You are on page 1of 19

Jurnal Transnasional, Vol. 3, No.

2, Februari 2012
Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik
M. Saeri

Abstract
International relations study has been developed as a science (state o the
art! o intense debate. " decade a#o it $as still possible to divide the ield
bet$een three %ain perspectives &'ealis%, (iberalis% and )ar*is%. Not
only have these approaches evolved in ne$ directions, they have been +oined
by a nu%ber o ne$ ,is%- vyin# or attention, includin# e%inis% and
constructivis%. This $ritin#s is an introduction to the diverse $orldvie$s
that underpin conte%porary International 'elations (I'! theory. There are
t$o reasons e*plored in this $ritin#, First, the reasons or such diversity
and the second responses to it. The irst response, con.uest, opposes
diversity and see/s to privile#e one particular $orldvie$. The second
response, coe*istence, is one that inds no #ood reason to privile#e a
particular $orldvie$, and attributes a positive value to diversity and
pluralis%.
Keywords: 0erspectives, 'ealis%, (iberalis%, )ar*is%, International
'elations.
Pendahuluan
Ilmu hubungan internasional adalah satu disiplin ilmu yang relatif masih baru.
Pertumbuhannya sebagai disiplin ilmu tersendiri dimulai sejak akhir Perang Dunia I (PD I),
dan selanjutnya perkembangannya sangat pesat sejak akhir Perang Dunia II (PD II) dengan
munculnya kekuatankekuatan besar seperti !merika Serikat dan "ni So#iet dalam
pertarungan politik dunia. $ajian hubungan internasional menjadi sangat menarik perhatian
masyarakat dunia terutama negaranegara besar ketika itu karena pengalaman mereka sejak
sebelum PD II hingga berakhirnya peranag tersebut menyisakan beberapa pertanyaan
mendasar bagi mereka. Diantara pertanyaanpertanyaan itu adalah bagaimana mereka
menentukan kebijakan kedepan terutama dalam menghadapi pola perimbangan kekuatan
dunia% !pa dasar utama bagi mereka menentukan kebijakan terhadap negaranegara lain%
&agaimana menentukan dasar kebijakan tersebut%
'
'
$etua (aboratorium )urusan *ubungan Internasional +ISIP "ni#ersitas ,iau
-
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

&erdasarkan pertanyaanpertanyaan tersebut muncul pemikiran tentang perlunya
mengkaji secara sungguhsungguh tentang berbagai faktor yang dapat digunakan oleh
negara sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan dalam mengahadapi perkembangan dunia
yang begitu cepat berubah. Pemerintah !merika Serikat disinyalir merupakan pihak yang
pertama mendorong kajiankajian hubungan internasional secara lebih mendalam dan
khusus terutama untuk keperluan pemerintah !merika sendiri. Sejak saat itu kajiankajian
hubungan internasional dikaji didalam departemen atau jurusan tersendiri diba.ah payung
bidang politik atau fakultas ilmu politik. *al ini berbeda dengan perkembangan
sebelumnya, masalah hubungan internasional hanya dikaji dalam bentuk mata kuliah yang
terpisahpisah di berbagai fakultas atau jurusan.
Perkembangan terakhir ini telah menampilkan kajian hubungan internasional secara
lebih terpusat dan menyeluruh. Satu hal yang sangat menarik adalah perkembangan kajian
hubungan internasional ini diiringi pula dengan perdebatanperdebatan yang mendasar
terhadap dua hal yang berkaitan satu sama lain, yaitu perdebatan tentang apakah ilmu
hubungan internasional merupakan disiplin ilmu tersendiri atau tidak, dan kedua perdebatan
tentang paradigma yang mendasari perkembangan teori dalam kajian hubungan
internasional.
Dalam tulisan ini akan dititikberatkan pada perdebatan kedua yang diharapkan
secara langsung atau tidak langsung akan menja.ab masalah pada perdebatan pertama.
*al lain yang menarik dalam perdebatan kedua ini adalah munculnya paradigmaparadigma
utama dalam kajian hubungan internasional yang satu sama lain saling bertentangan.
Paradigmaparadigma utama tersebut antara lain adalah idealime, realisme, beha#ioralisme,
dan strukturalisme yang muncul sejak tahun -/01an hingga tahun -/21an. Pada era -//1
an hingga 3111an muncul pula paradigmaparadigma baru seperti pluralisme dan
feminisme, yang semua itu menambah kha4anah kekayaan paradigma dan teori dalam
kajian hubungan internasional.
3
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
Sekilas Perkembangan Kajian Ilmu Hubungan Internasional
Menurut catatan Ste#e Smith dalam buku The 2tudy o International 'elations, The 2tate o
The "rt
-
bah.a a.al perkembangan ilmu hubungan internasional menjadi satu disiplin ilmu
tersendiri baru dimulai segera setelah Perang Dunia I (PD I). Sebelum PD I, terutama
merujuk perkembangan di 5ropa umumnya, khususnya di Inggris, kajian hubungan
internasional dipelajari secara terpisah diberbagai cabang ilmu seperti dalam bidang
hukum, sejarah, dan falsafah. &idang lain yang turut mengkaji ilmu hubungan internasional
ketika itu adalah bidang ekonomi terutama yang berkaitan dengan perdagangan
internasional. Pendekatanpendekatan dari bebagai bidang ilmu ini tidak cukup memuaskan
untuk memahami intisari hubungan internasional yang sebenarnya.
!da dua kenyataan yang dihadapi dalam memahami hubungan internasional.
Pertama, bah.a masyarakat internasional adalah sangat berbeda dengan masyarakat
nasional. Masyarakat internasional terdiri dari aktoraktor yang memiliki kedaulatan sendiri
atau berada diba.ah kedaulatan yang berbeda, karena itu tidak tunduk pada satu kekuatan
politik dan hukum yang terpusat. "ntuk memahami interaksi diantara mereka memerlukan
pemahaman yang menyeluruh baik dari aspek politik maupun sejarahnya. $edua, ilmu
hubungan internasional memerlukan pendekatan dan alat (metoda) tersendiri yang berbeda
dengan pendekatan atau cara pandang kajian politik umumnya. $edua kenyataan ini
berhadapan dengan kenyataan lainnya yaitu peperangan antar bangsabangsa 5ropa disatu
sisi dan keinginan orang untuk hidup damai telah mendorong para ilmu.an ketika itu untuk
mengajukan pemikiran teoritik di bidang hubungan internasional.
Pemikiran yang diajukan adalah hubungan internasional tidak boleh lagi dipandang
sebagai disiplin ilmu yang terpisah, melainkan disiplin yang memiliki cara pandang atau
pendekatan khusus yang mampu menterjemahkan dan memahami dimensi empiriknya
secara utuh. 6atanan politik internasional pada akhir abad -/ itu juga cukup berpengaruh
terhadap perkembangan kajian hubungan internasional. Inggris sebagai sebagai kekuatan
dominan ketika itu juga mendominasi perkembangan pemikiran dalam bidang kajian ini.
Pemikiran yang muncul juga tidak terlepas dari cerminan kepentingan Inggris dalam
menghadapi tatanan dunia yang multi polar.
- Dyer *ugh 7. 8 Mangasarian, (eon, (5ditors), -/2/, The 2tudy 3 International 'elations, The 2tate o the
"rt, St. Martin9s Press in association .ith :e. ;ork Millenium< )ournal of International Studies,
=
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

