You are on page 1of 11

ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena peyempitan ateri
koronaria akibar proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit
yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju dan di Negara berkembang. Di
USA setiap tahunnya 550.000 orang meningggal karena penyakit ini. Di EROPA di perhitungkan 20-40.000
orang dari 1 juta pendudul menderita PJK.
Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dr tahun ke
tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang tahun (2000-an) dapat dipastikan, kecendrungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan
generative.
Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris. Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis
dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard.
Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70% penyempitan arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul
akibat angina pectoris stabil (APS, stable angina) dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan
menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak
(heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.

BAB II
ISI
ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot
jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner.
Ketidak mampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan
oleh penyumbatan athroma (plak)

B. Etiologi
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara
turun temurun (keturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan
pembentukan paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika
anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan
diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber
dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan
kurangnya olah raga.
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang
kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang.
Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya
lemak, Merokok, Malas berolah raga.
Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol
LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka
resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa
menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat
atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas berolah raga, Kadar trigliserida tinggi #
Keturunan # Steroid pria (androgen).

B. Tanda dan gejala :
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak
kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
Sesak napas
Berdebar-debar
Denyut jantung lebih cepat
Pusing
Mual
Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama
kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit
ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.
Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka
kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai
berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan
besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan
kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam
kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin
(Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:
Berhenti merokok
Menurunkan tekanan darah
Mengurangi berat badan
#Melakukan olah raga.

C. Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan
masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri
koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini
terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner).
Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut
dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan
menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala
diantaranya adalah nyeri dada.

D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa
terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis
sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi.
Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur
di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan
darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
angina dan serangan jantung (infark miokardial).
Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang
yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam.
Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas
jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
E. Penatalaksanaan :


Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
- Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat
badan sehat.
- Berhenti merokok
- Olah raga
- Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
- Kurangi stress
Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat
lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
- Obat penurun kolesterol
- Anti koagulan
- Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
- Penyekat ACE
- Penyekat BETA
- Penyekat kalsium
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Obat Trombolitik
Prosedur khusus :
- Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini
meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
- Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian
tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada
dan mencegah serangan jantung
- Latihan / exercise
Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada
dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan
penyakit jantung koroner.

D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner
a. Biodata Pasien
Nama : Tn S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP tamat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang

b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Suku/bangsa : aceh/Indonesia
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan pertamina
Hubungan dg pasien : Ayah
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang

c. Keluhan Utama
Sesak nafas.

d. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Selama 3 bulan klien merasakan sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari kemarin sesak
bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit berkurang bila pasien duduk
malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar, karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah
berat klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya dan masuk ruangan Cardiology.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000 dan tidak
kontrol secara teratur.
Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan
kadang klien (2x) kontrol ke RS Batu Malang.
Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun yang lain

3. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi, penyakit
DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli
obat kemudian sembuh.
e. Pola Aktifitas Sehari hari (Activity Daily Living)
NO AKTIFITAS DI R U M A H DI RUMAH SAKIT
SEHAT SAKIT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari
nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack,
pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 6 7 gelas /hari air putih kadang kadang
teh. Makan 3 kali sehari porsi 4 5 sendok makan, sedikit sayur dan lauk
Minum 5 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1
kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 3 sendok makan nafsu makan menurun
karena sesak dan sakitnya Minum 4 5 gelas/hari air putih
2 Pola Eliminasi Bab 1 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak
dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB 3 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam
proses BAK tak nyeri.
BAB sejak 2 hari yng lalu baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC jumalh faeces
tak terobservasi.
BAK 3 4 kali/hari warna kuning jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS klien belum
buang air besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada hambatan dan tidak ada
endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine tampung saat dikaji 500 cc.

3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 8 jam
Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 2 jam
mulai jam 14.00 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 8 jam sulit
untuk tidur dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu untuk istirahat
Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa
tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur malam posisi setengah
duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak.
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai
handuk.
Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shmphoo
dan ganti baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang hanya menyeka badan tidak
keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang mandi dibantu oleh keluarga.
Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum
mandi/dimandikan.

