Professional Documents
Culture Documents
dimana :
Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran dalam micrometer
x : ukuran partikel
Modulus distribusi m adalah kemiringan log-log plot
dan menunjukkan distribusi ukuran. Makin besar m,
makin kecil distribusi ukurannya. Nilai k menunjukkan
ukuran maksimum dalam contoh. Dalam prakteknya, k
adalah ukuran ayakan dalam micrometer di mana 80%
material lolos. Fungsi Gaudin-Schumann hanya berlaku
untuk produk penggerusan dan peremukan.
B. Data Percobaan
Langkah kerja
I. SAMPLING
Dengan riffle
Dengan teknik coning dan quartering
1. Ambil Kasiterit & silika 500 gr dan
diaduk secara homogen
2. Lalu dibagi dengan riffle contoh
dengan ditaburkan secara searah.
3. Bagi dengan riffle sebanyak 3x
4. Lalu buat kotak berukuran 9x9 cm yang
dibagi menjadi 9 kotak dengan ukuran 3x3
cm, dan beri nomor 1-5 untuk 5 kotak kecil
yang dibuat
5. Ambil sejumput contoh dengan tangan
6. Lalu disebarkan contoh itu pada 5
kotak kecil yang telah dibuat
7. Dihitung jumlah Kasiterit dan silika
di setiap kotak kecil
8. Kembalikan contoh itu
9. Lalu ulangi langkah 5-8 sebanyak 4x
lagi
II. ANALISIS AYAK
Persamaan-persamaan yang dipakai
1. Persamaan persen berat Kasiterit (misal H = Kasiterit)
:
2. Persamaan persen berat silika (misal P = silika) :
3. Persamaan Selang Rataan
4. Persamaan grafik Gaudin-Schuhman:
dimana
Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran (m)
x : ukuran partikel
5. Persamaan Variansi dan Standar Deviasi
( )
Konversi satuan yang dipakai
Dari mesh ke m:
200 mesh = 74 m
100 mesh = 74 x m
Asumsi yang digunakan
1. Ambil Kasiterit & silika 500 gr dan diaduk secara
homogen
2. Lalu dengan kertas yang dibuat seperti kerucut,
diletakkan pada atas kertas sehingga berbentuk seperti
kerucut
3. Ditekan hingga datar agar homogen
4. Bagi contoh itu menjadi 4 bagian sama besar.
Lalu ambil dua bagian yang bersebrangan.
5. Lakukan langkah 2-4 sebanyak 2x lagi
6. Lalu buat kotak berukuran 9x9 cm yang dibagi
menjadi 9 kotak dengan ukuran 3x3 cm, dan beri
nomor 1-5 untuk 5 kotak kecil yang dibuat
7. Ambil sejumput contoh dengan tangan
8. Lalu disebarkan contoh itu pada 5 kotak kecil
yang telah dibuat
9. Dihitung jumlah Kasiterit dan silika di setiap
kotak kecil
10. Kembalikan contoh itu, lalu ulangi langkah 5-8
sampai 5x
1. Ambil Kasiterit & silika sebanyak 500 gr
2. Lalu diayak dengan susunan ayakkan 65, 100, 150,
200 mesh selama 15 menit
3. Ditimbang masing-masing fraksi dan nyatakan
dalam %berat contoh
4. Dihitung % berat tertampung, % berat kumuatif
tertampung, % berat kumulatif lolos
5. Lalu digambar data dalam direct plot dan log-log
plot
1. Contoh homogen
2. Metode Riffle membagi 2 sama banyak
3. Tidak ada berat contoh yang hilang dalam
tiap proses percobaan
Data fisis mineral
Berat Jenis (gr/cm3)
Kasiterit (H) 7.5
Silika (P) 2.75
Data hasil percobaan
Ukuran mineral = +65#
1. Sampling dengan metode Riffle
RIFFLE