Pemikiran yang diajukan berlandaskan pada hujjah (alasan) bah.a peperangan
bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang, dan merupakan dosa dan musibah
yang terjadi akibat ketidak sengajaan. Peperangan antar bangsa terjadi adalah akibat
prasangka yang muncul dalam menafsirkan keamanan yang mendorong orang
mengembangkan senjata sehingga pada akhirnya manusia terjebak dalam perang. *edley
&ull salah seorang pemikir ketika itu berpendapat bah.a sistem hubungan internasional
yang telah menghasilkan PD I sebenarnya dapat diubah tatanannya secara fundamental
kepada keadaan yang lebih damai, diba.ah pengaruh kebangkitan demokrasi, pertumbuhan
pemikiran global, pembentukan (iga &angsa &angsa, karyakarya yang baik tentang
perdamaian yang disebarkan melalui pengajaran atau pendidikan. Pemikiran ini dikenal
dengan paradigma idealisme.
&erdasarkan keadaan yang dipaparkan di atas tercermin sebuah kenyataan bah.a
ilmu hubungan internasional lahir sebagai sebuah disiplin ilmu sangat berbeda dengan ilmu
sosial lainnya. Ilmu hubungan internasional pada saat lahirnya sangat preskriptif (memberi
pedoman), normatif, dan didasarkan pada karya konseptual dari aktifitas ilmu.an yang
sangat dekat keterkaitannya dengan pengambilan kebijakan. Ilmu hubungan internasional
lahir dan berkembang sebagai bentuk tanggapan langsung terhadap peristi.aperisti.a
nyata yang terjadi di dunia dan mendefinisikan tujuantujuannya untuk mencegah
pengulangan peristi.aperisti.a tersebut.
Pemikiran idealis ini berkembang sejak akhir PD I hingga PD II (-/31an hingga
-/=1an). Pemikiran idealis ini tampil mena.arkan kepada para pengambil kebijakan di
berbagai negara sebuah tatacara untuk menghindari perang. :amun kenyataannya selama
dekade -/31an dan -/=1an ketegangan akibat pacuan senjata di 5ropa terus meningkat.
!liasi militer Triple 4tente (Inggris, Perancis, ,usia) dan Triple "lliance ()erman, Italia,
!ustria) terbentuk dan saling berhadapan. (&& tumbuh menjadi lembaga yang digunakan
sebaga ajang membangun kekuatan bagi negaranegara besar 5ropa sehingga lembaga yang
dibentuk atas dasar citacita perdamaian dunia justru berubah menjadi .ilayah konflik.
Munculnya na4i )erman sebagai sebuah kekuatan militer besar adalah sebuah kenyataan
yang terencana untuk menjadikan negara fasis itu sebagai kekuatan dominan di 5ropa.
Menguatnya upaya Inggris membangun aliansi untuk mencegah ambisi )erman adalah
0
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
kenyataan lain yang juga terencana. Persaingan kekuatan ini kemudian menampilkan
kenyataan baru di 5ropa, yaitu Perang Dunia II.
Pertanyaan mendasar adalah ketika diyakini manusia berkeinginan untuk damai
mengapa mereka merencanakan perang% Pertanyaan ini tidak dapat dija.ab oleh pemikiran
idealis. Sebaliknya masyarakat dunia dikejutkan dengan kenyataan perang besar yang
kesekian kalinya dilakukan oleh bangsabangsa 5ropa. Masalah utama yang melekat dalam
paradigma idealis adalah pemikiran yang dita.arkan jauh dari kenyataan yang dilakukan
oleh para pemimpin di negaranegara 5ropa. $enyataan di 5ropa menunjukkan keinginan
yang kuat dari para pemimpinnya untuk melakukan perang dalam upaya meraih dominasi
kekuatan baik dibidang ekonomi maupun militer. !mbisi kekuasaan yang sangat menonjol
ini kemudian membimbing bangsabangsa 5ropa terseret kedalam kekacauan besar yang
sama sekali menghancurkan keamanan dan perdamaian. 5.*. 7arr dalam bukunya The
T$enty 5ears 6risis,
3
mengkritik pemikiran idealis bah.a mekanisme yang dita.arkan
idealis tidak mampu mencegah perang, dan mediasi untuk meredakan konflik tidak
berjalan. Pemikiran idealis dianggap sebagai mimpi kosong (utopia).
$egagalan paradigma idealis dalam menjelaskan kenyataan hubungan internasional
pada dekade -/=1an mendapat tanggapan dengan lahirnya paradigma alternatif yang
dikenal sebagai paradigma realisme. Paradigma realisme ini muncul pada era pasca PD II
(-/01an) dan secara umum adalah paradigma yang paling dominan, paling tidak
dominasinya berlangsung hingga dekade -/21an. $emunculan paradigma realisme ini
juga tidak terlepas dari tampilnya !merika Serikat sebagai kekuatan dominan pada era dan
pasca PD II. &ahkan ada kecenderungan pemerintah !merika mendorong diperkuatnya
kajian hubungan internasional untuk memetakan tindakan negara adi daya ini kedepan.
Pemikiran a.al yang dita.arkan oleh paradigma realisme ini ada tiga prinsip.
pertama adalah negara merupakan aktor terpenting dalam hubungan internasional. $edua,
terdapat perbedaan yang tajam antara politik dalam negeri dan politik internasional.
$etiga, titik tekan perhatian kajian hubungan internasional adalah tentang kekuatan dan
perdamaian. $arya yang dinilai fundamental dalam membangun paradigma realis ini adalah
0olitics "%on# Nations oleh Morgenthau dan The T$enty 5ears 6risis oleh 5.*. 7arr.
3 . Ibid, hal. >.
?
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

