You are on page 1of 6

NYERI SENDI AKIBAT REMATIK

(sumber suara mardeka)


Penyakit rematik (rheumatoid arthritis) merupakan suatu penyakit di mana terjadi proses peradangan
pada selaput bagian dalam kapsul pembungkus sendi, sehingga sendi membengkak dan terasa nyeri.
Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah
pergelangan tangan dan jari-jari.
ISTILAH penyakit rematik telah sedemikian populer di kalangan masyarakat awam, sehingga hampir
semua keluhan nyeri sendi dianggap sebagai penyakit rematik. Penyebab lain yang sering dikaitkan
dengan keluhan nyeri adalah asam urat. Pada kenyataannya, anggapan tersebut keliru, karena kedua
penyakit tersebut, yaitu penyakit rematik dan asam urat, hanya menjadi penyebab sebagian kecil dari
keluhan nyeri sendi yang banyak dialami oleh manusia selama hidupnya.
Penyebab terbanyak adalah pengapuran sendi atau osteoartritis (yang pernah dikupas oleh penulis di
Harian Suara Merdeka pada tanggal 31 Juli 2008). Penyakit rematik berbeda dengan pengapuran
sendi (osteoartritis) di mana pada pengapuran sendi terjadi penipisan lapisan tulang rawan sendi,
sehingga ujung tulang pembentuk sendi saling bergesekan secara langsung tanpa lapisan tulang
rawan dan terasa nyeri. Penyakit rematik cenderung mengenai sendi-sendi kecil di daerah jari-jari
dan pergelangan tangan, meskipun adakalanya mengenai sendi siku, bahu, pergelangan kaki dan
lutut. Sementara pengapuran sendi lebih banyak mengenai sendi besar seperti lutut dan pinggul.
Selain itu, penyakit rematik hampir selalu menyerang sendi secara simetris (yaitu sisi kanan dan kiri)
dan mengenai tiga atau lebih secara bersamaan. Pengapuran sendi pada umumnya hanya mengenai
satu sendi saja, misalnya lutut tanpa disertai nyeri pada sendi yang lain.
Penyebab
Untuk memahami penyebab penyakit rematik, perlu diketahui bahwa tubuh manusia memiliki sistem
pertahanan terhadap bakteri dan virus, yang dikenal sebagai antibodi. Antibodi beredar di dalam
aliran darah dan dibentuk oleh sel-sel darah putih sebagai respon terhadap masuknya bakteri atau
virus ke dalam tubuh manusia.
Pada orang normal, antibodi tersebut berfungsi membunuh bakteri dan virus yang menyebabkan
infeksi. Pada orang yang menderita penyakit rematik, antibodi yang dibentuk oleh tubuh dengan
tujuan membunuh bakteri dan virus tersebut justru secara keliru menyerang balik ke tubuh orang
tersebut. Bagian tubuh yang diserang oleh antibodi tersebut adalah lapisan dalam kapsul
pembungkus sendi, yang disebut lapisan sinovium.
Serangan antibodi tersebut menyebabkan lapisan sinovium meradang, sehingga sendi membengkak
dan terasa nyeri. Peradangan sinovium menyebabkan produksi cairan sendi bertambah banyak
sehingga membuat sendi bertambah bengkak dan nyeri.
Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti mengapa pada orang yang menderita penyakit rematik
antibodi justru salah sasaran mengenai tubuh sendiri. Serangan antibodi terhadap tubuh sendiri
seperti yang terjadi pada penyakit rematik ini dapat diibaratkan seperti sebuah pemberontakan atau
kudeta di sebuah negara. Tentara yang dibentuk untuk mempertahankan kedaulatan suatu negara
justru berbalik menyerang negaranya sendiri.
Penyakit rematik dapat mengenai semua lapisan usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit rematik, yaitu: (1)
wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih besar dibanding laki-laki; (2) kelompok usia 40-60 tahun paling
tinggi risikonya menderita penyakit rematik; (3) jika di dalam sebuah keluarga ada yang menderita
penyakit ini. dan (4) merokok.
