You are on page 1of 11

FERMENTASI

Lulu Atul Fitriyah (G84110033)


1
, Fariza
2
, Syaefudin
3

Mahasiswa Praktikum
1
, Asisten Praktikum
2
, Dosen Praktikum
Metabolisme
Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2013


ABSTRAK
Fermentasi merupakan proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO
2
yang
disebabkan adanya aktivitas sel khamir dalam cairan fermentasi tanpa suplai udara.
Proses fermentasi sukrosa menjadi etanol dapat dilakukan oleh mikroorganisme
Saccharomyces cerevisiae yang termasuk dalam golongan khamir yang paling umum
digunakan dalam proses pengolahan makanan. Fermentasi gula oleh Saccharomyces
cerevisiae dapat menghasilkan etanol dan karbondioksida melalui reaksi: C
6
H
12
O
6

2C
2
H
5
OH + 2 CO
2
. Tujuan percobaan yaitu untuk mengetahui pemakaian sukrosa dalam
proses fermentasi dengan metode spektrofotometer. Percoban ini juga untuk menghitung
jumlah alkohol sebagai produk fermentasi sukrosa oleh ragi. Bobot jenis hari ke-0
bernilai 1.037 mg/L dan turun pada hari ke-7 hingga mencapai nilai 1.006 mg/L. Hasil
persamaan garis kurva standar pada percobaan yaitu y = 0.8858x 0.0159 dan nilai r
2

sebesar 99.92%. Konsentrasi glukosa hari ke-0 sebesar 3.9001 %b/v dan etanol sebanyak
-0.1625 %b/v, sedangkan hari ke-3 menghasilkan etanol sebanyak -0.0072 %b/v dengan
konsentrasi glukosa sebesar 2.6879 %b/v, dan konsentrasi etanol hari ke-7 sebesar
0.4357 %b/v yang memiliki konsentrasi glukosa -0.7688 %b/v. Pertumbuhan
mikroorganisme selama fermentasi dipengaruhi oleh konsentrasi garam, oksigen, pH,
dan suhu.

Pendahuluan
Metabolisme merupakan seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam sel-sel
tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi tersebut berupa anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah reaksi penyusunan reaksi kompleks dari reaksi sederhana
dengan menggunakan energi. Katabolisme merupakan reaksi penguraian senyawa
yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Penguraian suatu senyawa dapat menghasilkan energi. Energi berasal dari
terlepasnya ikatan-ikatan kimia yang menyusun suatu persenyawaan. Semakin
kompleks persenyawaan kimia itu, semakin banyak ikatan kimia yang
menyusunnya dan akan semakin besar energi yang dilepaskan, tetapi energi itu
tidak dapat digunakan secara langsung oleh sel. Energi tersebut diubah terlebih
dahulu menjadi persenyawaan ATP yang dapat digunakan oleh sel sebagai sumber
energi terpakai. Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi
(Clegg et al. 2000).
Respirasi merupakan proses pelepasan energi yang menyediakan energi
bagi keperluan sel. Respirasi dibagi menjadi dua macam yaitu respirasi aerob dan
respirasi anaerob (fermentasi). Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan
oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Respirasi aerob mempunyai tahap-
tahap reaksinya berturut-turut ialah glikolisis, pembentukan asetil coenzim A
(Asetil CoA), siklus krebs, dan sistem transport elektron. Respirasi anaerob yaitu
respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Bahan baku respirasi adalah karbohidrat, asam lemak atau protein. Hasil respirasi
anaerob berupa CO
2
, air, dan energi dalam bentuk ATP. Salah satu contoh
respirasi anaerob yaitu fermentasi (Soedirokoesoemo 1993).
Fermentasi merupakan proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO
2

yang disebabkan adanya aktivitas sel khamir dalam cairan fermentasi tanpa suplai
udara (Campbell et al. 2002). Fermentasi adalah proses penghasil energi utama
dari berbagai mikroorganisme. Fermentasi ini dilakukan oleh-oleh sel-sel ragi
terhadap glukosa yang kemudian menghasilkan CO
2
dan energi. Berdasarkan
sudut pandang biokimia, fermentasi berkaitan dengan pembangkitan energi oleh
katabolisme senyawa organik, sedangkan pada bidang mikrobiologi industri,
fermentasi menggambarkan banyak proses untuk menghasilkan produk dari
pembiakan mikroorganisme jamur atau bakteri tersebut. Beberapa contoh produk
hasil fermentasi yaitu tauco dan kecap yang terbuat dari kedelai, terasi, yoghurt,
anggur, dan lainnya (Winarno 2004).
Perobaan mengenai fermentasi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
pemakaian sukroosa dalam proses fermentasi dengan metode spektrofotometer.
Percoban ini juga untuk menghitung jumlah alkohol sebagai produk fermentasi
sukrosa oleh ragi.

