You are on page 1of 2

Volume 4 No.

2 Warta Tumbuhan Obat Indonesia 23


UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK METANOL BROTOWALI (TINOSPORA
CRISPA L.) PADA TIKUS JANTAN PUTIH
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk menget ahui vaksi n kot i pa d a n s e b a g a i pe mba ndi ng di gunakan
lebih lanjut efek antipiretik ekst rak met anol brotowali asetaminofen (parasetamol). Hasil per cobaan memper-
t er hadap s uhu ba da n hewan c o b a tikus putih jantan lihatkan bahwa dosi s ekstrak pa da 5, 00 pg/kg bb telah
me n g g u n a k a n r ne t ode t ol er ans i h e wa n c o b a menyebabkan penur unan s uhu t ubuh hewan c oba ke
de nga n vaksi n kot i pa (unt uk mendemamkan hewan keadaan normal yang dicapai setelah tigajarn penyuntikan
per cobaan) . Dosis ekst rak yang di gunakan bervariasi vaksin kotipa, s e da ng pengar uh dosi s 10,OO pg/kg bb
mulai dari 0,50, 1, 00, 2, 50, 5, 00, 7, 50 da n 10,OO pglkg b b set ar a dengan pemberi an aset ami nofen 200 mgl kg bb.
yang diberikan secara oral, sat u jam set el ah penyuntikan
PENDAHULUAN
B
BROTOWALI [Tinospora crispa (L.) Miers] mempunyai
beberapa nama daerah antara lain, bratawali (Melayu),
andawali (Sunda), antawali (Bali) dan lain-lainnya. Komponen
kimia yang terdapat dalam brotowali antara lain, alkaloid, saponin,
glikosida, tanin danflavonoida, selain itu brotowali mengandungzat
pikroretin, berberin, dan kolumbin (I, 2).
Zat yang mempunyai khasiat sebagai analgetik umumnyajuga
mempunyai khasiat antipiretik atau anti-inflamasi (3).
Berdasarkan hai l penelitian dan asumsi di atas, maka dicoba
untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak metanol brotowali dan
membandingkannyadengan hasil penelitian yang telah dilakukan,
sehinggaekstrak brotowali dapat digunakan sebagai bahan altematif
sediaan fitofarmaka antipiretika.
BAHANDANCARA
Batang brotowali (Tinosporacrispa L.) diperoleh dari kebun
percobaan Balitro, Bogor dan spesimen telah dideterminasi di Her-
barium Bogoriense, Bogor. Hewan percobaan tikus putih (Ratus
norpegiczls) dari Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (PPOM)
- Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen
POM), Jakarta. Sebagai pembanding digunakan parasetamol dan
untuk pembuat demam tikus digunakan vaksin kotipa dari
Biofarma.
Batang brotowali yang sudah bersih dikeringkan di bawah sinar
matahari, lalu diserbuk dengan penggiling serbuk. Hewan percobaan
diaklimatisasi selama 2 minggu.
Ekstraksi
Serbuk batang brotowali dimaserasi dengan metanol selama
24 jam, setelah itu diperkolasi sampai diperoleh perkolat benvama
bening. Perkolat disaring dan dipekatkan dengan vakum evapora-
tor pada suhu 50C sampai diperoleh ekstrak kasar.
Pernbuatan larutan percobaan
Ekstrak kasar yang diperoleh dibuat larutan percobaan dengan
dosis yang bervariasi 0,50, 1,00,2,50, 5,00, 7,50 dan 10,OO pg.
Karena ekstrak yang diperoleh sukar larut dalam air, maka dibuat
larutan percobaan dalam bentuk sediaan suspensi menggunakan
CMC 2%.
*Lab. Treub, Puslitbang Biologi LIPI, Bogor
**Fakultas Farrnasi, Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta
Penentuan efek antipiretik
Hewan coba yang telah diaklimatisasi, dipuasakan selama 18
jam. Setelah itu ditimbang dan diukur suhu tubuhnya dengan
termometer digital melalui rektum, pengukuran dilakukan setengah
jam sebelum pemberian vaksin kotipa. Kemudian disuntik
dengan vaksin kotipa dengan dosis 0,6 mLkg bb intra-muskuler
(i.m.) (2 kali ~emberian selanesemineeu) dan ~erubahan suhu tubuh
tikus dial
pemberia
asetaminc
Dalam percobaan ini digunakan tikus sebanyak 54 ekor
tikus yang sudah didemamkan, yang dibagi dalam 9 kelompok
masing-masing terdiri dari 6 ekor. Perlakuan setiap kelom-
pok adalah sebagai berikut:
a. Kelompok I: tidak diberi apa-apa
nati setiap
n vaksin k
)fen dan air
"
30 menit
otipa di be~
suling dibe
L- ,
selama 5 j
.ikan ekstr
:rikan secat
am. Satu j
ak brotow
-a oral.
am setelah
ali, larutan
Kelompok 11: air suling 5 mikg bb
Kelompok 111: parasetamol200 mgtkg bb
Kelompok IV: ekstrak brotowali 0,50 pg
Kelompok V: ekstrak brotowali l,00 pg
KelompokVI: ekstrak brotowali 2,50 pg
Kelompok VII: ekstrak brotowali 5,00 pg
Kelompok VIII: ekstrak bratowali 7,50 pg
i. KelompokIX: ekstrak brotowali 10,OO pg
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu dilakukan
