You are on page 1of 23

Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton

107
POTENSI SEMEN ALTERNATIF DENGAN BAHAN
DASAR KAPUR PADALARANG DAN FLY ASH SURALAYA
UNTUK KONSTRUKSI RUMAH SEDERHANA

Puti Farida Marzuki
1
dan Erlangga Jogaswara
2


Abstrak

Sejauh ini belum banyak alternatif lain selain semen Portland yang dapat diterima oleh masyarakat
sebagai bahan pengikat pada konstruksi perumahan. Di lain pihak proses produksi semen Portland, selain
menimbulkan pencemaran udara melalui gas CO
2
, juga memerlukan energi yang tinggi yang berakibat
kepada tingginya harga semen tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa semen alternatif dengan bahan
dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat dijadikan sebagai pengganti semen Portland secara
keseluruhan pada pembangunan perumahan sederhana, baik sebagai beton untuk konstruksi struktural
dengan mutu K-175 maupun konstruksi non struktural seperti pasangan bata dan juga concrete block.
Dengan proses produksinya yang lebih sederhana dan tidak memerlukan energi sebesar yang diperlukan
untuk menghasilkan semen Portland, semen alternatif ini memiliki potensi mereduksi biaya konstruksi
sehingga dicapai hasil yang lebih ekonomis serta ramah lingkungan.

Kata kunci : semen alternatif, semen Portland, kapur, fly ash, rumah sederhana


1. Pendahuluan

Semen berasal dari kata latin caementum yang berarti perekat. Semen adalah hydraulic binder
(perekat hidraulik), artinya senyawa-senyawa didalam semen dapat beraksi dengan air
membentuk zat baru yang dapat mengikat benda-benda padat lainnya membentuk satu kesatuan
massa yang kompak, padat, dan keras (Banerjea, 1980). Pada perkembangannya banyak jenis
semen yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan dalam pembangunan, namun semen Portland
tetap merupakan jenis semen yang paling banyak digunakan di dalam konstruksi di Indonesia.
Sejak tahun 1999 konsumsi semen Portland untuk konstruksi di Indonesia terus meningkat.
Tahun 1999, konsumsi tersebut mencapai 18,77 juta ton, tahun 2000 sebesar 22,29 juta ton,
tahun 2001 mencapai 25,53 juta ton, dan tahun 2002 mencapai 28 juta ton (Soenarno, 2003).
Pada tahun 1995 pernah terjadi defisit pasokan semen Portland sebesar 4,8 juta ton dalam satu
tahun.

Di dalam konstruksi perumahan, terutama untuk Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat
Sederhana (RSS) sebenarnya tidak dibutuhkan perekat yang berkekuatan sangat tinggi seperti
semen Portland, namun demikian jenis semen ini masih yang paling banyak digunakan. Proses
produksi semen Portland membutuhkan temperatur yang sangat tinggi yang menyebabkan
harga semen jenis ini relatif mahal. Untuk efisiensi biaya, kebutuhan semen dengan kekuatan
tidak terlalu tinggi sebaiknya dipenuhi dengan jenis yang proses produksinya tidak
membutuhkan energi tinggi. Untuk itu sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan
semen alternatif yang dapat diandalkan.

1
Anggota Kelompok Keahlian Manajemen & Rekayasa Konstruksi, FTSL ITB.
2
Alumnus Program Magister Teknik Sipil, bidang pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, ITB.
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


108

Salah satu jenis semen alternatif adalah yang dibuat dengan bahan dasar kapur yang dicampur
dengan bahan pozzolan. Semen alternatif seperti ini sering juga disebut sebagai kapur hidraulik
atau hydraulic lime (British Geological Survey, 2005). Jenis pozzolan untuk kebutuhan tersebut
yang telah diteliti di Indonesia terutama adalah tras, tanah liat, dan abu sekam (Puslitbang
Permukiman, 2000; Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat, 2002).

Beberapa hasil penelitian mengenai semen alternatif di Indonesia menghasilkan produk-produk,
baik yang telah di pabrikasi ataupun belum di pabrikasi, seperti:
Semen Pozzolan Kapur (SPK) Puslitbang Pemukiman
Semen Hidraulis Alternatif (SHA)
Semen Polimer
Semen Cap Rumah (SCR)
Semen Merah

Selain bahan-bahan tersebut, sebenarnya fly ash merupakan bahan pozzolan yang sangat
potensial namun selama ini baru banyak digunakan sebagai substitusi parsial semen Portland
pada campuran beton. Baik kapur maupun fly ash merupakan bahan-bahan yang relatif mudah
dan murah diperoleh karena ketersediaan kapur di daerah-daerah di Indonesia cukup besar dan
fly ash banyak tersedia terutama di PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakarnya. Tulisan ini menyajikan penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengkaji
sejauh mana potensi campuran kapur dan fly ash atau yang disebut dengan kapur hidraulik
untuk berfungsi sebagai semen alternatif pada pembangunan Rumah Sederhana (RS) dan
Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan dengan demikian mencapai efisiensi biaya. Kapur yang
digunakan adalah kapur Padalarang, sedangkan fly ash yang digunakan berasal dari PLTU
Suralaya.

2. Semen Alternatif Dengan Bahan Dasar Kapur (Hydraulic Lime)
Semen alternatif dengan bahan dasar kapur dicampur dengan bahan pozzolan yang sesuai
sering disebut sebagai hydraulic lime atau kapur. Di dalam campuran ini dari kapur diperoleh
kalsium hidroksida sedangkan dari bahan pozzolan diperoleh silika dan alumina (SiO2 dan
Al2O3). (British Geological Survey, 2005).

Hydraulic limes merupakan material konstruksi tradisional yang merupakan perekat hidraulik
utama yang digunakan pada mortar sebelum dikembangkannya semen Portland pada tahun
1824. Bahan ini telah digunakan sejak lama setidaknya mulai dari zaman Romawi. Istilah
hidraulik digunakan untuk menggambarkan bahan yang akan mengeras di dalam air akibat
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


109
hidrasi kimia antara kalsium hidtoksida dengan silika dan alumina yang menghasilkan senyawa-
senyawa (CSH dan CAH) pembentuk kekuatan bahan ini. Kekuatan tambahan diperoleh pula
dari proses karbonasi kalsium hidroksida yang bebas dengan menyerap CO2 yang terdapat di
udara.

Selain hydraulic limes (HL) dikenal pula natural hydraulic limes (NHL) yang merupakan bahan
yang terdapat di alam yang mengandung kapur berlempung atau silika. Baik HL maupun NHL
sekarang telah diklasifikasikan menurut pertumbuhan kekuatan yang dicapai pada umur 28 hari
seperti material yang berbahan dasar semen. BS EN 459-1:2001 mengidentifikasi 3 klasifikasi
NHL dan HL seperti yang disajikan pada Tabel 1. Dapat dicatat juga bahwa NHL dan HL akan
terus mengalami pertambahan kekuatan setelah usia 28 tahun yang biasa digunakan dalam
standar.

