You are on page 1of 8

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

755
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI
KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH
(The Analysis of Marketing Efficiency Eggs Layer in Kendal Region
Central Java)
MUKSON, S.I. SANTOSA, H. SETIYAWAN dan B. SURYANTO
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT
The aim of this research was to know: 1) The pattern and marketing margin of eggs layer, 2) Marketing
efficiency rate of eggs layer, 3) The effect of pattern and margin to marketing efficiency egg layer in Kendal
Region Central Java. This research had been done during one month, August until to September 2003 in
Kendal Region, Central Java. Research had been done with the method of survey. Sample consisted of layer
breeder and the medium institute in marketing distribution of eggs layer. Sample of producer taken by
"purposive sampling" based on criteria of scale ownership, while sample of the marketing institute taken by
"accidental sampling". The analysis of data conducted descriptively and statistically. The pattern of marketing
distribution of eggs layer, margin and marketing efficiency determined based on distribution pattern,
marketing cost and profit, start from producer until consumer. The effect of pattern and margin to marketing
efficiency. The efficiency rate based by price difference sell of the producer at the price of buying consumer.
Influence of pattern and margin to marketing efficiency analysed with the doubled linear model statistic, that
was: Y = a + b1x1 + b2x2 + e, where Y = marketing efficiency, and x1 = marketing margin, and x2 = pattern.
The result of research indicate that the pattern of marketing distribution of eggs layer follow 4 pattern that
was 1) long: farmerbig merchantmarket merchantretailerconsumer, 2) medium: farmermarket
merchantretailerconsumer, 3) short: farmerretailerconsumer and 4) direct: farmerconsumer. The
average of marketing margin for the pattern of 1 = Rp. 1300/kg, pattern 2 = Rp. 678,57/kg and pattern 3 = Rp.
575/kg. Marketing efficiency was inclusive of efficient, that was equal to 86,75%. The variable of pattern and
margin had an effect on very real (P<0,01) to marketing efficiency, with design was: Y = 103.816 + 0,002
x1
**
6,524x2
**
and the value R
2
equal to 0,92.
Key Word: Marketing Efficiency, Eggs Layer
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pola dan marjin pemasaran telur ayam ras, 2) Tingkat
efisiensi pemasaran telur ayam ras dan 3) Pengaruh pola dan margin terhadap efisiensi pemasaran telur ayam
ras di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu awal bulan Agustus
sampai dengan September 2003 di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan metode
survei. Sampel terdiri dari peternak ayam ras dan lembaga perantara dalam distribusi pemasaran telur ayam
ras. Sampel produsen diambil secara purposive sampling berdasarkan kriteria skala pemilikan ternak,
sedangkan sampel lembaga pemasaran diambil secara accidental sampling. Analisis data dilakukan secara
deskriptif dan secara statistik. Pola distribusi pemasaran telur ayam ras, marjin dan efisiensi pemasaran
ditentukan berdasarkan pola distribusi, biaya pemasaran dan keuntungan mulai dari produsen sampai
konsumen. Tingkat efisiensi didasarkan perbedaan harga jual produsen dengan harga beli konsumen.
Pengaruh pola dan margin terhadap efisiensi pemasaran dianalisis dengan model statististik linier berganda,
yaitu: Y = a + b1 x1 + b2 x2 + e, dimana Y = efisiensi pemasaran, dan x1 = margin, dan x2 = pola pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola distribusi pemasaran telur mengikuti 4 pola yaitu: 1) panjang:
peternakpedagang besarpedagang pasarpedagang ecerankonsumen, 2) sedang: peternakpedagang pasar
pedagang ecerankonsumen, 3) pendek: peternakpedagang ecerankonsumen dan 4) langsung: peternak
konsumen. Ratarata marjin pemasaran untuk pola I = Rp. 1300/kg, pola II = Rp. 678,57/kg dan pola III =
Rp. 575/kg. Efisiensi pemasaran termasuk efisien, yaitu sebesar 86,75%. Variabel margin dan pola
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap efisiensi pemasaran, dengan persamaan Y = 103.816 + 0,002
x1
**
6,524x2
**
dan nilai R
2
sebesar 0,92.
Kata Kunci: Efisiensi Pemasaran, Telur Ayam Ras
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
756
PENDAHULUAN
Telur ayam ras merupakan salah satu
produk pangan hasil ternak yang mempunyai
peran sangat penting dan strategis dalam
pemenuhan gizi masyarakat. Di samping
harganya relatif murah, telur ayam ras juga
mempunyai kandungan gizi tinggi, terutama
protein dan nilai cerna oleh tubuh yang tinggi
pula. Kondisi ini menyebabkan permintaan
telur ayam ras oleh masyarakat dari waktu ke
waktu terus mengalami peningkatan. Faktor
lain yang menyebabkan peningkatan
permintaan telur ayam ras adalah
meningkatnya jumlah penduduk, perbaikan
ekonomi masyarakat dan kesadaran akan arti
pentingnya gizi bagi kesehatan tubuh manusia.