,ealisme adalah tradisi teoritik yang mendominasi studi hubungan internasional
selama masa Perang Dingin. Pendekatan teoritik ini menggambarkan hubungan
internasional sebagai suatu pergulatan memperebutkan kekuasaan diantara negaranegara
yang masingmasing mengejar kepentingan nasionalnya sendiri dan umumnya pesimistik
mengenai prospek upaya penghapusan konflik dan perang. ,ealisme mendominasi masa
Perang Dingin karena gagasan ini bisa memberi penjelasan yang sederhana tetapi cukup
meyakinkan mengenai perang, aliansi, imperialisme, hambatan terhadap kerjasama, dan
berbagai fenomena internasional, dan karena penekanannya pada kompetisi .aktu itu
sesuai dengan sifat pokok persaingan !S"ni So#iet ("S).
,ealisme memang bukan teori tunggal dan pemikiran realis selama masa Perang
Dingin telah mengalami perubahan. ,ealis @klasikA seperti *ans Morgenthau dan ,eihold
:iebuhr yakin bah.a, seperti halnya makhluk manusia, setiap negara memiliki keinginan
naluriah untuk mendominasi negaranegara lain, sehingga membuat mereka berperang.
Morgenthau juga menekankan peran penting dari sistem perimbangan kekuatan multipolar
klasik
3
dan memandang sistem bipolar yang memungkinkan persaingan sengit antara !S
dan "S sebagai sistem yang sangat berbahaya.
Sebaliknya, teori @neorealisA yang diajukan oleh $enneth Balt4 mengabaikan
peran sifat manusia dan memusatkan perhatian pada akibat dari sistem internasional.
Menurut Balt4, sistem internasional terdiri dari sejumlah negara besar, yang masing
masing berusaha untuk bertahan hidup. $arena sistem itu anarkis (yaitu tidak ada
.e.enang terpusat yang bisa melindungi negara dari serbuan negara lain), maka masing
masing negara harus mempertahankan hidupnya dengan usaha sendiri. Balt4 berpendapat
bah.a kondisi seperti ini akan mendorong negaranegara yang lebih lemah saling
bersekutu untuk mengimbangi (balance) dan mela.an negaranegara yang lebih kuat,
bukan malah bergabung (band.agon) dengan negaranegara kuat itu. &ertolakbelakang
dengan pendapat Morgenthau, Balt4 menyatakan bah.a bipolaritas lebih stabil daripada
multipolaritas.
= ;aitu sistem yang berlaku di 5ropa sesudah Perang :apoleon (pertangahan abad -/) sampai sebelum
Perang Dunia I (a.al abad 31).
C
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
,ealisme memperoleh perbaikan dengan munculnya teori @offensedefenseA, seperti
yang dijabarkan oleh ,obert )er#is, Deorge Euester, dan Stephen Fan 5#era. Para ilmu.an
ini berpendapat bah.a perang ternyata lebih mungkin terjadi ketika negaranegara dalam
kondisi bisa salingmenaklukkan dengan mudah. ;aitu, ketika @offenseA lebih mudah
daripada @defenseA. 6etapi, sebaliknya, ketika @defenseA lebih mudah daripa @offenseA,
keamanan lebih terjamin, insentif untuk melakukan ekspansi .ilayah berkurang, dan
kerjasama internasional berkembang pesat. Dan kalau @defenseA mendatangkan
keuntungan, dan negaranegara bisa membedakan senjata ofensif dari senjata defensif,
maka negaranegara bisa memperoleh sarana untuk mempertahankan diri tanpa mengancam
yang lain, sehingga dengan demikian bisa mengurangi akibat dari sifat anarkis sistem
internasional.
Menurut kaum realis @defensifA ini, negaranegara umumnya berusaha untuk
sekedar @sur#i#eA dan negaranegara besar bisa menjamin keamanan mereka dengan
membentuk aliansialiansi yang saling mengimbangi dan memilih postur militer yang
defensif.
4
$arena itu, menurut Balt4 dan teoritisi neorealis lain, tidak mengherankan
kalau keamanan !S sangat terjamin selama masa Perang Dingin. ;ang paling ditakutkan
oleh ilmu.an neorealis adalah kalau !S menyalahgunakan posisi yang menguntungkan
itu untuk menerapkan politik luar negeri yang terlalu agresif. Ini menunjukkan bah.a pada
akhir masa Perang Dingin realisme tidak lagi di.arnai oleh konsepsi Morgenthau mengenai
sifat manusia yang serba gelap dan pesimistik, tetapi menganut cara pandang yang lebih
optimistik.
Pada a.al tahun -/?1an muncul pemikiran yang mengkritik cara pandang
realisme. $ritik itu bertitik pusat pada masalah kepentingan nasional dan penempatan aktor
negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional. &agian pertama, paradigma
realis memandang kepentingan nasional adalah sebuah elemen kunci yang membimbing
para pengambil kebijakan suatu negara untuk mengambil keputusan atau tindakan terhadap
negara lain. $epentingan nasional merupakan rumusan dari akumulasi kebutuhan umum
0 Misalnya, pengembangan sistem persenjataan nuklir dengan kemampuan membalas (retaliatory) yang
meyakinkan, bukan menekankan kemampuan menyerbu.
>
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

