You are on page 1of 14

Laporan Modul III, MG2212

Sampling dan Analisis Ayak


Claudy Sonly Daniel (12511036) / Kelompok 5 / Rabu, 27-03-2013
Asisten : Thona Elisa Harungguan (12510010)


Abstrak Praktikum Modul III Pada praktikum ini dipelajari tentang sampling (pemercontohan) dan juga analisis ayak.
Percobaan untuk modul sampling dan analisis ayak. ini bertujuan untuk mempelajari teknik-teknik sampling dan reduksi
jumlahnya. Selain itu, bertujuan untuk menguasai data-data statistika yang digunakan pada sampling. Data-data yang didapat
dari praktikum ini seperti variansi, standar deviasi, dan selang kepercayaan untuk metode riffle, metode coning dan
quartening, dan juga untuk menentukan persamaan Gaudin Schumann . Persamaan tersebut akan menunjukan distribusi
ukuran partikel hasil ayakan dan ukuran maksimum dalam contoh. Sampling sendiri adalah operasi pengambilan sebagian
yang banyaknya cukup untuk dianalisis atau uji fisik dari sesuatu yang besar jumlahnya, sedemikian rupa sehingga
perbandingan dan distribusi kualitas adalah sama pada keduanya. Metode yang dipakai adalah dengan menggunakan riffle
dan juga dengan teknik coning dan quartering. Dari percobaan ini akan diketahui metode yang paling baik untuk sampling
dari suatu populasi. Untuk metode menggunakan riffle mineral dibagi menjadi dua bagian yang sama. Kemudian contoh
mineral diambil sedikit dengan jari dan disebar secara merata pada kotak grain counting (dijatuhkan ke kotak di tengah),
dihitung butiran cassiterite dan kuarsa pada masing masing kotak. Sedangkan untuk metode coning and quartening, mineral
dibentuk seperti kerucut kemudian dibagi 4 sama rata, diambil yang berseberangan kemudian dilakukan grain counting
seperti metode riffle sebelumnya. Analisis ayak sangat banyak digunakan dalam pengolahan bahan galian, antara lain
digunakan untuk menentukan efisiensi berbagai peralatan, menghitung derajat liberasi, mencari penyebab dan ukuran mineral
berharga yang hilang bersama tailing. Pada analisis ayak, mineral diayak dengan sieving dan ditimbang berat mineral pada
tiap ayakan 65 mesh, 100 mesh, 150 mesh, dan 200 mesh.Hasil yang didapat variansi, standar deviasi untuk metode riffle
masing-masing adalah 57.34% dan 7.57 . Dan selang rataannya untuk kasiterit dan silika masing-masing adalah 90.35% <
< 96.59% dan 3.41% < < 9.65%. Sedangkan variansi, standar deviasi untuk metode coning dan quartening masing-masing
adalah 61.02% dan 7.81. Dan selang rataannya untuk kasiterit dan silika masing-masing adalah 90.64% < < 97.08% dan
2.92% < < 9.36%. Dan didapat metode riffle lebih baik untuk digunakan dalam malakukan sampling. Sedangkan untuk
analisis ayak didapat ukuran ayakan untuk meloloskan 80% partikel didapat adalah 353.64 m dan modulus distribusi sebesar
4.6048.

A. Tinjauan Pustaka

Sampling adalah pengambilan sebagian kecil dari
dari keseluruhan yang cukup untuk dilakukan analisis
dan berbagai uji fisik yang disesuaikan dengan
jumlahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi dan perbandingan kualitas sampel dengan
keseluruhan sama. Sampling ini merupakan tahap
awal dari suatu analisis.

Ada beberapa istilah yang dipakai dalam teknik
sampling ini. Pertama adalah lot atau populasi yaitu
suatu yang besar jumlahnya seperti disebut di atas,
misalnya produksi satu hari atau pengiriman bijih
satu kapal, dll. Yang ingin kita ketahui datanya
seperti kandungan logam, distribusi ukuran,
kandngan air, dll. Contoh yang diperoleh harus
representatif atau dapat dipercaya. Artinya harus
diambil menurut teknik dan prosedur yang benar.
Ada pula yang disebut parameter yaitu data atau
besaran tentang populasi sedangkan besaran yang
diperoleh dari contoh disebut statistik. Parameter
tidak pernah diketahui secara mutlak. Jadi statistik
merupakan perkiraan terhadap parameter. Dengan
demikian, sampling merupakan teknik statistika yang
didasarkan pada teori peluang atau probabilitas.

Metode sampling yang dapat dilakuakan terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Random Sampling
Random sampling adalah cara mengumpulkan
contoh sedemkian rupa sehingga setiap unit yang
membentuk lot mempunyai kesempatan atau
peluang yang sama untuk diikutkan ke dalam
contoh.

2. Sistematic Sampling
Sistematic sampling adalah cara mengumpulkan
contoh dari lot pada interval yang spesifik dan
teratur, baik dalam istilah jumlah, waktu, dan
ruang.

Increment adalah jumlah satuan mineral yang
dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari
contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan
dengan menggunakan alat sampling. Contohnya
pengambilan material yang diambil dari lot sebagai
contoh dengan satu kali sekop.

