Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………… ………………… ………… ……… ………… ………………………………. 3
B. Metode Penulisan …………………………………… ………… ……… ………… ………………… ………. 4
C. Permasalahan ……….………………………………… ………… ……… ………… ………………… ……… 4
D. Tujuan Pe nulisan …… …………………………………………… ………… ……… ………… ……………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana …… ………… ………… 5
B. Jenis dan Karakteristik Tinda k Pidana Pasar Modal ……………… ………………… ……….. 5
C. Dampak Tindak Pidana Pasar M odal……………… ………………… ………… ………………… …. 10
D. Upaya -Upaya Pe ncegaha n dan Penanga nan Tindak Pidana Pasar Modal ……… …. 11
BAB III P ENUTUP …………………………………………… ………… ……… ………… ………………… …………….
A. Kesimpulan ……… ………… ………………… …………………………… ………………………… …………. 14
B. Saran ………… ………… ……… ………… ………………… ………………………… ………………… ……….. 15
DAFTAR P USTAKA … ………………… ………… ………………… ………………………… ………………… ………… 16
2
BAB I
PENDAHUL UAN
C. Permasal ahan
Dalam makalah ini, penulis mengangkat beberapa pe rmasalahan seputar tindak
pidana pasar modal di Indonesia. Hal ini bertujuan agar mempermudah pembaca dalam
memahami makalah ini. Adapun permasalahan yang kami angkat antara lain:
1. Apa pengertian dari tindak pidana dan meliputi apa saja tinda k pidana itu?
2. Apa saja jenis tindak pidana di pasar modal?
3. Apa saja dampak yang mungki n ditimbulkan oleh tindak pidana pasar modal?
4. Bagaimana langkah-langkah yang telah dan mungkin dari otoritas pasar modal untuk
menanggulangi terjadinya kejahatan pasar modal?
4
BAB II
PEMBAHASAN
6
a. menipu atau mengelabui pihak lain de ngan menggunakan sarana dan atau cara apapun ;
b. turut serta mengelabui pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fa kta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghi ndarkan untuk kerugian diri sendiri atau pihak lain atau
dengan tujua n mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menj ual efek.
Salah satu cont oh kasus penipua n adalah kasus pe nggelapan e fek nasabah oleh PT
Signature Capital Indonesia (SCI) ya ng terjadi di akhir tahun 200 8. Sekuritas itu merepokan
(menggadaikan) 102 saham dan waran milik para nasabah yang taksiran nilainya mencapai
Rp 101,69 miliar, tanpa seizin nasabah kepa da lembaga keuangan lain. Modus yang
digunakan adalah dengan melibatkan sejumlah perusahaan fiktif buatan pemilik Signature.
7
Salah satu contoh pelanggaran terkait manipulasi pasar adalah goreng saham.
Menggore ng saham dapat didefinisikan sebagai sebuah proses/s kenario sistematis yang
dilakukan oleh sebuah kelompok yang memiliki kepentingan untuk membentuk harga saham
suatu perusahaan. Harga sebuah saham di bursa idealnya merupakan suatu e kuilibrium
harga yang dipe roleh dari permintaan/pembelian dan penawaran/pelepasan dari saham
tersebut. Me kanisme tersebut merupakan mekanisme yang alami dalam bursa berdasarkan
info/data menge nai perusahaan atau kondisi makro ekonomi yang dipublikasikan secara
transparan tanpa ada campur tangan pihak manapun. Namun tida k tertutup kemungki nan
ada pihak-pihak yang memiliki kepentinga n mencoba untuk membentuk harga suatu saham
apakah de ngan menurunkan atau menaikannya untuk memperoleh keuntungan.
3. Insider Trading
Insider trading dapat terjadi dalam dua bentuk yakni legal dan illegal. Banyak pihak
yang tidak paham mengangga p bahwa semua jenis insider trading adalah praktik illegal. Di
Amerika Seri kat seorang insider diperbolehkan untuk melakukan pembelian dan penjualan
saham perusahaan sepanjang transaksi tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Securities an d Exc hang e Commission (SEC). Dan insider trading yang dimaksud dalam
makalah ini adalah insider trading yang berarti pra ktik illegal pe rdagangan yang
menggunakan informasi orang dalam perusahaan untuk meraup keunt unga n.
