rakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri,
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif dan menggambarkan keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai. Upaya yang dilakukan perlu lebih mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (IKAFI, 2001). Proses persalinan adalah suatu proses keluarnya bayi yang sudah cukup umur diikuti oleh keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Bila kelahiran tidak bisa terjadi secara spontan maka biasa dilakukan dengan sectio caesarea (SC) (Kusnandari, 2001). Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi pre abdominal dengan membuka dinding uterus (Junaedi, 2000). Menurut statistik kasus sectio caesaria dilakukan atas indikasi antara lain : disporsisi 25%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah SC 11%, pre eklamsia dan hipertensi 7% (Paul dan Camberline, 1998). Di Indonesia kejadian operasi sectio caesaria sudah semakin banyak bahkan bukan di anggap tabu lagi. Di Negara maju operasi section caesaria berkisar antara 1,5% sampai 7% dari semua persalinan. Adapun indikasi yang dilakukan section caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvic, plasenta previa, tumor jalan lahir, letak lintang, hidrocepalus, kehamilan gamely, mal presentasi, letak lintang. Perawat harus memahami hal tersebut, dan harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi sectio caesaria. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa yang mungkin muncul, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan rencana tersebut serta mengevaluasi hasilnya. Atas dasar uraian di atas maka penulis mengambil judul laporan ini : Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo
A. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil rumusan masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUDSaras Husada Purworejo?
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 2
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1Di Ruang Melati RSUDSaras Husada Purworejo. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny D dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. b. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo.
C. RUANG LINGKUP Adapun ruang lingkup studi kasus ini meliputi : 1. Lingkup Mata Ajar Asuhan keperawatan maternitas pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo. Lingkup kasus yang diambil penulis dalam laporan ini membahas asuhan keperawatan pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo. Lingkup Waktu Asuhan keperawatan dilaksanakan selama 3 x pertemuan pada tanggal 23Juli- 25 Juli 2012 2. Lingkup Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan, dan dokumentas
D. METODE 1. Pemeriksaan Fisik 2. Wawancara 3. Observasi 4. Studi dokumentasi
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 3
E. MANFAAT 1. Bagi Penulis Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan klien P 1 A 0 Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1. 2. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai sarana atau bahan pertimbangan asuhan keperawatan secara profesional, khususnya asuhan keperawatan pada klien P 1 A 0 dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1. 3. Bagi Rumah Sakit Atau Tempat Praktik. Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien klien P 1 A 0 dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi dan dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan klien P 1 A 0 dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SECTIO CAESARIA 1. Definisi Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 4
memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan anak. Atau SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawiro, Sarwono, 2001). Sectio caesaria adalah suatu hesteromia untuk melahirkan janin dari dalam rahim ( Mochtar, 1998).
2. Klasifikasi a. Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas sehingga resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif. Indikasi SC yang berasal dari ibu: 1) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk 2) Terdapat kesempitan panggul 3) Solusio Plasenta tingkat I-II 4) Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia 5) Setelah operasi plastic vaginam: a) Bekas luka / sikatriks yang luas b) Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal 6) Gangguan perjalanan persalinan, karena : a) Kista ovarium K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 5
b) Mioma uteri c) Karsinoma serviks d) Kekakuan serviks e) Rupture uteri iminem 7) Kehamilan yang disertai penyakit seperti : a) Penyakit jantung b) DM Indikasi yang berasal dari janin : 1) Fetal distress/ gawat janin 2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin 3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil 4) Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada : 1) Janin yang telah meninggal 2) Kelainan congenital 3) Terdapat kesempitan panggul absolute (CD 5 cm) Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier : 1) Segmen bawah rahim lebih tenang 2) Kesembuhan lebih baik 3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan Kerugiannya : 1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin 2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan b. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak terjangkau karena melekat eratnya dinding uterus pada perut karena section sesarea yang sudah-sudah, insisi disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan banyak berhubung dengan letaknya K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 6
plasenta pada plasenta previa, atau apabila dikandung maksud untuk melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan. Indikasi : 1) SC yang dengan sterilisasi 2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan 3) Janin kepala besar dalam letak lintang 4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul Keuntungan : 1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas Kerugian : 1) Kesembuhan luka operasi relative sulit 2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar 3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar c. Sectio sesarea ekstraperitoneal Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, sekarang tidak banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan seringkali terjadi sobekan peritoneam. d. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi : 1) SC disertai infeksi berat 2) SC dengan Antonio uteri dan perdarahan 3) SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)
3. Indikasi a. Indikasi Ibu : K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 7
1) Panggul sempit 2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi 3) Stenosis serviks uteri atau vagina 4) Plassenta praevia 5) Disproporsi janin panggul 6) Rupture uteri membakat 7) Partus tak maju 8) Incordinate uterine action b. Indikasi Janin 1) Kelainan Letak : a) Letak lintang b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi) c) Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang d) Presentasi ganda e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama 2) Gawat Janin c. Indikasi Kontra(relative) 1) Infeksi intrauterine 2) Janin Mati 3) Syok/anemia berat yang belum diatasi 4) Kelainan kongenital berat K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 8
4. Pathway
Insufisiensi plasenta Kadar kortisol menurun(merupakan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak) Cemas pada janin Sirkulasi uteroplasenta menurun SC Post date Kelahiran terhambat Tidak ada perubahan pada serviks Tidak timbul HIS Persalinan tidak normal Estrogen meningkat Kurang pengetahuan Nifas (post pembedahan) Faktor predisposisi : Ketidak seimbangan sepalo pelvic Kehamilan kembar Distress janin Presentsi janin Preeklampsi / eklampsi Pembendungan laktasi Penurunan laktasi Imobilisasi Ansietas Nyeri Deficit perawatan diri Kerusakan integritas jaringan Resiko infeksi Mastitis Nyeri K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 9
5. Komplikasi a. Pada Ibu Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan, dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup, seksio sesaria sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga kompeten kurang dari 2 per 1000. Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memikul resiko yang lebih besar daripada seorang wanita lain yang mengalami seksio sesaria elektif karena disproporsi sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalina berlangsung makin meningkat bahaya infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah. Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah : 1) Infeksi Puerperal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selam beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi post operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum, atau ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis profunda. 2) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang- cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri. 3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak , ialah kurang kuatnya perut pada dinding K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 10
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini leih banyak ditemukan sesudah seksio sesaria klasik. b. Pada Anak Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio sesaria. Menurut statistic di Negara-negara pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian prenatal pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7 %.