percobaan pendahuluan untukmengetahui selang waktu kenaikan
suhu hewan coba setelah penyuntikan vaksin kotipa dosis 0,5 dan 0,6
mL1kg bb i.m. (dua kali penyuntikan selang satu minggu) Hasil
menunjukkan bahwa pemberian vaksin 0, s mL/kg bb tidak
menunjukkan kenaikan suhu tubuh hewan coba secara bermakna,
sedangkan dosis 0,6 mLkg bb padapemberian pertamamenimbul-
kan kenaikan suhu tubuh mencapai 37,8"C dan pemberian
kedua dosis sama yang dilakukan selang satu minggu menimbulkan
kenaikan suhu mencapai 38C. Karena itu dalam penelitian ini
digunakan vaksin kotipa dosis 0,6 mL1kg bb. Kenaikan maksimal
terjadi jam ketiga setelah penyuntikan vaksin kotipa dan selama
tiga jam berikutnya suhu cenderungmenurun dan kembali normal.
Dari duakali penyuntikan vaksin kotipadapat memberikan kenaikan
suhu konstan lebih kurang 1,6"C. Tubuh dikatakan demamjikasuhu
mencapai 38" sampai 40C (4) atau kenaikan suhu di atas 1,5"C
dari suhu basal (5).
24 Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1998
Percobaan dengan pemberian sediaan ekstrak metanol
brotowali dengan berbagai dosis dilakukan untuk mengetahui dosis
efektif(ED) yangmemberikan efekantipiretik yangmaksimal. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa makin tinggi dosis makin besar
efek antipiretik.
Komponen bioaktif dalam sediaan bentuk ekstrak diperkirakan
lebih banyak tersari dalam metanol dibandingkan dengan sediaan
bentuk infus. Brotowali mengandung alkaloids kinolin (bis-
bensilisokinolin) berberin yang mempunyai sifat antipiretik yang kuat
(6). Rasapahit seperti kina dari brotowali memungkinkan adanya
sifat analgetik dar obat analg :rsifat sebagai
antipiretik (3).
I umumnya etikjuga bc
Tabel 1. Pengamatan suhu rata-rata tikus putih setelah pemberian
ekstrak etanol brotowali dan parasetamol.
Pengamatan suhu tikus (dalam OC) pada interval waktu pengamatan
(jam)
Penurunan suhu terjadi tiga jam setelah penyuntikan vaksin
kotipa. Sebelumjam ketigate jadi kenaikan suhu tubuh hewan cob&
yang disebabkan oleh efek vaksin kotipa. Pemberian ekstrak dosis
0,50, l,00 dan 2,50 pgtkg bb menunjukkan efek antipiretik yang
kurang bermakna, karenapenurunan suhu belum mencapai suhu
normal. Sedangkan pemberian sediaan dosis 5,00,7,50 dan 10,OO
@kg bb menmjukkan efek menurunkan suhu sampai mencapai
suhu normal.
Suhu normal tubuh berkisar antara 35,8"C - 37C. Pengaruh
efek antipiretik dosis 10,OO pg/kg bb setara dengan parasetamol
200 pghg bb.
Pemberian air suling pada tikus bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terhadap perubahan suhu yang terjadi setelah pemberian
vaksin. Penurunan suhu mulai terlihat padajam ke-4, ini adalah
efekfisiologis, yaitu kecenderung
ke keadaan normal.
i suhu tubuh kembali
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian pada hewan coba dapat disimpulkan bahwa
ekstrak metanol memberikan efek antipiretik dan ada hubungan
dosis-efek dimanasemakin tinggi dosis makin besar efekantipiretik
yang ditimbulkannya. Pemberian ekstrak dengan dosis 03, 1,00,
dan 2,50 pglkg bb tidak memberikan efek antipiretik, dosis 5,00
dan 7,50 pghg bb memberikan efek antipiretik dan dosis 10,OO pgl
kg bb memberikan efek antipiretik yang setara dengan parasetamol
(asetaminofen) 200 pg/kg bb. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
brotowali dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk obat
antipiretik ataupun sediaan fitofarmaka.
Disatankan untuk meneliti efek analgetik dan antipiretik dari
ekstrak brotowali, mekanisme kerjanya dalam tubuh, dan
kemungkinan ekstrak brotowali untuk digunakan sebagai obat
malaria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Heyne K. De Nuttige Planten van Indonesia, Jilid I N.V.
Uitgeverij W van Hoeve's, Gravenhage, 1950, 970-972.
2. Pachaly P, Adnan AZ, Merck and Co Inc. USA, 1976, 834.
3. Goodman LS, Gilmand A. The Pharmacological Basis of Therapeu-
tics, Ed. VIII, The Macmillan Co., New York, 1985, 674-704.
4. Sofjan A. llmu Urai Tubuh Manusia. Cetakan VI, Depkes RI.
Jakarta, 1971, 243.
5. Wahjoedi B, Dzulkarnain B. Efek atipiretik beberapa tanaman
obat terhadap tikus yang didernamkan. Simposium Penelitian
Obat Tradisional, Semarang, 1976.
6. Perry LM. Medicinal Plants of East and Southeast Asia. Attributed
Properties, The MIT Press, Cambridge, Massachussets and
London-England, 1980, 268-269.

You might also like