You are on page 1of 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU

Jan17
MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TB PARU





Oleh :
KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hiudayah Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I yang bertemakan penyakit tuberkulosis paru ini dapat selesai dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini dalam hal ini Bapak Abdul Bakar Kadir, S.Kep, Ns,. M.Kes yang telah memberikan tugas ini untuk
diselesaikan agar dapat melatih penulis untuk tetap berkarya dan dapat bermamfaat bagi orang lain.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari pembaca yang
membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya.
Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb
Makassar, 2 Januari 2013
Kelompok 6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI.. iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang . 1
2. Rumusan Masalah.. 1
3. Tujuan. 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS .. 2
1. Konsep Medis.. 2
A. Pengertian .. 2
B. Etiologi .. 2
C. Tanda Dan Gejala Penyakit TBC .. 3
D. Patofisiologi . 5
E. Manifestasi klinik .. 5
F. Klasifikasi .. 7
G. Pemeriksaan diagnostik . 8
H. Komplikasi 9
I. Penatalaksanaan medis . 9
2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Sistitis . 10
A. Pengkajian . 10
B. Diagnose Intervensi NANDA-I 2012-2014 . 13
C. Intervensi NOC NIC NANDA-I 2012-2014 .. 17
D. Implementasi .. 25
E. Evaluasi .. 25
BAB III PENUTUP 26
1. Kesimpulan . 26
2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA . 27
LAMPIRAN
.










BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang
berusia antara 15 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap
dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki prevalensi yang
besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas maka kami akan mengangkat beberapa pokok permasalahan sesuai yang telah dipaparkan diatas adalah asuhan keperawatan pada klien TB
Paru.
1. Tujuan
A. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Sistitis.
1. Tujuan Khusus
A. Mengetahui dan memahami pengertian TB Paru
B. Mengetahui dan memahami etiologi TB Paru
C. Mengetahui dan memahami klasifikasi TB Paru
D. Mengetahui dan mamahami tanda dan gejala TB Paru
E. Mengetahui dan mamahami patofisiologi TB Paru
F. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik TB Paru
G. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien TB Paru.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan
tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai
alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer,
yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
1. Tanda Dan Gejala Penyakit TBC
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling ringan
ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.
2) Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila
sudah terjadi perlunakan.
3) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula atau
di tempat-tempat lain)
5) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret, bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).
6) Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat
mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
7) Panas badan
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.
8) Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.
9) Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea, takikardi dan sakit kepala
timbul bila ada panas.
10) Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.
11) Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
12) Lemah badan
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa dengan baik dan harus lebih berhati-hati
apabila dijumpai perubahan sikap dan temperamen (misalnya penderita yang mudah tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka bermain,
atau penyakit yang kelihatan neurotik.
4. Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
1. Web of Caution (Patofisiologi dan Penyimpangan KDM) TB Paru

Patofisiologi Berdasarkan Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia ( TB Paru)

M. TUberculosis

Inhalasi droplet


Reaksi Jaringan Bakteri mencapai Alviolus


Invasi daerah infeksi
Terjadi reaksi Antigen-antibody
Terbentuk jaringan tuberkel
Oleh jaringan ikat Muncul reaksi Radang

Fibrosis
Terjadi pengeluaran secret/ mucus
Dinding tuberkel gagal terbentuk
Akumulasi secret dijalan nafas
Basil masuk ke dalam
Getah bening Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Respon batuk-batuk
Transit ke aliran darah
Dalam jumlah kecil penggunaan otot-otot abdomen

Penyebaran limfa hematogen, Refluk fagal
Jaringan tulang, ginjal, hati dan jantung
Mual, muntah
I. Resiko Infeksi

Penyakit bronchitis
Terjadi peningkatan metabolisme Tubuh Cadangan makanan di jaringan ber <<
sumber stress
Terjadi pemecahan cadangan makanan Kelemahan fisik
Ketidak lengkapan informasi
Kebutuhan nutrisi sel meningkat proses penyakit dan pengobatan Atropi otot-otot

Defisiensi Pengetahuan Keterbatasan aktivitas
Ketidakseimbangan Nutrisi :
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Intoleran Aktivitas

1. Manifestasi Klinik
2. Gejala respiratorik, meliputi:
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan
dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan ka dang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
5) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret, bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).
6) Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat
mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
1. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
c. Gejala klinis Haemoptoe:
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Batuk darah
a) Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b) Darah berbuih bercampur udara
c) Darah segar berwarna merah muda
d) Darah bersifat alkalis
e) Anemia kadang-kadang terjadi
f) Benzidin test negatif
2) Muntah darah
a) Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b) Darah bercampur sisa makanan
c) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d) Darah bersifat asam
e) Anemia seriang terjadi
f) Benzidin test positif
3) Epistaksis
a) Darah menetes dari hidung
b) Batuk pelan kadang keluar
c) Darah berwarna merah segar
d) Darah bersifat alkalis
e) Anemia jarang terjadi
7. Klasifikasi TB
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
1. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
1. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

