Sel rambut dan otolit (vestibulum) Sel batang dan kerucut retina (mata) Sel raba kulit sendi tendon (proprioseptik)
Keseimbangan Dibagi 2 macam : Keseimbangan statis Berhubungan dengan gerak kepala dan badan yg tetap atau lurus. Keseimbangan dinamik Berhubungan dengan gerakan kepala dan badan terhadap gerakan rotasi. ORGAN VESTIBULER (KESEIMBANGAN) Terletak di telinga dalam (labirin) : KESEIMBANGAN STATIS utrikulus (saat berdiri), sakulus (saat berbaring) Memantau perubahan posisi / orientasi kepala Terdapat reseptor keseimbangan : makula @ makula dilapisi o/ lapisan gelatin yang mengandung otoliths (otoconia) KESEIMBANGAN DINAMIS ketiga canalis semisircularis Memantau perubahan laju dan arah rotasi gerakan kepala (3D) Berhubungan dengan utrikulus Terdapat reseptor keseimbangan crista ampularis Di atas crista ampulasris masa gelatin (cupula mengandung silia sel-sel rambut) CS terisi cairan endolimf BERLAKU HUKUM INERSIA Canalis semisircularis keseimbangan rotasi Terdapat 3 canalis semisircularis yg berhubungan dengan 3 duktus semisirkularis. Masing-masing duktus ujungnya melebar disebut ampula, yang berisi reseptor keseimbangan krista ampularis, yg berespon terhadap gerakan anguler dari kepala. Pergerakan
Cairan endolimfe menggerakkan cupula (menggetarkan sel rambut)
Permeabilitas membran sel berubah (influks K)
Potensial aksi (depolarisasi) dan rangsang pelepasan neurotransmitter eksitator
Meneruskan impuls sensori ke pusat keseimbangan di otak melalui saraf aferen PEMERIKSAAN PENDENGARAN Audiologic testing AUDIOLOGI AUDIOLOGI DASAR AUDIOLOGI KHUSUS Definisi: Pengetahuian ttg nada murni, bising, gg pendengaran & cara pemeriksaannya Tes penala Tes berbisik Audiometri nada murni Definisi: Membedakan tuli sensorineural koklea & retrokoklea Audiometri khusus Audiometri objektif Pem. Tuli anorganik Pem. Audiometri anak Audiologi Dasar Rinne Weber Schwabach Diagnosis Positif (-) lateralisasi Sama dg pemeriksa Normal Negatif Lateralisasi ke telinga sakit Memanjang Tuli konduktif Positif Lateralisasi ke telinga sehat Memendek Tuli sensorineural Catatan: tuli konduktif < 30dB , rinne masih bisa positif Audiologi Dasar TES BERBISIK Tes semi kuantitatif u/ cek derajat ketulian secara kasar (membandingkan ki-ka)
Telinga dicek 1 per 1 (telinga yg tidak dicek di tutup/ disumbat), pemeriksa membisikan kata2
Apabila ps tidak mendengar perpendek jarak hingga tepat didepan telinga berbicara dg suara normal
Ruangan harus tenang, panjang minimal 6m
Nilai N: 5/6-6/6 Audiometri Nada Murni Terdapat ambang dengar berdasarkan hantaran udara (AC), hantaran tulang (BC)
ambang dengar: bunyi terlemah pada frekuensi tertentu yg masih dapat didengar oleh telinga seseorang
Dari audiogram dapat diketahui jenis & derajat ketulian Audiometri Nada Murni Tombol pengatur frekuensi & intensitas bunyi Headphone utk periksa AC (hantaran udara)
Headphone utk periksa BC (hantaran tulang) AC: garis lurus BC: garis terputus
Biru: telinga kiri Merah: telinga kanan Audiometri Nada Murni Biasanya dicek 5 oktaf (250hz 8000hz) 1oktaf : kelipatan dari frekuensi, cth: 250hz 500 hz, 500hz 1000hz, 1000hz 2000hz, dst Gambaran prosedur: Biasanya dicek 1-per satu telinga Cth: dicek telinga kanan, suara diperdengarkan dg f: 1000hz, volume 60db Apabila suara terdengar ps menekan tombol V kemudian dikan per 10 db & dicek apakah ps mendengar Prosedur terus diulang hingga ps tidak mendeteksi suara
Derajat Ketulian ISO 0-25db Normal >25-40db Tuli ringan >40-55db Tuli sedang >55-70db Tuli sedang berat >70-90db Tuli berat >90db Tuli sangat berat AUDIOLOGI KHUSUS AUDIOLOGI KHUSUS Macam-Macam Audiometri khusus Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) Tes ABLB (Alternate Binaural Loudness Balans Test) Tes kelelahan (Tone Decay) Audiometri tutur (Speech Audiometri) Audiometri Bekesy Audimetri Objektif Audiometri impedans Elektrokokleografi (E.coch) Evoked Response Audimetry Oto acustic emission AUDIOLOGI KHUSUS Macam-Macam Audiologi Anak Free Field Test Audiometri Bermain (Play audiometri) anak kooperatif, dapat dimulai sejak 3-4thn BERA u/ anak tidak kooperatif Otoacoustic Emissions / OAE Pem. Tuli Anorganik Cara Stenger Audimetri nada murni berulang dlm 1mgg hasil berbeda Impedans BERA (Brainstem evoke response audimetry) Cara stenger: (cth: pura2 sakit telinga ki) 2 penala 1 penala digetarkan di telinga kanan ps dpt dengar 1 penala u/ telinga kiri apabila telinga kiri dengar ps N; apabila telinga kiri (-) dengar, telinga kanan dengar ps tuli kiri
