DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM TAHUN 2014
2
ULKUS MOLE Laporan Kasus Muhammad Fadillah Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
I. PENDAHULUAN Ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman ditemukan oleh DUCREY pada tahun 1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Laporan- laporan hanya datang dari beberapa negara yang sudah berkembang, karena kesukaran menemukan penyebabnya. Karena kurangnya fasilitas diagnostik, sering terjadi kesalahan diagnosis secara klinis dengan sifilis stadium pertama. CHAPEL dkk (1997) hanya dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai ulkus mole. 1 Secara definisi, ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat dan disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional. 1
Studi epidemik terbaru pada negara berkembang menunjukkan keterkaitan dengan pekerja seks komersial, sifilis dan peningkatan resiko infeksi HIV. Laki-laki dilaporkan memiliki insidensi yang signifikan lebih tinggi dibandingkan wanita. Beberapa studi di Afrika menunjukkan bahwa ulkus chancroid adalah faktor resiko penting untuk penyebaran HIV pada heteroseksual. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa faktor menunjukkan bahwa terdapat pembawa kuma (carrier) basil Ducrey tanpa gejala klinis, biasanya wanita tuna susila. 2
3
Penyakit ini merupakan penyakit yang terkadang dapat sembuh sendiri, komplikasi infeksi sistemik jarang terjadi. Tanpa dilakukan pengobatan dilaporkan ulkus mole dapat bertahan selama 1 tahun. Namun, pada kasus ulkus yang sangat berat sehingga terbentuk skar permanen, diperlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lebih lama. 2
Berikut dilaporkan kasus yang ditemukan pada pasien rawat jalan di Poli Klinik Bagian Kulit dan Kelamin RSUP NTB yang didiagnosis mengalami ulkus mole. Laporan ini bertujuan untuk membahas penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien dengan ulkus mole.
4
II. LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.R Umur : 18 Tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Selaparang, Mataram Suku : Sasak Agama : Islam Status : Belum Menikah Pekerjaan : Pelajar Tanggal Kunjungan : 10 Februari 2014 Tanggal Pemeriksaan : 10 Februari 2014
ANAMNESIS a. Keluhan Utama : Luka pada kemaluan b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan timbul luka pada kemaluan pasien. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri terutama bertambah saat luka disentuh. Menurut pasien awalnya keluhan timbul berupa bintik kemerahan pada ujung kemaluan pasien yang awalnya hanya satu dan lama kelamaan bertambah banyak, kemudian bintik tersebut membesar, bernanah dan pecah menjadi borok. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat kencing nanah (-) d. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit kulit lainnya pada keluarga disangkal. 5
e. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan. f. Riwayat seksual Pasien adalah seorang seksual aktif yang sering gonta-ganti pasangan, pasien mengaku telah berhubungan dengan lebih dari 6 wanita dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pasien terakhir kali berhubungan seksual sekitar satu setengah bulan yang lalu dan pasien tidak pernah menggunakan kondom. Pasien mengaku sekitar 2 bulan yang lalu pernah menyuntikkan minyak kemiri pada kemaluannya dengan tujuan untuk memperbesar ukurannya. g. Riwayat alergi Riwayat alergi makanan : - Riwayat alergi obat : -
6
B. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Sedang Kesadaran/GCS : Compos mentis/E4V5M6 Status Dermatovenerologi - Lokasi : Korpus Penis bagian dorsokaudal - UKK : ulkus multiple, berukuran 1 x 1 x 0,5 cm, yang terasa nyeri, lunak pada perabaan, dengan pinggir tidak rata, bergaung, dan dikelilingi eritema ringan. Dasar ulkus ditutupi eksudat berwarna kuning kehijauan. - Pada pemeriksaan regio inguinal didapatkan pembesaran KGB ingunal bilateral, hiperemi (+), dan nyeri tekan (+).