Tabel 1. Klasifikasi Nhl Dan Hl Menurut Bs En 459-1:2001
Hydraulic Lime
Classification
7 day strength
(MPa)
28 day strength
(Mpa)
NHL 2, HL 2 2 to 7
NHL 3.5, HL 3.5 3.5 to 10
NHL 5, HL5 2 5 to 15

Di Indonesia, cadangan kapur terdapat cukup banyak. Cadangan kapur di Jawa Barat menurut
Dinas Pertambangan dan Energi adalah sebesar 1.223.400.323 m
3
yang tersebar di beberapa
kabupaten di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Cirebon, dan lain-lain. Kandungan kimia yang terdapat dalam kapur telah diteliti oleh Sihotang,
Abinhot, dan Hazairin (2002) dan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Kimia Bahan Kapur
Parameter Kadar (%)
Na
2
O 0,095
Fe
2
O
3
0,41
MgO 2,72
K
2
O 0,32
CaO 50,84
Al
2
O
3
0,682
SiO
2
0,00
Sumber : Sihotang, Abinhot dan Hazairin, 2002.

Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


110
3. Fly Ash Sebagai Pozzolan Untuk Semen Alternatif
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara
yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik (ASTM C 618). Fly ash terdiri dari bahan
inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi selama pembakarannya.
Bahan ini memadat selama berada di dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan
presipitator elektrostatik. Karena partikel-partikel ini memadat selama tersuspensi di dalam gas-
gas buangan, partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat. Partikel-partikel fly ash yang
terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074 0.005 mm). Bahan ini
terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO
2
), aluminium oksida (Al
2
O
3
) dan besi oksida (Fe
2
O
3
).
Bahan ini bersifat pozzolan dan bereaksi dengan kalsium hidroksida serta alkali untuk
membentuk senyawa-senyawa yang bersifat semen (cementitious).

Menurut ASTM C 618 ada dua kelas fly ash, yaitu kelas F dan kelas C. Fly ash kelas F
diproduksi dari pembakaran batu bara antrasit and bituminus. Fly ash ini terdiri dari bahan
yang mengandung silika dan alumina, yang bila berada sendiri tidak mengandung nilai, tetapi
dalam bentuk halus dan dengan adanya kelembaban, akan beraksi kimia dengan kalsium
hidroksida pada temperatur biasa untuk membentuk senyawa-senyawa yang bersifat semen. Fly
ash kelas C diproduksi secara normal dari batu bara lignit dan sub-bituminus dan biasanya
mengandung kalsium hidroksida (CaO) atau kapur dalam jumlah yang signifikan. Fly ash kelas
ini, disamping memiliki sifat pozzolan, juga memiliki sifat semen (ASTM C 618-99). Warna
merupakan sifat fisik fly ash yang penting untuk menentukan kandungan kapur secara kualitatif.
Biasanya warna yang lebih muda mengindikasikan kandungan kalsium oksida yang tinggi
sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan kandungan organic yang tinggi.

Sampai saat ini pemanfaatan fly ash di Indonesia terbatas hanya sebagai bahan tambahan
ataupun sebagai subtitusi parsial semen Portland pada campuran beton. Fly ash belum
dimanfaatkan sebagai bahan pozzolan pada pembuatan semen alternatif, padahal fly ash
memiliki kandungan kimia seperti yang telah diuraikan di atas dan dirinci pada Tabel 3.









Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


111
Tabel 3. Kandungan Kimia Bahan Fly Ash
Kandungan Kimia Persentase (%)
Silika 51,82
Alumina 30,98
Hematid 4,93
Kapur 4.66
Magnesium 1,52
Sulfat 1,51
Carbom Content 1,52
Total Alkali 1,42
Sumber : http://www.indonesiapower.co.id/jlbara.htm
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kandungan mineral fly ash dari batu bara adalah:
Komposisi kimia batu bara
Proses pembakaran batu bara
Bahan tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan minyak untuk stabilisasi nyala
api dan bahan tambahan untuk pengendalian korosi.

Fly ash memiliki silika (SiO
2
) sebagai kandungan kimiawi dominan, sebesar 51,82 %, sehingga
bila dijadikan sebagai bahan pembentuk semen alternatif, bersama-sama dengan kapur
menghasilkan suatu material bersifat semen yaitu CaOSiO
2
yang bila diberi air dapat bereaksi
hidrasi membentuk suatu masa padat.

Salah satu produsen fly ash adalah PLTU Suralaya yang terletak di Propinsi Banten. Untuk
menghasilkan listrik sebesar 3400 MW PLTU Suralaya membutuhkan 30.000 ton batu bara per
hari dan menghasilkan limbah padat fly ash sebanyak 1.200 ton per hari dengan ukuran 200
mesh. Dengan digunakannya fly ash sebagai material pembentuk semen alternatif, maka juga
diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah padat hasil pembakaran batu bara tersebut.

Pembentukan material yang bersifat semen melalui reaksi kapur bebas (CaO dengan pozzolan
(Al
2
O
3
, SiO
2
, Fe
2
O
3
) dan air dikenal sebagai hidrasi. Untuk fly ash kelas C, kalsium oksida
(kapur) yang dikandung oleh fly ash dapat bereaksi dengan material yang mengandung silika
dan alumina (pozzolan) yang ada di dalam fly ash itu sendiri. Sedangkan karena kandungan
kapur pada fly ash kelas F relatif rendah sehingga diperlukan penambahan kapur untuk
berlangsungnya reaksi hidrasi dengan pozzolan yang terkandung dalam fly ash tersebut.
Melihat kandungan kimia serta jumlah cadangan tambang kapur dan jumlah produksi fly ash
PLTU Suralaya diatas, maka kedua material tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai bahan
dasar pembentuk semen alternatif.
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


112

4. Kekuatan Bahan Pada Beberapa Komponen Bangunan Di Dalam Konstruksi
Perumahan Sederhana
Kebijakan pemerintah dalarn pembangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat
Sederhana (RSS) bagi masyarakat berpenghasilan rendah merupakan upaya mengatasi masalah
perumahan di perkotaan. Jenis rumah yang dibangun meliputi Rumah Sangat Sederhana (RSS)
Tipe 21, Tipe I8, Tipe 15, dan Tipe 12 dengan luas kapling 90 m
2
serta Rumah Sederhana (RS)
Tipe 36, Tipe 45, Tipe 54 dan Tipe 70 dengan luas kapling 90 m
2
sampai dengan 200 m
2

(Puslitbang Permukiman, 1996).