Dari mekanismenya, sampling dapat dibagi menjadi :

1. Hand sampling

Pada hand sampling pengambilan contoh
dilakukan dengan tangan, sehingga hasilnya sangat
tergantung pada ketelitian operator.

Grab sampling Pengambilan sampel pada
material yang homogen dan dilakukan dengan
interval tertentu dengan menggunakan sekop.
Contoh yang diperoleh biasanya kurang
representatif.

Laboratorium Pengolahan Bahan Galian
Program Studi Teknik Metalurgi
Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan

Shovel sampling Pengambilan sampel dengan
menggunakan shovel, keuntungan cara ini
lebih murah, waktu pengambilan cepat dan
memerlukan tempat yang tidak begitu luas.

Stream sampling Alat yang digunakan Hand
sampling cutter. Conto yang diambil berupa
pulp (basah) dan pengambilan searah dengan
aliran (stream).

Pipe sampling Alat yang digunakan
pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan 1.5
inchi.

Coning and quatering

2. Mechanical Sampling

Teknik pengambilan contoh serta reduksi jumlah
yang umum dilakukan di pabrik pengolahan adalah
mechanical sampling. Mechanical sampling
digunakan untuk pengambilan contoh dalam
jumlah besar dengan hasil yang lebih representatif
dibandingkan hand sampling. Dalam mechanical
sampling ini alat yang digunakan terbagi menjadi
dua yaitu riffle dan vein sampler.

Riffle sampler Alat ini bentuknya persegi
panjang dan didalamnya terbagi beberapa
sekat yang arahnya berlawanan. Riffle-riffle
ini berfungsi sebagai pembagi conto agar
dapat terbagi sama rata.

Vein sampler Pada bagian dalam dilengkapi
dengan revolving cutter, yaitu pemotong yang
dapat berputar pada porosnya sehingga akan
membentuk area yang bundar sehingga dapat
memotong seluruh alur bijih.

Beberapa macam teknik sampling :



Teknik sampling sendiri pada bidang pengolahan
adalah :

1. Sub sampling analisa

Prosedur sampling mungkin melibatkan sejumlah
tahap sebelum materialnya dapat dianalisis.
Outline tahap sampling sebagai berikut:

Untuk bagian terbanyak, bulk material adalah
mengandung material non-homogen contohnya
mineral, sedimen, dan foodstuffs. Mereka
mungkin terkandung dalam komposisi yang
berbeda dimana distribusinya tidak seragam di
dalam material.

Disini sejumlah increments diambil secara acak
dari berbagai point dalam bulk material sehingga
setiap bagian memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih.Kombinasi dari increment ini
kemudian berupa gross sample. Gross sample ini
masih terlalu besar untuk analisa dan harus dibagi
lagi untuk menghasilkan sub sample. Sub sample
mungkin memerlukan berbagai perlakuan lagi,
misalnya pengecilan ukuran partikel, mixing, etc.,
sebelum sample dianalisis.

2. Metode Coning

Dari mekanismenya, pengambilan contoh metode
coning termasuk dalam
kelompok Hand sampling.

Langkah-langkah yang dilakukan :
Material dicampur sehingga homogen
Diambil secukupnya dan dibuat bentuk
kerucut
Ujung kerucut ditekan sehingga
membentuk kerucut terpotong dan dibagi
empat bagian sama besar
Dua bagian yang berseberangan diambil
untuk dijadikan contoh yang dianalisis.

3. Pembagi Model Riffle

Pembagi Model Riffle termasuk kelompok
mechanical sampling yang digunakan untuk
pengambilan contoh dalam jumlah yang besar
dengan hasil yang lebih representative
dibandingkan hand sampling. Alat yang
dipergunakan adalah Riffle Sampler. Alat ini
berbentuk persegi panjang dan di dalamnya
terbagi beberapa sekat yanga rarahnya
berlawanan. Riffle-riffle ini berfungsi sebagai
pembagi contoh agar dapat terbagi sama rata.

Langkah selanjutnya setelah sampling adalah analisa
yang meliputi penimbangan, pengayakan, mikroskopis
dan analisis kimiawi jika diperlukan. Tapi yang
terpenting adalah analisis ayak. Analisis ayak sendiri
adalah metode yang kita gunakan dalam kaitannya
memanfaatkan pesebaran ukuran material yang
kemudian dianalisis dan disimpulkan untuk menilai
proses sebelum ataupun menentukan proses sesudah.
Analisa ayak juga dapat digunakan untuk menentukan
efisiensi berbagai peralatan, menghitung derajat
liberasi, mencari penyebab dan ukuran mineral
berharga yang hilang bersama tailing.

Tujuan analisis ayak adalah untuk mengetahui :

1. Jumlah produksi suatu alat
2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu
3. Ratio of concentration
4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi

Analisis ayak dilakukan dalam suatu alat yang terdiri
dari susunan ayakan dan mesin penggetar atau vibrator.
Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas
dan ayakan berlubang kecil di bawah secara berurutan.
Sampel dimasukkan di ayakan teratas.

Prinsip pemisahannya didasarkan pada ukuran relative
antara ukruan partikel dengan lubang ayakan. Partikel-
partikel yang memiliki ukuran lebih kecil daripada
ukuran lubang ayakan akan lolos ayakan. Kelompuk
partikel ini disebut undersize atau partikel minus.
Sedangkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar
daripada lubang aykan akan tertinggal di atas ayakan.
Partikel ini dikelompokkan sebagai oversize atau
partikel plus.

