti pada
gambar.
Nyalakan alat dengan menekan
saklar on dan biarkan beberapa
menit untuk pemanasan alat.
Masukan saklar S dari batere
eksternal dan atur nilai R
1
dan
sheath
G
E
6 atau 12 Volt
(aki mobil)
S
+ -
Gambar 8.7 : mencari lokasi kerusakan PE oversheath dgn jembatan Murray


362
R
2
sehingga galvanometer
menunjuk nilai 0. Dan akan
diperoleh prosentasi jarak
lapisan pelindung kabel yang
mengalami kerusakan.

c. Mendeteksi lokasi gangguan PE
oversheath di kabel dengan
sistem elektrode.








2. Prinsip kerja

Metode ini menggunakan sifat
karakteristik dari potensial listrik
didalam diluar permukaan tanah
yang disebabkan oleh mengalirnya
arus ke dalam dan keluar dari titik
gangguan, arus yang secara tiba-
tiba menjadi besar atau maksimum
maka arus sebagai indikasi yang
berupa arah jarum dan besarnya
tegangan (polarity) dan menjadi
petunjuk perbedaan (arah dari arus
bocor) arus DC antara konduktor
dan lapisan pelindung dan dari
tanah. Perbedaan potensial tsb
diatas terjadi diatas permukaan
jalur kabel sehingga dengan
menggunakan voltmeter atau
galvanometer yang dilengkapi
dengan elektrode sebagai
penghantar dan pendeteksi lokasi
gangguan.



363

Gambar 8.8 : mencari lokasi kerusakan PE
c. metoda pengukuran.
Kabel yang gangguan diisolir
dengan cara melepas plat
penghubung diantara kedua
ujung link boxes.
Sambungkan sumber DC
(generator DC tegangan tinggi)
ke terminal pada link boxes
yang tersambung dengan
lapisan pelindung (leadsheath)
dari kabel yang gangguan.
Alirkan arus DC dengan bentuk
pulsa ke kabel yang gangguan.
Masukan batang elektroda
diatas permukaan tanah
dimana kabel yang gangguan.
Tentukan arah arus dilihat dari
arah penunjukan jarum dari
voltmeter atau galvanometer
sehingga dapat diketahui lokasi
gangguan. (ketika tegangan
sumber DC + tersambung pada
salah satu elektrode dan pointer
pada galvanometer akan membuat
arah penyimpangan semakin besar
berarti sudah dekat dengan lokasi
gangguan dan akan berbalik jika
lokasi gangguan terlewati).
Persempit electrode pada
lokasi dimana penyimpangan
jarum paling besar.
Galvanometer atau voltmeter
elektrode
Electric potential
Electric difference
Immediately above
the fault point
Power source


364

Gambar 8.9. Metoda pengukuran

PVC/ PE sheath
Lokasi
Lead sheath
Batere (DC /pulse)
G G G G
Penyimpangan jarum
Penyimpangan berbalik
_
+
sisi
Pembacaan
l t
Gambar 8.10. Metoda pengukuran

DC
POWER
SUPPLA
+
diketanahkan
Lokasi ggangguan
kabel
-
G
G
G
G


365
d. Memperbaiki P.E. oversheath pada kabel.

Jika P.E. oversheath pada kabel mengalami kerusakan, dan telah dibuktikan
maka prioritas selanjutnya adalah perbaikan. Setelah diperbaiki maka untuk
membuktikan bahwa kabel sudah layak dioperasikan maka perlu dilakukan
pengujian-pengujian untuk menjamin bahwa kabel laik untuk dioperasikan.
aminannya adalah hasil pekerjaan yang benar yaitu langkah2 perbaikan yang
baik dan benar seperti berikut :.


Kerusakan pada P.E.
over sheath dari
suatu kabel.

Pelapisan pelindung
dengan resin / glass
tape atau heat
shrinkcabel tube.



Anti corrosion tape
( polyethylene) P.E.
Adhesive tape.


Adhesive tape
Water proof tape.
Gambar 8.11. Metoda pengukuran
X
X
C
X
B
X
A
D


366
Metoda perbaikan P.E. & PVC over-
sheath.
3.1. pertama bagian yang rusak
pada P.E atau PVC over
sheath berupa serabut kawat
atau sejenis tape yang
berserabut dibersihkan.
3.2. bersihkan dengan sikat dan
bersihkan seluruh permukaan.
3.3. lakukan separuh () dari
lapisan epoxy resin dan glass
tape.
3.4. gunakan pelindung dari
heatshrink tube atau PVC
adhesive tape dan lapis anti
corrosive tape (polyethylene).
3.5. gunakan dua lapis dari
water-proof tape dan dua lap
lapisan P.E dan PVC adhesive
tape.

8.20. Memperbaiki kerusakan
Kabel (kerusakan
eksternal).

8.20.1.Memperbaiki kerusakan
lead sheath kabel.

Perbaikan dapat dilaksanakan
jika telah diketemukan lokasi
kerusakan pada sheath dan
dilakukan setelah memenuhi.
petunjuk yang dijelaskan dibawah
ini.
Kabel harus bebas tegangan.
Case A : Kerusakan
diperkiraan tidak dari luar
kabel.
Case B : Terdapat lubang
atau keretakan pada lead
sheath.



1.Case A : Kerusakan
diperkiraan tidak dari
luar kabel.

Pada kasus ini kabel harus
dipadamkan segera (tidak
dioperasikan).
Lakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
a. Perubahan yang terjadi pada
bentuk lead sheath.
b. Kerusakan pada screen/lapisan
pelindung.
c. Kerusakan pada isolasi kabel.
d. Air didalam kabel.
e. Benda asing yang
mengakibatkan kontaminasi.
f. Gas yang sudah terkontaminasi
pada kabel.
Berdasarkan penjelasan
tersebut diatas ketentuan yang
harus dilakukan dapat diputuskan.
Jika kabel dengan kondisi
dapat diperbaiki maka perbaikan
sesuai dengan kondisinya, tetapi
jika tidak dapat maka kabel baru
digunakan untuk menyambung
yang rusak.

2. Case B:

Terdapat lubang atau keretakan
pada lead sheath. Setelah
penggalian tanah diatas kabel
selesai maka P.E over sheath dan
serat pelindung maka perbaikan
dapat dilaksanakan dengan
langkah-langkah sbb :.
a. Jika kondisi terjadi kebocoran
kecil karena tertusuk benda
runcing atau karena retak kecil
maka.
1). Sumbat lubang bocor dan
dengan menggunakan palu
serta pemukulan yang tidak
terlalu keras sehingga lubang


367
tertutup. Sama caranya untuk
menutup keretakan digunakan
palu dan lubang keretakan
ditutup dulu kemudian dapat
digunakan cara plumbing yang
disapukan disekitar lokasi yang
retak.
2). Gunakan fibrous tape dan
reinforcement tape untuk
melapisi lead sheath pada
lokasi kerusakan serta

3). Perbaikan oversheath dari
kabel tsb.
Langkah tersebut diatas sudah
mencukupi untuk mengatas
kebocoran karena lubang atau
retak pada lead sheath sehingga
tidak terjadi kebocoran.

b. Jika kondisi tersebut diatas,
walaupun sedikit kebocoran
tetapi mempunyai
kecenderungan menjadi
kebocoran yang lebih besar
maka.
1). Setelah mengupas P.E.
oversheath, fibrous tape dan
reinforcement , diperlukan
penguat dengan cara
mensolder pada daerah yg
mengalami kerusakan.
2). Gunakan 6 lapisan tape yang
tahan minyak dari pita plastik
pada pada daerah yg
mengalami kerusakan.
3). Kemudian gunakan 4 lapisan
tape epoxy resin impregnated
glass diatas semua permukaan
lapisan tahan minyak.
4). Gunakan 4 lapis lembaran dari
F-CO tape (anti corrosive
tape/polyenthylene) dan
ditambah 2 lapisan lembaran
BALCO (waterproof tape) dan 2
lapisan lembaran P.E adhesive
tape.
c. Multymetal.
i. Setelah melapisi P.E
oversheath, fibrous tape dan
reinforcement, dilakukan
pembersihan ditempat terjadi
kerusakan.
5). Tutup valve dikedua sisi
pengisian minyak kabel dan
gunakan campuran multymetal
untuk melapisi di daerah yg
mengalami kerusakan.
6). (lakukan langkah seperti pada
kasus 2) (3 4).

8.20.2. Mengganti Kabel yang
rusak.

Jika kerusakan terjadi pada
kabelnya sendiri, tetapi jika screen
dan insulation paper tidak rusak
maka kabel dapat dioperasikan
dalam waktu yang cukup lama
setelah lead sheath, P.E.
oversheath dan pembersihan/filter
minyak isolasi telah dilakukan pada
kabel tsb.
Kabel yang telah mengalami
kerusakan maka kabel dipotong
dan tidak digunakan lagi sehingga
perlu kabel baru sebagai pengganti.



368

Gambar 8.12. Metoda pengukuran

panjang kabel pengganti sangat
tergantung dengan kondisi
kerusakan seperti kandungan air
pada isolasi, tingkat kontaminasi
minyak kabel dan kondisi
disekitar
permukaan tanah dari jalur
kabel
tersebut.

1. Testing setelah kabel
diperbaiki.

Pelaksanaan testing dilakukan
oleh petugas yang berkompetensi
enginir untuk menjamin kelayakan
kabel tersbut apakah dapat
dioperasikan apa tidak setelah
diperbaiki. Semua hasil pengujian
dicatat dan dianalisa untuk
menentukan kelayakan kabel tsb.

a. Kabel minyak
1). Pengujian tahanan isolasi
kabel.

Pengukuran isolasi
dilaksanakan dengan
mengukur tahanan isolasi
diantara konduktor terhadap
pentanahan menggunakan alat
yang bertegangan 1000 volt dc,
hasil ukurnya harus lebih besar
100 M. Pengukuran ini pertama
kali dilakukan setelah kabel
selesai disambung.

2). Tahanan DC dari konduktor.
Pengukuran tahanan dc
sambungan konduktor yang
setelah diperbaiki, hasil
pengukuran tahanan dc pada 20
C adalah 0.0754 /Km (max)
pada kabel minyak uk 240 mm.
Jenis Pengukuran yang kedua
dilakukan setelah kabel selesai
disambung.

3). Pengujian oversheath.
Pengujian dilakukan setelah
surge diverters dilepas agar pada
saat pengujian tidak mengakibatkan
kerusakan akibat tegangan uji.
Semua instalasi yang menjadi
ketentuan seperti sheats insulatios,
external joint insulation, terminal
base insulation pada bonding leads
dan link boxes, insulation sections
pada pipa minyak serta yang
lainnya dari kabel yang perbaiki
Kabel yang diganti
X
Lokasi gangguan
Kabel baru
Kabel lama
Sambungan Kabel


369
akan menjadi subyek pengujian
tahanan dengan memberikan
tegangan DC 10 kV selama 5
menit. Jenis Pengukuran yang
ketiga dilakukan setelah kabel
selesai disambung dan telah
teriisi minyak kembali.

b. Test tegangan tinggi.
Perbaikan sirkit kabel yang rusak
setelah selesai perbaikan tekanan
minyak telah normal harus
dilakukan pengujian dengan
tegangan tinggi DC antara
konduktor dan sheats selama 15
menit. Pengujian ini semua seksi
dari kabel harus disambung
walaupun secara temporary. Arus
tegangan searah akan mengalir
pada kabel melalui alat test uang
disambung pada ujung kabel
(sealing end) baik yang sf6 maupun
yang konvensional yang telah
dilepas dengan sambungan ke GIS
atau peralatan lain.

c. Pengujian aliran Minyak. (oil
flow test).

Setelah perbaikan, setiap seksi
minyaknya harus diukur alirannya,
hal tersbut untuk menjamin tidak
ada ketidak normalan aliran minyak
pada saluran Kabel minyak tsb.
Pengukuran dilaksanakan
dengan menuangkan/mengalirkan
minyak bertekanan keluar sebagai
salah satu mengukur aliran minyak
bertekanan.
Teori drop tekanan dengan
rumus sbb :
QbL P =

Dimana : P = perbedaan
tekanan pada seksi kabel tsb.
(tergantung route dan profil dan
satuannya (KN/m).
Q = nilai aliran (liter per detik).
L = panjang seksi kabel (m).
b = koefisien gesekan minyak pada
kabel (MN/m
6
).
atau pipa bulat adalah:

4
3
10 54 , 2
r
n
b

=

Dimana n = viskositas dari minyak
9centipoise) pada temperatur pengujian.
r = radius bagiandalam (mm) daratau
kabel diukur bagian dalam (r = 7 mm)

Jika Kabelnya single core maka secara
teori tekanan nya aliran minyak akan
memberikan tekanan pada setiap kabel
adalah sbb :

) 2 (
10

= QbL P


Dimana : P = perbedaan tekanan
pada seksi kabel tsb. (tergantung route
dan profil dan satuannya (KN/m).
Q = nilai aliran (liter per detik).
L = panjang seksi kabel (m).
b = koefisien gesekan minyak pada
kabel (MN S/m
6
).
Untuk kabel atau pipa bulat
adalah:
4
3
10 54 , 2
r
n
b

=


Dimana n = viskositas dari minyak
9centipoise) pada temperatur pengujian.
r = radius bagian dalam (mm) dari pipa
atau kabel diukur bagian dalam (r = 7
mm)

perbandingan aliran yang diperoleh dari
kabel yang baru selesai dipasang harus
diingatkan bahwa hal tsb sudah
termasuk semua sambungan pada seksi


370
kabel tsb dan hal tersebut hanya
menjadi gambaran dalam
pemeliharaan dan petunjuk.
Perhitungan itu tidak menunjukan
gangguan tak semestinya dari
sistem kabel tsb.


d. Test kooefisient impregnasi.
Setelah selesai secara
lengkap penggelaran kabel dan
penyambungannya, setiap seksi
minyaknya harus diperiksa dengan
tujuan efisiensi dari minyak
impregnasi dengan cara sbb :
manometer air raksa (mercury)
dihubungkan ke kabel dimana
sistim instalasi minyaknya ditutup
dan sisakan sedikit minyak,
biarkan beberapa menit agar
stabil, kemudian diukur jumlahnya
minyak yang tarikannya
menyebabkan penurunan tekanan
yang telah diketahui. Koefisient
impregnasi K didifinisikan sebagai
berikut, tidak boleh leibih besar
dari 4.5x 10
-4
:

dP V
dV
K
1
=

Dimana :
dV = volume minyak yang tersisa
(liter)
dP = dorpnya tekanan (mmHg).
V = volume minyak didalam seksi
kabel (liter) termasuk isolasi
penghubung tangki.

