You are on page 1of 69

1

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai
akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Dinkes Provinsi Sulsel, 2010).
Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk
mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan
kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
(Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan
yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS
di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum (Dinkes Provinsi Sulsel,
2010).
2

2


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari
tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal
pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi
kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan
terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya
anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan
salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga
atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap
anggota rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri
sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat,
mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi,
serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga
digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI,
2007).
Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua khususnya
ibu, karena orangtua akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga
lainnya sehingga pemberian informasi kesehatan akan lebih efektif apabila
disampaikan oleh orangtua pada anggota keluarga yang lain. Orangtua juga
3

3

memiliki fungsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar kepada anggota
keluarga yang lain (Friedman, 1998). Agar dapat memberikan pengetahuan
dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anggota keluarga lainnya
diperlukan pengetahuan yang memadai dari orangtua.
Untuk melaksanakn fungsi keluarga maka diperlukan pengetahuan dan
sikap yang baik tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan akan
memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan
keputusan dan dalam berprilaku. Pengetahuan juga merupakan domain yang
sangat penting untuk terbetuknya prilaku sesesorang (over behavior), karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak di dasari oleh
pengetahuan. Internalisasi pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat terjadi saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut
pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai
individu dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya (Notoadmodjo, 2010).
Hasil penelitian Artini (2010) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Orangtua dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di puskesmas
Pasundan Samarinda Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara Pengetahuan dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan besarnya hubungan antara Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan pengetahuan adalah sebesar 47,1 %. Dari penelitian
tersebut didapatkan bahwa pengetahuan ternyata memiliki pengaruh terhadap
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di daerah tersebut.
4

4

Penelitian lain yang dilakukan Habibah (2008) tentang Hubungan
Pengetahuan dengan Sikap terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Rumah Tangga di Puskesmas Sidomulyo, menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap penerapan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dalam Rumah tangga, dengan nilai p value 0,033 0,05,
maka pengetahuan berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten Luwu dari 192 desa jumlah
rumah yang dipantau melalui program PHBS tahun 2011 sebanyak 27.671
rumah tangga dari jumlah tersebut yang ber PHBS sebanyak 13.827 (49,97 %)
rumah tangga, sedangkan untuk kecamatan Ponrang dari 4.311 rumah tangga
jumlah yang dipantau 2.353 (55 %) rumah tangga jumlah yang ber PHBS
sebanyak 1.970 (83,7 %) (Dinkes Kabupaten Luwu, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti
tentang Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di desa Mario kecamatan Ponrang
kabupaten Luwu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap Keluarga
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga
di desa Mario kecamatan Ponrang kabupaten Luwu ?.

5

5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap keluarga tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di
desa Mario kecamatan Ponrang kabupaten Luwu.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di desa Mario
kecamatan Ponrang kabupaten Luwu.
b. Diketahuinya mengetahui sikap keluarga tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di desa Mario
kecamatan Ponrang kabupaten Luwu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan dalam pengembangan keperawatan khususnya keperawatan
komunitas.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan
mengenai pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam
mengoptimalkan program-program perilaku hidup bersih dan sehat.


6

6

3. Bagi Keluarga
Memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat
sehingga masyarakat khususnya orang tua dapat mengetahui dan
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam menganalisa berbagai masalah
kesehatan masyarakat khususnya tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada tanatan keluarga dan sebagai data dasar bagi peneliti lain
yang ingin melanjutkan hasil penelitian ini.













7

7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera
panglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan tersebut di peroleh baik dari pengalaman langsung
maupun pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2010).
Menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam
menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat dilakukan bahwa
pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, menyesuiakan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

8

8

b. Tingkatan pengetahuan
Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan
mempunyai enam tingkatan :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan dan menyatakan.
2) Memahami (Comprehantion)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tenntang objek yang diketahui dan dapat
diinterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi
9

9

lainnya. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip sekitar pemecahan masalah dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisa (Analisys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaiatannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuiakan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang
10

10

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo, 2010).
Untuk membentuk tindakan atau perilaku seseorang sangat
diperlukan pengusaan pengetahuan yang cukup kuat. Rogers (1974)
dalam (Notoatmodjo, 2010), sebelum orang mengadopsi suatu
perilaku atau perilaku baru dalam siri orang tersebut terjadi suatu
proses sebagai berikut :
1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dan
mengetahui adanya stimulus.
2) Tertarik (Interest) dimana orang tersebut sudah mulai tertarik
dengan adanya stimulus tersebut.
3) Menilai (Evaluation) dimana orang sudah mulai menimbang-
nimbang baik buruknya stimulus tersebut terhadap dirinya.
4) Mencoba (Trial) dimana orang sudah mulai mencoba perilaku
baru tersebut.
5) Adaptasi (Adaptation) dimana orang tersebut atau telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap
terhadap stimulus yang didapatnya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
yakni :


11

11

1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian an kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsungnya seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, menurut IB Mantra dalam Notoatmodjo (2010), makin
tinggi pengetahuan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan adanya seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bukan berarti seorang berpendidikan
rendah, mutlak berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, namun
dipendidikan non formal juga dapat diperoleh.
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua sapek inilah
yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan obyek yang
12

12

diketahui, maka menumbuhkan sikap yang semakin positif
terhadap obyek tersebut.
2) Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta
pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan menifestasi
dari keterpaduan menalar secara alamiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kesehatan.
3) Umur
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan
kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa
IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya
pada kemampuan yang lain seperti kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
(Notoatmodjo, 2010).


13

13

4) Sumber Informasi
Sumber Informasi dokumenter merupakan informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi.
Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan yang
berada dibawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak
resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi
tanggung jawab dan wewenang badan instansi resmi atau
perorangan.
Sumber primer (sumber data tangan pertama) adalah sumber
informasi langsung berasal dari yang mempunyai wewenang/
tanggung jawab terhadap data tersebut. Sumber sekunder adalah
sumber informasi yang bukan dari tangan pertama.
Sumber kepustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku laporan
penelitian, majalah, ilmiah jurnal.Sumber informasi lapangan
diperoleh langsung dari objek dilapangan. Objeknya adalah orang
yang berlangsung berkecimpung dengan hal hal yang ingin
diketahui. Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal sehingga informasi
diperoleh dapat diadopsi secara keseluruhan ataupun hanya
sebagian. (Notoadmojo, 2010).
Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu
seperti TV, televisi, radio, internet. Sumber informasi dari media
14

14

cetak yaitu majalah, koran, tabloid. Sumber informasi yang
diperoleh dari tenaga kesehatan : dokter, bidan, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya.
2. Konsep Sikap
a. Pengertian
Menurut Sarnoff dalam Azwar (2005) mengidentifikasikan
sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara
positif (favorably) atau secara negatif(unfavorably) terhadap obyek-
obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap
sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional,
emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu
(Azwar, 2005).
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2005) memberikan definisi
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa
obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa,
pandangan, lembaga, norma dan lain-lain (Azwar, 2005).
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi
berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat
15