Metode Praktikum
Prakikum metabolisme mengenai fermentasi ini dilakukan di
Laboratorium Biokimia-Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan praktikum yaitu
pada hari Jumat, tanggal 18 dan 25 Oktober 2013 pukul 13.00-16.00 WIB.
Beberapa alat dan bahan digunakan dalam praktikum ini. Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum adalah neraca analitik, gelas pengaduk, pipet
Mohr, hidrometer, freezer, inkubator, botol kecil, air lock, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, penangas air, gegep kayu, stopwatch, gelas piala, kuvet, dan
spektrofotometer. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi larutan
sukrosa 10%, larutan natrium disulfida 5%, larutan standar glukosa 0,5%, ragi
komersial (Saccharomyces cerevisiae), akuades, dan reagen glukosa.
Percobaan pada minggu pertama. Sebanyak 0.5 gram ragi ditimbang
untuk dimasukan ke dalam larutan sukrosa 10% yang sudah dicampurkan natrium
disulfida 5%. Larutan tersebut di kocok dan kemudian diukur bobot jenis alat
yang digunakan yaitu hidrometer 250 mL. Kemudian 5 mL sample dimasukan ke
dalam sebuah tabung kecil denan bertuliskan hari ke-0 dan kemudian
dimasukan ke dalam lemari pendingin. Tabung besar sisanya di sumbat dengan
air lock
Pembuatan kurva standar. Pembagian menjadi beberapa konsentrasi
1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 dari larutan standar (1% b/v). Setiap hasil pengenceran
tersebut diambil sebanyak 25 L dan dimasukkan pada tabung reaksi bersih lalu
ditambahkan 2.5 mL reagen glukosa. Larutan dikocok, kemudian didihkan ke
dalam penangas selama 10 menit. Setelah 10 menit dinginkan selama 2-3 menit
kemudian diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 630 nm. Lalu
dibuat kurva standarnya.
Hari ke-3 setelah percobaan awal. Sebanyak 5 mL diambil dari larutan
dalam botol besar kemudian dimasukkan ke dalam botol kecil dan diberi label
hari ke-3. Botol kecil tersebut disimpan di dalam lemari pendingin.
Hari ke-7 setelah percobaan awal. Larutan yang berada di dalam botol
kaca besar kembali diambil sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
untuk dilakukan pengenceran. Larutan yang masih berada di dalam botol kaca
besar kemudian diukur bobot jenisnya dengan menggunakan hidrometer.
Sampel yang berada dalam botol kecil berlabel hari ke-0, hari ke-3,
dan hari ke-7 diencerkan dengan pengenceran 1, 10, 20, dan 40 kali.
Pengenceran 10 kali dilakukan dengan cara mengambil 0.5 mL sampel dari botol
kemudian ditambahkan 4.5 mL akuades. Pengenceran 20 kali dilakukan dengan
cara mengambil 0.5 mL sampel dari tabung reaksi yang mengalami pengenceran
10 kali kemudian ditambahkan 9.5 mL akuades. Pengenceran 40 kali dilakukan
dengan cara mengambil 0.5 mL sampel dari tabung reaksi yang mengalami
pengenceran 20 kali kemudian ditambahkan 19.5 mL akuades. Setelah ketiga
sampel diencerkan, sebanyak 25 L dari masing-masing sampel tersebut diambil
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2.5 mL reagen
glukosa. Selanjutnya dididihkan selama 10 menit pada penangas air 100C, lalu
didinginkan selama 2-3 menit. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.

