You are on page 1of 25

MAKALAH KESEHATAN KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah
ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi atau terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan atau tempat
kerja.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang telah
mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya,yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan kerja?
2. Bagaimana kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja?
3. Bagaimanakah strategi kesehatan kerja?
4 Jenis jenis pelayanan kesehatan kerja?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja.
2. Dapat membedakan antara kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja.
3. Dapat mengetahui apa yang menjadi strategi kesehatan kerja.
4 Mengetahui Jenis jenis pelayanan kesehatan kerja


BAB II
PEMBAHASAN

A. KESEHATAN KERJA
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja dengan
kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk
melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya dalam menanggulangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dengan penerapan peraturan
perundangan antara lain melalui :
a. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknik dan teknologi ( up to date )
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung di
tempat kerja.
ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan kerja , yaitu:
1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan
3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang
lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja antara lain:

1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja ,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
kerja
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap permasalahan
yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja


B. KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA

Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,
misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja.
Beban beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau
penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja
menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-undang No. 36 tahun
2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja

C. KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN KERJA (UKK)

Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upaya kesehatan kerja di tempat
pelayanan kerja yaitu :
1. UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.
2. Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari pelayanan kesehatan pada
kesehatan tingkat primer maupun rujukan.
3. Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans & standar
pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.
4. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna
5. Promosi K3 dilaksanakan secara optimal
6. Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional, Propinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
7. Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif dibidang kesehatan
kerja pada masyarakat pekerja utamanya di sektor informal.
8. Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos UKK) sebagai mitra
kerja PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

D. STRATEGI UPAYA KESEHATAN KERJA
1. PEMBINAAN PROGRAM
2. PEMBINAAN INSTITUSI
3. PENINGKATAN PROFESIONALISME.
1) Pembinaan Program
Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja formal & informal
melalui sistem yankes yang sudah berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.
Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM (Sistem Informasi
Manajemen)
Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan &
Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui Kabupaten/Kota Sehat
2) Pembinaan Institusi
Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik Perusahaan, Puskesmas, BKKM
(Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) & Rumah Sakit
Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas program maupun lintas
sektor
Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama penerapan program K3
Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.
3) Peningkatan Profesionalisme
Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui Diklat.
Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi terkait.

E. PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap tenaga kerja yang berdampak positif bagi peningkatan produktifitas kerja.
Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :
UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang medik.
Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja dimana
Pelayanan Kesehatan kerja diadakan tergantung pada jumlah tenaga kerja & tingkat
bahayanya
RUANG LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja
Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)
Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja
Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja
Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja

JENIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
1. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :
Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pemeliharaan berat badan yang ideal
Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman, Higiene Kantin.
Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
Konseling berhenti merokok /napza
Koordinasi Lintas Sektor
Advokasi
2. Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :
Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
Imunisasi
Identifikasi & pengukuran potensi risiko
Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK),
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya.
Monitoring Lingkungan Kerja .
3. Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :
Pertolongan pertama pada kasus emergency.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Melakukan rujukan
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan.
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat
kerja.
Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis
4. Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :
Rehabilitasi medik
Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada
secara maksimal.
Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita ke sarana
kesehatan yang lebih tinggi.
RUJUKAN MEDIK > pengobatan & rehabilitasi > Pos UKK > Puskesmas > BKKM >
RSU/RS.Khusus
RUJUKAN KESEHATAN :
1. Sampel Lingkungan > Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
2. Sampel Laboratorium > Balai Latihan Kerja
3. Kasus Pencemaran > Kabupaten/Ko

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungan dua arah antara
pekerjaan dan kesehatan.
Kapasitas kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik.
Beban kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja, misalnya
panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban -
beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau
penyakit akibat kerja
Strategi dalam Kesehatan kerja meliputi :
1. Pembinaan program
2. Pembinaan institusi
3. Peningkatan profesionalisme.
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif dan
5. Pelayanan Rujukan
Sasaran kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi Tenaga Kerja & orang lain yg
berada di tempat kerja , terjadinya kecelakaan kerja , peledakan, penyakit akibat kerja
kebakaran, & polusi yang memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban,
perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.

B. SARAN
Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, perlu
dilakukan pelaksanaan upaya Kesehatan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja .
Lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang Kesehatan melalui Pendidikan dan
Pelatihan terkait Kesehatan kerja

DAFTAR PUSTAKA

Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Sumamur. 1990 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung
Buqhari. 2007 Manajement Kesehatan Kerja & Alat Pelindung Diri. USU REPOSITORI.
Blog Dorin Mutoif, Jurusan Kesling Poltekkes Yogyakarta.Perundang-undangan keselamatan
dan kesehatan kerja.

