Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan autoimun
SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS Etiologi Sistemik lupus eritematosus adalah sebuah penyakit multisistem yang melibatkan peningkatan ukuran limpanodus maupun beberapa produksi autoantibodi, pembentukan imunkompleks, dan munculnya beberapa manifestasi klinik. Cahaya matahari (sinar UV dapat memperburuk penyakit tersebut karena sinar UV membuat penyilangan !"# di dalam sel. Pelepasan !"# tersebut pada imunogenik (UV terkait dapat mengarahkan kepada autoimunisasi. #dapun pada reaksi autoimun lainnya diperkirakan memilki perbedaan dalam hal pemicu ter$adinya toleransi kerusakan. !ua hal yang berkaitan% a. #kti&asi sel ' poliklonal b. (erusakan yang dapat ditoleransi Gambaran Klinis #danya red butterfly rash pada bagian pipi setelah terpapar cahaya matahari terutama ter$adi saat usia rema$a pada kalangan perempuan dimana hal tersebut adalah ge$ala klasik dari S)* dan telah ditampilkan untuk mengarahkan pada pengu$ian a+al dan diagnosis. ,uam tersebut ter$adi disebabkan darah yang keluar dari pembuluh darah yang rusak (imun kompleks atau inflamasi di dalam kulit. -alaupun begitu, beberapa studi terbaru telah menun$ukkan bah+a ketika a+al kemunculan S)* tersebut dapat berupa arthritis (inflamasi pada sendi dan atau arthralgia (nyeri sendi, diagnosis sering tertunda, meskipun pada faktanya bah+a ge$ala- ge$ala tersebut adalah tanda a+al yang paling umum (./0 dari studi pasien. Pemeriksaan Laboratorium 1itung Sel !arah Penghitungan sel darah putih !a+n mengindikasikan lymphopenia halus neutropenia, hal tersebut sangat umum pada pasien S)* dan sebagian besar berasal dari autoantibodi ke sel darah putih. Penghitungan kekurangan trombosit (thrombocytopenia, $uga umum pada pasien S)* yang dapat mengakibatkan pendarahan yang manifestasinya berupa memar dan atau ruam. #pabila penghitungan sel darah merah !a+n rendah, mengindikasikan adanya anemia, sehingga dian$urkan untuk melakukan pemeriksaan direct and indirect Coombs untuk menentukan apakah anemia tersebut dikarenakan kehadiran autoantibodi yang merupakan sasaran dari protein di dalam sel darah. #"# #ssay !a+n mempunyai sebuah tanda penting untuk #"# titer. #"# merupakan autoantibodi yang bersifat spesifik untuk protein dan asam nukleat di dalam nucleus. (seperti histon, ds!"#, ss!"#. Pada #"# assay, serum pasien diencerkan dan Pemeriksaan Laboratorium Tambaan Variasi lain pemeriksaan dilakukan (anti-!"#, antifosfolipid, C2 dan C4, pemeriksaan direct and indiredt Coombs untuk memeriksa tanda abnormalitas karakteristik dari S)*. #ntibodi #ntifosfolipid #ntifosfolipid antibody adalah sebuah golongan heterogeneous dari autoantibodi yang dapat menyebabkan keadaan trombotik, thrombosis &ena dalam atau stroke. #ntibodi #nti-Sel !arah 3erah Pada pasien dengan anemia, pemeriksaan direct and indirect Coombs digunakan untuk menegakkan apakah terdapat tanda dari autoimun anemia hemolitik, hal tersebut dapat ter$adi pada S)* ketika autoantibodi mela+an eritrosit yang hadir. !alam kasus !a+n, apabila kedua pemeriksaan direct and indirect Coombs hasilnya negati&e, mengindikasikan bah+a hal tersebut bukanlah pnyebab anemia. Pemeriksaan #nti-!"# Untuk mendukung hasil #"# positif, serum pasien tersebut disaring untuk anti-ds!"