You are on page 1of 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Limbah merupakan sisa yang tidak digunakan pada proses pengolahan
suatu industri atau pabrik. Salah satu industri penghasil limbah batubara adalah
industri oleokimia, dimana batubara dipakai sebagai bahan bakar pada proses
pemanasan oil thermal. Abu batubara tersebut dapat berupa abu terbang, abu
dasar dan lumpur flue gas desulfurization. Abu tersebut selanjutnya dipindahkan
ke lokasi penimbunan abu dan terakumulasi di lokasi tersebut dalam jumlah yang
sangat banyak. Dengan bertambahnya jumlah abu batubara maka perlu ada usaha-
usaha untuk memanfaatkan limbah padat tersebut. Hingga saat ini abu batubara
tersebut belum banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri semen dan beton,
bahan pengisi untuk bahan tambang dan bahan galian serta berbagai pemanfaatan
lainnya (Sri Mulyasih,2010).
Material fly ash yang berasal dari sisa pembakaran batu bara dan
merupakan limbah industri, sampai saat ini masih belum ditemukan penggunaan
yang tepat, sedangkan produksi limbah batu bara ini semakin meningkat dari
tahun ke tahun jauh melebihi dari permintaan pasar. Harga jual dari material fly
ash ini sangatlah murah, oleh karena itu penelitian tentang penggunaan material
fly ash yang tepat terus berkembang, hal ini disebabkan material fly ash
memiliki potensi untuk dibuat bahan bangunan dengan mutu yang baik namun
biaya produksinya relatif murah. Menurut perhitungan empiris yang dilakukan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan dari batu bara yang
dibakar tiap satu ton akan menghasilkan abu batu bara (fly ash) sekitar 15% -17
%. Sampai saat ini limbah hasil pabrik ini belum dimanfaatkan secara optimal
dikarenakan belum adanya solusi pemanfaatan yang tepat (Endah Safitri,2009).
Universitas Sumatera Utara
Abu terbang batubara (fly ash) memiliki sifat sebagai pengikat jika
dicampur dengan air. Disamping itu juga merupakan pengikat pasir. Pasir silika
mempunyai sifat hidrophilic, yaitu sifat yang dimiliki sebuah material untuk
menarik dan mengikat air pada permukaannya. Sehingga jika abu terbang
batubara (fly ash) dicampur dengan air dan pasir, maka terjadi ikatan di antara abu
terbang batubara dan pasir yang mengakibatkan berkurangnya celah atau pori-
pori di antara butiran pasir ( Alex Budiarto, 2007), selain itu juga dapat
ditambahkan abu dasar (bottom ash) dari limbah batubara tersebut yang dapat
mengurangi pemakaian pasir pada pembuatan batako tersebut.
Selain limbah batubara limbah yang digunakan adalah limbah padat
(sludge) industri pengolahan karet. Limbah ini berbentuk padatan yang diperoleh
dari hasil pengolahan limbah cair melalui proses aerasi dan koagulasi, dimana
limbah padat ini masih belum dimanfaatkan (terbuang begitu saja) dan hanya
dimanfaatkan sebagian kecil sebagai pupuk tanaman oleh perusahaan karena
adanya kandungan logam zink dan sebagai material untuk menimbun jalan.
Ng Khung Loon (2008) telah melakukan penelitian pembuatan batako
dengan menggunakan sludge (limbah padat) yaitu sludge industri kertas dimana
batako yang dihasilkan memiliki nilai kuat patah 2,42 MPa dan nilai kuat tarik
1,05 MPa. Volume optimum penambahan paper sludge adalah 15% dengan
waktu pengeringan 28 hari. Menurut Berlian Sihombing (2009) limbah padat
(sludge) industri kertas dapat dipakai pada pembuatan batako ringan sebanyak
60% volume yang menghasilkan nilai kuat tekan 9,1 MPa, kuat tarik 1,83 MPa
dan nilai kuat patah 1,19 MPa.
Batako merupakan bahan bangunan sebagai alternatif pengganti batu bata
yang dibuat sebagai campuran semen , pasir dan air dengan komposisi tertentu
dan berfungsi sebagai dinding. Komposisi bahan ini sangat menentukan terhadap
kualitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu batako adalah jenis semen
yang digunakan , ada tidaknya bahan tambahan,agregat yang digunakan,
Universitas Sumatera Utara
kelembaban dan suhu ketika pengeringan serta kecepatan pembebanan (Binawan
Setia,2010).
Dalam penelitian ini akan mencoba menguasai teknologi pembuatan
batako dari campuran air, semen, pasir, dan limbah abu terbang batubara (fly
ash),limbah dasar abu batubara (bottom ash) dan limbah padat pabrik karet
(sludge) yang menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup besar. Selama ini
pemanfaatan limbah padat tersebut belum optimal. Sebagian kecil limbah hanya
dimanfaatkan sebagai tanah urugan pada area di sekitar pabrik, sedangkan
sisanya ditimbun begitu saja. Apabila keadaan ini dibiarkan terus-menerus, maka
semakin lama pabrik akan kekurangan lahan untuk penimbunan limbah sehingga
dimungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian diperlukan
upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif adalah
dengan melakukan daur ulang limbah menjadi bahan bangunan seperti batako .
Sehingga dengan memanfaatkan limbah abu terbang batubara (fly ash),limbah
dasar abu btubara (bottom ash) dan limbah padat (sludge) pabrik karet sebagai
agrerat batako diharapkan dapat tercapai penyerapan air <35% dengan kekuatan
mekanik 2-7 MPa (menurut PUBI 1982).
1.2 Perumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah limbah abu terbang batubara (fly ash), limbah abu dasar batubara
(bottom ash) dan limbah padat (sludge) industri karet dapat dipakai sebagai
bahan campuran/aditif pembuatan batako ?
2. Bagaimana komposisi optimum pada pembuatan batako dengan
menggunakan limbah abu terbang batubara (fly ash), limbah abu dasar
batubara (bottom ash) dan limbah padat (sludge) industri karet pada
pembuatan batako ?