Operasi pemisahannya dilakukan dengan melewatkan
partikel-partikel di atas ayakan atau screen yang
memiliki lubang dengan ukurant ertentu. Pengayakan
dilakukan dengan alat yang disebut ayakan atau screen
seperti : grizzly yang terbuat dari batang-batang sejajar
atau plat berlubang, atau anyaman kawat berlubang.

Berdasarkan model lubang pada permukaannya,
ayakan dibagi menjadi tiga tipe:

Pelat berlubang, Punched Plate
Pelat berlubang atau punched plate yaitu pelat yang
baisanya terbuat dari baja yang diberi lubang
dengan bentuk tertentu. Contoh bentuk lubang
dapat dilihat pada gambar. Selain pelat yang terbuat
dari baja, bahan umum yang digunakan untuk
ayakan adalah karet keras atau plastic. Karet atau
plastic digunakan untuk memisahkan material yang
abrasive atau digunakan pada lingkungan yang
korosif

Anyaman Kawat, Woven Wire, Mesh
Ayakan dari anyaman kawat. Kawat terbuat dari
metal yang dianyam membentuk dan menghasilkan
bentuk dan ukruan lubang tertentu. Umumnya
lubang berbentuk bujur sangkar, namun dapat pula
bentuk lainnya, seperti segienam.

Batang Sejajar, Grizzly
Ayakan dari batang sejajar, atau biasa disebut
dengan grizzly atau red deck surface. Permukaan
ayakan ini terbuat dari batang-batang atau rel atau
rod yang disusun sejajar dengan jarak atau celah
tertentu. Ayakan grizzly dapat bergerak, bergetar,
atau diam. Umumnya digunakan untuk operasi
scalping

Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu :

1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang
ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang
ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan
sebelum diayak

Besaran untuk ukuran partikel yang digunakan dalam
analisis ayakan bisa dalam skala mesh (#) ataupun
milimeter (mm), namun yang digunakan dalam analisis
ayak pada modul 3 ini dinyatakan dalam skala mesh
karena ukuran partikel sudah cukup halus.

Arti skala mesh itu sendiri adalah jumlah lubang yang
ada pada permukaan ayak dalam 1 inch persegi.
Semakin tinggi nilai mesh, menandakan semakin
banyak lubang dan semakin kecil lubang tersebut, yang
artinya semakin kecil ukuran partikel yang bisa
melewatinya. Perbandingan antara luas lubang bukaan
dan luas permukaan screen disebut prosentase opening.

Presentase opening dipengaruhi oleh:

1. Luas penampang screen
2. Ukuran bukaan.
3. Sifat dari umpan seperti; berat jenis, kandungan
air, temperatur.
4. Tipe mechanical screen yang digunakan

Kapasitas screen secara umum tergantung pada :

1. Luas penampang screen
2. Ukuran bukaan
3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan
air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :

1. Lamanya umpan berada dalam screen
2. Jumlah lubang yang terbuka
3. Kecepatan umpan
4. Tebalnya lapisan umpan
5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan
ukuran rata-rata material yang diolah.

Setelah dilakukan analisis ayak, pengamatan teliti
dengan mikroskop akan menunjukkan makin halus
partikel yang teramati, akan makin besar derajat
kebebasannya, atau makin murni pula mineral tersebut
terpisah dari pengotornya. Sehingga derajat liberasi pun
bisa diukur dengan analisis ayak. Selain itu dari hasil
pengayakan yang dilakukan dengan dua ayakan akan
dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat
diketahui efisiensi pengayakan yang paling baik.

Yang dimaksud dengan derajat liberasi adalah
perbandingan antara jumlah berat mineral bebas dan
berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan
terikat). Sedangkan efisiensi yaitu perbandingan antara
undersize yang lolos dengan undersize yang seharusnya
lolos.

Dalam mengukur distribusi data, digunakan metode
grain counting dimana contoh dijatuhkan keatas 5
kotak berukuran 1 cm
2
yang diatur secara menyilang.

Data hasil analisis ayak umumnya dipresentasikan
dalam bentuk grafik, yaitu memplot ukuran partikel
pada absis (sumbu-x) dan berat sebagai ordinat
(sumbu-y). Ada dua pendekatan dalam
menggambarkan berat yaitu jumlah berat masing-
masing fraksi dalam persen atau jumlah berat kumulatif
yaitu jumlah berat dalam persen yang lebih besar dan
lebih kecil ukuran tertentu.

1. Direct Plot
Pada grafik ini ukuran partikel pada jarak yang
sama sebagai absis diplot terhadap persen berat
tertampung pada masing-masing ayakan berukuran
tertentu.

2. Cumulative Direct Plot
Pada grafik ini persen berat kumulatif tertampung
atau persen berat kumulatif lolos ayakan diplot
dengan ukuran. Tipe grafik semacam ini banyak
dipergunakan.