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebuah
ungkapan mengatakan Health is created in everyday live, bahwa kesehatan itu dibentuk atau
dihasilkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Kehidupan manusia adalah berada dalam lingkungan dimana manusia hidup sehari-hari,
mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia bayi sampai balita hampir dikatakan manusia
hidup dilingkungan keluarga atau rumah tangga saja. Tetapi pada usia sekolah sampai
mahasiswa, sebagian besar waktu manusia dihabiskan di lingkungan keluarga dan sekolah atau
kampus. Sedangkan pada usia dewasa, lepas dari pendidikan manusia cenderung menghabiskan
waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu lingkungan kerja mempunyai
peranan yang penting juga dalam membentuk atau mempengaruhi kesehatan seseorang.
Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan kecelakaan
akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah yang berisiko
mengganggu kesehatan manusia, dan seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja
sebagai faktor risiko bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja, maka dari itulah perlu
dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.



1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana upaya kesehatan kerja di
Indonesia ditinjau dari segi:
a. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
c. Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
d. Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
e. Keputusan Menteri Nomor 333/Men/1989 Tentang Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

1.3 Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami upaya kesehatan kerja di Indonesia ditinjau dari segi:
a. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
c. Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
d. Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
e. Keputusan Menteri Nomor 333/Men/1989 Tentang Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Kerja
Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO),
Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaankesejahteraan fisik, mental, dan sosial
pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya kesehatan
kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja
dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal.
Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan/instansi, diperlukan
adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun mental yang nantinya hasil pemeriksaan
kesehatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan
dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Tidak pengelola atau pengusaha
saja yang berperan dalam penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya. Pekerja
wajib menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang
berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).

2.2 Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans No
Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang
dilaksanakan dengan tujuan:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental,
terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau
lingkungan kerja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri oleh pengurus, diselenggarakan
oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau
pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan di tempat kerja
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan
tertentu dalam kesehatannya
l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang
dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan ini diberikan
kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat
kerja untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan kepada pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

2.3 Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu. Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara berkala
maupun secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam pekerjaannya, serta
menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. jika pada pemeriksaan kesehatan secara berkala
ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka
pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan
sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk
menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas, maka pengurus
dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar perusahaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan
kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu
terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan
kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula terhadap:
a. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan lebih dari 2 (dua minggu)
b. Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan diantara
tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas
penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas pendapat umum di
masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini adalah dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang
dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga
Kerja (Per 02/Men/1980).

2.4 Penyakit Akibat Kerja
Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan
atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat
kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta
lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan
pekerjaannya.setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka
dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/1989).
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakan-tindakan
preventif. Dalam hal ini pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya (Per 01/Men/1981)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investsi, juga merupakan karunia Tuhan,
oleh karenya perku dipelihata dan ditingkatkan kualitasnya.
Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat pentinmg dalam peningkatan
kualitas kesehatan, dan merupakan pilar-pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010/2013.
Masalah perilaku menyangkut kebiasaan, budaya, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi.
Untuk itu semua perlu peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, perlunya
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
UU no 14 th 1969 ttg ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yg memuat perlindungan
atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yg sesuai dg
martabat manusia dan moral agama, dan pemerintah membina perlindungan kerja yg mencakup norma
kesehatan dan higene persh, norma keselamatan kerja, norma kerja dan pemberian ganti rugi,
perawatan, rehabilitasi dlm kecelakaan kerja, menekankan perawat sebagai tenaga kesehatan untuk
melaksanakan tugas mengenai kesehatan pekerja dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belang di atas, maka ditariklah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu kesehatan kerja?
2. Bagaimana langkah diagnosis penyakit akibat kerja?
3. Bagaimana langkah upaya manajerial kesehatan kerja?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan memahami kesehatan pekerja (okupasi)
2. Mengetahui dan memahami langkah diagnosis penyakit akibat kerja.
3. Mengetahui dan memahami manajerial kesehatan kerja
D. Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah pencarian (browsing) internet.

