You are on page 1of 7

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 2 AGUSTUS 2012

70
Karakterisasi Sifat Fisika Batu Kapur Di Desa Labaha
Kecamatan Watopute Kabupaten Muna


La Hamimu, Hasria, Jahidin
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Haluoleo

Abstract

Telah dilakukan penelitian Karakterisasi Sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat fisika batu kapur. Penelitian dilakukan
pada lima titik sampel batu kapur. Parameter yang menjadi objek analisis laboratorium adalah specifit
grafity, kerapatan, kekerasan, kadar air , angka pori, porositas dan derajat kejenuhan batu kapur. Melalui
Hasil uji laboratorium dan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rata- rata specifit grafit (Gs) adalah
2,14, kerapatan batu kapur untuk kondisi lepas diperoleh hasil rata-rata 28,41 %, kekerasan diperoleh hasil
impact tes rata- rata 25,254%, pengujian angka pori rata- rata 0,98, porositas rata-rata 49,63%, dan nilai
rata-rata derajat kejenuhan Sr = 8,11%.

Kata kunci : Batu kapur, Mineral, Muna, Sifat fisik, Watopute
Abstract
Physical properties of lime stone in Labaha village of Watopute sub distric Muna regency have been
characterized. The purpose of the research was the setermonation of the physical properties of limestone.
Laboratory test used five samples of limestone. Parameters that bcoming as analysis object of laboratory
were specific gravity, bulk density, impact test, moisture content, void ratio, porosity and also degree of
saturation from limestone. The result laboratorytest and calculation show that the average of specific gravity
(Gs) is 2.14, the average of bulk density for solid condition is 1.14 gr/cm
3
, and the average of moisture
content is 28.41%. while, the average result of impact test is 25.254%, the average result rate void ratio is
0.98, the average result of porosity is 49.63%, and the average result of degree of saturation is 8.11%.

Keywords : Limestone, Mineral, Muna, Physical Properties, Watopute


1. PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Tenggara banyak
mengandung bahan tambang dan sumber
energi yang merupakan potensi dan sumber
pendapatan daerah (PAD). Pada tahun 1983
Departemen Pertambangan dan Energi
Sulawesi Tenggara telah melakukan survei
bahan galian dan sumber energi di daerah
Moramo, Wawonii dan Pulau Muna.
Kemudian pada tahun 1986 di lanjutkan
penelitian di daerah Kabupaten Muna,
Kabupaten Kendari, dan Kabupaten Kolaka.
Dari hasil survei yang dilakukan diketahui
bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki
bahan galian seperti biji nikel, aspal, batu
gamping, dolomite, pasir kuarsa, minyak bumi
dan batu kapur.
Beberapa jenis tambang di atas telah
diolah, seperti nikel di daerah Pomalaa,
Lasolo, Lasusua, Pakue dan Pulau Kabaena
yang dikelolah PT. Antam dan PT. Inco. Aspal
di Buton di kelola oleh PT. Sarana Karya.
Diantara bahan galian tersebut ada yang belum
diolah secara optimal dan efektif, salah
satunya adalah batu kapur.
Di Desa Labaha Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna terdapat lahan batu kapur
yang cukup luas. Batu kapur di desa ini belum
diolah secara efisien, sehingga
pemanfaatannya belum maksimal. Selama ini
hanya digunakan secara tradisional untuk
bahan bangunan dan kapur pertanian.
Penggunaan batu kapur sekarang ini
telah mencakup berbagai sektor yang
didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut diantaranya merupakan
bahan baku penting yang digunakan dalam
berbagai industri kertas, industri cat, dan
industri semen. Selain itu dapat juga
digunakan sebagai bahan bangunan, bahan
Karakterisasi Sifat Fisik Batu Kapur di Desa Labaha, Kecamatan ..............(La Hamimu, dkk)
71
lapisan pondasi pengerasan jalan, campuran
aspal, di sektor pertanian, pembuatan karbit
dan lain- lain [6].
Melihat besarnya potensi batu kapur
yang ada di Sulawesi Tenggara khusunya di
Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten
Muna, maka perlu dilakukan penelitian
terhadap batu kapur tersebut. Penelitian yang
dilakukan yaitu berupa karakterisasi sifat- sifat
fisika batu kapur yang meliputi specifit
grafity, kerapatan, kekerasan, kadar air, angka
pori, porositas, dan derajat kejenuhan. Dengan
mengetahui sifat- sifat fisika tersebut maka
pihak industri dapat memanfaatkan batu kapur
tersebut sesuai dengan komposisi dari sifat-
sifat fisika tersebut

2. DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Umum Batu Kapur dan
Kegunaannya
Batu kapur merupakan mineral
karbonat, dapat terjadi dari penguapan
langsung air laut atau melalui binatang yang
dipisahkan oleh air laut untuk membuat
cangkang. Selain itu, batu kapur juga terdiri
dari sisa-sisa organik misalnya rumah kerang
[13].
Batu kapur yang mengandung
magnesium, lempung dan pasir merupakan
unsur yang mengendap bersama- sama pada
saat proses pengendapan sehingga unsur-
unsur tersebut disebut sebagai pengotor.
Pengotor ini memberikan klasifikasi jenis batu
kapur, apabila pengotornya magnesium maka
batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai
batu kapur dolomite (CaMg(CO
3
)
2
), begitu
juga jika pengotornya lempung maka batu
kapur tersebut disebut batu kapur lempungan.,
serta jika pengotornya pasir maka tersebut
disebut batu kapur pasiran. Persentase unsur-
unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap
karakteristik batu kapur seperti warna,
kerapatan, kekerasan, specific gravity dan lain-
lain [6].
Pada umumnya batu kapur dapat
terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, dan secara kimia.
Sebagian besar batu kapur yang ada di alam
terjadi secara organik. Batu kapur jenis ini
berasal dari pengendapan cangkang kerang dan
siput, foraminifera atau ganggang, serta
berasal dari kerangka binatang kerang. Batu
kapur yang terbentuk secara mekanik
bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu
kapur yang terjadi secara organik. Yang
membedakannya adalah terjadinya
perombakan dari bahan batu kapur tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya
diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah
jenis batu kapur yang terjadi karena kondisi
iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam
air laut ataupun air tawar.

Tabel 1 Spesifikasi dan Kegunaan Batu Kapur
Sifat fisik Nilai
karakterisasi
spesifikasi Kegunaan
Specific
Gravity
2,07- 2,19 2-2,7 Digunakan pada
industri cat
Kerapatan (1,01-
1,21)gr/cm
3
(1-3)
gr/cm
3

Sebagai lapisan
pondasi atas
untuk jalan
(0-2)
gr/cm
3

Untuk campuran
beton
Kadar air (24,52-
32,87)%
< 60% Penting untuk
mesin
pengolahan batu
kekerasan (20,27-
35,92)%
< 50% Sebagai lapisan
pemadatan
pertama pada
jalan raya
Angka
pori
0,89- 1,04 0-6 Untuk pemadatan
lapisan jalan
porositas (40-50) % Untuk pondasi
bawah lapisan
pengerasan jalan
> 98% Untuk bendungan
Derajat
kejenuhan
(6,04-9,83)% (1-10) % Untuk
pengerasan jalan
(3-9) % Untuk
menstabilkan
tanah berpasir

2.2. Sifat- Sifat Fisika Batu Kapur
Sifat fisika mineral- mineral karbonat
hampir sama satu dengan lainnya, maka tidak
mudah untuk mengidentifikasinya.
Karakteristik fisika yang menjadi acuan yang
dapat diukur dan dibandingkan secara teoritis
meliputi : warna, specific gravity, kerapatan,
kekerasan, kandungan air, porositas, angka
pori, dan derajat kejenuhan yang uraiannya
sebagai berikut.