Orang dalam atau insider adalah komisaris, direktur, pegawai perusahaan, dan
pemegang saham utama perusahaan. Namun selain itu orang di luar perusahaan seperti
para professional dan pe gawai perusahaan lain yang menjadi konsultan, kontra ktor, maupun
pemasok juga dapat dikategorikan sebagai orang dalam. Insider menurut invetopedia.com
adalah setiap orang yang paling tidak memiliki satu kriteria dari dua kriteria berikut ini:
a. akses atas informasi perusahaan yang sifat informasinya nonpublik (misalnya direktur
dan aksekutif di tingkat atas),
b. kepemilikan saham perusahaan lebih dari atau sama dengan 10%.
Informasi orang dalam adalah informasi material tentang perusahaan yang belum
dipublikasikan kepada publik. Sehingga yang dimaksud dengan insider trading adalah
transaksi sekuritas yang didasarkan oleh informasi penting tentang perusahaan yang masih
bersifat rahasia karena belum dipublikasikan kepa da publik. I nsider trading ini dapat
8
merugikan investor publik lainnya. Sebuah contoh mengenai insider trading dimuat dalam
artikel di investopedia.com “What exactl y is in sider tradin g?”, umpamakan seorang CEO
sebuah perusahaan publik secara tidak hati-hati mengungkapkan pendapatan tiga bulanan
perusahaannya ketika sedang pot ong rambut. Apabila juru pot ong rambut mengguna kan
informasi tersebut untuk melakukan transaksi maka hal ini dapat dipertimbangkan sebagai
insider trading.
Permasalahan yang terkait dengan insider tradi ng adalah sulitnya pembuktian
bahwa telah terjadinya insider trading atas suatu transaksi. M.S Tumanggor dalam
disertasinya “Kajian Hukum atas Insider Trading di Pasar Modal Suatu Antisipasi Terhadap
Pengembangan Ekonomi Indonesia” menyebutkan bahwa insider trading merupakan tindak
pidana yang sulit unt uk dibukti kan, bahkan di negara maju seperti Amerika Se rikat.
Fenomenanya adalah kejahatan insider trading sulit dibuktikan. Kemudian dalam kesimpulan
artikel “Top 4 Most Scandalous Insider Tra ding Debacles” disebut kan bahwa insider trading is
oft en difficult for th e SEC to spot. Untuk mendete ksinya membutuhkan banyak perkiraan dan
pertimbangan atas kemungkinan.
Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar M odal disebut kan
beberapa ketentuan yang secara tegas melarang praktik insider trading yaitu mulai dari pasal
95 sampai dengan pasal 99 dan pasal 104.
4. Unfair Trading
Unfair trading ini dapat diartikan sebagai praktik c urang yang melanggar ketent uan
pedoman perilaku yang dilakukan oleh perusahaan e fek. Pedoman perilaku ini diatur dalam
pasal 35 Undang-Unda ng Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan efek atau
penasehat investasi dilarang:
a. menggunakan pengaruh atau mengadakan tekanan yang berte ntangan dengan
kepentingan nasabah,
b. mengungkapkan nama atau ke giatan nasabah kecuali diberi instruksi secara tertulis oleh
nasabah atau di wajibkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,
c. mengemukakan secara tidak benar atau tidak mengemukankan fakta material kepada
nasabah mengenai kemampuan usaha atau keadaan keuangannya,
9
d. merekomendasikan kepada nasabah untuk membeli atau menjual efek tanpa
memberitahukan adanya kepentingan perusahaan e fek dan penasehat investasi dalam
efek tersebut, atau
e. membeli atau memiliki efek untuk rekening perusahaan efe k itu sendiri atau untuk
rekening pihak terafiliasi jika terdapat kelebihan permintaan beli dalam penawaran
umum dalam hal perusahaan efek tersebut bertindak sebagai penjamin emisi efek atau
agen penjualan, kecuali pesanan pihak yang tidak tera filiasi telah terpenuhi seluruhnya.