suatu bangsa yang mencerminkan pilihan rasional dari suatu negara. &agian kedua,
paradigma realis memandang bah.a negara sebagai organisme yang yang hidup, berperan
dan bertindak secara rasional dan tindakantindakannya berdasarkan kepentingan yang
dirumuskan secara rasional. $edua bagian pemikiran ini di kritisi sebagai berikut<
3ne o the irst %a+or atte%pts to develop a syste%atic decision %a/in# approach
to the study o international politics $as %ade in the early 1780s by 'ichard 6.
2nyder and his collea#ues. The ocus o international relations research should be
on the actions, reactions, and interactions o states9. For hi%, the state is specially
its decision %a/ers, and state action is the action ta/en by those actin# in the na%e
o the state.
Asumsi Dasar Teori HI
Idealisme
-. Semua manusia (bangsa) menginginkan perdamaian. Batak dasar manusia adalah
ingin hidup dalam suasana damai, karena itu hubungan antar bangsa pada
perinsipnya dikembangkan untuk menciptakan kedamaian.
3. Perang adalah dosa dan terjadi karena ketidak sengajaan. :egaranegara memiliki
kedaulatan sendirisendiri, dan untuk memelihara kedaulatan itu diperlukan
kekuatankekuatan terutama militer. $emunculan militer ini telah memancing
suasana tegang dan salah sangka diantara negaranegara tersebut satu sama lain,
sehingga tidak terelakkan terjebak dalam perang.
=. *arus ada pemerintahan dunia yang dapat mengendalikan kekuatankekuatan yang
menyebar dalam sistem dunia.Pemerintah dunia ini harus diberi ke.enangan untuk
mengendalikan kekuatankekuatan dari berbagai negara sehingga dapat mencegah
terjadinya salah sangka yang dapat memicu perlombaan senjata dan perang.
Dagasan ini menghasilkan pembentukan (iga &angsa&angsa ((&&)
Para penganut paradigma idealisme belum secara jelas merumuskan metodologi
penelitian ilmu hubungan internasional, oleh karena itu kajian dalam ilmu hubungan
internasional memusatkan perhatian terhadap bidang kajian dan tingkat analisis tertentu.
2
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
Secara umum diskusi yang mereka bangun berkisar pada masalah perang dan damai dengan
aktor utama negara.
/
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