a. Warna
Warna batu kapur di pengaruhi oleh
unsur- unsur pengotornya yaitu mulai dari
yang berwarna putih susu, abu-abu muda,
coklat bahkan hitam. Warna kemerah-
merahan biasanya disebabkan oleh adanya
unsur mangan dan warna kehitam-hitaman
disebabkan oleh adanya unsur organik [6].
JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 70-76

72
b. Specific Gravity
Specific gravity suatu bahan
didefinisikan sebagai perbandingan antara
massa material kering yang volumenya sama
dengan volume bahan dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu. Untuk mengetahui
besarnya specific gravity bahan dari butiran
bahan tersebut digunakan persamaan sebagai
berikut :
=

(
1

2
)
....(1)
dimana : Gs = specific gravity m
s =
Massa
solid (gram), m
1
,m
2
= massa butiran yang
terendam dengan volume sama (gram)

c.Kerapatan (Bulk Density)
Kerapatan merupakan rasio/
perbandingan antara massa material dengan
volume material tersebut, dengan persamaan
sebagai berikut :
=

.....(2)
dimana : m
1
= massa mould (gram), V =
Volume mould (cm
3
), m
2
= massa
mould+massa sampel (gram). Kerapatan
material ditentukan oleh massa jenis rata-rata
dari mineral penyusun dan kemungkinan
adanya pori antar butiran, yang mana semakin
rapat butiran suatu batuan, maka akan semakin
tinggi kerapatannya. Jadi kerapatan material
dipengaruhi oleh ukuran butir [16].

d.Kadar Air (Moisture Content)
Dalam ilmu fisika kadar air
didefinisikan sebagai rasio/ perbandingan
massa air dalam material dengan massa
butirannya, dengan persamaan sebagai berikut
:
=

100%....(3)
dimana w = kadar air/moisture content (%),
m
w
= massa air (gram), m
s
= massa solid
(gram). Berdasarkan persamaan ini kadar air
merupakan variabel bebas, karena w konstant
untuk kondisi butiran batuan dalam keadaan
lunak (steady-state.) Secara teori kadar air
alami untuk sebagian besar batuan biasanya
dibawah 60% [2].

e.Angka Pori (Void Ratio)
Angka pori didefinisikan sebagai rasio/
perbandingan antara volume void dari suatu
material/ bahan dengan volume solid dari
bahan, dengan persamaan sebagai berikut :
=

......(4)
dimana : e = angka pori, V
v
= volume void
(cm
3
), V
s
= volume solid (cm
3
)

f.Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan rasio
antara volume air dan volume void dalam
material dengan persamaan sebagai berikut :
=

100 %. . (5)
dimana : Sr = derajat kejenuhan (%), V
w
=
volume cair (cm
3
), V
v
= volume void (cm
3
).
Apabila material dalam kondisi kering
(tidal mengandung air) maka derahat
kejenuhan 0% dan apabila pori-pori terisi
penuh oleh air maka derajat kejenuhan 100%,
oleh karena itu batas- batas nilai Sr yang
mungkin adalah 0Sr(%) 100 [10].

g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan atau
kekuatan yang dimiliki material untuk tidak
hancur atau pecah oleh pengaruh mekanis
seperti tumbukan dan benturan, ketahanan
material terhadap penghancuran diperiksa
dengan pengujian impact dengan persamaan
sebagai berikut :
=

x 100%...(6)
dimana : m
A
= massa material (gram), m
B
=
massa material hancur (gram)[7]

h.Porositas (Porosity)
Porositas merupakan rasio/
perbandingan antara volume void dengan
volume bahan seluruhnya, dengan persamaan
sebagai berikut :
=

100%....(7)
dimana : n = porositas (%), V
v
= volume void
(cm
3
), Vt = volume total (cm
3
). Dalam
perhitungan teknik nilainya sebagai desimal,
tetapi dalam geoteknik dinyatakan dalam
persen [10].