Percobaan
1 2 3 4 5
H P H P H P H P H P
K
o
t
a
k
1 16 3 33 6 10 3 24 3 62 9
2 10 1 1 1 6 2 2 0 2 0
3 9 2 4 0 5 1 1 0 2 0
4 12 0 3 1 6 0 5 0 2 1
5 7 1 3 1 1 1 0 0 2 0
2. Sampling dengan metode Coning dan quartering
CONING &
QUARTERING
Percobaan
1 2 3 4 5
H P H P H P H P H P
K
o
t
a
k
1 13 4 8 1 25 9 7 3 53 11
2 4 0 1 0 1 0 0 0 5 1
3 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0
4 3 0 4 0 2 1 1 0 1 1
5 4 0 2 0 0 0 2 0 0 0
3. Analisis Ayak
Ukuran (mesh) Berat (g)
+ 65 421.4
- 65 + 100 45.9
- 100 + 150 3.6
- 150 + 200 1.8
- 200 0.2
C. Pengolahan Data Percobaan
1. Sampling dengan metode Riffle
a. Kasiterit
No. H %H
( )
1 16 93.57 0.10 0.01
2 10 96.46 2.99 8.96
3 9 92.47 -1.00 1.01
4 12 100.00 6.53 42.65
5 7 95.02 1.55 2.41
6 33 93.75 0.28 0.08
7 1 73.17 -20.30 412.04
8 4 100.00 6.53 42.65
9 3 89.11 -4.36 19.01
10 3 89.11 -4.36 19.01
11 10 90.09 -3.38 11.42
12 6 89.11 -4.36 19.01
13 5 93.17 -0.30 0.09
14 6 100.00 6.53 42.65
15 1 73.17 -20.30 412.04
16 24 95.62 2.15 4.61
17 2 100.00 6.53 42.65
18 1 100.00 6.53 42.65
19 5 100.00 6.53 42.65
20 0 - - -
21 62 94.95 1.48 2.18
22 2 100.00 6.53 42.65
23 2 100.00 6.53 42.65
24 2 84.51 -8.96 80.32
25 2 100.00 6.53 42.65
Rata-rata
% berat
kuarsa
93.47 ( )
1376.05
Variansi :
( )
57.34
Standar Deviasi :
Selang Rataan :
b. Silika
No. P %P
( )
1 3 6.43 0.01
2 1 3.54 8.96
3 2 7.53 1.01
4 0 0.00 42.65
5 1 4.98 2.41
6 6 6.25 0.08
7 1 26.83 412.04
8 0 0.00 42.65
9 1 10.89 19.01
10 1 10.89 19.01
11 3 9.91 11.42
12 2 10.89 19.01
13 1 6.83 0.09
14 0 0.00 42.65
15 1 26.83 412.04
16 3 4.38 4.61
17 0 0.00 42.65
18 0 0.00 42.65
19 0 0.00 42.65
20 0 - -
21 9 5.05 2.18
22 0 0.00 42.65
23 0 0.00 42.65
24 1 15.49 80.32
25 0 0.00 42.65
Rata-rata
% berat silika
6.53 ( )
1376.05
Variansi :
( )
57.34
Standar Deviasi :
Selang Rataan :
2. Sampling dengan metode Coning dan quartering
a. Kasiterit
No. H %H ( )
1
13 89.86 -4.00 15.98
2
4 100.00 6.14 37.71
3
2 73.17 -20.69 428.01
4
3 100.00 6.14 37.71
5
4 100.00 6.14 37.71
6
8 95.62 1.76 3.09
7
1 100.00 6.14 37.71
8
1 100.00 6.14 37.71
9
4 100.00 6.14 37.71
10
2 100.00 6.14 37.71
11
25 88.34 -5.52 30.47
12
1 100.00 6.14 37.71
13
0 - - -
14
2 84.51 -9.35 87.46
15
0 - - -
16
7 86.42 -7.44 55.34
17
0 - - -
18
1 100.00 6.14 37.71
19
1 100.00 6.14 37.71
20
2 100.00 6.14 37.71
21
53 92.93 -0.93 0.87
22
5 93.17 -0.69 0.48
23
0 - - -
24
1 73.17 -20.69 428.01
25
0 - - -
Rata-rata % berat
Kasiterit
93.86 ( )
1464.52
Variansi :
( )
61.02
Standar Deviasi :
Selang Rataan :
b. Silika
No. P %P ( )
1 1 4 10.14 4.00
2 2 0 0.00 -6.14
3 3 2 26.83 20.69
4 4 0 0.00 -6.14
5 5 0 0.00 -6.14
6 6 1 4.38 -1.76
7 7 0 0.00 -6.14
8 8 0 0.00 -6.14
9 9 0 0.00 -6.14
10 10 0 0.00 -6.14
11 11 9 11.66 5.52
12 12 0 0.00 -6.14
13 13 0 - -
14 14 1 15.49 9.35
15 15 0 - -
16 16 3 13.58 7.44
17 17 0 - -
18 18 0 0.00 -6.14
19 19 0 0.00 -6.14
20 20 0 0.00 -6.14
21 21 11 7.07 0.93
22 22 1 6.83 0.69
23 23 0 - -
24 24 1 26.83 20.69