Audiometri Khusus Keterangan Tes SISI Tujuan: cek kelainan koklea dg memakain fenomena rekrutmen Pe1 tentukan ambang dengar ps, cth: 40db Tambahkan 5db dites Lalu diturunkan setiap 1db & dites ulang (4db, 3db, 2db, 1db) Apabila ps dapat membedakan tes SISI POSITIF Tes kelelahan u/ cek apakah ada fenomena kelelahan (khas retrokoklea) apabila diberi rangsangan suara terus menerus TTD (treshold tone decay) Cek ambang dengar, cth: 40db Berikan suara 40db selama 60s ps mx dapat dengar (kelelahan NEGATIF), ps sdh tidak bs mendengar <60s (kelelahan POSITIF) volume ditambah per 5db (45db, 50db, dst) & dicek ulang Penambahan < 15db N Penambahan > 30db: khas ada kelelahan STAT (supra treshold adaptation test) Prinsip Sama seperti TTD (selama 60s) Cek dg 3 frekuensi: 500hz, 1000hz, 2000hz pada 110db SPL 110 db SPL = 100 db SL Audiometri Khusus Keterangan Audiometri Tutur tujuan: menilai kemampuan u/ berbicara sehari2 & pemberian hearing aid Ps mendengar kata (mono & bisilabus) dalam kaset tape ps diminta mengulang kata yg didengar Tuli perseptif koklea sulit membedakan S, R, N, C, H, CH Tuli perseptif retrokoklea > sulit lagi Cth: pasar padar Interpretasi Speech Discrimination Score 90-100% (N), 75-90% (ringan), 60-75% (sedang), 50-60% (sukar mengikuti pembicaraan sehari2) < 50% (berat) Audiometri Bekessy Tujuan: menilai ambang pendengaran Diperdengarkan suara terputus2 & suara terus menerus Ps diminta pencet tombol ketika dgr suara masuk Grafik gigi gergaji naik (terdengar), turun (tdk dengar) N: amplitudo 10db Audiometri Objektif Keterangan Audiometri Impedans Diperiksa kelenturan m. timpani dg tekanan ttt Timpanometri u/ cek keadaan dalam kavum timpani (cairan, gg osikula, m. timpani sgt kaku/lentur) Fs tuba eustachius terbuka / tertutup Refleks Stapedius N muncul > 70-80db Tuli koklea (ambang reflex stapedius ), retrokoklea Elektrokokleografi Merekam gelombang khas dr evoke electropotential cochlea Pem. Yg cukup invasif, sdh jarang dilakukan Evoked Response Audiometry / BERA / ERA / ABR Menilai fs pendengaran & n.8 Merekam potensial listrik dari sel koklea batang otak dg elektroda di kepala Bermanfaat t.u u/ bayi, anak gg perilaku, inteligensia rendah, cacat ganda, kesadaran , malingering, curiga tuli retrokoklea OAE (Emisi Otoakustik) Menilai fs koklea & dapat dilakukan dalam waktu yg singkat ACOUSTIC NEUROMA/VESTIBULAR SCHWANNOMA Definisi Acoustic neuroma/vestibular schwannoma adalah pertumbuhan jinak (benign / non cancerous) yg muncul di N.VIII dari otak ke telinga dalam Epidemiologi 95 % herediter Insiden : 2/100.000 jiwa >> usia : 30-60 th Patogenesis Acoustic neuroma biasanya tumbuh lambat & pertambahan ukuran bisa menggantikan jar.otak normal. Otak biasanya tdk di invasi oleh tumor, tp tumor menekan otak Pembesaran tumor yg perlahan menonjol dr telinga dalam ke area belakang os temporal (cerebellopontine angle) Tumor menekan saraf lain (trigeminal nerve) Uk.tumor : Kecil ( < 1,5 cm) Sedang (1,5 2,5) Besar ( > 2,5 cm) Faktor resiko Sering terexposure suara bising Paparan radiasi Riwayat parathyroid adenoma Live style (penggunaan cellphone, diet) Tanda dan gejala 1. Unilateral Hearing Loss Terjadi tiba , kehilangan pendengaran frekuensi tinggi, gejala utama untuk tumor otak 2. Tinnitus Tidak semua mempunyai gejala tinitus, dapat terjadi sebelum atau sesudah terapi 3. Telinga terasa penuh 4. Vertigo 5. Sakit kelapa 6. Sakit, baal, lumpuh pada wajah Jika tumor merusak saraf muka Biasanya tumor telah di temukan sebelum ada gejala ini Deteksi neuroma Tes pendengaran rutin / audiogram CT-scan dengan kontras MRI (golden standar)
Tatalaksana Observasi Syarat Pada tumor dengan gejala yg sangat minimal / tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. MRI terlihat tumor sangat kecil Observasi dgn MRI kepala rutin, tumor tidak tumbuh