Pembahasan
Fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik dengan tanpa
akseptor elektron eksternal. Jenis-jenis fermentasi ada dua yaitu fermentasi
alkohol dan fermentasi laktat. Fermentasi laktat merupakan proses pengubahan
asam piruvat menjadi asam laktat karena kekurangan oksigen dengan bantuan
enzim laktat dehidrogenase. Fermentasi ini terjadi di otot dan hati manusia yang
menghasilkan rasa lelah. Fermentasi alkohol merupakan proses pengubahan asam
piruvat menjadi etanol dan CO
2
karena kekurangan oksigen (Lehninger 2004).
Beberapa tahapan reaksinya antara lain: reaksi pertama, piruvat yang dihasilkan
dari pemecahan glukosa kehilangan gugus karboksilnya oleh kinerja enzim
piruvat dehidrogenase.
Reaksi fermentasi ini merupakan dekarboksilasi sederhana dan tidak
melibatkan oksidasi total piruvat, dan bersifat tidak balik di dalam sel. Piruvat
dehidrogrnase memerlukan Mg
2+
dan memiliki koenzim yang terkait erat, tiamin
pirofosfat yang berfungsi sebagai pembawa gugus asetal dehida sementara. Pada
tahap reaksi terakhir fermentasi alkohol, asetaldehida direduksi menjadi etanol
dengan NADH yang diberikan dari dehidrogenase gliserida 3-fosfat, yang
menghasilkan tenaga pereduksi melalui kinerja alkohol dehidrogenase (Murray et
al. 2009). Etanol dan CO
2
merupakan produk akhir fermentasi alkohol sebagai
pengganti laktat. Persamaan reaksi:
Glukosa + 2 P
i
+ 2 ADP 2 etanol + 2 CO
2
+ 2 ATP + 2 H
2
O
Sumber karbon, nitrogen, dan mineral esensial lainnya sangat dibuthkan
untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae, tetapi yang paling utama adalah
karbon (Pelczar dan Chan 1977). Percobaan ini menggunakan konsentrasi sukrosa
10% karena konsentrasi maksimum sukrosa adalah 50 g/L. Selain itu, dilakukan
penambahan natrium disulfida pada larutan yang berfungsi sebagai anti jamur
karena adanya sulfur yang menghambat pertumbuhan organisme lain.
Pendinginan dalam fermentasi dilakukan untuk mencegah adanya pertumbuhan
mikroorganisme pada senyawa tersebut (Hidayat 2006).
Percobaan ini menggunakan sifat fermentasi oleh ragi dari Saccharomyces
cerevisiae yang sudah di kemas dalam ragi ynag berbentuk serbuk. Jamur ini
sangat cepat berkembang apabila tidak adanya kontak dengan udara sehingga
percobaan ini menggunakan air lock yang berfungsi untuk menahan udara agar
tidak masuk ke dalam gelas kaca tersebut. Air lock ini berisikan air akuades yang
dapat menahan udara untuk masuk sehingga menghambat proses fermentasi
(Pramudiyati 2004). Percoban ini berfungsi untuk menghitung jumlah alkohol
sebagai produk fermentasi sukrosa oleh ragi. Hasil percobaan dari fermentasi
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Pengukuran bobot jenis
Sampel
Suhu sampel
(
0
C)
Suhu hidrometer
(
0
C)
Bobot jenis
terukur
(mg/L)
Faktor
koreksi
Bobot jenis
terkoreksi
(mg/L)
Hari ke-0 31 27.5 1.036 0.001 1.037
Hari ke-7 30 27.5 1.005 0.001 1.006
Contoh perhitungan:
FK=

x 10
-3

=

x 10
-3
= 0.001
BJ terkoreksi = BJ terukur + FK
= (1.036 + 0.001) mg/L = 1.037 mg/L
Tabel 1 menunjukkan hasil penurunan bobot jenis dari hari ke-0 hingga
hari ke 7. Hari ke 0 bobot jenis bernilai 1.037 mg/L dan turun pada hari ke-7
hingga mencapai nilai 1.006 mg/L. Penurunan tersebut menunjukkan adanya
pengurangan pada kandungan sukrosa karena telah diubah menjadi etanol akibat
berlangsungnya proses fermentasi. Kandungan sukrosa tersebut akan menjadi
sangat sedikit jika dibiarkan dalam waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan
efek memabukkan pada manusia.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran dengan spektrofotometri diukur
absorbansi dari masing-masing standar untuk dibuat suatu kurva standar. Pada
percobaan kali ini menggunakan larutan tambahan yang berupa reagen glukosa.
Reagen glukosa digunakan agar larutan berwarna sehingga dapat terbaca pada
spektrofotometri pada panjang gelombang 630 nm. Panjang gelombang 630 nm
digunakan dalam percobaan ini karena merupakan panjang gelombang maksimum
yang terbaca oleh spektrofotometri UV-Vis. Kurva standar dibuat untuk
mengetahui besarnya standar glukosa yang akan terpakai pada proses fermentasi
(Pramudiyati 2004). Hasil pengukuran absorbansi standar masing-masing dapat
dilihat pada tabel 2, sedangkan grafik hubungan antara konsentarsi glukosa (%)
dan absorbansi pada larutan standar dapat dilihat pada grafik 1.
Tabel 2 Pengukuran standar glukosa dengan spektrofotometri
Larutan [glukosa] (% b/v) Absorbansi (A) Absorbansi
terkoreksi (A)
Blanko 0 0 0
Sampel 1 0.0625 0.044 0.044
Sampel 2 0.1250 0.094 0.094
Sampel 3 0.2500 0.199 0.199
Sampel 4 0.5000 0.430 0.430