Ketika kondisi kabel dalam
keadaan alat monitornya terpasang
setiap kabel akan diuji secara
terpisah.
( )
2
2 2
2
2
02 . 1 1
067 . 98 1
10 35559 . 7 1
cm
kg
Bar
m
KN
cm
Kg
mmHg
cm
Kg
=
=
=

Dalam membandingkan aliran yang
diperoleh pada kabel yang sehat, harus
diingat bahwa semua joint akan ikut
terukur dan secara gambaran teoritis
hanya beberapa saja yang kondisinya
baik dan dijadikan referensi.
Hasil pengujian menunjukan tak
semestinya tidak ada gangguan pada
sistim. Tetsting ini akan dikerjakan
setelah penggantian kabel atau isolasi
sambungan.

8.21. Auxiliary Cable.
1. Continyuity Test

Setelah kabel digelar maka sebelum
disambung diperlukan periksa
kontinyuitas dari semua konduktor
sebagai konfirmasi.

2. test tegangan pada lapisan anti
karat (anti corrosion sheath)

Panjang kabel kabel akan tetap
setelah digelar dan sebelum
disambung tegangan DC 4 kV per
mm dari tebalnya lapisan (seperti
yang tertulis pada spesifikasi teknik
dari kabel tsb) digunakan untuk
menguji ketahanan lapisan terhadap
armour dan permukaan luar untuk
beberapa menit.

3. test tahanan isolasi
Setelah kabel digelar maka sebelum
disambung harus diukur tahanan
isolasi secara individu diantara setiap
kabel serta terhadap armour.


371
Menggunakan alat ukur tahanan
dengan tegangan operasi 500
Volt DC untuk satu menit dan
jangan menggunakan alat
dengan tegangan 5000 V dan
temperatur 20C. Pengukuran
tahanan isolasi dilanjutkan lagi
setiap kabel telah tersambung
dengan kabel yang lain dan hasil
tidak boleh lebih kecil dari 50
M/km dan lebih kecil 90 % jika
hasil pengukuran lebih besar
dari 1000 M/km.

4. Test Ketahanan Tegangan.
Setelah lengkap memasang
kabel maka kabel tersebut harus
diuji ketahanan terhadap
tegangan. Ketahanan Tegangan
kabel adalah antara konduktor
dan konduktor lainnya dan
terhadap armournya yang
terhubung ketanah. Tegangan
dinaikan secara bertahap dan
dipertahanankan selama 1 (satu)
menit. Beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
Kabel type 15 kV. Maka
digunakan tegangan 15 kV DC
antara konduktor dan armour.
Jika kabel telah dihubungan
dengan beban yang mungkin
berbentuk koil maka spesifikasi
koil dan beban lain sangat
diperhatikan dan jika perlu
didiskusikan terlebih dulu
dengan engineer yang lebih ahli.

5. Cross Talk.
Cross talk antara urat
(pair) kabel diukur dan tidak
boleh lebih jelek lagi dari nilai 74
dB pada frekuensi 1300 Hz dan
kondisi kabel pada keadaan
seimbang.





372
BAB IX.
PROTEKSI SISTEM PENYALURAN

Relai adalah suatu alat yang
bekerja secara otomatis untuk
mengatur/ memasukan suatu
rangkaian listrik (rangkaian trip atau
alarm) akibat adanya perubahan
lain.

9.1.Perangkat Sistem Proteksi.
Proteksi terdiri dari
seperangkat peralatan yang
merupakan sistem yang terdiri dari
komponen-komponen berikut :
1. Relai, sebagai alat perasa untuk
mendeteksi adanya gangguan
yang selanjutnya memberi
perintah trip kepada Pemutus
Tenaga (PMT).
2. Trafo arus dan/atau trafo
tegangan sebagai alat yang
mentransfer besaran listrik
primer dari sistem yang
diamankan ke Relai (besaran
listrik sekunder)
3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk
memisahkan bagian sistem yang
terganggu.
4. Baterai beserta alat pengisi
(bateray charger) sebagai
sumber tenaga untuk bekerjanya
relai, peralatan bantu triping.
5. Pengawatan (wiring) yang terdiri
dari sirkit sekunder (arus
dan/atau tegangan), sirkit triping
dan sirkit peralatan bantu.
Secara garis besar bagian dari
Relai proteksi terdiri dari tiga bagian
utama, seperti pada blok diagram
(gambar.9.1), dibawah ini :




Gambar 9.1 . Blok Diagram Relai proteksi


I
+
Elemen
Pembanding
Elemen
Pengindera
Elemen
Pengukur
Ke rangkaian
Pemutus/sinyal




373

Masing-masing elemen/bagian
mempunyai fungsi sebagai berikut :

9.1.1.Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk
merasakan besaran-besaran listrik,
seperti arus, tegangan, frekuensi,
dan sebagainya tergantung relai
yang dipergunakan.
Pada bagian ini besaran yang
masuk akan dirasakan keadaannya,
apakah keadaan yang diproteksi itu
mendapatkan gangguan atau dalam
keadaan normal, untuk selanjutnya
besaran tersebut dikirimkan ke
elemen pembanding.

9.1.2. Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima
besaran setelah terlebih dahulu
besaran itu diterima oleh elemen
oleh elemen pengindera untuk
membandingkan besaran listrik
pada saat keadaan normal dengan
besaran arus kerja relai.

9.1.3. Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk
mengadakan perubahan secara
cepet pada besaran ukurnya dan
akan segera memberikan isyarat
untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
Pada sistem proteksi
menggunakan Relai proteksi
sekunder seperti gambar 9. 2

Transformator arus ( CT )
berfungsi sebagai alat pengindera
yang merasakan apakah keadaan
yang diproteksi dalam keadaan
normal atau mendapat gangguan.
Sebagai alat pembanding sekaligus
alat pengukur adalah relai, yang
bekerja setelah mendapatkan
besaran dari alat pengindera dan
membandingkan dengan besar
arus penyetelan dari kerja relai.
Apabila besaran tersebut tidak
setimbang atau melebihi besar arus
penyetelannya, maka kumparan
Relai akan bekerja menarik kontak
dengan cepat atau dengan waktu
tunda dan memberikan perintah
pada kumparan penjatuh (trip-coil)
untuk bekerja melepas PMT.
Sebagai sumber energi/penggerak
adalah sumber arus searah atau
baterai.

Gambar 9.2. Rangkaian Relai
proteksi sekunder

9.1.4. Fungsi dan Peranan Relai
Proteksi

Maksud dan tujuan pemasangan
Relai proteksi adalah untuk
mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang
terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus
mengamankan bagian yang masih
C

Rangkaian
Relai




374
sehat dari kerusakan atau kerugian
yang lebih besar, dengan cara :
1. Mendeteksi adanya gangguan
atau keadaan abnormal lainnya
yang dapat membahayakan
peralatan atau sistem.
2. Melepaskan (memisahkan)
bagian sistem yang terganggu
atau yang mengalami keadaan
abnormal lainnya secepat
mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau
yang dilalui arus gangguan
dapat dihindari atau dibatasi
seminimum mungkin dan
bagian sistem lainnya tetap
dapat beroperasi.
3. Memberikan pengamanan
cadangan bagi instalasi lainnya.
4. Memberikan pelayanan
keandalan dan mutu listrik yang
tbaik kepada konsumen.
5. Mengamankan manusia
terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh listrik.

9.2. Syarat-syarat Relai Proteksi
Dalam perencanaan sistem
proteksi, maka untuk mendapatkan
suatu sistem proteksi yang baik
diperlukan persyaratan-persyaratan
sebagai berikut :

9.2.1. Sensitif.
Suatu Relai proteksi bertugas
mengamankan suatu alat atau
suatu bagian tertentu dari suatu
sisitem tenaga listrik, alat atau
bagian sisitem yang termasuk
dalam jangkauan pengamanannya.
Relai proteksi mendetreksi
adanya gangguan yang terjadi di
daerah pengamanannya dan harus
cukup sensitif untuk mendeteksi
gangguan tersebut dengan
rangsangan minimum dan bila
perlu hanya mentripkan pemutus
tenaga (PMT) untuk memisahkan
bagian sistem yang terganggu,
sedangkan bagian sistem yang
sehat dalam hal ini tidak boleh
terbuka.

9.2.2. Selektif.
Selektivitas dari relai proteksi
adalah suatu kualitas kecermatan
pemilihan dalam mengadakan
pengamanan. Bagian yang terbuka
dari suatu sistem oleh karena
terjadinya gangguan harus sekecil
mungkin, sehingga daerah yang
terputus menjadi lebih kecil.
Relai proteksi hanya akan
bekerja selama kondisi tidak normal
atau gangguan yang terjadi
didaerah pengamanannya dan tidak
akan bekerja pada kondisi normal
atau pada keadaan gangguan yang
terjadi diluar daerah
pengamanannya

9.2.3. Cepat.
Makin cepat relai proteksi
bekerja, tidak hanya dapat
memperkecil kemungkinan akibat
gangguan, tetapi dapat
memperkecil kemungkinan
meluasnya akibat yang ditimbulkan
oleh gangguan.

9.2.4. Andal.
Dalam keadaan normal atau
sistem yang tidak pernah terganggu
relai proteksi tidak bekerja selama
berbulan-bulan mungkin bertahun-
tahun, tetapi relai proteksi bila
diperlukan harus dan pasti dapat




375
bekerja, sebab apabila relai gagal
bekerja dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pda
peralatan yang diamankan atau
mengakibatkan bekerjanya relai lain
sehingga daerah itu mengalami
pemadaman yang lebih luas.
.Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka relai proteksi
harus dilakukan pengujian secara
periodik.

9.2.5. Ekonomis.
Dengan biaya yang sekecilnya-
kecilnya diharapkan relai proteksi
mempunyai kemampuan
pengamanan yang sebesar-
besarnya.

9.2.6. Sederhana.
Perangkat relai proteksi
disyaratkan mempunyai bentuk
yang sederhana dan fleksibel.

9.3. Penyebab Terjadinya
Kegagalan Poteksi

Jika proteksi bekerja
sebagaimana mestinya, maka
kerusakan yang parah akibat
gangguan mestinya dapat
dihindari/dicegah sama sekali, atau
kalau gangguan itu disebabkan
karena sudah adanya kerusakan
(insulation break down di dalam
peralatan), maka kerusakan itu
dapat dibatasi sekecilnya.
Proteksi yang benar harus
dapat bekerja cukup cepat, selektif
dan andal sehingga kerusakan
peralatan yang mungkin timbul
akibat busur gangguan atau pada
bagian sistem/peralatan yang
dilalalui arus gangguan dapat
dihindari dan kestabilan sistem
dapat terjaga.
Sebaliknya jika proteksi gagal
bekerja atau terlalu lambat bekerja,
maka arus gangguan ini
berlangsung lebih lama, sehingga
panas yang ditimbulkannya dapat
mengakibatkan kebakaran yang
hebat, kerusakan yang parah pada
peralatan instalasi dan ketidak
stabilan sistem.
Tangki trafo daya yang
menggelembung atau jebol akibat
gangguan biasanya karena
kegagalan kerja atau kelambatan
kerja proteksi. Kegagalan atau
kelambatan kerja proteksi juga akan
mengakibatkan bekerjanya proteksi
lain disebelah hulunya (sebagai
remote back up) sehingga dapat
mengakibatkan pemadaman yang
lebih luas atau bahkan runtuhnya
sistem (collapse).

Kegagalan atau kelambatan
kerja proteksi dapat disebabkan
antara lain oleh :

- Relainya telah rusak atau tidak
konsisten bekerjanya.
- Setelan (seting) Relainya tidak
benar(kurang sensitif atau
kurang cepat).
- Baterainya lemah atau
kegagalan sistem DC suply
sehingga tidak mampu
mengetripkan PMT-nya.
- Hubungan kotak kurang baik
pada sirkit tripping atau
terputus.
- Kemacetan mekanisme tripping
pada PMT-nya karena kotor,
karat, patah atau meleset.
- Kegagalan PMT dalam
memutuskan arus gangguan




376
yang bisa disebabkan oleh arus
gangguanya terlalu besar
melampaui kemampuan
pemutusan (interupting
capability), atau kemampuan
pemutusannya telah menurun,
atau karena ada kerusakan.
- Kekurang sempurnaan
rangkaian sistem proteksi
antara lain adanya hubungan
kontak yang kurang baik.
- Kegagalan saluran komunikasi
tele proteksi.
- Trafo arus terlalu jenuh.