Gejala
Pada stadium awal, penyakit rematik biasanya mengenai sendi-sendi berukuran kecil di daerah
pergelangan tangan dan jari-jari. Ada tiga sendi yang paling sering terserang, yaitu (1) sendi pangkal
jari-jari tangan, (2) sendi buku-buku jari tangan bagian atas, dan (3) sendi pangkal jari-jari kaki. Pada
stadium awal, jari-jari tersebut terasa kaku pada pagi hari sebagai akibat penumpukan cairan di
dalam sendi karena peradangan lapisan sinovium. Setelah digerak-gerakkan, kekakuan sendi-sendi
tersebut biasanya berkurang.
Selain kaku, sendi-sendi tersebut juga membengkak, terasa nyeri, hangat dan acapkali tampak
kemerahan. Rasa nyeri dan kaku dapat sedemikian berat sehingga gerakan sendi terbatas dan sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Tanpa pengobatan yang tepat, peradangan lapisan sinovium sendi yang terjadi selama bertahun-
tahun dapat menyebabkan kerusakan permukaan tulang rawan sendi jari-jari tangan dan
mengakibatkan cacat yang permanen. Jari-jari menjadi bengkok dan bergeser arahnya ke sisi jari
kelingking.
Selain ketiga sendi tersebut, penyakit rematik juga dapat mengenai sendi pergelangan tangan, siku,
bahu, lutut, pergelangan kaki, serta tulang leher dan rahang, meskipun lebih jarang dan berbeda-
beda untuk setiap penderita.. Perlu diingat bahwa penyakit rematik tidak pernah hanya mengenai
satu sendi saja, tetapi paling sedikit menyerang tiga sendi dalam waktu bersamaan. Nyeri sendi yang
hanya dialami pada satu sendi saja tidak mungkin disebabkan oleh penyakit rematik.
Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-menerus dan
semakin lama semakin berat, tetapi adakalanya hanya berlangsung selama beberapa hari dan
kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung
kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan
sendi secara menetap. Keluhan kaku dan nyeri sendi pada penyakit rematik adakalanya disertai oleh
perasaan mudah lelah.
Selain menyerang kapsul pembungkus sendi, pada sekitar 15% penderita, penyakit rematik juga
dapat menyebabkan kelainan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata dan paru-paru. Di daerah
kulit siku dan tumit dapat terbentuk benjolan yang disebut sebagai nodul subkutan, pada paru-paru
dapat terjadi fibrosis (pembentukan jaringan parut) yang dapat menganggu fungsi paru-paru,
sementara kornea mata dapat mengalami peradangan yang disebut keratokonjungtivitis sika.
Menentukan seseorang menderita penyakit rematik bukan hal yang mudah, seperti memastikan
penyakit pengapuran sendi yang dapat mudah terlihat jelas dengan foto Rontgen sendi yang
terserang. Oleh karena itu, pada tahun 1987 American College of Rheumatology menetapkan kriteria
sebagai pedoman diagnosis penyakit rematik sebagai berikut:
1. Kekakuan di waktu pagi pada atau di sekitar sendi yang berlangsung satu jam atau lebih sebelum
mengalami perbaikan maksimal.
2. Pembengkakan pada tiga sendi atau lebih.
3. Pembengkakan sendi pangkal jari-jari tangan, sendi buku-buku jari tangan bagian atas, atau
pergelangan tangan.
4. Pembengkakan sendi harus simetris mengenai sisi kanan dan kiri.
5. Benjolan di bawah kulit (nodul subkutan).
6. Tes faktor rematik yang positif di dalam darah.
7. Erosi dan/atau pengeroposan tulang di sekitar sendi-sendi jari-jari dan/atau pergelangan tangan.
Untuk memastikan diagnosis penyakit rematik harus ditemukan 4 dari 7 kriteria tersebut pada
seseorang dan kriteria nomer 1-4 harus telah berlangsung paling sedikit selama 6 minggu.