15

disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi.
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam
interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
b. Komponen Sikap
Sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan
konatif. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari
pengetahuan. Komponen afektif, adalah komponen yang
berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga
bersifat evaluatif. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang
berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan
dengan objek sikap. Mann dalam Azwar (2005) menjelaskan bahwa
komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang
dimilki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini
dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
Kompoenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi.
16

16

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap
seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan
untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu.
c. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh
individu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia.
Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
seseorang membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan
yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk
pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya
(Azwar, 2005).
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah:
1) Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan
sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
17

17

melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih
mendalam dan lebih lama berbekas.
2) Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan
pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah
reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola
reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,
bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3) Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu
bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4) Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa
seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
18

18

5) Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi
pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6) Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan
oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang
didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
e. Fungsi Sikap
Baron (2004) (dalam, Azwar 2005) mengatakan; Pertama, sikap
berfungsi sebagai skema kerangka kerja mental yang membantu
individu untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis
informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga diri (self-esteem
function) yang membatu individu mempertahankan atau meningkatkan
perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi untuk
19

19

menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression
motivation function).
f. Perubahan Sikap
Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara
manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk
menghasilkan perbahan sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar
manipulasi diperoleh dari pemamahaman mengenai organisasi sikap,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses perubahan
sikap. Pada teori Kelman (dalam Azwar, 2005) ditunjukkan
bagaimana sikap dapat berubah melaui tiga proses yaitu kesediaan,
identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan terjadi ketika individu
bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain
dikarenakan individu berharap untuk memperolah reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut.
Identifikasi terjadi saat individu meniru perilaku atau sikap
seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut
sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubungan
yang menyenangkan antara individu dengan pihak lain termaksud.
Internalisasi terjadi saat individu menerima pengaruh dan bersedia
bersikap menurut pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai
dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sistem nilai
yang dianutnya (Azwar, 2005).
20

20

Proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut
banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi,
berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses
terjadinya pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan
sikap (Azwar 2005).
3. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan dua atau lebih dua individu yang
tergabung hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan didalam peranannya masing-
masaing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon
dan Aracelis dalam Ferry Efendi : 2009: 179 ).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran atau adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiang anggota keluarga (Duval
dan Logan dalam Ferry Efendi : 2009: 179).
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas dua orang atau lebih,
adanya ikatan perkawinaan dan pertalian darah, hidup dalam satu
rumah tangga, dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga,
berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota
21

21

keluarga mempunyai peran masing masing, menciptakan,
mempertahankan suatu kebudayaan.
b. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam, diantaranya :
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimanna hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimanna hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
5) Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
22

22

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. (Setiadi,
2008).
c. Perkembangan Keluarga
Carter dan Mc Goldrick (1989) dalam Friedman (1998)
membagi keluarga dalam 5 tahap perkembangan, yaitu :
1) Keluarga antara (masa bebas / pacaran) dengan usia dewasa muda.
2) Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan.
3) Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampau
usia sekolah).
4) Keluarga yang memiliki anak dewasa (keluarga yang mulai
melepas anaknya untuk keluar rumah).
5) Keluarga lansia
d. Peran Keluarga
Peran menurut Nye (1976) dalam Friedman (1998:287) peran
menunjuk pada beberapa set perilaku yanng kurang lebih bersifat
homogen yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari
seseorang dalam situasi sosial tertenu. Peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari perilaku, kelompok, masyarakat (Effendi,
1998: 34).
23

23

Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-
anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat. Sedangkan
peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya (Effendy, 1998).
Keluarga merupakan tempat membina pengalaman bagi
anggota keluarga dalam hal :
1) Biologis
Pengasuh anak dan kasih sayang, makanan yang bergizi
bagi anggota keluarga, perawatan kesehatan dan pencegahan,
melakukan aktivitas dan istirahat.
2) Socio Cultural
Keluarga meupakan alat untuk menurunkan tradisi
adat istiadat (bahasa, kebudayaan), keluarga merupakan tempat
untuk sosialisasi.
3) Psikologi
Keluarga membentuk kepribadian dan rasa percaya diri,
keluarga mengembangkan kemampuan berhubungan dengan
orang lain, keluarga merupakan tempat untuk pembentukan
perkembangan emosi dan intelektual.
24

24

4) Ekonomi
Keluarga berperan dalm mengetahui perolehan
penghasilan dan bagaimana alokasinya, keluarga berperan
dalam pengaturan keuangan dan kita bisa menabung.
5) Pendidikan
Keluarga berperan dalam persiapan untuk kehidupan
masa depan, keluarga membuat anak memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan, keluarga membuat anak
mengerti orang dewasa.
e. Fungsi dan Tugas Keluarga
1) Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998:100)
adalah berikut:
a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain
b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah
c) Fungsi reproduksi, adalahfungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
25

25

d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi.
2) Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Freedman (1998) dalam Mubarak (2009) membagi 5
tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan,
yaitu :
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga.
c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda
d) Memepertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
26

26

e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada)
4. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga
a. Pengertian
Rumah tangga sebagai elemen terkecil dari masyarakat sangat
memegang peranan penting dalam peningkatan kesadaran PHBS,
rumah tangga yang sehat tentunya akan menjamin terwujudnya
masyarakat yang sehat, begitu pula sebaliknya (Rahmani, 2010).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan
memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup
bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga
diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri
dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat,
mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap
rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2002).



27

27

b. Sasaran PHBS di Rumah Tangga
Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota rumah
tangga yang terdiri dari pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui,
anak dan remaja, usia lanjut, pengasuh anak (Depkes RI, 2007).
c. Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Adapun manfaat PHBS di rumah tangga adalah: 1) Anggota
keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, 2) Mampu
mengupayakan lingkungan sehat, 3) Peningkatan kinerja dan citra
alokasi biaya penanganan masalah kesehatan dapat di alihkan unatuk
pengembangan lingkungan sehat & penyedian sarana kesehatan
merata, bermutu dan terjangkau, 4) Anak tumbuh sehat & cerdas, 5)
Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan, 6) Menjadi
pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS di
rumah tangga, 7) Produktivitas anggota keluarga meningkat, 8)
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, 8) Pengeluaran biaya
dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga ,pendidikan &
modal usaha untuk peningkatan pendapatan, 9) Mampu
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti
posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok
pemakai air, ambulan desa (Dinkes Provinsi Sulsel, 2007).
d. Indikator PHBS di Rumah Tangga
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
28

28

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan karena tenaga
kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinan, sehingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin.
2) Memberi ASI eksklusif.
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan, tetapi bila
mungkin sampai enam bulan. Setelah bayi berumur enam bulan ,
ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun Depkes RI
(2007), atau bahkan lebih dari dua tahun. Adapun manfaat
pemberian ASI bagi bayi dan ibu adalah: 1) ASI sebagai nutrisi, 2)
ASI meningkatkan daya tahan tubuh, 3) ASI meningkatkan
kecerdasan, 4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih ibu, 5)
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, 6) Mengurangi
terjadinya anemia, 7) Menjarangkan kehamilan, 8) Mengecilkan
rahim, 9) Lebih cepat langsing. 10) Mengurangi kemungkinan
menderita kanker, 11) Lebih ekonomis/murah, 12) Tidak
merepotkan dan hemat waktu, 13) Portabel dan praktis, 14)
Memberi kepuasan bagi ibu (Depkes RI. (2009).
29

