You are on page 1of 5

Faktor Risiko dan Prognostik

Lingkungan. Musim melahirkan telah dikaitkan dengan insidensi skizofrenia, termasuk akhir
musim dingin/awal musim semi di beberapa lokasi dan musim panas untuk bentuk defisit
penyakit. Insidensi skizofrenia dan penyakit terkait lebih tinggi untuk anak-anak yang tumbuh
pada lingkungan perkotaan dan untuk beberapa kelompok kecil etnis minoritas.
Genetik dan fisiologis. Terdapat kontribusi kuat dari faktor genetik dalam menentukan risiko
skozofrenia, walaupun kebanyakan individu yang telah terdiagnosa dengan skizofrenia tidak
memiliki riwayat keluarga dengan psikosis. Kewajiban yang diberikan oleh spektrum alel yang
beresiko, umum dan langka, dengan masing-masing alel memberikan kontribusi hanya fraksi
kecil dalam varian seluruh populasi. Alel risiko teridentifikasi sampai saat ini juga dikaitkan
dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan bipolar, depresi, dan gangguan spektrum
autisme.
Kehamilan dan komplikasi kelahiran dengan hipoksia dan usia ayah yang lebih besar
dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap skizofrenia pada janin yang sedang
berkembang. Selain itu, hal-hal kurang baik lainnya pada prenatal dan perinatal, termasuk stres,
infeksi, malnutrisi, diabetes maternal, dan kondisi medis lainnya, telah dikaitkan dengan
skizofrenia. Namun, sebagian besar keturunan dengan faktor risiko tersebut tidak berkembang
menjadi skizofrenia.
Isu Diagnostik Terkait Kebudayaan
Faktor budaya dan sosioekonomi harus dipertimbangkan, khususnya saat individual dan klinisi
tidak memiliki latar belakang budaya dan sosioekonomi yang sama. Ide yang muncul sebagai
delusi pada suatu budaya (misalnya, sihir) biasanya dipercayai di negara lain. Dalam beberapa
budaya, halusinasi visual atau auditori dengan isi religius (seperti mendengar suara Tuhan)
merupakan suatu hal yang normal dari pengalaman religius. Selain itu, penilaian berbicara tak
teratur mungkin sulit dibuat karena variasi linguistik dalam gaya narasi lintas budaya. Penilaian
pengaruh memerlukan sensitivitas untuk membedakan ekspresi emosional, kontak mata, dan
bahasa tubuh, yang bervariasi lintas budaya. Jika penilaian dilakukan dalam bahasa yang berbeda
dari bahasa utama individu tersebut, perawatan harus dilakukan untuk memastikan alogia tidak
terkait dengan hambatan bahasa. Dalam budaya tertentu, tekanan dapat membentuk halusinasi
atau pseudo-halusinasi dan ide-ide yang dinilai berlebihan mungkin muncul secara klinis
menyerupai psikosis sebenarnya tetapi bersifat normatif untuk subkelompok pasien.
Isu Diagnostik Terkait Jenis Kelamin
Beberapa tanda yang dapat membedakan ekspresi klinis skizofrenia pada wanita dan pria.
Insidensi umumnya skizofrenia cenderung sedikit lebih rendah pada perempuan, khususnya pada
kasus yang diobati. Usia saat onset muncul pada wanita biasanya sudah lanjut, dengan
puncaknya pada pertengahan kehidupan kedua seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ( lihat
bagian Pengembangan dan Perjalanan untuk gangguan ini). Gangguan cenderung lebih sarat
mempengaruhi perempuan, dan lebih banyak tanda psikotik, serta kecenderungan yang lebih
besar untuk gejala psikotik memburuk dikemudian hari. Perbedaan gejala lainnya termasuk
kurangnya gejala negatifdan ketidak teraturan. Akhirnya, fungsi sosial cenderung tetap lebih
bertahan pada perempuan. Namun demikian, sering terdapat pengecualian terhadap peringatan
umum.
Risiko Bunuh Diri
Sekitar 5% - 6% individu dengan skizofrenia meninggal karena bunuh diri, sekitar 20% usaha
bunuh diri pada satu atau lebih kesempatan, dan masih banyak lagi memiliki keinginan untuk
bunuh diri. Perilaku bunuh diri terkadang merupakan respon dari perintah halusinasi untuk
menyakiti diri sendiri atau orang lain. Risiko bunuh diri tetap tinggi pada seluruh umur baik pria
ataupun wanita, walaupun mungkin khususnya lebih tinggi pada laki-laki muda dengan
komorbid penggunaan zat. Faktor risiko lainnya termasuk memiliki gejala depresi atau perasaan
putus asa dan menjadi pengangguran, dan risiko lebih tinggi, juga, pada periode setelah episode
psikotik atau keluar dari rumah sakit.
Konsekuensi Fungsional dari Skizofrenia
Skizofrenia dikaitkan dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Membuat kemajuan
pendidikan dan mempertahankan pekerjaan sering terganggu oleh avolition atau manifestasi
gangguan lainnya, bahkan saat kemampuan kognitif cukup untuk pekerjaan di tangan.
Kebanyakan individu dipekerjakan pada tingkat yang lebih rendah dari pada orang tuanya, dan
sebagian besar, khususnya laki-laki, tidak menikah atau memiliki keterbatasan kontak sosial
diluar dari keluarga mereka.
Diagnosis Banding
Gangguan depresi mayor atau bipolar dengan psikotik atau tanda katatonik. Perbedaan
antara skizofrenia dan gangguan depresi mayor atau bipolar dengan tanda psikotik atau dengan
katatonia tergantung dari hubungan sementara antara gangguan mood dan psikosis, dan tingkat
keparahan gejala depresi atau mania. Jika delusi atau halusinasi muncul secara eksklusif selama
episodee depresi mayor atau mania, diagnosisnya adalah gangguan depresi atau bipolar dengan