9.4. Gangguan Pada Sistem
Penyaluran

Jaringan tenaga listrik yang
terganggu harus dapat segera
diketahui dan dipisahkan dari
bagian jaringan lainnya secepat
mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat
dihindarkan.
Gangguan pada jaringan
tenaga listrik dapat terjadi
diantaranya pada pembangkit,
jaringan transmisi atau di jaringan
distribusi. Penyebab gangguan
tersebut tersebut dapat
diakibatkan oleh gangguan sistem
dan non sistem.

9.4.1. Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah
gangguan yang terjadi di sistem
tenaga listrik seperti pada
generator, trafo, SUTT, SKTT dan
lain sebagainya. Gangguan sistem
dapat dikelompokkan sebagai
gangguan permanen dan gangguan
temporer. Gangguan temporer
adalah gangguan yang hilang
dengan sendirinya bila PMT
terbuka, misalnya sambaran petir
yang menyebabkan flash over pada
isolator SUTT. Pada keadaan ini
PMT dapat segera dimasukan
kembali, secara manual atau
otomatis dengan AutoRecloser.
Gangguan permanen adalah
gangguan yang tidak hilang dengan
sendirinya, sedangkan untuk
pemulihan diperlukan perbaikan,
misalnya kawat SUTT putus.

9.4.2. Gangguan Non Sistem
PMT terbuka tidak selalu
disebabkan oleh terjadinya
gangguan pada sistem, dapat saja
PMT terbuka oleh karena relai yang
bekerja sendiri atau kabel kontrol
yang terluka atau oleh sebab
interferensi dan lain sebagainya.
Gangguan seperti ini disebut
gangguan bukan pada sistem,
selanjutnya disebut gangguan non
sistem.
Jenis gangguan non-sistem
antara lain :
kerusakan komponen relai ;
kabel kontrol terhubung singkat ;
interferensi / induksi pada kabel
kontrol.

9.5. Proteksi Penghantar
Jaringan tenaga listrik secara
garis besar terdiri dari pusat
pembangkit, jaringan transmisi
(gardu induk dan saluran transmisi)
dan jaringan distribusi, seperti
diperlihatkan pada gambar 9.3.







377















Gambar 9.3. Jaringan sistem tenaga listrik

Dalam usaha untuk meningkatkan
keandalan penyediaan energi listrik,
kebutuhan sistem proteksi yang
memadai tidak dapat dihindarkan.
Blok diagram Sistem proteksi
Penghantar diperlihatkan pada
Gambar 9. 4.
























Relai
Proteksi
Catu Daya
(battere)
Masukan
besaran arus
dan tegangan
Transmisi
Perintah buka
Relai
Proteksi
Sinyal kirim
Sinyal terima
Gambar 9.4. Blok diagram sistem proteksi Penghantar
Indikasi relai
Data Scada
Disturbance Recorder
Evaluasi
P
M
G

TRANSMISI GARDU
INDUK
DISTRIBUSI
PUSAT LISTRIK




378

Sistem proteksi jaringan (SUTT
dan SUTET) terdiri dari Proteksi
Utama dan Proteksi Cadangan.
Relai untuk proteksi utama yang
dikenal saat ini :
a) Distance Relai
Basic atau Step
PUTT
POTT
Blocking
b) Differential Relai
Pilot
Current
Phase
c) Directional Comparison Relai
Impedance
Current
SuperImposed
Proteksi Cadangan adalah sebagai
berikut :
Sistem proteksi cadangan lokal
: OCR & GFR
Sistem proteksi cadangan jauh :
Zone 2 GI remote

9.6. Sistem Proteksi SUTET
Pada dasarnya, hanya ada
satu pola pengaman SUTET yang
dipakai pada sistem transmisi 500
kV di pulau Jawa, yaitu suatu pola
yang menggunakan dua Line
Protection (LP) berupa Distance
Relai (Z) + Tele Proteksi (TP) yang
identik, disebut LP(a) dan LP(b).
Pada setiap LP terdapat Directional
Earth Fault Relai (DEF) sebagai
komplemennya.
Pola ini selanjutnya dilengkapi
dengan Reclosing Relai untuk
melakukan SPAR. Pola ini dipakai
di hampir seluruh SUTET PLN di
Jawa dan untuk selanjutnya akan
disebut sebagai pola standar.
Namun demikian, disamping pola
yang standar terdapat dua pola lain
yang non standar.
Pola non standar yang pertama
mempunyai dua LP, yaitu : i) LP(a)
berupa Directional Comparison
(DC) dari jenis Non-Impedance
Relai, yang di-backup oleh sebuah
Distance Relai tanpa Tele Proteksi,
ii) LP(b) berupa distance Relai +
DEF dengan Tele Proteksi, yang di-
backup oleh sebuah Distance Relai
tanpa Tele Proteksi. Pola ini hanya
digunakan pada SUTET Saguling -
Cirata 1.
Pola non standar yang kedua
mempunyai LP(a) berupa Phase
Comparison yang di backup oleh
Distance Relai tanpa Tele Proteksi,
dan LP(b) berupa Distance Relai +
DEF dengan Tele Proteksi yang di-
backup oleh Distance Relai tanpa
Tele Proteksi. Pola ini hanya
digunakan pada SUTET Saguling -
Cirata 2.
















379
Tabel 9.1. Pola Standar

Pola LPa LPb
Main Backup Main Backup
Pola standar Z+DEF+TP Z Z+DEF+TP Z
Pola non
standar I
DC Z Z+DEF+TP Z
Pola non
standar II
PC Z Z + TP Z

9.7. Media Telekomunikasi

Media PLC dapat digunakan
untuk Distance Relai, Comparison
Directional Relai, dan Comparison
Phase Relai. Media Fibre Optic
dapat digunakan untuk Distance
Relai, relai directional comparison,
relai phase comparison, dan relai
current differential.
Media Micro Wave dapat
digunakan untuk distance Relai,
relai directional comparison, relai
phase comparison, dan relai current
differential. Kabel Pilot dapat
digunakan untuk relai pilot
differential.

9.8. Distance Relai ( Relai Jarak)

Relai jarak digunakan sebagai
pengaman utama (main protection)
pada SUTT/SUTET dan sebagai
backup untuk seksi didepan. Relai
jarak bekerja dengan mengukur
besaran impedansi (Z) transmisi
dibagi menjadi beberapa daerah
cakupan yaitu Zone-1, Zone-2,
Zone-3, serta dilengkapi juga
dengan teleproteksi (TP) sebagai
upaya agar proteksi bekerja selalu
cepat dan selektif di dalam daerah
pengamanannya.








Gambar .9.5. Daerah pengamanan relai jarak

9.8.1. Prinsip Kerja Relai Jarak
Relai jarak mengukur tegangan
pada titik relai dan arus gangguan
yang terlihat dari relai, dengan
membagi besaran tegangan dan
arus, maka impedansi sampai titik
terjadinya gangguan dapat di
tentukan. Perhitungan impedansi
dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
Zone-1
Zone-2
Zone-3




280
Z
f
= V
f
/I
f

Dimana :
Z
f
= Impedansi (ohm)
V
f
= Tegangan (Volt)
I
f
=Arus gangguan
Relai jarak akan bekerja
dengan cara membandingkan
impedansi gangguan yang terukur
dengan impedansi seting, dengan
ketentuan :
Bila harga impedansi ganguan
lebih kecil dari pada impedansi
seting relai maka relai akan
trip.
Bila harga impedansi ganguan
lebih besar dari pada impedansi
seting relai maka relai akan
tidak trip.
Gambar 9.6. merupakan block
diagram relai jarak yang terpasang
di instalasi yang terdiri dari :
































Gambar 9.6. Block diagram relai jarak





MCB VT Bus



Close


Trip

Rang. Arus


Posisi PMT

Mekanik PMT







MCB VT Line
HV APPARATUS MK PANEL RELAI
M
M
CR
CS
PANEL PLC
PMS
REL
PMT
CT
PMS
LINE
PMS
TANAH
Syncro
Chek (25)
Auto
Rec (79)
Distance
Relai (21)




381
1. Peralatan tegangan tinggi (HV
apparatus)
PMT
PMS
CT
PT Line dan Bus
2. Marshalling Kios
MCB PT
MCB sumber AC/DC
Terminal rangkaian arus (CT)
dan tegangan (PT).
Terminal limit switch PMT dan
PMS
Terminal rangkaian trip dan
reclose
3. Panel Relai
MCB AC dan DC
Relai Jarak
Relai Lock Out
Aux. Relai

4. Panel PLC
Sinyal Kirim (carrier send)
Sinyal terima (carrer reciept)
Sinyal CIS

9.8.2. Pengukuran Impedansi
Gangguan Oleh Relai Jarak

Menurut jenis gangguan pada
sistem tenaga listrik, terdiri dari
gangguan hubung singkat tiga fasa,
dua fasa, dua fasa ke tanah dan
satu fasa ke tanah. Relai jarak
sebagai pengaman utama harus
dapat mendeteksi semua jenis
gangguan dan kemudian
memisahkan sistem yang terganggu
dengan sistem yang tidak terganggu.



9.8.3. Gangguan Hubung Singkat
Tiga Fasa

Pada saat terjadi gangguan
tiga fasa yang simetris maka
amplitudo tegangan fasa
VR,VS,VT turun dan beda fasa
tetap 120 derajat. Impedansi yang
diukur relai jarak pada saat terjadi
gangguan hubung singkat tiga fasa
adalah sebagai berikut :

Vrelai = V
R

Irelai=I
R

Z
R
= V
R
/I
R


Dimana,
Z
R
= impedansi terbaca oleh relai
V
R
= Tegangan fasa ke netral
I
R
= Arus fasa

9.7.4.Gangguan Hubung Singkat
Dua Fasa

Untuk mengukur impedansi
pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dua fasa,
tegangan yang masuk ke
komparator relai adalah tegangan
fasa yang terganggu, sedangkan
arusnya adalah selisih (secara
vektoris) arus-arus yang
terganggu. Maka pengukuran
impedansi untuk hubung singkat
antara fasa S dan T adalah
sebagai berikut :

V relai = V
S
V
T

I relai = I
S
- I
T









382
Sehingga,
Z
R
=
T S
T S
I I
V V


Tabel. 9.2. Tegangan dan arus masukan relai untuk gangguan hubung
singkat dua fasa

Fasa yang
terganggu
Tegangan Arus
R-S V
R
-V
S
I
R
- I
S

S-T V
S
-V
T
I
S
- I
T

T-R V
T
-V
R
I
R
- I
T



9.8.5. Gangguan Hubung Singkat
Satu Fasa Ke Tanah

Untuk mengukur impedansi pada
saat hubung singkat satu fasa ke
tanah, tegangan yang dimasukkan
ke relai adalah tegangan yang
terganggu, sedangkan arus fasa
terganggu di tambah arus sisa dikali
factor kompensasi.
Misalnya terjadi gangguan hubung
singkat satu fasa R ke tanah, maka
pengukuran impedansi dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

Tegangan pada relai : Vrelai = V
R

Arus pada relai : I relai = I
R
+K
0
.I
n

Arus netral : I
n
= I
R
+ I
S
+ I
T

Kompensasi urutan nol : K
0
=1/3(Z
0
- Z
1
/Z
2
)
Z
1
=V
R
/(I
R
+K
0
.I
n
)

Tabel.9.3.Tegangan dan arus masukan relai untuk gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah

Fasa yang
terganggu
Tegangan Arus
R - N V
R
I
R
+ K
0
.I
n

S - N V
S
I
S
+ K
0
.I
n

T - N V
T
I
S
+ K
0
.I
n


Impedansi urutan nol akan timbul
pada gangguan tanah. Adanya K
0

adalah untuk mengkompensasi
adanya impedansi urutan nol
tersebut. Sehingga impedansi yang
terukur menjadi benar.






383
9.9. Karakteristik Relai Jarak

Karakteristik relai jarak
merupakan penerapan langsung
dari prinsip dasar relai jarak,
karakteristik ini biasa digambarkan
didalam diagram R-X.

9.9.1. Karakteristik impedansi

Ciri-ciri nya :

Merupakan lingkaran dengan
titik pusatnya ditengah-tengah,
sehingga mempunyai sifat non
directional. Untuk diaplikasikan
sebagai pengaman SUTT perlu
ditambahkan relai directional.
Mempunyai keterbatasan
mengantisipasi gangguan tanah
high resistance.
Karakteristik impedan sensitive
oleh perubahan beban,
terutama untuk SUTT yang
panjang sehingga jangkauan
lingkaran impedansi dekat
dengan daerah beban.

















Gambar 9.7. Karakteristik Impedansi

9.9.2. Karakteristik Mho

Ciri-ciri :

Titik pusatnya bergeser
sehingga mempunyai sifat
directional.
Mempunyai keterbatasan untuk
mengantisipasi gangguan tanah
high resistance.
Untuk SUTT yang panjang
dipilih Zone-3 dengan
karakteristik Mho lensa geser.