Kondisi dan gambaran tersebut merupakan
peluang besar bagi produsen atau pengusaha
peternakan khususnya bidang perunggasan
ayam ras petelur untuk memenuhi permintaan
masyarakat. Peluang permintaan yang besar
juga dicerminkan adanya indikasi bahwa
konsumsi telur saat ini masih di bawah standar
norma kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu
sebesar 4,7 kg/kapita/tahun. Sedangkan
konsumsi telur saat ini baru dicapai sebesar
3,19 kg/kapita/tahun (DINAS PETERNAKAN
PROPINSI JAWA TENGAH, 2004).
Pemasaran telur yang dilakukan oleh
produsen biasanya menggunakan berbagai
lembaga pemasaran agar produk telur ayam ras
sampai ke tangan konsumen. Proses ini
memerlukan biaya pemasaran yang akan
digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran. Hal ini perlu adanya perhatian
masalah efisiensi pemasaran agar telur sampai
di tangan konsumen dengan harga yang wajar
dan lembaga pemasaran yang terlibat masih
mampu menjalankan fungsi pemasaran secara
baik. Menurut SAEFILDIN dalam SUDIYONO
(2002) disebutkan bahwa ada 3 syarat pokok
yang harus dipenuhi dalam memperbaiki
efisiensi penetapan harga yaitu: 1) terjaminnya
banyak alternatif pilihan bagi konsumen pada
pasar output, 2) perbedaan harga di tingkat
produsen dengan harga di tingkat konsumen
harus mampu mencerminkan biaya
pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran dan 3)
adanya kebebasan lembaga pemasaran untuk
masuk dan keluar pasar.
Cara atau indikator untuk mengukur
efisiensi pemasaran antara lain adalah marjin
pemasaran, penetapan harga di tingkat
konsumen, tersedianya fasilitas fisik
pemasaran dan intensitas persaingan pasar.
Namun dari indikator-indikator tersebut dalam
penelitian ini akan dikaji efisiensi pemasaran
yang berhubungan dengan penetapan harga di
tingkat konsumen kaitannya dengan marjin dan
pola saluran pemasaran, khususnya pada
produk telur ayam ras di Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini
diharapkan akan tersedia data atau informasi
tentang efisiensi pemasaran telur ayam ras,
marjin dan pola pemasaran serta pengaruh dari
variabel marjin dan pola saluran/distribusi
terhadap efisiensi pemasaran.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah. Dipilihnya Kabupaten
Kendal dengan pertimbangan merupakan
daerah yang populasi ayam ras petelur paling
banyak di Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
dimulai pada awal bulan Agustus sampai bulan
September 2003.
Penelitian dilakukan dengan metode survai,
yaitu dengan mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data (SINGARIMBUN dan
EFFENDI, 1989). Penentuan lokasi kecamatan
ditentukan dengan purposive sampling, yaitu
dipilih kecamatan-kecamatan yang populasi
ayam ras petelur cukup banyak di Kabupaten
Kendal. Dipilih 4 (empat) kecamatan, yaitu :
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Boja,
Kecamatan Singorojo dan Kecamatan
Limbangan. Sampel produsen (peternak)
ditentukan secara purposive sampling
berdasarkan jumlah/skala usaha ternak yang
dipelihara. Penyebaran sampel peternak dan
skala usaha di tiap-tiap lokasi kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Penentuan sampel lembaga pemasaran
ditentukan secara accidental sampling,
dengan mengikuti alur distribusi produk telur,
dimulai dari pedagang besar sampai konsumen.
Jumlah sampel untuk masing-masing lembaga
pemasaran adalah: pedagang besar 25 orang,
pedagang pasar 32 orang dan pedagang eceran
sebanyak 40 orang. Jumlah keseluruhan ada 97
orang sebagai lembaga perantara dalam proses
pemasaran telur.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
757
Tabel 1. Penyebaran sampel peternak produsen telur
ayam ras petelur di lokasi penelitian
Lokasi
kecamatan
Jumlah sampel
peternak
(orang)
Skala
kepemilikan
ternak (ekor)
Boja 2 <10.000
Sukorejo 2 10.00020.000
Sukorejo 1 >20.000
Singorojo 1 >20.000
Limbangan 1 >20.000
Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan
responden produsen dan responden lembaga
pemasaran (pedagang besar, pedagang pasar
dan pedagang eceran) berdasarkan kuesioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya,
sedangkan data sekunder diambil dari
lembaga/instansi yang terkait dengan masalah
penelitian. Data primer antara lain meliputi
identitas responden, penentuan harga jual dan
harga beli, pola saluran pemasaran, biaya
pemasaran dan keuntungan usaha.
Data dianalisis secara deskriptif dan
statistik. Model analisis data yang digunakan
dalam penelitian meliputi beberapa hal yaitu:
1. Untuk mengetahui pola distribusi
pemasaran telur dianalisis dengan
mengikuti jalur pemasaran produk telur
ayam ras dari produsen sampai konsumen.
2. Analisis marjin pemasaran dihitung
berdasarkan biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan
keuntungan (profit lembaga pemasaran).
Disamping itu marjin pemasaran juga dapat
dirumuskan dengan cara menghitung selisih
antara harga di tingkat konsumen dengan
harga di tingkat produsen. Marjin
pemasaran dalam penelitian ini dirumuskan
sesuai petunjuk SUDIYONO (2002) sebagai
berikut:

m n
M = C
ij
+ j

1=l j=l
Dimana:
M = Marjin pemasaran
C
ij
= biaya pemasaran utnuk
melaksanakan fungsi pemasaran
ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j
P
j
= keuntungan yang diperoleh
lembaga pemasaran ke-j
m = jumlah jenis biaya pemasaran
n = jumlah lembaga pemasaran
3. Analisis efisiensi pemasaran dilihat dari
share harga yang diterima produsen sesuai
petunjuk FANANI (2002).

Pf
SPf = x 100%
Pr
Dimana:
SPf = Efisiensi Pemasaran (%)
Pf = harga di tingkat peternak
(Rp./kg)
Pr = harga di tingkat konsumen
(Rp./kg)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
pemasaran telur ayam dianalisis dengan
regresi linier berganda dengan rumus sesuai
petunjuk SUGIYONO (2002).
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Dimana:
Y = Efisiensi pemasaran (%)
x1 = margin pemasaran (Rp./kg)
x2 = pola pemasaran (skor)
e = error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas responden peternak dan lembaga
pemasaran
Indikator yang dijadikan identitas
responden antara lain adalah umur, tingkat
pendidikan, pengalaman sebagai peternak dan
pedagang/usaha pemasaran. Indikator tersebut
untuk menggambarkan keragaan sumberdaya
manusia dalam kegiatan bidang peternakan
baik sebagai produsen maupun pedagang/
lembaga pemasaran yang berfungsi membantu
dalam distribusi telur mulai dari produsen
sampai ke tangan konsumen. Hasil penelitian
tentang identitas responden selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
758
Tabel 2. Identitas responden peternak produsen dan lembaga pemasaran
Identitas
Produsen
n=7
PB
n=25
PP
n=32
PE
N=40
Umur (tahun)
2550
5160
>60