5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30 sampai
dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk
nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya istirahat di tempat tidur klien
hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti pakaian, mandi sementara, tidak melakukan,
aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain. Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu
keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien mengatakan badan terasa lemas.
6. Ketergantungan Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman (beralkohol),
Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien
mendapatkan program therapy dari dokter.
f. Data Psikology
Status emosi
Labil, terbukti klien sering melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh sesak, dan badan
terasa sakit semua, volume suara datar
Konsep Diri
1. Body Image
Klien merasa sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter perawat
dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang
2. Self Ideal
Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut klien hal ini
adalah untuk kesembuhannya.
3. Self esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan
mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya
4. Role
Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien mematuhi
ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak diam.
5. Identitas
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu.
Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya.

g. Data Sosial
1. Pendidikan : tamat SMP
2. Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir
3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara lemah,
volume suara datar
Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari
sakitnya
4. Pola Interaksi
Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya, Klien mengatakan hubungan dengan semua
anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga yang datang
menjenguk dan menungguinya.
h. Data Spiritual
Klien mengatakan beragama islam
Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan
mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya.
Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya, Klien
mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

i. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1. Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi duduk pasien tampak lemah dan
tampak sakit sedang.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6
3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg
4. Tanda vital : T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5
o
C RR : 32 x/menit
Secara khusus (Chepalo Cauda)
1. Kepala dan leher
a. Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut
b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri
tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan adanya kutu
c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal
d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan
gelisah.
e. Mata Simetris, kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi
penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat
f. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah, tidak terdapat
adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O
2
nasal kanule pernafsan cepat dan dangkal 32
x/menit
g. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih tidak didapatkan
adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa
menjawab pertanyaan dengan spontan
h. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih tidak ada caries,
tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan dan menelan baik tidak
dirasakan adanya nyeri tekan.
i. Leher : Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar lymfe, movement
bebas dan maksimal, fungsi menelan baik.
2. Pemeriksaan Thorak
a. Pulmonum
Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang berlebihan, pernafasan dan
irama cepat dan dangkal, tidak tampak adanya bekas luka.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada
pernafasan tertinggal.
Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri, pembesaran paru tidak ada
Auskultasi : Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada kedua paru.
b. Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill
tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung
Batas kanan : pada sternal kanan
Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung

3. Abdoment
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel, perut datar dan tidak
membuncit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal
Perkusi : Suara tympani perut
Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 10 x/menit)
4. Ekstremitas
ATAS : Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal, tangan kiri
terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik

Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada
luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem.
5. Integument
Turgor baik, warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal
Tidak ada kelainan pada kulit

























1. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
Klien mengatakan
nafas sesak.
Klien mengatakan
badan terasa lemah.
Klien mengatakan
nafsu makan menurun
DO :
Keadaan umum
lemah
Pernafasann cepat
dan dangkal
Klien nampak kusut
dan kurang bersemangat
Segala aktifitas
dibantu perawat dan keluarga
diatas tempat tidur
Kelemahan fisik
sekunder terhadap suplay O
2

yang tidak adekuat ADL
Klien hanya
berbaring diatas tempat tidur
Penarikan ICS
Pandangan mata sayu
Klien tampak kurang
bersemangat
Terpasng O
2
nasal
kanule
T : 170/130 mmHg
N : 100 x/menit
R : 32 x/menit
T : 36 5
o
C
Porsi makan yang
disediakan RS tidak habis
Makan hanya kurang
lebih 2 3 sendok makan.
1. peningkatan
permeabilitas alveoli.
2. ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
miokard.
3. nafsu makan menurun
sekunder terdadap pola nafas
yang tidak efektif.
1. Gangguan pertukaran
gas.
2. Intoleran aktivitas.



3. Nutrisi kurang dari
kebutuhan.





















RENPRA


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1.










2.













3.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas alveoli.








Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan.









menurun sekunder terdadap pola
nafas yang tidak efektif.
Gangguan pertukaran
gas akan terkurangi
yang dibuktikan
dengan status
pernapasan :
pertukaran gas dan
status pernafasan :
ventilasi tidak
bermasalah.


Pasien mampu aktif
untuk memulai dan
memelihara aktifitas
dan mampu
beraktivitas.