3. METODOLOGI
Anomali Sampel batu kapur diambil di
Desa Labaha Kecamatan Watopute sebanyak
lima titik sampel dengan jarak antar titik
sampel 1 meter. Adapun langkah- langkah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Karakterisasi Sifat Fisik Batu Kapur di Desa Labaha, Kecamatan ..............(La Hamimu, dkk)
73
a. Pengukur specific gravity Batu Kapur
Piknometer 500ml dalam kondisi bersih dan
kering ditimbang sebagai m
p.
Kemudian
dimasukan sampel batu kapur yang lolos
ayakan 4 mesh dan ditimbang sebagai m
ps
.
Setelah itu menambahkan air dalam
piknometer, lalu didihkan pada tungku listrik
selama 20 menit, kemudian didinginkan dalam
densikator selama 24 jam. Selanjutnya
memasukan air kedalam piknometer sampai
penuh dan ditimbang sebagai m
2..
Piknometer
dibersihkan dan dikeringkan kemudian
memasukan air dan ditimbang sebagai m
pa.

Selanjutnya menghitung nilai m
s
dengan
cara : m
s
= m
ps
- m
P dan
m
1
= m
s
+ m
Pa

Kemudian menghitung nilai specific
gravity dengan menggunakan persamaan
(1).

b. Pengukur Kerapatan Batu Kapur
Menimbang massa mould sebagai m
1
,
Selanjutnya memasukan sampel batu
kapur yang telah lolos ayakan 3/8 mesh
dan ditimbang sebagai m
2

Untuk kerapatan padat ini dilakukan
pemadatan untuk tiga lapisan. Pertama
memasukan sampel kedalam mould
sebanyak 1/3 bagian lalu ditumbuk
sebanyak 25 kali. Cara yang sama juga
dilakukan pada lapisan 2 dan 3.Kemudian
mengukur diameter dan tinggi muold
untuk menghitung volume mould.
Kemudian menghitung nilai kerapatan
dengan persamaan (2).

c. Pengukuran Kadar Air Batu Kapur
Menimbang massa thin box sebagai m
t
,.
Kemudian memasukan sampel batu
kapur yang telah lolos ayakan 4 mesh, lalu
di timbang sebagai m
ts
dan dikeringkan
dalam oven dengan suhu konstant
(1105)
0
C selama 24 jam. Setelah itu
dikeringkan dan dimasukkan kedalam
densikator untuk didinginkan selama 24
jam, lalu timbang sebagai m
s

Selanjutnya menghitung massa sampel
(m
1
) dengan cara : m
1
= m
ts
+ m
t

dan m
w
dengan cara : m
w
= m
1
m
s

Kemudian menghitung nilai kadar air
menggunakan persamaan (3)

d. Pengukur Kekerasan Batu Kapur
Menimbang massa soul sebagai m
1
dan
memasukan sampel yang telah lolos
ayakan ke dalam mould setinggi 1/ 3
bagian, lalu ditumbuk sebanyak 25 kali.
Demikian pula untuk lapisan 2 dan 3,
kemudian menimbang mould yang berisi
sampel tersebut sebagian m
2

Setelah itu dimasukkan pada mould mesin
impact tes dan ditumbuk sebanyak 15 kali
dan di tuang kedalam ayakan 8 mesh.
Hasil yang lolos dari ayakan tersebut
disimpan dalam talam, kemudian
ditimbang sebagai m
3.
Setelah itu kita
timbang talam dalam keadaan kosong
sebagai m
4

Selanjutnya menghitung nilai m
A
dengan
cara

m
A :
m
2
m
1
dan nilai m
B
dengan cara

m
B
:

m
3
m
4

Kemudian menghitung nilai kekerasan
menggunakan persamaan (6).