25 25 0 - -
Rata-rata
% berat silika
6.14 ( )
1464.52
Variansi :
( )
61.02
Standar Deviasi :
Selang Rataan :
3. Analisis Ayak
Ukuran ayak
(mesh)
Ukuran ayak
(m)
Berat (g)
+ 65 +230 421.4
- 65 + 100 -230 +149 45.9
- 100 + 150 -149 +100 3.6
- 150 + 200 -100 +74 1.8
- 200 -74 0.2
Ukuran
ayak (m)
%Berat
Tertampung
%Berat
Kumulatif
Tertampung
%Berat
Kumulatif
Lolos
+230
89.11 89.11 10.89
-230 +149
9.71 98.82 1.18
-149 +100
0.76 99.58 0.42
-100 +74
0.38 99.96 0.04
-74
0.04 100.00 0.00
Ukuran ayak
(m)
Log ukuran
ayak
Log %Berat
Kumulatif Lolos
+230
2.361727836 1.037037915
-230 +149
2.173186268 0.073418713
-149 +100
2 -0.373739318
-100 +74
1.86923172 -1.373739318
-74
1.740362689
4. Grafik hasil analisis ayak
a. Direct Plot
b. Kumulatif Direct Plot
% Berat kumulatif tertampung vs ukuran
ayak (m)
% Berat kumulatif lolos vs ukuran ayak (m)
c. Grafik Semi Log Plot
y = 0.5824x - 55.531
R = 0.8652
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t
T
e
r
t
a
m
p
u
n
g
Ukuran ayak (m)
Direct Plot
y = -0.0703x + 106.58
R = 0.8633
88.00
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
102.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t
K
u
m
u
l
a
t
i
f
T
e
r
t
a
m
p
u
n
g
Ukuran ayak (m)
Cumulative Direct Plot
y = 0.0703x - 6.5845
R = 0.8633
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
50 100 150 200 250
%
B
e
r
a
t
K
u
m
u
l
a
t
i
f
L
o
l
o
s
Ukuran ayak (m)
Cumulative Direct Plot
y = 20.946x - 40.874
R = 0.7439
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
1.8 2 2.2 2.4
%
B
e
r
a
t
K
u
m
u
l
a
t
i
f
L
o
l
o
s
Log Ukuran ayak
Semi Log Plot
d. Grafik Log Log Plot
Dari grafik log-log plot di atas dapat kita peroleh grafik
Gaudin Schuhman, yang persamaannya dinyatakan
dalam
*
dimana
Y : % berat kumulatif lolos ukuran x
m : modulus distribusi
k : modulus ukuran (m)
x : ukuran partikel
Dalam prakteknya, k adalah ukuran ayakan dalam
micrometer di mana 80% material lolos. Berarti pada
kurva cumulative direct plot antara %berat kumulatif
lolos dan ukuran ayak, nilai y = log 80 dan akan didapat
nilai k (modulus ukuran).
y = 4.6084x - 9.8417
log 80 = 4.6084 log k - 9.8417
log k = 2.5486
k = 353.64 m
Persamaan Gaudin Schuhman dapat diubah dalam bentuk :
*
+
( )
( )
)
Dari grafik diketahui persamaan garis Gaudin Schuhman:
y = 4.6084x - 9.8417
Kemiringannya yaitu modulus distribusi (m) = 4.6048.
Jadi persamaan Gaudin Schumann :
*
D. Analisis Hasil Percobaan
Setelah dilakukan pengolahan pada data percobaan.
Didapat dengan grain counting untuk metode riffle,
variansinya adalah 57.34% . Sedangkan nilai dari
standar deviasi 7.57%. Dan selang rataannya :
90.35% < < 96.59% untuk kasiterit
3.41% < < 9.65% untuk silika
Sedangkan dengan metode perhitungan yang sama
untuk metode coning dan quartening variansi yang
didapat adalah 61.02%. Sedangkan nilai dari standar
deviasi 7.81%. Dan selang rataannya :
90.64% < < 97.08% untuk kasiterit
2.92% < < 9.36% untuk silika.