Grafik 1 Hubungan [glukosa] (%b/v) dan absorbansi pada larutan standar
Konsentrasi larutan sampel yang digunakan sebesar 1/16, 1/8, , dan .
Dari pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri, besarnya absorbansi
berturut-turut adalah 0.044, 0.094, 0.199, dan 0.430 A dengan absorbansi
terkoreksi sebesar 0.044, 0.094, 0.199, dan 0.430 sehingga diperoleh kurva
standar dengan persamaan garis y = 0.8858x 0.0159 dan nilai r
2
sebesar 99.92%.
y = 0,8858x - 0,0159
R = 0,9992
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
A

t
e
r
k
o
r
e
k
s
i

[Glukosa] [%b/v]
Tabel 3 Pengukuran [glukosa] hasil fermentasi dengan spektrofotometer
Sampel FP Absorban
[glukosa]
(% b/v)
[glukosa]terkoresi
(%b/v)
[glukosa]rata-rata
(% b/v)
[etanol]rata-
rata (%b/v)
Blanko 0 0 0 0 0 0
Hari
ke-0
1 3 3.4047 3.4047
-0.1625
10 0.459 0.5361 5.3613 3.9001
20 0.119 0.1523 3.0458
40 0.068 0.0947 3.7887
Hari
ke-3
1 2.255 2.5637 2.5637
-0.0072
10 0.214 0.2595 2.5954 2.6879
20 0.094 0.1241 2.4814
40 0.053 0.0778 3.1113
Hari
ke-7
1 0.907 1.0419 1.0419
0.4357
10 -0.016 -0.0001 -0.0011 -0.7688
20 -0.066 -0.0566 -1.1312
40 -0.082 -0.0746 -2.9849
Contoh Perhitungan:
Pengukuran [glukosa] hasil fermentasi dengan spektrofotometer
*Persamaan kurva standar = y = a + bx
y = 0.8858x - 0.0159
[glukosa] = 0.6676
[glukosa] terkoreksi = [glukosa] x faktor pengenceran
= 0.6676 x 10
= 6.6760 = 0.0668%
*Perhitungan mol sukrosa
Sukrosa 10% dalam 500 mL
[sukrosa] =

x 100%
10% =


x 100%
Bobot sukrosa = 0.05 gram
*Penentuan jumlah mol [glukosa]
sukrosa fruktosa + glukosa
asumsi= [glukosa]= [sukrosa]
sehingga: sukrosa glukosa + glukosa
sukrosa 2 glukosa
mol glukosa= mol sukrosa
mol sukrosa =


=


= 1.4620 x 10
-4
mol
mol glukosa = x mol sukrosa
= x 1.4620 x 10
-4
mol = 7.3100 x 10
-5
mol
* [glukosa] %b/v teoritis
mol glukosa =


x 100%
=


x 100% = 2.6316% mol
mol etanol = x mol glukosa
= x 7.3100 x 10
-5
mol = 3.6650 x 10
-5
mol
*[etanol] %b/v teoritis
[etanol] =


x 100%
=


x 100% = 0.3372% mol
*Perhitungan etanol hasil fermentasi
Jumlah etanol hari ke-0
=
[] [

] []
[] [

]
x [etanol] [% b/v] teori
=


x 0.3372 % = - 0.1625
Jumlah etanol hari ke-3
=
[] [

] []
[] [

]
x [etanol] [% b/v] teori
=


x 0.3372 % = - 7.2140 x 10
-3
Jumlah etanol hari ke-7
=
[] [

] []
[] [

]
x [etanol] [% b/v] teori
=


x 0.3372 % = 0.4357
*Penentuan BJ etanol
BJ etanol

= 5,3533 x 10
-3
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa bersifat
linier. Pada percobaan terjadi penurunan konsentrasi glukosa dan peningkatan
konsentrasi etanol dari hari ke-0 menuju hari ke-7. Besarnya konsentrasi glukosa
berturut-turut adalah 3.9001, 2.6879, dan -0.7688 %b/v, sedangkan konsentrasi
etanolnya adalah -0.1625, -0.0072, 0.4357 %b/v. Semakin lama fermentasi maka
etanol yang terbentuk akan semakin banyak dan glukosanya semakin sedikit.
Kesesuaian hasil percobaan dengan teori dipengaruhi oleh kinerja Saccharomyces
cerevisiae untuk merombak glukosa menjadi etanol. Oksigen akan menghambat
aktivitas mikroorganisme tersebut (Koolman 2002).