6. Penatalaksanaan a. Perawatan selama kelahiran sesarea (pre Op) 1) Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur rambut pubis, memasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih, dan memberi obat preoperative sesuai resep. Antasida seringkali diberikan untuk mencegah aspirasi akibat secresi asam lambung kedalam paru- paru klien. 2) Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan hidrasi dan menyediakan suatu saluran terbuka (openline) untuk pemberian darah / obat yang diperlukan. 3) Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. 4) Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus bersama wanita tersebut selama mungkin untuk memberikan dukungan emosional secara berkelanjutan. 5) Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur, mengkaji persepsi wanita dan pasangan atau suaminya tentang kelahiran sesarea. Ketika wanita mengungkapkan , perawat dapat mengidentifikasi gangguan potensial konsep diri selama periode pasca partum. K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 11
6) Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat mengajari wanita tersebut tentang harapan pasca operasi, cara merdakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan napas dalam. 7) Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi wanita tersebut diatas meja operasi,. Adalah penting untuk mengatur posisi wanita tersebut sehingga uterus berada pada posisi lateral untuk menghindari penekanan pada vena cava inferior yang dapat menurunkan perfusi plasenta. 8) Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat yang melakukan resusitasi neonatus karena bayi ini dianggap beresiko sampai ada bukti kondisi fisiologis bayi stabil setelah lahir. b. Perawatan pasca partum (post Op) 1) Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca melahirkan dan derajat nyeri. 2) Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita tersebut diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi. 3) Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan dan haluaran. 4) Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi dan melakukan napas dalam serta melatih gerakan kaki. Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat diberikan 5) Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri. 6) Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada abdomen dan tehnik relaksasi. 7) Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas. K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 12
8) Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara dan perawatan higienis rutin termasuk mandi siram setelah balutan luka diangkat. 9) Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus uterus, dan lokia. Bunyi napas, bising usus, tanda homans, eliminasi urine serta defekasi juga dikaji. 10) Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran dan penjelasan tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa orangtua akan marah,frustasi atau kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan pervaginam. Beberapa wanita mengungkapkan perasaan seperti harga diri rendah atau citra diri yang negative. Akan sangat berguna bila ada perawat yang hadir selama wanmita melahirkan, mengunjungi dan membantu mengisi kesenjangan tentang pengalaman tersebut. 11) Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan aktifitas, perawatan payudara, aktifitas seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan tanda-tanda komplikasi serta perawatan bayi.
7. Tanda-tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah Pemulangan Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan kesehatan : a. Demam lebih dari 38 C b. Nyeri saat buang air kecil c. Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi normal d. Luka terbuka e. Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi f. Nyeri abdomen yang parah
8. Penatalaksanaan Pasca tindakan (Medis) a. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah b. Jika masih terdapat perdarahan : 1) Lakukan massage uterus K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 13
2) Beri oksitosin 10 unit 3) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV (garam fisiologik/ringer laktat) 60 tetes permenit, ergometsin 0,2 mg IM dan prostaglandin c. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic kombinasi sampai klien bebas demam selama 48 jam : 1) Ampisilin 2g IV setiap 6 jam 2) Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam 3) Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam 4) Beri analgesik jika perlu.
9. Pemerisaan Penunjang a. Darah lengkap, golongan darah (ABO) b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin
B. MASA NIFAS 1. Definisi Masa nifas ( Puerpenium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula ( sebelum hamil ). Masa ini berlangsung selama kira kira 6 minggu ( Sulistyawati, 2009). Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam bukunya yang berjudul Sinopsis Obsetri Jilid I, mengatakan bahwa masa nifas ( puerpenium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 14
2. Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerpenium dini, puerpenium intermedial, dan remote puerpenium. a. Puerpenium Dini Puerpinium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Puerpenium Intermedial Puerpenium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Remote Puerpenium Remote puerpenium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunya komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. ( Sulistyawati, 2009).
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk : a. Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran berikutnya. b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat lebih maksimal. c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu. d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 15
Untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus. e. Imunisasi ibu terhadap tetanus Dengan asuhan yang maksimal, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan. f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan Anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. ( Sulistyawati, 2009).
4. Involusi Alat-Alat Kandungan a. Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Involusi TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba diatas simfibis 350 gram 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram
b. Bekas implantasi uri Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih. c. Luka luka Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa sakit Disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 16
e. Lochea Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. 1) Lochea rubra (cruenta ) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan. 3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke7-14 pasca persalinan. 4) Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu. 5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 6) Lochiostasis : lochea tidak lancer keluar. f. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen ligament Ligament, fasia, dan diafragma felvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendur. ( Mochtar, 1998 ).
5. Penanganan Masa Nifas Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu : a. Kebersihan Diri 1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh. 2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 17
disekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus. 3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika. 4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. 5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika memiliki luka episiotomy atau laserasi. b. Istirahat 1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. c. Latihan 1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot otot perut dan panggul kembali normal. 2) Jelaskan bahwa latihan latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat mempercepat pengembalian otot otot perut dan panggul kembali normal. d. Gizi Ibu menyusui harus : 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari. 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). 4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. e. Perawatan Payudara 1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering. 2) Mengenakan BH yang menyokong payudara. K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 18
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyususi. f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk mulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. g. Keluarga berencana Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan tentang keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara mecegah kehamilan yang tidak diinginkan. h. Psikologis 1) Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. 2) Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya. 3) Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 19
Masa Nifas Luka episiotomi / luka post SC Nyeri akut Defisit perawatan diri Resiko infeksi Tidak terjadi perdarahan yang abnormal Lemah Kerusakan integritas jaringan Kontraksi uterus Kuat Perdarahan Resiko kurang volume cairan Hormon prolaktin merangsang produksi air susu Hormon oksitosin menyebabkan mio epitel kelenjar susu berkontraksi Air susu keluar Bayi menyusu Menyusui efektif Jam tidur berubah Gangguan pola tidur Sumbatan Kolostrum yang mengering Bendungan Laktasi ASI tidak keluar Ketidakefektifan menyusui Mastitis Neri akut Saat persalinan spingter uretra ditekan oleh kepala janin dan terjadi spasme otot Edema kandung kemih Sulit kencing Gangguan eliminasi urin Kurang makan makanan berserat selama kehamilan Takut BAB karena luka diperineum Konstipasi Pathway Masa nifas K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 20
C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 1. Pengkajian Fokus a. Sirkulasi Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml b. Integritas ego 1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu 2) Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri 3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam pengalaman kelahiran c. Eliminasi 1) Adanya kateter urinary 2) Bising usus d. Makanan / Cairan Abdomen lunak / tak ada distensi awal e. Neuro sensori Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural f. Nyeri / ketidaknyamanan 1) Mulut mungkin kering 2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta 3) Distensi kandung kemih / abdomen g. Pernafasan 1) Bunyi paru jelas dan vesicular h. Keamanan 1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh 2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak / nyeri tekan K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 21
i. Seksualiatas 1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus 2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri / ketidakberdayaan b.d agen injuri (insisi pembedahan) b. Deficit perawatan diri b.d nyeri c. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi e. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui, nyeri payudara. 3. Rencana Asuhan Keperawatan a. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan). Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC: Kontrol nyeri Kriteria hasil: - Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri - Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat cukup NIC : Managemen nyeri Intervensi : - Kaji komprehensif tentang nyeri - Observasi isyarat2 nonverbal dari ketidaknyamanan - Beri informasi tentang nyeri - Berikan analgetik sesuai dosis - Kolaborasi dengan dokter bila tindakan tidak berhasil