Dalam hal ini tingkat signifikansinya adalah 95%.
Dari nilai variansi dan selang rataannya terlihat
bahwa metode untuk coning dan quartening nilai
variansinya lebih besar dengan nilai selang rataan
antara kedua metode tersebut tidak begitu jauh.
Perbedaan variansinya adalah 3.68 % dengan metode
coning dan quartening yang lebih besar. Hal ini
menunjukkan hasil dari metode coning dan
quartening masih kurang baik dibandingkan untuk
metode riffle. Sehingga untuk melakukan sampling
lebih baik untuk menggunakan metode riffle.
Hal yang dapat menyebabkan metode riffle ini
memiliki variansi yang lebih kecil adalah ketika
menggunakan alat riffle pembagiannya menjadi dua
lebih terbagi dengan merata. Sedangkan dengan
menggunakana metode coning dan quartening yang
pemisahannya menggunakan kertas dan penggaris,
akan menyebabkan berbagai kesalahan baik dari segi
alatnya maupun dari orangnya yang melakukan
pemisahan itu yaitu saat untuk mengambil dua bagian
yang saling berseberangan.. Sehingga hasilnya akan
kurang teliti dan tidak memrepresentatifkan populasi
yang ada dibandingkan dengan metode riffle.
Dari hasil percobaan yang didapat juga menunjukkan
selang rataan yang berbeda walaupun hanya berbeda
sedikit, pada kedua metode yang digunakan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi termasuk yang
menyebabkan perbedaan nilai selang rataan itu selain
yang telah disebutkan antara lain dari faktor
praktikan saat melakukan metode grain counting.
Saat melakukan metode ini perbedaan cara
menyebarkan partikel pada kotak 9x9 cm itu
berbeda-beda tiap orangnya. Sehingga didapat data
yang bervariatif untuk tiap kotaknya. Seperti ada
yang dalam kotak itu terdapat banyak sekali partikel.
Dan ada kotak yang berisi partikel yang sangat
y = 4.6084x - 9.8417
R = 0.9686
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
1.8 2 2.2 2.4
L
o
g
%
B
e
r
a
t
K
u
m
u
l
a
t
i
f
L
o
l
o
s
Log Ukuran ayak
Log Log Plot
sedikit. Bahkan tidak ada sama sekali. Selain itu
perbedaan itu juga dapat disebabkan saat menghitung
banyaknya partikel yang ada. Mungkin saja ada
partikel yang terlewat untuk dihitung karena terlalu
kecilnya partikel-partikel yang diuji itu. Apalagi
partikel silika berwarna putih yang warnanya itu
sama dengan warna kertas. Sehingga sangat
dimungkinkan ada partikel itu yang tidak terhitung
karena kurangnya kejelian praktikan untuk melihat
partikelnya. Partikelnya yang sangat kecil itu juga
mungkin saja ada yang tertiup keluar oleh angin atau
tergeser keluar sehingga terjadi kesalahan di data
percobaannya. Selain itu kesalahan yang dapat
dilakukan adalah saat penimbangan berat partikel-
partikel. Alat yang digunakan untuk mengukur tidak
memiliki skala yang jelas sehingga ketelitian dalam
mengukur partikel menjadi tidak baik. Dan kesalahan
yang terjadi disebabkan juga material yang diuji tidak
terdistribusi secara merata dan tidak homogen
sehingga saat melakukan grain counting sample yang
diambil tidak mewakili lot/populasi yang ada.
Misalnya saja ada kotak yang terisi dengan satu
mineral saja (kasiterit). Atau dengan jumlah mineral
itu yang jauh lebih banyak dari mineral yang lainnya.
Kesalahan saat menggunakan alat yang digunakan
disini, seperti riffle atau kertas dan penggaris untuk
coning dan quartening juga dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam percobaan. Ketika
membagi dengan riffle, mungkin membaginya masih
kurang merata, yaitu saat menuangkan material ke
dalam riffle tidak tepat di bagian tengahnya. Hal ini
membuat pembagian mineral jadi tidak merata, dan
kurang bisa merepresentasikan populasi. Sedangkan
pada coning dan quartening, kurang cermatnya
praktikan saat memisahkan tumpukan dengan
penggaris, dapat mempengaruhi hasil yang didapat.
Saat praktikum pembagiannya masih tidak sama
besar antara keempat bagian yang telah dipisahkan.
