Professional Documents
Culture Documents
x 10
-3
=
x 10
-3
= 0.001
BJ terkoreksi = BJ terukur + FK
= (1.036 + 0.001) mg/L = 1.037 mg/L
Tabel 1 menunjukkan hasil penurunan bobot jenis dari hari ke-0 hingga
hari ke 7. Hari ke 0 bobot jenis bernilai 1.037 mg/L dan turun pada hari ke-7
hingga mencapai nilai 1.006 mg/L. Penurunan tersebut menunjukkan adanya
pengurangan pada kandungan sukrosa karena telah diubah menjadi etanol akibat
berlangsungnya proses fermentasi. Kandungan sukrosa tersebut akan menjadi
sangat sedikit jika dibiarkan dalam waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan
efek memabukkan pada manusia.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran dengan spektrofotometri diukur
absorbansi dari masing-masing standar untuk dibuat suatu kurva standar. Pada
percobaan kali ini menggunakan larutan tambahan yang berupa reagen glukosa.
Reagen glukosa digunakan agar larutan berwarna sehingga dapat terbaca pada
spektrofotometri pada panjang gelombang 630 nm. Panjang gelombang 630 nm
digunakan dalam percobaan ini karena merupakan panjang gelombang maksimum
yang terbaca oleh spektrofotometri UV-Vis. Kurva standar dibuat untuk
mengetahui besarnya standar glukosa yang akan terpakai pada proses fermentasi
(Pramudiyati 2004). Hasil pengukuran absorbansi standar masing-masing dapat
dilihat pada tabel 2, sedangkan grafik hubungan antara konsentarsi glukosa (%)
dan absorbansi pada larutan standar dapat dilihat pada grafik 1.
Tabel 2 Pengukuran standar glukosa dengan spektrofotometri
Larutan [glukosa] (% b/v) Absorbansi (A) Absorbansi
terkoreksi (A)
Blanko 0 0 0
Sampel 1 0.0625 0.044 0.044
Sampel 2 0.1250 0.094 0.094
Sampel 3 0.2500 0.199 0.199
Sampel 4 0.5000 0.430 0.430
Grafik 1 Hubungan [glukosa] (%b/v) dan absorbansi pada larutan standar
Konsentrasi larutan sampel yang digunakan sebesar 1/16, 1/8, , dan .
Dari pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri, besarnya absorbansi
berturut-turut adalah 0.044, 0.094, 0.199, dan 0.430 A dengan absorbansi
terkoreksi sebesar 0.044, 0.094, 0.199, dan 0.430 sehingga diperoleh kurva
standar dengan persamaan garis y = 0.8858x 0.0159 dan nilai r
2
sebesar 99.92%.
y = 0,8858x - 0,0159
R = 0,9992
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
A
t
e
r
k
o
r
e
k
s
i
[Glukosa] [%b/v]
Tabel 3 Pengukuran [glukosa] hasil fermentasi dengan spektrofotometer
Sampel FP Absorban
[glukosa]
(% b/v)
[glukosa]terkoresi
(%b/v)
[glukosa]rata-rata
(% b/v)
[etanol]rata-
rata (%b/v)
Blanko 0 0 0 0 0 0
Hari
ke-0
1 3 3.4047 3.4047
-0.1625
10 0.459 0.5361 5.3613 3.9001
20 0.119 0.1523 3.0458
40 0.068 0.0947 3.7887
Hari
ke-3
1 2.255 2.5637 2.5637
-0.0072
10 0.214 0.2595 2.5954 2.6879
20 0.094 0.1241 2.4814
40 0.053 0.0778 3.1113
Hari
ke-7
1 0.907 1.0419 1.0419
0.4357
10 -0.016 -0.0001 -0.0011 -0.7688
20 -0.066 -0.0566 -1.1312
40 -0.082 -0.0746 -2.9849
Contoh Perhitungan:
Pengukuran [glukosa] hasil fermentasi dengan spektrofotometer
*Persamaan kurva standar = y = a + bx
y = 0.8858x - 0.0159
[glukosa] = 0.6676
[glukosa] terkoreksi = [glukosa] x faktor pengenceran
= 0.6676 x 10
= 6.6760 = 0.0668%
*Perhitungan mol sukrosa
Sukrosa 10% dalam 500 mL
[sukrosa] =
x 100%
10% =
x 100%
Bobot sukrosa = 0.05 gram
*Penentuan jumlah mol [glukosa]
sukrosa fruktosa + glukosa
asumsi= [glukosa]= [sukrosa]
sehingga: sukrosa glukosa + glukosa
sukrosa 2 glukosa
mol glukosa= mol sukrosa
mol sukrosa =
=
= 1.4620 x 10
-4
mol
mol glukosa = x mol sukrosa
= x 1.4620 x 10
-4
mol = 7.3100 x 10
-5
mol
* [glukosa] %b/v teoritis
mol glukosa =
x 100%
=
x 100% = 2.6316% mol
mol etanol = x mol glukosa
= x 7.3100 x 10
-5
mol = 3.6650 x 10
-5
mol
*[etanol] %b/v teoritis
[etanol] =
x 100%
=
x 100% = 0.3372% mol
*Perhitungan etanol hasil fermentasi
Jumlah etanol hari ke-0
=
[] [
] []
[] [
]
x [etanol] [% b/v] teori
=
x 0.3372 % = - 0.1625
Jumlah etanol hari ke-3
=
[] [
] []
[] [
]
x [etanol] [% b/v] teori
=
x 0.3372 % = - 7.2140 x 10
-3
Jumlah etanol hari ke-7
=
[] [
] []
[] [
]
x [etanol] [% b/v] teori
=
x 0.3372 % = 0.4357
*Penentuan BJ etanol
BJ etanol
= 5,3533 x 10
-3
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa bersifat
linier. Pada percobaan terjadi penurunan konsentrasi glukosa dan peningkatan
konsentrasi etanol dari hari ke-0 menuju hari ke-7. Besarnya konsentrasi glukosa
berturut-turut adalah 3.9001, 2.6879, dan -0.7688 %b/v, sedangkan konsentrasi
etanolnya adalah -0.1625, -0.0072, 0.4357 %b/v. Semakin lama fermentasi maka
etanol yang terbentuk akan semakin banyak dan glukosanya semakin sedikit.