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 22
b. Diagnosa keperawatan : Deficit perawatan diri berhubungan dengan nyeri Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC: Perawatan diri Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) Kriteria hasil : - Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene mulut - Mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi NIC : Perawatan diri Intervensi : - Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu - Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh - Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi - Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari - Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi ADLs klien seperti mandi, makan, toileting dan berpakaian - Motivasi klien untuk memenuhi ADLs secara mandiri dan bertahap - Anjurkan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
c. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive, insisi post pembedahan Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC: Pengendalian resiko, dengan indikator (nilai 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten) Kriteria hasil : - Terbebas dari tanda atau gejala infeksi - Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat - Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
NIC : Pengendalian infeksi Intervansi : - Pantau tanda/gejala infeksi - Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi - Instruksikan untuk menjaga hygiene pribadi - Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan - Monitor jumlah leukosit - Gunakan teknik aseptik setiap melakukan tindakan K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 23
- Tingkatkan intake nutrisi - Batasi pengunjung
d. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC: Kontrol cemas Kriteria hasil: - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas - Tanda vital dalam batas normal - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas NIC : Anciety reduction Intervensi : - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Berikan informasi fakual mengenai diagnose dan tindakan prognosis - Identifikasi tingkat kecemasan - Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi - Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi/ distraksi - Berikan obat untuk mengurangi cemas
e. Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik b.d adanya luka bekas operasi Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC: ambulation : walking Kriteria hasil : - Dapat mempertahankan dan fungsi tubuh - Klien menunjukkan perilaku yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas NIC : Exercise therapy: ambulation Intervensi : - Monitor vital sign - Bantu klien untuk memenuhi ADLs - Kaji kemempuan klien dalam mobilisasi - Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 24
sesuai kemampuan - Damping dan bantu klien saat mobilisasi - Berikan alat bantu jika klien memerlukan - Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui, nyeri payudara. Tujuan & Kriteria hasil NOC Intervensi NIC NOC : Knowledge : Breasfeeding - Mampu mendeskripsikan cara menyusui yang benar - Mampu mempraktekkan cara menyusui yang baik. - Mampu melakukan perawatan putting dan payudara - Mampu mendeskripsikan tanda-tanda kelainan pada payudara saat menyusui. Knowledge Breastfeeding: - Ajarkan cara menyusui yang benar - Motivasi ibu agar terus menyusui bayinya - Ajarkan cara perawatan payudara selama menyusui - Berikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan masa nifas
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D DENGAN POST SC INDIKASI GAGAL INDUKSI HARI KE-1 DI RUANG MELATI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Nama Mahasiswa : Ni Putu Ari Wijayanti, S.Kep. Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2012 Pukul 11.00 WIB Tanggal Masuk : 22 Juli 2012 Pukul 16.30 WIB A. PENGKAJIAN I. Data Identitas a. Identitas Klien Nama : Ny. D Umur : 19 tahun No. Reg : 13xxxx/98xxxx Pendidikan : SMA Alamat : Kertosono, Purworejo Dx medis : Post SC Dengan Indikasi Induksi Gagal Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Identitas Penanggung jawab Nama : Tn. A Umur : 22 tahun Pendidikan : SMP Alamat : Kertosono, Purworejo Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Hubungan dengan klien : suami klien
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 26
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini a. Keluhan utama saat MRS Klien datang ke RS dengan keluhan perut kenceng-kenceng, sudah keluar lendir darah pada vagina. b. Keluhan utama saat pengkajian Klien mengeluh nyeri karena luka operasi di perut bagian bawah, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri bertambah saat bergerak dan dirasakan terus menerus.
C. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Sekarang a. Riwayat Kehamilan 1. Trimester I Klien mengatakan tidak ada keluhan yang berarti, namun terkadang mengeluh mual dan muntah saat kehamilan 6 minggu. Klien mengatakan pada usia kehamilan 7 minggu klien merasa sering mual tapi tidak muntah, pada kehamilan 2 bulan klien memeriksakan kehamilannya ke bidan dan bidan mengatakan kepada klien bahwa kehamilan klien baik. 2. Trimester II Klien mengatakan nafsu makan meningkat, namun terkadang mengeluh mual tetapi tidak muntah selama kehamilan 5 bulan. Klien mengatakan pada usia kehamilan 6 bulan klien memeriksakan kehamilannya ke bidan dan bidan tetap menyatakan kehamilan klien baik. 3. Trimester III Klien mengatakan tidak ada keluhan yang berarti, namun terkadang nafsu makan menurun. Klien mengatakan pada usia kehamilan 8 bulan mulai rutin kontrol ke bidan. 4. HPHT : 11 Oktober 2012 5. HPL : 18 Juli 2012
b. Riwayat persalinan 1) Persalinan Saat Ini a) Lama operasi SC : 40 menit (jam 22.00-22.40 WIB) b) Posisi fetus : presentasi kepala, punggung kanan K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 27
c) Tipe kelahiran : SC emergency d) Penggunaan tipe anestesi : Regional anastesi e) Masalah selama SC : tidak ada 2) Keadaan umum bayi baru lahir a) Jenis kelamin : Laki-laki b) Berat badan : 3000 gram c) Panjang badan : 47 cm
c. Riwayat Nifas 1. Kondisi klien 2 jam post partum sampai saat ini Klien tampak lemah, KU baik, TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,3 C, RR: 20x/menit. Klien mengatakan badan lemas, dari jalan lahir keluar lochea rubra 30 cc warna merah. 2. Laktasi Ibu terlihat menyusui bayinya, ASI keluar, tidak ada kelainan pada payudara, puting menonjol dan hiperpigmentasi pada areola. Ibu tampak bersama bayinya di ruang perawatan nifas. 3. Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg N : 88x/menit S : 36,3C RR : 20x/menit
D. Riwayat Kesehatan Dahulu a. Riwayat penyakit (Keturunan, seksual/infeksi, imun, dsb) Klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit keturunan (HT, DM, Asma) maupun penyakit menular. b. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan (HT, DM, Asma) maupun penyakit menular.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 28
Genogram :
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien / : meninggal : Garis pernikahan : Garis keturunan : Tinggal serumah
c. Riwayat kehamilan, obstetrik, persalinan, dan nifas dahulu No. G/P/L BBL Cara Lahir Penolong Jenis Kelamin Umur H/M
d. Riwayat obstetrik yang lalu 1. Menarche : umur 11 tahun Siklus : 28 hari Lamanya : 6-7 hari Dismenorhea : Ada tapi tidak sampai menganggu aktivitas 2. Riwayat perkawinan Menikah : umur 18 tahun Suami sekarang : 6 tahun 3. Riwayat KB Klien mengatakan belum pernah menggunakan KB sebelumnya. Klien mengatakan sudah dipasang IUD setelah dilakukan SC.
Ny D 19 th K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 29
E. Kebutuhan Dasar Khusus a. Aktivitas/ istirahat SMRS : Klien mengatakan sebelum MRS dapat melakukan aktivitas mandiri. Istirahat cukup tanpa ada gangguan. Tidur biasa mulai jam 22.00 dan bangun jam 05.00, lama tidur malam 6-7 jam. Tidur siang 1 jam. Saat sakit : Klien mengatakan belum mampu untuk banyak bergerak, hanya miring kanan kiri karena masih merasa nyeri di luka post operasi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan sehari-hari (ADLs) dibantu keluarga dan perawat. Klien juga mengatakan kaki, masih sedikit lemas. Tidur siang : tidur siang 1 jam Tidur malam hari : 6-7 jam tiap harinya. Masalah : tidak ada masalah dalam pola tidur dan istirahat. b. Sirkulasi TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit S : 36,3C RR : 20x/menit c. Data Psikososial dan spiritual (realitas pengalaman., persalinan, reaksi emosional, pola interaksi dan komunikasi) Klien mengatakan cemas saat persalinan karena induksi gagal dan harus menjalani SC Klien mengatakan saat lega karena sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Klien mengatakan selalu berdoa agar bayi yang dilahirkannya selalu sehat. Hubungan klien dengan keluarga maupun orang sekitar baik. d. Eliminasi (BAB/BAK) Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, bau khas feses, warna kuning kecokelatan. BAK 4-5x sehari dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Saat sakit : Klien mengatakan selesai operasi sampai sekarang belum BAB. Klien terpasang DC tanggal 22 /juli K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 30
2012 (UB 500 cc, warna kuning kemerahan) sejak jam 03.00 sampai 11.00. e. Makanan/cairan Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan satu porsi habis dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk. Klien mengatakan minum 5-6 gelas dengan jenis air putih. Saat sakit : Klien post SC hari ke -1 klien mendapat diet TKTP, bubur lauk pauk. Menu makan siang habis setengah porsi. Minum air putih 1 gelas dari pagi, 350 cc. Klien tadi siang makan disuapi karena belum bisa duduk. Klien mendapat resusitasi cairan infus RL ditangan kiri 20 tpm, terpasang tanggal 22 Juli 2012. f. Personal Hygiene Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, ganti pakaian 2 kali sehari. Saat sakit : Klien mengatakan setelah operasi belum mandi karena badan lemas, nyeri perut dan klien bedrest. Tadi pagi klien dilap oleh perawat dan digantikan baju. g. Neurosensori Reflek nyeri ada, reflek menghindar dari rangsang nyeri ada. h. Nyeri dan ketidaknyamanan Paliatif : nyeri pada oleh luka jahitan post operasi SC, bertambah nyeri saat bergerak Quality : kualitas nyeri sedang seperti tertusuk-tusuk Regio : daerah abdomen bagian bawah Scale : skala 5 Time : Terus-menerus i. Keamanan Klien berada dalam kondisi lingkungan yang aman dan nyaman bersama keluarga dan suaminya.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 31
j. Sexsualitas Klien mengatakan sebelum hamil saat melakukan hubungan sexsual tidak nyeri, tidak ada halangan, tidak terjadi perdarahan. Selama kehamilan klien sempat melakukan hubungan suami istri ketika usia kandungan melewati 4 bulan. k. Psikologis Klien mengatakan sangat senang bayinya sudah lahir, klien merasa lega anaknya lahir dengan selamat dan klien ingin segera menyusui dan merawat bayinya bersama suami dan dibantu keluarganya.
F. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum KU : baik, GCS : 15. Kesadaran composmentis, klien terlihat lemas, klien menunjukkan ekspresi nyeri. b. TTV TD : 110/70 mmHg N : 88x/menit S : 36,3C RR : 20x/menit c. Head to Toe 1. Kepala Inspeksi : Bentuk meshosepal, tidak ada bekas luka, tidak ada edema, Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa. 2. Mata Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Palpasi : tidak ada tekanan intra okuler 3. Hidung Inspeksi : Lubang hidung simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak ada kotoran, terlihat bersih Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan 4. Telinga Inspeksi : daun telinga bersih, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen yang keluar K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 32
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan 5. Mulut Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi lengkap dan bersih, ada sedikit karies gigi pada gigi bagian dalam 6. Leher Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terlihat distensi JVP, tidak ada lesi Palpasi : teraba hangat, tidak teraba massa. Tidak ada nyeri tekan 7. Dada (Thorax) dan Paru-paru Inspeksi : Tidak ada retraksi dinding dada, pengembangan paru simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi pada dinding dada Palpasi : Vocal premitus seimbang kanan dan kiri Perkusi : Sonor 8. Auskultasi : Vesikuler 9. Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis tidak teraba karena terhalang oleh payudara Perkusi : Redup Auskultasi : Suara S1 S2 regular, tidak ada suara tambahan 10. Payudara Inspeksi : Payudara simetris kanan dan kiri, payudara kotor, hiperpigmentasi pada areola, puting menonjol, tidak ada lesi Palpasi : Payudara teraba kencang, air susu keluar pada puting saat ditekan, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan pada payudara. 11. Abdomen Inspeksi : Terdapat linea nigra, terdapat luka post SC hari ke- 1tertutup verban dan tampak besih dan kering, dengan panjang kurang lebih 10 cm, posisi luka membujur 4 jari di bawah umbilikus K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 33
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/menit Perkusi : Timpani Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras, kontraksi uterus baik, terdapat nyeri tekan di sekitar luka post SC. 12. Genetalia Rambut pubis dicukur, tidak ada edema pada labia mayora dan minora, terpasang DC sejak tanggal 22 Juli, 2012urine bag jumlah 500 cc, lochea rubra 30 cc warna merah. 13. Anus Tidak ada hemoroid, terlihat bersih, tidak ada edema, tidak ada kemerahan 14. Integumen Tidak ada edema, CRT < 2 detik, turgor kulit elastis. 15. Ekstremitas Atas : Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 22 Ju;i 2012,aliran infuse lancar, pada daerah pemasangan infus tidak ada kemerahan, tidak ada flebitis, kedua tangan tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa. Bawah : Kedua kaki masih sedikit lemas, tidak ada edema, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan. 5 5 5 5
Keterangan : 0 : Paralisis 1 : tidak ada gerakan teraba/terlihat kontraksi 2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi 3 : gerakan normal menentang gravitasi 4 : gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit tahanan 5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi, dengan tahanan penuh
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 34
G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium 22 Juli 2012 Parameter Hasil Nilai normal WBC 12,46 4,8-10,8 10 3 /ul RBC 4,12 4,2-5,4 10 3 /ul HGB 11,4 12-16 g/dl HCT 31,9 37-43 % MCV 77,4 81-99 FL MCH 27,7 27-31 FL MCHC 35,7 33-37 pg PLT 222 150-400 10 3 /ul RDW-CV 16,2 4,5-14,5 % RDW-SD 44,0 35-47 FL PDW 11,0 9,0-13,0 FL P-LCR 22,8 15,0-25,0 % MPV 9,6 7,2-11,1 FL LYM % 17,1 19-48 % MONO % 8,2 0-8 % NEUT % 73,2 40-74 % EO % 1,2 2-4 % BASO % 0,3 0-1% LYM # 2,13 1-3,7 10 3 /ul MONO # 1,02 0-1,2 10 3 /ul NEUT # 9,12 1,5-7 10 3 /ul EO # 0,15 1,3-8 10 3 /ul BASO # 0,04 0-0,2 10 3 /ul Gol. Darah O Masa Perdarahan 2-20 Masa pembekuan 4-6 HbSag negative Tanggal 23 Juli 2012
HGB 11,2 12-16 g/dl K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 35
H. Terapi Tgl Jenis terapi Rute terapi Dosis Indikasi Terapi 23 Juli 2012 Cefotaxime Intra vena 1 gram/ 12 jam Antibiotik Ketorolax Intra vena 30 mg/8 jam Analgetik Infus RL Intra vena 20 tpm Balance cairan 24 Juli 2012 Cefadroxil Oral 500 mg/ 8 jam Antibiotik
Asam Mefenamat Oral 500 mg/8jam Analgetik
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 36
DATA FOKUS DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Klien mengeluh nyeri karena luka operasi di perut bagian bawah, nyeri dirasakan seperti tertusuk- tusuk, skala nyeri 5, nyeri bertambah saat bergerak dan dirasakan terus-menerus. Klien mengatakan badan lemas Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak, hanya miring kanan kiri karena masih merasa nyeri diluka post operasi. Klien mengatakan kaki masih sedikit lemas Klien mengatakan setelah operasi belum mandi karena badan lemas, nyeri perut dan klien bedrest, klien tadi pagi dilap oleh perawat dan digantikan baju Klien mengatakan tadi siang makan disuapi karena belum bisa duduk. Klien tampak lemah Dari jalan lahir keluar lochea rubra 30 cc warna merah. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADLs) dibantu keluarga dan perawat Terpasang Infus RL 20 tpm terpasang di tangan kiri, terpasang sejak tanggal 22 Juli 2012 Terpasang DC sejak tanggal 22 Juli 2012, jumlah 500 cc warna kuning kemerahan Terdapat luka post SC hari ke-1 tertutup dengan kasa dan tampak besih, dengan posisi luka membujur (horisontal) 4 jari di bawah umbilikus. Klien menunjukan ekspresi nyeri Rambut tidak rapi diikat. Terdapat nyeri tekan disekitar luka post SC Nilai WBC (22 Juli 2012) 12,46 x10 3 /ul TTV TD : 110/70 mmHg N : 88x/menit S : 36,3C RR : 20x/menit
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 37
ANALISA DATA NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM 1. Ds : Klien mengeluh nyeri karena luka operasi di perut bagian bawah, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri bertambah saat bergerak dan dirasakan terus-menerus Do : Terdapat luka post SC hari ke-1 tertutup dengan kasa dan tampak besih, dengan posisi luka membujur (horisontal) 4 jari di bawah umbilikus Klien menunjukan ekspresi nyeri Terdapat nyeri tekan disekitar luka post SC Klien terlihat lemah TTV TD : 110/70 mmHg N : 88x/menit S : 36,3C RR : 20x/menit
Agen cedera fisik (luka post SC) Nyeri Akut K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 38
2. Ds :- Do : Dari jalan lahir keluar lochea rubra 30 cc warna merah. Terpasang Infus RL 20 tpm terpasang di tangan kiri, terpasang sejak tanggal 22 Juli 2012 Terpasang DC sejak tanggal 22 Juli 2012, jumlah 500 cc warna kuning kemerahan Terdapat luka post SC hari ke-1 tertutup dengan kasa dan tampak besih, dengan posisi luka membujur (horisontal) 4 jari di bawah umbilikus. Nilai WBC (22 Juli 2012) 12,46 x10 3 /ul S : 36,3C Trauma jaringan dan prosedur invasif Resiko infeksi 3. Ds : Klien mengatakan badan lemas Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak, hanya miring kanan kiri karena masih merasa nyeri diluka post operasi Klien mengatakan kaki masih sedikit lemas Klien mengatakan setelah operasi belum mandi karena badan lemas, nyeri perut dan klien bedrest, klien tadi pagi dilap oleh perawat dan digantikan baju Klien mengatakan tadi siang makan disuapi karena belum bisa duduk.