Tabel 1: Matriks Idealisme
No
.
PNDKATAN PN!"ASAN
-. Prinsip
*ujjahGPemikiran
HSemua manusia (bangsa) menginginkan perdamaian.
HPerang adalah dosa dan terjadi karena ketidak sengajaan.
H*arus ada pemerintahan dunia yang dapat
mengendalikan kekuatankekuatan yang menyebar dalam
sistem dunia.
3. !ktor :egara
=. 6ingkat !nalisis :egara
0. &idang $ajian Politik Internasional
?. 6okoh Pemikir *edley &ull
#ealisme
-. :egara adalah aktor utama.
:egara me.akili unit analisis kunci dalam kajian *I. $ajian *I adalah
kajian tentang hubungan antar unitunit ini. Penganut realis yang menggunakan
konsep sistem dalam pengertian interrelasi bagianbagian biasanya merujuk pada
sistem internasional.
Irganisasi internasional (P&&, M:7s, teroris dll) dapat dianggap sebagai
berstatus aktor mandiri, tetapi menurut pandangan penganut realis semua aktor
tersebut bukan sebagai aktor dominan, karena statusnya sangat dipengaruhi oleh
negara.
2. :egara adalah aktor tunggal
H Sebuah negara menghadapi dunia luar sebagai sebuah unit yang terintegrasi.
!sumsi yang umum digunakan penganut realis adalah perbedaan politik didalam
sebuah negara pada akhirnya terselesaikan secara otoritatif sehingga dengan
pemerintah menetapkan satu kebijakan untuk negara secara keseluruhan.
-1
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
H :egara sebagai aktor tunggal menurut penganut realis merupakan aktor yang
memiliki otoritas mutlak untuk mengambil kebijakan, dan status ini tidak
dimiliki oleh aktor lain (aktor non negara).
3. :egara adalah aktor rasional
H Sebuah pengambilan kebijakan luar negeri yang rasional meliputi suatu
penetapan tujuan, pertimbangan terhadap seluruh kemunggkinan pilihan dalam
arti ketersediaan kapabilitas negara.
H Mengiringi proses rasional ini pengambil kebijakan dari kalangan
pemerintahan menge#aluasi setiap alternatif, menyeleksi satu diantara yang
paling maksimal kegunaannya (maksimalisasi keuntungan).
H Meskipun demikian para penganut realis menyadari agak sulit memandang
negara sebaga aktor rasional. Pengambil kebijakan dari kalangan pemerintahan
bisa jadi tidak memiliki seluruh informasi dan pengetahuan yang diperlukan
untuk memaksimalkan nilai kebijakan.
0. $eamanan nasional adalah Masalah utama
H Militer dan isuisu yang berkaitan dengan politik mendominasi
politik dunia.
H Penganut realis memfokuskan perhatian pada konflikkonflik aktual
dan potensial diantara aktoraktor negara, menguji bagaimana stabilitas
internasional dapat diupayakan atau dipertahankan, bagaimana stabilitas
internasional itu hancur, dan pencegahan terhadap gangguan integritas teritorial.
H Po.er adalah konsep utama. ,ealis menganggap keamanan militer
atau isu strategis adalah termasuk politik tinggi (high politics).
Tabel $: Matriks #ealisme
No. PNDKATAN PN!"ASAN
- Prinsip
*ujjahGPemikiran
H *ubungan internasional adalah hubungan antar negara
(bangsa) dalam bentuk pertarungan kekuatan.
H Setiap negara berusaha untuk meningkatkan po.ernya.
--
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