Komponen bangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) terdiri dari:
Pondasi
Komponen struktur pondasi ini harus mempunyai kestabilan yang cukup dan diletakkan
dibawah permukaan tanah.
Balok dan Kolom
Semua komponen balok (komponen horizontal) dan kornponen kolom (komponen vertikal)
yang berfungsi sebagai kornponen utama struktur pendukung bangunan yang mempunyai
kekuatan kestabilan yang cukup. Komponen balok dan kolom harus betul-betul horizontal
dan vertikal dan menerus pada garis sumbu yang sama. Kolom dan balok sedapat mungkin
mempunyai lebar yang sama.
Atap
Terdiri dari balok sofi dan gording yang memikul seluruh penutup bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut ke balok dan kolom serta penutup bangunan (asbes
gelombang) yang berfungsi memberikan perlindungan bangunan terhadap hujan, panas, dan
lain-lain. Komponen atap terbuat dari bahan yang ringan, kuat dan mudah untuk dikerjakan.
Dinding
Sedapat mungkin terbuat dari bahan yang ringan tetapi mampu menambah kekuatan struktur
bangunan serta mampu meredam suara dan panas. Komponen dinding pada tipe RS dan
RSS terbuat dari pasangan bata merah dan pasangan batako.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Jawa Barat, kuat tekan semen yang
dibutuhkan untuk Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah 100
kg/cm2. Kebutuhan ini sebenarnya jauh lebih rendah

daripada kuat tekan mortar yang
menggunakan Semen Portland yang biasa dipakai yaitu sebesar 500 kg/cm
2
. Selain itu, kuat
tekan beton yang dibutuhkan berkisar antara 125 kg/cm
2
175 kg/cm2,

sedangkan beton yang
biasa digunakan dengan menggunakan semen Portland sebagai bahan pengikat dapat
menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 450 kg/cm
2
. Selanjutnya, untuk mortar/adukan
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


113
pasangan bata merah dibutuhkan kuat tekan sebesar 25 kg/cm
2
untuk dinding yang tidak
memikul beban, sedangkan mortar yang biasa digunakan menggunakan semen Portland yang
menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 29 kg/cm
2
.

Jadi sebenarnya kekuatan tekan yang dihasilkan oleh mortar maupun beton yang menggunakan
semen Portland jauh lebih besar dari yang dibutuhkan dalam konstruksi perumahan sederhana,
sehingga terjadi pemborosan. Ini terutama disebabkan karena masyarakat hanya mengetahui
semen Portland saja sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat padahal harga
semen Portland relatif mahal dan selalu mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun, yang
mengakibatkan kebutuhan biaya untuk membangun sebuah Rumah Sederhana (RS) ataupun
Rumah Sangat Sederhana (RSS) menjadi mahal.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dihasilkan semen alternatif yang mempunyai harga lebih
murah dibandingkan semen Portland untuk menekan biaya pembuatan Rumah Sederhana (RS)
dan Rumah Sangat Sederhana (RSS). Biaya produksi semen alternatif tersebut harus lebih
murah dibandingkan dengan semen Portland. Untuk itu bahan dasar yang dipergunakan harus
yang banyak terdapat di Indonesia dan perlu adanya penyederhanaan teknik pembuatan semen
untuk menekan biaya produksi. Penurunan kekuatan tekan semen yang dihasilkan tidak menjadi
masalah selama syarat kekuatan konstruksi perumahan sederhana terpenuhi.

5. Desain Eksperimental Untuk Menghasilkan Semen Alternatif Bagi Konstruksi
Perumahan Sederhana
Eksperimen dilakukan untuk menghasilkan semen alternatif berbahan dasar kapur. Kapur yang
digunakan adalah kapur Padalarang, sedangkan fly ash yang digunakan berasal dari PLTU
Suralaya. Semen alternatif yang diperoleh dicoba untuk diaplikasikan pada pembuatan pasangan
bata, conblock, dan beton untuk konstruksi perumahan sederhana. Selanjutnya kekuatan tekan
pasangan bata yang menggunakan mortar dari semen alternatif tersebut dibandingkan terhadap
kekuatan tekan pasangan bata yang menggunakan bahan pengikat Semen Cap Rumah (SCR),
Semen Pozzolan Kapur (SPK) dengan bahan dasar tras dan kapur, dan Semen Portland.

5.1 Bahan Dasar Semen Alternatif
Kapur Padalarang yang digunakan memiliki kandungan CaO sebesar 50,84 % dan fly ash
Suralaya memiliki kandungan SiO
2
sebesar 51,82 %. Menurut Dinas Pertambangan dan Energi
Jawa Barat, cadangan kapur tersedia sebesar 1.233.400.323 m
3
, tersebar di beberapa kabupaten
di Jawa Barat. Ketersediaan fly ash yang dihasilkan oleh PLTU Suralaya adalah sebesar 1200
ton/hari. Dengan mempertimbangkan kandungan kimia, jumlah ketersediaan bahan, dan tingkat
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


114
kemudahan memperoleh bahan, maka kapur Padalarang dan fly ash Suralaya tersebut dipilih
sebagai bahan dasar pembentuk semen alternatif.

5.2 Tungku Pembakaran
Untuk menekan biaya produksi, proses produksi semen alternatif direncanakan lebih sederhana
dari pada semen Portland. Bahan dasar berupa kapur Padalarang dan fly ash Suralaya
dicampurkan menjadi satu dengan ukuran butir yang sama. Setelah itu proses pembakaran
dilaksanakan pada suhu 900
0
C dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah.

Peralatan yang digunakan pada proses pembakaran semen alternatif direncanakan jauh lebih
sederhana dari pada peralatan pembakaran semen Portland. Peralatan pembakaran semen
alternatif berbentuk tungku segi empat dengan ukuran 90 x 60 x 40 cm. Tungku dibuat dengan
menggunakan pasangan bata dengan tutup tungku terbuat dari plat baja lengkung setebal 3 mm.
Untuk alat pembakar dipilih jenis Simawar agar diperoleh semburan api dengan tekanan tinggi.
Sebagai alat pengukur suhu digunakan termo kopel dengan kapasitas pengukuran sampai
dengan 1000
0
C. Tungku yang digunakan diperlihatkan pada Gambar 1.



