You are on page 1of 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY S

DENGAN POST PARTUM NORMAL P10001 HARI KEDUA


DI RUANG NIFAS RSD DR. SOEBANDI JEMBER










OLEH

WIKEROSALINI, S. Kep
NIM. 13. 0103. 1092







PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2014


PERYATAAN PERSETUJUAN


Asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan post partum normal di Ruang Nifas RSD dr.
Soebandi Jember








Pembimbing Akademik
RSD dr. Soebandi Jember



Ns. Awatiful Azza, M.Kep.,Sp. Kep. Mat.
Jember, 06 Januari 2014



Pembimbing Akademik
RSD dr. Soebandi Jember



Diyan Indriyani, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat





CE Ruang Nifas
RSD. dr. Soebandi Jember



Wuri Hendras K, SST






Mengetahui,
Kepala Ruang Nifas
RSD dr. Soebandi



Aulia Darma, Sst., Amd. Keb





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar yang
berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima
kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 1998:388)
Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan penting
yang digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan keluarganya pada
kehidupan baru mereka bersama-sama.
Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu :
- Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil
- Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan
- Laktasi terbentuk
- Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan
- Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan
Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah
melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih
banyak ibu-ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.






B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan kasus post
partum normal
2. Tujuan Khusus
Melakukan justifikasi masalah keperawatan pada klien dengan kasus post partum
normal
a. Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul dengan
pembimbing akademik dan pembimbing ruangan di ruang nifas RSD dr.
Soebandi Jember
b. Meningkatkan validitas data pasien
c. Mampu menemukan alasan ilmiah terhadap masalah klien
d. Mampu memodifikasi rencana keperawatan sesuai masalah yang muncul
e. Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan report per lisan










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan
saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan
premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin
antara 1000-2500gr.Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan
ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor diatas dapat menyebabkan
distosia. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)Persalinan normal adalah proses
kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. (Rustam Mohtar, 1998)
2. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan factor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi.
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
3. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berkahir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa puerpenium (nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
Masa nifas (peurpenium )adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai
samapi alat kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung
yaitu 6 minggu. (Obstetri Fisiologi,1998)
Masa nifas (poerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu
6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan kembali
seperti semula/seperti sebelum hamil
b. Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1) Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi .
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunaN
c. Perubahan-perubahan yang penting pada masa nifas
1) Adaptasi Fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal, yaitu
System reproduksi
a) Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam
fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis
pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang dilepas
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1
sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau intramuscular diberikan segera
setelah plasenta lahir.
c) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami
multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa
awal puerperium.
d) Lokia
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus
selama masa nifas disebut lokia. Lokia ini terdiri dari lokia rubra (1-4
hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah, lokia serosa
(4- 8 hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda
(hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih
atau hampir tidak berwarna.



e) Serviks
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan
,ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan; setelah
6 minggu postnatal, serviks menutup.
f) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
g) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
h) Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan
mula mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.


i) Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan)
sfingter dan edema leher buli buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
2) Tanda tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat
menjadi 38
o
C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi
maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama
dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum perlu dipikirkan adanya
infeksi saluran kemih, endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah
dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan
suhu atau tidak.
3) System kardiovaskuler
a) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik, yang
diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera berdiri,
dapat timbul dalam 48 jam pertama.


b) Denyut nadi
Nadi umumnya 60 80 denyut permenit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada minggu ke 8
sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
c) Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan semula
sebelum melahirkan.
4) System endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone
hormone yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan
progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terendahnya tercapai kira kira satu minggu pascapartum. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke 17 (bowes ,1991)
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada
wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam
setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh
kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan
tambahan yang diberikan.


5) System perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi
ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira kira 2 sampai 8
minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil. (Cunningham, dkk; 1993) pada
sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga
bulan
6) System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makan makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas keadaan
normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri
yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid.
7) System muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas
sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi
sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah wanita melahirkan.
8) System integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha
dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.

Adaptasi psikologis
Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :
1) Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga
post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan,
menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat keputusan.
2) Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga
sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam
perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka
dalam menerima pendidikan kesehatan.
3) Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang
baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah
melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi dengan
bayi.

4. Penatalaksanaan medis
a) Tes diagnostic
1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
2) Urinalisis; kadar urin, darah.