R
X
ZL

Z1 Z2 Z3
Directional




384

















Gambar 9.8. Karakteristik Mho













Gambar 9.9. Karakteristik Mho
Z
1
,Z
2
parsial Cross-polarise Mho, Z
3
Lensa geser

9.9.3. Karakteristik Reaktance

Ciri-ciri :
Karateristik reaktance
mempunyai sifat non directional.
Untuk aplikasi di SUTT perlu
ditambah relai directional.
Dengan seting jangkauan
resistif cukup besar maka relai
reactance dapat mengantisipasi
gangguan tanah dengan
tahanan tinggi.









R
X
ZL

Z1 Z2 Z3
R
X
ZL

Z1 Z2 Z3




385














Gambar 9. 10. Karakteristik Reaktance dengan Starting Mho

9.9.4. Karakteristik Quadrilateral

Ciri-ciri :
Karateristik quadrilateral
merupakan kombinasi dari 3
macam komponen yaitu :
reactance, berarah dan resistif.
Dengan seting jangkauan
resistif cukup besar maka
karakteristik relai quadrilateral
dapat mengantisipasi gangguan
tanah dengan tahanan tinggi.
Umumnya kecepatan relai lebih
lambat dari jenis mho.














Gambar 9.11. Karakteristik Quadrilateral






Z3


Z2


Z1
X
R
ZL
R
Z X

Z3


Z2




386
9.10. Pola Proteksi
Agar gangguan sepanjang
SUTT dapat ditripkan dengan
seketika pada kedua sisi ujung
saluran, maka relai jarak perlu
dilengkapi fasilitas teleproteksi.


9.10.1. Pola Dasar
Ciri-ciri Pola dasar :
Tidak ada fasilitas sinyal PLC
Untuk lokasi gangguan antara
80 100 % relai akan bekerja
zone-2 yang waktunya lebih
lambat (tertunda).





T



Z2 = Timer zone 2
TZ3 = Timer zone 3

Gambar 9.12. Rangkaian logic Basic Scheme
9.10.2. Pola PUTT (Permissive
Underreach Transfer Trip)

Prinsip Kerja dari pola PUTT :
Pengiriman sinyal trip (carrier
send) oleh relai jarak zone-1.
Trip seketika oleh teleproteksi
akan terjadi bila relai jarak
zone-2 bekerja disertai dengan
menerima sinyal. (carrier
receipt).
Bila terjadi kegagalan sinyal
PLC maka relai jarak kembali ke
pola dasar.
Dapat menggunakan berbeda
type dan relai jarak.
.










CS = sinyal kirim Z
2
= trip zone 2
CR = sinyal terima TZ
2
= waktu trip zone 2

Gambar 9. 13. Rangkaian logic Pola PUTT
Z1
Z3
OR
TRIP
Z2
TZ2
Z1
Z3
OR
TRIP
TZ2
Z2
TZ3 TZ3
CS
Z1
C
OR
TRIP
Z2
TZ2
AND
CS
Z1
C
OR
TRIP
TZ2
Z2
AND




287



9.10.3. Permissive Overreach
transfer Trip

Prinsip Kerja dari pola POTT :
Pengiriman sinyal trip (carrier
send) oleh relai jarak zone-2.
Trip seketika oleh teleproteksi
akan terjadi bila relai jarak
zone-2 bekerja disertai dengan
menerima sinyal (carrier
receipt).
Bila terjadi kegagalan sinyal
PLC maka relai jarak kembali ke
pola dasar.
Dapat menggunakan berbeda
type dan relai jarak.









CR = sinyal terima tZ
2
= waktu trip zone 2
Gambar 9.14. Rangkaian logic Pola POTT

9.10.4. Pola Blocking (Blocking
Scheme)
Prinsip Kerja dari pola Blocking :
Pengiriman sinyal block (carrier
send) oleh relai jarak zone-3
reverse.
Trip seketika oleh teleproteksi
akan terjadi bila relai jarak
zone-2 bekerja disertai dengan
tidak ada penerimaan sinyal
block. (carrier receipt).
Bila terjadi kegagalan sinyal
PLC maka relai jarak akan
mengalami mala kerja.
Membutuhkan sinyal PLC
cukup half duplex.
Relai jarak yang dibutuhkan
merk dan typenya sejenis.












Gambar 9. 15. Ranglaian Logic Blocking Scheme
Z1
OR
TRIP
TZ2
AND
CS
Z1
CR
OR
TRIP
Z2
TZ2
AND
TZ3
Z3
Rev
AND
TZ2
CS
Z3
Re
v
AND
Z2
CR
CS
Z1
CR
TRIP
Z2
TZ2
AND
CS
Z1
CR
TRIP
TZ2
Z2
AND
OR
OR




388
9.10.5. Penyetelan Daerah Jangkauan pada Relai Jarak






















Gambar 9.16. Daerah penyetelan Relai jarak tiga tingkat

Relai jarak pada dasarnya
bekerja mengukur impadansi
saluran, apabila impedansi yang
terukur / dirasakan relai lebih kecil
impedansi tertentu akibat gangguan
( Z
set
< Z
F
) maka relai akan bekerja.
Prinsip ini dapat memberikan
selektivitas pengamanan, yaitu
dengan mengatur hubungan antara
jarak dan waktu kerja relai.
Penyetelan relai jarak terdiri dari
tiga daerah pengamanan,
Penyetelan zone-1 dengan waktu
kerja relai t
1
, zone-2 dengan waktu
kerja relai t
2
, dan zone-3 waktu
kerja relai t
3
.




9.10.6. Penyetelan Zone-1
Dengan mempertimbangkan
adanya kesalahan-kesalahan dari
data saluran, CT, PT, dan peralatan
penunjang lain sebesar 10% - 20 %
, zone-1 relai disetel 80 % dari
panjang saluran yang diamankan.
Zone-1 = 0,8 . Z
L1 (Saluran)
....
Waktu kerja relai seketika, (t
1
= 0)
tidak dilakukan penyetelan waktu .

9.10.7. Penyetelan Zone-2
Prinsip peyetelan Zone-2
adalah berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :

Zone-2
min
= 1,2 . Z
L1

Local bus Near and bus far and bus
A B C
Zone-1(A)
Zone-2(A)
Zone-3(A)
Zone-1(B)
Zone-2(B)
Zone-3(B)




389
Zone-2
mak
= 0,8 (Z
L1
+ 0,8. Z
L2
)

Dengan : Z
L1
= Impedansi saluran
yang diamankan.
Z
L1
= Impedansi saluran berikutnya
yang terpendek ( )

Waktu kerja relai t
2
= 0.4 s/d 0.8 dt.

9.10.8. Penyetelan zone-3

Prinsip penyetelan zone-3
adalah berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :

Zone-3
min
= 1.2 ( Z
L1
+ 0,8.Z
L2
)

Zone-3
mak1
= 0,8 ( Z
L1
+ 1,2.Z
L2
)

Zone-3
mak2
= 0,8 ( Z
L1
+ k.Z
TR
)

Dengan :
L1
= Impedansi saluran
yang diamankan
Z
L2
= Impedansi saluran berikutnya
yang terpanjang
Waktu kerja relai t
3
= 1.2 s/d 1.6 dt.

9.10.9. Peyetelan zone-3 reverse

Fungsi penyetelan zone-3
reverse adalah digunakan pada
saat pemilihan teleproteksi pola
blocking. Dasar peyetelan zone-3
reverse ada dua jenis :
Bila Z3 rev memberi sinyal trip.
Zone-3 rev

= 1.5 Z2-ZL1
Bila Z3 rev tidak memberi sinyal
trip.
Zone-3 rev = 2 Z2-ZL1.

9.10.10. Penyetelan Starting
Fungsi starting relai jarak adalah :
1. Mendeteksi adanya
gangguan.
2. Menentukan jenis gangguan
dan memilih fasa yang
terganggu.
Prinsip penyetelan starting di bagi
2, yaitu :
1. Starting arus lebih :
I fasa-fasa = 1.2 CCC atau ct
I fasa-netral = 0.1. CCC atau ct
2. Starting impedansi
Zsmin = 1.25 x Zone-3
Zs max= 0.5 x kV/(CCC atau
Ct x3)

9.10.11. Penyetelan Resistif reach
Fungsi penyetelan resistif
reach adalah mengamankan
gangguan yang bersifat high
resistance. Prinsip penyetelan
resistif reach (Rb) tidak melebihi
dari kreteria setengah beban (1/2 Z
beban ).
Untuk system 70 kV :
R
b
= 15 x Zone-1 x k
0
x 2.
Untuk system 150 dan 500 kV :
R
b
= 8 x Zone-1 x k
0
x 2

9.10.12. Directional Comparison
Relai.

Relai penghantar yang prinsip
kerjanya membandingkan arah
gangguan, jika kedua relai pada
penghantar merasakan gangguan
di depannya maka relai akan
bekerja. Cara kerjanya ada yang
menggunakan directional
impedans, directional current dan
superimposed.







390


















9.11. Current Differential Relai
Prinsip kerja pengaman differensial arus saluran transmisi mengadaptasi
prinsip kerja diferensial arus, yang membedakannya adalah daerah yang
diamankan cukup panjang sehingga diperlukan :
Sarana komunikasi antara ujung-ujung saluran.
Relai sejenis pada setiap ujung saluran.
Karena ujung-ujung saluran transmisi dipisahkan oleh jarak yang jauh
maka masing-masing sisi dihubungkan dengan :
kabel pilot
saluran telekomunikasi : microwave, fiber optic.
















Gambar 9.18. Relai arus differensial Transmisi
Gambar 9.17. Directional comparison relai
A B
Signalling channel
DIR
T
R

&

DIR
T
R

&

I
I
B

I
A

Relai B Relai A
End A
End B




391
Tanpa gangguan atau gangguan eksternal
IA +IB = 0
Keadaan gangguan internal
IA +IB 0 (= IF)

9.11.1. Pilot Relai





















Gambar 9. 20. Circulating Current

Umumnya diterapkan untuk
mengatasi kesulitan koordinasi
dengan relai arus lebih pada
jaringan yang kompleks atau sangat
pendekdan kesulitan koordinasi
dengan relai jarak untuk jaringan
yang sangat pendek. Pada saluran
udara faktor pembatas dari relai ini
adalah panjang dari rangkaian pilot,
sedangkan pada saluran kabel
adalah arus charging kabel dan
sistem pentanahan.
Prinsip kerja relai diferensial
arus saluran transmisi yaitu relai
diferensial dengan circulating
current atau relai diferensial dengan
balanced voltage seperti pada
gambar.9.21.

9.11.2. Phase Comparison Relai
Prinsip kerja membandingkan
sudut fasa antara arus yang masuk
dengan arus yang keluar daerah
pengaman. Prinsip kerja diperlihat-
kan pada gambar, 9.21. dimana
pada saat gangguan internal output
dari comparator memberikan nilai 1

..
Gambar 9. 19. Balanced Voltage
OP
OP
B
B
v v
OP OP
B
I
I
B




392





























Gambar 9. 21. Gelombang sudut fasa pada Phase Comparison Relai

9.11.3. Super Imposed Directional
Relai
Elemen directional mengguna-
kan sinyal superimposed
Superimposed = faulted - unfaulted
Selama gangguan tegangan dan
arus berubah sebesar Vr dan ir,
perubahan ini dikenal sebagai
besaran superimposed.

Untuk gangguan di depan : Vr
- rep dan ir mempunyai
polaritas yang berlawanan
sedangkan untuk gangguan di
belakang : Vr - rep dan ir
mempunyai polaritas yang sama
Arah ditentukan dari persamaan :
Dop = | Vr - rep - ir | - |
Vr - rep + ir |
Dop positip untuk gangguan arah
depan dan Dop negatip untuk
gangguan arah belakang

a. Fasa arus di A
b. Logic fasa arus di A
c. Fasa arus di B
d. Logic fasa arus di B
Output comparator di A :
e = b + d

Output discriminator
Stability
A B A B
Gangguan eksternal
Gangguan internal




393






































Gambar 9. 23. Rangkaian pengukuran Relai tanah selektif





Forward Fault
ir
t = 0
Vr
Zs
- Vr
ir =
Zs
- Vr
ir =
|Zs|
- s
R
t = 0
Vr
Zs
ir
ZL
+ Vr
ir =
Zs + ZL
+ Vr
ir =
|Zs + ZL|
- LS
Gambar 9. 22. Prinsip pengukuran superimposed tegangan dan arus
50G
67G
67G
Pht 1
Pht 2




394
9.11.4. Relai tanah selektif
(selection ground Relai)

Rangkaian relai tanah selektif
(50G) dihubungkan seperti pada
gambar. Jika ada gangguan satu
fasa ke tanah pada penghantar 1
maka relai 50G akan merasakan
gangguan demikian juga relai
directional ground (67G).
Penghantar 1 akan trip karena 50G
kerja dan arus yang dirasakan 67G
penghantar 1 > 67G penghantar 2.
Apabila salah satu pmt penghantar
lepas relai 50 G tidak akan bekerja.
Setting waktu relai 50G umumnya <
setting waktu 67G.
Relai ini dipasang pada
penghantar dengan sirkit ganda dan
tidak dapat dioperasikan jika ada
pencabangan dalam penghantar
tersebut (single phi atau single T).