Nyeri dan kelemahan Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 39
Do: Klien tampak lemah Rambut tidak rapi diikat. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADLs) dibantu keluarga dan perawat Terdapat luka post SC hari ke-1
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri akut b/d Agen cedera fisik (luka post SC) 2. Resiko infeksi b/d Trauma jaringan dan prosedur invasif 3. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d Nyeri dan kelemahan
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 40
INTERVENSI NO DIAGNOSA NOC NIC Paraf 1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (luka post SC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria hasil : Pain Control 1. Klien mengungkapkan nyeri terkontrol dengan menggunakan tehnik non farmakologi untuk menghilangkan nyeri. 2. Skala nyeri berkurang (skala 2) 3. Melaporkan rasa nyaman
Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif R/ Perubahan karakteristik yang menunjukkan terjadinya proses nyeri memerlukan upaya untuk keefektifan tindakan. 2. Observasi tanda non verbal dari ketidaknyamanan R/ Untuk mengobservasi reaksi klien terhadap nyeri serta tingkat nyeri yang dirasakan dapat dilihat dari reaksi non verbal. 3. Ukur TTV R/ Tanda-tanda vital dapat mengetahui keadaan umum klien terhadap respon nyeri. 4. Beri posisi yang nyaman R/ posisi yang nyaman membantu menurunkan rasa nyeri 5. Anjurkan istirahat R/ meningkatkan koping klien terhadap nyeri 6. Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengontrol nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam) R/ Teknik relaksasi nafas dalam yang benar dapat membantu mengurangi atau mengontrol nyeri yang dirasakan. 7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik R/ Terapi analgetik dapat mengurangi dan mengontrol nyeri.
Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 41
2. Resiko infeksi b/d trauma jaringan dan prosedur invasif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak tampak tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil : Risk Control 1. Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi (kemerahan, bengkak, adanya pus, adanya jaringan nekrotik) 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Vital sign dalam batas normal TD : 110-139/70-89 mmHg Nadi : 60-100 x/menit Respirasi : 16-24 x/menit Suhu : 36-37, 5 0 C
Infection control 1. Pertahankan tehnik aseptic R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan R/ Mencegah timbulny penyebaran resiko infeksi 3. Monitor tanda dan gejala infeksi R/ memberikan deteksi dini terjadinya proses penyakit 4. Pantau / ukur TTV R/ Vital sign menunjukkan keadaan umum pasien 5. Ajarkan klien untuk menjaga kebersihan luka dan genitalia (lakukan perineal hygiene) R/ Kebersihan luka dan genitalia akan menurunkan kejadian atau factor resiko penyebab infeksi. 6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. R/ Antibiotic yang tepat akan menurunkan jumlah organism pathogen penyebab infeksi Wound Care 7. Monitor dan catat pengeluaran cairan pada luka R/ Karakteristik cairan menunjukkan terjadinya infeksi atau tidak. 8. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% R/ NaCl 0,9% digunakan untuk membersihkan dan membantu granulasi 9. Dressing dengan kassa stril dan lakukan pembalutan / penutupan luka R/ Nenghindari luka terpapar langsung dari agen penyebab infeksi 10. Hindari tekanan pada daerah luka R/. Tekanan akan memperlambat granulasi dan memperburuk luka. Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 42
3. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d nyeri dan kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan adanya peningkatan dalam perawatan diri dengan kriteria hasil : Mobility Level 1. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai dengan peningkatan TD, nadi dan respirasi 2. Keseimbangan aktifitas dan istirahat 3. Mampu melakukan aktifitas sehari- hari (ADLs) (makan, mandi, berpakaian) secara mandiri atau bantuan minimal
Exercise Therapy 1. Batasi aktifitas dengan kemampuan klien R/ Aktifitas yang tidak sesuai akan memeperburuk keadaan pasien 2. Jelaskan kepada klien dalam peningkatan aktivitas / mobilisasi secara bertahap R/Peningkatan aktifitas dilakukan bertahap sesuai dengan kemampuan dan mobilisasi post operasi 3. Tingkatkan istirahat R/ Istirahat yang cukup akan meningkatkan energi 4. Bantu klien untuk memenuhi ADLs R/ Pembatasan mobilisasi akan meminimalkan klien dalam memenuhi kebutuhan ADLsnya 5. Monitor kemamapuan klien untuk mobilisasi R/ Adanya peningkatan mobilisasi klien secara bertahap menunjukkan adanya peningkatan/ pemulihan Self Care Assistance 6. Pantau kemampuan klien untuk perawatan diri secara mandiri R/ Peningkatan perawatan diri sesuai dengan kemampuan akan melatih klien untuk mandiri 7. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan secara mandiri tapi beri bantuan klien bila klien tidak manpu untuk melakukan R/ Bantuan diperlukan jika kemampuan klien terbatas 8. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi ADLs klien R/ Pemenuhan ADLs pada pembatasan mobilisasi membutuhkan bantuan keluarga untuk memenuhu ADLs klien Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 43
IMPLEMENTASI NO TGL/JAM Dx. Kep IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF 1. 23 Juli 2012 11.00 WIB
11.05 WIB
11.10 WIB
11.15 WIB
12.00 WIB
14.00 WIB
Nyeri akut b/d agen cedera fisik (luka post SC) 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif R/ klien mengatakan nyeri pada luka post operasi di perut bagian bawah, skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah bila bergerak dan dirasakan terus-menerus. 2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan akibat nyeri R/ klien meringis saat bergerak dan saat ditekan didaerah sekitar luka 3. Memberikan posisi yang nyaman R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya (supinasi) 4. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri R/ Klien mampu mendemonstrasikan tehnik napas dalam saat timbul nyeri 5. Mengukur tanda-tanda vital R/ TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt N : 88x/mnt, S : 36,3 o C 6. Melaksanakan kolaborasi pemberian obat injeksi ketorolak 30mg didrip di infus RL 20 tpm R/ obat injeksi ketorolak 30mg didrip di infus Tanggal 23 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan masih nyeri pada luka operasi diperut bagian bawah, sudah berkurang skala nyeri 4 tetapi masih terasa seperti tertusuk-tusuk dan terus menerus nyeri bertambah saat bergerak - Klien mengatakan merasa lebih berkurang sakitnya dengan melakukan nafas dalam O : - Klien meringis menahan nyeri saat miring kanan dan kiri - Klien mampu mendemonstrasikan tehnik napas - Klien dalam posisi supinasi - Klien mendapat terapi ketorolax 30mg didrip diinfus RL 20 tpm - TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt N : 80x/mnt, S : 36,3 o C
A : Tujuan tercapai sebagian Ari
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 44
RL 20 tpm, tetesan lancar, tidak ada reaksi alergi