3. Semi-log Plot
Pada grafik ini sumbu-x menggunakan skala
logaritmik.

4. Log-log Plot
Baik sumbu tegak maupun sumbu horizontal
menggunakan skala logaritmik.

Log-log plot dimana berat kumulatif lolos ayakan
sebagai ayakan dan ukuran partikel sebagai absis
disebut Gaudin-Schumann plot dan grafik dapat
dinyatakan dalam

(



dimana :

Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran dalam micrometer
x : ukuran partikel

Modulus distribusi m adalah kemiringan log-log plot
dan menunjukkan distribusi ukuran. Makin besar m,
makin kecil distribusi ukurannya. Nilai k menunjukkan
ukuran maksimum dalam contoh. Dalam prakteknya, k
adalah ukuran ayakan dalam micrometer di mana 80%
material lolos. Fungsi Gaudin-Schumann hanya berlaku
untuk produk penggerusan dan peremukan.

B. Data Percobaan

Langkah kerja

I. SAMPLING

Dengan riffle



Dengan teknik coning dan quartering


1. Ambil Kasiterit & silika 500 gr dan
diaduk secara homogen
2. Lalu dibagi dengan riffle contoh
dengan ditaburkan secara searah.
3. Bagi dengan riffle sebanyak 3x
4. Lalu buat kotak berukuran 9x9 cm yang
dibagi menjadi 9 kotak dengan ukuran 3x3
cm, dan beri nomor 1-5 untuk 5 kotak kecil
yang dibuat
5. Ambil sejumput contoh dengan tangan
6. Lalu disebarkan contoh itu pada 5
kotak kecil yang telah dibuat
7. Dihitung jumlah Kasiterit dan silika
di setiap kotak kecil
8. Kembalikan contoh itu
9. Lalu ulangi langkah 5-8 sebanyak 4x
lagi


II. ANALISIS AYAK



Persamaan-persamaan yang dipakai

1. Persamaan persen berat Kasiterit (misal H = Kasiterit)
:



2. Persamaan persen berat silika (misal P = silika) :



3. Persamaan Selang Rataan





4. Persamaan grafik Gaudin-Schuhman:


dimana
Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran (m)
x : ukuran partikel

5. Persamaan Variansi dan Standar Deviasi

( )





Konversi satuan yang dipakai

Dari mesh ke m:
200 mesh = 74 m
100 mesh = 74 x m

Asumsi yang digunakan
1. Ambil Kasiterit & silika 500 gr dan diaduk secara
homogen
2. Lalu dengan kertas yang dibuat seperti kerucut,
diletakkan pada atas kertas sehingga berbentuk seperti
kerucut
3. Ditekan hingga datar agar homogen
4. Bagi contoh itu menjadi 4 bagian sama besar.
Lalu ambil dua bagian yang bersebrangan.
5. Lakukan langkah 2-4 sebanyak 2x lagi
6. Lalu buat kotak berukuran 9x9 cm yang dibagi
menjadi 9 kotak dengan ukuran 3x3 cm, dan beri
nomor 1-5 untuk 5 kotak kecil yang dibuat
7. Ambil sejumput contoh dengan tangan
8. Lalu disebarkan contoh itu pada 5 kotak kecil
yang telah dibuat
9. Dihitung jumlah Kasiterit dan silika di setiap
kotak kecil
10. Kembalikan contoh itu, lalu ulangi langkah 5-8
sampai 5x
1. Ambil Kasiterit & silika sebanyak 500 gr
2. Lalu diayak dengan susunan ayakkan 65, 100, 150,
200 mesh selama 15 menit
3. Ditimbang masing-masing fraksi dan nyatakan
dalam %berat contoh
4. Dihitung % berat tertampung, % berat kumuatif
tertampung, % berat kumulatif lolos
5. Lalu digambar data dalam direct plot dan log-log
plot
1. Contoh homogen
2. Metode Riffle membagi 2 sama banyak
3. Tidak ada berat contoh yang hilang dalam
tiap proses percobaan
Data fisis mineral

Berat Jenis (gr/cm3)
Kasiterit (H) 7.5
Silika (P) 2.75

Data hasil percobaan

Ukuran mineral = +65#

1. Sampling dengan metode Riffle

RIFFLE
Percobaan
1 2 3 4 5
H P H P H P H P H P
K
o
t
a
k

1 16 3 33 6 10 3 24 3 62 9
2 10 1 1 1 6 2 2 0 2 0
3 9 2 4 0 5 1 1 0 2 0
4 12 0 3 1 6 0 5 0 2 1
5 7 1 3 1 1 1 0 0 2 0

2. Sampling dengan metode Coning dan quartering

CONING &
QUARTERING
Percobaan
1 2 3 4 5
H P H P H P H P H P
K
o
t
a
k

1 13 4 8 1 25 9 7 3 53 11
2 4 0 1 0 1 0 0 0 5 1
3 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0
4 3 0 4 0 2 1 1 0 1 1
5 4 0 2 0 0 0 2 0 0 0

3. Analisis Ayak

Ukuran (mesh) Berat (g)
+ 65 421.4
- 65 + 100 45.9
- 100 + 150 3.6
- 150 + 200 1.8
- 200 0.2

C. Pengolahan Data Percobaan

1. Sampling dengan metode Riffle

a. Kasiterit

No. H %H
( )