9.11.5. Relai tanah terarah (directional ground Relai)












Relai arah hubung tanah
memerlukan operating signal dan
polarising signal. Operating signal
diperoleh dari arus residual melalui
rangkaian trafo arus penghantar
(Iop = 3Io) sedangkan polarising
signal diperoleh dari tegangan
residual. Tegangan residual dapat
diperoleh dari rangkaian sekunder
open delta trafo tegangan seperti
pada Gambar 9.25.
V
RES
= V
AG
+ V
BG
+ V
CG
= 3Vo
9.11.6 Relai Cadangan (Back Up
Protection)

Diperlukan apabila proteksi
utama tidak dapat bekerja atau
terjadi gangguan pada sistem
proteksi utama itu sendiri. Pada
dasarnya sistem proteksi cadangan
dapat dibagi menjadi dua katagori,
yaitu
a. Sistem proteksi cadangan lokal
(local back up protection
system)
V
RES

A
B
C
Gambar 9. 24. Rangkaian open delta trafo tegangan




395
Proteksi cadangan lokal adalah
proteksi yang dicadangkan
bekerja bilamana proteksi
utama yang sama gagal
bekerja. Contohnya :
penggunaan OCR atau GFR.
b. Sistem proteksi cadangan jauh
(remote back up protection
system)
Proteksi cadangan jauh
adalah proteksi yang
dicadangkan bekerja bilamana
proteksi utama di tempat lain
gagal bekerja. Proteksi cadangan
lokal dan jauh diusahakan
koordinasi waktunya dengan
proteksi utama di tempat
berikutnya. Koordinasi waktu
dibuat sedemikian hingga
proteksi cadangan dari jauh
bekerja lebih dahulu dari proteksi
cadangan lokal. Hal ini berarti
bahwa kemungkinan sekali
bahwa proteksi cadangan dari
jauh akan bekerja lebih efektif
dari proteksi cadangan lokal.
Dengan penjelasan di atas
berarti bahwa waktu penundaan
bagi proteksi cadangan lokal cukup
lama sehingga mungkin sekali
mengorbankan kemantapan sistem
demi keselamatan peralatan.
Dengan demikian berarti pula
bahwa proteksi cadangan lokal
hanya sekedar proteksi cadangan
terakhir demi keselamatan
peralatan.

9.11.7. Operating Time dan Fault
Clearing Time

Kecepatan pemutusan gangguan
(fault clearing time) terdiri dari
kecepatan kerja (operating time)
Relai, kecepatan buka pemutus
tenaga (circuit breaker) dan waktu
kirim sinyal teleproteksi. Fault
clearing time menurut SPLN 52-1
1984 untuk sistem 150 kV sebesar
120 ms dan untuk sistem 70 kV
sebesar 150 ms.
Besaran fault clearing time
berhubungan dengan mutu tenaga
listrik di sisi konsumen, batasan
Kedip menurut SE Direksi PT PLN
(PERSERO) No. 12.E / 012 / DIR /
2000 adalah 140 ms untuk
bekerjanya proteksi utama sistem
150 kV dan 170 ms untuk
bekerjanya proteksi utama di sistem
70 kV, sedangkan untuk proteksi
cadangan maksimum sebesar 500
ms.
Fault clearing time proteksi
cadangan sebesar 500 ms dapat
dicapai dengan memanfaatkan
proteksi cadangan zone 2 distance
Relai dari GI remote. Dari kedua hal
di atas maka untuk PLN UBS P3B
fault clearing time di sistem 150 kV
adalah 120 ms untuk bekerja
proteksi utama dan 500 ms untuk
bekerja proteksi cadangan,
sedangkan di sistem 70 kV adalah
150 ms untuk bekerja proteksi
utama dan 500 ms untuk bekerja
proteksi cadangan.
Untuk memenuhi fault clearing
time di atas maka perlu ditetapkan
batasan operating time dari relai itu
sendiri. Dengan mempertimbang-
kan waktu kerja pmt dan waktu
yang diperlukan teleproteksi maka
operating time relai proteksi utama
di sistem 150 kV adalah tipikal 30
ms dan pada SIR 10 dan reach
setting 80 % sebesar 40 ms,
sedangkan di sistem 70 kV adalah




396
tipikal 35 ms dan pada SIR 10
dan reach setting 80 % sebesar
50 ms.
9.11.8. Relai Proteksi Busbar.
Sebagai proteksi utama Busbar
adalah relai Differensial, yang
berfungsi mengamankan pada
busbar tersebut terhadap gangguan
yang terjadi di busbar itu sendiri.
Konfigurasi Busbar ada 3 macam :
1. Busbar tunggal ( Single Busbar ).
2. Busbar ganda ( Double Busbar ).
3. Busbar 1,5 PMT.
Gangguan pada busbar relatif
jarang (kurang lebih 7 % )
dibandingkan dengan gangguan
pada penghantar (kurang lebih 60
%) dari keseluruhan gangguan
[1]

tetapi dampaknya akan jauh lebih
besar dibandingkan pada gangguan
penghantar, terutama jika pasokan
yang terhubung ke pembangkit
tersebut cukup besar.
Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh gangguan di bus jika
gangguan tidak segera diputuskan
antara lain adalah a/. kerusakan
instalasi b/. timbulnya masalah
stabilitas transient, c/.
dimungkinkan OCR dan GFR di
sistem bekerja sehingga pemutusan
menyebar.
Persyaratan yang diperlukan
untuk proteksi busbar adalah :
1. Waktu pemutusan yang cepat
(pada basic time)
2. Bekerja untuk gangguan di
daerah proteksinya.
3. Tidak bekerja untuk gangguan di
luar daerah proteksinya.
4. Selektfi, hanya mentripkan pmt-
pmt yang terhubung ke seksi
yang terganggu.
5. Imune terhadap malakerja,
karena proteksi ini mentripkan
banyak PMT.
Jenis/pola proteksi busbar
banyak ragamnya, tetapi yang akan
di bahas disini adalah proteksi
busbar diferensial dengan jenis low
impedans dan high impedans
..














Gambar.9. 25. Wiring diagram sistem proteksi untuk konfigurasi double busbar


R R
1
2
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8




397

9. 12. Proteksi Transformator
Tenaga

Proteksi transrmator daya
terutama bertugas untuk mencegah
kerusakan transformator sebagai
akibat adanya gangguan yang
terjadi dalam petak/bay
transformator, disamping itu
diharapkan juga agar pengaman
transformator dapat berpartisipasi
dalam penyelenggaraan selektifitas
sistem, sehingga pengamanan
transformator hanya melokalisasi
gangguan yang terjadi di dalam
petak/bay transformator saja.

9.12.1. Tujuan pemasangan Relai
proteksi Trafo Tenaga.

Maksud dan tujuan
pemasangan relai proteksi pada
transformator daya adalah untuk
mengamankan peralatan /sistem
sehingga kerugian akibat gangguan
dapat dihindari atau dikurangi
menjadi sekecil mungkin dengan
cara :

1. Mencegah kerusakan
transformator akibat adanya
gangguan/ketidak normalan
yang terjadi pada transformator
atau gangguan pada bay
transformator.
2. Mendeteksi adanya gangguan
atau keadaan abnormal lainnya
yang dapat membahayakan
peralatan atau sistem.
3. Melepaskan (memisahkan)
bagian sistem yang terganggu
atau yang mengalami keadaan
abnormal lainnya secepat
mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau
yang dilalui arus gangguan
dapat dihindari atau dibatasi
seminimum mungkin dan
bagian sistem lainnya tetap
dapat beroperasi.
4. Memberikan pengamanan
cadangan bagi instalasi lainnya.
5. Memberikan pelayanan
keandalan dan mutu listrik yang
terbaik kepada konsumen.
6. Mengamankan manusia
terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh listrik.

9.12.2. Gangguan pada Trafo
Tenaga

Gangguan pada transformator
daya tidak dapat kita hindari,
namun akibat dari gangguan
tersebut harus diupayakan
seminimal mungkin dampaknya.
Ada dua jenis penyebab gangguan
pada transformator, yaitu gangguan
eksternal dan gangguan internal.

1. Ganggauan eksternal.

Gangguan eksternal sumber
gangguan- nya berasal dari luar
pengamanan transformator, tetapi
dampaknya dirasakan oleh
transformator tersebut, diantaranya
- gangguan hubung singkat pada
jaringan
- beban lebih
- surja petir .

2. Gangguan internal

Gangguan internal adalah
gangguan yang bersumber dari




398
daerah pengamanan/petak bay
transformator, diantaranya :
- gangguan antar fasa pada
belitan
- fasa terhadap ground antar
belitan transformator
- gangguan pada inti
transformator
- gangguan tap changer
- kerusakan bushing
- kebocoran minyak
atauminyak terkontaminasi
- suhu lebih.

9.12.3. Sistem Pentanahan Titik
Netral Trafo Tenaga.

Adapun tujuan pentanahan titik
netral transformator daya adalah
sebagai berikut :
1. Menghilangkan gejala-gejala
busur api pada suatu sistem.
2. Membatasi tegangan-tegangan
pada fasa yang tidak terganggu
(pada fasa yang sehat).
3. Meningkatkan keandalan
(realibility) pelayanan dalam
penyaluran tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi
tegangan lebih transient yang
disebabkan oleh penyalaan
bunga api yang berulang-ulang
(restrike ground fault).
5. Memudahkan dalam
menentukan sistem proteksi
serta memudahkan dalam
menentukan lokasi gangguan




9.12.4. Metoda Pentanahan Titik
Netral Trafo Tenaga.

Metoda-metoda pentanahan
titik netral transformator daya
adalah sebagai berikut :
a) Pentanahan mengambang
(floating grounding)
b) Pentanahan melalui tahanan
(resistance grounding)
c) Pentanahan melalui reaktor
(reactor grounding)
d) Pentanahan langsung (effective
grounding)
e) Pentanahan melalui reaktor
yang impedansinya dapat
berubah-ubah (resonant
grounding) atau pentanahan
dengan kumparan Petersen
(Petersen Coil).

9.12.5. Jenis Proteksi Trafo
Tenaga.

Trafo tenaga diamankan dari
berbagai macam gangguan,
diantaranya dengan peralatan
proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983
Bagian Satu, C) :
Relai arus lebih
Relai arus hubung tanah
Relai beban lebih
Relai tangki tanah Relai
ganggauan tanah terbatas
(Restricted Earth Fault)
Relai suhu
Relai Bucholz
Relai Jansen
Relai tekanan lebih
Relai suhu
Lightning arrester
Relle differensial






399

.











































P51N
NP51
87T
96T
63
26
S51-2 S51-1
PU
64V
Gambar 9. 26. Blok Diagram Proteksi Trafo Tenaga




400
9.13. Relai Arus Lebih (Over
Current Relay)

Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator
terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa didalam maupun diluar
daerah pengaman transformator,
seperti terlhat pada foto dibawah ini


Gambar 8.26 Relai arus lebih

Juga diharapkan relai ini
mempunyai sifat komplementer
dengan relai beban lebih. relai ini
berfungsi pula sebagai pengaman
cadangan bagi bagian instalasi
lainnya.

9.13.1. Relai Gangguan Tanah
Terbatas (Restricted Earth
fault Relay )

Mengamankan transformator
terhadap tanah didalam daerah
pengaman transformator khususnya
untuk gangguan didekat titik netral
yang tidak dapat dirasakan oleh
Relai differensial.

9.13.2. Relai arus lebih Berarah .
Directional over current Relai
atau yang lebih dikenal dengan
Relai arus lebih yang mempunyai
arah tertentu merupakan Relai
Pengaman yang bekerja karena
adanya besaran arus dan tegangan
yang dapat membedakan arah arus
gangguan. Relai ini terpasang pada
Jaringan Tegangan tinggi,
Tegangan menengah juga pada
pengaman Transformator tenaga
dan berfungsi untuk mengamankan
peralatan listrik akibat adanya
gangguan phasa-phasa maupun
Phasa ketanah.
Relai Ini Mempunyai 2 buah
parameter ukur yaitu Tegangan dan
Arus yang masuk ke dalam Relai
untuk membedakan arah arus ke
depan atau arah arus ke belakang.
Pada pentanahan titik netral
trafo dengan menggunakan
tahanan, relai ini dipasang pada
penyulang 20 KV. Bekerjanya relai
ini berdasarkan adanya sumber
arus dari ZCT (Zero Current
Transformer) dan sumber tegangan
dari PT (Potential Transformers).
Sumber tegangan PT
umumnya menggunakan
rangkaian Open-Delta, tetapi
tidak menutup kemungkinan ada
yang menggunakan koneksi
langsung 3 Phasa. Untuk
membedakan arah tersebut
maka salah satu phasa dari arus
harus dibandingakan dengan
Tegangan pada phasa yang lain.
Relai connections
Adalah sudut perbedaan antara
arus dengan tegangan masukan
relai pada power faktor satu.
Relai maximum torque angle
Adalah perbedaan sudut antara
arus dengan tegangan pada relai




401
yang menghasilkan torsi maksimum.





















9.13.3. Relai gangguan hubung
tanah.

Relai ini berfungsi untuk
mengamankan transformator ganggu-
an hubung tanah, didalam dan diluar
daerah pengaman transformator.
Relai arah hubung tanah memerlukan
operating signal dan polarising signal.
Operating signal diperoleh dari arus
residual melalui rangkaian trafo arus
penghantar (Iop = 3Io) sedangkan
polarising signal diperoleh dari
tegangan residual. Tegangan residual
dapat diperoleh dari rangkaian
sekunder open delta trafo tegangan
seperti pada Gambar 9.24

V
RES
= V
AG
+ V
BG
+ V
CG
= 3Vo
9.14. Proteksi Penyulang 20 KV
Jenis Relai proteksi yang
terdapat pada penyulang 20 kV
adalah sebagai berikut :

9.14.1.Relai Arus Lebih ( Over
Current Relai )
Relai ini berfungsi untuk
memproteksi SUTM terhadap
gangguan antar fasa atau tiga
fasa.