29

3) Menimbang balita setiap bulan.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembanga bayi dan
balita dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan di
posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau pos pelayanan
Anak Usia Dini (PAUD) (Depkes RI, 2009).
4) Menggunakan air bersih.
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada
kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% badan
terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80% . Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara
lain untuk minum, masak dan mencuci, dan sebagainya. Diantara
kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah
kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu, untuk keperluan
minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan
khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia
(Notoatmodjo, 2010).
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa, syarat syarat air
minum yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Syarat fisik,
persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya. Cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini lebih sukar. 2)
30

30

Syarat bakteriologis, air minum tidak boleh mengandung bakteri-
bakteri penyakit (patogen) seperti bakteri coli melebihi batas
batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air serta
kandungan oksigen dalam air bersih berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air
minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.
Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air
tersebut buruk. Kandungan BOD dalam air bersih menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku
mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan
adalah 6 mg/l, 3) Syarat kimia, air minum yang sehat harus
mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan
perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada
umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan
tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun
dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya
upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan
tersebut. Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini
harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sebagai
31

31

berikut: 1) Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit
yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap
tahunya, 2) Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup, 3) CTPS
(cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya intervensi kesehatan
yang paling cost-effective jika dibanding dengan hasil yang
diperolehnya (Rahmani, 2010).
Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan,
2) Sebelum menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4)
Setelah menceboki bayi/anak, 5) Setelah memegang unggas atau
hewan.
Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang
melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain : 1)
Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, 2) Mencegah
penularan penyakit seperti typus, disentri,flu burung, flu babi, 3)
Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut : 1)
Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
seperlunya, 2) Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-
sela jari dan punggung tangan, 3) Bersihkan tangan menggunakan
lap bersih (Rahmani, 2010).


32

32

6) Menggunakan jamban yang sehat.
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban
yang sehat (Notoadmodjo, 2010).
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa, suatu jamban yang
sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak
mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2)
Tidak mengotori air permukaan disekitarnya, 3) Tidak mengotori
air tanah di sekitarnya, 4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama
lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya, 5) Tidak
menimbulkan bau, 6) Mudah digunakan dan dipelihara, 7)
Sederhana desainya, 8) Murah, 9) Dapat diterima oleh
pemakainya.
Agar persyaratan - persyaratan ini dapat dipenuhi, maka
perlu diperhatikan antara lain: 1) Sebaiknya jamban tertutup,
artinya bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain, terlindungi dari pandangan
orang, 2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang
kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya, 3) Bangunan
jamban sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, dan tidak menimbulkan bau dan
33

33

sebagainya, 4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersihkan
seperti air atau kertas pembersih (Notoadmodjo, 2010).
Jamban yang paling diajurkan untuk digunakan menurut
Soeparman dan Suparmin (2001) dalam Sembiring, M . E. S.
(2009) adalah jamban leher angsa. Tipe jamban ini terdiri dari
lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab (leher angsa)
dapat langsung dipasang di atas lubang galian, lubang hasil
pengeboran atau tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air
pada leher angsa, lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat
pada lubang jamban, dan bau tidak dapat keluar dari lubang
tersebut.
7) Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.
Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari
jentik. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan
penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
dan kemungkinan terhindar dari penyakit semakin besar seperti
Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya dan kaki
gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).
8) Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.
Sayur merupakan salah satu sumberdaya yang banyak
terdapat disekitar kita, mudah diperolah dan berharga relatif murah
serta merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayur antara lain
mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan
34

34

karbohidrat dalam bentu selulosa dan pektin atau disebut juga
serat. Sayur umunya rendah dalam kandungan protein dan lemak
tetapi tinggi dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan
provitamin A, kecuali untuk beberapa jenis sayur tertentu. Jenis
sayur yang banyak mengandung serat adalah sayur daun hijau
antara lain bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk, dan
daun melijo (Setiowati, 2000).
Anwar, Marliyati, Sulaiman (1992 dalam Setiowati, 2000),
buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang
potensial dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin dan
mineral. Buah juga dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan
vitamin E, mineral FE dan mineral ZN yang berfungsi menangkal
radikal bebas sedangkan serat banyak berfungsi dalam
memperlambat kerusakan sel secara dini.
Sayur makanan yang bersifat alkalis/basa, dinilai lebih
dapat mengimbangi daging yang bersifat asam. Peran selenium
dan kromium (yang terkandung dalam sayur) dalam ratio tertentu
mampu mencegah terbentuknya karat lemak pada dinding
pembuluh darah. Sayur yang kandungan kalsiumnya lebih banyak
dari susu, lebih-lebih yang berasal dari tumbuhan laut, dapat
mengatasi masalah zat kapur. Radikal bebas yang diperoduksi
dalam tubuh manusia, yang dapat mengubah sifat-sifat sel tubuh
menjadi kanker, atau karat lemak pembuluh darah, dapat diredam
35

35

reaksinya dengan zat antioksidan. Zt-zat yang berperan sebagai
antioksidan sudah ditemukan diantaranya vitamin C, E dan
selenium. Zat-zat ini terkandung dalam berbagai macam sayur,
meskipun jenisnya belum diketahui secara pasti (Nadesul, 1994
dalam Setiowati, 2000).
Khomsan dan Nasution (1995 dalam Setiowati, 2000),
pengetahuan gizi merupakan landasan penting menentukan
konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi
baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan
pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan
bisa lebih terjamin.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari
penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah
tinggi, kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot
menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus,
lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara
keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007
dalam Suriyani, 2009).
10) Tidak merokok di dalam rumah.
Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang
dihisap akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya,
36

36

diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan
Carbon Monoksida (CO). Nikotin ini menyebabkan ketagihan dan
merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan
paru-paru dan kanker.CO menyebabkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan
mati (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang
digunakan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian










Pengetahuan
Sikap
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
(PHBS)
37

37

BAB III
METODOLOGI PENELITlAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yaitu
pengetahuan dan sikap keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
tatanan rumah tangga.
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memenuhi
kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh rumah tangga di Desa Mario Kecamatan Ponrang
Kabupaten Luwu sebanyak 165 rumah tangga. Subjek penelitian ini
adalah sasaran PBHS tatanan rumah tangga yaitu ibu rumah tangga.
2. Sampel
Besar sampel di hitung berdasarkan ketetapan WHO bahwa untuk
penelitian jenis survei jika populasinya lebih 100 maka jumlah sampel
adalah 25 % dari total populasi (Iwan Awaluddin Yusuf; 2011), sehingga
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : 165 x 25 % = 41,25, Jadi
jumlah sampel penelitian ini adalah 41 responden.
Kriteria sampel penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi:
38