- Menyatakan nyeri berkurang dengan menarik napas dalam - Nyeri berkurang mejadi skala 4
P : Pertahankan intervensi No. 1,2,3,4 dan 7 2. 23 Juli 2012 11.00 WIB 11.05 WIB
11.30 WIB
13.35 WIB Resiko Infeksi b/d trauma jaringan dan prosedur invasif 1. Mempertahankan tehnik aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan R/ Klien terhindar dari resiko infeksi 2. Memeriksa tanda dan gejala infeksi seperti adanya kemerahan, bengkak, panas dan fungsio laesa pada infus, DC, genetalia dan sekitar luka post SC. R/ terdapat luka post SC hari ke 1, tertutup perban dan kassa, terlihat bersih dan kering, tempat pemasangan infus dan DC tidak kemerahan dan tidak bengkak, dari jalan lahir keluar lochea rubra 30 cc, labia mayora dan minora tidak edema, klien tidak tidak teraba panas. 3. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan daerah luka yang diverban agar tetap kering dan bersih R/ Klien mengatakan akan menjaga kebersihan daerah sekitar luka 4. Menganjurkan klien menghabiskan makanan diit Tanggal 23 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan akan menjaga kebersihan balutan luka dan area sekitar luka serta menjaga kebersihan daerah penusukan infus agar bersih dan kering - Klien mengatakan mengganti pembalut bila penuh
O : - Pasien tidak teraba panas, , tempat pemasangan DC tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, aliran urin lancar, UB : 150 cc, dan daerah tempat pemasangan infus tida ada bengakak/flebitis, genetalia terdapat lochea rubra 40cc warna merah - Terdapat luka dengan panjang kurang lebih 10 Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 45
12.00 WIB
13.00 WIB
dari RS R/ Klien mengatakan makanan habis setengah porsi 5. Mengukur TTV R/ TD : 110/70 mmHg, N : 92x/mnit RR : 22x/menit, S : 36,6 o C 6. Menganjurkan klien mengganti pembalut bila terasa sudah penuh R/ klien mengatakan mengganti pembalut bila penuh cm membujur, abdomen bagian bawah, 4 jari dibawah umbilikus yang masih ditutup verban, daerah luka bersih dan kering - TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt N : 84x/mnt, S : 36,3 o C A : Tujuan tercapai sebagian Terbebas dari tanda dan gejala infeksi Menyatakan kesedian untuk mencegah infeksi Vital sign dalam rentang normal
P : Pertahankan intervensi No. 1,2,3,5 ,dan 7 3. 23 Juli 2011 11. 00 WIB
11.05 WIB
11.10 WIB
Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d nyeri dn kelemahan 1. Membatasi aktifitas klien, hanya untuk mobilisasi miring kanan kiri sesuai dengan kemampuan klien R/ Klien kooperatif, kliem mampu melakukan miring kanan dan kiri 2. Menjelaskan kepada klien dalam peningkatan aktivitas / mobilisasi secara bertahap R/ klien mengerti 3. Memantau kemamapuan klien dalam mobilisasi R/ Klien mampu miring kanan dan kiri secara mandiri
Tanggal 23 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan sudah dapat miring kanan kiri tanpa bantuan orang lain - Klien makan masih disuapi karena belum bisa duduk
O : - Pasien terlihat mampu bergerak miring kanan kiri secara mandiri Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 46
11.15 WIB
11.30 WIB
12.00 WIB 4. Memantau kemampuan klien merawat diri R/ klien dalam pemenuhan ADLs dibantu keluarga dan perawat 5. Menganjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien R/ keluarga klien kooperatif dan akan membantu klien memenuhi kebutuhannya. 6. Mengukur TTV R/ TD : 110/70 mmHg, N : 92x/mnit RR : 22x/menit, S : 36,6 o C
- Terdapat luka post SC hari I dengan panjang luka kurang lebih 10 cm, yang masih ditutup verban pada abdomen bagian bawah, daerah luka bersih dan kering - Aktivitas berpakaian masih dibantu - Rambut diikat berantakan
A : Tujuan tercapai sebagian Tidak terjadi peningkatan vital sign saat aktifitas P : Lanjutkan intervensi No. 1,2,3,4,5,6,dan 7
NO TGL/JAM Dx. Kep IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF 1. 24 Juli 2012 07.00 WIB
09.00 WIB Nyeri akut b/d agen cedera fisik (luka post SC 1. Mengobservasi nyeri secara komprehensif R/ klien mengatakan nyeri pada luka post operasi di perut bagian bawah, skala nyeri 4, nyeri seperti tertusuk-tusuk, terus menerus dan nyeri bertambah bila bergerak duduk dan memulai untuk berdiri 2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan R/ klien meringis saat bergerak memulai duduk Tanggal 24 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi di perut bagian bawah, skala nyeri berkurang menjadi 3, nyeri seperti tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah bila bergerak duduk dan berdiri - Klien mengatakan merasa lebih berkurang sakitnya dengan melakukan nafas dalam Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 47
09.10 WIB
10.00 WIB
11.40 WIB
14.00 WIB
dan berdiri, memegangi perutnya 3. Menganjurrkan klien menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri R/ Klien mengatakan sudah menarik nafas dalam bila timbul nyeri, klien mendemonstrasikan teknik napas dalam 4. Menganjurkan klien untuk istirahat dan beraktivits sesuai kemempuan R/ Klien bersedia istirahat 5. Mengukur tanda-tanda vital R/ TD : 110/60 mmHg, RR : 22 x/mnt N : 84x/mnt, S : 36 o C 6. Melaksanakan kolaborasi pemberian obat analgetik oral asam mefenamat 500 mg R/ klien mendapat terapi oral, asam mefenamat 500mg dan tidak ada alergi. O : - Ibu terlihat meringis menahan nyeri saat bergerak duduk dan berdiri serta memegangi perutnya - Ibu mampu mendemonstrasikan tehnik napas dalam - Klien mendapat terapi asam mefenamat 500 mg oral, sudah diminum - TD : 110/60 mmHg, RR : 22 x/mnt N : 82x/mnt, S : 36,2 o C A : Tujuan tercapai sebagian - Menyatakan nyeri berkurang dengan menarik napas dalam - Nyeri berkurang mejadi skala 3 P : Lanjutkan intervensi No. 1,2,3,dan 7 2. 24 Juli 2012 07.00 WIB 08.00 WIB
08.10 WIB Resiko Infeksi b/d trauma jaringan dan prosedur invasif 1. Mempertahankan tehnik aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan R/ Klien terhindar dari resiko infeksi 2. Melakukan perawatan luka pada luka post SC dengan teknik steril R/ luka bersih, kering, darah tidak merembes tidak kemerahan, tidak ada pus, tidak bengkak nyeri tekan, jahitan tertutup. 3. Menutup luka dengan kassa streril dan plester R/luka tertutup kassa steril dan plester, balutan Tanggal 24 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan akan menjaga kebersihan daerah sekitar luka O : - Pasien tidak teraba panas, bekas tempat pemasangan DC tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak pada labia mayora dan minora, DC sudah di aff, dan bekas tempat pemasangan infus Ari
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 48
08.20 WIB
10.00 WIB
11.20 WIB
11.40 WIB