9.14.2. Relai Arus Lebih
berarah ( Directional
OCR )
Relai ini berfungsi untuk
memproteksi SUTM terhadap
gangguan antar fasa atau tiga
Reference
V
Max. torque
line
Zero
torque line
RESTRAIN
RESTRAIN

i
I
v
Iv


Gambar 9.28 Diagram phasor Torsi




402
fasa dan hanya bekerja pada satu
arah saja. Karena Relai ini dapat
membedakan arah arus gangguan.

9.14.3. Relai Hubung Tanah
(Ground Fault Relay)

Relai ini berfungsi untuk
memproteksi SUTM atau SKTM dari
gangguan tanah. Relai Beban Lebih
(Over Load Relai). Relai ini dipasang
pada SKTM yang berfungsi untuk
memproteksi SKTM dari kondisi beban
lebih.

9.14.4. Relai Penutup Balik
Reclosing Relay ).

Relai ini berfungsi untuk
memproteksi SUTM terhadap
gangguan antar fasa atau tiga fasa
dan hanya bekerja pada satu arah
saja. Karena Relai ini dapat
membedakan arah arus gangguan.

9.14.5. Relai Frekwensi Kurang
(Under Freqwency Relay)

Relai ini berfungsi untuk melepas
SUTM atau SKTM bila terjadi
penurunan frekwensi system.

9.15. Disturbance Fault Recorder
(DFR )

Disturbance Fault Recorder
(DFR) suatu alat yang dapat
mengukur dan merekam besaran
listrik seperti arus ( A ), tegangan ( V )
dan frekuensi ( Hz ) pada saat
sebelum, selama dan setelah
gangguanDisturbance Fault Recorder
( DFR ) yang saat ini sudah
merupakan suatu kebutuhan, yang
dapat membantu merekam data dari
sistem tenaga listrik termasuk
sistem proteksi serta peralatan
terkait lainnya yang pada
akhirnya membantu dalam
analisa dan memastikan bahwa
sistem telah bekerja dengan baik.
DFR akan bekerja secara real
time untuk memonitor kondisi
listrik dan peralatan terkait
lainnya pada saat terjadi
gangguan, karena menggunakan
sistem digital maka semua data
dikonversikan ke bentuk digital
dan disimpan di memori., hasil
monitor tersebut akan tersimpan
secara permanen dalam bentuk
hasil cetakan di kertas dan data
memori.
Manfaat Disturbance Fault
Recorder (DFR )
Mendeteksi penyebab
gangguan
Mengetahui lamanya
gangguan ( fault clearing time
)
Mengetahui besaran listrik
seperti Arus (A),Tegangan(V)
dan Frekuensi (F)
Mengetahui unjuk kerja
sistem proteksi terpasang
Melihat harmonik dari sistem
tenaga Listrik

Melihat apakah CT normal /
tidak ( jenuh)
Memastikan bahwa PMT
bekerja dengan baik
Dokumentasi
Pengembangan DFR :
Time Synchronizing (GPS)
Master Station
Monitoring Frekuensi
DC Monitoring
Bagian dari DFR
(Disturbance Fault Recorder) :




403
DAU (Data Acquisition Unit), AC/DC
Power Supply
Communication Channel, Sistem
Alarm














DC POWER
AC POWER
EXTERNAL

Gambar 9.29 Disturbance Fault Recorder

Mencetak / print out ulang
Record gangguan yang pernah
direkam :
DFR II harus dalam kondisi
Manual Mode
Tekan tombol Record Select
display akan tampil Record
Select
Tekan kunci panah kebawah,
display tampil : Rec No .
Setelah ini tekan / masukkan
nomor yang diinginkan kemudian
tekan tombol Enter. Printer akan
bekerja, dan layar akan terbaca
Printing.
Tunggu sampai selesai
mencetak, atau Cancel untuk
membatalkan.
Jangan lupa kembali ke Auto
setelah selesai, dengan tombol
Auto
Kita dapat juga memilih nomor
record dengan menggunakan
tombol Panah Keatas /
Kebawah.
Apabila nomor record yang akan
dicetak sudahdiperagakan, maka
kita cukup menekan tombol
Enter.

Mencetak Setup Parameter
DFR II harus dalam kondisi
Manual Mode
Tekan tombol Print Setup
Tekan tombol Panah Kebawah
kemudian printer akan bekerja
KE
MASTER DFR

ANALOG
16 Channel



DAU

Data
Acquisition
Unit
ALARM
RELAi
EVENT
32 Channel
HANNE
SYNCHR

PRINTER
COMM
KEY
BOARD
&
SCREEN




404
Tekan sampai selesai mencetak,
atau Cancel untuk membatalkan
Jangan lupa kembali ke Auto
setelah selesai, dengam tombol
Auto.

9.16. Basic Operation
Switch on : Menyalakan DFR
Pertama kali dinyalakan DFR II
akan memeriksa keadaan didalam
rangkaian elektroniknya dan
menghitung Memorinya sampai
4096 KB. Setelah semuanya dalam
kondisi baik, maka secara otomatis
display/peragaan di DFR II akan
menampilkan Jam dan Nomor
Record yang ada didalam DFR.
Apabila kita ingin mempercepat
pemeriksaan dan test memory,
tekan tombol Panah Kebawah dan
display akan menampilkan Jam dan
Rec No.
Misalnya :
JJ : MM : SS REC .
15 : 06:32 REC 041
Setelah itu tekan tombol Reset
Alarm Indicator, maka seluruh
lampu Alarm Indicator harus
padam/tidak menyal. Apabila ada
Alarm Indicator yang menyala,
maka lihat petunjuk bagian Trouble
Shooting.

9.16.1 Automatic Mode : Posisi
DFR siap/otomatis

Pada kondisi Jam dan Nomor
Record tampil dilayar, dan Status
Indicator Led Auto menyala, kondisi
ini disebut Automatic Mode. Dalam
kondisi ini semua key kecuali
Manual Mode dan Reset Alarm dan
Sensor Target tidak dapat
difungsikan. Pada posisi ini DFR
dalam keadaan siap akan merekam
data gangguan/fault secara
otomatis.
Catatan :
Dalam kondisi ini Lampu Status
Indicator yang menyala adalah:
Auto dan Data Memory (kalau ada
data ). Apabila Lampu Status
Indicator lain ada yang menyala,
berarti ada gangguan didalam DFR,
contoh lampu Off Line, artinya DFR
dalam keadaan tidak siap merkam.
Lihat bagian Trouble Shooting.

9,16.2 Manual Mode :
Posisi manual operation :

Merubah ke kondisi manual
untuk dirubah / dioperasikan oleh
operator / manusia Pada posisi ini
kita dapat :
Merubah Parameter dari DFR
Melakukan pengetesan/
pemeriksaan komponen
elektronis
Meminta rekaman data, ataupun
memanipulasikan data rekaman
Dari kondisi Automatic kita dapat
merubah ke kondisi manual dengan
cara :

Tekan tombol Manual, pada
display akan tampil Manual Mode.
Berarti kita sudah ada pada posisi
Manual dan Lampu Status Manual
akan menyala.

9.16.4. Kembali ke posisi /
kondisi Automatic mode

Untuk kembali ke posisi
Automatic mode, setelah kita
selesai dengan posisi Manual
mode, kita harus kembali ke
tampilan layar Manual Mode, yaitu




405
dengan menekan tombol Cancel
beberapa kali(tergantung diposisi
mana kita sedang berada). Lalu
tekan tombol Auto, maka pada layar
akan tampil JAM dan Record No
untuk mempercepat peragaan,
tekan tombol Panah Kebawah atau
Cancel.
Cara menganalisa :
1. Pada kondisi normal, arus dan
tegangan akan menggambarkan
sinusoidal ( 50 Hz ) yang
sempurna.
2. Besaran arus dan tegangan
tersebut dapat diukur dengan
memperhatikan skala rekaman,
serta ratio CT dan PT.
3. Setiap trigger karena besaran
analog yang diluar normal, DFR
akan menggambarkan pada
bagian sensor digital, serta
bentuk sinusoidal arus/tegangan
akan berubah menjadi lebih
besar atau Lebih kecil.
4. Apabila perubahan besaran
analog ini diikuti dengan
bekerjanya proteksi maka diikuti
dengan perubahan status input
digital.
5. Bila PMT juga bekerja, maka
dapat dilihat status PMT sebagai
input digital yang berubah.
6. Setiap trigger karena perubahan
status input digital, DFR akan
menggambarkannya pada
bagian digital, dimana garisnya
akan berubah menjadi terputus

9.17. Auto Recloser.

Saluran udara tegangan tinggi
(SUTT/SUTET) merupakan salah
satu bagian sistem yang paling
sering mengalami gangguan,
sebagian besar dari sumber
gangguan tersebut (sekitar 80 %)
bersifat temporer
[2]
yang akan
segera hilang setelah Pemutus
Tenaga (PMT) trip. Agar
kesinambungan pelayanan/ suplai
energi listrik tetap terjaga serta
batas stabilitas tetap terpelihara
maka PMT dicoba masuk kembali
sesaat setelah kejadian trip diatas.
Dengan memasukan kembali PMT
ini diharapkan dampak gangguan
yang bersifat temporer tersebut
dapat dikurangi Untuk mengurangi
dampak gangguan tersebut
terhadap keandalan penyediaan
tenaga listrik, khususnya pada saat
terjadi gangguan temporer, maka
pada SUTT/ SUTET tersebut
dipasang auto recloser (A/R).
Pengoperasian auto-recloser
diharapkan dapat meningkatkan
availability (ketersediaan) SUTT/
SUTET, hal ini berarti peluang
(lama dan frekuensi) konsumen
terjadi padam dapat dikurangi.
Namun sebaliknya, pengoperasian
A/R secara tidak tepat dapat
menimbulkan kerusakan pada
peralatan, sehingga dapat
menimbulkan dampak pemadaman
meluas serta waktu pemulihan yang
lebih lama.

9.17.1. Kaidah Penyetelan A/R
Penentuan dead time.

Penentuan dead time harus
mempertimbangkan hal berikut :

a. Stabilitas dan sinkronisasi
sistem.

Tidak berpengaruh pada
jaringan radial tetapi
berpengaruh pada jaringan




406
yang memiliki lebih dari satu
sumber (pembangkit atau IBT).
Dead time dipilih sesuai
dengan kebutuhan sistem dan
keamanan peralatan.





b. Karakteristik PMT.
Waktu yang diperlukan oleh
PMT untuk trip dan reclose
harus diperhitungkan, khususnya
untuk A/R cepat.
Waktu de-ionisasi udara seperti
tabel 9.4

Tabel 9.4. Waktu de-ionisasi udara

Tegangan Sistem (kV) Waktu De-ionisi (detik)
66 0.1
110 0.15
132 0.17
220 0.28
275 0.3
400 0.5

Operating time PMT (0.05 - 0.1
detik).
Waktu reset mekanik PMT (0.2
detik).
Selain itu pengaruh penurunan
kemampuan PMT karena umur
harus dipertimbangkan dalam
menentukan pola dan waktu
operasi ( lambat atau cepat) A/R.

c. Karakteristik peralatan
proteksi.

Harus diperhitungkan waktu
yang dibutuhkan untuk reset
peralatan proteksi.

d. Penentuan reclaim time.

1) Reclaim time harus lebih lama
dari waktu kerja relai proteksi,
namun untuk basic time
(instanteneous) pertimbangan
ini tidak diperlukan.
2) Reclaim time harus
memperhitungkan waktu yang
diperlukan oleh mekanisme
closing PMT agar PMT tersebut
siap untuk reclose kembali.
Umumnya untuk sistem
hidraulik memerlukan waktu 10
detik.

e. Kriteria Seting Untuk SPAR :
1). Dead time :

- lebih kecil dari seting discrepancy
dan seting GFR
- lebih besar dari operating time
pmt, waktu reset mekanik pmt,
dan waktu pemadaman busur
api + waktu deionisasi udara.
- Tipikal set 0.5 s/d 1 detik.






407
2). Reclaim time :

- Memberi kesempatan pmt
untuk kesiapan siklus O-C-O
berikutnya.
- Tipikal 40 detik.

f. Kriteria Seting Untuk TPAR
1). Dead time :

- lebih besar dari operating time
pmt, waktu reset mekanik pmt,
dan waktu pemadaman busur
api + waktu deionisasi udara.
- Tipikal set 5 s/d 60 detik.

2). Seting berbeda untuk kedua
sisi :

- Untuk sumber di kedua sisi maka
sisi dengan fault level rendah
reclose terlebih dahulu baru
kemudian sisi lawannya.
- Untuk sumber di satu sisi (radial
double sirkit) bila tidak terdapat
S/C untuk operasi manual yang
terpisah dari S/C untuk A/R
maka untuk keperluan manuver
operasi, reclose pertama dapat
dilakukan dari sisi sumber.

3) SUTT yang tersambung ke
pembangkit :

- A/R untuk SUTT yang kedua sisi
tersambung ke Pembangkit
maka pola yang dipilih TPAR
(inisiate gangguan 1 fasa)
dengan seting dead time lebih
lama.
- SUTT yang hanya satu sisi
tersambung ke pembangkit
maka pola yang dipilih TPAR
dengan pola S/C di sisi
pembangkit diseting DL/DB out.

