You are on page 1of 14

TUGAS UAS

2009
PENERAPAN BASIS AKRUAL ATAS BARANG
MILIK NEGARA YANG MENJADI UNDERLYING
ASSET SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

MUHAMMAD FAJAR SHIDIQ (15)


08460004645
KELAS IX-C
PROGRAM DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. La ta r Belakang …………………………………………………………………………………………………. 3
B. Metode Penulisan ……………………………………………………………………………………………. 3
C. Permasalahan ……….………………………………………………………………………………………… 3
D. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sura t Berha rga Sya riah Nega ra ………………………………………………………………………… 5
B. Basis Akrual Akuntansi …………………………………………………………………………………….. 7
C. Basis Akrual Akuntansi Asset Tetap ………………………………………………………………….. 7
D. Da mpak Penera pan Basis Akrual atas Aset SBSN Berupa BMN yang Menjadi
Underlying Asset SBSN …………………………………………………………………………………….. 8
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………… 12

Opini Mengenai Revaluasi Aset Tetap Bara ng Milik Nega ra di Indonesia

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah mulai mengembangkan basis pembia yaan angga rannya . Salah sa tunya
adalah dengan menerbi tkan Sura t Berha rga Sya riah Nega ra (SBSN) a tau sukuk nega ra . Sura t
ini merupakan bukti bagian penyertaan a tas asset SBSN ya ng dapa t di terbi tkan dalam ma ta
uang rupiah dan valuta asing. Asset SBSN i tu sendi ri adalah objek pembia yaan SBSN
dan/a tau ba rang milik nega ra (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/a tau
bangunan maupun selain tanah dan/a tau bangunan yang di jadikan seba gai dasa r penerbi tan
SBSN. Dengan adanya produk SBSN ini maka ins trumen sura t berha rga nega ra (SBN) kini
menjadi dua yakni Surat Utang Nega ra (SUN) dan SBSN.
Da ri pengertian tentang SBSN ki ta mengetahui bahwa penerbita n SBSN ini
melibatkan BMN sebagai asset SBSN. Sementa ra i tu, ki ta juga sama-sama mengetahui bahwa
basis akrual a kan di terapkan (ketika penulisan makalah basis akrual penuh belum
di terapkan) dalam sta nda r akuntansi pemerintahan Indonesia, termasuk di dalamnya adalah
s tanda r akuntansi ba gi asset tetap/BMN. Mungkin muncul pertanyaan dalam benak ki ta
mengenai bagaimana penga ruh yang akan di timbulkan ka rena perubahan basis akuntansi .
Oleh ka rena i tu, melalui makalah ini, penulis i ngin mengulas mengenai dampa k da ri
penerapan basis akrual a tas BMN yang menjadi underlying asset penerbi tan SBSN.

B. Metode Penulisan
Penulis menyusun makalah ini berdasa rkan hasil da ri s tudi litera tur ya ng dilakukan
oleh penulis baik melalui media cetak maupun media elektronik.

C. Permasalahan
Adapun permasalahan yang penulis angka t anta ra lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Sura t Berha rga Sya riah Nega ra?
2. Apa yang dimaksud dengan basis akuntansi a krual?
3. Apa da mpak ya ng mungkin terjadi apabila basis a krual di terapkan dalam standa r
akuntansi pemerintahan a tas BMN ya ng menjadi underlying asset SBSN?
3
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini a dalah untuk mena mbah pengetahuan penulis dan
pemba ca mengenai dampa k penerapan basis akrual a tas BMN yang menjadi underlying asset
ba gi SBSN.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat Berharga Syariah Negara