bersih dan kering 4. Memeriksa tanda-tanda infeksi pada genetalia R/ klien tidak teraba panas, terdapat lochea rubra 20 cc warna merah, tidak ada edema dan tidak kemerahan pada labia mayora dan minora 5. Melepas infus dan DC R/ Infus dan DC dilepas dan klien tampak tenang, tidak ada kemerahan dan tidak ada edema. 6. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan daerah luka post SC dan mengganti pembalut bila penuh R/ Klien mengatakan akan menjaga kebersihan daerah sekitar luka dan mengganti pembalut bila terasa penuh dan tidak nyaman lagi 7. Mengukur TTV R/ TD : 110/60 mmHg, N : 84x/mnit, RR : 22x/menit, S : 36 o C tidak ada bengkak/flebitis, tidak kemerahan dan infuse sudah di aff - Pada genetalia terdapat lochea rubra 30cc warna merah - Terdapat luka post operasi SC dengan panjang kurang lebih 10 cm masih ditutup verban membujur pada abdomen bagian bawah, 4 jari dibawah umbilikus, daerah luka bersih dan kering, tidak ada kemerahan, tidak ada edema. - Klien mendapat terapi oral cefadroxil 500mg 06.00 WIB - TD : 110/60 mmHg, RR : 22 x/mnt N : 84x/mnt, S : 36 o C
A : Tujuan tercapai sebagian Tidak ada tanda dan geejala infeksi Menyatakan kesediaan mencegah timbulnya infeksi Vital sign dalam rentang normal
P : Lanjutkan intervensi No. 1,2,4,5 dan 7 3. 24 Juli 2012 08.00 WIB
Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d nyeri 1. Meningkatkan aktifitas klien untuk duduk, berdiri dan berjalan sesuai dengan kemampuan klien R/ Klien kooperatif, terlihat klien mampu duduk dan berjalan pelan-pelan
Tanggal 24 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan senang karena sudah dapat duduk, berdiri dan berjalan Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 49
09.00 WIB
09.05 WIB
09.10 WIB
11.40 WIB
dan kelemahan 2. Mengobservasi peningkatan aktivitas klien dalam mobilisasi secara bertahap R/ klien terlihat mampu duduk, berdiri dan berjalan secara mandiri 3. Memantau kemampuan klien dalam merawat diri R/ klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari dibantu keluarga. Klien mampu merapikan rambut/menyisir sendiri dan mengganti baju sendiri. Klien mengatakan tadi pagi dilap oleh keluarga. 4. Menganjurkan keluarga untuk tetap membantu pemenuhan ADLs klien R/ keluarga kooperatif dan membantu klien memenuhi kebutuhannya. 5. Mengukur TTV R/ TD : 110/60 mmHg, N : 84x/mnit, RR : 22x/menit, S : 36 o C - Klien mengatakan masih memerlukan bantuan untuk pemenuhan kebutuhannya - Klen mengatakan bisa makan dan menyisir rambut sendiri. - Klien mengatakan tadi pagi dilap oleh keluarga dan dibantu berganti pakaian.
O : - Keadaan umum baik - Klien terlihat rapi - Pasien terlihat mampu bergerak duduk dikursi , berdiri dan berjalan pelan-pelan - Terlihat meringis ketika mulai duduk dan berdiri - ADLs masih dibantu sebagian oleh keluarga - TD : 110/60 mmHg, RR : 22 x/mnt N : 84x/mnt, S : 36 o C
A : Tujuan tercapai sebagian Tidak terjadi peningkatan vital sign saat aktifitas Dapat melakukan mobilisasi duduk dan berjalan ADLs dibantu minimal.
P : Pertahankan intervensi 1,2,3 dan 7
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 50
NO TGL/JAM Dx. Kep IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF 1. 25 Juli 2012 07.00WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.50 WIB Nyeri akut b/d agen cedera fisik (luka post SC) 1. Mengobservasi nyeri secara komprehensif R/ klien mengatakan nyeri pada luka post operasi di perut bagian bawah, skala nyeri 3, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dan nyeri bertambah bila bergerak memulai berdiri dan berjalan 2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan R/ klien meringis saat bergerak memulai duduk berdiri dan berjalan 3. Mengevaluasi tehnik relaksasi nafas dalam yang diajarkan untuk mengurangi nyeri R/ Klien mampu mendemonstrasikan tehnik napas untuk mengurangi nyeri 4. Mengukur tanda-tanda vital R/ TD : 110/80 mmHg, RR : 22 x/mnt Tanggal 25 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi di perut bagian bawah, skala nyeri berkurang 2, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dan nyeri bertambah bila bergerak memulai berdiri - Klien mengatakan sakit pada luka terasa lebih berkurang dengan melakukan nafas dalam O : - Klien terlihat meringis menahan nyeri saat memulai berdiri dan mampu mendemonstrasikan tehnik napas dalam - Klien mendapat terapi analgetik asam mefenamat 500 mg oral, sudah diminum - TD : 110/80 mmHg, RR : 22 x/mnt Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 51
14.00 WIB N : 88x/mnt, S : 35,9 o C 7. Melaksanakan kolaborasi pemberian obat analgetik oral asam mefenamat 500mg R/ klien mendapat terapi oral, asam mefenamat 500mg dan tidak ada alergi N : 72x/mnt, S : 35,8 o C A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien Klien BLPL 2. 25 Juli 2012 08.00 WIB 08.05 WIB
08.20WIB
Resiko Infeksi b/d trauma jaringan dan prosedur invasif 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan R/ Klien terhindar dari resiko infeksi 2. Memeriksa tanda-tanda infeksi pada luka post operasi hari ke 3 R/ luka masih ditutup verban, daerah luka bersih dan kering 3. Melakukan perawatan luka post SC hari ke 3 dengan teknik steril R/ Daerah sekitar luka bersih dan kering, luka terletak pada abdomen bagian bawah tepatnya 4 jari dibawah umbilikus berbentuk membujur dengan panjang kurang lebih 10 cm, keadaan luka bersih, tidak ada cairan/sekret yang keluar Tanggal 25 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan akan menjaga kebersihan daerah sekitar luka O : - Daerah sekitar luka bersih dan kering, luka terletak pada abdomen bagian bawah tepatnya 4 jari dibawah umbilicus, membujur dengan panjang kurang lebih 10 cm, keadaan luka bersih, tidak ada cairan/pus yang keluar dari luka, jahitan tertutup, tidak kemerahan, tidak edema. Luka ditutup kasaa kering steril dan plester. Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 52
09.00 WIB
11.30 WIB
11.35 WIB
11.50 WIB
dari luka, tidak ada kemerahan/edema dan tidak ada tanda-tanda infeksi, luka rapi ditutup dengan kassa dan perban 4. Memeriksa adanya tanda-tanda infeksi dan lochea pada genetalia R/ Pasien tidak teraba panas, terdapat lochea rubra 15 cc warna merah, tidak ada kemerahan dan tidak ada edema pada labia mayora dan minora, vagina vulva bersih. 5. Menganjurkan klien menjaga kebersihan daerah luka yang diverban agar tetap kering dan tidak membolehkan klien membersihkan daerah luka dengan sabun. R/ Klien mengatakan akan menjaga kebersihan luka 6. Menganjurkan klien menghabiskan diit makanan dari RS R/ klien mengatakan makanan habis dimakan 7. Mengukur TTV R/ TD : 110/80 mmHg, S : 35,9 o C N : 88x/mnit, RR : 20x/menit - Lochea rubra 15 cc, warna merah, tidak ada kemerahan, tidak ada edema pada labia mayora dan minora, vagina vulva bersih. - Klien mendapat terapi oral, cefadroxil 500mg pukul 06.00 WIB - TD : 110/60 mmHg, RR : 20 x/mnt N : 88x/mnt, S : 35,9 o C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien Pasien BLPL
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 53
3 25 Juli 2012 08.00 WIB
08.05 WIB
08.20WIB
11.30 WIB
Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d nyeri dan kelemahan 1. Menganjurkan klien untuk beraktivitas sesuai kemampuan agar tidak kaku R/ Klien kooperatif, terlihat klien mampu duduk dan berjalan pelan-pelan meskipun masih nyeri pada luka post operasi 2. Mengobservasi peningkatan aktivitas klien dalam mobilisasi secara bertahap R/ klien terlihat mampu duduk, berdiri dan berjalan secara mandiri. 3. Memantau kemampuan klien dalam merawat diri R/ klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari dibantu keluarga. Klien mampu makan, merapikan rambut/menyisir sendiri dan mengganti baju sendiri. Klien memberi perawatan pada bayinya 4. Menganjurkan keluarga untuk tetap membantu pemenuhan ADLs klien R/ keluarga kooperatif dan membantu klien Tanggal 25 Juli 2012 pukul 14.00 WIB S : - Klien mengatakan bisa berjalan dan memberi perawatan pada bayinya, klien juga mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan bantuan minimal - Klien mengatakan dapat makan, berhias dan mengganti pakaian sendiri. Hanya mandi yang belum dan masih dilap oleh keluarga
O : - Keadaan umum baik, klien terlihat rapi - Pasien terlihat mampu bergerak duduk dikursi , berdiri dan berjalan pelan-pelan - Klien mampu memberi perawatan pada bayinya - ADLs masih dibantu minimal oleh keluarga - TD : 110/80 mmHg, S : 35,9 o C N : 88x/mnit, RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian Tidak terjadi peningkatan vital sign saat aktifitas Ari K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 54
11.50 WIB
memenuhi kebutuhannya. 5. Mengukur TTV R/ TD : 110/80 mmHg, S : 35,9 o C N : 88x/mnit, RR : 20x/menit
Dapat melakukan mobilisasi duduk dan berjalan ADLs masih dibantu minimal oleh keluarga
P : Pertahankan kondisi yang telah tercapai dan tingkatkan kemampuan aktivitas Klien BLPL K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 55
Dicharge Planning : 1. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan daerah luka dan hygiene ibu sendiri 2. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan genetalia, minimal 3x sehari ganti pembalut 3. Menganjurkan ibu tetap memberikan ASI untuk bayi minimal sampai 6 bulan dan memberikan imunisasi dasar untuk bayi, menjaga kebersihan bayi 4. Menganjurkan klien menambah masukan nutrisi yang berkalori dan berprotein tinggi seperti ayam, ikan, telur 5. Menganjurkan klien kontrol ke RS untuk memantau keadaan ibu dan kondisi luka sesuai jadwal 6. Menganjurkan klien bila ada keluhan bisa periksa ke bidan atau langsng ke RS.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 56
BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan keberhasilan tindakan keperawatan sesuai diagnosa keperawatan yang telah diaplikasikan kepada klien Ny D dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1, yaitu : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post SC). Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai, hal ini dikarenakan klien mampu mengontrol nyeri dengan tehnik relaksasi nafas dalam sehingga nyeri juga dapat berkurang dengan skala nyeri 2, sesuai tujuan yang diharapkan. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan prosedur invasif. Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai sebagian, hal ini dikarenakan pada luka post operasi, tidak mungkin selama 3 hari dapat menghentikan terjadinya resiko infeksi sedangkan penutupan dan granulasi yang baik pada luka operasi kurang lebih 7 hari, sehingga perlu adanya kewaspadaan untuk tetap memantau tanda dan gejala resiko infeksi pada luka post operasi SC, untuk itu perawat dapat memberikan discharge planning terhadap klien agar dapat menjaga kebersihan luka post operasi SC. Klien pada implementasi hari ketiga mampu mencegah timbulnya tanda dan gejala infeksi dengan menjaga kebersihan luka post operasi, dan dari tanda-tanda vital klien didapatkan TD : 110/80 mmHg, S : 35,9 o C N : 88x/mnit, RR : 20x/menit, menunjukkan dalam batas normal. 3. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan berhubungan dengan nyeri dan kelemahan. Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai, klien mampu meningkatkan perawatan diri sesuai yang direncanakan tanpa ada peningakatan tanda-tanda vital (110/80 mmHg, S : 35,9 o C N : 88x/mnit, RR : 20x/menit), istirahat klien cukup dalam beraktifitas dank lien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah ada yang mandiri dan dengan bantuan minimal.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 57
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah dilakukan asuhan keperawatan maternitas pada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo, maka dapat diperoleh kesimpulan : 1. Dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo, didapatkan diagnosa keperawatan : a. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (luka post SC) b. Resiko infeksi b/d trauma jaringan dan prosedur invasif c. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan b/d nyeri dan kelemahan 2. Rencana tindakan keperawatan yang telah diaplikasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai walaupun tujuan keperawatan belum tercapai secara maksimal. Keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diaplikasikan kepada Ny. D Dengan Post SC Indikasi Gagal Induksi Hari Ke-1 di Ruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo yaitu : a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post SC). Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai dengan skor : 1) Klien mengungkapkan nyeri terkontrol dengan menggunakan teknik nonfarmakologi untuk menghilangkan nyeri 2) Skala nyeri berkurang : skala 2 3) Klien kadang melaporkan rasa nyaman c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan prosedur invasif. Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai sebagian dengan skor : 1) Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3) Vital sign dalam batas normal d. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan berhubungan dengan nyeri dan kelemahan. Dari hasil implementasi selama 3 x 24 jam diperoleh bahwa tujuan intervensi tercapai dengan skor : K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 58
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi, dan respirasi 2) Keseimbangan aktivitas dan istirahat 3) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) dengan mandiri dan bantuan minimal
B. SARAN 1. Diharapkan klien mampu menjaga kebersihan daerah luka dan hygiene ibu sendiri serta menjaga kebersihan genetalia minimal mengganti pembalut 3 kali sehari. 2. Diharapkan klien tetap memberikan ASI eksklusif minimal samapi 6 bulan, memberikan imunisasi dasar untuk bayi dan menjaga kebersihan bayi 3. Sebaiknya klien menambah masukan nutrisi yang mengandung protein dan kalori tinggi.
K e p e r a w a t a n m a t e r n i t a s | 59
DAFTAR PUSTAKA
Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG : Jakarta. Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG : Jakarta. Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus: Jakarta. Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis : Mosby. Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. NANDA International. 2010. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC. Prawiroharjo, Sarwono. 2001. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi Offset. Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo: Jakarta