5. Therapy
a) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b) Memberikan antibiotik bila ada indikasi
6. Perawatan Pasca Persalinan
a) Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari
ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
b) Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c) Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh
dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi
secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
d) Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan
timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris.
Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan
mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
e) Perawatan payudara
1) Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui
2) Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
3) Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink
menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin,
monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas
menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
4) Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak
lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic
5) Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres
hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan
6) Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi,
diberikan antibiotic dan analgesic.
7) Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI
yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi
yang menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil
atau bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui
lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan
terlentang dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung
putting, hindari dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet
untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya
diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
8) Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.
f) Laktasi
1) Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,
menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan
anak. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan
pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi,
sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya produksi ASI berlangsung betul
pada hari ke-2-3 pp. Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein
dan globulin
2) Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu
selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara
dibanding primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula
timbul bila masih ada sisa selaput ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah
dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative.
3) Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan
perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan
miksi dan defekasi.
Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Rumah sakit : RSD dr. Soebandi Jember
Ruang : Nifas
Tgl/ jam MRS : 4 Januari 2014
No. Register : 000000000928
Diagnosa Medis : P1000 Post Partum Spontan dengan KPD hari ke-2
Tgl Pengkajian : 06 Januari 2014 Jam 07.00 WIB
I. BIODATA
Nama klien : Ny. S Nama suami : Tn. G
Umur : 24 tahun Umur : 32 tahun
Suku/bangsa : Madura Suku/bangsa : Madura
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Tani
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan : - Penghasilan : -
Gol. Darah : - Gol. Darah : -
Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Keinginan untuk lekas sembuh dan bisa pulang
2. Riwayat penyakit sekarang: klien merasa perutnya kencang kencang jam 05.00 wib
tanggal 4/01/2014 dan keluar cairan bening seperti ketuban dari vagina, jam 07.00
hari itu juga di bawa ke bidan swasta setempat, dilakukan VT pembukaan 9 cm,
setelah itu dirujuk di PKM silo namun tidak ada kemajuan pembukaan, dan
diputuskan dirujuk ke RSD dr.soebandi Jember jam 08.00.
3. Riwayat penyakit dahulu : Hamil saat ini P100000, Klien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular(TBC, hepatitis) atau menurun (HT, DM, jantung)
sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang menderrita penyakit
seperti DM, jantung, ginjal, hipertensi, TBC, atau ketuban pecah dini seperti klien
saat ini dll
5. Riwayat psikososial : Hubungan klien dengan lingkungan sekitar baik. Keluarga
juga selalu menemani klien di rumah sakit.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehahatan
Bila klien sakit, klien berobat ke bidan atau puskesmas terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme:
SMRS : Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur.
MRS : Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur, kadang buah dan susu.
c. Pola aktivitas
SMRS : klien beraktivitas seperti biasa, melakukan pekerjaan rumah yang biasa
ia lakukan sebagai ibu rumah tangga.
MRS : klien terbaring di tempat tidur, aktivitas ringan disekitar tempat tidur
seperti jalan-jalan, ADL.
d. Pola eliminasi
SMRS : Klien biasanya BAB 1x dalam waktu 2 hari, padat, bau khas dan BAK
6x sehari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan saat BAK dan
BAB.
MRS : Klien BAB 1x dalam waktu 2 hari post partum, padat, bau khas dan
BAK 6x sehari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan saat BAK
dan BAB.
e. Pola persepsi sensori
Klien mengatakan tidak ada permasalahan dengan panca inderanya.
f. Pola konsep diri
Identitas diri : Klien merupakan seorang ibu dari anak perempuan yang baru
dilahirkannya 2 hari yang lalu. Klien tidak bekerja, sehari-hati hanya
menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dari seorang suami yang
bekerja sehari-hari sebagai buruh tani.
Citra diri : klien beranggapan tidak ada yang berubah dari dirinya meskipun
setelah melahirkan
Harga diri : klien merasa senang dengan kelahirannya yang sekarang
Peran diri : klien selama dirawat di rumah sakit didak bisa menjalankan
perannya sebagai istri yang sehari-hari merawat anaknya dan mendampingi
suaminya. Klien berharap bisa lekas pulang dan kembali menjalankan perannya
sebagai ibu dan istri
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dengan suami dan keluarga yang lain harmonis. Keluarga dan
suami selalu menemani klien selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi dan seksual
Saat ini klien mempunyai 1 anak yang masih berumur 2 hari. Klien mengatakan
sejak rutin melakukan ubungan seksual dengan suaminya.
i. Pola penanggulangan stres/koping Toleransi stress
Bila klien stres, lebih memilih beristirahat atau bercerita dengan suaminya.
7. Riwayat pengkajian obstetric, prenatal, dan intranatal
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Klien mengatakan menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.
b. Riwayat menstruasi
Menarche : usia 13 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus : 30 hari
HPHT : 12-03-2013
HPL : 17-12-2014
Dismenorhoe : tidak pernah
Fluor albus : Menjelang haid
Menopause : -
c. Riwayat kehamilan sekarang
Klien hamil satu kali. ANC sebanyak 11 kali kebidan terdekat. TT satu kali
pada UK lima bulan dan mendapat tablet Fe sejak usia kehamilan 3 bulan.
Keluhan dirasakan pada trimester pertama yaitu mual dan muntah. Setelah itu
klien tidak merasakan keluhan apapun hingga bayinya lahir.