Dinding tungku
dari pasangan bata
Tutup tungku
dari pelat besi
Alat pembakar
jenis Simawar
Tungku Pembakaran Semen Alternatif
Ukuran 90 cm x 60 cm x 40 cm
Termometer Kopel
900
C


Gambar 1. Tungku Pembakaran Semen Alternatif






Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


115
5.3 Hasil Eksperimen Mengenai Potensi Teknis Semen Alternatif
5.3.1 Sifat-Sifat Campuran Kapur Padalarang Dan Fly Ash Suralaya
a. Komposisi Campuran

Beberapa komposisi campuran kapur Padalarang dan fly ash Suralaya yang melalui proses
pembakaran dan yang tidak melalui proses pembakaran digunakan di dalam eksperimen ini
untuk mengetahui potensi teknisnya. Komposisi campuran yang digunakan disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Campuran Kapur Padalarang
Dan Fly Ash Suralaya Yang Diuji
Semen
Alternatif
Komposisi
kapur : fly ash
Proses
Mutu A 1:1 Tidak dibakar
Mutu E 1:1 Dibakar pada 900C
Mutu B 1:2 Tidak dibakar
Mutu F 1:2 Dibakar pada 900C
Mutu C 1:3 Tidak dibakar
Mutu G 1:3 Dibakar pada 900C
Mutu D 1:4 Tidak dibakar
Mutu H 1:4 Dibakar pada 900C


b. Kandungan Oksida
Hasil uji untuk mengetahui kandungan oksida pada campuran semen alternatif yang melalui
proses pembakaran (dipilih semen mutu A) dan yang tidak melalui proses pembakaran (dipilih
semen mutu E) dibandingkan dengan kandungan oksida semen Portland disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Oksida-Oksida Dominan Dalam Semen Alternatif Dan Semen Portland
Oksida
Semen Mutu A
(tanpa dibakar)
(%)
Semen Mutu E
(dibakar 900
0
C)
(%)
Semen
Portland
(%)
Fe
2
O
3

MgO
CaO
Al
2
O
3

SiO2
3,00
2,34
53,20
5,06
22,97
3,26
2,49
60,91
5,99
24,80
3,5
1,40
64,0
5,50
19,0

Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


116
Terlihat bahwa ada kenaikan kandungan oksida pada semen alternatif yang mengalami proses
pembakaran dibandingkan dengan yang tidak melalui proses pembakaran. Selanjutnya,
dibandingkan dengan semen Portland, semen alternatif yang diteliti ini memiliki kandungan
oksida silika lebih tinggi akibat adanya kontribusi dari fly ash yang digunakan yang akan
berperan di dalam reaksi hidrasi.

c. Modulus Semen
Hasil pengujian Modulus Semen disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Modulus-Modulus Semen Alternatif Dan Semen Portland
SA
Mutu A
SA
Mutu E
Semen
Portland
Modulus Silika (Ms) 2,84 2,68 2,60
Modulus Alumina (Ma) 1,69 1,84 1,60
Lime Saturation Factor (LSF) 0,73 0,76 1,01

Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai Modulus Silika (Ms) semen alternatif mutu A (tanpa dibakar)
lebih besar dibandingkan dengan semen alternatif mutu E (dibakar). Hal tersebut mengakibatkan
waktu ikat semen mutu A lebih lambat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu ikat awal
semen alternatif mutu A adalah 3 jam sedangkan waktu ikat akhirnya adalah 4 jam. Sementara
itu waktu ikat awal semen alternatif mutu E adalah 2 jam 50 menit dan waktu ikat akhirnya
adalah 3 jam 40 menit. Waktu ikat semen alternatif lebih lambat dibandingkan semen Portland.
Nilai Lime Saturation Factor (LSF) semen alternatif lebih besar dari yang disyaratkan, yaitu
sebesar 0,66.

Selain mempengaruhi waktu ikat awal dan akhir, Modulus Silika (Ms) juga mempengaruhi kuat
tekan mortar. Hasil kuat tekan mortar yang menggunakan semen alternatif mutu A lebih rendah,
yaitu rata-rata sebesar 143,31 kg/cm
2
bila dibandingkan dengan kuat tekan mortar yang
menggunakan semen alternatif mutu E sebesar 280,04 kg/cm2 (lihat Tabel 7).

Pada semen biasanya diharapkan nilai Modulus Alumina (Ma) yang serendah mungkin. Pada
Tabel 6 diatas terlihat bahwa semen alternatif mutu A memiliki nilai Modulus Alumina (Ma)
yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai Modulus Alumina (Ma) semen alternatif mutu E dan
besarnya mendekati Modulus Alumina (Ma) semen Portland. Hal tersebut mengakibatkan
semen alternatif mutu A lebih tahan sulfat dibandingkan dengan semen alternatif mutu E.


Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


117

5.3.2 Kuat Tekan Mortar Yang Terdiri Dari Pasir Dan Semen Alternatif
Untuk mengetahui kuat tekan mortar yang dibuat dengan semen alternatif, dilakukan pengujian
pada benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm. Pasir yang digunakan adalah
pasir Galunggung. Campuran memiliki komposisi semen alternatif : pasir = 1:3. Pengujian kuat
tekan dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Gambar 2 memperlihatkan kurva hubungan
antara umur mortar dan kuat tekannya untuk masing-masing mutu semen alternatif yang
digunakan. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh keadaan sebagai berikut:
Semakin besar porsi fly ash di dalam campuran, semakin rendah kuat tekan mortar yang
dihasilkan.
Secara menyeluruh kuat tekan mortar yang dibuat dengan menggunakan semen alternatif
yang diteliti (maksimum 280,04 kg/cm
2
pada mutu E) jauh lebih rendah dibandingkan
dengan kuat tekan mortar yang menggunakan semen Portland (500 kg/cm
2
), namun seluruh
hasil pengujian kuat tekan mortar pada umur 28 hari cenderung berada diatas nilai kuat
tekan minimum yang disyaratkan oleh Puslitbang Permukiman (SNI 15-031), yaitu sebesar
100 kg/cm
2
. Kekecualian terjadi pada pada mortar yang dibuat dengan semen alternatif
mutu D (kapur : fly ash = 1 : 4, tanpa pembakaran) yang memiliki kuat tekan rata-rata
sebesar 96,16 kg/cm
2
. Namun demikian, pada komposisi yang sama dengan pembakaran
(mutu H) terjadi lonjakan nilai kuat tekan sebesar 67,56 % menjadi 161,13 kg/cm
2
.
Nilai kuat tekan maksimum mortar yang menggunakan semen alternatif tanpa proses
pembakaran terjadi pada penggunaan semen alternatif mutu A, yaitu 143,31 kg/cm
2
.
Proses pembakaran meningkatkan kuat tekan pada 7 hari maksimum sebesar 218,8 % (dari
53,56 kg/cm
2
pada mutu A menjadi 170,75 kg/cm
2
pada mutu E), sedangkan untuk kuat
tekan pada 28 hari maksimum sebesar 95,4 % (dari 143,31 kg/cm
2
pada mutu A menjadi
280,04 kg/cm
2
pada mutu E).

Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


118

Gambar 2. Kuat Tekan Benda Uji Mortar Yang Terbuat
Dari Pasir Dan Semen Alternatif

5.3.3 Aplikasi Semen Alternatif Pada Komponen Bangunan Rumah
a. Concrete Block (Conblock)
Concrete block (conblock) merupakan salah satu bahan pembentuk dinding yang sering
digunakan pada konstruksi Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat Sederhana (RSS).
Syarat sifat fisik conblock untuk keperluan tersebut diatur di dalam SNI-0349 seperti yang
disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Persyaratan Sifat Fisik Conblock
Kuat tekan min. (kg/cm
2
)
Jenis Rata-rata dari
5 buah bata
Masing-
masing
Penyerapan air
maksimum
% volume
A1
A2
B1
B2
20
40
70
100
21
35
65
90
--
--
35
25
Sumber : SNI - 0349

Untuk pembuatan conblock pada penelitian ini digunakan komposisi campuran semen alternatif
: pasir = 1 : 6 dan 1 : 8. Pasir yang digunakan adalah pasir Galunggung. Ukuran conblock yang
digunakan adalah 20 x 10 x 8 cm. Pencetakan conblock dilakukan dengan menggunakan alat
press. Conblock yang telah selesai dicetak diletakkan di atas lantai yang lembab selama 24 jam
0
50
100
150
200
250
300
7 14 21 28
Umur Mortar (hari)
Kuat Tekan (Kg/cm2)
SA Mutu A
SA Mutu B
SA Mutu C
SA Mutu D
SA Mutu E
SA Mutu F
SA Mutu G
SA Mutu H
Poly. (SA Mutu D)
Poly. (SA Mutu C)
Poly. (SA Mutu B)
Poly. (SA Mutu A)
Poly. (SA Mutu E)
Poly. (SA Mutu F)
Poly. (SA Mutu G)
Poly. (SA Mutu H)
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


119
dan kemudian dilaksanakan curing dengan air selama 3 hari. Pengujian tekan dilakukan pada
umur 28 hari dengan skema yang diperlihatkan pada Gambar 3.
Conblock
Beban P
20 cm
10 cm
Conblock
20 cm
10 cm
8 cm


Gambar 3. Pengujian Conblock

Hasil pengujian kekuatan tekan conblock yang terbuat dari semen alternatif dibandingkan
terhadap yang terbuat dari semen Portland, semen Cap Rumah, dan semen Pozolan Kapur
disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat
dikemukakan dari hasil pengujian tersebut:
Untuk membuat bangunan Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat Sederhana (RSS)
cukup digunakan conblock mutu A1 atau A2.
Seluruh komposisi campuran semen alternatif menghasilkan kuat tekan conblock yang
memenuhi persyaratan SNI - 0349.
Conblock semen alternatif mutu A dan B dengan komposisi campuran 1: 6 memenuhi
persyaratan A2, sedangkan untuk Mutu C dan D memenuhi persyaratan A1. Pada komposisi
campuran 1 : 8 semua semen alternatif memenuhi syarat A1.

0
10
20
30
40
50
60
K
u
a
t

T
e
k
a
n

k
g
/
c
m
2

A B C D PC SCR SPK
Jenis Semen
Keterangan :
A : Semen Alternatif Mutu A
B : Semen Alternatif Mutu B
C : Semen Alternatif Mutu C
D : Semen Alternatif Mutu D
PC: Semen Portland
SCR : Semen Cap Rumah
SPK : Semen Pozolan Kapur
A1 : Mutu Conblock 25 kg/cm2
A2 : Mutu Conblock 40 kg/cm2
A2
A1

Gambar 4. Kuat Tekan Conblock Dengan Komposisi Semen : Pasir = 1 : 6
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


120

0
10
20
30
40
50
K
u
a
t

T
e
k
a
n

K
g
/
c
m
2
A B C D PC SCR SPK
Jenis Semen
Keterangan :
A : Semen Alternatif Mutu A
B : Semen Alternatif Mutu B
C : Semen Alternatif Mutu C
D : Semen Alternatif Mutu D
PC: Semen Portland
SCR : Semen Cap Rumah
SPK : Semen Pozolan Kapur
A1 : Mutu Conblock 25 kg/cm2
A2 : Mutu Conblock 40 kg/cm2
A2
A1

Gambar 5. Kuat Tekan Conblock Dengan Komposisi Semen : Pasir = 1 : 8

b. Pasangan Bata Merah
Pengujian dilakukan pada pasangan bata merah yang disusun dengan menggunakan mortar
dengan komposisi campuran semen alternatif : pasir = 1 : 3 dan 1 : 5. Pasir yang digunakan
adalah pasir Galunggung sedangkan bata merah yang digunakan adalah dari kelas mutu 25
(syarat: kekuatan tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji = 25 kg/cm2 dengan
koefisien variasi yang diizinkan = 25% terhadap rata-rata kuat tekan bata yang diuji). Pasangan
bata dibuat tiga buah untuk setiap komposisi dengan susunan dan pembebanan seperti yang
terlihat pada Gambar 6. Hasil pengujian disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan pasangan bata tidak hanya tergantung dari
kekuatan mortar tetapi juga dari kekuatan bata. Pola kerusakan benda uji pasangan bata yang
mortarnya menggunakan semen alternatif mutu A, B, C, dan D dengan campuran semen : pasir
= 1 : 3 mengindikasikan bahwa sebagian keruntuhan terjadi pada batanya. Ini berarti bahwa ada
ketidakseimbangan antara kekuatan mortar dan bata yang digunakan. Sedangkan pada pasangan
bata yang mortarnya memiliki komposisi campuran semen : pasir = 1:5, pola kerusakan yang
terjadi pada benda uji relatif seimbang. Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa untuk jenis bata
dengan kelas mutu 25 dapat digunakan mortar dengan komposisi campuran semen alternatif :
pasir Galunggung = 1 : 5.

Selanjutnya juga ternyata bahwa kuat tekan pasangan bata yang mortarnya menggunakan
semen alternatif, semen Portland, semen Cap Rumah, dan semen Pozolan Kapur relatif sama,
sehingga penggunaan semen alternatif sebagai bahan pengikat pada campuran mortar pasangan
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


121
bata merah berpotensi lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan semen Portland atau
semen Cap Rumah.


