You are on page 1of 44

Presentasi kasus

Miastenia Gravis
Ori Aprisia Putri
I11108023
Identitas
Nama : Ny. L
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Dusun Gutok DS Ansiap
Kecamatan Sadaniang Kab
Pontianak
Tanggal masuk: 12 April 2014
Keluhan Utama
Pasien merasa lemah pada seluruh badan, serta
pasien merasa sulit untuk membuka kedua
kelopak mata.

1 tahun yang lalu
pasien merasa lemah
pada kedua tangan
dan kaki , perasaan
lemah semakin
bertambah disertai
kesulitan dalam
membuka kelopak
mata
3 bulan yang
lalu pasien
merasa sulit
untuk menelan
disertai
kesulitan
untuk
bernafas, suara
sedikit sengau
dan serak saat
berbicara
Keluhan dirasakan
berkurang saat pagi
hari dan bertambah
saat menjelang
siang dan malam
hari
Kemudian pasien berhenti
bekerja, Pasien melakukan
pengobatan di RS singkawang,
pasien mengatakan sudah
berobat sejak setahun yang lalu,
dan merasa baik dengan
pengobatan tersebut
Pasien mengatakan bahwa
persediaan obat untuk
mestinon habis di tempat
pasien berobat sehingga
pasien dibawa ke RSUD
Sudarso
Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari pertama di
RSUD Soedarso,
pasien masih bisa
berbicara beberapa
kata, makan, dan
minum akan tetapi
sulit untuk
membuka mata dan
menggerakan
anggota gerak badan
Perlahan-
lahan kondisi
pasien
semakin
membaik
dengan
pengobatan .
3 hari di rawat
pasien merasa
membaik, pasien
sudah mulai bisa
membuka kelopak
mata serta
menggerakan
sedikit demi sedikit
anggota gerak dan
badan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya, dan pasien tidak mempunyai
riwayat kejang dan demam disangkal
Riwayat HT dan DM disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Keluarga
pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan
berobat menggunakan BPJS
Riwayat sosioekonomi
Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal
Sakit Kepala
Sistem kardiovaskuler
dada terasa berdebar
Sistem respiratorius
Sistem gastrointestinal
Sistem urogenitalis
Sistem muskuloskeletal
Sistem integumental

Pemeriksaan Fisik

15 April 2014 pukul 15.00
Status
Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kualitatif: Kompos mentis
Kuantitatif: E4V6M5 = 15
Tanda vital
TD 110/80 mmHg, Nadi 80 x/ menit,
reguler, isi cukup, Respirasi 20 x/menit,
teratur, sifat pernapasan torakalabdominal,
Suhu 36 C
konjungtiva anemis - / -, sklera ikterik - / -, discharge - / -
Kepala
deviasi trakea (-), kelenjar tiroid tidak membesar, kelenjar
limfe tidak membesar.
Leher
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di SIC 5, kurang lebih 1
jari medial dari linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan = SIC 5 linea parasternalis dextra,
Batas kiri = SIC 5 linea midclavicula kiri, Punggung jantung =
SIC 3 linea parasternalis kiri
Auskultasi :bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-
)
Jantung
Inspeksi :statis: simetris, dinamis:gerakan simetris.
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-) , wheezing (-/-)
Paru
Inspeksi: bentuk tidak datar, simetris, tidak ada massa atau
benjolan.
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdominal, kecuali
di daerah pekak hati, pembesaran hati (-), pembesaran limpa (-
)
Palpasi : hati tidak teraba, limpa tidak teraba
Abdomen
Ektremitas atas dan bawah : akral hangat, capillary refill
kurang dari 2 detik, edema (-), deformitas (-)
Kulit : warna kuning langsat, turgor kulit baik.
Ekstremitas
Tingkah laku : tenang
Perasaan hati : baik
Orientasi : baik
Kecerdasan : baik
Daya ingat : Jangka panjang, jangka
mengengah, jangka pendek, dan segera baik