d. Riwayat persalinan sekarang
Klien mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan 40-41 minggu di RSD
dr.soebandi Jember.dirujuk ke Rumah sakit karena ketuban pecah dini.
- Bayi berjenis kelamin perempuan
- AS : 6-8
- PB/BB : 41/2700 gr
- Plasenta spontan, utuh
8. Riwayat Ginekologi
Klien tidak pernah memiliki kelainan ginekologi seperti adanya tumor atau benjolan
di organ reproduksi.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda tanda vital
Suhu tubuh : 36,7C
Denyut nadi : 80 X/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 20 X/menit
TB/BB : 152/50 kg
c. Kepala & leher
Rambut lurus, hitam, panjang, kebersihan baik, konjungtiva tidak anemis,
membran mukosa lembab, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
d. Thorak / dada
Paru :
1) Inspeksi : bentuk dada normal, tidak tampak retraksi, gerakan simetris, RR
18 X/menit
2) Palpasi : pergerakan simetris
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi maupun wheezing


Cor :
1) Inspeksi : Ictus cordis invissible
2) Palpasi : Ictus cordis unpalpable
3) Perkusi : Pekak
4) Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
e. Pemeriksaan payudara
a. Kolostrum keluar namun sedikit
b. Tidak terdapat edema
c. Tidak terdapat nyeri tekan
d. Tidak terdapat lesi
e. Payudara tegang
f. Puting menonjol
f. Abdomen
1) Inspeksi : Flat, tidak kemerahan,
2) Auskultasi : bising usus terdengar dengan frekwensi 5X/menit
3) Palpasi : Soefel, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
4) Perkusi : timpani
g. Genetalia
1) Terdapat luka epiostomi
2) Terdapat luka bekas hecting
3) Terdapat pengeluaran darah/ vagina (lokhe rubra) sedikit
4) Terdapat lesi
5) Tidak terdapat tanda REEDA (-)
h. Punggung
Tidak tampak kelainan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
i. Ekstremitas
Ektremitas kanan kiri atas tidak ada kelainan, ekstremitas bawah kanan kiri tidak ada
kelainan, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak terpasang infus, Kekuatan otot
atas 5/5 dan bawah 5/5
j. Integument
Kulit sawo matang, tidak ada edema, CRT kembali < 2 detik, turgor kulit kembali
dalam waktu < 2 detik, akral hangat.
k. laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak ada
h. Terapi
1) Asam mefenamat : 3x500mg
2) Amoxiciine 3x1 tablet
3) Metherinal 2x1 tablet



Jember, 6 januari 2014
Mahasiswa



Wike Rosalini, S. Kep
(13. 0103. 1092)


B. ANALISA DATA
TGL/JAM PENGELOMPOKAN DATA MASALAH KEMUNGKINA
N PENYEBAB
6 januari
2014
(07.00)









DS:
klien mengatakan payudaranya
tidak keluar ASI dan klien masih
tidak tahu cara meneteki dengan
benar
DO:
- Tidak terdapat pengeluaran
kolostrum
- Kedua payudara teganga dan
keras
- P10001
Menyusui tidak
efektif







Kurangnya
pengalaman





6 januari
2014
(07.05)

DS :
Klien menanyakan keadaan
bayinya
DO :
- Ibu belum bertemu dengan
bayinya setelah melahirkan
- Bayi klien berada di
ruangan bayi
Ketidak
efektifan
bonding
attachment
Terpisahnya klien
dan bayinya
6 januari
2014
(07.10)



DS: klien menyatakan sudah
siao menjadi ibu, dan senang
karena anaknya sudah lahir,
tidak ada keinginan yang ekstrim
terhadap jenis kelamin anak
yang dilahirkan
DO :
- Klien tampak gembira
- Klien tersenyum
- Klien menjawab pertanyaan
dengan
Mengintegrasika
n peran impian
dengan peran
aktual menjadi
ibu