e. Pengukur Angka Pori, Porositas,
Derajat Kejenuhan Batu Kapur
Untuk pengukuran angka pori, porositas
dan derajat kejenuhan prosedurnya sama,
yaitu sebagai berikut :
Menimbang massa mould sebagai m
1
dan
memasukan sampel yang telah lolos ayakan
kemudian ditimbang sebagai m
2

Setelah itu dimasukkan mould tersebut ke
dalam oven untuk di keringkan dan
didinginkan dalam densikator selama 24
jam dan ditimbang sebagai m
3

Selanjutnya menghitung nilai m
4
dengan
cara

m
4 :
m
2
m
1
dan

m
5
dengan cara

m
5
:

m
3

m
1

Kemudian menghitung volume solid (Vs)
dengan cara Vs= m
5
/ Gs,volume volid (Vv)
dengan cara : Vv = Volume volid volume
solid (Vs)dan volume air (Vw), dengan cara
: (Vw)= m
4
m
5

Setelah itu menghitung nilai angka pori
mengunakan persamaan (4),menghitung
nilai porositas dengan persamaan (7) dan
menghitung nilai derajat kejenuhan dengan
menggunakan persamaan (5).






JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 70-76

74
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan karakterisasi sifat Fisika
batu kapur di Desa Labaha Kecamatan
Watopute Kabupaten Muna dengan
pengambilan lima titik sampel, diperoleh nilai
rata-rata dan standar deviasi seperti yang
disajikan pada tabel 2 berikut :


Tabel 2. Nilai Rata-rata Standar Deviasi Sifat-sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Sampel Specific
Gravity
Kerapatan
Lepas (g/cm
3
)
Kerapatan
Padat
(g/cm
3
)
Kekerasan
%
Kadar
Air
(%)
Angka
Pori
(e)
Porositas
%
Derajat
Kejenuhan
%
A 2,19 1,01 1,21 22,19 29,65 1,04 51,02 6,04
B 2,17 1,02 1,05 20,27 24,52 1,04 51,17 7,60
C 2,07 1,06 1,15 25,41 32,87 0,97 49,18 9,53
D 2,16 1,07 1,19 22,48 30,46 0,97 49,40 7,57
E 2,15 1,09 1,10 35,92 24,57 0,89 47,29 9,83
Rata-
rata
2,15 1,052 1,14 25,254 28,18 0,98 49,63 8,11
Standar
deviasi
0,046 0,038 0,065 6,23 3,725 0,083 1,577 1,566

Adapun karakterisasi sifat fisika batu kapur
berdasarkan analisis data dan tabel diatas,
diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Warna
Batu kapur yang ada di desa Labaha
Kecamatan Watupute Kabupaten Muna
umumnya berwarna putih susu sehingga batu
kapur tersebut cocok untuk bahan pemutih
yang dipakai dalam produksi kertas yakni
untuk pemutih pulp,pengisi,pelapis, dan
Pengkilap [6].

b. Spesific Gravity Batu Kapur
Nilai rata-rata spesefic gravity adalah
2,14 dengan standar deviasi 0,046. Nilai yang
terendah adalah 2,07 dan yang tertinggi adalah
2,19. Berdasarkan nilai tersebut, maka batu
kapur yang ada di Desa Labaha dapat
dimanfaatkan pada industri cat. Secara teori
specific Grafity batu kapur untuk industri cat
adalah 2-2,7 [9]. Selain itu, dapat juga
digunakan sebagai campuran aspal untuk
jalanan, karena nilai specific Grafitynya kecil,
maka mempunyai volume yang besar sehingga
cocok untuk campuran aspal jalan [6].
c. Kerapatan Batu Kapur
Nilai rata-rata kerapatan batu kapur
adalah 1,14 gr/cm
3
dengan standar deviasi
0,065. Kerapatan padat batu kapur diperoleh
nilai terendah yaitu 1,05 gr/cm
3
dan nilai yang
tertinggi yakni 1,21 gr/cm
3
. Berdasarkan nilai
tersebut, maka batu kapur yang diteliti dapat
digunakan untuk bahan pencampur beton
dengan spesifikasi 0-2 gr/cm
3
. Untuk
campuran beton semakin tinggi kerapatannya
maka daya tahannya semakin rendah, demikian
pula sebaliknya[10]. Selain itu, dapat pula
digunakan sebagai lapisan pondasi atas untuk
jalan, karena syarat kerapatan batu kapur untuk
lapisan pondasi atas adalah 1 gr/cm
3
-3 gr/cm
3
,
dan nilai kerapatan yang diperoleh memenuhi
syarat tersebut.[14]

