1 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
PERDARAHAN SUBARAKNOID FOKAL YANG MENYERUPAI SERANGAN ISKEMIK
TRANSIEN (TIA)ADAKAH MRI DIPERLUKAN PADA SERANGAN AKUT? Lorenz Ertl, Dominik Morhard, Maria Deckert-Schmitz, Jennifer Linn, Gernot Schulte-Altedorneburg
BMC Neurol. 2014;14(80)
ABSTRAK Perdarahan fokal subaraknoid non-traumatik akut (fSAH) adalah satu penyakit yang menyerupai transient ischaemic attack (TIA). MRI dianggap sangat diperlukan oleh beberapa ahli untuk mengelakkan dari salah diagnosis dan pemberian terapi yang tidak sesuai. Kami telah mengevaluasi peran dari CT dan MRI dalam mendiagnosis pasien dengan fSAH dengan membandingkan kasus kami dengan yang ada di dalam literature. METODE Dari 01/2010 sampai 12/ 2012, kami secara retrospektif mengidentifikasi 7 pasien dengan episode neurogikal transien akibat dari fSAH, dimana mereka telah menerima pemeriksaan thin-sliced multiplanar CT dan MRI berturut-turut dalam waktu 3 hari pada penyaring gambar 1.5 T. Protokol MRI termasuk sekurang-kurangnya fast-field-echo (FFE), diffusion-weighted imaging (DWI), T2- weighted fluid- attenuated inversion recovery (FLAIR) dan time-of-flight (TOF) urutan MRA. Dengan menggunakan MRI sebagai gold-standard, kami re-evaluasi gambar dan data dari publikasi sebelumnya berkenaan tentang sensivitas dalam mendeteksi fSAH pada CT yang ditidak enhance. HASIL fSAH telah diditeksi dengan CT dan dengan FFE dan FLAIR pada MRI pada semua kasus kami. Bagaimana pun, DWI dan T2w-spin-echo sequences memperlihatkan gambaran fSAH masing- masing dengan 3 dari 7 dan 4 dari 6 kasus. Gambaran vascular tidak tampak pada semua kasus. FFE- MRI mengungkapkan tambahan perdarahan kecil multipel dan siderosis superficial pada masing- masing 4 dari 7 dan 5 dari 7 pasien ini. Termasuk dari data sebelum ini, CT scan memberikan hasil positif untuk fSAH sebanyak 95 dari 100 kasus (95%), manakala MRI memberi gambaran positif fSAH sebanyak 69 dari 69 kasus (100%).
2 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
KONKLUSI Thin-sliced unenhanced CT merupakan alat bermakna pada kasus-kasus gawat darurat untuk pasien dengan perdarahan intracranial termasuk juga pasien fSAH dengan episode neurogikal transien akut jika pemeriksaan MRI tidak ada. Namun, pemeriksaan MRI adalah penting dan harus dilakukan dalam tempoh waktu 24-72 jam yang berikutnya. Latar belakang Diagnosis serangan iskemik transien (TIA) dan perbedaan serangan yang menyerupai TIA sangat mencabar, kerana tersalah diagnosis dapat menyebabkan pengobatan yang tidak sesuai. Percobaan terbaru pada pasien TIA telah menunjukkan skor klinis sangat terbatas untuk mengindentifikasi individu yang berisiko tinggi jika neuroimaging tidak dilakukan. Beberapa peneliti telah melaporkan kasus langka tetapi penting; penyakit migrain yang menyerupai sindroma TIA yang terdiri dari sakit kepala yang berpindah-pindah, nyeri yang bertambah hebat, symptom somatosensori dengan perdarahan subaraknoid spontan pada hemisfer serebri kontralateral. Gambaran neuroimaging menampakkan pola karakter dari fSAH, kebanyakannya koresponden dari sulkus pre atau post central. Masih belum ada pemeriksaan baku untuk pasien fSAH, tetapi pemeriksaan yang rapi amat penting bilamana skema terapi untuk perdarahan intracranial akut dan iskemik serebral