Untuk menetapkan diagnosis penyakit rematik, selain pemeriksaan fisik terhadap sendi yang
meradang, juga perlu dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dan pemeriksaan darah. Tujuan
pemeriksaan darah adalah untuk menemukan suatu jenis antibodi yang disebut faktor rematik. Perlu
diketahui bahwa tidak semua penderita penyakit rematik memiliki antibodi tersebut, sebaliknya tidak
semua orang yang mempunyai antibodi faktor rematik di dalam darahnya pasti menderita penyakit
rematik, karena ada beberapa penyakit lain yang juga menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut
di dalam darah.
Menyimak ketatnya kritera di atas, dapat dikatakan bahwa tidaklah gampang menetapkan diagnosis
penyakit rematik pada seorang penderita. Oleh karena itu, kebiasaan (yang keliru) dari sebagian
masyarakat awam (dan bahkan beberapa dokter) yang dengan mudah menghubungkan keluhan
nyeri sendi dengan penyakit rematik merupakan keadaan yang merugikan karena dapat berakibat
salah diagnosis dan salah pengobatan terhadap keluhan nyeri sendi yang sebenarnya sama sekali
tidak disebabkan oleh penyakit rematik.
























Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-
inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik
(penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah non steroid digunakan untuk membedakan jenis obat-
obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa.NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2
(cyclooxygenase-2).Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan
dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat,
metil salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya
diklofenak, indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya
ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac), golongan asam fenamat/asam N-
arilantranilat (diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan turunan
pirazolidin(diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan fenazon), golongan oksikam (diantaranya
piroksikam, dan meloksikam), golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan
sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).
Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan
radang.Walaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat-obatan
ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardiovaskular.
Secara umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala penyakit berikut: rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan
hingga sedang pada luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic.
Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap baik pada lambung dan
usus halus.NSAID juga terikat dengan baik pada protein plasma (lebih dari 95%), pada umumnya
dengan albumin.Hal ini menyebabkan volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID
termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan
dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang
ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan
dispepsia) serta efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping ini
tergantung pada dosis yang digunakan.
Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun
parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil, namun harus diminum sesuai aturan karena dosis
tinggi dapat menyebabkan keracunan hati
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
Aspirin adalah agen antiinflamasi yang tertua, merupakan penghambat prostaglandin yang menurunkan proses inflamasi
dan dahulu merupakan agen antiinflamasi yang paling sering dipakai sebalum adanya ibuprofen. Aspirin yang denga dosis
tinggi untuk inflamasi menyebabkan rasa tidak enak pada lambung.Pada situasi seperti ini, biasanya digunakan tablet
enteric-coated. Aspirin tidak boleh dipakai bersama-sama dengan NSAIA/NSAID karena menurunkan kadar
NSAIA/NSAID dalam darah dan efektifitasnya. Aspirin juga dianggap sebagai obat antiplatelet untuk klien dengan
gangguan jantung atau pembuluh darah otak.
Turunan paraaminofenol : Paracetamol
Parasetamol (asetaminofen) seringkali dikelompokkan sebagai NSAID, walaupun sebenarnya parasetamol tidak tergolong
jenis obat-obatan ini, dan juga tidak pula memiliki khasiat anti nyeri yang nyata.Merupakan penghambat prostaglandin
yang lemah.Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan antiinflamasinya sangat lemah.
Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein, yang harus diberikan dalam 24 jam sejak intake parasetamol.
Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
Kelompok derivat pirazolon tinggi berikatan dengan protein. Fenilbutazon (butazolidin) berikatan 96% dengan protein.
Telah dipakai bertahun-tahun untuk obat artritis rematoid dan gout akut.Obat ini mempunyai waktu paruh 50-65 jam
sehingga sering timbul reaksi yang merugikan dan akumulasi obat dapat terjadi.Iritasi lambung terjadi pada 10-45% klien.