Mempertahankan
berat badan.
Menjelaskan
komponen
keadekuatan diet
bergizi

Kaji bunyi paru,
frekuensi
napas,kedalaman dan
usaha.
Pantau saturasi
O
2
dengan oksimeter
nadi.
Pantau status mental
ex : tngkat kesadaran.


Bantu
pasien/keluarga untuk
memonitor sendiri
kemajuannya
terhadap tujuan yang
ingin dicapai.
Bantu dengan
aktifitas fisik teratur,
ex :ambulansi,
transfer, berpindah
dan perawatan
pribadi (sesuai
kebutuhan).



Bantuan menaikkan
berat badan : fasilitasi
pencapaian kenaikan
berat badan.
Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah kebiasaan
makan.
Timbang pasien pada
interval yang tepat.

PENYAKIT JANTUNG KORONER

I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi)
yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi
endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya. Pembuluh darah koroner merupakan
penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik.
B. Etiologi
1. 98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria.
2. 2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain.
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak fibrosa (fibrous
plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian
aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti
: hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang abnormal.
Penyakit jantung koroner (PJK) dapat juga disebabkan antara lain:
1. Hipertensi
2. Kolesterol darah
3. Merokok
4. Diet
5. Usia
6. Sex
7. Kurang latihan
8. Turunan
C. Patofisiologi
1. Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai
oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan
kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung
(infark miokard). Ventriekel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark,
hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik
sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam
laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan
depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi
ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya
memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah
jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina
pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
2. Angina
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable
angina), angina variant (angina prinzmetal).
a. Angina Pectoris Stabil
Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak
lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat
b. Angina Pectoris tidak Stabil
Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi
peningkatan rasa nyeri
c. Angina Varian
Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner
3. Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan
kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti
berkontraksi secara permanen.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dapat berupa :
1. Tanpa gejala
2. Angina pektoris
3. Infark miokard akut
4. Aritmia
5. Payah jantung
6. Kematian mendadak
E. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan
bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu
2. Dalam hal hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan bahan radio aktif
3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung
kotoner
4. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk
menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5. Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb:
1. Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan
faktor faktor resiko
- Tidak merokok
- Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
- Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
- Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
- Pemakaian obat oabatan untk mengatasi iskemia miokard
- Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
- Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
- Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
2. Pemakaian obat oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3. Pengobatan terhadap akibat akibat dari iskemia miokard, misalnya :
- Aritmia
- Gagal jantung
4. Pengobatan revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan obat obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu
kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari:
- Angioplasti koroner
- Bedah pintas koroner
5. Penanggulangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita penyakit jantung koroner antara lain:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah
baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
B. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung
- Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
- Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi :
- Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
- Catat bunyi jantung
- Palpasi nadi perifer
- Pantau TD
- Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah
baring lama/immobilisasi.
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan
dan kelelahan.
Intervensi:
- Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
- Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan
pucat.
- Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
- Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi
nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.
- Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi:
- Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
- Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
- Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
- Pantau TD
- Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
- Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
- Konsul dengan ahli diet.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
- Pantau bunyi nafas, catat krekles
- Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
- Dorong perubahan posisi.
- Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
- Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
- Mempertahankan integritas kulit
- Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
- Pantau kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
- Pijat area kemerahan atau yang memutih
- Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
- Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
- Hindari obat intramuskuler
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
- Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
- Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi :
- Diskusikan fungsi jantung normal
- Kuatkan rasional pengobatan.
- Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
- Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
C. Evaluasi
1. Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
2. Pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang optimal.
3. Paiesn mempertahankan tingkat aktivitas.
4. Pasien dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
5. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
6. Pasien dapat menghindari resiko infeksi.
7. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
8. Pasien dan keluarga menunjukkan penurunan rasa takut yang berhubungan dengan prosedur dan kurang
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sylvia & Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Kesehatan Anak FKUI, 1985, I lmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta.
Staf Pengajar Patologi Anatomi FKU Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi I I , FKU Airlangga,
Jakarta.
Staf Pengajar FKUI, 1986, Patologi, FKUI, Jakarta.
Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit Fajar Interpratama,
Jakarta.
Tierney, dkk., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Underwood, 1997, Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

You might also like