Beban P
49 cm
27 cm

Gambar 6. Pengujian Pasangan Bata

0
5
10
15
20
25
30
K
u
a
t

T
e
k
a
n

k
g
/
c
m
2
A B C D PC SCR SPK
Jenis Semen
Keterangan :
A : Semen Alternatif Mutu A
B : Semen Alternatif Mutu B
C : Semen Alternatif Mutu C
D : Semen Alternatif Mutu D
PC: Semen Portland
SCR : Semen Cap Rumah
SPK : Semen Pozolan Kapur

Gambar 7. Kuat Tekan Pasangan Bata Dengan
Komposisi Campuran Mortar 1 : 3(Semen : Pasir)

Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


122
0
5
10
15
20
25
30
K
u
a
t

T
e
k
a
n

k
g
/
c
m
2
A B C D PC SCR SPK
Jenis Semen
Keterangan :
A : Semen Alternatif Mutu A
B : Semen Alternatif Mutu B
C : Semen Alternatif Mutu C
D : Semen Alternatif Mutu D
PC: Semen Portland
SCR : Semen Cap Rumah
SPK : Semen Pozolan Kapur

Gambar 8. Kuat Tekan Pasangan Bata Dengan
Komposisi Campuran Mortar 1 : 5(Semen : Pasir)


c. Beton
Pada pembuatan benda uji beton, digunakan semen alternatif yang mengalami proses
pembakaran, yaitu mutu E, F, G, dan H karena memiliki kekuatan tekan yang lebih besar
daripada semen alternatif yang tidak mengalami proses pembakaran (mutu A, B, C, dan D).
Benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm dengan faktor
air/semen 0,50. Perencanaan campuran beton dilakukan dengan metoda Dreux, dan komposisi
yang digunakan disajikan pada Tabel 8. Pengujian tekan dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28
hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beton yang dibuat dengan menggunakan semen
alternatif mutu E (kapur : fly ash = 1 : 1, melalui proses pembakaran 900C) mempunyai
kekuatan tekan yang paling tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan semen alternatif
mutu lainnya. Hasil pengujian untuk beton yang menggunakan semen alternatif mutu E tersebut
disajikan pada Gambar 9. Sedangkan perbandingan kekuatan tekan yang dicapai untuk
campuran yang menggunakan semen alternatif mutu E, F, G, H dengan faktor semen/air 0,50
diperlihatkan pada Gambar 10.

Beberapa hal yang dapat dicatat sebagai hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Kekuatan tekan beton yang dihasilkan semakin rendah seiring dengan semakin besarnya
porsi fly ash di dalam komposisi semen alternatif yang digunakan. Jadi, kapur yang
terkandung di dalam semen lebih besar kontribusinya di dalam mencapai kekuatan tekan
beton dibandingkan dengan kandungan silika pada fly ash.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa walaupun kekuatan tekan beton yang menggunakan semen
alternatif mutu E pada umur 28 hari (187,70 kg/cm2) lebih rendah daripada yang
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


123
menggunakan semen Portland (449,50 kg/cm2) maupun yang menggunakan semen Cap
Rumah (377,90 kg/cm2), namun masih tetap di atas syarat kekuatan tekan untuk beton
struktural yaitu 100 kg/cm2. Kondisi ini juga terlihat untuk beton yang menggunakan semen
alternative mutu F, G, dan H.
Tabel 8. Komposisi Campuran Beton (Per M
3
)
Mutu
semen
Faktor
semen/air
Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg)
E 0,50 400 605,99 924,40
F 0,50 400 606,57 925,29
G 0,50 400 608,29 927,91
H 0,50 400 608,86 928,77


Gambar 9. Kuat Tekan Beton Yang Dibuat Dengan Semen Alternatif Mutu E

0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
K
u
a
t

T
e
k
a
n

(
k
g
/
c
m
2
)
E F G H PC SCR
Jenis Semen
Ket erangan :
E : Semen Alt ernat if Mut u A
F : Semen Alt ernatif Mutu B
G : Semen Alt ernat if Mut u C
H : Semen Alternat if Mut u D
PC: Semen Port land
SCR : Semen Cap Rumah
100 kg/cm2
125 kg/cm2
175 kg/cm2
400 kg/cm2

Gambar 10. Perbandingan Kuat Tekan Beton Menurut Jenis Semen
Yang Digunakan Dengan Faktor Air Semen 0,5
100
120
140
160
180
200
7 14 21 28
Umur Beton (hari)
Kuat Tekan (kg/ cm2)
c/w 0.50
Poly. (c/w 0.50)
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


124

5.4 Potensi Ekonomis Semen Alternatif Dengan Bahan Dasar Kapur Padalarang Dan Fly
Ash
Potensi ekonomis semen alternatif dalam penelitian ini ditinjau dari peluangnya untuk dapat
digunakan secara luas oleh masyarakat dan diproduksi oleh industri kecil atau menengah.
Potensi ini antara lain sangat tergantung dari ketersediaan bahan baku yaitu fly ash dan kapur
Padalarang, proses dan biaya produksi semen alternatif, serta biaya penggunaan semen alternatif
pada komponen bangunan rumah tinggal.

5.4.1 Ketersediaan Bahan Baku
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, fly ash merupakan limbah pembakaran batubara.
Direktorat Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengidentifikasi
cadangan batubara sebanyak 38.768 juta MT (Metrik Ton). Dari jumlah tersebut, sekitar 11.484
juta MT merupakan cadangan terukur dan 2.484 juta MT cadangan terindikasi, dengan sekitar
5.362 juta MT diklasifikasikan sebagai cadangan yang tereksploitasi.

Produksi batubara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 127 juta MT dan pada tahun 2005
diperkirakan produksinya mencapai 150 juta MT. Dari tahun ke tahun produksi batubara di
Indonesia selalu mengalami peningkatan. Sebagian besar produksi sebesar 67,5 % digunakan
untuk memenuhi pasar ekspor ke berbagai negara di Asia Pasifik dan sisanya sebesar 32,5 %
digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Pemakaian batubara terbesar di Indonesia oleh PLTU
yang mencapai 20 juta MT dan diikuti oleh pabrik semen sebesar 4,2 juta MT, dan sisanya
sebesar 20,8 juta MT untuk industri lain, seperti pabrik tekstil. Limbah pembakaran batubara
berupa 20 % bottom ash dan 80 % fly ash.

Dari data diatas, maka dapat diperkirakan ketersediaan material fly ash per tahunnya sebanyak
36 juta MT. Dengan melihat jumlah ketersediaan material fly ash, maka semen alternatif
tersebut dapat diproduksi secara masal dengan kapasitas industri menengah. Sementara kapur
merupakan bahan alam yang cukup banyak tersedia seperti yang telah dibahas sebelumnya.