1 16 93.57 0.10 0.01
2 10 96.46 2.99 8.96
3 9 92.47 -1.00 1.01
4 12 100.00 6.53 42.65
5 7 95.02 1.55 2.41
6 33 93.75 0.28 0.08
7 1 73.17 -20.30 412.04
8 4 100.00 6.53 42.65
9 3 89.11 -4.36 19.01
10 3 89.11 -4.36 19.01
11 10 90.09 -3.38 11.42
12 6 89.11 -4.36 19.01
13 5 93.17 -0.30 0.09
14 6 100.00 6.53 42.65
15 1 73.17 -20.30 412.04
16 24 95.62 2.15 4.61
17 2 100.00 6.53 42.65
18 1 100.00 6.53 42.65
19 5 100.00 6.53 42.65
20 0 - - -
21 62 94.95 1.48 2.18
22 2 100.00 6.53 42.65
23 2 100.00 6.53 42.65
24 2 84.51 -8.96 80.32
25 2 100.00 6.53 42.65
Rata-rata
% berat
kuarsa
93.47 ( )

1376.05

Variansi :

( )

57.34

Standar Deviasi :



Selang Rataan :





b. Silika

No. P %P
( )


1 3 6.43 0.01
2 1 3.54 8.96
3 2 7.53 1.01
4 0 0.00 42.65
5 1 4.98 2.41
6 6 6.25 0.08
7 1 26.83 412.04
8 0 0.00 42.65
9 1 10.89 19.01
10 1 10.89 19.01
11 3 9.91 11.42
12 2 10.89 19.01
13 1 6.83 0.09
14 0 0.00 42.65
15 1 26.83 412.04
16 3 4.38 4.61
17 0 0.00 42.65
18 0 0.00 42.65
19 0 0.00 42.65
20 0 - -
21 9 5.05 2.18
22 0 0.00 42.65
23 0 0.00 42.65
24 1 15.49 80.32
25 0 0.00 42.65
Rata-rata
% berat silika
6.53 ( )

1376.05

Variansi :

( )

57.34

Standar Deviasi :


Selang Rataan :





2. Sampling dengan metode Coning dan quartering

a. Kasiterit

No. H %H ( )


1
13 89.86 -4.00 15.98
2
4 100.00 6.14 37.71
3
2 73.17 -20.69 428.01
4
3 100.00 6.14 37.71
5
4 100.00 6.14 37.71
6
8 95.62 1.76 3.09
7
1 100.00 6.14 37.71
8
1 100.00 6.14 37.71
9
4 100.00 6.14 37.71
10
2 100.00 6.14 37.71
11
25 88.34 -5.52 30.47
12
1 100.00 6.14 37.71
13
0 - - -
14
2 84.51 -9.35 87.46
15
0 - - -
16
7 86.42 -7.44 55.34
17
0 - - -
18
1 100.00 6.14 37.71
19
1 100.00 6.14 37.71
20
2 100.00 6.14 37.71
21
53 92.93 -0.93 0.87
22
5 93.17 -0.69 0.48
23
0 - - -
24
1 73.17 -20.69 428.01
25
0 - - -
Rata-rata % berat
Kasiterit
93.86 ( )

1464.52

Variansi :

( )

61.02

Standar Deviasi :



Selang Rataan :





b. Silika

No. P %P ( )


1 1 4 10.14 4.00
2 2 0 0.00 -6.14
3 3 2 26.83 20.69
4 4 0 0.00 -6.14
5 5 0 0.00 -6.14
6 6 1 4.38 -1.76
7 7 0 0.00 -6.14
8 8 0 0.00 -6.14
9 9 0 0.00 -6.14
10 10 0 0.00 -6.14
11 11 9 11.66 5.52
12 12 0 0.00 -6.14
13 13 0 - -
14 14 1 15.49 9.35
15 15 0 - -
16 16 3 13.58 7.44
17 17 0 - -
18 18 0 0.00 -6.14
19 19 0 0.00 -6.14
20 20 0 0.00 -6.14
21 21 11 7.07 0.93
22 22 1 6.83 0.69
23 23 0 - -
24 24 1 26.83 20.69
25 25 0 - -
Rata-rata
% berat silika
6.14 ( )

1464.52

Variansi :

( )

61.02

Standar Deviasi :



Selang Rataan :





3. Analisis Ayak

Ukuran ayak
(mesh)
Ukuran ayak
(m)
Berat (g)
+ 65 +230 421.4
- 65 + 100 -230 +149 45.9
- 100 + 150 -149 +100 3.6
- 150 + 200 -100 +74 1.8
- 200 -74 0.2

Ukuran
ayak (m)
%Berat
Tertampung
%Berat
Kumulatif
Tertampung
%Berat
Kumulatif
Lolos
+230
89.11 89.11 10.89
-230 +149
9.71 98.82 1.18
-149 +100
0.76 99.58 0.42
-100 +74
0.38 99.96 0.04
-74
0.04 100.00 0.00

Ukuran ayak
(m)
Log ukuran
ayak
Log %Berat
Kumulatif Lolos
+230
2.361727836 1.037037915
-230 +149
2.173186268 0.073418713
-149 +100
2 -0.373739318
-100 +74
1.86923172 -1.373739318
-74
1.740362689

4. Grafik hasil analisis ayak

a. Direct Plot



b. Kumulatif Direct Plot

% Berat kumulatif tertampung vs ukuran
ayak (m)