38

1) Ibu rumah tangga yang tingga di desa Mario Kecamatan Ponrang
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Pernah berpartisipasi dalam penelitian yang sama
2) Tidak bersedia menjadi subjek penelitian
3. Sampling
Prosedur pengambilan sampel menggunakan cara proportionate
stratified random sampling, dengan demikian sampel yang dikehendaki
dapat diambil secara acak. Dalam hal mengadakan alokasi sampel
digunakan cara membagi sub sampel sama besar untuk masing-masing
sub populasi .
Desa Mario terbagi dalam 4 dusun maka selanjutnya dihitung jumlah
sampel per unit dusun sebagai berikut :
a. Dusun Mario jumlah rumah tangga 56 = 56/165 x 41 = 14
b. Dusun Likudenge jumlah rumah tangga 32 = 32/165 x 41 = 8
c. Dusun Saorojae jumlah rumah tangga 42 = 42/165x 41 = 10
d. Dusun Salutangnga jumlah rumah tangga 35 = 35/165 x 41 = 9

C. Variabel Penelitian
Variabel menurut Soeprapto (2000) dalam Nursalam (2009: 97) adalah
perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu
(benda, manusia, dan lain-lain). Variabel independen yaitu pengetahuan dan
39

39

sikap keluarga dan variabel dependen adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pada tatanan rumah tangga.
D. Defenisi Operasional
1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang dalam penelitian ini
adalah anggota keluarga dalam hal ini ibu rumah tangga di desa Mario
kecamatan Ponrang.
2. Pengetahuan
a. Defenisi adalah segala sesuatu yang dipahami atau dimengerti oleh
keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di di desa Mario
kecamatan Ponrang.
b. Kriteria objektif
1) Pengetahuan dikatakan baik jika skor nilai yang diperoleh (17-24)
2) Pengetahuan dikatakan cukup jika skor nilai yang diperoleh (9-16)
3) Pengetahuan dikatakan kurang jika skor nilai yang diperoleh (0-8)
3. Sikap
a. Defenisi adalah respon atau reaksi keluarga mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat di di desa Mario kecamatan Ponrang
b. Kriteria objektif :
1) Sikap dikatakan positif jika skor nilai > 50 %
2) Sikap dikatakan negatif jika skor nilai 50 %
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Mario Kecamatan Kabupaten Luwu.
F. Waktu Penelitian
40

40

Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 5 s/d 18 September 2012

G. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner
yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 2 bagian besar, bagian
pertama berisi Kuesioner Data Demografi (KDD) meliputi usia responden,
hubungan responden dengan balita, jumlah balita, agama, suku, pendidikan
terakhir, pekerjaan serta penghasilan responden. Sedangkan bagian kedua
berisi Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang terdiri dari 24 pertanyaan dan pilihan jawaban ya dan
tidak. Kuesioner tersebut terdiri dari 6 item nomor 1-6 yang berisi tentang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 18 item nomor 7-24 tentang upaya kesehatan.
Penilaian menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban: Ya dan
Tidak. Pada pertanyaan positif jawaban Ya diberi nilai 1 (skore=1) dan Tidak
diberi nilai 0 (skore =0) sedangkan pada pertanyaan negatif jawaban Ya
diberi nilai 0 (nilai =0) dan jawaban Tidak diberi nilai 1 (skor=1). Pertanyaan
positif terdiri dari 20 item nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 24, sedangkan pertanyaan negatif terdiri dari 4 item nomor 3, 12,
22, 23, Pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada
keluarga digambarkan dalam tiga kategori yang ditentukan dengan cara
(Sudjana, 2002):Panjang kelas=skore tertinggi-skore terendah
Banyak kelas : = 24-0/3 = 8
41

41

Dengan panjang kelas 8 dan nilai terendah 0 maka pengetahuan keluarga
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dikategorikan sebagai berikut: 0-8
kurang, 9-16 cukup dan 17-24 baik.
Kuesioner Sikap Keluarga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 21 pernyataan dengan pilihan
jawaban setuju dan tidak setuju. Pernyataan positif jika menjawab setuju nilai
1 dan 0 jika menjawab tidak setuju, sebaliknya jika pernyataan negatif
menjawab setuju nilai 0 dan jika tidak setuju nilai. pernyataan positif adalah
nomor : 3, 4, 7, 8,9,10,13,18,19, 20 dan pernyataan negatif nomor: 1,2,5,6,
11,12, 17. Panjang kelas =skore tertinggi-skore terendah
Banyak kelas = 21-0/3 = 7
Dengan panjang kelas 7 dan nilai terendah 0 maka sikap keluarga tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dikategorikan sebagai berikut: 0-7 kurang, 8-
14 cukup dan 15-21 baik
H. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dijalankan oleh peneliti
adalah sebagai berikut: Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari
pembimbing, peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Akper
Sawerigading Pemda Luwu, selanjutnya mengajukan permohonan izin ke
pemerintah kabupaten Luwu kemudian ke Pemerintah Desa Mario, setelah
mendapatkan izin, peneliti kemudian mendatangi responden dari rumah ke
rumah yang telah ditentukan sebelumnya untuk pengisian kuesioner dan
menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian
42

42

kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani
informed consent (surat persetujuan), kemudian responden diminta untuk
mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 20 menit. Selama
pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya pada
peneliti bila ada pertanyaan yang tidak diketahui atau dipahami. Setelah
kuesioner diisi oleh responden, kemudian peneliti mengumpulkannya untuk
diperiksa kelengkapannya. Kuesioner yang belum terisi lengkap, peneliti
langsung meminta responden untuk melengkapinya saat itu juga. Setelah
pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan menggunakan
metode statistik.
I. Analisa Data
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul melalui alat
ukur kuesioner, maka dilakukan analisa data, melalui beberapa 6 tahap yaitu:
a. Tahap pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan
memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk.
b. Tahap kedua Coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisa data.
c. Tahap ketiga Entry yaitu menyimpanan data yang telah dikumpulkan
untuk selanjutnya diolah.
d. Tahap keempat Cleaning yaitu pengecekan kembali terhadap kelengkapan
data.
e. Tahap kelima Processing yaitu proses pengelompokkan data kedalam
variabel yang sesuai.
43

43

f. Tahap keenam Analyzing yaitu pengolahan data dalam penelitian ini
digunakan analisa univariat. Analisa univariat tersebut digunakan untuk
melihat gambaran pengetahuan dan sikap keluarga tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga kemudian data disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi (Alimul, 2007).
J. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian ini berpedoman pada prinsip :
1. Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak,
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak yang
bersangkutan.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confediantialy
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dan semua
data mengenai responden akan dimusnahkan oleh peneliti setelah enam
bulan.