4). Reclaim time :
- Memberi kesempatan pmt untuk
kesiapan siklus O-C-O
berikutnya.
- Tipikal 40 detik.

g. Faktor Teknis Dalam
Pengoperasian Auto Reclose
(A/R)

Auto Recloser tidak boleh bekerja
pada kondisi, sebagai berikut :
a. PMT dibuka secara manual atau
beberapa saat setelah PMT
ditutup secara manual.
b. PMT trip oleh Circuit Breaker
Failure (CBF) atau Direct
Transfer Trip (DTT).
c. PMT trip oleh pengaman
cadangan (Z
2
, Z
3
, OCR/GFR).
d. PMT trip oleh Switch On To
Fault (SOTF).
e. Bila relai proteksi SUTT tidak
dilengkapi dengan fungsi SOTF,
maka perlu ditambahkan sirkit
A/R blok untuk menunda fungsi
A/R setelah PMT dimasukan
secara manual. Lama waktu
tunda sirkit A/R blok akan
ditentukan kemudian.
f. PMT trip oleh out of step
protection.
g. Terjadi ketidak normalan
peralatan teleproteksi di sisi
terima
Auto Reclosertidak boleh
dioperasikan pada :
- SKTT
- SUTT yang tersambung ke trafo
dengan sambungan T.
Mempertimbangkan dampak
terhadap kerusakan peralatan pada
saat gangguan permanen maka
A/R dioperasikan hanya dengan
single shot.




408
Pola A/R yang dapat diterapkan
adalah :
- Auto Recloser cepat untuk 1
(satu) fasa, 3 (tiga) fasa dan 1+3
(satu atau tiga) fasa.
- Auto Recloser lambat untuk 3
(tiga) fasa
Pemilihan pola diatas dengan
mempertimbangkan batasan-
batasan yang dijelaskan di bawah
ini.

h. Faktor Yang Mempengaruhi
Pola

Auto Recloser Pemilihan pola
single phase auto reclosing (SPAR)
atau three phase auto reclosing
(TPAR) dengan waktu reclose
cepat atau lambat harus
mempertimbangkan batas stabilitas
sistem, karaktesitik PMT dan
peralatan proteksi yang digunakan.
Pertimbangan ini menyangkut
besarnya nilai setelan untuk dead
time dan reclaim time.
Pemilihan pola single phase
auto reclosing (SPAR) atau three
phase auto reclosing (TPAR)
dengan waktu reclose cepat atau
lambat harus mempertimbang- kan
konfigurasi jaringan seperti dibawah
ini
a. Jaringan radial sirkit tunggal.
b. Jaringan radial sirkit ganda.
c. Jaringan looping sirkit tunggal.
d. Jaringan looping sirkit ganda.

Pemilihan pola A/R dengan
waktu reclose cepat atau lambat
harus mempertimbangkan
persyaratan pada kedua ujung
saluran antara lain
a. kemungkinan reclose pada
gangguan permanen.
b. kemungkinan gagal sinkron
pada saat reclose.
c. salah satu sisi tersambung ke
unit pembangkit.
d. penutupan dua pmt yang tidak
serentak

i Pengoperasian High Speed
Auto Recloser

Pengoperasian A/R cepat dapat
diterapkan bila persyaratan di
bawah ini dipenuhi, sebagai berikut:
a. Siklus kerja (duty cycle) dari
PMT sesuai untuk operasi
dengan A/R cepat.
b. Sistem proteksi di semua ujung
saluran bekerja pada basic
time/ instantenous.
c. Kemampuan poros turbin
(terutama yang berporos
panjang) dan belitan stator
generator perlu diperhatikan ,
sehingga pengoperasian high
speed A/R 3 fasa pada
SUTT/SUTET di GI pembangkit
atau yang dekat pembangkit
dilakukan setelah ada
kepastian bahwa operasi high
speed A/R 3 fasa tidak
membahayakan turbin dan
generator.
d. Operasi high speed A/R 3 (tiga)
fasa khususnya pada sistem
500 KV (SUTET) tidak boleh
diterapkan bila hasil studi
menunjukan bahwa high speed
reclosing akan dapat
menimbulkan tegangan lebih
transien yang melebihi nilai
desain yang diijinkan.
Penerapan A/R cepat 1(satu) fasa
Dapat diterapkan pada konfigurasi
atau sistem berikut :
a. SUTET
b. SUTT jaringan radial sirkit
tunggal atau ganda.
c. SUTT jaringan looping sirkit
tunggal atau ganda.




409
a. Penerapan A/R cepat 3 (tiga)
fasa Dapat diterapkan pada
konfigurasi atau sistem berikut :
SUTT jaringan radial sirkit
tunggal atau ganda.
SUTT jaringan looping sirkit
tunggal atau ganda.
Pengoperasian high speed A/R 3
fasa , disamping memberikan
keuntungan pada sistem yaitu
memperbaiki stability margin,
mengurangi terjadinya
pembebanan kritis akibat
gangguan pada SUTT/SUTET
maupun pada saluran
interkoneksi, juga memberikan
resiko berupa kemungkian
terjadinya gangguan yang lebih
parah bila operasi A/R pada saat
ada gangguan permanen.
Dengan demikian maka
pengoperasian high speed A/R
3 (tiga) fasa harus didahului dengan
keyakinan (berupa hasil studi)
bahwa pengoperasian A/R akan
memberi manfaat yang besar
dengan resiko yang kecil



































410
BAB X
PEMELIHARAAN SUTT/SUTETI BEBAS TEGANGAN

Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTETI)
adalah sarana instalasi tenaga
listrik diatas tanah untuk
menyalurkan tenaga listrik dari
Pusat Pembangkit ke Gardu Induk
(GI) atau dari GI ke GI lainnya
(antar GI).

SUTT/SUTETI merupakan
peralatan buatan manusia.
Peralatan ini pada dasarnya bisa
rusak baik karena salah
pengoperasian, kesalahan saat
konstruksi maupun telah melampaui
masa kerjanya (life time).
Pengertian Pemeliharaan adalah
kegiatan yang meliputi:
- Perawatan/pemeriksaan
- Perbaikan
- Penggantian
- Pengujian

10.1. Tujuan Pemeliharaan

- Mempertahankan kemampuan
kerja peralatan
- Memperpanjang live time
peralatan
- Menghilangkan, mengurangi
resiko kerusakan
- Mengembalikan kemampuan
kerja peralatan
- Mengurangi kerugian secara
ekonomis
- Memberi keyakinan keandalan
operasinya

10.2. Jenis-jensi pemeliharaan

Banyak metoda pemeliharaan
yang dilakukan mulai dari yang
paling sederhana hingga yang
rumit. Beberapa jenis pemeliharaan
antara lain :
- Pemeliharaan rutin (Preventive
Maintenance)
- Pemeliharaan Korektif
(Corrective Maintenance)
- Pemeliharaan darurat
(Emergency Maintenance)
- Pemeliharaan yang berdasar
kondisi / karakter peralatan
(Condition Base Maintenance /
CBM)

10.2.1. Pemeliharaan Rutin :

Pemeliharaan rutin merupakan
kegiatan / usaha yang secara
periodik dilakukan untuk
mempertahankan kondisi jaringan
agar selalu dalam keadaan baik
dengan keandalan dan daya guna
yang optimal.
Dalam pelaksanaannya
pemeliharaan rutin terdiri dari :

- Pemeliharaan tahunan
- Pemeliharan lima tahunan

10.2.2. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin merupakan
pemeriksaan secara visual
(inspeksi):
- Ground patrol
- Climb up inspection

Hasil pemeriksaan merupakan
data yang dapat dipakai:
- Evaluasi / perencanaan/
pengembangan
- Penanggulangan dan
pencegahan


411
- Perbaikan / perubahan/
modifikasi
- Penggantian

10.2.2.1. Ground patrol

Ground patrol adalah jenis
pekerjaan
pemantauan/pemeriksaan harian
terhadap jalur transmisi tanpa
memanjat tower dilakukan oleh Line
walker secara terjadwal. Obyek
yang diperiksa adalah :

- Kawat penghantar
- Ground wire
- Ruang bebas (Right of
Way/ROW)
- Tower dan halamannya
- Lingkungan dan aktifitas
masyarakat sekitarnya

10.2.2.2. Climb up inspection

Climb up inspection adalah jenis
pekerjaan pemeriksaan terhadap
tower berikut perlengkapannya
dilakukan oleh Climber dengan cara
memanjat tower pada
SUTT/SUTETI yang dalam keadaan
bertegangan.

Obyek yang diperiksa adalah:
- Besi Tower dan kelengkapannya
- Kawat penghantar sekitar tower
- Ground wire sekitar tower
- Klem pemegang kawat dan
asesorisnya
- Isolator dan asesorisnya
- Benda asing yang terdapat
pada tower , isolator dan kawat

Melalui pemeriksaan ini
diharapkan secara dini dapat
ditemukan abnormaly atau
kelainan-kelainan yang dapat
menimbulkan gangguan. sehingga
kerusakan dapat segera
ditanggulangi yang pada akhirnya
keandalan penyaluran tenaga listrik
tetap terjaga dengan baik.

10.2.3. Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan Sistematis
adalah pekerjaan pengujian yang
dimaksudkan untuk menemukan
kerusakan atau gejala kerusakan
yang tidak dapat ditemukan atau
diketahui pada saat inspeksi untuk
kemudian disusun saran-saran
perbaikannya.

Pelaksanaan Pemeriksaan
Sistematis ini lebih luas dan lebih
teliti dari pada pemeriksaan rutin.
Untuk memperoleh tingkat ketelitian
yang tinggi dipergunakan peralatan
bantu.

Contoh dari pemeriksaan ini
misalnya adalah pengujian
kemampuan isolator di
laboratorium, pemeriksaan kondisi
sambungan dengan menggunakan
Infra red thermovision, pemeriksaan
tegangan tembus isolator dengan
corona detector,

Beberapa hal yang mempengaruhi
pola pemeliharaan rutin antara lain :

- Kondisi alam setempat
polutif alami, polutif industri,
gempa, kondisi normal,
pertumbuhan tanaman
sepanjang jalur dan disekitar
jalur, petir, longsoran dan lain
sebagainya.
- Karakteristik kerja peralatan
biasanya berdasarkan buku
petunjuk pabrik atau
pengalaman yang terjadi


412
selama ini: isolator gelas yang
sering pecah
- Sosial kemasyarakatan
penggalian liar, pencurian :
grounding member tower dan
lain sebagainya.

10.2.4. Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan Korektif
(corrective maintenance) adalah
pekerjaan pemeliharaan yang
dilakukan karena peralatan
mengalami kerusakan atau
memerlukan penyempurnaan.
Pemeliharaan korektif kebanyakan
terjadi karena jarang atau tidak
pernah dilakukan pemeriksaan
rutin.

10.2.5. Pemeliharaan Darurat

Pemeliharaan Darurat
dilakukan karena telah terjadi
kerusakan pada SUTT/SUTET yang
disebabkan oleh hal-hal diluar
rencana seperti : banjir, gempa
bumi, longsor, gunung meletus,
kebakaran, tertabrak kendaraan
dan lain sebagainya.
Pemeliharaan jenis ini
sifatnya darurat dan memerlukan
penanganan ekstra serta segera
untuk mengatasinya. Biayanya
tentu saja tidak bisa direncanakan
dan mungkin bisa dimasukkan
dalam katagori biaya tak terduga
karena memang kejadiannya diluar
kendali manusia. Salah satu
solusinya ialah memasang tower
emergency.





10.2.6. Pemeliharaan berdasarkan
kondisi/karakter
peralatan (CBM)

Pemeliharaan ini tidak lagi
berdasar waktu, namun berdasar
kondisi/karakter peralatan. Dalam
satu tahun bisa saja dilakukan
beberapa kali kunjungan atau
pemeriksaan tergantung tingkat
potensi gangguan.

Kerusakan yang terjadi
menjadi statistik dan dapat
disimpulkan sebagai trend
peralatan. Namun adakalanya
kerusakan akibat fenomena alam
yang tidak terlihat sewaktu patroli.
Contoh yang dapat dilakukan CBM
adalah :

- Pemeriksaan isolator dan
asesoris isolator maupun clamp
pada daerah yang polusinya
tinggi.
- Pemeriksaan jarak tower dan
lendutan kawat pada kawasan
luas yang mengalami longsor
secara perlahan
- Pemeriksaan kondisi pondasi
pada daerah longsoran
- Pemeriksaan isolator pada
daerah yang sering tersambar
petir
- Pengukuran nilai pentanahan
tower pada daerah pegunungan
atau musim kemarau.