1. Pengertian
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Sura t Berha rga Sya riah
Nega ra , ya ng dimaksud dengan Sura t Berha rga Sya riah Nega ra (SBSN) adalah sura t berha rga
nega ra yang di terbi tkan berdasarkan prinsip s ya riah, sebagai bukti atas ba gian penyertaan
terha dap asset SBSN, baik dalam ma ta uang rupiah maupun mata uang asing. SBSN i ni juga
di kenal dengan sebutan Sukuk Nega ra .
Pengertian sukuk menurut AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for
Islamic and Financial Institutions)1 a dalah serti fika t bernilai sama ya ng merupakan bukti
kepemilikan yang tidak dibagi kan a tas suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa a tau
kepemilikan a tas proyek a tau kegiatan i nves tasi tertentu. Sukuk seca ra pri nsip mi rip dengan
obligasi konvensional . Perbedaan pokoknya terdapa t pada penggunaan konsep i mbalan dan
ba gi hasil sebagai pengganti bunga, adanya s uatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu aset ya ng menjadi dasa r penerbi tan sukuk, dan
adanya aqad a tau penjanjian anta ra pa ra pihak yang disusun berdasa rkan prinsip-prinsip
s ya riah. Selain i tu, sukuk juga ha rus distruktur seca ra s ya riah aga r ins trumen keuangan ini
aman dan terbebas da ri riba , gha ra r dan ma ysir. Seca ra singka t dapat disimpul kan bahwa
sukuk adalah obligasi yang didasa rkan a tas prinsip s ya riah.

2. Tujuan
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008, tujuan da ri penerbi tan SBSN
adalah untuk membia yai Angga ran Pendapa tan dan Belanja Nega ra termasuk membia yai
pembanguna n proyek. Kas yang didapa t oleh pemeri ntah da ri penerbi tan sukuk a kan
di guna kan oleh pemerintah untuk menggera kan perekonomian nasional melalui
pembanguna n. Tujuan lain da ri penerbi tan SBSN adalah untuk mendorong pengembangan
pasa r keua ngan s ya riah, menciptakan benchmark di pasar keuangan s ya riah, di versifikasi

1
Direktorat Je nderal Pembiayaan Syariah DJPU. Mengenal Sukuk Instrumen Investasi dan Pembiayaan Be rbasis
Syariah.
5
basis inves tor, mengambankan al terna tif ins trumen inves tasi, mengopti malkan pemanfaa tan
ba rang-ba rang nega ra untuk di jadikan underl ying asset, mendorong terti b administrasi
ba rang milik nega ra, memanfaatkan dana-dana mas ya raka t yang bel um terja ring oleh
s ys tem perba nkan konvesnional , mempercepa t pembangunan infrastruktur ya ng juga dapa t
di jadikan sebagai underl ying asset.

3. Jenis
SBSN dapa t berupa2:
a . SBSN i ja rah, yang di terbi tka n berdasa rkan akad i ja rah (sa tu pihak menjual a tau
menyewakan hak manfaa t a tas sua tu aset kepada pihak lain berdasa rkan ha rga dan
peri ode ya ng disepaka ti, tanpa diikuti dengan pemi ndahan kepemilikan aset i tu sendi ri ).
Menurut pengetahuan penulis , sukuk ya ng di terbi tkan oleh pemerintah ba ru jenis sukuk
i ja rah.
b. SBSN muda rabah, yang di terbitkan berdasarkan akad muda rabah (akad kerjasama
di mana salah satu pihak menyediakan modal (ra b al-maal) dan pihak lainnya
menyediakan tena ga dan kea hlian (mudha rib) di mana kelak keuntungannya aka n diba gi
berdasarkan persentase yang disepakati sebelumnya , a pabila terjadi kerugian maka
kerugian tersebut adalah menjadi beban da n tanggung ja wab pemilik modal .
c. SBSN mus ya rakah, ya ng di terbi tkan berdasarkan akad mus ya rakah (akad kerjasama
dalam bentuk penggabungan modal , dua piha k a tau lebih bekerjasama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek ya ng telah ada , a tau
membia yai kegia tan usaha . Keuntungan maupun kerugian yang timbul di tanggung
bersama sesuai dengan jumlah pa rtisipasi modal masing-masing piha k.)
d. SBSN istishna ’, yang diterbi tkan berdasa rkan akad istishna ’ (akad jual beli untuk
pembia yaan sua tu proyek di mana ca ra , jangka waktu penyerahan ba rang dan ha rga
ba rang di tentukan berdasa rkan kesepa katan pa ra pihak).
e. SBSN yang dterbi tkan berdasarkan akad lainnya sepanjang ti dak bertentangan dengan
pri nsip s ya riah.
f. SBSN ya ng di terbi tkan berdasarkan kombinasi da ri dua a tau lebih da ri akad seba gaimana
di maskud da ri huruf a sampai dengan huruf e.

