You are on page 1of 10

Lubang Resapan Biopori 1

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang terletak digaris equatorial dengan
wilayah yang sangat luas dan tanah yang subur. Tanah yang luas dan subur mudah
diolah sehingga banyak digunakan sebagai lahan pertanian. Hampir seluruh
wilayah Indonesia berpotensi sebagai lahan pertanian. Sebagai negara agraris
tentunya tidak terlepas dengan kebutuhan akan air.
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini dibumi tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan bumi, secara teoritis volume sumberdaya air di bumi memang
tidak berubah dan mengalami siklus yang tertutup atau berkesinambungan.
Namun, dinamika kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sedikit
demi sedikit mempengaruhi siklus air tersebut.
Menurunnya ketersediaan air disuatu wilayah dipengaruhi oleh daerah
resapan air yang semakin menurun juga jumlahnya. Beberapa hal penyebab
menurunnya daerah resapan air yaitu: 1) terjadinya alih fungsi lahan, dimana
daerah yang seharusnya merupakan kawasan konservasi dan hanya diperbolehkan
untuk budidaya tanaman keras (kayu-kayuan atau buah-buahan), telah berubah
menjadi kawasan budidaya tanaman semusim atau sayur mayur, bahkan ada yang
digunakan untuk kegiatan penambangan. Ini tidak lepas dari bertambahnya
jumlah penduduk yang tiap tahun meningkat pesat dan tekanan ekonomi yang
semakin pelik. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat
memilih bercocok tanam tanaman semusim yang bisa memenuhi kebutuhan
sehari-harinya. Sedangkan dengan menanam tanaman keras (kayu-kayuan atau
buah-buahan) dibutuhkan waktu yang bertahun-tahun untuk memetik hasilnya; 2)
kegiatan penebangan pohon yang tidak diikuti dengan penanaman kembali,
sehingga gunung atau hutan menjadi gundul. Akibatnya, daya serap tanah menjadi
berkurang atau hilang sama sekali sehingga jumlah potensi air tanah dapat
menyusut dan mengurangi aliran mata air yang akan mengalir ke sungai saat
musim kemarau. Sedangkan, pada saat musim hujan, dapat menyebabkan air
hujan menjadi larian (run off) dan akan menggerus lapisan tanah yang subur (top
soil) dan pada gilirannya dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Sudah
Lubang Resapan Biopori 2

menjadi kebiasaan apabila seseorang menebang pohon apalagi kalau pohon
tersebut merupakan peninggalan orang tua atau bukan dia sendiri yang
menanamnya maka ia cenderung merasa ditakdirkan hanya untuk
memanfaatkannya. Ini sungguh berbeda dengan kearifan lokal yang dimiliki
orang-orang tua kita dulu, bahwa seseorang yang sudah tua sekalipun masih mau
menanam pohon demi anak cucunya; 3) banyak daerah resapan air yang
digunakan untuk pemukiman. Ini juga lebih disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk, sementara jumlah lahan yang ada tetap. Disamping itu, saat ini
pembangunan gedung di wilayah perkotaan juga semakin pesat sehingga banyak
permukaan tanah yang tertutup bangunan atau lapisan yang kedap air.
Dari permasalahan diatas, berikut ini akan dipaparkan beberapa hal
mengenai:
1. Pengertian Biopori
2. Manfaat Lubang Resapan Biopori
3. Mekanisme Lubang Resapan Biopori
4. Implikasi Lubang Resapan Biopori

A. PENGERTIAN BIOPORI
Secara alami, biopori adalah lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk
akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar
dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air.
Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke
dalam tanah melalui lubang tersebut.
Tetapi, di daerah perkotaan, keberadaan pepohonan semakin tergusur oleh
bangunan-bangunan sehingga lubang biopori menjadi semakin langka. Lagi pula,
banyaknya pepohonan tidak selalu mengartikan akan ada banyak air yang
terserap, karena permukaan tanah yang tertutup lumut membuat air tidak dapat
meresap ke tanah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibuatlah lubang resapan atau
sumur resapan buatan manusia yang sekarang dikenal dengan lubang biopori.
Biopori dapat dibuat di halaman depan, halaman belakang atau taman dari rumah.
Lubang Resapan Biopori 3

Lubang biopori sendiri umumnya dibuat dengan lebar kira-kira 30 cm, jarak antar
lubang sekitar 50 cm-100 cm.
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai
akitifitas organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan
fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan
menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Berikut ini adalah contoh gambarnya:


Gambar 1. menunjukkan foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan
dua buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas)
dan lubang yang terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning
bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak,
maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan diharapkan
semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan
memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah atau dengan
perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang
vertikal ke dalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik,
seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi
lainnya, dan sejenisnya. Bahan organik ini kelak akan dijadikan sumber energi bagi
organisme di dalam tanah sehinga aktifitas mereka akan meningkat. Dengan
meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk.
Kesinergisan antara lubang vertikal yang dibuat dengan biopori yang terbentuk
akan memungkinkan lubang-lubang ini dimanfaatlkan sebagai lubang peresapan air
Lubang Resapan Biopori 4

artifisial yang relatif murah dan ramah lingkungan. Lubang resapan ini selanjutnya
diberi julukan Lubang Resapan Biopori atau disingkat sebagai LRB.