E. Sistematika
Makalah ini disusun secara sistematis, yaitu:
1. Kata Pengantar
2. Daftar isi
3. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Metode
e. Sistematika

4. BAB II Pembahasan
a. Kesehatan pekerja
b. Langkah Diagnosis Penyakit akibat kerja
c. Manajerial kesehatan kerja
5. BAB III Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Kerja
a. Pengertian
kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan /kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja /masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya, baik fisik,
mental maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit / gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum
sasaran / lingkupnya : manusia pekerja & sekitar
sifat : medis
higene perusahaan / lingk. kerja adalah spesialisasi dlm ilmu higene beserta prakteknya yang
dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam
lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasinya dipergunakan unt dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut
serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya
sasaran/lingkup : lingkungan kerja
sifat : teknik

keselamatan kerja adalah keselamatan yg bertalian dg mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.


b. Landasan Hukum Kesehatan kerja.

a. U.U No.14 tahun.1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
b. U.U No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. U.U No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. U.U No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
e. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan Departemen lain
yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
f. P.P No.32 tahun. 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
g. Permenkes RI No 986/ 1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PL No. HK.00.06.44 dan
No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit.
h. SK Menkes No.43 Tahun 1988 tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
i. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk merumuskan
melaksanankan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja serta lingkungannya.


c. Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja
Beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja :

1) Beban kerja :
Fisik
Mental
Sosial

2) Beban tambahan akibat lingk.kerja :
gol. fisik -gol. Fisiologis
gol. kimia -gol. Psikologis
gol. Biologis

3) kapasitas kerja :
ketrampilan
jenis kelamin
keserasian/fittness usia
gizi
ukuran tubuh

4) faktor bahaya
Suara
Suhu
Cahaya
Radiasi ro / ra, infrared, ult. Violet
Tekanan tinggi
Getaran
Bahan kimia
Debu, uap, gas, larutan
biologics
fisiologis
mental-psikologis
tuli, ggn komunikasi
heat stroke, heat cramps,
hyperpyrexia
frostbite
ggn penglihatan, silau, kecelakaan
kelainan kulit, kelainan ssn darah
katarak pada lensa mata
conjunctivitis photoelectrica
caisson disease
kelelahan, ggn. gerak, penglihatan
pneumoconiosis, dermatosis
keracunan, dermatitis, metal fume
fever
hewan, tumb, parasit, kuman dll
konstruksi mesin, sikap, cara kerja
hubungan sosial tk, monoton


5) Faktor Fisik
faktor fisik adalah faktor didalam tempat kerja yg bersifat fisika diantaranya
adalah :
iklim kerja
kebisingan
pencahayaan
Getaran
gelombang mikro, dll

6) Faktor Kimia
Debu : menyebabkan pneumoconiosis,silicosis
uap menyebabkan : metal fume fever, dermatitis, keracunan
gas menyebabkan : keracunan mis h2s, co dll
larutan menyebabkan : dermatitis, keracunan dll
awan, kabut menyebabkan : keracunan

7) Ergonomi
Mempermasalahkan hal-ihkwal manusia kerja dg tujuan membina keserasian antara
kesanggupan tenaga kerja dg sarana kerjanya, tata kerja dan lingkungannya shg diperoleh efisiensi dan
produktivitas kerja tinggi dan akhirnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pekerja.sikap tubuh
dlm kerja :
semua pekerjaan sebaiknya dalam sikap duduk / duduk berdiri bergantian
semua sikap tubuh yang tak alami hindari. bila tak mungkin usahakan beban statik diperkecil
tempat duduk harus menjamin relaksasi otot-otot, tidak ada penekanan pada paha shg terjaga
sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha.

8) Gizi Kerja
gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yg diperlukan pekerja unt memenuhi kebutuhan sesuai
dg jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya kerja menjadi setinggi-tingginya.
gizi pd umumnya: mempelajari bgmn memberikan makanan sebaik-baiknya shg kesehatan tubuh
optimal
dipertimbangkan dlm menyusun menu :
pola makan : kebiasaan makanan pokok
kepercayaan / agama : pantang makanan tertentu
keuangan : ekonomis tetapi tetap bergizi
daya cerna : makanan yg biasa dimakan masyarakat sekitar
praktis : mudah diselenggarakan
volume : cukup mengenyangkan
variatif : jenis menu bervariasi

9) Faktor Internal Mempengaruhi Tenaga Kerja :
ekonomi
pengetahuan ttg. Gizi
prasangka buruk thd. bahan makanan
faddisme: kesukaan berlebihan thd. jenis makanan tertentu
Lingkungan kerja :
tekanan panas: air 1,9 - 2,8 l, garam 0,1- 0,2 %
pengaruh kronis bahan kimia: vit c mengurangi pengaruh racun
logam berat, larutan organik, fenol, sianida dll
parasit & mikro organism
psikologis
kesejahteraan tinggi, tanpa perhatian gizi & olah raga


B. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Gol. Fisik
a. Suara : tuli
b. Radiasi :
1) Rontgen : penyakit darah. Kelainan kulit
2) infra merah : katarak
3) ultraviolet : konjungtivitis fotoelektrik
c. suhu:
1) panas : heat stroke, heat cramps
2) dingin : frostbite
d. tekanan udara : tinggi (caisson disease)
e. cahaya : silau, asthenopia, myopia