Berikutnya adalah analisis untuk hasil dari analisis
ayak. Berat partikel yang dipakai saat dilakukan
analisis ayak adalah 500 gram tetapi saat ditotal berat
dari mineral di masing-masing ayakan adalah tidak
mencapai 500 gram. Hal ini mungkin disebabkan
penimbangan di awal dan di akhir masih kurang
akurat. Selain itu mungkin saja hal ini karena ada
partikel-partikel halus yang berterbangan saat
dikeluarkan atau ditimbang di akhir sehingga hasil di
awal dan akhir terdapat perbedaan.
Setelah dilakukan pengolahan untuk data yang
didapat dengan analisis ayak dapat dibuat beberapa
grafik. Yaitu grafik direct plot (ukuran ayak dalam
m dan %berat tertampung), grafik cumulative direct
plot (antara ukuran ayakan dalam m dan %berat
kumulatif tertampung, dan antara ukuran ayakan
dalam m dan % berat kumulatif lolos), grafik semi
log plot (antara log ukuran ayakan dan % berat
kumulatif lolos), dan grafik log log plot (antara log
ukuran ayakan dan log % berat kumulatif lolos).
Grafik log log plot ini sering disebut grafik Gaudin
Schumann. Dari keempat metode grafik tersebut,
grafik log log plot menunjukkan grafik dengan R
2
yang paling tinggi yaitu 0.9686 (hampir mendekati
1). Hal ini menunjukkan hubungan antara logaritma
ukuran ayak dengan logaritma %berat kumulatif lolos
sudah cukup baik untuk dibuat hubungannya dengan
regresi linier biasa.
Pada grafik Gaudin-Schuhman didapat nilai k sebesar
353.64 m dan nilai m adalah 4.6048. Nilai k
menunjukkan ukuran maksimum dalam contoh.
Namun dalam prakteknya menunjukkan ukuran
ayakan yang dapat meloloskan 80% umpan. Nilai ini
juga dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
alat. Sedangkan m menunjukkan modulus distribusi.
Makin besar m, makin kecil distribusi ukurannya.
Sehingga dari nilai m dan k itu didapat persamaan
Gaudin-Schumann nya yaitu
*
Fungsi Gaudin-Schumann hanya berlaku untuk
produk penggerusan dan peremukan.
Pada percobaan analisis ayak ini juga terdapat
beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan
antara lain karena adannya penimbangan di awal dan
di akhir masih kurang akurat dan juga mungkin saja
ada partikel-partikel halus yang berterbangan saat
dikeluarkan atau ditimbang di akhir sehingga hasil di
awal dan akhir terdapat perbedaan sehingga
menimbulkan perbedaan berat antara awal dan akhir
percobaan. Selain itu kesalahan yang sama seperti
yang terdapat pada percobaan sampling yaitu dari
praktikannya saat melakukan metode grain counting.
Terdapat perbedaan cara menyebarkan partikel pada
kotak 9x9 cm itu untuk tiap orangnya. Sehingga
muncul data yang bervariatif untuk tiap kotaknya.
Selain itu juga saat perhitungan partikel dengan
metode grain counting diperlukan ketelitian yang
cukup tinggi, untuk melihat partikel-partikel yang
berada di atas kertas.
Selain itu faktor dari alat yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil yang didapat. Kualitas dari
pengayak yang digunakan sudah tidak cukup baik
sehingga hasil yang didapat menjadi kurang optimal.
E. Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan :
1. Jelaskan teknik pengambilan contoh serta reduksi
jumlah yang umum dilakukan di pabrik
pengolahan !
2. Pada pengambilan contoh, perlu ditentukan lebih
dahulu berat contoh atau banyaknya increment
yang akan diambil. Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi banyaknya increment atau berat
contoh yang akan diambil.
Jawaban :
1. Teknik pengambilan contoh serta reduksi jumlah
yang umum dilakukan di pabrik pengolahan adalah
mechanical sampling. Mechanical sampling
digunakan untuk pengambilan contoh dalam
jumlah besar dengan hasil yang lebih representatif
dibandingkan hand sampling (pengambilan contoh
secara manual).. Dalam mechanical sampling ini
alat yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu
riffle dan vein sampler.