Selain dipengaruhi oksigen, pertumbuhan mikroorganisme selama proses
fermentasi dipengaruhi oleh konsentrasi garam, suhu, dan pH. Garam berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang
tidak diinginkan selama proses fermentasi berlangsung. Prinsip kerja garam dalam
proses fermentasi adalah untuk mengatur Aw (ketersediaan air untuk kebutuhan
mikroorganisme). Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis
mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Suhu optimal yang digunakan
adalah suhu antara 20-30C. Sebagian besar bakteri asam laktat bekerja paling
baik pada temperatur 18-22C. Spesies Lactobacillus memiliki suhu optimum di
atas 22C. Variasi dari hanya beberapa derajat dari suhu ini akan mengubah
aktivitas mikroba dan mempengaruhi kualitas produk akhir. Pertumbuhan optimal
mikroorganisme adalah pH 7.0. Bakteri tertentu yang toleran asam akan bertahan
pada tingkat pH yang berkurang. Perbandingan etanol secara nyata dan teoritis
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Etanol yang dihasilkan
secara nyata pada hari ke-7 sebesar 0.4357 (%b/v), sedangkan secara teoritis
sebesar 0.3372 (%b/v) (Koolman 2002).
Fermentasi ini sangat merugikan sel karena dua alasan yaitu sering
dihasilkan senyawa yang merusak sel, misalnya alkohol dan dari jumlah mol zat
yang sama akan dihasilkan jumlah energi yang lebih rendah/lebih sedikit. Dalam
keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah
menjadi asam asetat dan CO
2
. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol.
Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti dengan perubahan
NADH menjadi NAD
+
. Adanya NAD
+
menunjukkan peristiwa glikolisis dapat
terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini, dari satu mol glukosa hanya dapat
dihasilkan 2 molekul ATP. Fermentasi alcohol secara sederhana berlangsung
sebagai berikut.

Fermentasi asam laktat merupakan suatu reaksi pemborosan. Sebagian
besar dari energi yang terkandung di dalam glukosa masih terdapat di dalam
etanol, karena itu etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin. Fermentasi
asam laktat juga berbahaya. Ragi dapat meracuni dirinya sendiri jika konsentrasi
etanol mencapai 13% (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol pada
minuman hasil fermentasi seperti anggur).

Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bobot jenis hari ke-0 bernilai 1.037
mg/L dan turun pada hari ke-7 hingga mencapai nilai 1.006 mg/L. Penurunan
tersebut menunjukkan adanya pengurangan pada kandungan sukrosa karena telah
diubah menjadi etanol akibat berlangsungnya proses fermentasi. Hasil persamaan
garis kurva standar pada percobaan yaitu y = 0.8858x 0.0159 dan nilai r
2
sebesar
99.92%. Konsentrasi glukosa hari ke-0 sebesar 3.9001 %b/v dan etanol sebanyak -
0.1625 %b/v, sedangkan hari ke-3 menghasilkan etanol sebanyak -0.0072 %b/v
dengan konsentrasi glukosa sebesar 2.6879 %b/v, dan konsentrasi etanol hari ke-7
sebesar 0.4357 %b/v yang memiliki konsentrasi glukosa -0.7688 %b/v. Semakin
lama fermentasi maka etanol yang terbentuk akan semakin banyak dan
glukosanya semakin sedikit. Pertumbuhan mikroorganisme selama fermentasi
diprngaruhi oleh konsentrasi garam, oksigen, pH, dan suhu.

Daftar Pustaka
Campbell NA. 2002. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Clegg CJ, Macken DC. 2000. Advanced Biology: Principle and Applications
Second Edition. London: John Murray.
Hidayat N, Padaga MC, dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogakarta:
ANDI.
Koolman J. 2002. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Septelia, terjemahan.
Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry.
Lehninger AL. 2004. Dasar-dasar Biokimia Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Edisi ke-24.
Jakarta: EGC.
Pelczar MJ dan ECS Chan. 1977. Laboratory Exercises in Microbiology. New
York: Mc Graw Hill.
Pramudyanti IR, Tjahjadi P, Artini P. 2004. The influence of pH controlling using
CaCO
3
agains production of lactic acid from glucose by Rhizopus oryzae.
Jurnal Bioteknologi. 1(1): 19-24.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

You might also like