44

44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Mario Kecamatan Ponrang
Kabupaten Luwu dengan luas desa keseluruhan 559 ha, jumlah penduduk
1.284 jiwa terdiri dari laki-laki 5.93 (46.18 %) jiwa dan perempuan 691
(53.82 %) jiwa dengan jumlah kepala keluarga 165 keluarga dengan
kepadatan jiwa perumah tangga sebesar 7.78 jiwa, mayoritas pekerjaan
masyarakat adalah nelayan, petani dan wiraswasta.
Desa Mari terbagi dalam 4 dusun yaitu dusun Mario jumlah rumah
tangga 56 RT, Dusun Likudenge 32 RT, Dusun Saorojae jumlah 42 = 42
RT dan Dusun Salutangnga sebanyak 35 RT.
Batas-Batasa wilayah desa Mario :
a. Sebelah utara dengan desa Lare-Lare
b. Sebelah selatan dengan desa Tirowali
c. Sebelah timur dengan Teluk Bone
d. Sebelah barat dengan desa Parekaju
Sarana kesehatan yang dimiliki adalah 1 buah poskesdes dan
merupakan wilayah kerja puskesmas Ponrang kabupaten Luwu. Di desa ini
juga terbentuk forum desa Siaga yang dibetuk dalam rangka peningkatan
kemandirian masyarakat desa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
45

45

2. Data umum
a. Distribusi umur responden
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Desa Mario
Kecamatan Ponrang kabupaten Luwu, Tahun 2012 (n = 41)
Umur Jumlah Persentase (%)
21-30 tahun 14 34.1
31-40 tahun 14 34.1
41-50 tahun 13 31.7
Total
41 100.0
Sumber : data primer 2012
Dari tabel 41. Diketahui proporsi umur responden hampir sama.
Responden yang berusia 21-30 tahun dan 31-40 tahun masing-masing
14 atau 34.1 %, dan usia 41-50 tahun sebanyak 13 atau 31.7 %.
b. Distribusi pendidikan responden
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Desa Tomale Wilayah Kerja Puskesmas Ponrang,
Tahun 2012 (n = 39)

Pendidikan Jumlah Persentase (%)
tidak sekolah 21 44.7
SD 13 27.7
SMP 4 8.5
SMA 5 10.6
Sarjana 4 8.5
Total 47 100.0
Sumber : data primer 2012
distribusi pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 21 51.2 51.2 51.2
SD 12 29.3 29.3 80.5
SMP 2 4.9 4.9 85.4
SMA 4 9.8 9.8 95.1
PT 2 4.9 4.9 100.0
Total 41 100.0 100.0

46

46

Pada tabel 41. Diketahui bahwa lebih banyak responden yang
tidak sekolah sebanyak 21 atau 44.7 % kemudian tamat SD sebanyak
13 atau 27.7 % dan SMA sebanyak 5 atau 10.6 %, jumlah responden
yang berpendidikan SMP dan Sarjana masing-masing 4 atau 8.5 %.
c. Distribusi pekerjaan responden
Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Desa Tomale Wilayah Kerja Puskesmas Ponrang,
Tahun 2012 (n = 39)
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
PNS 5 10.6
wiraswasta 9 19.1
IRT 20 42.6
Swsata 13 27.7
Total 47 100.0
Sumber : data primer 2012
Dari tabel 4.3 diketahui sebagian besar responden adalah Ibu
Rumah Tangga sebanyak 20 atau 42.6 % kemudian pegawai swasta 13
atau 27.7 %, wiraswasta 9 atau 19.1 % dan paling sedikit adalah PNS
sebanyak 5 atau 10.6 %.
d. Distribusi umur Balita
Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Balita
Di Desa Tomale Wilayah Kerja Puskesmas Ponrang,
Tahun 2012 (n = 39)

Umur Balita Jumlah Persentase (%)
0-2 tahun 18 38.3
3-5 tahun 29 61.7
Total 47 100.0
Sumber : data primer 2012
47

47

Dari tabel 4.4 diketahui sebagian besar balita berumur 3-5 tahun
yaitu 29 atau 61.7 % dan usia 0-2 tahun sebanyak 18 atai 38.3 %.
3. Data Khusus
a. Pengetahuan ibu yang tidak memberikan vitamin A pada Balita di desa
Tomale wilayah kerja di Puskesmas Ponrang
Tabel 4.5
Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Tidak Memberikan Vitamin A Pada
Balita Di Desa Tomale Wilayah Kerja Di Puskesmas Ponrang
Tahun 2012 (n = 39)

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 2 4.3
Cukup 9 19.1
Kurang 17 36.2
Buruk 19 40.4
Total 47 100.0
Sumber : data primer 2012
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa lebih banyak ibu yang memiliki
pengetahuan buruk tentang vitamin A pada balita sebanyak 19 atau
40.4 %, disusul yang kurang mengetahui sebanyak 17 atau 36.2 %,
cukup mengetahui 9 atau 19.1 % dan paling sedikit yang mengetahui
dengan baik hanya 2 atau 4.3 %.
b. Sikap ibu yang tidak memberikan vitamin A pada Balita di desa
Tomale wilayah kerja di Puskesmas Ponrang
Tabel 4.6
Distribusi Sikap Ibu Yang Tidak Memberikan Vitamin A Pada Balita
Di Desa Tomale Wilayah Kerja Di Puskesmas Ponrang
Tahun 2012 (n = 39)

Sikap Jumlah Persentase (%)
positif 15 31.9
negatif 32 68.1
48

48

Total 47 100.0
Sumber : data primer 2012
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar ibu yang tidak
memberikan vitamin A pada balita bersikap negatif tentang vitamin A
sebanyak 32 atau 68.1 % dan hanya 15 atau 31.9 % yang bersikap
positif.
c. Tabulasi silang pengetahuan dengan sikap ibu yang tidak memberikan
vitamin A pada Balita di desa Tomale wilayah kerja di Puskesmas
Ponrang
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 2 ibu yang tidak
memberikan vitamin A dan mengetahui dengan baik tentang vitamin A
semuanya bersikap negatif, dari 9 responden yang cukup mengetahui
lebih banyak yang bersikap positif yaitu 6 atau 66.7 % dan 3 atau
33.3% bersikap negatif, dari 17 ibu yang kurang mengetahui sebagin
besar bersikap negatif yaitu 2 atau 70.6 % dan 5 atau 29.4 % yang
bersikap positif, demikian halnya dengan ibu yang pengetahuannya
buruk tentang vitamin sebagian besar juga bersikap negatif yaitu 15
atau 78.9 % dan hanya 4 atau 21.1 % yang bersikap negatif. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Tabulasi silang pengetahuan dengan sikap ibu yang tidak
memberikan vitamin A pada Balita di desa Tomale wilayah kerja di
Puskesmas Ponrang, Tahun 2012
(n=47)
Pengetahuan Sikap N
Positif Negatif
F % F % F %
Baik 0 0 2 100 2 100
49

49

Cukup 6 66.7 3 33.3 9 100
Kurang 5 29.4 12 70.6 17 100
Buruk 4 21.1 15 78.9 19 100
Total 15 31.9 32 68.1 47 100
(Sumber : data primer)
B. Pembahasan
1. Pengetahuan ibu yang tidak memberikan vitamin A pada Balita di desa
Tomale wilayah kerja di Puskesmas Ponrang
Pengetahuan yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat tahu
yang merupakan proses mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian menggambarkan pengetahun ibu yang tidak
memberikan vitamin A lebih banyak ibu yang memiliki pengetahuan
buruk sebanyak 19 atau 40.4%, kemudian yang kurang mengetahui
sebanyak 17 atau 36.2 %, cukup mengetahui 9 atau 19.1 % dan paling
sedikit yang mengetahui dengan baik hanya 2 atau 4.3 %.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa determinan ibu yang tidak
memberikan vitamin A pada anaknya berkaitan dengan tingkat
pengetahuan tentang vitamin A yang kurang memadai. Hal ini dapat
dilihat dari 47 ibu yang tidak memberikan vitamin A pada balita mayoritas
memiliki pengetahuan pada tingkat yang buruk dan kurang.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Mantra dalam
Notoatmodjo (2010), makin tinggi pengetahuan seseorang makin mudah
50

