You are on page 1of 13

1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pendahuluan
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat
terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi,
adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut. Sedangkan ileus paralitik atau dinamik ileus adalah keadaan di mana
usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya
akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus).

Invaginasi
merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut
ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Penyebab
obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan
kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma
kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan
cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan
operasi (laparatomi). Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal
usus berupa gangguan sistem saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat
penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikuti
muntah-muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang tersembunyi,
biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang letaknya pada
usus besar sebelah kanan.

2

1.2 Anatomi dan Fisiologi Usus
1.2.1. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus
sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada
kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Struktur usus halus terdiri dari bagian-
bagian berikut ini:
a. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat
pankreas. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat bermuaranya saluran empedu
(duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla
vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner untuk memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari
pilorus sampai jejunum.
b. Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas
intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium)
memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe, dan
saraf ke ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah.
c. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya 4-5 m. Ileum
merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum
dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat sfingter dan katup valvula
ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk
lagi ke dalam ileum.

1.2.2. Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar
1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah pasti lebih
besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput
lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus
halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon
3

menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup
ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka
untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk
dan total aliran sebanyak 500 ml/hari. Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang
sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki
tiga divisi :
i. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah
kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
ii. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
fleksura splenik.
iii. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan
bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan disempurnakan oleh
sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim enzim
ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat zat makanan sambil
diabsorbsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan,
yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari
salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal
dan suplai kontinu isi lambung.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air
dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
4

sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam
lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut
membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah dehidrasi.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik.



Anatomi usus halus dan usus besar.




5


1.3. Ileus Obstruktif
1.3.1. Definisi
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik). Suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian maupun total. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari.
1.3.2. Klasifikasi
I. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen
usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma.
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.
II. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
III. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (post-operative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses intra-
abdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
seperti benda asing dan batu empedu.






6

1.3.3. Patofisiologi
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan
syokhipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis
metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi
cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi
toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda,
peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang
menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode.
Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan
setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan
melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus
obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang
dan akhirnya tidak ada.
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah
dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan
muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium,
klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang
tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar,
muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik
dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume
intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan
syok.
7

Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada
usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang
mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan
darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi
serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya
bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya,
merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran
darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak.
Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke
dalam cavitas peritonealis.
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus
cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan
kematian. Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu
gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus obstruksi
yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda
klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita
lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir
ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan
intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena. Ileus obstruktif kolon
biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus obstruksi usus halus.
Karena kolon bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan
tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat.
Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus
obstruksi kolon.
Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva
ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus.
Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan
distensi kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di
sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam
dinding organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan
diameter tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area
ini yang biasanya pecah pertama.


8




1.3.4. Faktor Risiko
Riwayat ulkus
Riwayat operasi gastrointestinal atau ginekologi
Diverticulitis
Penyakit Crohn
Penyakit Hirschsprung pada bayi dan anak
Kanker saluran pencernaan
9

1.3.5. Manifestasi Klinis
Nyeri perut yang hebat dan menetap
Pembengkakan perut
Mual dan muntah
Konstipasi yang parah; ketidakmampuan untuk buang gas atau tinja (merupakan
gambaran obstruksi komplit)
Perut kembung
Demam
Bau napas busuk

1.3.6. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Gambaran fisik pasien yang menderita ileus obstruktif bervariasi dan
tergantung kapan dilakukan pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan beberapa jam
atau sehari setelah mulainya obstruksi mekanik sederhana, maka akan terbukti
beberapa gejala-gejala ileus. Tetapi jika dibiarkan lewat beberapa hari, maka tanda
tambahan akan bermanifestasi. Alasan ini didasarkan atas respon patofisiologi
terhadap ileus obstruktif. Gambaran pertama dalam pemeriksaan pasien yang
dicurigai menderita ileus obstruktif merupakan adanya tanda generalisasi dehidrasi,
yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Karena lebih
banyak cairan disekuestrasi ke dalam lumen usus, maka bisa timbul demam,
takikardia dan penurunan tekanan dalam darah. Dalam pemeriksaan abdomen
diperhatikan kemunculan distensi, parut abdomen (yang menggambarkan perlekatan
pasca bedah), hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus bukti gelombang
peristaltik terlihat pada dinding abdomen dan dapat berkorelasi dengan nyeri kolik.
Tanda demikian menunjukkan obstruksi strangulata. Gambaran klasik dalam mekanik
sederhana adalah adanya episodik gemerincing logam bernada tinggi dan bergelora
(rush) pada waktu penderita dalam kondisi tenang. Gelora tersebut bersamaan dengan
nyeri kolik. Pada obstruksi strangulata tidak ditemukan tanda ini.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X dan foto abdomen yang tegak dan berbaring sangat
bermanfaat dalam mendiagnosa ileus obstruktif. Jika penderita tidak dapat duduk
selama 15 menit, maka posisi dekubitus lateral kiri dapat dilakukan untuk foto
10