Tatalaksana Microsurgery Subtotal Removal Tumor yg telah sangat besar Hanya untuk mengurangi komplikasi ke saraf fasialis Near Total Tumor Removal Tumor yg menempel pd nervus facialis Total tumor Removal Prosedur Op : translabyrinthine retrosigmoid/sub-occipital tumor besar middle fossa tumor kecil Tatalaksana Radiasi Biasanya dikerjakan dalam tim (neurosurgeon, radiasi onkologis, psikiatris Tujuan, membunuh sel tumor Preventif dan komplikasi post terapi Preventif MRI kepala Rutin tiap 1 5 thn Komplikasi Kehilangan pendengaran Kelemahan wajah Sakit kepala Mata kering Tinitus Vertigo PEMERIKSAAN PASIEN DGN GG.KESEIMBANGAN Standar Pemeriksaan Auroscopy Eye movement Positional manouvres Posture & gait examination Eye Movement Periksa nistagmus Konvergensi Saccades Vestibulo-ocular reflex Positional manouvres VESTIBULAR NEURITIS DEFINISI & Etiologi gangguan di mana ada tiba-tiba, spontan, terisolasi, kehilangan total atau subtotal masukan vestibular afferent dari satu labirin
Etiologi : >> Virus Manifestasi Klinik Acute spontaneous vertigo : Mual muntah Ketidakseimbangan postural (kearah labirin yg bermasalah) Intensitas : jam Fase akut : Nistagmus horisontal-torsional spontan Diagnosis SVH (subjective visual horizontal) Electronystagmography Caloric testing (3-4 hr setelah gejala) MRI + gadolinium kontras dosis tinggi DD Cerebellar infarction Labyrinthine infarction Autoimmune inner ear disease (Cogans syndrome) Serangan awal Menieres disease Multiple sclerosis Talaks Farmako : Antiviral Kortikosteroid Non Farmako : VRT (vestibular rehabilitation theraphy) MENIERES DISEASE / HYDROP ENDOLIMFATIK DEFINISI Suatu penyakit dengan gangguan membran telinga dalam dengan ciri-ciri gangguan pendengaran, vertigo dan tinnitusyang secara patologik berhubungan dengan distensi hidrop dari sistem endolimfatik (1972 The American Academy of Ophthalmology and Otolaryngologi Committee ) Etiologi Idiopatik Diduga Genetik Anatomi Gangguan vasomotor Infeksi virus Alergi Autoimun Psikosomatik dan Hipertiroidisme
Patofisiologi Perbedaan tekanan pada kedua cairan endolimfe dan perilimfe menekan jar saraf pendengaran tinitus, vertigo, rasa penuh di telinga. Histopatologi
Pelebaran & perubahan morfologi pada membran Reissner : Penonjolan ke dalam skala vestibuli, t.u di daerah apeks koklea (Helikotrema)
Mengenai bagian tengah & basal koklea Pelebaran Sakulus --> menekan utrikulus GEJALA KLINIS TRIAS atau SINDROM MENIERE : Vertigo --> sifatnya periodik & makin mereda pada serangan berikutnya Tinitus --> kadang menetap Tuli sensorineural (t.u nada rendah) Tanda khusus : Perasaan penuh di dalam telinga DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS : Fluktuasi gangguan pendengaran dan vertigo menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N VIII PF : menguatkan diagnosis Tuli sensorineural yang membaik --> (+) Meniere Tes Gliserin : membuktikan adanya hidrops Menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan shunt
Diagnosa LAB Full blood count Laju endap darah Urea dan Elektrolit VDRL(Venereal disease research laboratory test ) TPHA(Treponema pallidum haemagglutination antibody)
Glukosa ad Random dan GTT Cholesterol dan Trygliserida Tyroid fungtion test SKALA DIAGNOSTIK untuk PENYAKIT MENIERE dr AAO-HNS CERTAIN MENIERE DISEASE DEFINITIVE MENIERE DISEASE Definitive Menieres disease, plus histopathologic confirmation 2 or more episode of vertigo at least 20 minutes Audiometrically documented hearing loss on at least one occasion Tinnitus & aural fullness PROBABLE MENIERE DISEASE POSSIBLE MENIERE DISEASE One definite episode of vertigo Audiometrically documented hearing loss on at least one occasion Tinnitus & aural fullness Episodic vertigo without documented hearing loss Sensorineural hearing loss, fluctuating of fixed, with disequilibrium, but without definitive episodes Tatalaksana Tujuan Mengurangi gejala dan mencegah timbulnya serangan. Secara umum Penenangan kecemasan pasien dan mengatur pola hidup sehat. Pada serangan akut Tirah baring
Obat-obatan sedatif vestibular untuk mengurangi vertigo diantaranya: Dimenhydrinate(Dramamine), Promethazine theoclate(Avomine),Prochlorperazine(stemetil).
Diazepam efek sedatif dan juga penekanan dari nukleus vestibular medial.
Vasodilator Inhalasi dari Carbogen( 5% CO2 dengan 95 % O2) Histamin Drip. Histamin diphosphate 2,75 mg dicampur kedalam 500 ml glukosa(IV) tetesan lambat.