# yang menggunakan sebuah enzim-linked immunosorbent assay (*)4S# dan apabila positif, sebuah titer ditentukan dengan menggunakan teknik 45#. Sebuah hasil negatif dari pemeriksaan anti-ds!"# tidak menghilangkan S)* sebagai kemungkinan dalam diagnosis, karena tidak semua pasien S)* mempunyai antibody anti-!"# (sensiti&itas moderat, pemeriksaan spesifitas tinggi. -alaupun begitu, titer yang signifikan antara anti-#"# dan antibodi anti-ds!"#, seperti dalam kasus !a+n, membuat sebuah diagnosis S)* itu sangat mungkin. C2 dan C4 komplemen 6ingkat serum C2 berkurang dengan signifikan. Secara umum, tingkat serum C2 dan C4 protein komplemen pada pasien S)* berkurang dikarenakan ikatan imun kompleks dan mengaktifkan $alur klasik komplemen. akti&asi komplemen memicu kaskade en7imatik di mana membelah C2 dan C4 dan mengaktifkan produksi fragmen biologis. (ebanyakan deplesi protein ini sebanding dengan tingkat keparahan penyakit yang diderita. !alam beberapa kasus, tingkat C2 dan C4 dikatakan 8sesuai9 dengan akti&itas penyakit, dengan demikian dapat digunakan untuk memantau penyakit dan hal tersebut merupakan respon terhadap terapi. (eberhasilan terapi imunosupresif direfleksikan dalam peningkatan tingkat serum C2 dan C4 yang cukup terhadap pemantauan penyakit dari beberapa pasien. Tera!i Penderita S)* harus menghindari sinar matahari ke depannya. (ortikosteroid topical dan hydro:ychloro;uine (Pla;uenil, obat antimalaria yang memiliki manfaat terhadap S)* untuk alasan yang belum diketahui pastinya, keduanya menun$ukan keefektifan dalam mengobati ruam< +alaupun, hydro:ychloro;uine $uga telah menun$ukan keefektifannya dalam mengendalikan arthritis. 6ergatung pada tingkat keparahan arthritis, "S#4! atau dosis ringan dari kortikosteroid mungkin dapat diberikan, dan dalam banyak kasus pada umumnya dosis tinggi kortikosteroid akan diperlukan. Pasien $uga harus dipantau dengan hati-hati karena dapat terbentuknya endapan imunokompleks dalam glomerulus yang dapat memacu inflamasi dan gromerulonephritis. Protein atau sel darah merah dalam urin merupakan tanda ter$adinya inflamasi dan terapi imunosupresif perlu ditingkatkan dan dibarengi oleh administrasi periodic dari cyclophosphamide intra&ena. = Ilustrasi Gambar Renal Patologi !a"a Pen"erita SLE 2 HEPATITIS AUTOIMU# Proses autoimun yang diperkirakan ter$adi disebabkan oleh penyakit li&er kronik. 1ypergammaglobulinemia, pembengkakan limfosit dan inflamasi sel plasma yang berasal dari li&er, dan adanya satu atau lebih sirkulasi antibodi $aringan yang merupakan manifestasi tipikal. 3anifestasi tersebut memberikan kesan patogenitas autoimun pada lokasi organ terkait. 1epatitis kronis aktif, sebagai contoh adalah suatu kondisi inflamasi yang sering di $umpai pada perempuan muda. 1al tersebut ditandai oleh pembengkakan limposit dan perubahan inflamasi sel plasma, yang dimulai dalam saluran portal. Pada beberapa pasien kondisi tersebut merupak hasil dari sebuah infeksi kronik &irus atau inflamasi, tetapi di lain pihak se$umlah abnormalitas imunologi ditun$ukan dalam dera$at yang ber&ariasi, tambahan untuk hypergammaglobulinemia dan kenaikan tingkat eritrosit sedimentasi (Erythrocye sedimentation rate:ESR. Sebuah kecacatan dalam imunoregulasi sering didemonstrasikan yang mungkin mengarahkan pada produksi immunoglobulin yang tidak terbendung. Pasien tersebut memperlihatkan #"# dan antibody anti otot polos. 