tanda psikotik.
Gangguan skizoafektif. Pada diagnosis gangguan skizoafektif wajib terdapat episode mania
atau depresi mayor yang muncul bersamaan dengan gejala fase aktif dan gejala mood muncul
pada mayoritas dari durasi total periode aktif.
Gangguan skizofreniform dan gangguan psikotik singkat. Gangguan ini adalah suatu
gangguan dengan durasi yang lebih pendek dari pada skizofrenia yang telah dispesifikkan dalam
kriteria C, yang memerlukan adanya gejala selama 6 bulan. Pada gangguan skizofreniform,
gangguan muncul kurang dari 6 bulan, dan pada gangguan psikotik singkat, gejala muncul
minimal 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan.
Gangguan Delusi. Gangguan delusi dapat dibedakan dari skizofrenia dengan tidak adanya gejala
khas lainnya dari skizofrenia (contoh, delusi, halusinasi visual atau pendengaran yang menonjol,
berbicara tidak teratur, sangat tidak teratur atau perilaku katatonik, gejala negatif).
Gangguan kepribadian schizotipal. Gangguan kepribadian skizotipal mungkin dapat
dibedakan dari skizofrenia dengan gejala subthreshold yang terkait dengan tanda kepribadian
menetap.
Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh. Individu dengan gangguan
obsesif-kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh mungkin muncul dengan insight yang buruk
atau bahkan tidak muncul, dan kebingungan mungkin muncul pada proporsi delusi. Tetapi
gangguan ini dapat dibedakan dari skizofrenia melalui menonjolnya obsesi, kompulsi,
kelinglungan dengan adanya bau badan, pengumpulan, atau perilaku berulang terfokus pada
tubuh.
Gangguan stres pasca trauma. Gangguan stres pasca trauma mungkin termasuk kilas balik
yang memiliki kualitas halusinasi, hypervigilance mungkin terjadi pada proporsi paranoid. Tetapi
kejadian traumatik dan gejala khas yang berhubungan dengan membangkitkan atau bereaksi
terhadap kejadian tersebut diperlukan dalam pembuatan diagnosis.
Gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi. Gangguan ini mungkin juga
memiliki gejala menyerupai episode psikotik tetapi dibedakan melalui defisit masing-masing
dalam interaksi sosial dengan perilaku berulang dan dibatasi dan kognitif lainnya dan defisit
komunikasi. Individu dengan gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi harus
memiliki gejala yang memenuhi seluruh kriteria skizofrenia, dengan halusinasi atau delusi yang
menonjol selama setidaknya satu bulan, dalam rangka untuk didiagnosa dengan skizofrenia
sebagai kondisi komorbid.
Gangguan mental lainnya terkait dengan episode psikotik. Diagnosis dari skizofrenia dibuat
hanya bila episode psikotik menetap dan tidak menyebabkan efek psikologikal dari zat atau
kondisi medis lainnya. Individu dengan delirium atau gangguan neurokognitif mayor ataupun
minor mungkin dapat muncul dengan gejala psikotik, tetapi hal ini mungkin memiliki hubungan
sementara terhadap onset perubahan kognitif konsisten dari gangguan ini. Individu dengan
zat/medikasi menginduksi gangguan psikotik mungkin muncul dengan gejala khas kriteria A
skizofrenia, tetapi zat/medikasi menginduksi gangguan psikotik biasanya dapat dibedakan
melalui kronologis kaitan penggunaan zat terhadap onset dan remisi psikosis pada saat tidak
menggunakan zat.
Komorbiditas
Tingkat komorbiditas dengan gangguan terkait-zat, cukup tinggi pada skizofrenia. Lebih dari
setengah individu dengan skizofrenia memiliki gangguan penggunaan tembakau dan merokok
secara teratur. Komorbiditas dengan gangguan cemas diakui meningkat pada skizofrenia.
Tingkat gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan panik meningkat pada individu dengan
skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum. Skizotipal atau gangguan kepribadian
paranoid terkadang mendahului onset dari skizofrenia
Harapan hidup menurun pada individu dengan skizofrenia karena terkait dengan kondisi
medis. Berat badan meningkat, diabetes, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dan paru lebih
sering pada skizofrenia dari pada populasi umumnya. Keterlibatan yang buruk dalam perilaku
menjaga kesehatan (contoh, skrining kanker, latihan) meningkatkan risiko penyakit kronis, tetapi
faktor gangguan lainnya, termasuk pengobatan, pola hidup, merokok, dan diet, mungkin juga
memiliki peran. Kerentanan bersama terhadap psikosis dan gangguan medis mungkin
menjelaskan beberapa komorbiditas medis dari skizofrenia.
Gangguan Skizoafektif
Kriteria Diagnostik
A. Periode gangguan pada penyakit dimana terdapat episode mood mayor (depresi atau maniak
mayor) bersamaan dengan kriteria A dari skizofrenia.
Catatan: episode depresi mayor harus termasuk dalam kriteria A1: mood depresi.
B. Delusi atau halusinasi selama dua minggu atau lebih tanpa adanya episode mood mayor
(depresi atau mania) selama durasi seumur hidup penyakit.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood mayor muncul pada mayoritas dari
durasi total porsi aktif ataupun residual penyakit.
D. Gangguan dianggap tidak berasal dari efek zat (contoh, penyalahgunaan zat, pengobatan)
atau kondisi medis lainnya.

You might also like