abdomen. Adanya gelung usus yang terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola
anak tangga pada foto tegak menggambarkan bahwa penderita menderita ileus
obstruktif. Hal ini karena fakta bahwa udara biasanya tidak terlihat pada usus halus
dan hanya terbukti pada usus yang terdistensi. Informasi dari foto juga dikumpulkan
sebagai bahan diagnosa. Pada obstruksi mekanik sederhana lanjut pada usus halus, tak
ada gas yang terlihat di dalam kolon. Obstruksi kolon dengan valva ileocaecalis
kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting.
Jika valva ileocaecalis inkompeten, maka distensi usus halus dan kolon ada. Pada
obstruksi strangulasi, perjalanan klinik lebih cepat dan harus segera dilakukan
pemeriksaan. Distensi usus (jika ada) pada obstruksi strangulasi lebih sedikit
dibandingkan pada obstruksi mekanis sederhana.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit
meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia
darah sering adanya gangguan elektrolit.
CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi.
Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.

1.3.7. Diagnosis Banding
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan
difus, dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan
tidak terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi
akut, akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis
akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana.



11

1.3.8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1.3.8.1. Primary Survey dan Secondary Survey
Penanganan pasien obstruksi usus saat pertama kali datang tetap mengikuti
kaidah primary survey (Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure).
Dalam hal airway, kelancaran jalan napas harus dijaga. Penilaian adanya obstruksi
jalan napas harus dilakukan segera. Selain melakukan pembebasan jalan napas,
harus juga dijaga agar leher tetap dalam posisi netral.
Dalam hal breathing, penolong harus membebaskan leher dan dada sambil
menjaga imobilisasi leher dan kepala. Lalu dinilai laju dan dalamnya pernapasan.
Inspeksi dan palpasi leher dan dada dilakukan untuk menentukan adanya deviasi
trakea, pemakaian otot pernapasan tambahan, dan tanda cedera lainnya. Pemberian
oksigen konsentrasi tinggi merupakan hal vital untuk semua pasien syok. Hipoksia
dapat dipantau melalui pulse oximetry atau pemeriksaan Analisis Gas Darah
(AGDA).
Dalam hal circulation, penilaian kecepatan, kualitas, dan keteraturan nadi
harus dilakukan. Warna kulit dan tekanan darah juga harus dinilai. i.v line harus
segera dipasang, terutama pada pasien dengan ancaman syok. Pasien obstruksi usus
mekanik umumnya datang dengan keadaan dehidrasi. Muntah dan diare juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam cairan tubuh. Resusitasi cairan merupakan
hal penting dalam menangani keadaan tersebut. Resusitasi cairan diawali dengan
pemberian kristaloid. Volume cairan yang diberikan disesuaikan dengan derajat
dehidrasi. Substitusi elektrolit (terutama kalium) kadang diperlukan. Pasien perlu
dipasang kateter urin untuk memantau urine output tiap jam. Sampel darah diambil
untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes kehamilan, golongan darah dan
cross match, dan AGDA.
Dalam hal disability, dilakukan pemeriksaan neurologis singkat. Tingkat
kesadaran ditentukan dengan menggunakan skor Glasgow Comma Scale (GCS).
Pupil dinilai besarnya dan refleks cahayanya. Dalam hal exposure, pakaian penderita
dibuka dan dilakukan pencegahan hipotermia. Bila seluruh penilaian dan penangan
12

awal pada primary survey sudah dilakukan dan pasien telah stabil, maka dapat
dilakukan secondary survey. Pada secondary survey, dilakukan penilaian terhadap
seluruh sistem organ secara lengkap dan komprehensif, yakni sistem pernapasan
(breathing/B1), sistem peredaran darah (blood/B2), sistem saraf (brain/B3), sistem
saluran kemih (bladder/B4), sistem pencernaan (bowel/B5), dan sistem
muskuloskeletal (bone/B6).
Pasien ileus obstruktif umumnya datang dengan keadaan dehidrasi bahkan
mungkin syok. Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan
yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit.
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan
air (input). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit.
Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit
bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang,
apatis, gelisah, dan kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis
dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan
darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan Kussmaul.
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.

Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda
Klinis
Ringan Sedang Berat
Hemodinamik Takikardi Takikardi,
hipotensi
ortostatik, nadi
lemah, vena
kolaps
Takikardi,
sianosis, nadi sulit
diraba, akral
dingin
Jaringan Mukosa lidah
kering
Lidah lunak,
keriput
Atonia, mata
cekung/corong
Turgor Kulit < << <<<
Urin Pekat Pekat, jumlah
menurun
Oliguria
Kesadaran Normal Apatis, gelisah Koma
Defisit 3-5% BB 6-8% BB 10% BB
13

Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi: (1)
dehidrasi hiponatremik atau hipotonik, (2) dehidrasi isonatremik atau isotonik, dan (3)
dehidrasi hipernatremik atau hipertonik.

1.3.8.2 Terapi Definitif

Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
Strangulasi
Obstruksi lengkap
Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter)
Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
1.3.9. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
dengan akibat peritonitis umum.

1.3.10. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.

You might also like