50

orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang
lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pada
kenyataan dari hasil penelitian ini mayoritas ibu yang tidak memberikan
vitamin A pada balitanya adalah tidak sekolah sebanyak 21 atau 44.7 %
kemudian tamat SD sebanyak 13 atau 27.7 %. Rendahnya pendidikan ibu
menyebabkan kurangnya kemampuanya untuk mengolah informasi dengan
baik.
Kemampuan berfikir kreatif mencapai puncaknya pada umur 20-an.
Dengan adanya kematangan dalam berfikir pada usia responden 21-30
tahun, memungkinkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang Vitamin A. Sering pengalaman dihubungkan dengan umur
seseorang semakin tua seseorang akan memiliki pengalaman yang lebih
banyak. Hurlock yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2010), semakin cukup
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang
orang tersebut dalam berfikir dan bekerja, kemampuan berfikir kreatif.
Jika dilihat dari umur diketahui bahwa responden terbanyak adalah usia
41-50 tahun yaitu 17 atau 36.2 % kemudian usia 21-30 tahun dan usia 31-
40 tahun proporsinya sama masing-masing 15 atau 31.9 %. Hal ini
menjelaskan adanya ketidaksesuaian dengan pendapat ahli dengan hasil
penelitian ini. Asumsi peneliti hal ini disebabkan oleh karena adanya
faktor pendidikan sebagai prediktor yang lebih kuat terhadap pengetathuan
51

51

ibu tentang vitamin A yang sebagai besar berpendidikan dasar atau tidak
sekolah.
Pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti
media massa ataupun elektronik. Hal ini sulit untuk mereka para wanita
yang bekeja di luar rumah, karena menurut Notoadmodjo, (2010), bahwa
dengan bekerja seseorang akan memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan
perhatian. Masyarakat yang sibuk, hanya memiliki sedikit waktu untuk
memperoleh informasi, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh juga
kemungkinan kurang.
Kenyataan yang diperolah dari hasil penelitian bahwa ibu yang tidak
memberikan vitamin A pada balitanya adalah mayoritas tidak bekerja hal
ini memungkinkan responden lebih banyak memperoleh informasi
daripada ibu yang bekerja sebanyak 20 atau 42.6 %. Menurut peneliti
terjadinya kesenjangan antara hasil penelitian dengan pendapat diatas
karena faktor pendidikan yang sebagian besar tidak sekolah dan
pendidikan dasar sebagai prediktor utama pembentukan pengetahuan.
Meskipun ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang lebih banyak
untuk belajar daripada ibu yang bekerja diluar rumah tetapi jika tidak
didukung oleh kemampuan penalaran yang baik akan sulit untuk
memahami informasi terlebih lagi jika tidak mampu membaca.
2. Sikap ibu yang tidak memberikan vitamin A pada Balita tentang vitamin
A di desa Tomale wilayah kerja di Puskesmas Ponrang
52

52

Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu.
Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang
membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling
mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui
interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2005)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak
memberikan vitamin A pada balita bersikap negatif tentang vitamin A
sebanyak 32 atau 68.1 % dan hanya 15 atau 31.9 % yang bersikap positif.
Sikap mengandung unsur kognitif (Azwar, 2005), yang
mengandung arti bahwa untuk terbentuknya sikap perlu didukung
pengetahuan terhadap hal yang disikapinya. Hal ini dijelaskan pada hasil
penelitian bahwa Hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang cukup
mengetahui lebih banyak yang bersikap positif yaitu 66.7 % dan 33.3 %
bersikap negatif, ibu balita yang kurang mengetahui sebagin besar
bersikap negatif yaitu 70.6 %, demikian halnya dengan ibu yang
pengetahuannya buruk tentang vitamin sebagian besar juga bersikap
negatif yaitu 78.9 %.
Hasil penelitian menjunjukkan kenyataan yang sama dengan konsep
bahwa pengetahuan merupakan determinan bagi sesesorang untuk bersiap.
Sikap ibu yang tidak memberikan vitamin A pada balitanya disebabkan
53

53

karena buruknya atau kurangnya pengetahuan yang dimiliki tentang
vitamin A.
Asumsi peneliti bahwa disamping determinan pengetahuan yang
kurang tentang vitamin A sehingga bersikap negatif terhadap pemberian
vitamin A, juga dapat disebabkan oleh faktor kebudayaan/keyakinan dan
pengaruh orang lain tentang pemberian vitamin A. Pola
kebudayaan/keyakinan yang berkembangan di masyarakat yang
cenderung masih menganggap bahwa semakin banyak mengkomsumsi
obat justru menyebabkan saat ini penyakit semakin berkembang tanpa
membedakan sifat dan tujuan seperti vitamin A yang bertujuan untuk
proteksif bukan pengobatan.
Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa disamping karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang vitamin A sehingga tidak
memberikannya pada anak balitanya juga karena sikap yang sebagain
besar negatif, sehingga secara nyata dibutuhkan pendidikan kesehatan
dengan metode yang lebih interaktif seperti diskusi dan melibatkan tokoh
masyarakat setempat yang berpengaruh sehingga ancaman gangguan
kesehatan mata pada balita di desa Tomale dapat diminimalkan.










54

54























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap ibu yang tidak
memberikan Vitamin A pada Balita di Desa Tomale Wilayah Kerja
Puskesmas Ponrang disimpukan sebagai berikut :
1. Ibu yang tidak memberikan vitamin A lebih banyak berpengetahuan
buruk tentang vitamin A sebanyak 19 atau 40.4%, kemudian yang kurang
mengetahui sebanyak 17 atau 36.2 %, cukup mengetahui 9 atau 19.1 %
dan paling sedikit yang mengetahui dengan baik hanya 2 atau 4.3 %.
55

55

2. Sebagian besar ibu yang tidak memberikan vitamin A pada balita bersikap
negatif tentang vitamin A sebanyak 32 atau 68.1 % dan hanya 15 atau
31.9% yang bersikap positif.
B. Saran-saran
1. Bagi ibu balita yang tidak memberikan vitamin A pada balitanya untuk
aktif mencari informasi tentang manfaat vitamin A untuk kesehatan mata
balita misalnya dengan konsultasi ke tenaga kesehatan di desa atau ke
puskesmas terdekat.
2. Bagi Puskesmas, dengan kenyataan bahwa ibu yang tidak memberikan
vitamin A pada balitanya karena rendahnya pengetahuan dan sikap negatif
maka diperlukan pendidikan kesehatan dengan metode yang lebih
interaktif dan melibatkan tokoh masyarakat setempat
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan, kiranya dapat melakukan
pengabdian kepada masyarakat baik melalui penelitian maupun
penyuluhan kesehatan tentang vitamin A kepada ibu dengan pendidikan
yang lebih rendah.
4. Bagi peneliti lain yang tertarik melanjutkan hasil penelitian ini kiranya
mengembangkan variabel yang belum diteliti dan menggunakan metode
yang lebih analitik sehingga faktor-faktor determinan yang berhubungan
dengan penolakan pemberian vitamian A dapat diketahui.