7 (100%)
-
-

25 (100%)
-
-

30 (97,75%)
2 (6,25%)
-

35 (87,25%)
5 (12,5%)
-
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA

-
1 (14,29%)
2 (28,57%)
4 (57,14%)

-
2 (8,0%)
9 (36,0%)
14 (56%)

-
5 (15,63%)
20 (62,5%)
7 (21,87%)

6 (15%)
18 (45%)
9 (22,5%)
7 (17,5%)
Pengalaman (tahun)
15
610
>10

2 (28,58%)
2 (28,58%)
3 (42,85%)

8 (32%)
12 (48%)
5 (20%)

15 (46,88%)
15 (46,88%)
2 (6,25%)

7 (17,5%)
20 (50,0%)
13 (32,5%)
PB = Pedagang besar
PP = Pedagang pasar
PE = Pedagang eceran

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat
bahwa umur produsen maupun lembaga
pemasaran (pedagang besar, pedagang pasar
dan pedagang eceran) sebagian besar berumur
2550 tahun, dan termasuk dalam kelompok
umur produktif. Kelompok umur ini sangat
produktif dan potensial untuk beraktivitas
dalam rangka mengembangkan usaha.
Pendidikan responden peternak dan
lembaga pemasaran sebagian besar pada
tingkat tamat SLTP dan SLTA, terutama
produsen dan pedagang besar, sedangkan pada
pedagang eceran ada yang masih tidak tamat
SD (15%). Dilihat dari tingkat pendidikan
sudah termasuk tinggi, hal ini diharapkan
sangat mendukung dalam menyerap berbagai
informasi tentang kegiatan yang terkait dengan
bidang usaha peternakan maupun tentang
pemasaran.
Pengalaman beternak atau usaha pemasaran
telur cukup bervariasi. Pada produsen yang
mempunyai pengalaman beternak di atas 10
tahun ada 3 orang (42,85%), sisanya masing
masing sebanyak 2 orang mempunyai
pengalaman 510 tahun dan 15 tahun.
Pengalaman lembaga pemasaran sebagian
besar berada pada kisaran 610 tahun.
Pengalaman beternak maupun usaha
pemasaran telur yang semakin lama diharapkan
dapat lebih mengetahui dan mendalami tentang
manajemen usaha yang dilakukan, sehingga
mampu mengantisipasi persoalan yang ada.
Menurut MOSHER (1965) semakin tinggi
tingkat pengetahuan dan ketrampilan
mengakibatkan petani peternak lebih dinamis,
aktif dan terbuka dalam mengadopsi suatu
teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat
ini diperlukan pengetahuan dan pemahaman
secara baik tentang perkembangan usaha yang
semakin cepat baik teknologi maupun aspek
pemasaran.
Analisis pola pemasaran telur di lokasi
penelitian
Peternak sebagai produsen telur ayam ras di
daerah penelitian dalam memasarkan
produknya sampai di tangan konsumen
menggunakan berbagai pola pemasaran. Pola
saluran distribusi yang banyak digunakan oleh
peternak adalah saluran distribusi panjang,
yaitu melalui pedagang besar, pedagang pasar
dan pedagang eceran. Pola-pola pemasaran
yang digunakan dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
759
Pola saluran distribusi panjang (Pola I)
Produsen-Pedagang Besar-Pedagang Pasar-
Pedagang Eceran-Konsumen
Pola saluran distribusi sedang (Pola II)
ProdusenPedagang PasarPedagang Eceran
Konsumen
Pola saluran distribusi pendek (Pola III)
PeternakPedagang EceranKonsumen
Pola saluran distribusi langsung (Pola IV)
ProdusenKonsumen
Saluran distribusi tersebut sesuai dengan
pendapat MURSID (1997) yang menyatakan
bahwa secara fisik pola-pola pemasaran terbagi
dalam mata rantai saluran distribusi, yaitu
saluran distribusi panjang, saluran distribusi
sedang, saluran distribusi pendek dan saluran