1. Pemeriksaan diagnostik
2. Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium tuberkulosis pada tahap aktif penyakit
3. Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam cepat.
4. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.
5. ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV
6. Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat termasuk
rongga area fibrosa.
7. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk mycobakterium tuberkulosis
8. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
9. Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
10. GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa pada paru
11. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, penigkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen skunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas)
A. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
8. Penatalaksanaan medis
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF)
stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden
dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
1. Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
2. Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
3. Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan
RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri atas INH, RIF dan
PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan selama
12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang
berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin
(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk
mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah sebagai berikut :
1. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif
1. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
1. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
1. Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
1. Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
1. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 41
0
C) hilang timbul.
1. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
1. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
1. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
1. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
1. Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada
kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

1. 2. Diagnosa Keperawatan Tb Paru NANDA-I 2012-2014
A. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik
Tidak ada batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas

Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Gelisah
Mata terbuka lebar

Faktor Yang Berhubungan
Lingkungan
Perokok pasif
Mengisap asap

Merokok
Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas
Mucus dalam jumlah yang berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jumlah napas

Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologis
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis

Hyperplasia dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular


1. Resiko Infeksi
Defenisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
Penyakit kronis
- DM
- Obesitas
Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pamajanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Gangguan peristalsis
Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Pecah ketubah dini
Pecah ketubah lama
Merokok
Stasis cairan tubuh
Trauma jaringan (mis trauma, destruksi jaringan)
Malnutrisi
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
Penurunan Hb
Imunosupresi (mis imunitas didapat tidak adekuat, agens farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomodulator)
Leukopenia
Supresi respons inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
Wabah



1. Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik
Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa letih

Faktor Yang Berhubungan
Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton

1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Batasan Karakteristik
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usung hiperaktif
Kurang makan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membrane mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatore
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Faktor psikologis

1. Defisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.
Batasan Karakteristik
Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
Ketidakdaruratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah



Faktor Yang Berhubungan

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi




No NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Care Plan
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
1
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
Tidak ada batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
. x 24 jam klien akan:
- 0403. Respiratory status : Ventilation
- 0410. Respiratory status : Airway
patency
- 0402. Respiratory Status: Gas Exchange
- 1918. Aspiration Prevention, yang
dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
3160. Airway Suctioning
Aktivitas keperawatan:
1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Gelisah
Mata terbuka lebar

Faktor yang berhubungan:
Lingkungan
Perokok pasif
Mengisap asap
Merokok
Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas
Mucus dalam jumlah yang berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jumlah napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologis
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hyperplasia dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
factor yang dapat menghambat jalan nafas
3140. Airway Management
Aktivitas keperawatan:
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2

2
Resiko infeksi
Definisi : mengalami peningkatan risiko terserang
organisme patogen
Faktor Risiko :
Penyakit kronis
- DM
- Obesitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
. x 24 jam klien akan:
- 0702. Immune Status
- 0703. Infection Severity
- 1807. Knowledge : Infection control
- 1004. Nutritional status
- 1101. Tissue Integrity: Skin & Mucous
6540. Infection Control
Aktivitas keperawatan:
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
Pengetahuan yang kurang untuk menghindari
pamajanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Gangguan peristalsis
Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter
intravena, prosedur invasif)
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Pecah ketubah dini
Pecah ketubah lama
Merokok
Stasis cairan tubuh
Trauma jaringan (mis trauma, destruksi
jaringan)
Malnutrisi
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
Penurunan Hb
Imunosupresi (mis imunitas didapat tidak
adekuat, agens farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, antibodi
monoklonal, imunomodulator)
Leukopenia
Supresi respons inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan
meningkat
Wabah

membranes, yang dibuktikan dengan indikator
sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya,
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

6550. Infection Protection
Aktivitas keperawatan:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

3
Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
. x 24 jam klien akan:
- 0002. Energy conservation
- 0300. Self Care : ADLs, yang dibuktikan
0180. Energy Management
Aktivitas keperawatan:
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
sehari hari.
Batasan karakteristik :
Respons tekanan darah abnormal terhadap
aktivitas
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa letih

Faktor yang berhubungan :
Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri

2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

4310. Activity Therapy
Aktivitas keperawatan:
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

4
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
. x 24 jam klien akan:
- 1008. Nutritional Status : food and Fluid
Intake
- 1006. Weight : Body Mass, yang dibuktikan
1100. Nutrition Management
Aktivitas keperawatan:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Batasan karakteristik :
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan
ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usung hiperaktif
Kurang makan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membrane mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
(recommended daily allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatore
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor yang berhubungan :
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Faktor psikologis
dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

1160. Nutrition Monitoring
Aktivitas keperawatan:
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5
Defisiensi Pengetahuan
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristik :
Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
Ketidakdaruratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan,
agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah
Faktor yang berhubungan :
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
. x 24 jam klien akan:
- 1803. Kowledge : disease process
- 1805. Kowledge : health behavior, yang
dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
5602. Teaching : Disease Process
Aktivitas keperawatan:
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat






1. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
1. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Keefektifan bersihan jalan napas.
2. Intoleran aktivitas teratasi
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.





BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan
tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
1. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB
Paru.



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Di akses tanggal 2 Januari 2013, from http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Di akses tanggal 2 Januari 2013, from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions Classification (NOC) (5
th
ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (4
th
ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf, di akses tanggal 1 Januari 2013
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK UnaiRasional : RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soemantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : BP FKUI
Wilkinson, Judith M. (2011). Prencite Hall Nursing diagnosis Handbook. Ed. 9. Jakarta : EGC

You might also like