berbeda. Banyak peneliti menyarankan MRI sebagai pilihan pertama pemeriksaan untuk mendeteksi fSAH, dimana CT dicurigai tidak begitu sensitive terhadap perdarahan subaraknoid yang terbatas. Kenyataan ini menjadi perbahasan medico-legal pabila sesebuah department neurologi tidak menyediakan pemeriksaan MRI untuk kasus-kasun TIA. Pada penelitian ini,neuroradiologi dan data klinis dari ketujuh pasien kami dengan fSAH mempresentasi evaluasi dari peran CT dibandingkan dengan MRI sebagai pemeriksaan utama. Kami membandingkan studi banding dengan penelitian kasus fSAH yang sebelumnya. Metode Subjek Institusi kami menyediakan unit stroke yang terakreditasi berjalan beroperasi 24/7 dan klinik pasien luar untuk pasien TIA dari jam 8 pagi sampai 5 sore untuk hari biasa. Pemeriksaan diagnostic yang standard untuk pasien dengan episode neurological transien sebagai berikut. Pada hari bekerja untuk klinik pasien luar, akan dilakukan pemeriksaan MRI termasuk FLAIR, DWI,FFE dan TOF-MRA. Jika MRI tidak tersedia, unenhanced CT scan dan pemeriksaan ultrasound untuk arteri otak ekstra 3 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
dan intra cranial akan dilakukan. MRI akan dilakukan secepat mungkin dalam waktu 24-72 jam berikutnya. Pasien kami dikenalpasti dengan pencarian retrospektif pada semua laporan pemeriksaan MRI kranial (n=7482) dalam database radiological intitusi kami dari tanggal 01/2010 sampai 12/2012. Beberapa istilah dalam pencarian ini adalah; siderosis,subarachnoid hemorage, focal SAH. 243 pasien ditemukan dalam hasil pencarian ini. Pasien dimasukkan dalam masukan kami jika memenuhi criteria seperti berikut: 1) Terdapat fokal SAH pada serebral convex, yang didigambarkan sebagai hiperintensitas linear pada gambaran FLAIR dan hipointensitas linear pada gambaran T2* MRI. 2) Pasien telah mendapatkan pemeriksaan CT scan unenhanced sebelum dilakukan MRI
Pasien dikeluarkan dari senarai kami jika telah didapatkan penyebab pasti perdarahan seperti: 1) SAH aneurisma atau SAH dari malformasi intracranial vascular lainnya (n=45) 2) SAH traumatic (n=45) 3) Perdarahan intraserebral primer atau perdarahan tumor otak yang berekstensi ke ruang subaraknoid (n=25) 4) Penggelinciran dari koagulasi darah (n=3) Akhirnya, kami telah mengidentifikasi 7 pasien dengan fSAH non traumatic sepanjang 3 tahun yang telah menepati criteria inklusi dan eksklusi kami.
4 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
MR imaging Semua pemeriksaan MRI dilakukan pada scanner 1.5T (intera, 1.5T, Philips GmbH-Healthcare, Hamburg, Germany). Protocol dalam pencitraan kasus ini termasuk FFE, DWI, FLAIR, T2-weighed spin-echo sequence dan TOF-MRA untuk arteri intracranial.pada 5 pasien, T1-weighted unenhanced dan contrast-enhanced (0.1 mmol Gd-DTPA per kg berat badan) scan dilakukan (pasien no. 1, 2, 3,6, 7). Phase-contrast (PC)-MRA pada vena serebral dan sinus dilakukan pada 6 pasien (pasien no. 1,2,4- 7). Perdarahan kecil (MB) telah dikenalpasti dan dibedakan dengan perdarahan intraserebral menurut Greenberg et al. siderosis superfisial (SS) digambarkan sebagai linea residual darah pada beberapa lapis kortikal superficial otak pada gambaran FFE. fSAH dibedakan dengan SS bilamana ada penemuan terpencil dalam lokasi neuroanatomi sesuai dengan simptom yang menyerupai TIA.