distribusi langsung.
Pola-pola tersebut dilakukan agar produk
telur ayam ras dapat terdistribusi secara cepat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik dari
sisi waktu, tempat dan kegunaan barang.
Gambaran pola saluran pemasaran telur
masing-masing peternak produsen dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa produsen
menggunakan berbagai pola saluran pemasaran,
sebanyak 3 produsen menggunakan 3 gabungan
pola saluran yaitu panjang, sedang dan
langsung, 2 produsen menggunakan 2 gabungan
pola yaitu panjang dan langsung, 2 produsen
menggunakan gabungan pola yaitu pendek dan
langsung. Digunakan pola-pola tersebut
kemungkinan didasarkan pada kapasitas
produksi telur yang dihasilkan dan wilayah/
daerah pemasaran. Hasil ini sesuai pendapat
KOTLER (1987) dan SWASTA dan IRAWAN
(1990) bahwa produsen besar biasanya
menggunakan saluran distribusi panjang karena
produk yang dihasilkan agar dapat memenuhi
permintaan pasar/konsumen yang lebih luas
dan penguasaan pasar. Hal ini juga terkait
dengan sifat produk telur yang merupakan
barang konvenien (convenience good), yaitu
barang untuk kebutuhan konsumsi yang
mempunyai karakteristik antara lain frekuensi
pembelian relatif sering, dan tersedia secara
luas, sehingga pemasarannya diusahakan dapat
menjangkau konsumen yang luas. Di sisi lain
telur termasuk produk yang bersifat high
perisable sehingga sedapat mungkin segera
untuk dipasarkan agar tidak banyak mengalami
penurunan kualitas.
Marjin pemasaran
Marjin pemasaran merupakan selisih antara
harga di tingkat konsumen dengan harga di
tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya
pemasaran dengan keuntungan yang diharapkan
oleh masing-masing lembaga pemasaran.
Marjin pemasaran pada pola saluran distribusi
panjang, sedang maupun pendek berbeda.
Perbedaan ini disebabkan banyaknya lembaga
pemasaran yang terlibat, biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan
tingkat keuntungan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa pada saluran distribusi panjang marjin
pemasaran adalah sebesar Rp. 1.300,00; pada
Tabel 3. Gambaran pola saluran distribusi pemasaran telur di lokasi penelitian
Pola saluran distribusi pemasaran
Peternak produsen
Panjang Sedang Pendek Langsung
STY (Sukorejo)
ARS (Sukorejo)
SBD (Sukorejo)
TWJ (Singorojo)
AGF (Limbangan)
KTY (Boja)
SHD (Boja)
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ta
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya = dilakukan
Tidak = tidak dilakukan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
760
saluran distribusi sedang sebesar Rp. 678,57
dan pada saluran distribusi pendek sebesar Rp.
582,00. Besarnya marjin tersebut
mengindikasikan bahwa semakin panjang
saluran distribusi maka marjin pemasaran akan
semakin besar, sebaliknya semakin pendek
saluran distribusi maka marjin pemasaran akan
semakin kecil/berkurang. Berdasarkan Tabel 4.
juga dapat dilihat bahwa pada pola I distribusi
marjin pemasaran sebesar 24,35% untuk biaya
pemasaran dan 75,64% sebagai keuntungan,
pada pola II 22,64% biaya pemasaran dan 77,
36% keuntungan dan pada pola III biaya
pemasaran sebesar 28,90% dan keuntungan