Riffle merupakan alat berbentuk persegi panjang
dan didalamnya terbagi beberapa sekat yang
arahnya berlawanan. Riffle-riffle ini berfungsi
sebagai pembagi conto agar dapat terbagi sama
rata. Sedangkan Vein sampler adalah alat yang
pada bagian dalamnya dilengkapi dengan
revolving cutter, yaitu pemotong yang dapat
berputar pada porosnya sehingga akan membentuk
area yang bundar sehingga dapat memotong
seluruh alur bijih. Pada pabrik pengolahan
biasanya menggunakan vein sampler. Karena akan
lebih representatif hasilnya.
2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa
banyak increment atau berat contoh yang akan
diambil ,yaitu
Banyaknya material yang akan dianalisis.
Ukuran materialnya
Karakteristik dari partikel mineral berharga
yang akan kita ambil
Teknik sampling yang akan digunakan.
Seberapa banyak sebaran mineral berharga di
dalam bijih (low grade ore, rich ore).
Halus atau kasarnya ukuran mineral/material
untuk diolah, misalkan pada batubara, ukuran
partikelnya harus 0.1 mm atau lebih halus,
maka agar mendapatkan data statika yang
akurat dapat mewakili pada sampling, ukuran
yang harus diambil untuk sampel adalah
sekitar 0,1 mm atau lebih halus (homogenya
pada ukuran tertentu ). Semakin halus bijih
yang akan diambil sampel, maka akan
semakin kecil berat yang dibutuhkan
untuk merepresentasikan bijih tersebut.
Selain itu adalah tingkat keakuratan yang
diinginkan. Artinya semakin banyak contoh
yang diambil, semakin akurat perbandingan
kualitas contoh dengan lotnya keseluruhan.
F. Simpulan
Sampling adalah pengambilan sebagian kecil dari
dari keseluruhan yang cukup untuk dilakukan analisis
dan berbagai uji fisik yang disesuaikan dengan
jumlahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi dan perbandingan kualitas sampel dengan
keseluruhan sama. Sampling ini merupakan tahap
awal dari suatu analisis.
Dari pengolahan data dengan metode perhitungan
grain counting didapat nilai untuk metode riffle,
variansinya adalah 57.34% . Sedangkan nilai dari
standar deviasi 7.57%. Dan selang rataannya :
90.35% < < 96.59% untuk kasiterit
3.41% < < 9.65% untuk silika
Sedangkan dengan metode perhitungan yang sama
untuk metode coning dan quartening variansi yang
didapat adalah 61.02%. Sedangkan nilai dari standar
deviasi 7.81%. Dan selang rataannya :
90.64% < < 97.08% untuk kasiterit
2.92% < < 9.36% untuk silika.
Dalam hal ini tingkat signifikansinya adalah 95%.
Dari nilai variansi dan selang rataannya dapat
disimpulkan sampling dengan metode riffle lebih
baik untuk digunakan.
Analisis ayak adalah metode yang digunakan dalam
kaitannya memanfaatkan pesebaran ukuran material
yang kemudian dianalisis dan disimpulkan untuk
menilai proses sebelum ataupun menentukan proses
sesudah. Analisa ayak juga dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi berbagai peralatan, menghitung
derajat liberasi, mencari penyebab dan ukuran
mineral berharga yang hilang bersama tailing.
Setelah dilakukan pengolahan pada data, didapat
ukuran ayakan untuk meloloskan 80% partikel
didapat adalah 353.64 m dan modulus distribusi
sebesar 4.6048. Sehingga dari nilai itu didapat
persamaan Gaudin-Schumann nya yaitu
*
G. Daftar Pustaka
http://kuliahd3fatek.blogspot.com/2009/05/bab-iii-
pengolahan-bahan-galian.html (diakses tanggal :
1 April 2013)
Kelly, E.G & Spottiwood, D.J., 1982., Introduction to
Mineral Processing., John Wiley & Sons, New
York. Hal. 23-24
Wills B.A., Napier-Munn T.J., Wills Mineral
Processing Technology 7
th
edition, Elsevier
Science & Technology Books. 2006. Hal. 97
104
H. Lampiran
Gambar riffle
Gambar Coning dan Quartering
Gambar Metode Grain Counting
1 2
5
3 4
Gambar sieving
Electric Sieving Set
Gambar ayakan pelat berlubang atau Punched Plate
Gambar ayakan dengan ayaman kawat
Gambar ayakan grizzly
\Vibrating Screen
Dewatering Screen
Inclined Screen
Horizontal screen