Gambar 1. Tampak ulkus multiple pada corpus penis bagian dorsokaudal. Dengan pinggir tidak rata dan dikelilingi eritema. Dasar ulkus ditutupi eksudat berwarna kuning kehijauan. C. DIAGNOSIS BANDING 1. Ulkus mole 2. Ulkus pada herpes genitalis 3. Ulkus Limfogranuloma Venerium 7
4. Ulkus Traumatikum 5. Granuloma Inguinale 6. Ulkus Durum D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pewarnaan Gram Pada pemeriksaan penunjang pengecatan gram didapatkan bakteri basil gram negatif dan coccus gram positif
Gambar 2. Pada pemeriksaan gram didapatkan bakteri berbentuk basil gram negative (kanan) dan coccus gram positif (kiri). 2. Percobaan TZANK Pemeriksaan Tzank yang tidak ditemukan sel datia berinti banyak. E. DIAGNOSIS KERJA Ulkus Mole F. TATALAKSANA Topikal: - Betadine 1%, diaplikasikan pada daerah ulkus dengan cara dikompres selama 10 menit.
8
Sistemik: - Diberikan antibiotik ceftriakson intramuskular, dosis tunggal 250 mg. - Diberikan analgetik asam mefanamat, 3 x 500 mg, jika nyeri. RESEP
R/ inj. Ceftriakson 250 mg No. I Aquadest No. I Spuit 5cc No. I S.I.M.M Paraf R/ Tab Asam Mefanamat mg 500 No.X S.p.r.n.3 dd tab 1 Paraf R/ Betadine 1 % Lag I Kassa Steril S. UE (untuk luka) Paraf
Pro : Ny. N Umur : 37 tahun Alamat : Lombok Timur.
9
Saran Saran yang perlu diberikan untuk pasien ini adalah :
Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya termasuk infeksi menular
seksual yang disebabkan bakteri.
Meminta pasien untuk mengkonsumsi obat-obatan, terutama anti biotik hingga
tuntas
Meminta pasien tidak menggaruk atau memencet luka pada kemaluan pasien serta menjaga kebersihan alat kelamin, terutama saat BAK
Pasien disarankan untuk menghentikan aktivitas seksual hingga pengobatan
selesai, melakukan seks yang aman dengan menggunakan kondom, dan partner seksual pasien juga harus memeriksakan diri dan jika perlu juga diberikan terapi
G. PROGNOSIS ~ Qua ad Vitam : dubia ad bonam ~ Qua ad Fungtionam : dubia ad bonam
10
III. PEMBAHASAN Pasien seorang laki-laki berusia 18 tahun, datang dengan keluhan timbul luka pada kemaluan yang terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa luka kecil dan pada akhirnya bernanah dan menjadi borok. Pasien memiliki riwayat berhubungan seks yang tidak aman dengan bergonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ulkus multipel pada penis, lunak, dengan tepi eritematous, dengan dasar ulkus tertutup eksudat berwarna kuning kehijauan, serta terdapat pembesaran KGB inguinal bilateral. Dari riwayat diatas dapat kita curigai pasien mengalami infeksi menular seksual dengan manifestasi ulkus. Beberapa diagnosis banding infeksi menular seksual dengan ulkus genital adalah ulkus mole, herpes genitalis, sifilis stadium I, granuloma inguinale, ulkus traumatikum dan limfogranuloma venerium. 3 Inkubasi Manifestasi Klinis Ulkus Mole 1-14 hari 1 Lesi awal berupa papulvesiko-pustululkus multipel yang nyeri, teraba lunak, bergaung, dikelilingi halo eritematous dengan dasar ulkus berupa jaringan granulasi, adenopati(+) 1 Herpes Genitalis 3-5 Hari 2 Lesi awal berupa vesikel berkolompok, dan pecah menjadi erosi atau ulkus yang dangkal, adenopati (+) 1 LGV 1-4 minggu 1 Selalu diawali gejala konstitusi. Lesi awal berupa papula lunak, kemerahan, yang kemudian menjadi erosi dan ulkus yang agak nyeri, adenopati (+). 1 Ulkus Traumatikum _ Lesi awal berupa ekskoriasi, lokasi terbanyak di sepanjang frenulum atau erosi multipel pada preputium, adenopati (-) 4 Granuloma Inguinale 1-12 Minggu 1 Lesi awal berupa papul atau vesikel yang tidak nyeri. Gambaran khas berupa ulkus dengan granuloma, adenopati (+). 1 Ulkus Durum 2-4 Minggu 1 Lesi awal berupa papul lentikulererosiulkus yang tidak nyeri, soliter, dinding tak bergaung, dasar ulkus bersih, dan kulit sekitarnya tidak tampak tanda radang akut, adenopati (+). 1 11