% Berat kumulatif lolos vs ukuran ayak (m)



c. Grafik Semi Log Plot



y = 0.5824x - 55.531
R = 0.8652
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t

T
e
r
t
a
m
p
u
n
g

Ukuran ayak (m)
Direct Plot
y = -0.0703x + 106.58
R = 0.8633
88.00
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
102.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t

K
u
m
u
l
a
t
i
f

T
e
r
t
a
m
p
u
n
g

Ukuran ayak (m)
Cumulative Direct Plot
y = 0.0703x - 6.5845
R = 0.8633
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t

K
u
m
u
l
a
t
i
f

L
o
l
o
s

Ukuran ayak (m)
Cumulative Direct Plot
y = 20.946x - 40.874
R = 0.7439
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
1.8 2 2.2 2.4
%
B
e
r
a
t

K
u
m
u
l
a
t
i
f

L
o
l
o
s

Log Ukuran ayak
Semi Log Plot
d. Grafik Log Log Plot



Dari grafik log-log plot di atas dapat kita peroleh grafik
Gaudin Schuhman, yang persamaannya dinyatakan
dalam
*


dimana
Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran (m)
x : ukuran partikel

Dalam prakteknya, k adalah ukuran ayakan dalam
micrometer di mana 80% material lolos. Berarti pada
kurva cumulative direct plot antara %berat kumulatif
lolos dan ukuran ayak, nilai y = log 80 dan akan didapat
nilai k (modulus ukuran).

y = 4.6084x - 9.8417
log 80 = 4.6084 log k - 9.8417
log k = 2.5486
k = 353.64 m


Persamaan Gaudin Schuhman dapat diubah dalam bentuk :

*

+
( )
( )
)
Dari grafik diketahui persamaan garis Gaudin Schuhman:
y = 4.6084x - 9.8417
Kemiringannya yaitu modulus distribusi (m) = 4.6048.
Jadi persamaan Gaudin Schumann :


*



D. Analisis Hasil Percobaan

Setelah dilakukan pengolahan pada data percobaan.
Didapat dengan grain counting untuk metode riffle,
variansinya adalah 57.34% . Sedangkan nilai dari
standar deviasi 7.57%. Dan selang rataannya :
90.35% < < 96.59% untuk kasiterit
3.41% < < 9.65% untuk silika

Sedangkan dengan metode perhitungan yang sama
untuk metode coning dan quartening variansi yang
didapat adalah 61.02%. Sedangkan nilai dari standar
deviasi 7.81%. Dan selang rataannya :
90.64% < < 97.08% untuk kasiterit
2.92% < < 9.36% untuk silika.

Dalam hal ini tingkat signifikansinya adalah 95%.

Dari nilai variansi dan selang rataannya terlihat
bahwa metode untuk coning dan quartening nilai
variansinya lebih besar dengan nilai selang rataan
antara kedua metode tersebut tidak begitu jauh.
Perbedaan variansinya adalah 3.68 % dengan metode
coning dan quartening yang lebih besar. Hal ini
menunjukkan hasil dari metode coning dan
quartening masih kurang baik dibandingkan untuk
metode riffle. Sehingga untuk melakukan sampling
lebih baik untuk menggunakan metode riffle.

Hal yang dapat menyebabkan metode riffle ini
memiliki variansi yang lebih kecil adalah ketika
menggunakan alat riffle pembagiannya menjadi dua
lebih terbagi dengan merata. Sedangkan dengan
menggunakana metode coning dan quartening yang
pemisahannya menggunakan kertas dan penggaris,
akan menyebabkan berbagai kesalahan baik dari segi
alatnya maupun dari orangnya yang melakukan
pemisahan itu yaitu saat untuk mengambil dua bagian
yang saling berseberangan.. Sehingga hasilnya akan
kurang teliti dan tidak memrepresentatifkan populasi
yang ada dibandingkan dengan metode riffle.

Dari hasil percobaan yang didapat juga menunjukkan
selang rataan yang berbeda walaupun hanya berbeda
sedikit, pada kedua metode yang digunakan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi termasuk yang
menyebabkan perbedaan nilai selang rataan itu selain
yang telah disebutkan antara lain dari faktor
praktikan saat melakukan metode grain counting.
Saat melakukan metode ini perbedaan cara
menyebarkan partikel pada kotak 9x9 cm itu
berbeda-beda tiap orangnya. Sehingga didapat data
yang bervariatif untuk tiap kotaknya. Seperti ada
yang dalam kotak itu terdapat banyak sekali partikel.
Dan ada kotak yang berisi partikel yang sangat
y = 4.6084x - 9.8417
R = 0.9686
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
1.8 2 2.2 2.4
L
o
g

