You are on page 1of 5

4.

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan autoimun


SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS
Etiologi
Sistemik lupus eritematosus adalah sebuah penyakit multisistem yang melibatkan
peningkatan ukuran limpanodus maupun beberapa produksi autoantibodi, pembentukan
imunkompleks, dan munculnya beberapa manifestasi klinik. Cahaya matahari (sinar UV
dapat memperburuk penyakit tersebut karena sinar UV membuat penyilangan !"# di dalam
sel. Pelepasan !"# tersebut pada imunogenik (UV terkait dapat mengarahkan kepada
autoimunisasi. #dapun pada reaksi autoimun lainnya diperkirakan memilki perbedaan dalam
hal pemicu ter$adinya toleransi kerusakan. !ua hal yang berkaitan%
a. #kti&asi sel ' poliklonal
b. (erusakan yang dapat ditoleransi
Gambaran Klinis
#danya red butterfly rash pada bagian pipi setelah terpapar cahaya matahari terutama ter$adi
saat usia rema$a pada kalangan perempuan dimana hal tersebut adalah ge$ala klasik dari S)*
dan telah ditampilkan untuk mengarahkan pada pengu$ian a+al dan diagnosis. ,uam tersebut
ter$adi disebabkan darah yang keluar dari pembuluh darah yang rusak (imun kompleks atau
inflamasi di dalam kulit. -alaupun begitu, beberapa studi terbaru telah menun$ukkan bah+a
ketika a+al kemunculan S)* tersebut dapat berupa arthritis (inflamasi pada sendi dan atau
arthralgia (nyeri sendi, diagnosis sering tertunda, meskipun pada faktanya bah+a ge$ala-
ge$ala tersebut adalah tanda a+al yang paling umum (./0 dari studi pasien.
Pemeriksaan Laboratorium
1itung Sel !arah
Penghitungan sel darah putih !a+n mengindikasikan lymphopenia halus neutropenia, hal
tersebut sangat umum pada pasien S)* dan sebagian besar berasal dari autoantibodi ke sel
darah putih. Penghitungan kekurangan trombosit (thrombocytopenia, $uga umum pada
pasien S)* yang dapat mengakibatkan pendarahan yang manifestasinya berupa memar dan
atau ruam. #pabila penghitungan sel darah merah !a+n rendah, mengindikasikan adanya
anemia, sehingga dian$urkan untuk melakukan pemeriksaan direct and indirect Coombs
untuk menentukan apakah anemia tersebut dikarenakan kehadiran autoantibodi yang
merupakan sasaran dari protein di dalam sel darah.
#"# #ssay
!a+n mempunyai sebuah tanda penting untuk #"# titer. #"# merupakan autoantibodi yang
bersifat spesifik untuk protein dan asam nukleat di dalam nucleus. (seperti histon, ds!"#,
ss!"#. Pada #"# assay, serum pasien diencerkan dan
Pemeriksaan Laboratorium Tambaan
Variasi lain pemeriksaan dilakukan (anti-!"#, antifosfolipid, C2 dan C4, pemeriksaan direct
and indiredt Coombs untuk memeriksa tanda abnormalitas karakteristik dari S)*.
#ntibodi #ntifosfolipid
#ntifosfolipid antibody adalah sebuah golongan heterogeneous dari autoantibodi yang dapat
menyebabkan keadaan trombotik, thrombosis &ena dalam atau stroke.
#ntibodi #nti-Sel !arah 3erah
Pada pasien dengan anemia, pemeriksaan direct and indirect Coombs digunakan untuk
menegakkan apakah terdapat tanda dari autoimun anemia hemolitik, hal tersebut dapat ter$adi
pada S)* ketika autoantibodi mela+an eritrosit yang hadir. !alam kasus !a+n, apabila
kedua pemeriksaan direct and indirect Coombs hasilnya negati&e, mengindikasikan bah+a
hal tersebut bukanlah pnyebab anemia.