Dari pemeriksaan klinis, diagnosis kerja yang paling mungkin adalah ulkus mole. Meskipun pada pengecatan gram tidak didapatkan gambaran khas H. ducrey berupa basil berkolompok atau berderet seperti rantai, namun menurut perdoski (2004) jika tampakan klinis jelas, walaupun laboratorium (-) maka tetap dianggap dan diterapi sebagai ulkus mole. 5 Ulkus mole disebabkan oleh mikroba H.Ducrey. Melekatnya mikroba yang patogen ini pada permukaan sel epitel dianggap merupakan proses awal yang terpenting dari infeksi. H.Ducreyi mamapu menyebabkan hemoaglitinasi sel-sel eritrosit manusia, dan aktivitas ini dihubungkan dengan permukaan bakteri yang hidrofobik tinggi. Pili yang dimiliki oleh H.Ducreyi mungkin memegang peranan penting pada proses adesi ini. Pili yang dapat terdeteksi dengan menggunakan mikroskop elektron ini tampak sebagai bagian tubuh yang sangat halus, dan berbeda pada pili pada Neisereia Gonorheae. Pili ini terdiri ataspilin monomer dengan berat molekul 2400 Dalton. H.Ducreyi dapat berpenetrasi ke dalam epidermis melalui sel-sel epitel yang rusak karena trauma atau abrasi. 2,4
Patogenesis terbentuknya ulkus tidak sepenuhnya dimengerti. Diperkirakan ada pengaruh produk toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab ulkus mole tersebut atau karena mekanisme tidak langsung misalnya karena induksi inflamsi dari bakteri itu sendiri. Data mengenai kemungkinan dihasilkannya enzim dari jaringan ekstraseluler H.Ducreyi yang berfungsi sebagi enzim degradasi, masih kontroversial. Bine dan Joslin mampu mendemonstrasikan adanya aktifitas enzim phospolipase C dan enzim protease pada kultur sel yang mengandung H.Ducreyi. Sementara Strum mendeteksi faktor ekstraseluler lainnya yang dihasilkan oleh kuman ini saat dilakukan inkubasi pada leukosit manusia. Faktor ekstraseluler ini memiliki aktifitas leukotoksik tanpa mempengaruhi integritas leukosit itu sendiri. 2,4
Untuk penatalaksanaan pasien, diberikan tatalaksana antibiotic yang sesuai dengan tatalaksana untuk ulkus mole. Berikut adalah terapi rekomendasi dari DEPKES tahun 2011 untuk ulkus genital : 6
12
Sifilis stadium 1 dan 2 Ulkus Mole Herpes Genitalis Episode Pertama Herpes Genitalis rekurens LGV Obat yang di anjurkan Benzatin Benzilpenisilin 2,4 juta IU, dosis tunggal, intramuskular Siprofloksasin *
2 x 500 mg/hari, peroral, selama 3 hari ATAU Eritromisin base, 4 x 500 mg/hari, per oral , selama 7 hari ATAU Azitromisin 1g, peroral, dosis tunggal ATAU Asiklovir 5x200 mg, peroral selama 7 hari ATAU Asiklovir 3x400 mg/hari selama 7 hari ATAU Valasiklovir 2x500 mg/hari peroral, selama 7 hari Asiklovir 5x200 mg, peroral selama 5 hari ATAU Asiklovir 3x400 mg/hari selama 5 hari ATAU Valasiklovir 2x500 mg/hari peroral, selama 5 hari Doksisiklin * 2x100 mg/hari, selama 14 hari, per oral ATAU Eritromisin Base 4x500 mg/hari selama 14 hari Obat pilihan lain Penisilin-prokain 600.000 U/hari selama 10 hari, intra muskuler Seftriakson 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal
Alergi Penisilin dan tidak hamil Doksisiklin *
2x100 mc/hari per oral, selama 30 hari ATAU Eritromisin 4 x 500 mg/hari selama 30 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil/menyusui atau anak berumur kurang dari 12 tahun
Terapi antibiotik pilihan pada pasien pada pasien ini adalah ceftriakson 250 mg dosis tunggal intramuskular, karena memiliki efikasi yang paling baik diantara pilihan preparat lainnya. Selain itu, telah dilaporkan banyaknya kasus resistensi strain h.ducreyi terhadap preparat eritromisin dan ciprofloksasi hampir di seluruh dunia. Azitromisin dapat digunakan sebagai alternatif, namun memiliki efikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan ceftriakson. 2,7