%
B
e
r
a
t

K
u
m
u
l
a
t
i
f

L
o
l
o
s

Log Ukuran ayak
Log Log Plot
sedikit. Bahkan tidak ada sama sekali. Selain itu
perbedaan itu juga dapat disebabkan saat menghitung
banyaknya partikel yang ada. Mungkin saja ada
partikel yang terlewat untuk dihitung karena terlalu
kecilnya partikel-partikel yang diuji itu. Apalagi
partikel silika berwarna putih yang warnanya itu
sama dengan warna kertas. Sehingga sangat
dimungkinkan ada partikel itu yang tidak terhitung
karena kurangnya kejelian praktikan untuk melihat
partikelnya. Partikelnya yang sangat kecil itu juga
mungkin saja ada yang tertiup keluar oleh angin atau
tergeser keluar sehingga terjadi kesalahan di data
percobaannya. Selain itu kesalahan yang dapat
dilakukan adalah saat penimbangan berat partikel-
partikel. Alat yang digunakan untuk mengukur tidak
memiliki skala yang jelas sehingga ketelitian dalam
mengukur partikel menjadi tidak baik. Dan kesalahan
yang terjadi disebabkan juga material yang diuji tidak
terdistribusi secara merata dan tidak homogen
sehingga saat melakukan grain counting sample yang
diambil tidak mewakili lot/populasi yang ada.
Misalnya saja ada kotak yang terisi dengan satu
mineral saja (kasiterit). Atau dengan jumlah mineral
itu yang jauh lebih banyak dari mineral yang lainnya.

Kesalahan saat menggunakan alat yang digunakan
disini, seperti riffle atau kertas dan penggaris untuk
coning dan quartening juga dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam percobaan. Ketika
membagi dengan riffle, mungkin membaginya masih
kurang merata, yaitu saat menuangkan material ke
dalam riffle tidak tepat di bagian tengahnya. Hal ini
membuat pembagian mineral jadi tidak merata, dan
kurang bisa merepresentasikan populasi. Sedangkan
pada coning dan quartening, kurang cermatnya
praktikan saat memisahkan tumpukan dengan
penggaris, dapat mempengaruhi hasil yang didapat.
Saat praktikum pembagiannya masih tidak sama
besar antara keempat bagian yang telah dipisahkan.

Berikutnya adalah analisis untuk hasil dari analisis
ayak. Berat partikel yang dipakai saat dilakukan
analisis ayak adalah 500 gram tetapi saat ditotal berat
dari mineral di masing-masing ayakan adalah tidak
mencapai 500 gram. Hal ini mungkin disebabkan
penimbangan di awal dan di akhir masih kurang
akurat. Selain itu mungkin saja hal ini karena ada
partikel-partikel halus yang berterbangan saat
dikeluarkan atau ditimbang di akhir sehingga hasil di
awal dan akhir terdapat perbedaan.

Setelah dilakukan pengolahan untuk data yang
didapat dengan analisis ayak dapat dibuat beberapa
grafik. Yaitu grafik direct plot (ukuran ayak dalam
m dan %berat tertampung), grafik cumulative direct
plot (antara ukuran ayakan dalam m dan %berat
kumulatif tertampung, dan antara ukuran ayakan
dalam m dan % berat kumulatif lolos), grafik semi
log plot (antara log ukuran ayakan dan % berat
kumulatif lolos), dan grafik log log plot (antara log
ukuran ayakan dan log % berat kumulatif lolos).
Grafik log log plot ini sering disebut grafik Gaudin
Schumann. Dari keempat metode grafik tersebut,
grafik log log plot menunjukkan grafik dengan R
2

yang paling tinggi yaitu 0.9686 (hampir mendekati
1). Hal ini menunjukkan hubungan antara logaritma
ukuran ayak dengan logaritma %berat kumulatif lolos
sudah cukup baik untuk dibuat hubungannya dengan
regresi linier biasa.

Pada grafik Gaudin-Schuhman didapat nilai k sebesar
353.64 m dan nilai m adalah 4.6048. Nilai k
menunjukkan ukuran maksimum dalam contoh.
Namun dalam prakteknya menunjukkan ukuran
ayakan yang dapat meloloskan 80% umpan. Nilai ini
juga dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
alat. Sedangkan m menunjukkan modulus distribusi.
Makin besar m, makin kecil distribusi ukurannya.
Sehingga dari nilai m dan k itu didapat persamaan
Gaudin-Schumann nya yaitu
*


Fungsi Gaudin-Schumann hanya berlaku untuk
produk penggerusan dan peremukan.
Pada percobaan analisis ayak ini juga terdapat
beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan
antara lain karena adannya penimbangan di awal dan
di akhir masih kurang akurat dan juga mungkin saja
ada partikel-partikel halus yang berterbangan saat
dikeluarkan atau ditimbang di akhir sehingga hasil di
awal dan akhir terdapat perbedaan sehingga
menimbulkan perbedaan berat antara awal dan akhir
percobaan. Selain itu kesalahan yang sama seperti
yang terdapat pada percobaan sampling yaitu dari
praktikannya saat melakukan metode grain counting.
Terdapat perbedaan cara menyebarkan partikel pada
kotak 9x9 cm itu untuk tiap orangnya. Sehingga
muncul data yang bervariatif untuk tiap kotaknya.
Selain itu juga saat perhitungan partikel dengan
metode grain counting diperlukan ketelitian yang
cukup tinggi, untuk melihat partikel-partikel yang
berada di atas kertas.

Selain itu faktor dari alat yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil yang didapat. Kualitas dari
pengayak yang digunakan sudah tidak cukup baik
sehingga hasil yang didapat menjadi kurang optimal.