2
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Brharga Syariah Negara pasal 3
6
B. Basis Akrual Akuntansi
Basis akuntansi merupakan dasar ya ng sanga t penting untuk melakukan penca ta tan
dan pelaporan. Basis akuntansi menentukan kapan s uatu transaksi di ca tat dan berapa besa r
nilainya .
Basis akrual merupa kan salah sa tu da ri empa t ma cam basis akuntansi ya ng biasa
di guna kan dalam praktk akuntansi pemerintah. Empa t ma cam basis yang biasa di guna kan
oleh pemerintah nega ra-nega ra di dunia adalah3:
1. Akuntansi berbasis kas
2. Modifi kasi akuntansi berbasis kas
3. Akuntansi berbasis akrual
4. Modifi kasi akuntansi berbasis akrual
Akuntansi berbasis akrual bera rti sua tu basis akuntansi di mana tra nsaksi ekonomi
dan peris tiwa -peris tiwa lain diakui dan di cata t dalam ca tata n a kuntansi dan dilaporkan
dalam peri ode laporan keuanga n pada saa t transaksi tersebut terjadi dan bukan pada saa t
kas a tau ekui valen kas diteri ma atau diba ya rkan. Basis akrual ini banya k digunakan oleh
enti tas nonpublik. Basis akrual di terapkan ka rena saa t penca tatan sesuai dengan saa t
terjadinya a rus sumber da ya . Sehingga basis akrual menyediakan informasi yang
komprehensi f ka rena seluruh sumber da ya dica ta t.

C. Basis Akrual Akuntansi Aset Tetap


Basis akrual untuk nera ca bera rti ba hwa akti va , kewa jiban, dan ekuitas dana diakui
dan di ca ta t pada saat terjadinya transaksi , a tau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpenga ruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperha tikan saat kas a tau seta ra kas
di teri ma a tau diba ya r.
Salah satu dasa r a cuan penerapan basis akrual untuk akuntansi asset tetap adalah
IPSAS 17. Dalam IPSAS, ya ng di maksud dengan asset tetap adalah property, plant, and
equipment (PPE). PPE didefenisikan seba gai asset berwujud ya ng:
1. di kuasai oleh sebuah enti tas untuk di gunakan dalam produksi atau untuk penyalura n
ba rang a tau jasa , untuk disewakan kepada pihak lain, a tau untuk tujuan administra ti f,
dan

3
Mustofa, Hamim. Basis Akuntansi Pemerintah. http://abusyadza.wordpress.com/2007/01/30/ basis-akuntansi-
pemerintahan/ (diakses pada 3 Desember 2009)
7
2. diha rapkan dapa t digunakan lebih da ri sa tu periode.
PPE ini diakui sebagai asset pada saat kemungki nan besar (probable) manfaa t
ekonomi di masa menda tang a ta u potensi jasa akan di terima oleh sua tu enti tas terkai t
dengan asset tersebut dan perolehan atau nilai waja r da ri asset tersebut dapa t diukur
dengan andal .

D. Dampak Penerapan Basis Akrual atas Aset SBSN Berupa BMN yang Menjadi Underlying
Asset SBSN
Basis akuntansi yang saat ini digunakan oleh Pemeri ntah Indonesia untuk
menyusun laporan keuangannya adalah basis cash toward accrual. Basis akrual penuh belum
di terapkan oleh pemerintah. Basis kas di guna kan untuk penga kuan pendapa tan, belanja ,
trans fer, dan pembia yaan a tau dengan kata lain, basis kas di guna kan untuk menyusun
laporan realisasi angga ran. Sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan asset,
kewa jiban, dan ekui tas da na sebagai komponen da ri nera ca .
Sebuah hal ya ng perlu di cermati adalah adanya amana t da ri Undang-Undang
Nomor 17 Ta hun 2003 tentang Keuangan Nega ra dan Unda ng-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaha raan Nega ra ya ng mewa jibkan pemerintah untuk menerapkan basis
akrual paling lambat tahun angga ran 2008. Namun hingga kini belum jelas kapan basis akrual
penuh akan mulai di terapka n dalam sistem akuntansi pemeri ntah.
Beri kut ini a dalah isu akuntansi untuk s tiap jenis SBSN:

1. SBSN Ijarah
Akad i ja rah ini mi rip dengan transaksi sale and lease ba ck ka rena sukuk i ja rah
memang terdi ri da ri dua ma cam ya kni Ijarah Al Muntahi ya Bittamliek (Sale and Lease
Ba ck) dan Ijarah Headlease and Sublease. Pemerintah menjual manfaat asset SBSN
kepada SPV kemudian menyewa manfaa t asset SBSN da ri perusahaan SPV dan di akhi r
peri ode ada komi tmen pemerintah untuk membeli asset tersebut.
Ketika di jual , aset SBSN tida k dihapuskan da ri nera ca pemerintah ka rena yang
di jual memang hanya manfaa tnya saja dan bukan fisik asset tersebut4. Pada saa t

4
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Be rharga Syariah Negara pasal 11 dan 12.
8
pemerintah menyewa asset tersebut da ri SPV ma ka pemeri ntah akan membebankan
bia ya sewa dan mengekredi t kas.
Aset SBSN ha rus di reklasifikasikan pada nera ca pemerintah untuk
mencerminkan bahwa pemerinta h telah menyerahkan hak pemanfaa tan da ri asset
tersebut da n mengungka pkannya dalam ca ta tan a tas laporan keuangan pemerintah.

2. SBSN Mudharabah
Sebuah contoh dari a kad mudha rabah adalah akad a nta ra pemerintah dan SPV
untuk membangun jalan tol . Pembia yaan a tas pembangunan jalan tol adalah dengan
menerbi tkan sukuk. Setelah pembangunan selesai SPV melakukan pengelolaan dan hasil
da ri pemanfaa tan jalan tol diba gikan kepada pemerintah dan SPV. SPV kemudian
menyera hkan ba gian yang di terimanya kepada pa ra pemegang sukuk. Setelah akhi r
peri ode sukuk jalan tol diserahkan kepada pemerintah dan uang ya ng di terima da ri
pemerintah di gunakan untuk menebus sukuk.
Ca ta tan a tas asetnya adalah asset tersebut sudah dapa t di ca ta t ketika terjadi
akad anta ra pemerintah dengan SPV. Penca ta tan dilakuka n ka rena secara akrual sudah
terda pat potensi ma nfaa t ekonomi di masa menda tang sesuai dengan a turan yang
terda pat dalam IPSAS 17. Namun dalam penca tatan ini , pemerintah juga menca ta t
kewa jiban ka rena pemerintah memiliki kewa jiban untuk membeli asset tersebut dari SPV
keti ka sukuk ja tuh tempo.

3. SBSN Musyarakah
Contoh a kad mus ya ra kah ini misalnya pembangunan asset ba ru oleh
pemerintah di mana pemerintah menyera hkan modal berupa tanah/gedung dan SPV
menyera hkan uang yang didapa t da ri penerbi tan sukuk. Aset tersebut akan di reklasifikasi
oleh pemerintah. Dan pada saat yang sama pemerintah akan mengakui asset ba ru yang
akan dibangun dan kewa jiban a tas pembelian asset tersebut ketika sukuk ja tuh tempo.
Pada saat sukuk ja tuh tempo pemerintah akan memba ya r uang dan menghapus
kewa jiban yang dica ta t di a wal. Dan pada saa t bersamaa , asset ba ru di ca ta t dan asset
lama yang di cata t pada saat penanda tanganan akad dihapus .

9
4. SBSN Istina’
Dalam akad is tina ini pemerintah akan mengakui asset tersebut pada saa t
penanda tangana n akad. Ka rena seca ra akrual suda h terdapa t potensi manfaat ekonomi
di masa menda tang. Selain i tu pemerintah juga menca ta t kewajiban ka rena adanya
kewa jiban bagi pemerinta h untuk membeli asset tersebut da ri SPV di akhi r periode
sukuk. Setelah masa sukuk bera khi r, asset yang diserahkan didebi t kemudian asset yang
di ca ta t di awal dikredit da n kas yang diba ya rkan dikredi t dan kewa jiban dihapus .