2. Golongan kimia
a. Debu : silikosis, pneumoconosis, asbestosis
b. Uap : metal fume fever, dermatitis
c. Gas : H2S, CO
d. Larutan : dermatitis
e. awan/kabut : insektisida, racun jamur

3. Golongan biologis
a. Anthrax
b. brucella (kulit), dll

4. Golongan fisiologis (ergonomi)
a. konstruksi mesin / tata letak / tata ruang
b. sikap badan, dll

5. Golongan mental psikologis
a. Monotoni
b. hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll


C. Manajerial Keperawatan Okupasi
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan
agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk
menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depekes, 1995; 2)
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang
menjadi konsumen dari hasil produksi perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, dan dapat
meningkatkan derajat kesehatan. Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja Dalam pelaksanaan
kesehatan kerja memerlukan langkah- langkah manajerial untuk menjamin kesehatan dan keselamatan
pekerja. Langkah-langkah Usaha Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen
keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran yang berasal dari
perusahaan
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
industri
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti kebersihan, pembuangan
limbah, sumber air bersih dan sebagainya

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja
dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan
kondisi kerja yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan
yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima
diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara baik. Beban kerja meliputi
beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan
terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan
oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan kingkungan kerja tetapi juga
faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya.
Lingkungan Kerja dan Penyakit Yang Ditimbulkannya Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Dewasa
ini terhadap kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan
berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang sesat bahwa
dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang
berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi terkendalikan. Walaupun merupakan langkah
yang penting namun hal ini bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap
membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah' Hanya dengan diagnosa"
dan "pengobatan/ penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan berturut-turut
dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian efektif" dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada
dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat. Untuk dapat
mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya dilingkungan kerja yang diperkirakan
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3 langkah utama
yaitu :
1. Pengenalan lingkungan kerja
2. evaluasi lingkungan kerja dan
3. pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko kerja.
Pengenalan lingkungan kerja Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan dilingkungan
kerja biasanya pada waktu survai pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal ("walk-through
survey"), yang salah satu langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam upaya program
kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat denganmudah dikenali, seperti
masalah kebisingan disuatu tempat, bilamana sebuah percakapan sulit untuk didengar, atau masalah
panas disekitar tungku pembakaran atau peleburan yang dengan segara dapat kita rasakan.
Beberapa hal lainnya yang tidak jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk
dari suatu rangkaian proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Untuk dapat mengenal
bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu
didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan
tambahan lainnya, hasil antara hasil akhir hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan.
Kemungkinan terbentuknya zat-zat kimia yang berbahaya secara tak terduga perlu pula
dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pula yaitu efek-efek terhadap kesehatan dari
semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar,
sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan
prioritas kenyataan yang ada.

Evaluasi Lingkungan kerja menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya dilingkungan
kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan
luasnya pemajanan. Tingkat pemajanan dari zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja yang
terkendali selama survai pendahuluan harus ditentukan secara kualitatif dan atau kuantitatif, melalui
berbagai teknik misalnya pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, pengumpulan dan
analisis dari sampel udara untuk zat-zat kimia dan partikelpartikel (termasuk ukuran partikel) dan lain-
lain. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses pemajanan
kemudian dapat dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka penilaian dari
bahaya atau risiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja yang telah tercapai.
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan
terhadap zat atau bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. kedua tahapan sebelumnya pengenalan
dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai
dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan
dikalangan para pekerja. Walaupun setiap kasus mempunyai keunikan masing-masing, terdapat prinsip-
prinsip dasar teknologi pengendalian yang dapat diterapkan, baik secara sendiri maupun dalam bentuk
kombinasi, terhadap sejumlah besar situasi tempat kerja untuk memulainya ada beberapa pertanyaan
yang perlu dikemukakan, dan jawabanya diharapkan dapat memberi pedoman terhadap jenis teknologi
pengendalian yang paling tepat dan mungkin untuk dilaksanakan.


BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yangoptimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk
menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depekes, 1995; 2).
Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja, diantaranya:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran yang berasal dari
perusahaan
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
industri
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti kebersihan, pembuangan
limbah, sumber air bersih dan sebagainya.



B Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah kesehatan adalah hak asasi setiap orang dan merupakan
investasi, juga merupakan karunia Tuhan. Oleh karena itu, siapapun, kelompok manapun, dimanapun,
harus senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Buchari : Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri, 2007, USU Repository.
Belajarsukses.blogspot.com

You might also like