Tatalaksana Pada fase kronik Sedatif vestibular Vasodilator Betahistine Diuretik Propantheline bromide(Probanthine) Hormon Steroid
Tatalaksana Terapi bedah Terapi bedah dilakukan ketika medikamentosa gagal memberikanhasil maksimal setelah 3-6 bulan. DD Vertigo tanpa gejala auditori Vestibular neuronitis dan BPPV
Tanpa vertigo dan dengan gejala auditori Tuli mendadak, Vestibular Schwannomas
Vertigo dan gejala auditori Cogans Syndrom, Craniovertebral Junction Abnormalities, Migrain, Non Spesifik Cochleovestibulopathies Diagnosis Banding Meniere Tumor N VIII Vestibular Vestibular neuronitis BPPV VERTIGO
Periodik, makin lama makin lemah Periodik, makin lama makin kuat Periodik, intensitas serangan sama kuat Tidak periodik, makin lama makin lemah, hanya pada permulaan penyakit Tiba-tiba saat perubahan posisi kepala BPPV (BENIGN PAROXYMAL POSITIONING VERTIGO) Definisi keadaan yang ditandai oleh serangan vertigo dan nistagmus secara tiba-tiba yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. Epidemiologi 107 kasus per 100.000 penduduk >> perempuan usia tua (51-57 tahun) Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala Etiologi Ketidaksesuaian stimulasi dr sel rambut kanalis semisirkularis (SCC) : perubahan posisi kepala dgn sensitif thd gravitasi PF Prasat Hallpike Prasat sidelying Prasat Roll
Gejala yang tidak menyenangkan, terutama mual, selama gerakan nyata atau dirasakan/Mabuk perjalanan Motion Sickness Patofisiologi Motion Sickness Penyebab mabuk yang kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami, tetapi kebanyakan ahli percaya bahwa hal itu muncul karena konflik di masukan sensoris ke otak. Gerakan indra otak melalui jalur sinyal yang berbeda dari telinga bagian dalam (penginderaan gerak, percepatan, dan gravitasi), mata (visi), dan jaringan yang lebih dalam tubuh (proprioceptors). Ketika tubuh bergerak tanpa sadar, seperti ketika naik kendaraan, mungkin ada konflik di antara berbagai jenis input sensorik ke otak. Aparat sensorik di telinga dalam tampaknya paling penting dalam pengembangan mabuk. Epidemiologi Anak2 paling sering Wanita lebih sensitif utk mabuk perjalanan dibandingkan pria. Terutama wanita hamil. Resiko meningkat pd penderita migrain, kondisi yg berkaitan dgn input sensorik (spt labyrinthitis)
Gejala Mual Berkeringat Mengeluarkan air liur sakit kepala merasa dingin pucat FARMAKOTERAPI PROFILAKSIS OTOSKLEROSIS Definisi Penyakit pada kapsul tulang labirin yg mengalami spongiosis di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik Hitopatologi Epidemiologi Paling tinggi bangsa kulit putih (8-10%) Jepang dan bangsa kulit hitam (1%) Di Indonesia, semua suki pernah ditemukan Wanita > pria pd usia antara 11-45 tahun Etiologi Expresi dari gen OTSC1 dari crom 15q25-q26 OTSC2 dari crom 7q34-q36 OTSC3 dari crom 6p21.3-p22.3 OTSC4 dari crom 16q21-q23.2 OTSC5 dari crom 3q22-q24 Monogenic nonsyndromic (COL1A1 atau COL1A2) <sering> Manifestasi klinis Timbul bila penyakit sudah cukup luas mengenai ligamen anulus kaki stapes. Tuli konduktif pada awal penyakit tuli campuran dengan tuli saraf jika melewati koklea Tinitus Vertigo (kadang)
Terapi Operasi stapedektomi / stapedotomi mengganti os stapes dengan bahan prostesis Alat bantu dengar (ABD) dpt sementara membantu pendengaran
Komplikasi bedah secara langsung Kerusakan saraf fasialis Vertigo Kehilangan pendengaran Labyrinithis (jika tdk steril)
Komplikasi bedah yg tertunda Fistula formasi Granuloma Proshesis dislocation Tuli Tuli konduktif Telinga dalam - tengah Tuli saraf/perseptif Telinga dalam (kokhlea & n.VIII) Tuli campuran Etiologi gangguan pendengaran Sebab Tuli konduktif Tuli sensorineural / perseptif Kongenital Atresia telinga, abnormalitas tulang pendengaran Prenatal : genetik, rubela Akuisita Telinga luar : serumen, otitis eksterna, benda asing Perinatal : hipoksia, ikterus Telinga tengah : otitis media dgn efusi, otitis kronik (kolesteatoma, perforasi membran timpani), otosklerosis, trauma membran timpani Trauma : bising, trauma capitis, operasi
Inflamasi : otitis kronik, meningitis, campak, gondong, sifilis Degeneratif : presbiakusis Ototoksisitas : aminoglikosida, sitotoksik Neoplasma : akustik neuroma Idiopatik : penyakit Meniere, tuli mendadak DERAJAT KETULIAN TULI SENSORINEURAL Etiologi Tuli Sensoneural DD Gangguan pendengaran Sensorineural etiologi Presbiakusis Tidak diketahui Gradual Bilateral, frek tinggi, downsloping Congenital hearing loss Genetik, infeksi prenata, terpapar toksik, trauma lahir Muncul saat lahir Bervariasi Noise-induced hearing loss Terpapar suara keras Gradual, tinnitus Bilateral frek tinggi, notch at 3000-4000hz Tuli mendadak Infeki virus, trauma, vaskular, obat Mendadak, kegawatdaruratan Bervariasi, unilateral, bilateral Neoplastik Akustik neuroma, tumor lain Gradual, tinnitus Unilateral Menieres Tdk diketahui (endolymphaticdrops) Fluktuasi, progresif, tinnitus, vertigo Hilang frek rendah, upsloping/flat Ototoksisitas Obat kemoterapi, aminoglikosid, furosemid, salisilat,kuinine Tinnitus, vertigo, nistagmus Bilateral, simetrik, frekuensi tinggi Dll Infeksi, gagal ginjal, trauma kepala, genetik, idiopatik Gradual, penyakit tertentu Bervariasi TULI KONGENITAL Tuli Kongenital yang Berupa Tuli Sensorineural Tuli sebagian (hearing impaired): Keadaan fungsi pendengaran berkurang, namun masih dapat dimanfaatkan u/ komunikasi dgn / tanpa alat bantu pendengaran.