10.2.7. Contoh Pemeliharaan
SUTT / SUTET

Berbagai macam pemelihara-
an yang pernah terjadi di jaringan
SUTT/ SUTET antara lain :
a. Penggantian isolator pecah atau
rusak lapisan permukaannya


413
b. Pembersihan isolator karena
polusi
c. Perbaikan kawat rantas
d. Perbaikan kawat putus
e. Pengencangan klem-klem
jumper
f. Pembersihan kawat dari layang-
layang
g. Ground patrol
h. Climb up inspection
i. Pemeriksaan stabilatas pondasi
tower (leveling, retak)
j. Pemeriksaan kelengkapan
tapak tower (patok tanda batas
tanah PLN, urugan tanah tapak
tower)
k. Pengecekan Tahanan
Pembumian
l. Pemeriksaan jarak bebas
konduktor dengan benda di
sekitarnya
m. Perbaikan tower yang
mengalami deformasi /
bengkok-bengkok akibat tanah
sekeliling pondasi longsor
n. Pondasi turun/amblas karena
tanah dasar pondasi mengalami
sliding/gelincir oleh arus air
bawah tanah
o. Pengelasan baut-baut tower
untuk mencegah pencurian
p. Perbaikan spacer yang le[pas
dari konduktor
q. Penggantian pentanahan tower
/grounding
r. Penebangan pohon atau antena
komunikasi yang tumbang ke
arah konduktor (diluar row)
s. Penggantian besi tower karena
pencurian
t. Penggantian Tension clamp
konduktor
u. Pemasangan kembali / reposisi
damper yang melorod ke
tengah gawang
v. Penggantian lampu aviasi yang
mati/rusak
w. Penyambungan kembali kawat
yang putus atau rusak berat
x. Penggantian asesoris / clamp
yang karatan
y. Perbaikan klem kawat jumper
yang putus
z. Pemasangan pengaman
halaman tower

10.3. Prosedur Pemelihan
SUTT/SUTET

Langkah kerja pemeliharaan
SUTT/SUTETI adalah :
1. Adanya laporan dari petugas
lapangan maupun masyarakat
atau hasil evaluasi data laporan
yang masuk
2. Melakukan Analisa
Keselamatan Pekerjaan dengan
meninjau lapangan
3. Membahas hasil AKP dan
rencana tindak lanjut yang
diperlukan
4. Mempersiapkan: SDM;
peralatan; metoda pengerjaan;
material pengganti maupun
pendukung lainnya dan
organisasi kerja
5. Menjadwalkan pekerjaan dan
persetujuannya
6. Melakukan persiapan pekerjaan
setelah adanya persetujuan
7. Melaksanakan pekerjaan
8. Melakukan evaluasi
9. Membuat laporan kerja







414
10.3.1. Peralatan yang dipelihara

Peralatan yang dipelihara pada saluran udara tegangan tinggi dan saluran
udara tegangan ektra tinggi seperti tabel 10.1. berikut ini

Tabel 10.1. Peralatan yang dipelihara pada saluran udara tegangan tinggi dan
saluran udara tegangan ektra tinggi

I Ruang Bebas / Lingkungan
1 Jarak pepohonan thd kawat fasa
2 Jarak bangunan thd kawat fasa
3 Jarak pohon terhadap kawat fasa
bila tumbang ke arah kawat
4 Jarak bangunan thd kawat fasa
bila roboh ke arah kawat
5 Jarak jaring pengaman thd kawat
6 Jarak kawat ke tanah
7 Jarak kawat ke tiang perahu/kapal
bila air pasang
8 Kegiatan layang-layang
9 Struktur tanah dekat tiang
II Tiang / Menara / Tower
1 Konstruksi tiang
2 Batang rangka besi
3 Tangga / baut panjat
4 Penghalang panjat (ACD)
5 Plat rambu bahaya
6 Plat nomor / pht / tanda fasa
7 Baut sambungan rangka
8 Indicator lamp (air traffict light)
9 Cat / galvanis badan tiang
10 Klem kawat grounding
11 Kawat grounding
12 Batang penangkal petir
13 Alat penangkal petir lainnya

III Isolator
1 Piringan isolator
2 Arcing horn sisi tiang
3 Arcing horn sisi kawat pht.
4 Assesories isolator (pin, dll)
5 Suspension clamp
6 Tension clamp
7 Ikatan isolator
8 Armour rod


415
9 Posisi rencengan isolator

IV Pondasi & Halaman Tiang
1 Pondasi / chimney
2 Kaki tiang / stub
3 Tumbuhan di halaman tiang
4 Pagar pengaman halaman tiang
5 Patok batas halaman tiang
6 Stabilitas tanah sekitar hal. tiang
7 Talud pengaman
8 Kegiatan pihak lain di halaman tiang

V kawat penghantar
1 Kawat fasa
2 Peredam getaran (Vibr. damper)
3 Spacer
4 Midspan compression joint
5 Repair sleeve
6 Jumper wire
7 Sagging
8 Armour rod
9 Jarak antar kawat fasa
10 Indicator lamp (induction)

VI Kawat Petir & Kawat Optik
1 Kawat petir
2 Peredam getaran (Vibr. damper)
3 Midspan compression joint
4 Repair sleeve
5 Tension clamp
6 Suspension clamp
7 Jumper wire
8 Sagging
9 Armour rod
10 Sign ball (bola pengaman)
11 Klem sambungan ke grounding
12 Kotak sambungan kawat optik
13 Kawat yang turun ke kotak kwt optik







416
10.3.1.1. Jenis-jenis kelainan.

Jenis-jenis kelainan pada saluran udara tegangan tinggi dan saluran
udara tegangan ektra tinggi seperti tabel 10.2

Tabel 10.2 Jenis-jenis kelainan pada saluran udara tegangan tinggi dan saluran
udara tegangan ektra tinggi

No. Jenis Kelainan
1 Amblas
2 Andongan rendah
3 Bahaya I
4 Bahaya II
5 Bahaya III
6 Bengkok
7 Benda asing
8 Cat pudar
9 Dekat jalan
10 Erosi
11 Hilang
12 Karatan
13 Kendor
14 Kotor
15 Kritis
16 Longsor
17 Mekar / rantas
18 Melorod
19 Miring
20 Pecah / retak
21 Putus
22 Rusak
23 Semak belukar
24 Tertimbun
25 Tergenang
26 Tidak seimbang













417
10.3.1.2. Jenis-jenis penanggulangan
Jenis-jenis penanggulangan pada saluran udara tegangan tinggi dan
saluran udara tegangan ektra tinggi, seperti tabel 10.3

Tabel 10.3 Jenis-jenis penanggulangan pada saluran udara tegangan tinggi
dan saluran udara tegangan ektra tinggi

1 Ditinggikan chimneynya
2 Dinaikkan kawatnya
3 Dibongkar
4 Ditebang / dipangkas
5 Diluruskan
6 Dibersihkan
7 Digalvanis / dicat ulang
8 Ditanggul
9 Diganti
10 Dikencangkan
11 Dibabat
12 Dipasang patok
13 Dinormalkan
14 Diarmor rod / dipress
15 Disambung
16 Diposisikan kembali seperti semula
17 Diperbaiki
18 Diperiksa
19 Diseimbangkan

10.3.1.3. Contoh Abnormality Peralatan
1. Kerusakan pada isolator
Kerusakan pada isolator dapat dilihat pada gambar 10.1



Gambar 10.1 Kerusakan pada Isolator


418
2. Kerusakan pada menara
Kerusakan pada menara dapat dilihat pada gambar 10.2





Gambar 10. 2 Kerusakan pada menara

3. Kerusakan pada Kerusakan pada isolator gantung
Kerusakan pada Kerusakan pada isolator gantung dapat dilihat pada
gambar 10.3




Gambar 10. 3 Kerusakan pada isolator gantung


419
3. Kerusakan pada kawat pentanahan
Kerusakan pada kawat pentanahan dapat dilihat pada gambar 10.3



Gambar 10. 4 Kerusakan pada kawat pentanahan

10.3.2. Peralatan kerja
10.3.2.1. Peralatan kerja
Pemeliharaan

- Transportasi peralatan ke-atas/
bawah : tali, katrol dll
- Lever hoist
- Sling
- Karpet
- Pengait pin isolator
- Palu plastik
- Kunci-kunci ( Inggris dan
pas/ring)
- Came along (tiang tension)
- Conductor lifter (tiang
suspension)
- Shackle
- Peralatan bantu
- BV lier
- Sling panjang
- Tambang
- Kunci ring-pas
- Angle level
- Parang
- Tang kombinasi
- Ranging meter
- Obeng minus besar
- Stop meter (5 meter)
- Clinometer
- Palu godam 5 kilogram
- Theodolit
- Water pas
- Gimpole/ tiang pengangkat
- Sling mata itik
- Shackle 5/8
- Alat ukur pentanahan (tahanan
kaki tiang )
- Gergaji besi
- Corona detector
- Mesin press hydraulic
- Infra red thermovision
- Kikir plat besar
- Rol meter
- Chain saw
- Teropong
- Pakaian kerja
- HT bagi koordinator dan
pengendali mutu Pekerjaan
- Mesin potong
- Mesin bor
- Mesin las


420
- Tir for
- Capstan winch
- Capstan hoist
- Kunci ring
- Kunci sok

10.3.2.2. Peralatan K3
- Grounding + stick
- Voltage detector
- Alat komunikasi / HT
- Buku working permit
- APD :
Topi pengaman
Kacamata UV
Pakaian kerja
Sabuk pengaman
Lanyard
Sepatu pengaman
Sarung tangan
- Rambu-rambu peringatan
- Rambu K3
- Kotak P3K
- Tandu
- Jas hujan
- Lampu penerangan
































Gambar 10.5 Peralatan kerja pemeliharaan jaringan
1. TOPI PENGAMAN
8. HANDY TALKY (HT)
7. SEPATU PANJAT
6. SARUNG TANGAN
5. SABUK PENGAMAN
4. LANYARD
3. PAKAIAN KERJA (WERK
PACK)
2. KACAMATA ULTRA VIOLET
(U.V)
1
8
7
6
4
5
3
3
2


421

10.3.2.3. Meterial Pemeliharaan
1. Material pengganti existing:
isolator; besi diagonal, kawat
penghantar, ground wire, dan
lain sebagainya
2. Repair sleeve
3. Mid span joint
4. Armor rod
5. BBM mesin
6. Minyak hydraulic
7. Sakapen
8. Majun
9. Minyak WD4

10.3.3. Petunjuk Pemeliharaan
Peralatan

10.3.3.1. Pemeliharaan alat kerja.
1. Setiap peralatan kerja yang
berupa mesin maupun alat ukur
wajib mengikuti buku instruksi
yang dikeluarkan oleh pabrikan
2. Setiap alat kerja wajib diketahui
Safe Working Loadnya (SWL)
3. Setiap beban yang akan
ditanggung oleh alat kerja wajib
diketahui besarannya
4. Setiap petugas wajib
mengetahui Safety faktor (SF)
5. Setiap petugas wajib
mengetahui tanda-tanda
kerusakan pada alat kerja
6. Setiap alat kerja tidak boleh
digunakan kecuali sebagai
fungsinya

10.3.3.2. Pemeliharaan Peralatan
Transmisi

Pemeliharaan peralatan
transmisi wajib mengikuti prosedur
kerjanya atau Instruksi Kerja, agar
tercapai satu kesepakatan untuk
meyelesaikan pekerjaan secara
runtut/bertahap; tertib; lancar dan
aman.

Instruksi Kerja Peralatan
transmisi antara lain:

1. Pemeliharaan isolator
2. Pemeliharaan kawat
penghantar
3. Pemeliharaan ground wire
4. Pemeliharaan rangka tower
5. Pemeliharaan halaman tower
6. Pemeliharaan ruang bebas

10.3.4. Pelaporan Pekerjan
Pemeliharan

Pekerjaan pemeliharaan yang
telah diselesaikan harus dilaporkan
ke pemberi tugas yang memuat :
- Proses persiapan
- Tanggal, hari, jam pelaksanaan
- Personel yang terlibat
- Organisasi kerjanya
- Peralatan yang dipakai
- Material yang digunakan
- Tata laksana kerja
- Kendala yang dihadapi
- Solusi yang telah diterapkan
- Pelaksanaan/penerapan K3
- Masalah lingkungan
- Biaya yang telah dikeluarkan
- Saran dan usulan untuk
perbaikan
- Kesimpulan

Manfaat laporan pekerjaan :
1. Data
2. Bahan analisa untuk pebaikan
dan pengembangan
3. Penilaian unjuk kerja
4. Lain-lain


422
DAFTAR PUSTAKA
Bernad Grad ( 2002) Basic Electronic Mc Graw Hill Colage New- York
David E Johnson (2006) Basic Electric Circuit Analisis John Wiley & Sons.Inc
New- York
Diklat PLN Padang . (2007) Transmisi Tenaga Listrik Padang
Diklat PLN Pusat . (2005) Transmisi Tenaga Listrik Jakarta
Fabio Saccomanno (2003) Electric Power System and Control John Wiley &
Sons.Inc New- York
John D. McDonald (2003) Electric Power Substation Engginering CRC Press
London
Jemes A.Momoh (2003) Electric Power System CRC Press London
Luces. M . (1996) Electric Power Distribution and Transmision Prantice Hall
New- York
Oswald (2000) Electric Cables for Pewer Transmision John Wiley & Sons.Inc
New- York
Paul M Anderson (2000) Analisis of Faulted Power System John Wiley &
Sons.Inc New- York
Panagin.R.P ( 2002) Basic Electronic Mc Graw Hill Colage New- York
Stan Stawart (2004) Distributet Swichgear John Wiley & Sons.Inc New- York
Stepen L. Herman (2005) Electrical Transformer John Wiley & Sons.Inc
New- York
Hutauruk (2000)Tranmisi Daya listrik Erlangga Jakarta.









Teknik Transmisi
Tenaga Listrik
Aslimeri | Ganefri | Zaidel Hamdi
untuk Sekolah Menengah Kejuruan

T
E
K
N
I
K

T
R
A
N
S
M
I
S
I

T
E
N
A
G
A

L
I
S
T
R
I
K

u
n
t
u
k

S
M
K


A
s
l
i
m
e
r
i

|

G
a
n
e
f
r
i

|

Z
a
i
d
e
l

H
.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 41.250,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.

You might also like