10
D. Upaya-Upaya Pe nce gahan dan Penanganan Tindak Pi dana Pasar Modal
Dampak yang ditimbulkan oleh tindak pidana pasar modal bisa menjadi sangat luas
bagi perekonomian negara. Pemerintah dan institusi yang te rkait dengan operasi kegiatan di
pasar modal harus be rani mangambil langkah baik itu preveti f maupun rea ktif dalam
mencegah dan menangani tindak pidana pelanggaran dan kejahatan di pasar modal.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pencegahan kejahatan pasar
modal harus terus dilakukan dan jangan sampai rakyat dan pemerintah dirugika n. Berikut ini
adalah upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh pemerintah dan institusi terkait untuk
mencegah dan menangani ti ndak pidana pasar modal:
11
untuk mengakses rekening perbankan juga dibut uhkan untuk menangani berbagai kejahatan
pasar modal. Saat ini Bapepam-LK hanya bisa mengakses re kening perbankan jika
mendapatkan putusan tetap dari pengadilan. Hal tersebut tidak efe ktif dan memakan wakt u.
Kesulitan mengakses rekening bank sering menjadi senjata pelaku kejahatan pasar modal
untuk menyembunyi kan hasil jarahannya ke dalam rekening yang berbe da-beda.
3. Peningkatan profesionalitas dari regulator, self regulatory organization, dan para pelaku
pasar secara berkesinambungan.
Upaya peningkatan profesionalitas yang dapat ditempuh oleh re gulator, SRO, dan
pelaku pasar lainnya sangat beragam. Bapepam-LK harus meningkatkan koordinasi baik
dalam tubuh Bape pam-LK maupun dengan lembaga terkait penegakkan hukum seperti
Kepolisian, KPK, dan Kejaksaan Agung. Jaksa Agung Hendarman Supanji mengatakan kepada
Vivanews bahwa pelanggaran terkait dengan saham meskipun telah a da aturan tersendiri
namun tidak menut up kemungkinan diperkarakan secara hukum jika terbukti melanggar
hukum baik formal maupun material.
Bapepam juga perlu untuk mengoptimalisasi penanganan pengaduan karena
Bapepam-LK merupaka n otoritas yang mengawasi kegiatan di pasar modal. Bapepam-LK juga
harus meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya penegak hukum yang
dimilikinya. Profesionalitas Bapepam-LK sebagai otoritas pengawas pasar modal pada
dasarnya tercermin dalam bentuk ketegasan pe nega kkan hukum atas tindak pidana pasar
modal. Selama ini Bapepam-LK dinilai masih lemah dalam hal kemampuan penega kan
hukumnya.
Badan regulator, SRO dan para pelaku pasar harus senantiasa mengintegrasikan
dan mengembangkan prinsip-prinsip Good Corpo rate Go vernance (GCG) dalam institusinya
ketika melaksanakan kegiatannya di pasar modal. Sebuah program edukasi berkelanjutan
terkait profesi mereka harus dilakukan untuk menjaga profesionalitas para pelaku pasar
modal.
4. Bapepam-LK harus terus proaktif melakukan investigasi indikasi kejahatan pasar modal.
Ucok Ritonga dalam Tempo Interakti f Online menyebut kan bahwa kalau ingin pasar
modal Indonesia maju, maka Bapepam harus proaktif melakukan investigasi indikasi
12
kejahatan di pasar modal. Goei Siauw Hong (2002) membandingkan Bapepam dengan SEC
dimana SEC sangat tanggap terhadap indikasi pelanggaran dimana SEC berhasil membongkar
kasus Enron dan Ge neral Electric. Bapepam-LK sebagai otoritas pengawas, pembimbing,
pembina pasar modal harus cepat tanggap dalam menangani indikasi kejahatan yang terjadi
di pasar modal.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesim pul an
KUHP membagi tindak pidana menjadi dua yakni pelanggaran dan kejahatan.
Serupa dengan KUHP, ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19 95
tentang Pasar Modal membagi tindak pidana pasar modal menjadi dua yakni tindak pidana
pelanggaran dan tidak pidana kejahatan. Perbedaan keduanya terletak di besaran ancaman
hukuman.
Tindak pidana pasar modal sangat beragam bentuknya antara lain penipuan,
manipulasi pasar, insider trading, dan u nfair trading. Disamping itu masih terdapat jenis
tindak pidana pelanggaran da n kejahatan lainnya seperti unregi stered broker, un regi stered
securities, dan lain sebagainya. Tindak pidana tersebut dapat dilakukan sendiri maupun
secara berkelompok. Tindak pidana juga dapat dilakukan atas kemauan sendiri atau karena
adanya pe ngaruh dari pi hak lain.