5.4.2 Proses Produksi Semen Alternatif
Penggunaan kapur Padalarang tanpa proses pembakaran untuk menghasilkan kapur padam dan
fly ash Suralaya yang telah tersedia sangat menyederhanakan proses produksi sehingga dapat
dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan lebih murah oleh masyarakat umum. Baik proses
produksi maupun prasarana dan peralatan yang diperlukan untuk menghasilkan semen alternatif
jauh lebih sederhana dibandingkan dengan proses produksi dan prasarana serta peralatan untuk
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


125
menghasilkan semen Portland. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat membuat semen
alternatif sendiri untuk kebutuhannya sendiri maupun industri kecil.

Selanjutnya, dibandingkan dengan semen Portland, bahan pembentuk semen alternatif juga jauh
lebih sederhana karena hanya terdiri dari kapur Padalarang dan fly ash Suralaya sedangkan
semen Portland memerlukan bahan baku yang terdiri dari limestone, siltstone, shale, iron sand,
pozzolan, dan gypsum. Selain itu, proses produksi semen alternatif lebih sederhana dan
memerlukan biaya yang lebih rendah daripada proses produksi semen Portland karena pada
tahap pembakarannya hanya memerlukan suhu 900
0
C sedangkan pada semen Portland suhu
mencapai 1400
0
C.



5.4.3 Estimasi Kasar Biaya Produksi
Di dalam penelitian ini, estimasi didasarkan pada asumsi bahwa biaya produksi meliputi biaya
bangunan dan areal produksi (termasuk biaya pemeliharaan dan penyusutan), biaya peralatan
(terutama tungku, mixer, genset, simawar, kompresor listrik, termasuk biaya pemeliharaan dan
penyusutan), biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan bahan bakar (minyak tanah dan solar),
dan biaya packaging. Diasumsikan pula bahwa tersedia 50 buah tungku pembakaran dengan
daya tampung 80 kg semen alternatif/tungku/proses pembakaran selama 2 jam. Bila dalam satu
hari dilakukan 3 kali pembakaran, maka kapasitas produksi adalah 12 ton/hari atau 300
ton/bulan.
Dengan asumsi di atas diperoleh biaya produksi semen alternatif mutu E sebagai berikut:
Bahan baku = Rp. 42.000.000,-
Perawatan dan penyusutan peralatan = Rp. 581.250,-
Pemeliharaan dan penyusutan bangunan = Rp. 968.000,-
Upah pekerja = Rp. 7.200.000,-
Bahan Bakar = Rp. 71.750.000,-
Kantong semen = Rp. 6.750.000,-
Biaya produksi Semen Alternatif = Rp. 129.249.250,- /bulan

Biaya produksi semen alternatif per zak :
(Rp. 129.249.250/7500 zak) = Rp. 17.233,-
Keuntungan 20 % = Rp. 3.446,-
Biaya distribusi (asumsi 10 %) = Rp. 1.723,-
Pajak 10 % = Rp. 1.723,-
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


126
Harga jual per zak = Rp. 24.125,-
Dibulatkan = Rp. 24.200,-

Sebagai pembanding, harga semen Holcim PC Rp. 38.000/zak dan semen PPC Rp. 31.000/zak.
Dengan asumsi dan cara yang serupa diperoleh harga jual per zak semen alternatif mutu A
(tanpa pembakaran) sebesar Rp. 8.748,-

5.4.4 Estimasi Biaya Kasar Penggunaan Semen Alternatif Pada Komponen Bangunan
Rumah Tinggal
Berdasarkan desain campuran beton dengan mutu K-175 diperlukan 6,8 zak atau 340 kg semen
Portland per m
3
dengan biaya sebesar Rp. 258.400,-. Sedangkan apabila digunakan semen
alternatif mutu E untuk kuat tekan yang sama, diperlukan 10 zak atau 400 kg semen alternatif
per m
3
dengan biaya sebesar Rp. 242.000,-. Tabel 9 menyajikan biaya material yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 m3 beton K-175 baik dengan menggunakan semen alternatif maupun
semen Portland.

Tabel 9. Biaya Material per 1 m
3
Beton K-175
Mutu E PC
Jumlah (Kg) 400 340
Semen
Harga (Rp) 242.000 258.400
Jumlah (Kg) 606 598
Pasir
Harga (Rp) 32.724 32.292
Jumlah (Kg) 924 863
Kerikil
Harga (Rp) 50.820 47.465
Total biaya per I m3 beton (Rp.) 325.544 338.157

Untuk pasangan bata merah dengan komposisi mortar 1 : 3 dibutuhkan 0,42 zak atau 21 kg
semen Portland per 1 m
2
dengan biaya sebesar Rp. 15.960,- (menghasilkan kuat tekan sebesar
29,60 kg/cm2) sedangkan dengan menggunakan semen alternatif mutu A dengan komposisi
campuran mortar yang sama diperlukan biaya sebesar Rp. 3.674,- (menghasilkan kuat tekan
sebesar 28,32 kg/cm2).

Untuk pembuatan conblock mutu A2 dengan komposisi campuran 1 : 6 dibutuhkan Semen
Portland 0,55 kg atau Rp. 418,- (menghasilkan kuat tekan 59,70 kg/cm2), sedangkan dengan
menggunakan semen alternatif mutu A dengan komposisi campuran yang sama diperlukan
biaya sebesar Rp. 121,- (menghasilkan kuat tekan 45,83 kg/cm2).

Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


127
6. Kesimpulan
Semen Alternatif dengan bahan dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat dijadikan
sebagai pengganti semen Portland secara keseluruhan pada industri perumahan sederhana..
Kuat tekan semen alternatif yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI 15-0301 yaitu 100
kg/cm
2
.

Semen alternatif dapat diproduksi dengan proses pembakaran maupun tanpa proses
pembakaran. Kuat tekan maksimum pada umur 28 hari untuk semen alternatif tanpa proses
pembakaran adalah 143,31 kg/cm2 dengan komposisi kapur Padalarang : fly ash Suralaya = 1 :
1, sedangkan untuk semen alternatif dengan proses pembakaran pada temperatur 900C kuat
tekan maksimum yang dicapai pada umur yang sama adalah 280,04 kg/cm2.

Semakin tinggi kandungan fly ash di dalam campuran semen alternatif, semakin rendah kuat
tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari. Untuk memperoleh kuat tekan yang memenuhi
persyaratan SNI 15-0301, kandungan fly ash maksimum yang dapat ada dalam campuran adalah
pada perbandingan kapur Padalarang : fly ash Suralaya = 1 : 3 untuk semen alternatif tanpa
dibakar dan 1 : 4 untuk semen alternatif dengan proses pembakaran.