61,10%.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
masing-masing pola pemasaran tergantung dari
panjang pendeknya jalur pemasaran. Saluran
distribusi panjang, biaya pemasaran yang
dikeluarkan lembaga pemasaran sebesar Rp.
316,60, saluran distribusi sedang sebesar Rp.
153,57 dan saluran distribusi pendek sebesar
Rp. 223,75. Biaya pemasaran pada saluran
distribusi sedang lebih sedikit dibandingkan
biaya pemasaran pada saluran distribusi
pendek. Menurut RASYAF (1999) besar
kecilnya biaya pemasaran yang dikeluarkan
tergantung dari panjang pendeknya jalur
pemasaran dan peran fungsi tataniaga. Saluran
distribusi yang pendek belum tentu
mengeluarkan biaya pemasaran yang sedikit.
Lembaga pemasaran yang banyak melakukan
fungsi pemasaran menyebabkan biaya
pemasaran yang dikeluarkan semakin besar.
Besarnya marjin pemasaran pada setiap pola
saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 4.
Efisiensi pemasaran telur ayam ras
Masalah pemasaran komoditi pertanian
pada dasarnya adalah bagaimana menyalurkan
produk-produk pertanian dari produsen kepada
konsumen dengan harga yang wajar dan biaya
pemasaran minimal. Menurut DOWNEY dan
ERICKSON (1992) bahwa pemasaran hasil
pertanian ditinjau dari bagian harga yang
diterima oleh petani produsen dikatakan efisien
apabila harga jual petani lebih dari 40% dari
harga tingkat konsumen. Mengacu pada
pendapat tersebut hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemasaran telur ayam ras di Kabupaten
Kendal sudah efisien, dengan tingkat efisiensi
sebesar 86,75%. Atau dapat dikatakan bahwa
bagian harga yang dinikmati oleh produsen
sebesar 86,75% terhadap harga ditingkat
konsumen. Hasil perhitungan ini menunjukkan
bahwa pemasaran telur ayam ras ditinjau dari
bagian harga yang diterima oleh peternak
sudah melebihi batas 40%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa efisiensi pemasaran pada Pola I sebesar
80,03%, Pola II 89,36% dan Pola III 90,90%.
Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin
pendek pola pemasaran yang digunakan maka
pemasaran tersebut semakin efisien.
Menurut SUDIYONO (2002) strategi yang
dapat dilakukan oleh produsen dan lembaga
pemasaran untuk meningkatkan efisiensi
pemasaran adalah dengan memperluas pasar
dan memperkecil marjin pemasaran. Strategi
memperluas pasar dapat ditempuh dengan
memperbesar permintaan konsumen dan
pelaksanaan pemasaran tertata. Perhitungan
efisiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Marjin pemasaran pada setiap saluran distribusi pemasaran telur ayam ras
Pola pemasaran
Komponan marjin
Pola I Pola II Pola III
Biaya pemasaran (Rp./kg) 316,60 (24,35%) 153,57(22,64%) 220 (38,26%)
Keuntungan (Rp./kg) 983,40 (75,65%) 525 (77,36%) 355 (61,74%)
Marjin (Rp./kg) 1300,00 (100%) 678,57 (100%) 575 (100%)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
761
Tabel 5. Efisiensi pemasaran telur ayam ras dari tujuh responden
Pola pemasaran
Harga di tingkat peternak
(a)
Harga di tingkat konsumen
(b)
Efisiensi pemasaran (a/b)
x 100%
.................(Rp./kg)............... ....(%)....
Pola I 5210,00 6510,00 80,03
Pola II 5771,40 6450,00 89,36
Pola III 5743,75 6318,75 90,90
Rata-Rata 5575,05 6426,25 86,75