B. Manfaat Lubang Resapan Biopori (LRB)
Sistem peresapan berbasis biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan yang dapat memberikan banyak manfaat, antara lain :
1. Memelihara cadangan air tanah
2. Mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah
3. Menghambat intrusi air laut
4. Mengubah sampah organik menjadi kompos
5. Meningkatkan kesuburan tanah
6. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah
7. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti
demam berdarah, malaria, kaki gajah
8. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan
pencemaran udara dan perairan
9. Mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan)
10. Mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.

C. Mekanisme Lubang Resapan Biopori (LRB)
Cara membuat lubang biopori adalah :
1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter sepuluh
sentimeter, kedalaman sekitar seratus sentimeter atau tidak melampaui
kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak
antarlubang 50100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar dua sampai
dengan tiga sentimeter, setebal dua sentimeter di sekeliling mulut lubang.
3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa
tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari
halaman atau sampah dapur.
Lubang Resapan Biopori 5

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya
sudah berkurang menyusut karena proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
Teknologi ini bisa diaplikasikan di kawasan perumahan yang 100 persen kedap
air atau sama sekali tidak ada tanah terbuka maupun di areal persawahan yang berlokasi
di kawasan perbukitan.
Prinsip dari teknologi ini adalah menghindari air hujan mengalir ke daerah yang
lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang resapan
tersebut. Menurut Ir. Kamir R. Brata MS., yang menjadi salah satu faktor penyebab
banjir adalah air hujan yang mengguyur wilayah hulu tidak bisa diserap dengan baik
karena berkurangnya pepohonan dan banyaknya bangunan, sehingga wilayah hilir
kebanjiran.
Dinamakan teknologi biopori atau mulsa vertikal karena teknologi ini
mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk
pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap
dan struktur tanah diperbaiki.
Di kawasan perumahan yang 100 persen kedap air, teknologi lubang serapan
biopori ini diterapkan dengan membuat lubang di saluran air ataupun di areal yang
sudah terlanjur diperkeras dengan semen dengan alat bor. Kemudian ke dalam lubang
berdiameter 10 cm dengan kedalaman 80 cm atau maksimal satu meter tersebut,
dimasukkan sampah organik yang bisa berupa daun atau ranting kering serta sampah
rumah tangga. Keberadaan sampah organik ini berfungsi untuk membantu
menghidupkan cacing tanah dan rayap yang nantinya akan membuat biopori. Untuk
lebih jelasnya sketsa penampang lubang biopori dapat dilihat pada gambar 2 seperti di
bawah ini :

Lubang Resapan Biopori 6

Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan teknologi yang berpotensi
meningkatkan daya dukung lingkungan. Menurut Brata dan Nelistya (2008), lubang
resapan biopori merupakan lubang berbentuk silindris berdiameter sekitar 10 cm
yang digali di dalam tanah. Kedalamannya tidak melebihi muka air tanah, yaitu
sekitar 100 cm dari permukaan air tanah. LRB dapat meningkatkan kemampuan
tanah dalam meresapkan air. Air tersebut meresap melalui biopori yang menembus
permukaan dinding LRB ke dalam tanah di sekitar lubang.
Dengan demikian, akan menambah cadangan air dalam tanah serta
menghindari terjadinya aliran air di permukaan tanah (Gambar 3).

Pembuatan LRB pada setiap jenis penggunaan tanah dapat mempermudah
pemanfaatan sampah organik dengan memasukkannya ke dalam tanah. Dengan
demikian, setiap pengguna lahan dapat memfungsikan tanahnya masing-masing
sebagai penyimpan karbon (carbon sink) untuk mengurangi emisi karbon ke
atmosfir. Karbon yang tersimpan di dalam tanah berbentuk humus dan biomassa
dalam tubuh aneka ragam biota tanah, selain tidak diemisikan juga juga sangat
penting untuk memelihara kesuburan tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman sebagai pengguna/penyerap karbon di atmosfir (Brata dan
Nelistya, 2008).
Penambahan sampah organik pada LRB bertujuan untuk merangsang
terbentuknya biopori. Biopori yang terbentuk akan membantu meningkatkan laju
peresapan air.
Lubang Resapan Biopori 7