d. Kadar Air Batu Kapur
Nilai rata-rata kadar air adalah 28,41%
dengan standar deviasi 3,725.Nilai kadar air
yang tertinggi adalah 32,87% dan yang
terendah sebesar 24,52%. Secara teori kadar
air alami untuk sebagian besar batuan berada
di bawah 60%, jadi nilai-nilai kadar air di atas
memenuhi standar kadar air untuk batuan.
Pengetahuan nilai kadar air suatu material
sangat penting karena pada pengolahan batuan,
hal ini akan mempengaruhi efektifitas mesin
pengolahan batu yang sangat sensitif terhadap
kelembaban dan kandungan air [2]
e. Kekerasan Batu Kapur
Nilai rata-rata kekerasan batu kapur
sebesar 25,254% dengan standar deviasi 6,23.
Nilai kekerasan batu kapur yang tertinggi
adalah 35,92% dan yang terendah 20,27%.
Nilai ini apabila digunakan sebagai lapisan
pondasi, pemadatan jalan, atau bangunan
memenuhi spesifikasi yang baik yakni <50%.
Semakin tinggi presentase kekerasanyya, maka
Karakterisasi Sifat Fisik Batu Kapur di Desa Labaha, Kecamatan ..............(La Hamimu, dkk)
75
daya tahannya akan semakin baik, demikian
sebaliknya[6]
f. Angka Pori Batu Kapur
Nilai rata-rata angka pori batu kapur
sebesar 0,98 dengan standar deviasi 0,083.
Sedangkan nilai angka pori tertinggi adalah
1,04 dan yang terendah adalah 0,89. Nilai
angka pori (e) biasanya dinyatakan dalam
desimal, jadi nilai-nilai di atas sesuai syarat
batas yang mungkin bagi e untuk batuan
karbonat yang berkisar 1,1-1,6 [2]. Pada
pengujian angka pori batu kapur terjadi
pelepasan udara sehingga terjadi pemampatan
udara dan air. Kerena nilai angka pori yang
diperoleh pada karakterisasi batu kapur Desa
Labaha adalah 0,89-1,04, sehingga nilai-nilai
tersebut memenuhi syarat untuk pemadatan
lapisan jalan yaitu 0-6.
g. Porositas Batu Kapur
Nilai rata-rata porositas adalah 49,63%
dengan standar deviasi 1,577 Nilai porositas
batu kapur yang tertinggi adalah 51,17%, dan
yang terendah adalah 47,29%. Nilai pororsitas
( n ) biasanya dinyatakan dalam %. Dan nilai-
nilai diatas memenuhi batas-batas yang
mungkin bagi n yakni 0<n(%)<100. Hal ini
mendeskripsikan bahwa antara volume void
dan volume total material sangat kecil. Nilai
porositas ini sangat penting untuk
memanfaatkan batu kapur tersebut sebagai
kapur pertanian, yakni dengan mengetahui
porositas, maka pola pemupukan tanaman pada
areal tertentu dapat ditakar secara cermat oleh
para pengguna pada lahan pertanian [10]. Nilai
porositas di atas dapat juga digunakan untuk
pondasi bawah lapisan pengerasan jalan karena
berada pada rentang 40-50%, sedangkan untuk
nilai porositas diatas 98% dapat digunakan
untuk bendungan. Jadi semakin tinggi nilai
porositas batu kapur tersebut kualitasnya
semakin baik dan semakin rendah porositasnya
maka kualitasnya semakin buruk [9]
h. Derajat Kejenuhan
Hasil pengujian derajat kejenuhan
diperoleh nilai rata-rata 8,11% dengan standar
deviasi 1,566. Nilai yang terendah adalah
6,04% dan yang tertinggi yakni 9,83%. Pada
pengujian derajat kejenuhan batu kapur,
variabel yang diamati adalah perbandingan
antara volume void dan volume air sehingga
yang menjadi titik acuan adalah seberapa nilai
volume batuan yang mengandung fase pori
yang terisi oleh fase air. Berdasarkan nilai
yang diperoleh, maka batu kapur yang ada di
Desa Labaha dapat digunakan untuk
penstabilan tanah berpasir karena mempunyai
nilai derajat kejenuhan 3%-9%. Selain itu,
dapat juga digunakan sebagai lapisan
pengerasan jalan karena nilai yang diperoleh
memenuhi standar kejenuhan batu kapur untuk
pengerasan jalan yaitu 0-10% [14].
5. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
warna batu kapur yang di amati berwarna putih
susu, nilai rata-rata specific gravity 2,14,
kerapatan lepas 1,052 gr/cm
3
dan kerapatan
padat 1,14 gr/cm
3
, kekerasan batu kapur antara
20,27%-35-92% dengan rata-rata 25,,254%,
dan rata-rata nilai kadar airnya 28,41%.
Adapun rata-rata angka pori batu kapur adalah
e = 0,8, dan nilai rata-rata porositas adalah n =
49,63% serta nilai rata-rata derajat kejenuhan
Sr = 8,11%.