56

56

























DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Salemba. Jakarta
Artini, N. N. (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Bayi Dengan
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Pasundan
Samarinda Kalimanta. Dibuka pada tanggal 28 Juli 2012 dari
digilib.uns.ac.id.
Azwar, S (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi II.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depkes RI. (2002). Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/ Kota Sehat.
Dibuka pada tanggal 27 Juli 2012 dari http://dinkes-sulsel.go.id.
_______. (2007). Pusat Promosi Kesehatan dalam Pencapaian PHBS. Dibuka
pada tanggal 22 Juli 2012, dari http://www.promosikesehatan.com.
_______. (2009). Visi dan Misi Depkes Tahun 2010-2014. Dibuka pada tanggal
22 Juli 2012 dari http:// dari http://www.depkes.go.id
_______. (2009). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan
dan JICA (Japan International dan Cooperation Agency). Dibuka pada
tanggal 30 Juli 2012 dari http://www.depkes.go.id.
57

57

Dinas Kesehatan Sulsel. (2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dibuka pada
tanggal 24 Juli 2012 dari http://diskes.sulselprov.go.id.
Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Luwu.
Dibuka pada tanggal 27 Juli 2012 dari http://dinkes-sulsel.go.id.
Effendy Ferry, Mukhfudli (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik Dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Effendy, N. (1998). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Habibah. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Penerapan Perilaku Hidup Di
buka pada tanggal 28 Juli 2012 dari http://digilib.uns.ac.id
Iwan Awaluddin Yusuf (2011), Bahas Tuntas Langkah-Langkah
Penelitian Survei, Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan
Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta, Dibuka
pada tanggal 4 Agustus 2012 dari http/www.yahoo,com
Mubarak, I. W. & Cahyati, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Salemba
Medika: Jakarta
Program Studi D.III Keperawatan (2012), Buku Panduan Penulisan Skripsi,
Akper Sawerigading Pemda Luwu (tidak dipublikasikan)
Rahmani. (2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat l. Dibuka pada tanggal 30 Juli
2012 dari http://www.scribd.com.
Sembiring, M . E. S. (2009). Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Peningkatan PHBS Individu pada Masyarakat Pantai di Wilayah Puskesmas
Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang. Dibuka pada tanggal 30 Juli 2012
dari http://repository.usu.ac.id.
Setiowati, L. A. (2000). Konsumsi dan Preferensi Sayur dan Buah pada Remaja
di SMU 1 Bogor dan SMU Pamekasan. Dibuka pada tanggal 30 Juli 2012 dari
http://iirc.ipb.ac.id.
Suriyani. (2009). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan
Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2009. Dibuka pada tanggal 30 Juli
2012 dari http://repository.usu.ac.id.



58

58












Lampiran 1
I NFORMED CONSENT
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DI DESA MARIO KECAMATAN PONRANG
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2012


Saya Yenni Kartika (NIM. 2009. 149) adalah mahasiswa Akper Sawerigading
Pemda Luwu. Saya akan melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir Program Studi Diploma III keperawatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap
Keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di desa Mario
kecamatan Ponrang kabupaten Luwu. Saya mengharapkan partisipasi Ibu untuk
memberikan tanggapan / jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tanggapan /
jawaban bersifat bebas dan tanpa paksaan. Saya akan menjamin kerahasiaan
pendapat dan identitas saudara.
59

59

Jika Ibu bersedia menjadi peserta penelitian, silahkan menandatangani kolom
dibawah ini dan mengisi kuesioner yang tersedia.


Tanda Tangan : .....
Tanggal :..
No. Responden : .











No. responden : ..
Tanggal pengisian : ..

KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DI DESA MARIO KECAMATAN PONRANG
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2012

Kuesioner 1: Data Demografi
Petunjuk pengisian
1. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist

2. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti
Kode *) (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor Responden :...................*)
2.Nama :..........
3.Umur : 1. 21-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun > 50 tahun
4. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 2. SD, 3. SLTP, 4. SLTA,
60

60

5.Sarjana
5. Pekerjaan : 1. PNS 2. Wiraswasta, 3. IRT
4. Pegawai swasta
6. Penghasilan : 1. < Rp 1.200.000 2. > Rp 1.200.000
7. Alamat : ........................

Kueisioner 2 : Pengetahuan Tentang PHBS tatanan rumah tangga

No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan(dokter,
bidan, perawat) bermanfaat agar bayi dan ibu sehat

2 ASI (Air Susu Ibu) mengandung nutrisi lengkap yang
diperlukan bayi/balita serta mengandung zat kekebalan
tubuh

3 ASI (Air Susu Ibu) baru boleh diberikan kepada bayi sehari
setelah bayi lahir

4 ASI eksklusif merupakan Asi yang diberikan kepada bayi
sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun

5 Penimbangan berat badan bayi/balita dilakukan setiap bulan
6 Menimbangan bayi/balita di posyandu bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan berat badan bayi/balita

7 Air sumur dapat langsung diminum tanpa dimasak terlebih
dahulu

8 Penggunaan air bersih bermanfaat agar terhindar dari
berbagai penyakit

9 Memasak air bersih hingga mendidih sebelum diminum
bermanfaat untuk membunuh kuman penyakit

10 Jarak antara sumber air pompa, sumur dan mata air dari
tempat pembuangan kotoran adalah 5 meter

11 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dialakukan
agar tangan terbebas dari kuman dan kotoran serta tangan
menjadi bersih dan sehat

12 Mencuci tangan sebaiknya dilakukan setelah makan
13 Mencuci tangan cukup dilakukan dengan air bersih saja
14 Jamban/WC bermanfaat agar lingkungan menjadi bersih,
sehat dan tidak berbau

15 Jamban/WC yang sehat adalah jamban/wc yang berbentuk
leher angsa serta tersedia air bersih dan sabun

16 Membersihkan bak mandi dilakukan seminggu sekali
17 Membersihkan bak mandi bermanfaat untuk memberantas
jentik nyamuk dan mencegah penyakit DBD

18 Sayur dan buah merupakan makanan yang baik untuk
dikonsumsi balita setiap hari

19 Sayur dan buah baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
balita

20 Aktifitas fisik (olahraga) dilakukan selama 30 menit setiap
61

61

hari.
21 Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak balita saya
merupakan bentuk olahraga yang sederhana