Tuli total (deaf) keadaan fungsi pendengaran yg sedemikian terganggunya sehingga tidak bisa berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi (amplifikasi)
NEONATUS / USIA 2 HARI PASS OAE REFER FK RISIKO (-) FK RISIKO (+) 3 BULAN Otoskopi Timpanometr i OAE AABR P R BERA KLIK & TONE B 500 Hz atau ASSR Timpanometri high frequency TULI SENSORINEURAL NEUROPATI AUDIOTORIK HABILITASI USIA 6 BULAN 1-3 BULAN AABR atau BERA KLIK 3 dB P R BERA + cochlear microphonic ABR Tone B 500 Hz atau ASSR Timpanometri (high frequency) Refleks akustik Pemantauan Pkembangan wicara Audiologi Tiap 3-6 bulan s.d. Usia 3 tahun (dpt bicara) # tindak lanjut PERBANDINGAN ETIOLOGI TULI KONDUKTIF & TULI SENSORINEURAL pada ANAK TULI KONDUKTIF TULI SENSORINEURAL Otitis media serosa kronik (glue ear) Genetik : Treacher-Collins syndrome, Waardenburg syndrome Disfungsi tuba Eustachia : Sindrom Down Cleft palate Micronathia (Pierre-Robin sequence) Mid-facial hypoplasia Perinatal/antenatal : infeksi kongenital (rubella, CMV, sifilis) Preterm : asfiksia, hiperbilirubinemia Paskanatal : obat2an (aminoglikosida), meningitis, head injury Klasifikasi Herediter (genetik) bisa non genetik Aplasia. Abiotrofi. Aberasi kromosom Prenatal (semasa kehamilan). Perinatal (waktu persalinan) Aplasia (agenesis) O.k pembentukan tidak sempurna Sindroma Modini : tidak terbentuknya dengan sempurna labirin bagian tulang dan bagian membran. Sindroma Scheibe : labirin bagian membran terjadi aplasia. Sindroma Alexander :koklea bagian membran terjadi aplasia. Biasanya tuli total Abiotrof / Presbyacusis Precox Abiotrof / tuli heredo-degenerasi syaraf / tuli keturunan sebelum tua (presenil familial deafness). Terjadi proses degenerasi yang progresif di dalam koklea pada masa anak-anak / setelah dewasa. Di klinik, sering dijumpai seorang anak atau orang dewasa muda yang kelihatannya sehat , tetapi tuli tanpa diketahui penyebabnya oleh penderita sendiri. Patof Abiotrof Telinga degenerasi hanya dibagian basal dari koklea Tetapi,dapat juga proses degenerasinya terjadi di stria vaskularis ketulian disemua frekuensi, karena sel-sel rambutnya tidak mendapat makanan dan akan mengalami atrofi Aberasi kromosom O.k trisomi Yg sering : trisomi 12 dan 18 Karena adanya penyimpangan dari kromosom, biasanya kelainannya tidak di telinga saja, tetapi juga di organ lain bahkan sering terjadi di organ vital, sehingga anak tidak dapat bertahan hidup lama dan meninggal pada usia muda Prenatal (intra uterin, masa kehamilan) Keracunan. Obat yang toxic adalah : streptomisin dengan derivatnya. aminoglikosid dan derivatnya. kinin. preparat salisil. preparat Pb. Keracunan waktu hamil : toksemia gravidarum atau hiperemesis gravidarum. Prenatal (intra uterin, masa kehamilan) Inf Virus rubella, meskipun di Indonsia belum banyak diketahui. parotitis epidemika. influenza oleh karena virus dan penyakit virus lain. Penyakit menahun adalah : Lues. Diabetes. Thyrotoxicosis
Selain dari penyakit-penyakit tersebut di atas, masih ada beberapa macam faktor yang dapat menyebabkan anak lahir tuli, yaitu kernikterus. prematur. anoksia. narkose semasa ibu hamil oleh karena mengalami operasi
Perinatal (waktu kelahiran) Pada waktu kelahiran anak kemungkinan menjadi tuli, misalnya : Trauma waktu lahir, baik oleh karena alat-alat yang digunakan oleh penolong persalinan maupun persalinan yang sukar atau persalinan yang lama. Anoksia oleh karena tali pusat melingkar kepala, ataupun terjadinya obstruksi dari jalan nafas yang dapat menyebab-kan kerusakan dari koklea PERBANDINGAN ETIOLOGI GANGGUAN PENDENGARAN pada ANAK PRANATAL PERINATAL PASKANATAL Genetik Prematuritas Infeksi (rubela, campak, parotis); infeksi otak (meningitis, ensefalitis) G3 masa kehamilan (trimester 1) BBLR (< 2.500 g) Pendarahan telinga tengah Kelainan struktur anatomi (atresia liang telinga & aplasia koklea) Hiperbilirubinemia Trauma temporal Kekurangan zat gizi (defisiensi Iodium) Asfiksia Infeksi (TORCH) Obat2an (salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin, gentamisin, barbiturat, talidomid) TAHAPAN PERKEMBANGAN BICARA USIA KEMAMPUAN NEONATUS 1. Menangis (reflex vocalization) 2. Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung (cooing) 3. Suara seperti berkumur (gurgles) 2 3 BULAN Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling) 4 6 BULAN 1. Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan) 2. Suara berupa ocehan yang bermakna (true babbling atau lalling), seperti papa, dada 7 11 BULAN 1. Dapat menggabung kata / suku kata yang tidak mengandung arti, terdengar seperti bahasa asing (jargon) 2. Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri (echolallia) 3. Memahami arti tidak , mengucapkan salam 4. Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau musik 12 18 BULAN 1. Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek 2. Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti (true speech) 3. Usia 12 14 bulan mengerti instruksi sederhana, menunjukkan bagian tubuh dan nama mainannya 4. Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6 10 kata PERKIRAAN ADANYA GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI DAN ANAK USIA KEMAMPUAN BICARA 12 BULAN Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi 18 BULAN Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang mempunyai arti 24 BULAN Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata 30 BULAN Belum dapat merangkai 2 kata DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI Program skrining sebaiknya diprioritaskan pada bayi dan anak yang mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan pendengaran. Joint Committee on Infant Hearing (2000) menetapkan pedoman registrasi resiko tinggi terhadap ketulian sebagai berikut:
UNTUK BAYI 0 28 HARI 1. Kondisi atau penyakit yang memerlukan perawatan NICU (Neonatal ICU) selama 48 jam atau lebih. 2. Keadaan atau stigmata yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang diketahui mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural atau konduktif. 3. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sensorineural yang menetap sejak masa anak anak 4. Anomali kraniofasial termasuk kelainan morfologi pinna atau liang telinga. 5. Infeksi intrauterin seperti toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, herpes, sifilis. DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI UNTUK BAYI 29 HARI 2 TAHUN 1. Kecurigaan orang tua atau pengasuh tentang gangguan pendengaran, keterlambatan bicara, berbahasa dan atau keterlambatan perkembangan. 2. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran yang menetap sejak masa anak anak. 3. Keadaan atau stigmata yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang diketahui mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural, konduktif atau gangguan fungsi tuba Eustachius. 4. Infeksi post-natal yang menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural termasuk meningitis bakterialis. 5. Infeksi intrauterin seperti toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, herpes, sifilis. 6. Adanya faktorrisiko tertentu pada masa neonatus, terutama hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar, hipertensi pulmonal yang membutuhkan ventilator serta kondisi lainnya yang memerlukan ECMO. 7. Sindroma tertentu yang berhubungan dengan gangguan pendengaran yang progresif seperti Usher syndrome, neurofibromatosis, osteopetrosis. 8. Adanya kelainan neurodegeneratif seperti Hunter syndrome, dan kelainan neuropati sensomotorik misalnya Friederichs ataxia, Charrot-Marie Tooth syndrome. 9. Trauma kapitis 10. Otitis media yang berulang atau menetap disertai efusi telinga tengah minimal 3 bulan. DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI Bila terdapat 3 buah faktor risiko kecenderungan menderita ketulian diperkirakan 63 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak mempunyai faktor risiko tersebut. Pada bayi baru lahir yang dirawat di ruangan intensif (ICU) risiko untuk mengalami ketulian 10 kali lipat dibandingkan dengan bayi normal. Berdasarkan pertimbangan tsb maka saat ini upaya melakukan deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi ditetapkan melalui program Newborn Hearing Screening (NHS) DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI Dikenal 2 macam program NHS, yaitu:
1. Universal Newborn Hearing Screening (UNHS) Bertujuan melakukan deteksi dini gangguan pendengaran pada semua bayi baru lahir. Upaya ini sudah dimulai pada saat usia 2 hari atau sebelum meninggalkan rumah sakit. Untuk bayi yang lehir pada fasilitas kesehatan yang tidak memiliki program UNHS Paling lambat usia 1 bulan sudah melakukan skrining pendengaran. DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI 2. Targeted Newborn Hearing Screening Di negara berkembang program UNHS masih sulit dilakukan karena memerlukan biaya dan SDM yang cukup besar dan harus didukung oleh suatu peraturan dari pemerintah setempat. Oleh karena itu, dapat dilakukan program Targeted Newborn Hearing Screening yang lebih selektif, dan terbatas pada bayi yang memiliki faktor risiko terhadap gangguan pendengaran.