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Menyusui tidak efektif berhubngan dengan kurangnya pengalaman
2. Ketidakefektifan bonding attachment berhubungan dengan
3. Mengintegrasikan peran impian dengan peran aktual menjadi ibu

D. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Keperawatan 1 :
TGL/JAM TUJUAN INTERVENSI TTD
6 januari
2014
(07.20)



Tujuan :
Klien dapat merawat
payudara dengan benar

Kriteria Hasil :
- Klien mengerti dan
faham tentang tujuan
perawatan payudara
- Klien dapat
memperhatikan dan
mempratekkan

1. Kaji pengetahuan klien tentang
parawatan payudara
R : membantu identifikasi kebutuhan
saat ini dan mengembangkan rencana
keperawatan
2. Berikan informasi verbal tentang tujuan
perawatan payudara
R : membantu pengeluaran ASI secara
lancar
3. Demonstrasikan cara perawaan
payudara yang benar
R : agar muda diingat tentang cara
perwatan payudara yang benar
4. Kaji ulang dan persilahkan pasien untuk
bertanya tentang perwatan payudara
R : membenarkan kesalahan Konsep
atau menjawab pertanyaan yang klien
berikan





Diagnosa Keperawatan 2 :
TGL/JAM TUJUAN INTERVENSI TTD

6 januari
2014
(08.30)


Tujuan :
Bondhing attachment
klien terpenuhi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan

Kriteria Hasil :
- Klien dapat menyusui
bayinya
- Klien dapat
menggendong
bayinya
- Klien dapat bertemu
dengan bayinya


1. Anjurkan ibu untuk mengok bayinya
R : kebutuhan akan keinginannaya
dapat terpenuhi
2. Anjurkan ibu untuk menyusu dengan
Tekhnk yang benar
R : teknik menyusu yang benar dapat
membantu pengeluaran asi secra cepat
3. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI
eklusif
R : bayi memerlukan ASI / kolostrum
untuk daya tahan tubuhnya




Diagnosa Keperawatan 3 :
TGL/JAM TUJUAN INTERVENSI TTD
6 januari
2014
(07.45)


Tujuan :
Ibu semakin yakin bahwa
sekarang ia adalah
seorang ibu dari bayinya
Kriteria Hasil :
- Menyatakan siap
menjadi ibu
- Siap melakukan
perawatan bayi

1. Jelaskan bahwa apa yang diinginkan
dan diimpikan telah menjadi
kenyataan
R/ pernyataan dukungan
meningkatkan rasa positif klien
2. Jelaskan bahwa perawat siap
membantu apa yang diperlukan ibu
R/ kesiapan perawat membantu klien
mengeksplorasi ketidaktahuan dan
ketidakpastian
3. Jelaskan pentingnya melakukan
perawatan pada bayi
R: memperkuat keinginan untuk
merawat bayinya sendiri.









E. PELAKSANAAN
DX 1 (08.37)



(08.40)




(09.00)
1. Mengkaji pengetahuan klien tentang parawatan
payudara
R : pasien belum tahu tentang tujuan perawatan
payudara
2. Memberikan informasi verbal tentang tujuan
perawatan payudara
R : mpasien menanggapi dan bertanya
3. Memonstrasikan cara perawaan payudara yang
benar
R : pasien dapat melakukan playback perawatan
payudara dengan benar
4. Mengkaji ulang dan persilahkan pasien untuk
bertanya tentang perawatan payudara
R : pasien bertanya dan merespon apa yang dia
tanyakan

DX 2 (09.05)



(09.15)



(09.25)
1. Mengajurkan ibu untuk mengok bayinya
R : ibu memahami yang disampaikan klien dan
merespon balik dengan bertanya

2. Menganjurkan ibu untuk menyusu dengan Tekhnik
yang benar
R : ib mengatakan akan mempratekkan setelah
bertemu dengan bertemu dengen bayinya


3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eklusif
R : ibunya memhami yang dikatan perawat dan
merespon dengan bertanya tentang mengapa air
susu nya tidak keluar.