Pemeriksaan #nti-!"#
Untuk mendukung hasil #"# positif, serum pasien tersebut disaring untuk anti-ds!"# yang
menggunakan sebuah enzim-linked immunosorbent assay (*)4S# dan apabila positif,
sebuah titer ditentukan dengan menggunakan teknik 45#. Sebuah hasil negatif dari
pemeriksaan anti-ds!"# tidak menghilangkan S)* sebagai kemungkinan dalam diagnosis,
karena tidak semua pasien S)* mempunyai antibody anti-!"# (sensiti&itas moderat,
pemeriksaan spesifitas tinggi. -alaupun begitu, titer yang signifikan antara anti-#"# dan
antibodi anti-ds!"#, seperti dalam kasus !a+n, membuat sebuah diagnosis S)* itu sangat
mungkin.
C2 dan C4 komplemen
6ingkat serum C2 berkurang dengan signifikan. Secara umum, tingkat serum C2 dan C4
protein komplemen pada pasien S)* berkurang dikarenakan ikatan imun kompleks dan
mengaktifkan $alur klasik komplemen. akti&asi komplemen memicu kaskade en7imatik di
mana membelah C2 dan C4 dan mengaktifkan produksi fragmen biologis. (ebanyakan
deplesi protein ini sebanding dengan tingkat keparahan penyakit yang diderita. !alam
beberapa kasus, tingkat C2 dan C4 dikatakan 8sesuai9 dengan akti&itas penyakit, dengan
demikian dapat digunakan untuk memantau penyakit dan hal tersebut merupakan respon
terhadap terapi. (eberhasilan terapi imunosupresif direfleksikan dalam peningkatan tingkat
serum C2 dan C4 yang cukup terhadap pemantauan penyakit dari beberapa pasien.
Tera!i
Penderita S)* harus menghindari sinar matahari ke depannya. (ortikosteroid topical dan
hydro:ychloro;uine (Pla;uenil, obat antimalaria yang memiliki manfaat terhadap S)*
untuk alasan yang belum diketahui pastinya, keduanya menun$ukan keefektifan dalam
mengobati ruam< +alaupun, hydro:ychloro;uine $uga telah menun$ukan keefektifannya
dalam mengendalikan arthritis. 6ergatung pada tingkat keparahan arthritis, "S#4! atau dosis
ringan dari kortikosteroid mungkin dapat diberikan, dan dalam banyak kasus pada umumnya
dosis tinggi kortikosteroid akan diperlukan.
Pasien $uga harus dipantau dengan hati-hati karena dapat terbentuknya endapan
imunokompleks dalam glomerulus yang dapat memacu inflamasi dan gromerulonephritis.
Protein atau sel darah merah dalam urin merupakan tanda ter$adinya inflamasi dan terapi
imunosupresif perlu ditingkatkan dan dibarengi oleh administrasi periodic dari
cyclophosphamide intra&ena.
=
Ilustrasi Gambar Renal Patologi !a"a Pen"erita SLE
2
HEPATITIS AUTOIMU#
Proses autoimun yang diperkirakan ter$adi disebabkan oleh penyakit li&er kronik.
1ypergammaglobulinemia, pembengkakan limfosit dan inflamasi sel plasma yang berasal
dari li&er, dan adanya satu atau lebih sirkulasi antibodi $aringan yang merupakan manifestasi
tipikal. 3anifestasi tersebut memberikan kesan patogenitas autoimun pada lokasi organ
terkait.
1epatitis kronis aktif, sebagai contoh adalah suatu kondisi inflamasi yang sering di $umpai
pada perempuan muda. 1al tersebut ditandai oleh pembengkakan limposit dan perubahan
inflamasi sel plasma, yang dimulai dalam saluran portal. Pada beberapa pasien kondisi
tersebut merupak hasil dari sebuah infeksi kronik &irus atau inflamasi, tetapi di lain pihak
se$umlah abnormalitas imunologi ditun$ukan dalam dera$at yang ber&ariasi, tambahan untuk
hypergammaglobulinemia dan kenaikan tingkat eritrosit sedimentasi (Erythrocye
sedimentation rate:ESR. Sebuah kecacatan dalam imunoregulasi sering didemonstrasikan
yang mungkin mengarahkan pada produksi immunoglobulin yang tidak terbendung. Pasien
tersebut memperlihatkan #"# dan antibody anti otot polos. 6inggi dan persisten titet
antibody anti otot polos menun$ukan bentuk autoimun dari hepatitis kronik aktif atau
gangguan &irus seperti infeksi mononukleus.