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
pemasaran telur ayam ras di kabupaten
kendal
Efisiensi pemasaran telur sangat diharapkan
oleh pelaku pasar mulai dari produsen sampai
konsumen. Untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi efisiensi pemasaran
dicoba dianalisis dengan menggunakan model
regresi linier berganda. Sebagai variabel
dependen (Y) adalah efisiensi pemasaran
sedangkan variabel independen adalah X1 =
margin pemasaran, dan X2 = pola pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persamaan regresi yang dihasilkan adalah
sebagai berikut:
Y = 103,816 + 0,002 x1
**
6,524x2
**
nilai R
2
= 0,92.
Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan dengan uji F menunjukkan
bahwa efisiensi pemasaran secara bersama-
sama sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh
variabel margin dan pola pemasaran. Hasil ini
sesuai pendapat SUDIYONO (2002) bahwa
efisiensi pemasaran antara lain dipengaruhi
oleh marjin pemasaran, harga, dan tingkat
persaingan pasar.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
nilai koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,92,
yang berarti sebanyak 92,00% variabel
dependen (efisiensi pemasaran) secara
bersama-sama dipengaruhi oleh variabel
independen ( margin dan pola pemasaran),
sedangkan sisanya sebesar 8,00% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
model.
Secara parsial dengan menggunakan uji t
menunjukkan bahwa variabel X1 (margin
pemasaran) dan X2 (pola pemasaran) masing-
masing secara sangat nyata (P<0,01)
mempengaruhi terhadap efisiensi pemasaran.
Nilai koefisien regresi X1 (margin pemasaran)
diperoleh hasil sebesar 0,002. Hasil ini dapat
diartikan bahwa setiap kenaikan 1% marjin
akan menaikkan efisiensi pemasaran sebesar
0,002%. Selanjutnya pada variabel X2 (pola
pemasaran) diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 6,534 yang dapat diartikan bahwa
setiap kenaikan 1% pola akan menurunkan
efisiensi pemasaran sebesar 6,524%. Hasil ini
menunjukkan bahwa baik secara bersama-sama
maupun secara parsial efisiensi pemasaran
dipengaruhi oleh margin dan pola pemasaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras
di Kabupaten Kendal dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Ada 4 pola pemasaran yang digunakan oleh
produsen telur ayam ras yaitu: a) Pola I (pola
panjang: peternak pedagang besar pedagang
pasar pengecer konsumen), Pola II (pola
sedang: peternak - pedagang pasar pengecer
konsumen), Pola III (pola pendek : peternak
pengecer konsumen) dan Pola IV (pola
langsung: peternak - konsumen).
Besar marjin pemasaran untuk pola I = Rp.
1300,00 /kg, pola II = Rp. 678,57/kg dan pola
III = Rp. 575,00/kg. Besarnya marjin
pemasaran tergantung dari panjang pendeknya
pola pemasaran yang digunakan. Semakin
panjang pola pemasaran yang digunakan maka
marjin pemasaran akan semakin besar.
Efisiensi pemasaran telur ayam ras yang
dilakukan peternak maupun lembaga perantara
sudah termasuk efisien, yaitu sebesar 86,7%.
Variabel pola dan marjin pemasaran
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
762
efisiensi pemasaran. Nilai R
2
sebesar 0,92;
yang berarti efisiensi pemasaran dipengaruhi
oleh variabel pola dan marjin pemasaran
sebesar 92,00%, sedangkan sisanya sebanyak
8,00% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model.
DAFTAR PUSTAKA
DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TENGAH. 2004.
Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah,
Ungaran Semarang.
DOWNEY, W.D. dan S.P. ERICKSON. 1992.
Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Erlangga,
Jakarta. (Terjemahan: oleh ROCHIDAYAT).
FANANI, Z. 2002. Efisiensi Pemasaran Ayam
Pedaging Model Kemitraan di Kabupaten
Malang. J. Ilmiah Ilmu Peternakan dan
Perikanan. 18: 11811190.
KOTLER, P. 1987. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi ke-
3. Penerbit Intermedia, Jakarta.
MOSHER, A.T. 1965. Menggerakkan dan
Membangun Pertanian. CV Yasaguna, Jakarta.
MURSID, M. 1997. Manajemen Pemasaran. Bumi
Aksara, Jakarta.
RASYAF, M. 1999. Memasarkan Hasil Peternakan.
Penebar Swadaya, Jakarta.
SINGARIMBUN, M. dan S. EFFENDI. 1989. Metode
Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta.
SUDIYONO, A. 2002. Pemasaran Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
SUGIYONO. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan
ke-4. Penerbit Alfabeta, Bandung.
SWASTHA, B. dan IRAWAN. 1998. Pengantar Bisnis
Modern. Liberty, Yogyakarta.

You might also like