Computed tomography Axial multislice CT scans didapatkan dengan menggunakan 16-slice atau dual-source 2x128-slice scanner (Somatom Sensation 16 dan Definition FLASH, kedua-duanya Siemens Healthcare, Forchheim, Germany) dalam helical-scan mode menggunakan 0.60.75 mm collimation. 2 set rekonstruksi dengan 0.75/0.5 mm dan 4.59/35 mm (ketebalan slice/increment) dihitung. Detail protoKol untuk CT scan dan multiplanar rekonstruksi, termasuk rekonstruksi interval, kolimasi dan ketebalan slice ditunjukkan dalam table 1
Gambaran vascular tambahan Semua pasien menjalani extracranial cervical doppler sonography. Angiografi 4 balang konvensional dilakukan pada 2 pasien (pasien no 1 dan 3), manakala MRA dengan kontras servikal dilakukan pada pasien 2 dan 7. Pasien no. 4 dilakukan inta dan ekstrakranial CTA. 5 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
Analisa gambar Gambar neuroradiologikal dinilai oleh 3 ahli neuroradiologis (L.E., D.M.,G.S.,-D). sebelum proses pembacaan dilakukan, semua data pasien pada gambar diganti dengan kode tertentu. CT dan MRI dievaluasi mengikut urutan acak. Jadi, para ahli tidak mengetahui pasien mana pada pemeriksaan CT dan MRI ini, begitu juga dengan riwayat klinis pasien. Selepas proses pembacaan individual, para ahli akan melakukan pembacaan secara consensus, mengarah kepada interpretasi yang sama untuk masing-masing bahan. Kerana penelitian ini berbentuk retrospektif, ijin dari pihak atasan institusi tidak diperlukan.
Strategi Literatur Penelitian Artikel diidentifikasi dalam database PubMed Medline-sampai dengan Desember 2013 kata- kata kunci berikut ini digunakan untuk pencarian:. "Focal / non traumatis / kortikal perdarahan subarachnoid", "transient ischemic attack", "microbleeds", "angiopati amiloid serebral" , "serangan crescendo aura" (batas adalah bahasa Inggris dan manusia). Publikasi dipilih jika mereka melaporkan pada karakteristik radiologis dan klinis fSAH termasuk CT dan MRI. Selain itu, pencarian manual referensi juga dilakukan.
Literatur Penelitian Delapan seri kasus diidentifikasi dengan total 102 pasien, termasuk data kami sendiri (Tabel 2). 100 dari 102 pasien menjalani CT scan unenhanced yang memberikan hasil positif bagi fSAH di 95 kasus (95%). MRI tersedia di 97 dari 102 pasien. 28 dari mereka ditemukan dalam publikasi di mana jumlah yang tepat dari temuan positif untuk fSAH di MRI tidak disediakan. [8] Mereka tidak dilibatkan, sehingga total 69 pemeriksaan MRI, yang 69 positif untuk fSAH (100 %). DISKUSI Selama periode 3 tahun, penelitian ini menemukan 7 kasus perdarahan subarachnoid fokal non-traumatik yang menyerupai TIA, subjek-subjek penelitian ini mendapat pemeriksaan dengan CT- scan tanpa kontras dan MRI. Perdarahan subarahcnoid focal (fSAH) dapat didiagnosa menggunakan kedua modalitas tersebut. Perlu diketahui bahwa gejala klinis dan hasil radiologi fSAH sepenuhnya berbeda dari kasus SAH oleh karena pecahnya aneurisma atau non aneurisma parimesencephalic SAH. Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan pada pasien dengan fSAH adalah defisit neurologi yang bersifat sementara dan dapat berulang serta adanya defisit somatosensory yang berlangsung beberapa menit, sedangkan sakit kepala biasa tidak ditemukan pada pasien-pasien dengan usia lanjut. 6 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