Semen alternatif mutu A, B, dan C dapat digunakan pada konstruksi non struktural, seperti
plesteran, acian, drainase, pasangan bata, dll, selain itu dapat juga dijadikan sebagai bahan
campuran untuk pembuatan concrete block, sedangkan semen alternatif mutu E, F, G, dan H
dapat digunakan untuk konstruksi struktural, seperti balok, kolom, dan pelat lantai. Penggunaan
semen tersebut terbatas pada konstruksi beton yang didesain dengan mutu K-125 dan K-175.

Biaya produksi semen alternatif jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi semen
Portland yang beredar di pasaran karena energi yang dibutuhkan lebih rendah dan proses
produksi yang lebih sederhana. Dengan demikian semen alternatif akan lebih ekonomis apabila
digunakan sebagai bahan pengikat pada industri perumahan sederhana dan dapat diharapkan
bahwa harga rumah tersebut lebih terjangkau oleh masyarakat.

Penggunaan semen alternatif pada industri perumahan akan mengurangi kebutuhan terhadap
semen Portland yang telah diketahui tidak terlalu ramah lingkungan akibat emisi CO
2
dalam
proses produksinya.




Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


128
7. Daftar Pustaka
1. Banerjea, H. N., (1980) Technology of Portland Cement and Blended Cements., Wheeler
Publishing ltd., Allahadad.
2. Bogue, R. H., (1991) Chemistry of Portland Cement., New York.
3. British Geological Survey for the Office of the Deputy Prime Minister as part of the
research project ODPM-BGS Joint Minerals Programme (2005), Natural Hydraulic
Limes, Mineral Planning Worksheet, Crown Copyright.
4. Chatterjee, T. K., (1991) Burnability and Clinkerization of Cement Raw Mixes., Mysore
Cements Limited., India.
5. Consortium for Fly Ash Use in Geotechnical Applications,
http://geoserver.cee.wisc.edu/fauga/new_page_1.htm
6. Ghosh, S. N., (1991) Cement and Concrete Science & Technology Vol. 1 Part 1., ABI
Books Pvt. Ltd New Delhi India.
7. Departemen Pekerjaan Umum., (1996) Pengkajian Mixed Portland Cement (Semen Cap
Rumah) untuk Bahan Komponen Bangunan., Bandung.
8. Departemen Pekerjaan Umum., (1997) Pengembangan Semen Alternatif., Bandung.
9. Departemen Pekerjaan Umum., (2002) Pengembangan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
untuk Rumah Sederhana., Bandung.
10. Departemen Pekerjaan Umum., (1999) Pengembangan Bahan Cementitious sebagai Bahan
Bangunan., Bandung.
11. Departemen Pekerjaan Umum., (1982) Persyaratan Umum Bahan Bangunan., Bandung.
12. Departemen Pekerjaan Umum., (1992) Teknologi Adukan dan Pasangan Tembok.,
Bandung.
13. Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat., (2002) Optimalisasi Pemanfaatan
Teknologi Pengolahan Trass sebagai Bahan Baku Semen Pozolan di Kabupaten Bandung.,
Bandung.
14. Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat., (2002) Aplikasi Penggunaan Semen
Pozolan Kapur (SPK) pada Komponen Rumah Sederhana., Bandung.
15. Hanafiah., (1996) Persamaan Konstitutif Beton Kinerja Tinggi dengan Abu Terbang
sebagai Subtitusi Parsial Semen., Disertasi., Institut Teknologi Bandung., Bandung.
16. http://mail.uns.ac.id/~bkt/praktikum/uji_bata.html., Dimensi dan Sifat Fisik Bata Merah.,
diakses tanggal 14 Maret 2004.
17. Kusnadi., (2000) Teknologi Beton., Institut Teknologi Bandung., Bandung.
18. Kurdowski, Wieslaw., (1991) Cement Manufacture., MIMBIO Akademia Gorniczo-
Hutnicza., Poland.
19. Kurdowski, Wieslaw., (1991) Chemistry and Mineralogy of Cement Clinker., Institut of
Building Materials., Poland.
Back to Table of Contents
Seminar Nasional Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton


129
20. Laboratorium Teknologi Beton Lembaga Politeknik Pekerjaan Umum Institut Teknologi
Bandung., (1992) Pedoman Praktikum Beton., Bandung.
21. Lisnawaty, Lina., (1997) Optimasi bahan Bakar dan Bahan Baku di Pabrik Semen.,
Skripsi., Institut Teknologi Nasional., Bandung.
22. http:/www.lafarge.com., Blue Cycle Cement., Diakses Tanggal 29 Juli 2005.
23. Maslehudin, M., Saricimen, H, dan Al-Mana, A., (1987) Effect of Fly Ash Addition on The
Corrosion Resisting Characteristics of Concrete., ACI Material Journal. Vol. 84, No.1.
24. Mohan, Lata., (1991) Advances in Some Special and Newer Cements., India.
25. Sihotang, Abinhot., dan Hazairin., (2002) Pemanfaatan Kapur dan Pozolan sebagai Bahan
Baku Utama Pembuatan Semen Hidraulis Alternatif., Bandung.
26. Suhud, Ridwan., (2001) Desain Campuran Beton., Proceedings Seminar Beton., Institut
Teknologi Nasional., Bandung.
27. Sersale, Ricardo., (1991) Blended Cement., Department of Materials and Production
Engineering., Italy.
28. Soenarno, Industri Semen Harus Tingkatkan Penggunaan Kapasitas
Menganggur.,http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/21/ekonomi/., Diakses Tanggal
2 Maret 2004.
29. Standar Nasional Indonesia (SNI) 08-0302-1999., (1999) Semen Portland Pozolan.
30. Standar Nasional Indonesia (SNI) 05-2419-1991., (1991) Spesifikasi Bahan Bangunan A.
31. Standar Nasional Indonesia (SNI) S-15-1990., (1990) Spesifikasi Abu Terbang sebagai
Bahan Tambahan untuk Campuran Beton.
32. Standar Nasional Indonesia (SNI) 15-0301., Semen Pozolan Kapur.
33. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2097., Persyaratan Mutu Kapur Padam.
34. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1750., Persyaratan Agregat untuk Beton.
35. Standar Nasional Indonesia (SNI) 0349., Persyaratan Concrete Block.
36. Swamy, R. N., (1984) Fly Ash Utilization in Concrete Construction., Proceedings, Second
International Conference on Ash Technology and Marketing, London, September 16 th-21
th.
37. Tse, E. W., Lee, D. Y., and Klaiber, F. W., (1986) Fatigue Behavior of Concrete
Cantaining Fly Ash., Proceedings, Second International Conference on Fly Ash, Silica
Fume, Slag and Natural Pozzolanos in Concrete, Vol I.

Back to Table of Contents

You might also like