13
Untuk topikal diberikan kompres betadine 1% pada daerah ulkus selama 10 menit. Sebagai tambahan diberikan analgetik asam mefanamat untuk mengurangi gejala nyerinya. Prognosis pada pasien ini meliputi : Prognosis ad functionam fungsi alat kelamin pasien sebagai traktus urinarius dan fungsi seksual dubia et bonam, karena kerusakan kemungkin terbatas pada kulit dan tidak sampai organ yang lebih profunda seperti uretra, korpus kavernosa maupun korpus bulbosa penis, hal ini tercermin dari pengakuan pasien dimana tidak ada gangguan dalam hal miksi, serta kemampuan ereksi penisnya masih baik. Prognosis ad vitam, dubia ad bonam, kondisi ulkus mole pada pasien tidak sampai mengancam nyawa, bahkan pada beberapa kasus dapat sembuh sendiri, namun harus tetap diobati karena dapat mengalami rekurensi.
14
IV. KESIMPULAN Telah dilaporkan satu kasus Ulkus Mole. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Pasien kemudian diberikan pengobatan, berupa edukasi dan medikamentosa. Terapi medikamentosa yang diberikan berupa antibiotik ceftriakson dosis tunggal dan analgetik asam mefanamat. Untuk topikal diberikan kompres betadine 1%.
Dengan ini menyatakan laporan kasus ulkus mole ini telah direvisi pada tanggal 4 Maret 2014.
Pembimbing
dr.Dedianto Hidajat,SpKK 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Judanarso J. Ulkus Mole. Dalam: Djuanda, S. Hamzah, M. Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2011. hlm 416- 420. 2. Lautenschlager S. Chapter 202: Chanchoid. In: Wolff, K.Goldsmith, L.A.Katz, S.I. Gilchrest, B.A. Paller, A.S. Leffel, D.J. editors.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill :New York. 2008. p. 1983-1986. 3. Jackson S, Nesbitt Lee. Differential Diagnosis For the dermatologist. Springers. Berlin-Germany. 2008 4. Adam, A.M. Bahan Ajar Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Sistem Urogenitalia. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.2012 hal.60-68 5. PERDOSKI. Standar Pelayanan Medis Dokter Spesealis Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2004.hal 129-130 6. DEPKES. Pedoman Nasional Penanggulangan Infeksi Menular Seksual 2011.Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.2011. Hal 29-34 7. Kemp M, Christensen JJ, Lautenschlager S. European Guideline For Management of Chancroid 2011. International journal of STD and AIDS. 2011;22:241-244
16
TUGAS TAMBAHAN Bagaimana mekanisme terbentuknya gambaran school of fish pattern pada pemeriksaan mikroskopis ulkus mole? Haemophilus ducreyi adalah agen penyebab ulkus mole, merupakan kuman berbentuk batang, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, dan memerlukan hemin atau faktor x untuk tumbuhnya, tidak bergerak aktif, tidak membentuk spora, dan pada pewarnaan gram terlihat rantai streptobasil yang khas. 1 Jumlah H.ducreyi pada eksudat ulkus berkisar antara 10 7- 10 8 /ml pus. Basil dijumpai dalam bentuk kelompok kecil atau rantai yang paralel dari 2 atau 3 organisme yang tersebar linear sepanjang untaian sekret mukous, baik intra maupun ekstrasel. Gambaran seperti ini diistilahkan sebagai school of fish atau railroad track. 2 1. Fahmi Daili S, Indriatmi B, Zubier F. Infeksi Menular Seksual edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2005. hal-40-41 2. Lautenschlager S. Chapter 202: Chanchoid. In: Wolff, K.Goldsmith, L.A.Katz, S.I. Gilchrest, B.A. Paller, A.S. Leffel, D.J. editors.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill :New York. 2008. p. 1983-1986.