Universitas Sumatera Utara
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada :
1. Limbah batubara yang dipakai adalah limbah abu terbang (fly ash) dan
limbah abu dasar batubara (bottom ash) yang diperoleh dari sisa pembakaran
salah satu industri oleokimia yang ada di KIM 2 Medan, sedangkan limbah
padat (sludge) industri karet diperoleh dari industri pengolahan karet di
Tanjung Morawa.
2. Pengujian karakteristik sampel batako dilakukan setelah pengeringan secara
alami selama 28 hari, dengan jenis jenis pengujian sebagai berikut : Uji
Densitas, Uji Penyerapan Air, Uji Tekan (Compressive Strength), Uji Patah
(Bending Strength), dan Uji Hammer test dan Uji foto Mikroskopik .

1.4. Tujuan Penelitian
Dari uraian di atas maka dapatlah dirumuskan tujuan penelitian ini :
1. Memanfaatkan limbah abu terbang batubara (fly ash), limbah abu dasar
batubara (bottom ash) dan limbah padat (sludge) industri karet untuk
pembuatan batako.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh abu terbang batubara (fly ash), limbah
dasar batubara (bottom ash) dan limbah padat (sludge) industri karet
terhadap karakteristik batako.
3. Mengetahui logam bahan beracun berbahaya yang terkandung didalam
limbah abu terbang batubara dan limbah padat (sludge) industri karet.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Tambahan informasi tentang karakteristik batako yang menggunakan
limbah abu terbang batubara ( fly ash), abu dasar batubara (bottom ash) dan
limbah padat (sludge) industri karet pada komposisi semen, pasir dan air.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi kepada industri pemakai batubara dan industri
pengolahan karet cara pengolahan limbahnya untuk mengurangi
pencemaran lingkungan.

1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian laboratorium dengan beberapa tahapan yaitu
tahap analisis logam B3, preparasi bahan batako, tahap pembuatan batako
dan tahap karakterisasi dengan menggunakan uji densitas, uji penyerapan air,
uji tekan (compressive strength), uji patah (bending strength), uji hammer
test dan uji foto mikroskopik.
Yang menjadi variabel tetap pada penelitian ini adalah komposisi semen ,
pasir dan air sedangkan variabel bebas adalah komposisi bottom ash dan fly
ash dan limbah padat (sludge) industri karet. Yang menjadi parameter
(variable terikat) pada penelitian ini adalah :
1. Kuat tekan (Compressive Strength)
2. Kuat patah (Bending Strength)
3. Hammer test
4. Densitas
5. Serapan air
6. Foto mikroskopik
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian, Laboratorium
Kimia Polimer Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Laboratorium
pengujian beton Dinas PU Kab.Langkat, Uji foto mikroskopik di
Laboratorium Geologi kuarter Bandung dan Uji logam B3 dengan ICP
Spektrometer di Laboratorium Balai Laboratorium Kesehatan Pemprovsu.

Universitas Sumatera Utara

You might also like