H :egara adalah aktor utama.
H :egara adalah aktor tunggal.
H :egara adalah aktor rasional.
H $eamanan nasional adalah masalah utama.
3 !ktor :egara
= 6ingkat !nalisis :egara
0 &idang $ajian Politik Internasional, strategi keamanan, diplomasi.
? 6okoh Pemikir
5.*. 7arr, Morgenthau (-/>31, $ennet : Balt4, $). *olsti,
). +rankel, &urchill, Scott (-//C), ,ichard De#etak, !ndre.
(inklater, Matthe. Paterson, 7hristian ,eusSmit, and
)acJui 6rue, &asingstoke, )ack Donnelly (3111) dll
%eha&ioralisme
,ichard 7. Snyder adalah salah seorang generasi a.al yang membangun teori pembuatan
kebijakan luar negeri. Dalam hal ini Snyder menyatakan< @pusat perhatian dari penelitian
hubungan internasional adalah tindakantindakan (actions), tindakan balas (reactions), dan
tindakan timbal balik (interactions) dari negaranegaraA.
1. :egara adalah pembuat kebijakan (decision makers). !rtinya yang dimaksudkan
sebagai negara dalam pandangan beha#ioralis adalah sekelompok orang yang
bertanggungja.ab membuat keputusan di negara tersebut.
2. 6indakan negara adalah tindakan yang diambil oleh pihak yang bertindak atas nama
negara (pembuat kebijakan)
3. "ntuk memahami perilaku negara para teoritisi harus memetakan kembali dunia
sesuai pandangan para pengambil kebijakan
4. ;ang harus dijelaskan adalah<
K +aktorfaktor subjektif dari titik pandang para pembuat kebijakan.
-3
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
K Sumbersumber potensial tindakan negara yang ditemukan didalam pemahaman
pembuat kebijakan.
Tabel ': Matriks %eha&ioralisme
No. PNDKATAN PN!"ASAN
- Prinsip
*ujjahGPemikiran
*ubungan internasional mencerminkan perilaku dari para
pengambil kebijakan suatu negara sehingga penelitian
dalam ilmu *I harus fokus pada perilaku para pengambil
kebijakan.
3 !ktor Pengambil kebijakan
= 6ingkat !nalisis Indi#iduGkelompok (pengambil kebijakan)
0 &idang $ajian Politik (uar :egeri
? 6okoh Pemikir Snyder, ,osnau, (loyd )ensen, )ohn boyd, dll
Strukturalis
1. !ktor utama dalam hubungan internasional terdiri dari negara dan aktor non negara.
H *ubungan internasional adalah keterkaitan global yang didalamnya aktor
negara dan non negara saling berinteraksi. Dlobalis menekankan bah.a
hubungan antar aktor internasional ini membentuk struktur internasional.
2. Sangat penting untuk melihat hubunggan internasional dari perspektiff sejarah.
H Penganut globalis baik dari aliran MarLis maupun non MarLis
mendefinisikan karakteristik sistem internasional sebagai sistem kapitalis.
$arena itu diperlukan kajian sejarah munculnya kapitalisme pada abad ke -C di
5ropa &arat, perkembangannya, perubahannya, dan perluasannya hingga saat ini
sehingga terbentuknya sebuah dunia sistem kapitalis
3. Pentingnya faktor ekonomi dalam hubungan internasional.
-=
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

H Strukturalis menga.ali asumsinya bah.a ekonomi adalah kunci untuk
memahami, kreasi, e#olusi, dan fungsi dari sistem dunia saat ini.
H &erbagai aktor saling ta.armena.ar, saling bersepakat, dan membangun koalisi
didalam dan pada lintas batas sehingga membanggun struktur global. Munculnya
isu "taraSelatan merupakan akibat dari hubungan struktural ini.
Tabel (: Matriks Strukturalisme
No. PNDKATAN PN!"ASAN
- Prinsip
*ujjahGPemikiran
H *ubungan internasional adalah hubungan ekonomi antar
negaranegara didunia yang secara garis besar terstruktur
kedalam susunan negara industri maju, negara industri
baru, dan negara berkembang atau terbelakang.
H +okus analisis adalah interaksi antara negara dan pasar,
yaitu bagaimana #ariable pasar (ekonomi) mempengaruhi
kebijakan negara.
3 !ktor :egara, organisasi non negara, M:7s, indi#idu
= 6ingkat !nalisis Sistem internasional, :egara, organisasi non negara, indi#idu
0 &idang $ajian 5konomi Politik Internasional
? 6okoh Pemikir ,obert Dilphin, Spero, !ndree Dunderfrank,
6antangan utama terhadap realisme datang dari keluarga besar teori liberal yang
termasuk kedalam kelompok paradigma strukturalisme. Salah satu teori liberal mengajukan
argumen bah.a interdependensi ekonomi akan mencegah negara agar tidak menggunakan
daya paksa dalam berinteraksi satusamalain karena perang akan merusak kemakmuran
masingmasing. 6eori liberal kedua, yang sering dikaitkan dengan Presiden Boodro.
Bilson, memandang penyebaran demokrasi sebagai kunci utama menuju perdamaian
dunia, berdasar alasan bah.a negaranegara demokratis secara inheren lebih suka damai
daripada negaranegara otoriter. 6eori liberal ketiga, yang lebih belakangan, mengajukan
argumen bah.a institusi internasional seperti @International 5nergy !gencyA dan
@International Monetary +undA bisa membantu mengatasi persoalan perilaku negara yang
mementingkan dirinya sendiri, terutama dengan mendorong negaranegara untuk menunda
-0
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
perolehan keuntungan jangkapendek demi perolehan keuntungan yang lebih besar dalam
.ujud kerjasama internasional yang langgeng.
Balaupun beberapa ilmu.an liberal menganut gagasan bah.a aktoraktor
transnasional baru, terutama @multinational corporationsA (M:7), sedikitdemisedikit
mengurangi kekuasaan negara, liberalisme umumnya memandang negara sebagai pemain
utama dalam urusan internasional. Semua teori liberal memuat argumen bah.a interaksi
antarnegara selama ini lebih banyak di.arnai oleh kerjasama daripada oleh konflik,
5