!alam beberapa kasus penyakit ini disebut sebagai lupoid hepatitis. Pasien dengan hepatitis
kronik aktif yang agresif mempunyai prognosis yang buruk, dan tingkat mortalitas signifikat
yang dilaporan > tahun setelah diagnosis.
?
I#$LAMASI MIOPATHY
Polimiositis dan dermatomiotisis merupakan ekspresi yang paling umum pada kelompok
gangguan inflamasi kronik yang mana dapat disubklasifikasikan ke dalam enam katagori%
=. Polimiositis idopatik primer
?. !ermatomiositis idiopatik primer
3. @abungan polimiositis atau dermatomisitis dengan neoplasia
4. Polimiositis atau dermatomisitis anak
>. @abungan polimiositis atau dermatomiositis dengan penyakit kolagen &ascular
.. @abungan polimiositis atau dermatomisitis dengan infeksi
Semua kelain tersebut mengakibatkan kerusakan otot rangka dengan proses inflamasi
limfosit mengakibatkan kelemahan simetris, terutama otot proksimal.
Polimiositis mungkin dibarengi oleh inflamasi di tempat lain, terutama pada bagian
persendian, paru-paru, dan hati. (ata dermatositis digunakan terhadap kelainan ketika
gambaran klinis dari penyakit yang diiringi oleh manifestasi karakteristik inflamasi pada
kulit.
Penyebab ter$adinya penyimpangan masih belum diketahui, tetapi hal tersebut mungkin
ter$adi akibat pengembangan genetic secara rentan pada indi&idu setelah terpapar agen-agen
lingkungan yang menyebabkan akti&asi imun dan inflamasi. 4nfeksi merupakan hal yang
paling mungkin pada ke$adian a+al. Sebagai bagian dari respon inflamasi terhadap infeksi,
indi&idu tersebut rentan mengalami serangan terus-menerus sel mediasi kekebalan yang terus
menghancurkan otot setelah infeksi akut diberantas.
Polimiositis dan dermatomiositis lebih sering ter$adi pada perempuan, dengan puncak
ter$adinya di masa kanak-kanak dan decade kelima. @e$ala klinisnya ditun$ukan dengan
kelemahan otot proksimal, terkadang disertai nyeri, lelah, dan sedikit kenaikan suhu tubuh,
serta menimbulkan atropi pada penyakit progresif.
'ukti menun$ukan bah+a polimiositis dan dermatositis berasal dari kerusakan imun. 'iopsi
otot pada pasien dengan dermatositis telah menun$ukan &aculitis, deng 4g@ dan deposit
komplemen dalam dinding &essel anak-anak dan $arang pada orang de+asa. 6erdapat $umlah
yang lebih banyak dari limfosit ' dan peningkatan C!4
A
B C!C
A
rasio sel 6. kenaikan
frekuensi akti&asi sel 6 yang telah tercatat pada polimiositis dan dermatositis.
Pasien dengan myositis mempunyai banyak abnormalisasi imunologi. Salah satu kelainan
imunologi yang ditun$ukan berupa penargetan oleh autoantibodi dari sitoplasma protein dan
asam ribonukleat tertentu (,"# yang terlibat dalam proses sintesis protein. #utoantibodi
tersebut hanya ditemukan pada pasien dengan myositis dan diketahui sebagai myositis-
specific autoantibodies (3S#s. 3S#s adalah antigen yang didorong, beberapa bulan
sebelum kemunculan myositis, berhubungan dalam titer dengan akti&itas penyakit,
menghilang lama setelah remisi lengkap, serta mengikat dan menghambat fungsi en7im
autoantigenik manusia yang ditu$u pada &itro assay.
?
=
@orc7ynski, ,eginald 3., Dac;ueline Stanley.?//..Problem-Based immunology.China%*lse&ier
?
6urgeon, 3ary )ouise.?//E.mmunology !nd Serology n "aboratory #edecine Ed.
$.China%*lse&ier
2
https%BB+++.google.co.idBsearch

You might also like