DX 2 (10.05)



(10.15)



(10.25)
1. Menjelaskan bahwa apa yang diinginkan dan
diimpikan telah menjadi kenyataan
R/ klien tersenyum
2. Menjelaskan bahwa perawat siap membantu apa
yang diperlukan ibu
R/ klien mengangguk dan mengatakan iya
3. Review kemantaban ibu bahwa ia adalah ibu dari
bayinya
R/ klien bercerita tentang kegembiraannya






F. EVALUASI
DIAGNO
SA KEP.
TANGGAL/
JAM
TINDAKAN TTD
DX 1 (10.15)



S : klien dapat mengerti dan faham dan akan
mempratekkan perawatan payudara dirumah

O : - klien dapat mndemostrasikan perawatan
payudara dengan benar
- Klien dapat memahami manfaat dan tujuan
perawatan payudara
A : Masalah teratasi

P : intervendi dihentikan

DX 2 (10.35)



S : klien mengatakan ingin bertemu dengan anaknya
O : - ibubelum bertemu dengan anaknya
- Ibu belum sama sekali menyusui anaknya
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan semua intervensi

DX 3 (10.35)



S : saya sdah siap merawat anak saya
O : - mendambakan bayi untk dirawat gabung
A : Tujuan Tercapai
P : RT 1,2,3 dihetikan



PEMBAHASAN

Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar yang
berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan
dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 1998:388)
Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan penting yang
digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan keluarganya pada kehidupan
baru mereka bersama-sama. Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan
psikologis terjadi yaitu :
- Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil
- Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan
- Laktasi terbentuk
- Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan
- Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan
Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah melahirkan anak,
asuhan keperawatan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih banyak ibu-ibu maupun
yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap bayinya.
Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 06-01-2014 (07.00) yaitu pada saat Ny. S
telah memasuki hari kedua paska melahirkan. Tidak seperti pada pasien umumnya yang baru
menjalani prosedur persalinan, pada hari kedua post partum ini klien sudah minim keluhan.
Klien lebih banyak memberikan ungkapan tentang keinginannya untuk bisa lekas sembuh dan
bisa kembali pulang. Nyeri yang biasanya menjadi masalah pertama yang dirasakan oleh
klien post partum, tidak lagi menjadi masalah utama pada Ny. S. saat digali data tentang nyeri
yang dirasakan oleh klien ternyata sudah dapat digolongkan kedalam kategori nyeri ringan
dengan skala nyeri 3 dan tidak membutuhkan intervensi lebih lanjut. Selebihnya klien sangat
kooperatif, aktif bertanya dan mengikuti program terapi, dan tampak memiliki koping yang
bagus terhadap masalah kesehatannya saat ini. Klien sudah tidak memiliki masalah dengan
mobilisasi. Pada hari kedua ini klien sudah mampu berjalan, dan melakukan ADL dengan
mandiri.Dari pengkajian ini didapatkan tiga masalah keperawatan. Dari tiga masalah
keperawatan ini, penulis membaginya kedalam 3 diagnosa yang bersifat sejahtera dan bersifat
aktual. Diagnosa utama yang muncul adalah Menyusui tidak efektif berhubngan dengan
kurangnya pengalaman, Ketidakefektifan bonding attachment berhubungan dengan,
Mengintegrasikan peran impian dengan peran aktual menjadi ibu. Klien tampak ingin
melakukan yang terbaik dan mandiri selagi klien mampu. Diskusi antara klien dan penulis
berjalan dengan baik. Topik yang paling diminati oleh klien adalah Perawatan Payudara, dan
bagaimana prosedur perawatan saat klien sudah diijinkan untuk pulang.
Setelah klien bisa mempraktekkan tehnik perawatan payudara yang benar yang telah
diajarkan yang akan dilakukan sesaat kemudian atau saat pasien pulang kerumahnya.
Keputusan dari dokter visit mengijinkan Ny. S pulang dan rawat jalan. Karena penulis telah
memprediksikan sebelumnya, maka Pemberian Health Education dilakukan secara bertahap
agar klien tidak merasa jenuh.

PENUTUP
Asuhan keperwatan yang diterapkan pada Ny. U mengambil masalah dan 3 diagnosa sebagai
prioritas dalam pemberian asuhan karena berdasarkan pengkajian pada hari kedua post
partum memang tampak dalam kondisi yang baik, baik secara fisik maupun secara psikologis.
Untuk peningkatan koping individu maka intervensi lebih menitikberatkan pada pemberian
motivasi dan health education terkait program kontrol perawatan payudara, mobilisi dini dan
bertahap selama di rumah sakit maupun dirumah nanti, dan juga nutrisi post partum . Klien
tampak antusias mengikuti apa yang menjadi anjuran penulis maupun tenaga kesehatan yang
lainnya.

You might also like