Daftar Pustaka
[1]. Adjad, 1999. Bahan Galian Industri : Batu
Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan
Indonesia
[2]. Bowles, H., 1995. Geoteknis, Erlangga,
Jakarta.
[3]. Carr donal dan Rooney,1985 . Limestome and
Dolomit Industrial Mineral, March.
[4]. Crishtopherson R.W., 2002. Geosystem,
Prentice Hall Inc, New Jersey .
[5]. Harjowigeno, S., 1996. Klasifikasi
Pedogenesis, Pustaka Jaya, Jakarta.
[6]. Haryadi, 2000. Bahan Galian Industri : Batu
Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan
Indonesia
[7]. Hendri , 1991. Dasar Dasar Ilmu Tanah,
Gajah Mada University Pres, Yogyakarta.
[8]. Ilman 2004. Analisa Komposisi CaO dan MgO
Hasil Kalsinasi Batu Gamping Koral Dari
Daerah Gonda Lama, Lapanda dan Wabula
Kecamatan Pasar Wajo Kabupaten Buton,
Skripsi Fakultas MIPA Unhalu, Kendari
[9]. Lars, 1998. Kompaksi Urukan Tanah dan
Batuan dengan Getaran, Bina Aksara, Jakarta.
[10]. Madyanti , 1992. Mekanika Tanah, Edisi IV,
Erlangga, Jakarta.
[11]. Munir, M., 1995. Geologi dan Minerologi
Tanah, Pustaka Jaya, Jakarta.
[12]. Pettijohn , f,j., 1992. Sedimentary Rock,
Prentice Hall Inc, New Jersey.
JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 70-76

76
[13]. Plumer dan Geary, 1991. Physical Geology,
Fith edition Wm.c Brown Publisher, USA.
[14]. Roning, 2004. Pengujian Batu Material
Gamping Madampi Sebagai Bahan Perkerasan
Jalan Raya , Skripsi Fakultas Teknik Unhalu,
Kendari.
[15].Suhendar, 1999. Bahan Galian Industri : Batu
Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan
Indonesia
[16]. Veorhoef,1995. Geologi Untuk Teknik Sipil,
Erlangga, Jakarta.

You might also like