22 Membersihkan rumah tidak termasuk kedalam aktifitas
olahraga

23 Membiarkan anggota keluarga merokok disekitar anak balita
anda karena hal tersebut tidak berbahaya

24 Asap rokok hanya berbahaya bagi yang perokok

Kueisioner 3 : Sikap Tentang PHBS tatanan rumah tangga

No Pernyataan
Jawaban
Setuju Tidak
setuju
1 Persalinan yang aman sebaiknya ditolong oleh dukun
beranak

2 Pada saat bayi dalam keadaan sakit maka sebaiknya
pemberian ASI dihentikan sementara

3 ASI (Air Susu Ibu) sebaiknya diberikan kepada bayi segera
setelah bayi lahir

4 Pemberian ASI diberikan kepada bayi sampai berumur 6
bulan tanpa makanan tambahan apapun

5 Penimbangan berat badan bayi/balita sebaiknya dilakukan
hanya pada saat bayi/balita akan mendaptkan imunisasi

6 Membawa balita ke posyandu untuk melakukan
penimbangan hanya bertujuan untuk memudahkan tugas
petugas kesehatan

7 Air sumur sebaiknya dimasak sampai mendidih terlebih
dahulu sebelum diminum

8 Untuk mencegah berbagai penyakit seperti diare maka
sebaiknya keluarga menggunakan air bersih

9 Jika menggunakan sumber air pompa, sumur dan mata air
maka seharusnya jarak dari tempat pembuangan kotoran
adalah lebih dari 10 meter

10 Anak-anak perlu diajarkan sejak dini untuk mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun

11 Mencuci tangan sebaiknya dilakukan setelah makan
12 Mencuci tangan cukup dilakukan dengan air bersih saja
13 Menggunakan Jamban/WC yang memenuhi syarat
kesehatan bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit
menular seperti diare

14 Untuk mencegah pertumbuhan jentik dalam bak mandi
maka sebaiknya dibersihkan seminggu sekali

15 Salah satu cara untuk mencegah demam berdarah (DBD)
adalah menguras bak mandi setiap seminggu sekali

16 Membiasakan keluarga mengkomsumsi sayur dan buah
akan meningkatkan daya tahan tubuh

62

62

17 Sayur dan buah hanya dibutuhkan oleh anggota keluarga
yang berusia dewasa

18 Untuk meningkatkan status kesehatan keluarga maka
sebaiknya melakukan Aktifitas fisik (olahraga) selama 30
menit setiap hari.

19 Ibu hamil sebaiknya memeriksaan diri minimal 4 kali
selama masa kehamilan

20 Kebiasaan merokok dalam rumah dapat membahayakan
anggota keluarga lain yang tidak merokok khususnya balita

21 Perilaku hidup yang bersih dan sehat sebaiknya di lakukan
oleh semua anggota keluarga




----------Terima Kasih Atas Partisiapsi Ibu--------------






PROPOSAL

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA
TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
( PHBS ) PADA TATANAN RUMAH TANGGA
DI DESA MARIO KECAMATAN PONRANG
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2012
















63

63




Oleh :

YENNI KARTIKA SUSANTI PALI
NIM : 2009.149









PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING
PEMDA LUWU
2012
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DI DESA MARIO KECAMATAN PONRANG
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2012


PROPOSAL
Disusun Oleh:

YENNI KARTIKA SUSANTI PALI
NIM. 2009.149


Proposal Penelitian ini Telah Disetujui
Tanggal ....... Agustus 2012
64

64



Pembimbing I,


HJ.ZAIMAH LAJEPPU,SKM.MM
Pembimbing II,


DJUSMADI RASYID, A.Kep., M.Kes


Mengetahui,
Pembantu Direktur I
Akademi Keperawatan Sawerigading PEMDA Luwu


DJUSMADI RASYID, A.Kep., M.Kes

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini dengan judul GAMBARAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI
DESA MARIO KECAMATAN PONRANG KABUPATEN LUWU TAHUN
2012 sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan
di program Diploma III Keperawatan pada AKPER Sawerigading Pemda Luwu.
Selesainya penuyusunan proposal penelitian ini adalah berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
65

65

1. Bapak Drs. H Saiful Alam. M.Si selaku ketua Yayasan Pendidikan Batara
Guru Luwu ,
2. Ibu Hj. Mahriani Mahmud, S.Sit M.Kes selaku Direktur Akper Sawerigading
Pemda Luwu.
3. Bapak Djusmadi Rasyid.A.Kep.M.Kes selaku pembantu direktur I
4. Ibu Warda.A.Kep.M.Kes selaku pembantu direktur II
5. Ibu Hj. Zaimah Lajeppu,SKM.MM, selaku pembimbing pertama yang
memberi masukan dan bimbingan selama penyusunan proposal ini.
6. Bapak Djusmadi Rasyid.A.Kep.M.Kes, sebagai pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, dan dukungan selama penyusunan proposal ini.
7. Bapak Anshar Rante, S.Kep.Ns, selaku penguji atas saran dan perbaikan
proposal ini.
8. Para Staf Pengajar Akper Sawerigading Pemda Luwu, atas segala amalan
ilmu pengetahuan dan motivasi yang diberikan selama mengikuti pendidikan.
9. Para Staf Administrasi & Staf Akademik Akper Sawerigading Pemda Luwu,
yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam
menyelesaikan pendidikan
10. Orang Tuaku tercinta dan saudara-saudaraku, berkat Doa dan kasih
sayangmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 atas solidaritas dan kerjasamanya
selama ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari proposal ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan olehnya diharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaannya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal jariah
yang telah diberikan.
Palopo, Agustus 2012
66

66


Penulis









DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1. Tujuan Umum ................................................................................................ 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan ........................................................ 5
67

67

2. Bagi Pelayanan Keperawatan ......................................................................... 5
3. Bagi Keluarga ................................................................................................ 6
4. Bagi Peneliti .................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 7
1. Konsep Pengetahuan ...................................................................................... 7
2. Konsep Sikap ................................................................................................. 14
3. Konsep Keluarga ........................................................................................... 20
4. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga ......................... 26
B. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 37
A. Desain Penelitian ............................................................................................... 37
B. Populasi, Sampel dan Sampling .......................................................................... 37
1. Populasi ........................................................................................................ 37
2. Sampel .......................................................................................................... 37
3. Sampling ....................................................................................................... 38
C. Variabel Penelitian ............................................................................................. 38
D. Defenisi Operasional .......................................................................................... 39
E. Tempat Penelitian .............................................................................................. 39
F. Waktu Penelitian ................................................................................................ 40
G. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 40
H. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 41
I. Analisa Data ....................................................................................................... 42
1. Tahap Editing ............................................................................................... 42
2. Tahap Coding ............................................................................................... 42
3. Tahap Entry ................................................................................................... 42
4. Tahap Cleaning ............................................................................................ 42
5. Tahap Processing ......................................................................................... 42
6. Tahap Analyzing ........................................................................................... 43
J. Etika Penelitian .................................................................................................. 43
1. Informed Concern ........................................................................................ 43
68

68

2. Anonimity ..................................................................................................... 43
3. Confidentiality .............................................................................................. 43
K. Jadual Penelitian ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 45
Lampiran







DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.2 Jadual Penelitian ...................................................................................... 44







69

69









DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 36

You might also like