tetapi masingmasing teori liberal di atas mengajukan resep yang berbeda mengenai
bagaimana mengembangkan kerjasama itu.
Pluralisme
1. !ktor non negara adalah kenyataan yang penting dalam hubungan internasional.
H Irganisasi internasional sebagai contoh, dapat menjadi aktor mandiri
berdasarkan haknya. (embaga ini memiliki pengambil kebijakan, para birokrat,
dan berbagai kelompok yang dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap
proses pengambilan kebijakan.
H M:7s, tidak bisa dianggap sebagai aktor yang marjinal, karena dia mampu
menciptakan hubungan saling ketergantungan dalam perekonomian dunia.
2. :egara bukan aktor tunggal
H :egara terdiri dari para birokrat, kelompok kepentingan, dan indi#idu
indi#idu yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan kebijakan
H :egara bangsa bukanlah entitas yang terintegrasi, karena negara dan
aktor non negara sering terlibat bersama dalam memformulasi aktifitas dan
? Balaupun #ersi defensif dari realisme juga mengutamakan kerjasama, penekanan teori liberal dalam hal ini
jauh lebih besar.
-?
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

hubungan internasional, dan sering menimbulkan dan menerima akibat dari
aktifitas internasionalnya.
3. :egara bukan aktor rasional.
H Penganut pluralis menantang realis bah.a neggara bukanlah aktor
rasional. $ebijakan luar negeri suatu negara adalah hasil dari perselisihan, ta.ar
mena.ar, dan kompromi diantara berbagai aktor yang berbeda.
H Proses pengambilan kebijakan luar negeri bukanlah proses rasional
melainkan proses sosial. Proses pengambilan kebijakan luar negeri merupakan
koalisi dan kontrakoalisi yang menyebabkan dapat mengurangi optimalisasi
tujuan yangg ingin dicapai.
4. !genda Politik Internasional sangat luas.
H Penganut pluralis menolak dominasi isu militer dan keamanan dalam hubungan
internasional. *ubungan internasional memiliki agenda yang sangat luas dan
ber#ariasi.
H Sejak tigapuluh tahun terakhir isuisu ekonomi dan sosial bahkan mengambil
posisi terdepan dalam perdebatan internasional.
-C
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
Tabel ): Matriks Pluralis
No. PNDKATAN PN!"ASAN
- Prinsip *ujahGPemikiran H!ktor non negara adalah kenyataan yang penting
dalam hubungan internasional.
HPelakupelaku hubungan internasional non negara
mampu membangun sistem internasional baru
(globalisasi).
3 !ktor :egara, organisasi non negara, M:7s, indi#idu
= 6ingkat !nalisis Sistem internasional, :egara, organisasi non negara,
indi#idu
0 &idang $ajian Multi dimensi (Polin5kopolin)
? 6okoh Pemikir ,obert I $eohane, )oseph S. :ye, Matthe.
Paterson, 7hristian ,eusSmit
Sim*ulan
Perdebatan paradigma dalam kajian hubungan internasional berjalan seiring dengan
perkembangan hubungan internasional sebagai disiplin ilmu. Perdebatan yang pada
a.alnya menyoal keberadaan dan peran ilmu hubungan internasional baik secara keilmuan
maupun kehidupan nyata kemudian memusat dan menajam pada penemuan cara pandang
yang menyeluruh dan meyakinkan tentang intisari dari ilmu hubungan internasional itu.
Perdebatan itu secara filosofis keilmuan telah mengelompokkan para ahli ilmu hubungan
internasional kedalam kelompokkelompok pemikiran yang satu sama lain saling
bertentangan bahkan saling menegasikan. Perdebatan ini telah menghasilkan paradigma
kelasik dalam kajian ilmu hubungan internasional.
Paradigma a.al yang berkembang dalam kajian ilmu hubungan internasional yang
kemudian terlibat dalam perdebatan antar paradigma tersebut adalah idealisme, realisme,
beha#ioralisme dan strukturalisme. Setelah itu baru muncul paradigma lain yang mengisi
perdebatan lanjut didalam kajian ilmu hubungan internasional namun sifatnya cenderung
->
Teori 1ubun#an Internasional 2ebuah 0ende/atan 0aradi#%ati/ (2aeri!