Telah ditemukan beberapa etiologi yang berhubungan dengan fSAH. Menurut Kumar dkk, penyebab fSAH yang paling sering pada pasien usia lanjut >60 tahun adalah cerebral amyloid angiopathy (CAA), dan penyebab pada pasien <60 tahun adalah Reversible Cerebral Vasocontriction Syndrome (RCVS). Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan Gerard dkk, mendapati bahwa 1/3 penyebab tersering fSAH adalah atherosclerosis pembuluh darah besar arteri. Selain itu, Raposa dkk menemukan adanya lesi perdarahan yang multifocal (MB and / SS) pada 4 dari 7 pasien. Sesuai dengan data sebelumnya, pasien-pasien pada penelitian ini memang lebih tua dibanding dengan pasien-pasien SAH yang penyebabnya trauma maupun aneurisma. Menurut peneliti dari AHA/ASA, MRI merupakan rekomendasi yang paling baik dalam mendeteksi adanya suatu TIA. Pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai TIA, mengatakan bahwa MRI kadang sering menjadi pilihan utama pada kasus TIA yaitu sebesar 30-50%. Tetapi, adanya kontraindikasi pada pasien yaitu sebesar 10% dan tidak tersedianya fasilitas MRI maka penggunaan MRI masih terbatas. Salah satu masalah yang masih sulit bagi klinisi dalam menghadapi pasien-pasien dengan TIA adalah klinisi sering sulit untuk menghindari misdiagnosis perdarahan intrakranial sebagai TIA dan akhirnya diberikan antitrombosit/antikoagulan. Dimana memang pemberian terapi awal dengan antitrombolitik lebih baik pada pasien-pasien TIA, tetapi sangat berbahaya pada pasien dengan perdarahan intracranial. Oleh karena itu, Guideline AHA/ASA merekomendasikan indivisual assessment pada setiap kasus-kasus perdarahan intracranial dengan diagnosis banding TIA. Sekarang ini, memang belum ada standard protocol penggunaan MRI pada pasien dengan TIA, tetapi pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa memang ada keuntungan diagnosis menggunakan MRI pada pasien TIA. Selain itu, penggunaan FLAIR sangat sensitive untuk melihat adanya suatu kelaianan/proses patologi pada ruang subarachnoid, tidak tidak spesifik untuk SAH. Disamping itu, penggunaan GRE sangat sensitive untuk mendeteksi adanya hemosiderin dan oleh karena itu sangat berguna dalam mendiagnosis fSAH. Tetapi perlu diketahui hasil GRE tidak dapat membedakan antara deposit hemosiderin pada perdarahan akut dan deposit hemosiderin pada posthemoragik. Pada penelitian ini, CT-scan tanpa kontras juga dapat mendeteksi fSAH seperti pada pasien fSAH dalam penelitian ini. tetapi keuntungdan dari MRI adalah MRI masih dapat digunakan 3-4 minggu setalah adanya defisit neurologi atau setelah adanya 1 / lebih gejala defisit neurologi. Menurut data penelitian ini, analisis yang cermat dari setiap slide dari hasil CT-scan masih memungkinkan untuk kita dalam mendeteksi atau mendiagnosis suatu fSAH akut khususnya pada keadaan emergency maupun saat di IGD. Walaupun dapat digunakan sebagai alat diagnosis utama di IGD, CT-scan tidak dapat mendeteksi kelainan-kelainan dari pembuluh-pembuluh darah kecil di otak seperti adanya perdarahan mikro, siderosis, maupun iskemik brain injury. Dengan demikian, maka kita perlu pertimbangkan penggunaan MRI sebagai alat diagnosis lini kedua, baik dalam hal mendeteksi micro hemarogik di otak maupun proses-proses patologi di otak yang dapat menyebabkan 7 | F K U n i v e r s i t a s K r i s t e n K r i d a Wa c a n a
perdarahan intrakranial. Pasien-pasien yang curigai mengalami TIA dan datang <24 jam masi dapat digunakan CT-scan sebagai pilihan pertama, tetapi jika datang sudah >48 jam dari onset gejala pertama maka pilihan utamanya adalah MRI.
KESIMPULAN CT-scan tanpa kontras tetap mempunyai nilai atau keuntungan sendiri sebagai pilihan pertama atau sebagai alat diagnostik utama di pelayanan IGD dalam mendeteksi acute intracranial hemoragik termasuk FSAH jika memang MRI belum dapat dilakukan segera atau karena tidak tersedianya fasilitas MRI. Namun, CT-scan tanpa kontras tidak cukup digunakan sebagai panduan atau dasar dalam pemberian antitrombolitik. Sebagai pilihan utamanya adalah penggunaan MRI sebagai panduan utama pemberian antitrombolitik dan untuk mendeteksi lebih lanjut adanya SS, MB, dan kelainan di parenkim otak pada onset-onset <24 jam. Contohnya adalah MRI dengan FLAIR, DWI, FFE, dan TOF-MRA. Pencitraan non-invasive vaskular masih dapat menjadi andalan dalam mendeteksi kelainan-kelainan atau proses patologi di dalam otak dibanding tindakan invasive seperti cateter angiografi, sehingga tindakan invasive dapat diminimalkan.