6inggi dan persisten titet antibody anti otot polos menun$ukan bentuk autoimun dari hepatitis kronik aktif atau gangguan &irus seperti infeksi mononukleus. !alam beberapa kasus penyakit ini disebut sebagai lupoid hepatitis. Pasien dengan hepatitis kronik aktif yang agresif mempunyai prognosis yang buruk, dan tingkat mortalitas signifikat yang dilaporan > tahun setelah diagnosis. ? I#$LAMASI MIOPATHY Polimiositis dan dermatomiotisis merupakan ekspresi yang paling umum pada kelompok gangguan inflamasi kronik yang mana dapat disubklasifikasikan ke dalam enam katagori% =. Polimiositis idopatik primer ?. !ermatomiositis idiopatik primer 3. @abungan polimiositis atau dermatomisitis dengan neoplasia 4. Polimiositis atau dermatomisitis anak >. @abungan polimiositis atau dermatomiositis dengan penyakit kolagen &ascular .. @abungan polimiositis atau dermatomisitis dengan infeksi Semua kelain tersebut mengakibatkan kerusakan otot rangka dengan proses inflamasi limfosit mengakibatkan kelemahan simetris, terutama otot proksimal. Polimiositis mungkin dibarengi oleh inflamasi di tempat lain, terutama pada bagian persendian, paru-paru, dan hati. (ata dermatositis digunakan terhadap kelainan ketika gambaran klinis dari penyakit yang diiringi oleh manifestasi karakteristik inflamasi pada kulit. Penyebab ter$adinya penyimpangan masih belum diketahui, tetapi hal tersebut mungkin ter$adi akibat pengembangan genetic secara rentan pada indi&idu setelah terpapar agen-agen lingkungan yang menyebabkan akti&asi imun dan inflamasi. 4nfeksi merupakan hal yang paling mungkin pada ke$adian a+al. Sebagai bagian dari respon inflamasi terhadap infeksi, indi&idu tersebut rentan mengalami serangan terus-menerus sel mediasi kekebalan yang terus menghancurkan otot setelah infeksi akut diberantas. Polimiositis dan dermatomiositis lebih sering ter$adi pada perempuan, dengan puncak ter$adinya di masa kanak-kanak dan decade kelima. @e$ala klinisnya ditun$ukan dengan kelemahan otot proksimal, terkadang disertai nyeri, lelah, dan sedikit kenaikan suhu tubuh, serta menimbulkan atropi pada penyakit progresif. 'ukti menun$ukan bah+a polimiositis dan dermatositis berasal dari kerusakan imun. 'iopsi otot pada pasien dengan dermatositis telah menun$ukan &aculitis, deng 4g@ dan deposit komplemen dalam dinding &essel anak-anak dan $arang pada orang de+asa. 6erdapat $umlah yang lebih banyak dari limfosit ' dan peningkatan C!4 A B C!C A rasio sel 6. kenaikan frekuensi akti&asi sel 6 yang telah tercatat pada polimiositis dan dermatositis. Pasien dengan myositis mempunyai banyak abnormalisasi imunologi. Salah satu kelainan imunologi yang ditun$ukan berupa penargetan oleh autoantibodi dari sitoplasma protein dan asam ribonukleat tertentu (,"# yang terlibat dalam proses sintesis protein. #utoantibodi tersebut hanya ditemukan pada pasien dengan myositis dan diketahui sebagai myositis- specific autoantibodies (3S#s. 3S#s adalah antigen yang didorong, beberapa bulan sebelum kemunculan myositis, berhubungan dalam titer dengan akti&itas penyakit, menghilang lama setelah remisi lengkap, serta mengikat dan menghambat fungsi en7im autoantigenik manusia yang ditu$u pada &itro assay. ? = @orc7ynski, ,eginald 3., Dac;ueline Stanley.?//..Problem-Based immunology.China%*lse&ier ? 6urgeon, 3ary )ouise.?//E.mmunology !nd Serology n "aboratory #edecine Ed. $.China%*lse&ier 2 https%BB+++.google.co.idBsearch