You are on page 1of 4

PERANG TABUK

Perang tabuk adalah perang terakhir yang terjadi di masa Rasulullah SAW.
Sebab terjadinya Perang Tabuk
Kerajaan Romawi saat itu adalah kerajaan besar dan kuat yang selalau
memenangkan pertempuran. Karena kekuatan tentara Romawi yang semakin kuat dan
tangguh, raja Romawi merasa perlu memperluas kekuasaannya sampai ke Arab. Selain itu,
Raja Romawi juga mengetahui adanya Islam yang meluaskan sayapnya di seluruh Arab.
Lalu Raja kerajaan Romawi tersebut berkeinginan menaklukkan wilayah-wilayah Islam saat
itu. Para pedagang Syam yang mengabarkan kepada Rasulullan SAW bahwa Romawi
memperiapkan pasukan untuk menyerang Madinah. Rasulullah langsung memerintahkan
umat Islam baik yang tinggal jauh dari Madinah atau di dalam kota untuk bersiap-siap
perang.
Persiapan perang
Dalam perang ini, beluan secara terang-terengan meminta kepada kaum muslimin
agar mempersiapkan diri karena musuh yang akan mereka hadapi sekarang sangat besar
dan kuat. Ditambah lagi dengan perjalanan yang sangat jauh. Perang Tabuk ini terjadi saat
musim buah tiba, yang berarti juga pada masa musim paceklik.
Kaum muslimin memutuskan mau berperang dengan syarat pertempuran dilakukan di
luar kawasan kota suci Makkah dan Madinah. Akhirnya diputuskan lokasi pertempuran di
sebuah padang pasir bernama Tabuk. Perjalanan menuju Tabuk dikisahkan memakan
waktu 20 hari. Karena banyaknya pasukan yang ikut serta, bekal harus dihemat sedemikian
rupa dan cara hingga akhirnya 18 orang mendapatkan jatah 1 unta untuk makanan bahkan
terpaksa sekadar menyembelihnya hanya untuk mengambil air dalam tubuh unta karena
cuaca sangat kering. Karena hal ini pula maka pasukan Perang Tabuk ini disebut Pasukan
Jaisyul Usrah (Pasukan yang Dalam Keadaan Sulit).
Diantara umat Islam yang kebanyakan mempersiapkan diri untuk berperang, ada
sekelompok orang munafik di Madinah yang menyampaikan kepada Rasulullah SAW
berbagai alasan agar mereka tidak ikut berperang dan mencegah orang lain ikut berperang.
Rasulullah yang mengetahui hal sebenarnya memerintahkan Ali untuk tetap berada di
Madinah dan beliau ikut dalam perang.
Di tengah perjalanan, Abdullan bin Ubay bin Salul, pemuka kaum munafikin, berbaik
arah dan kembali pulang dengan para pengikutnya dan menyebabkan semakin berkurang
jumlah pasukan kaum muslimin yang berangkat ke medan jihad. Sebagian kaum muslimin
yang tidak ikut serta ke medan perang disebabkan karena udzur syar, wanita, anak-anak,
serta kaum laki-laki yang tidak memiliki udzur di hadapan Allah seperti tidak memiliki
kendaraan dan perbekalan yang cukup.
Hari H
Pada 19 Rajab 9 Hijriah (Oktober 631M) di medang perang, Tabuk, dengan pasukan
30000 muslimin, Rasulullah tidak menemukan tanda-tanda keberadaan pasukan Romawi.
Mendengar kekuatan pasukan muslim, timbul ketakutan dan kekhawatiran pasukan Romawi
dan sekutunya sehingga tidak berani maju atau melancarkan serangan. Mereka berpencar
ke batas-batas wilayahnya dan mengirimkan Yuhanah bin Rubbag dari Ailah untuk
menawarkan perjanjian perdamaian dengan beliau dan siao menyerahkan jizyah kepada
beliau. Begitupun dengan penduduk Jarba dan Adruj.
Meskipun tidak terjadi peperangan, peristiwa ini menunjukkan bahwa uma islam siap
berkorban untuk menghadapi pasukan kufur. Perang tabuk juda disebut perang Fadhihah
yang berarti terungkap, karena sebagian orang yang menunjukkan dirinya muslim ternyata
adalah orang munafik.
Diantara orang-orang yang berangkat ke Tabuk, ada orang-orang yang ternyata
berusaha menyebarkan keraguan dalam hati muslimin. Tidak hanya itu, dalam perjalanan
kembali menuju Madinah, beberapa munafik mengadaka tipu daya untuk membunuh
Rasulullah SAW dengan cara mendorong beliau dari puncak tebing di jalan tersebut.
Diantara orang-orang yang hendak mencelakakan Nabi, Hudzaifah mengenal nama dan ciri-
ciri orang munafik yang tidak dihukum/dibunuh oleh Nabi karena perbuatannya. Dari
peristiwa penyerangan terhadap Nabi inilah Hudzaifah dikenal sebagai pemegang rahasia
nama-nama kaum munafik lengkap dengan ciri-ciri mereka. Sepeninggal Rasulullah, para
sahabat mengetahui seseorang adalah munafik apabila Hudzaifah tidak mau menyolatkan
jenazahnya.
Kembali ke Madinah
Sekembalinya Rasulullan ke Madinah, Rasulullan menghancurkan Masjid Dhirar yang
merupakan Masjid orang munafik didirikan oleh Kazraj saat Rasulullah dalam perjalanan ke
Tabuk untuk mengembalikan kekuasaannya. Sebelum Rasulullah tiba di Madinah, Khazraj
yang digelaru Abu Amir Ar Rahib (si Pendeta), memiliki kedudukan mulia di kalangan orang-
orang Jazraj. Setelah Rasulullah tiba sebagai Muhajir di Madinah dan mendudukinya,
secara perlahan tapi pasti Abu Amir tersingkir dan diam-diam menyusun rencana untuk
mengembalikan posisinya.
Dalam perang tabuk, ada beberapa sahabat yang tidak turut serta, Kaab bin Malik,
Muraran bin Rabiah Al-Amiri, dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi. Rasulullan melarang kaum
muslimi berbicara kepada mereka bertiga, diantara delapan puluhan orang yang tidak ikut
dalam perang tersebut. Selama 50 hari mereka dijauhkan dari masyarakat dan istri mereka,
diasingkan dari kampung halaman, disempitkan dari dunia yang luas seperti dituliskan pada
surat At-Taubah:118.
Jika berbicara tentang Perang Tabuk, sebenarnya bukan membahas tentang perang,
melainkan pengorbanan, kesetiaan, keimanan, juga pembuktian. Pembuktian atas cinta
kepada Allah dan rasul-Nya.

Iman itu bukan sekedar angan-angan atau menghiasi diri dengan pengakuan, akan
tatapi suatu keyakinan yang tertancap dalam hati dan dibukti dengan amalan amalan.

Sumber:
indonesian.irib.ir
muhajirinanshor.tumblr.com
wikipediabahasamelayu
Salafy.or.id
janganmales.wordpress.com

Diann (230414)

You might also like