Jenis ketulian pada orang usia lanjut umumnya sensorineural, namun dapat konduktif, atau campur
GANGGUAN PENDENGARAN PADA GERIATRI Tuli Konduktif pada Geriatri Perubahan Degeneratif Keterangan Telinga luar menya elastisitas & mem>> ukuran pinna Atrofi & bertambah kakunya liang telinga Penyusutan lemak sbg bantalan Penumpukan serumen, me prevalensi serumen prop Kulit > tipis & menjadi kering Telinga tengah m. timpani tebal & kaku Sendi tulang pendengaran kaku Atrofi & degenerasi serabut otot pendengaran Proses penulangan & perkapuran t.rawan tuba eustachius Faktor diatas dapat tuli konduktif pada geriatri Risiko trauma me hati saat mengeluarkan serumen prop, pemasangan hearing aid Perubahan degeneratif t.tengah (-) tll besar efeknya thd ambang pendengaran Tuli Saraf pada Geriatri (PRESBIAKUSIS) Epidemiologi: Umumnya mulai > 60-65thn, bilateral, Umumnya pada frekuensi tinggi (dapat mulai pada >=1000hz) Laki > cepat daripada wanita
Prebiakusis Etiologi: proses degeneratif + fk lain (herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup) Degenerasi dapat pada: saraf, p.darah, jar. Penunjang, organ corti (paling rentan)
Klasifikasi & Patologi JENIS PATOLOGI Sensorik (11.9%) Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, jumlah sel rambut & sel penunjang mirip pada noise trauma Neural (30.7%) Sel neuron pada koklea & jaras audiotorik be Metabolik (34.6%) Strial presbyacusis (nama lain) Atrofi stria vaskularis. Potensial mikrofonik me, fs sel & keseimbangan biokim/bioelektrik koklea Mekanik (22.8%) (theorical category) Cochlear presbyacusis (nama lain) Perubahan gerakan mekanik duktus koklearis, atrofi lig. Spiralis, m. basilaris > kaku Klasifikasi & Patologi Gambaran Klinis Gambaran klinis Me pendengaran perlahan - progresif, simetris bilateral Lain: telinga berdenging (tinnitus nada tinggi), ps dapat mendengar percakapan namun susah memahaminya (ok diskriminasi nada ) t.u pada tempat dg latar belakang bising cocktail party deafness
Diagnosis & Tatalaksana Diagnosis: Otoskopik m.timpani suram, mobilitas Tes penala tuli sensorineural bilateral Audiometri nada murni tuli saraf bilateral, simetris Jenis sensorik & neural ada petajam (sloping) saat f > 2000hz Metabolik & mekanik gambaran > mendatar Semua jenis tahap lanjut pe pada f rendah Audiometri tutur gg diskriminasi wicara (t.u neural & koklear) Tatalaksana: Hearing aid + latihan membaca & mendengar dg speech therapist PAJANAN BISING/AKUSTIK TRAUMA (Noise Induced Hearing Loss) Akibat terpajan oleh bising cukup keras dalam jangka waktu cukup lama
Sifat tuli sensorineural koklea, umumnya bilateral
Audiologik bising : campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi
Intensitas bising 85dB/> kerusakan organ Corti FAKTOR PREDISPOSISI Intensitas bising Frekuensi Lamanya waktu pemaparan bising Kerentanan individu Jenis kelamin Usia Kelainan di telinga tengah Obat ototoksik - Streptomisin - Kina - Kanamisin - Asetosal - Garamisin Reaksi adaptasi Bunyi dengan intensitas 70dB SPL atau kurang Ambang dengar sementara Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa menit/jam Intensitas sangat berlangsung singkat (explosive) / berlangsung lama Ambang dengar menetap Kerusakan pada struktur koklea (organ Corti, sel-sel rambut, stria vaskularis, dll) 10-15 tahun PATOFISIOLOGI Bising Degenerasi sel-sel rambut luar Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku Respon terhadap stimulasi Intensitas & durasi Hilangnya stereosilia Sel rambut mati digantikan jaringan parut Stimulasi bising - intensitas sedang perubahan ringan pd silia dan Hensens Body
Stimulasi bising - intensitas > keras keruskaan pd struktur sel rambut, lisis sel, dan robekan di membran Reisner
Pajanan bunyi dng efek destruksi yg tdk begitu bsr sloppy silia yg sebagian masi reversible