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia /Nomor : P. 32/MENHUT-
II/2009/Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), disebutkan bahwa untuk setiap 100
m2 lahan idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan
jarak antara 0,5 1,0 meter. Dengan kedalaman 1 meter dan diameter 0,10 meter
setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah (Gambar 4). Sampah dapur dapat
menjadi kompos dalam jangka waktu 15 30 hari, sementara sampah kebun berupa
daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2 3 bulan.
Namun, secara spesifik jumlah Lubang Resapan Biopori yang sesuai pada
suatu wilayah tertentu dengan luasan tertentu dan intensitas hujan tertentu pula,
dihitung dengan persamaan :
=


Keterangan :
n : Jumlah Lubang Resapan Biopori
I : Intensitas hujan terbesar dalam 10 tahun (mm/detik)
L : Luas bidang kedap air (m2)
v : Laju rembesan air rata-rata per lubang (m3/detik)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan
lebat), dengan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit (180 liter /jam) pada 100
m
2
bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100)/180 = 28 lubang.

D. Implikasi Lubang Resapan Biopori
Pembuatan lubang resapan biopori akan meningkatkan kemampuan
lingkungan dalam menopang kehidupan di atasnya. Menurut Brata dan
Purwakusuma (2008), bahwa teknologi lubang resapan biopori (LRB),
dikembangkan berdasarkan prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah untuk
mendukung adanya keanekaragaman hayati dalam tanah oleh tersedianya cukup air,
udara, dan sumber makanan (bahan organik).
Lubang Resapan Biopori 8


Adapun manfaat utama dari LRB adalah kemampuannya meningkatkan
peresapan air hujan ke dalam tanah. Kemampuan LRB dalam meresapkan air
dipengaruhi oleh diameter lubang yang dibuat. Hubungan diameter lubang dengan
beban resapan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Hubungan Diameter Lubang dengan Beban Resapan dan
Pertambahan Luas Permukaan Resapan






Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa LRB berdiameter 10 cm dengan
kedalaman 100 cm hanya menggunakan permukaan horizontal 79 cm2
menghasilkan permukaan vertikal seluas dinding lubang 0,314 m
2
, berarti
memperluas 40 kali yang dapat meresapkan air. Volume air yang masuk tertampung
maksimum 7,9 liter akan dapat meresap ke segala arah melalui dinding lubang, akan
menimbulkan beban resapan maksimal 25 liter/m
2
. Perluasan permukaan resapan
akan menurun dan beban resapan akan meningkat dengan peningkatan diameter
lubang. Sebagai contoh, bila diameter lubang 100 cm mendekati diameter sumur,
Lubang Resapan Biopori 9

perluasan permukaan yang diperoleh hanya 4 kali dengan beban resapan
mengakibatkan penurunan laju peresapan air karena terlalu lebarnya zona jenuh air
di sekeliling dinding lubang, apalagi bila sebagian permukaan resapan dikedapkan
sebagai penguat dinding (Brata dan Nelistya, 2008).
Selain mampu meresapkan air LRB juga dapat mengomposkan sampah
organik. Menurut Putra (2010), bahwa jumlah sampah organik yang dibutuhkan
untuk mengisi LRB dengan kedalaman 100 cm dan diameter 10 cm adalah 7,2 7,9
kg selama kurun waktu 8 minggu. Artinya dalam sehari setiap LRB mampu
menampung 0,13 kg sampah. Dengan asumsi produksi sampah per kapita sebesar
0,8 kg dan 60 % nya adalah sampah organik setiap individu akan menghasilkan
0,48 kg dan LRB yang dibutuhkan adalah 3,7 LRB.
Agar LRB dapat berfungsi secara optimum diperlukan jumlah yang ideal.
Menurut Brata dan Nelistya (2008), bahwa jumlah LRB ideal ditentukan dengan
mengalikan luas bidang kedap dengan intensitas hujan dan dibagi laju peresapan air
per lubang. Bidang kedap dengan luas 100 m2 dengan intensitas hujan 50 mm/jam
dan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit membutuhkan 28 LRB. Dengan
asumsi bahwa bidang kedap tersebut adalah rumah dan ditempati 10 orang dan
dibuat LRB sesuai dengan jumlah ideal, tentu 75,67 % sampah organik dapat
tertampung kedalam LRB.

Lubang Resapan Biopori 10

DAFTAR PUSTAKA

Brata, Kamir R dan Anne Nelistya, 2008. Lubang Resapan Biopori, Bogor.
Johnherf, 2008. Biopori Sebagai Peresap Air yang Mengatasi Banjir dan
Sampah, http://johnherf.wordpress.com/2008/02/21/biopori-sebagai-eresap-
air-yang-mengatasi-banjir-dan-sampah/
SuaraMerdeka, 2007. Teknologi Biopori, Solusi Tepat Atasi
Banjir,http://www.mediacenter.or.id/news/10/tahun/2007/bulan/02/tanggal/
08/id/1959/
Tim Biopori, 2007. Biopori : Teknologi Tepat Guna Ramah
Lingkungan,http://www.biopori.com/index.php

You might also like