Agen lain: oksifenbutazon (tandearil), aminopirin (dipirin), dipiron (feverall), jarang dipakai kerena reaksi yang
ditimbulkannya karena terjadi toksisitas. Reaksi yang paling merugikan dan berbahaya dari kelompok ini adalah diskrasia
darah, seperti agranulositosis dan anmeia aplastik. Fenilbutazon hanya boleh dipakai untuk obat artritis dengan keadaan
NSAIA/NSAID yang berat dimana NSAIA/NSAID lainnya yang kurang toksik telah digunakan tanpa hasil
Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
Untuk keadaan artritis akut dan kronik.Dapat mengiritasi lambung.Klien dengan riwayat tukak peptik jangan
menggunakan obat ini. Efek lain: edema, pusing, tinnitus, pruritus. Fenamanat lain: meklofenamanat sodium monohidrat
(meclomen), dan asam mefenamat (ponstel).
Turunan asam arilasetat/asam propionat : Naproksen, Ibuprofen, Ketoprofen
Kelompok ini lebih relatif baru.Obat-obat ini seperti aspirin, tetapi mempunyai efek yang lebih kuat dan lebih sedikit
timbul iritasi gastrointestinaltidak seperti pada aspirin, indometacin, dan fenilbutazon.Diskrasia darah tidak sering
terjadi. Agen ini yaitu: fenoprofen kalsium (nalfon), naproksen (naprosyn), suprofen (suprol), ketoprofen (orudis), dan
flurbiprofen (ansaid).
Farmakokinetik ibuprofen: diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini mempunyai waktu
paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersama-sama obat lain yang tinggi juga berikatan
dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin.
Farmakodinamik ibuprofen: menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri.
Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat.Juga dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak
dari falosporin, dan fenitoin.Dapat terjadi hipoglikemia jika ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat
hipoglikemik oral.Juga berisiko terjadi toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.
Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam, Meloksikam.
Piroksikam/feldene adalah NSAIA/NSAID baru.Indikasinya untuk artritis yang lama seperti rematoid dan
osteoartritis.Keuntungan utama, waktu paruh panjang sehingga mungkin dipakai satu kali sehari. Menimbulkan masalah
lambung seperti tukak dan rasa tidak enak pada epigastrium, tetapi jarang daripada NSAIA/NSAID lain. Oksikam juga
tinggi berikatan dengan protein.
Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol
NSAIA/NSAID yang mula-mula diperkenalkan adalah indometacin/indocin, yang digunakan untuk obat rematik, gout, dan
osteoartritis.Merupakan penghambat prostaglandin yang kuat. Obat ini berikatan dengan protein 90% dan mengambil alih
obat lain yang berikatan dengan protein sehingga dapat menimbullkan toksisitas. Indometacin mempunyai waktu paruh
sedang (4-11 jam).Indocin sangat mengiritasi lambung dan harus dimakan sewaktu makan atau bersama-sama makanan.
Derivat asam paraklorobenzoat yang lain adalah sulindak (clinoril) dan tolmetin (tolectin), yang dapat menimbulkan
penurunan reaksi yang merugikan daripada indometacin. Tolmetin tidak begitu tinggi berikatan dengan protein seperti
indometacin dan sulindak dan mempunyai waktu paruh yang singkat.Kelompok NSAIA/NSAID ini dapat menurunkan
tekanan darah dan menyebabkan retensi natrium dan air.
Turunan asam fenilasetat : Natrium diklofenak
Diklofenak sodium (voltaren), adalah NSAIA/NSAID terbaru yang mempunyai waktu paruh plasmanya 8-12 jam. Efek
analgesik dan antiinflamasinya serupa dengan aspirin, tetapi efek antipiretiknya minimal atau tidak sama sekali ada.
Indikasi untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis. Reaksi sama seperti obat-obat NSAIA/NSAID
lain. Agen lain: ketorelak/toradol adalah agen antiinflamasi pertama yang mempunyai khasiat analgesik yang lebih kuat
daripada yang lain. Dianjurkan untuk nyeri jangka pendek. Untuk nyeri pascabedah, telah terbukti khasiat analgesiknya
sama atau lebih dibanding analgesik opioid.

You might also like