E. Jawaban Pertanyaan

Pertanyaan :

1. Jelaskan teknik pengambilan contoh serta reduksi
jumlah yang umum dilakukan di pabrik
pengolahan !

2. Pada pengambilan contoh, perlu ditentukan lebih
dahulu berat contoh atau banyaknya increment
yang akan diambil. Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi banyaknya increment atau berat
contoh yang akan diambil.

Jawaban :
1. Teknik pengambilan contoh serta reduksi jumlah
yang umum dilakukan di pabrik pengolahan adalah
mechanical sampling. Mechanical sampling
digunakan untuk pengambilan contoh dalam
jumlah besar dengan hasil yang lebih representatif
dibandingkan hand sampling (pengambilan contoh
secara manual).. Dalam mechanical sampling ini
alat yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu
riffle dan vein sampler.

Riffle merupakan alat berbentuk persegi panjang
dan didalamnya terbagi beberapa sekat yang
arahnya berlawanan. Riffle-riffle ini berfungsi
sebagai pembagi conto agar dapat terbagi sama
rata. Sedangkan Vein sampler adalah alat yang
pada bagian dalamnya dilengkapi dengan
revolving cutter, yaitu pemotong yang dapat
berputar pada porosnya sehingga akan membentuk
area yang bundar sehingga dapat memotong
seluruh alur bijih. Pada pabrik pengolahan
biasanya menggunakan vein sampler. Karena akan
lebih representatif hasilnya.

2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa
banyak increment atau berat contoh yang akan
diambil ,yaitu
Banyaknya material yang akan dianalisis.
Ukuran materialnya
Karakteristik dari partikel mineral berharga
yang akan kita ambil
Teknik sampling yang akan digunakan.
Seberapa banyak sebaran mineral berharga di
dalam bijih (low grade ore, rich ore).
Halus atau kasarnya ukuran mineral/material
untuk diolah, misalkan pada batubara, ukuran
partikelnya harus 0.1 mm atau lebih halus,
maka agar mendapatkan data statika yang
akurat dapat mewakili pada sampling, ukuran
yang harus diambil untuk sampel adalah
sekitar 0,1 mm atau lebih halus (homogenya
pada ukuran tertentu ). Semakin halus bijih
yang akan diambil sampel, maka akan
semakin kecil berat yang dibutuhkan
untuk merepresentasikan bijih tersebut.
Selain itu adalah tingkat keakuratan yang
diinginkan. Artinya semakin banyak contoh
yang diambil, semakin akurat perbandingan
kualitas contoh dengan lotnya keseluruhan.

F. Simpulan

Sampling adalah pengambilan sebagian kecil dari
dari keseluruhan yang cukup untuk dilakukan analisis
dan berbagai uji fisik yang disesuaikan dengan
jumlahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi dan perbandingan kualitas sampel dengan
keseluruhan sama. Sampling ini merupakan tahap
awal dari suatu analisis.

Dari pengolahan data dengan metode perhitungan
grain counting didapat nilai untuk metode riffle,
variansinya adalah 57.34% . Sedangkan nilai dari
standar deviasi 7.57%. Dan selang rataannya :
90.35% < < 96.59% untuk kasiterit
3.41% < < 9.65% untuk silika

Sedangkan dengan metode perhitungan yang sama
untuk metode coning dan quartening variansi yang
didapat adalah 61.02%. Sedangkan nilai dari standar
deviasi 7.81%. Dan selang rataannya :
90.64% < < 97.08% untuk kasiterit
2.92% < < 9.36% untuk silika.

Dalam hal ini tingkat signifikansinya adalah 95%.

Dari nilai variansi dan selang rataannya dapat
disimpulkan sampling dengan metode riffle lebih
baik untuk digunakan.

Analisis ayak adalah metode yang digunakan dalam
kaitannya memanfaatkan pesebaran ukuran material
yang kemudian dianalisis dan disimpulkan untuk
menilai proses sebelum ataupun menentukan proses
sesudah. Analisa ayak juga dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi berbagai peralatan, menghitung
derajat liberasi, mencari penyebab dan ukuran
mineral berharga yang hilang bersama tailing.

Setelah dilakukan pengolahan pada data, didapat
ukuran ayakan untuk meloloskan 80% partikel
didapat adalah 353.64 m dan modulus distribusi
sebesar 4.6048. Sehingga dari nilai itu didapat
persamaan Gaudin-Schumann nya yaitu
*


G. Daftar Pustaka

http://kuliahd3fatek.blogspot.com/2009/05/bab-iii-
pengolahan-bahan-galian.html (diakses tanggal :
1 April 2013)
Kelly, E.G & Spottiwood, D.J., 1982., Introduction to
Mineral Processing., John Wiley & Sons, New
York. Hal. 23-24
Wills B.A., Napier-Munn T.J., Wills Mineral
Processing Technology 7
th
edition, Elsevier
Science & Technology Books. 2006. Hal. 97
104



H. Lampiran


Gambar riffle


Gambar Coning dan Quartering





Gambar Metode Grain Counting
1 2
5
3 4


Gambar sieving





Electric Sieving Set



Gambar ayakan pelat berlubang atau Punched Plate



Gambar ayakan dengan ayaman kawat



Gambar ayakan grizzly



\Vibrating Screen

Dewatering Screen

Inclined Screen

Horizontal screen

You might also like