Kesesuaian hasil percobaan dengan teori dipengaruhi oleh kinerja Saccharomyces
cerevisiae untuk merombak glukosa menjadi etanol. Oksigen akan menghambat
aktivitas mikroorganisme tersebut (Koolman 2002).
Selain dipengaruhi oksigen, pertumbuhan mikroorganisme selama proses
fermentasi dipengaruhi oleh konsentrasi garam, suhu, dan pH. Garam berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang
tidak diinginkan selama proses fermentasi berlangsung. Prinsip kerja garam dalam
proses fermentasi adalah untuk mengatur Aw (ketersediaan air untuk kebutuhan
mikroorganisme). Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis
mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Suhu optimal yang digunakan
adalah suhu antara 20-30C. Sebagian besar bakteri asam laktat bekerja paling
baik pada temperatur 18-22C. Spesies Lactobacillus memiliki suhu optimum di
atas 22C. Variasi dari hanya beberapa derajat dari suhu ini akan mengubah
aktivitas mikroba dan mempengaruhi kualitas produk akhir. Pertumbuhan optimal
mikroorganisme adalah pH 7.0. Bakteri tertentu yang toleran asam akan bertahan
pada tingkat pH yang berkurang. Perbandingan etanol secara nyata dan teoritis
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Etanol yang dihasilkan
secara nyata pada hari ke-7 sebesar 0.4357 (%b/v), sedangkan secara teoritis
sebesar 0.3372 (%b/v) (Koolman 2002).
Fermentasi ini sangat merugikan sel karena dua alasan yaitu sering
dihasilkan senyawa yang merusak sel, misalnya alkohol dan dari jumlah mol zat
yang sama akan dihasilkan jumlah energi yang lebih rendah/lebih sedikit. Dalam
keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah
menjadi asam asetat dan CO
2
. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol.
Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti dengan perubahan
NADH menjadi NAD
+
. Adanya NAD
+
menunjukkan peristiwa glikolisis dapat
terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini, dari satu mol glukosa hanya dapat
dihasilkan 2 molekul ATP. Fermentasi alcohol secara sederhana berlangsung
sebagai berikut.
Fermentasi asam laktat merupakan suatu reaksi pemborosan. Sebagian
besar dari energi yang terkandung di dalam glukosa masih terdapat di dalam
etanol, karena itu etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin. Fermentasi
asam laktat juga berbahaya. Ragi dapat meracuni dirinya sendiri jika konsentrasi
etanol mencapai 13% (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol pada
minuman hasil fermentasi seperti anggur).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bobot jenis hari ke-0 bernilai 1.037
mg/L dan turun pada hari ke-7 hingga mencapai nilai 1.006 mg/L. Penurunan
tersebut menunjukkan adanya pengurangan pada kandungan sukrosa karena telah
diubah menjadi etanol akibat berlangsungnya proses fermentasi. Hasil persamaan
garis kurva standar pada percobaan yaitu y = 0.8858x 0.0159 dan nilai r
2
sebesar
99.92%. Konsentrasi glukosa hari ke-0 sebesar 3.9001 %b/v dan etanol sebanyak -
0.1625 %b/v, sedangkan hari ke-3 menghasilkan etanol sebanyak -0.0072 %b/v
dengan konsentrasi glukosa sebesar 2.6879 %b/v, dan konsentrasi etanol hari ke-7
sebesar 0.4357 %b/v yang memiliki konsentrasi glukosa -0.7688 %b/v. Semakin
lama fermentasi maka etanol yang terbentuk akan semakin banyak dan
glukosanya semakin sedikit. Pertumbuhan mikroorganisme selama fermentasi
diprngaruhi oleh konsentrasi garam, oksigen, pH, dan suhu.
Daftar Pustaka
Campbell NA. 2002. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Clegg CJ, Macken DC. 2000. Advanced Biology: Principle and Applications
Second Edition. London: John Murray.
Hidayat N, Padaga MC, dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogakarta:
ANDI.
Koolman J. 2002. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Septelia, terjemahan.
Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry.
Lehninger AL. 2004. Dasar-dasar Biokimia Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Edisi ke-24.
Jakarta: EGC.
Pelczar MJ dan ECS Chan. 1977. Laboratory Exercises in Microbiology. New
York: Mc Graw Hill.
Pramudyanti IR, Tjahjadi P, Artini P. 2004. The influence of pH controlling using
CaCO
3
agains production of lactic acid from glucose by Rhizopus oryzae.
Jurnal Bioteknologi. 1(1): 19-24.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.