GCS 15, E
4
M
6
V5
Sikap tubuh : Pasien dalam keadaan berbaring
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kaku kuduk (-)
Vegetatif: terpasang kateter


Kanan Kiri
N. I Daya Pembau Normosmia (+/+)
N. II Daya Penglihatan Baik , visus 6/6
N. III Ptosis +

+
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas +/+
Gerakan mata ke bawah +/+
Ukuran pupil 3 mm
Bentuk pupil Bulat
Reflek cahaya langsung + +
Strabismus divergen - -
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
N. IV Gerakan mata ke lateral bawah Tidak dapat dinilai
Strabismus konvergen - -
N. V Menggigit +
Membuka mulut +
Sensibilitas muka +
Trismus - -
N. VI Gerakan mata ke lateral +/+
Strabismus konvergen - -
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
N. VII Kedipan mata
+ +
Lipatan naso-labial simetris
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi
+
Menutup mata + +
Meringis
+
Menggembungkan pipi
+
Daya kecap lidah 2/3 depan
+
N. VIII Tes Rinne Tidak dapat diperiksa
Tes Schwabach Tidak dapat diperiksa
Tes Weber Tidak dapat diperiksa
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
N. IX Arkus faring Simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang baik
Refleks muntah +
Sengau +
Tersedak -
N X Arkus faring Simetris
Bersuara +
Menelan Menurun
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
N. XI Memalingkan kepala +/+
Sikap bahu Simetris
Mengangkat bahu +/+
Trofi otot bahu - -
N. XII Sikap lidah Simetris
Artikulasi Kurang jelas
Tremor lidah -
Menjulurkan lidah +
Trofi otot lidah -
Fasikulasi lidah -
Ekstremitas :
Gerak: T T
T T
Kekuatan : 333 333
333 333
Tonus : Trofi : atrofi - -
- -
Sensibilitas : baik
Refleks
Fisiologis
Bisep : (+/+)
Trisep : (+/+)
Radius : (+/+)
Patella : (+/+)
Achilles: (+/+)

Patologis
Babinsky ( -/-)
Oppenheim (-/ -)
Gordon (-/ -)
Gonda (-/-)
Schaffer (-/ -)
Chaddock (-/ -)
Hoffman-Tromner (-/-)
Diagnosis
Diagnosis klinis : dypsnoe, disfonia,
disfagia,N.III (ptosis
dextra dan sinistra)
Diagnosis topik : neuromuscular
juction
Diagnosis etiologik : Miastenia Gravis
Dd: Sindrom Guillain Barre
Tatalaksana

Non Medikamentosa
Penjelasan kepada pasien dan keluarga
mengenai kondisi, tata laksana, dan prognosis
penyakit
Memberikan dukungan dan edukasi pasien
Tirah baring
Kateterisasi


Medikamentosa
Infus RL 10-20 tpm
Mestinon 4X1 tab
Injeksi Prostigmin 4x0,5 (subcutan)
Injeksi metylprednisolon 3x125g
Injeksi Ranitidin 2x1 ampul

Rencana Pemeriksaan Lanjutan
Test darah dilakukan untuk menentukan tingkatan
serum dari beberapa antibodi (seperti, AChR-
pengikat antibodi, AChR-modulasi antibodi,
antitriasional antibodi). Tingkat yang tinggi dari
antibodi-antibodi ini dapat mengindikasikan MG.
80 % dari semua pasien dengan MG memiliki
peningkatan serum antibodi yang tidak normal.
Pemeriksaan rontgen dada dapat dilakukan untuk
melihat kelenjar timus dan menentukan apakah ada
timoma
EKG
Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam


Miastenia gravis
Miastenia gravis adalah suatu kelainan
autoimun yang ditandai olehsuatu kelemahan
abnormal dan progresif pada otot rangka
yangdipergunakan secara terus-menerus dan
disertai dengan kelelahan saatberaktivitas.
Penyakit ini timbul karena adanya gangguan
dari Synaptictransmission atau pada
neuromuscular junction

Epidemiologi
Miastenia gravis merupakan penyakit yang
jarang ditemui, dan dapat terjadi pada berbagai
usia. Biasanya penyakit ini lebih sering tampak
padausia 20-50 tahun. Wanita lebih sering
menderita penyakit ini dibandingkanpria. Rasio
perbandingan wanita dan pria yang menderita
miastenia gravisadalah 3 : 1.
Miastenia Gravis
Menurut Myastenia Gravis Foundation of America (MGFA)
Miaestenia gravis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kelas I : adanya kelemahan otot-otot okular, kelemahan
pada saat menutup mata dan kekuatan otot-otot lain
normal
b. Kelas II : terdapat kelemahan otot-otot okular yang
semakin parah serta adanya kelemahan ringan pada otot-
otot lain selain otot okular
c. Kelas IIA : mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh,
atau keduannya juga terdapat kelemahan otot-otot
orofaringeal yang ringan
d. Kelas IIB : mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot
pernapasan atau keduannya. Kelemahan pada otot-otot
anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan
dibandingkan kelas IIA
e. Kelas III
terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan otot-otot
lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan tingkat sedang
f. Klas IIIa
Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya
secara predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan.
g. Klas IIIb
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya
secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot-
otot aksial, ataukeduanya dalam derajat ringan.
h. Klas IV
Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat
yang berat,sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalam
berbagai derajat.
i. Klas IVa
Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-
otot aksial.Otot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan
j. Klas IVb
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau
keduanyasecara predominan. Selain itu juga terdapat kelema
han pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau
keduanya dengan derajat ringan. Penderita
menggunakan feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
k. Klas V
Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi
mekanik.Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis
dan strabismus tidak akantampak pada waktu pagi hari. Di
waktu sore hari atau dalam cuaca panas, gejala-gejala itu akan
tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya
agak menurun

Pengobatan
Non-medikamentosa
Kateter IV
menjaga asupan cairan
dan memudahkan dalam
memberikan obat
Kateter urin
mempermudah pasien
dalam BAK
Medikamentosa
methylprednisolon
Koortikosteroid diperkirakan
memiliki efek pada aktivasi sel T
helper dan pada fase proliferasi
dari sel B. Sel t serta antigen-
presenting cell yang teraktivasi
diperkirakan memiliki peran yang
menguntungkan dalam
memposisikan kortikosteroid di
tempat kelainan imun pada
miastenia gravis. Pasien yang
berespon terhadap kortikosteroid
akan mengalami penurunan dari
titer antibodinya.
Prostigmin
(neostigmin)
Antikolinesterase (seperti neostigmine
dan pyridostigmine). Obat ini
berfungsi untuk menguatkan kembali
kerja otot sekaligus memperbaiki
sistem saraf otot.
Medikamentosa
Ranitidin
untuk menghambat
sekresi asam lambung
Mestinon(piridogtigmin)
Agen Anticholinesterase.
Mencegah penguraian
acethylcholine pada
sambungan saraf otot
memungkinkan lebih
banyak acethylcholine
sehingga akan
menghasilkan kontraksi
otot yang lebih kuat dan
mengurai kelemahan.
Prognosis
Prognosis kesembuhan pasien dengan miastenia
gravis sangat bervariasi dapat terjadi remisi total
hinggka kematian. Dengan penanganan yang
baik dan terpadu, penderita miastenia gravis
memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi.
Progresi penyakit lambat, mencapai puncak
sesudah 3-5 tahun, kemudianberangsur-angsur
baik dalam 15-20 tahun dan 20% antaranya
mengalamiremisi. Remisi spontan pada awal
penyakit terjadi pada 10% Miasteniagravis.

You might also like