Kerusakan silia menetap ditandai dng fraktur soolet silia pd lamina retikularis GEJALA Pendengaran disertai tinitus atau tidak Berat disertai keluhan sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa Lebih berat keras pun sulit dimengerti PENGARUH BISING PADA PEKERJA Pengaruh Auditorial akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) Umumnya terjadi dalam lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan Pengaruh Non Auditorial Gangguan komunikasi Gelisah Rasa tidak nyaman Gangguan tidur Tekanan darah DIAGNOSIS Ditegakan berdasarkan Anamnesis Riwayat pekerjaan Pemeriksaan fisik dan otoskopi Pemeriksaan penunjang (audiometri) DIAGNOSIS Sound Level Meter (SLM) Suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan Terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000 Hz PENATALAKSANAAN Pindahkan tempat kerja, bila tidak mungkin bisa menggunakan Sumbat telinga (ear plug) Tutup telinga (ear muff) Pelindung kepala (helmet) Bila telah terjadi gangguan pendengaran irreversible Alat bantu dengar/hearing aid Auditory training Rehabilitasi suara Bila telah mengalami tuli total bilateral Implan koklea PROGNOSIS Tuli sensorineural yang bersifat permanen dan tidak dapat dilakukan tatalaksana prognosis buruk PENCEGAHAN Bising dng intensitas > 85 db ketulian, usahakan bising kerja < 85 db Dng cara meredam bunyi, sumbat telinga, tutup telinga, pelindung kepala. Melakukan survei kebisingan tmpt kerja ( walk through survey) Analisis kebisingan dng sound level meter( SLM) Melakukan tes audiometri pd pekerja dng beresiko Menerapkan penggunaan APD OTOTOKSIK Obat Obat Ototoksik Aminoglikosida Eritromisin Loop Diuretics Obat Anti Inflamasi cth : salisilat Obat Anti Malaria cth : kina dan kuinolon Obat Anti Tumor Obat Tetes Telinga OTOTOKSIK Salisilat dan oleum chenopodium tinitus, kurang pendengaran, gangguan vestibuler Aminoglikosida gangguan pendengaran (tuli ringan) dan vestibuler Loop diuretics menimbulkan tinitus yang kuat (IV)
Gejala utama Tinitus Gangguan pendengaran Vertigo
Gejala lain Gangguan keseimbangan badan Sulit memfiksasikan pandangan, terutama setelah perubahan posisi
MEKANISME Kerusakan yang ditimbulkan oleh preparat ototoksik Degenerasi stria vaskularis Degenerasi sel epitel sensori organ corti & labirin vestibular penggunaan antibiotika aminoglikosida sel rambut luar > sel rambut dalam perubahan degeneratif terjadi dimulai dari basal koklea & berlanjut terus hingga akhirnya sampai ke bagian apex Degenerasi sel ganglion Kelainan ini terjadi sekunder akibat adanya degenerasi dari sel epitel sensori AMINOGLIKOSIDA Tuli bilateral bernada tinggi sesuai dengan kehilangan sel-sel rambut pada putaran basal koklea. Dapat juga terjadi tuli unilateral dan dapat disertai gangguan vestibuler.
Obat-obat : streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, tobramisin, amikasin. Obat yg baru netilmisin dan sisomisin (ototoksisitasnya lebih < )
ES streptomisin tuli sensorineural gejala tersering tinitus / rasa penuh pada telinga dan gangguan keseimbangan . ERITROMISIN Eritromisin (IV) kurang pendengaran subjektif tinitus yang meniup dan kadang-kadang disertai vertigo
Gangguan pendengaran dapat pulih setelah pengobatan dihentikan
Antibiotika lain vankomisin, viomisisn, capreomisin, minosiklin ototoksisitas bila diberikan pada apsien yang terganggu fungsi ginjalnya. LOOP DIURETICS Ethycrynic acid, furosemide dan bumetanide (diuretik kuat) menghambat reabsorpsi elektrolit-elektrolit dan air pada cabang naik dari lengkung henle Ototoksik bila diberikan pada pasien dengan insufisiensi ginjal secara IV
ANTI INFLAMASI Salisilat & aspirin tuli sensorineural berfrekuensi tinggi dan tinitus
Bila pengobatan dihentikan pendengaran akan pulih dan tinitus akan hilang ANTI MALARIA Kina dan klorokuin ototoksik gangguan pendengaran dan tinitus
Bila pengobatan dihentikan pendengaran akan pulih dan tinitus akan hilang
Kina dan klorokuin melalui plasenta tuli kongenital dan hipoplasia koklea ANTI TUMOR Gejala : tuli subjektif, tinitus, dan otalgia, dapat disertai gangguan keseimbangan.
Tuli biasanya bilateral dimulai dengan frekuensi 6 KHz dan 8KHz
Tuli ringan penghentian pengobatan pendengaran pulih Tuli berat biasanya menetap PENATALAKSANAAN Tuli yang diakibatkan oleh obat-obat ototoksik tidak dapat diobati. Bila terjadi gangguan telinga dalam, pengobatan dengan obat-obatan harus segera dihentikan Berat / ringan tergantung pada : jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan, kerentanan pasien termasuk yang menderita insufisiensi ginjal, dan sifat obat itu sendiri. Bila ketulian sudah terjadi rehabilitasi alat bantu dengar, psikoterapi, auditory tranining, belajar bahasa isyarat. Pada tuli total bilateral pemasangan implan koklea PENCEGAHAN Mempertimbangkan penggunaan obat-obat ototoksik Menilai kerentanan pasien Memonitor efeksamping secara dini Pada pasien yang menunjukkan mulai adanya gejala evaluasi audiologik dan menghentikan pengobatan
PROGNOSIS Tergantung kepada jenis obat, jumlah, dan lamanya pengobatan, kerentanan pasien. Prognosisnya tidak begitu baik malah mungkin buruk.