melangkapi dan memperkaya, seperti munculnya paradigma feminisme, teori normatif, dan
post modernisme.
Perdebatan tahap pertama terjadi antara paradigma idealis dan ,ealis, yang dimulai
oleh kritikan pemikir realisme terhadap gagasan mashab idealisme telah menghantarkan
mashab realisme sebagai yang paling berpengaruh di 4amannya. *al ini ditunjang oleh
keadaan politik dunia yang menunjukkan kecenderungan penerapan kekuatan politik
(po.er politics) dan peran negara yang sangat dominan. $eadaan ini membenarkan asumsi
asumsi mashab realis bah.a hubungan antar negara adalah bentuk nyata dari pertarungan
kekuatan. Setiap negara berinteraksi dengan negara lain dalam rangka memperbesar
kekuatan politiknya dengan cara meningkatkan kapabilitas nasionalnya dan memperkecil
kekuatan politik negara lain. &erdasarkan pandangan ini maka peperangan bukan sesuatu
yang kebetulan melainkan telah dipersiapkan dan direncana secara matang.
Perdebatan kedua terjadi antara realis dengan beha#ioralis. *asil perdebatan ini
kemudian memudarkan paradigma realis dan mengangkat beha#ioralis pada tahap
popularitasnya. 6a.aran yang khas dari beha#ioralis adalah perilaku negara yang harus
dikaji dari perilaku para pemimpinnya (para pengambil kebijakan). :amun beberapa .aktu
kemudian realis kembali bangkit yang kemudian dikenal dengan neo realis. $emunculan
neo realis ini untuk sementara .aktu juga memudarkan popularitas beha#ioralis yang
akhirnya muncul kembali sebagai neo beha#ioralis.
Perdebatan tahap ketiga adalah munculnya ma4hab jalan tengah, yaitu paradigma
strukturalis yang berakar pada paradigma neo marLis atau yang biasa juga dikenal dengan
teoriteori kritik. Paradigma strukturalis sebenarnya mena.arkan jalan tengah dengan
asumsinya bah.a hubungan internasional itu bisa ditelusuri pada tingkat indi#idu atau
kelompok pengambil kebijakan (sebagaimana asumsi beha#ioralis) dan bisa juga ditelusuri
dari tingkat negara, organisasi negara, dan organisasi non negara yang secara keseluruhan
membentuk sistem internasional.
$eempat paradigma inilah yang dipandang sebagai paradigma utama dalam kajian
ilmu hubungan internasional. Perkembangan hari ini telah menampilkan berbagai
paradigma lain yang memperkaya kajian ilmu hubungan internasional seperti paradigma
-2
Jurnal Transnasional, Vol. 3, No. 2, Februari 2012
feminisme, teori normatif, dan post modernisme sebagaimana telah dicatat di atas, namun
kemunculan paradigma ini tidak mengurangi makna dan peran paradigma terdahulu bahkan
sebaliknya lebih memperkaya dan menyuguhkan alternatif bagi kajian ilmu hubungan
internasional.
Da+tar Pustaka
Dickens, 7harles, -/2/, 1ard Ti%es, edited by Paul Schlicke, ILford< ILford "ni#ersity
Press.

Dyer *ugh 7. 8 Mangasarian, (eon, (5ditors), -/2/, The 2tudy 3 International
'elations, The 2tate o the "rt, St. Martin9s Press in association .ith :e. ;ork
Millenium< )ournal of International Studies.
*alliday, +red, -//0, 'ethin/in# International 'elations,Fancou#er, &.7.< "ni#ersity of
&ritish 7olumbia Press.
*ollis, Martin and Ste#e Smith, -//-, 4*plainin# and :nderstandin# International
'elations, ILford< 7larendon Press.
Morgan, Patrick M, 311=, ;eterence No$, 7ambridge "ni#ersity Press, :e. ;ork.
Starr, -//>, "#ency, 2tructure, and International 0olitics< Fro% 3ntolo#y to 4%pirical
In.uiry, ,outledge, (ondon.
Fiotti, Paul ,, 8 $auppi, Mark F, International 'elations Theory< 'elis%, 0luralis%,
=lobalis%, -//1, Macmillan Publishing 7ompany, a di#ision of Macmillan Inc,
:e. ;ork.
Beber, 7ynthia, 31-1, International 'elations< " 6ritical Introduction, 6hird 5dition,
,outledge, :e. ;ork.
-/

You might also like