Dampak yang ditimbulkan oleh tinda k pidana bisa menjadi serius dan berdampak
luas bagi pasar modal Indonesia. Sering terjadinya tindak pidana pelanggaran sementara
penegakan hukumnya tidak memberikan kepuasan bagi publik akan mengakibatkan pasar
modal kehilangan kredibilitasnya. Pasar modal akan menjadi buruk di mata investor sehingga
investor enggan untuk berinvestasi di pasar modal. Hal tersebut berarti perusahaan akan
kehilangan sumber pendanaan dari sektor publik.
Ada beberapa upaya yang dapat diambil oleh pemerintah untuk mencegah
terjadinya tindak pidana pasar modal dan mengatasi tindak pidana pasar modal. Tinda kan
preventi f yang dapat dilakukan adalah dengan mendesain sistem perdagangan yang
transparan dan sistem pengawasan yang mumpuni. Selain itu isu penegakan hukum juga
harus ditindaklanjuti dengan serius. Bapepam-LK selaku pengawas pasar modal harus tegas
dalam menindak segala tindak pidana pasar modal karena investor memerlukan kepastian
hukum yang dapat menjamin keamanan dana yang mere ka investasikan di pasar modal.
14
B. Saran
Isu penegakan hukum merupakan isu yang kental dalam hal penanganan atas
tindak pidana pasar modal. Keterbatasan wewenang yang dialami oleh Bapepam-LK
seringkali menjadi penghambat bagi Bapepam-LK dalam membuktikan suatu indikasi tindak
pidana pasar modal. Misalnya Bapepam-LK kesulitan membuktikan apaka h suatu transaksi
merupakan insider trading atau bukan. Gejala insider trading mungkin mudah dikenali
namun pembuktian atas insider trading tersebut sangat sulit. Bapepam-LK harus
memperluas wewenangnya dalam penyelidikan dan penyidikan suatu kasus. Perluasan
wewenang tersebut dapat ditempuh melalui amandemen Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal.
Menurut penulis, hal terpenting yang harus diwujudkan adalah kepastian hukum.
Investor membutuhkan kepastian hukum untuk berinvestasi di pasar modal. Dengan adanya
kepastian hukum dalam pasar modal maka investor akan dating untuk menanamkan
modalnya dalam pasar modal Indonesia. Bape pam-LK harus berkoordinasi dengan lembaga-
lembaga penegakkan hukum. Bapepam-L K harus berusaha agar perluasan wewenang dan
amandemen Undang-Unda ng Nomor 8 tahun 1995 te ntang Pasar Modal disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Canadian Securities Administrators. 2007. CSA Study Shows One In 20 Candians A Victims of
Investment Fraud – Often Introduced By Someone Thay Know and Trust.
http://www.securities-administrators.ca/about csa.aspx?id=213 (diakses pada 29
November 200 9 pukul 09.41 WIB)
Firadus, Ade Jun. 2009. Bapepam Minta Tambahan Wewenang. Kontan Online.
http://www.kontan.co.id/inde x.php/investasi/news/19611 /Bapepam-Minta-
Tambahan-Wewe nang (diakses pada 25 November 2009 pukul 20.48 WIB)
Hadipermana, Erw an Suhe rw ana. 2009. Tinjauan Umum Me ngenai Keja hatan dan Pela nggaran di
Pasar Modal. http://erw a n29680.wordpre ss. com/2009/05/18/tinjauan-umum-me ngena i-
kejahatan-dan-pela ngara n-di-pasar-moda l/ (diakses pada 25 Nov ember 2009 pukul 20.26 WIB)
Lubis, Mulya dan Ale xander Lay . 2008. C atatan Hukum Penegak an Hukum Pasar Moda l dan C ivil
Penalty . http://ww w.mada ni-ri.com /2008/02/13/catata n-hukum -hakika t-pe rtanggungjaw aba n-
priba di-dalam-uupt-2/ (diakses pada 25 Nov embe r 2009 puk ul 20. 49 WIB )
Wikipe dia. Insider Tra ding. http://id.w ikipedia. org/wiki/I nside r_trading (diakse s pada 26 Nov ember
2009 pukul 13.32)
17