Da ri uraian mengenai akuntansi akrual atas asset yang terkait dengan SBSN
diperoleh beberapa poin penting. Pertama , terkait dengan SBSN Ija rah, asset di reklasifikasi
untuk menunjukan bahwa a tas asset tersebut telah terja di pemi ndahan hak manfaat a tas
asset da ri pemerintah kepada SPV. Munculnya beba n sewa ya ng ha rus ditanggung oleh
pemerintah. Dan di akhi r peri ode, sukuk ja tuh tempo, pemeri ntah membeli kembali ha k
ma nfaa t tersebut da ri SPV. Kedua , apabila pemerintah membangun sebuah asset/proyek
dengan berba gai ma cam asset, maka asset dica ta t di a wal pa da saa t penandatanganan a kad
ka rena pemerintah telah memperoleh potensi manfaat ekonomi a tas asset yang dibangun.
Dan di lua r uraian di a tas, perlu di ketahui bahwa akuntansi akrual untuk asset juga
mengatur mengenai depresiasi (penyusutan) asset dan juga revaluasi (penilaian kembali).
Sehingga apabila akuntansi akrual penuh di terapkan maka terhadap asset BMN yang
di jadikan seba gai asset SBSN juga akan dilakukan revaluasi dan depresiasi. Dengan
dilakukannya depresiasi, maka beban pemerintah akan berta mbah dengan adanya beban
penyusutan. Walaupun beban berta mbah na mun ti dak ada aliran kas . Yang berkurang
adalah nilai manfaat ekonomi da ri asset ya ng didepresiasi. Penulis belum mendapa t
ketera ngan lebih lanjut mengenai depresiasi nilai da ri asset yang dijadi kan sebagai
underlying asset, apaka h akan dilakukan penyesuaian nilai underlying asset tersebut dengan
menambah asset sebagai underlying asset a tau ti dak.
Sa tu poin lagi ya ng perlu di ga risbawahi adalah tidak a danya perpindahan ha k
kepemilikan a tas asset BMN yang menjadi underl yi ng asset bagi SBSN. Hal tersebut diatur
dalam Undang-Undang Nomor 19 Ta hun 2009 tentang SBSN. Hanya terjadi pemi ndahan ha k
ma nfaa t saja sehingga nilai asset tetap terca ta t di Nera ca Pemerintah.

10
BAB III
KESIMPULAN

SBSN merupakan obligasi ya ng diterbi tkan berdasarkan prinsip s ya riah. Tujuan


uta ma di terbitkannya SBSN ini adalah seba gai salah satu sa rana pembia yaan angga ran.
Tujuan lainnya adalah untuk mendorong pasar keuangan s ya riah dan mengopti malkan
pemanfaatan ba rang-ba rang nega ra untuk dija dikan underl ying asset.
Da mpak di terapkannya akuntansi akrual penuh dalam standa r akuntansi
pemerintah di Indonesia khususnya terhadap BMN yang di jadikan sebagai underl ying asset
SBSN adalah reklasifikasi asset yang di jadikan sebagai underl ying asset ba gi penerbi tan SBSN
misalnya SBSN Ija rah. Pengakuan dan penca ta tan beban sewa oleh pemerintah. Dan
kewa jiban pemerintah untuk membeli kembali asset di a khi r periode. Kemudian,pengakuan
dan penca tatan asset ya ng di bangun dengan unsur pembia yaan SBSN dilakukan di awal pada
saat penandatanganan akad. Dan yang tera khi r adalah mengenai depresiasi dan revaluasi
asset BMN. Dengan dilakukannya depresiasi, maka beban pemerintah akan bertambah
dengan a danya beban penyusutan. Hal tersebut adalah konsekuensi di terapkannya a krual
basis. Namun untuk hal depresiasi dan revaluasi, a pakah akan dilakukan penyesuaian nilai
underl ying asset, penulis belum memperoleh keterangan mengenai hal tersebut.
Pada dasarnya a kuntansi akrual atas asset BMN akan menjadi kan pengakuan,
pencata tan, penya jian, dan pengungkapan asset tersebut di Nera ca Laporan Keuangan
Pemerintah menjadi lebih komprehensif, salah satunya adalah ka rena penca ta tan asset
tersebut telah dapa t dilakukan pada saat potensi manfaa t ekonomi da ri asset tersebut
diperoleh dan nilai wa ja r asset tersebut dapa t diukur dengan andal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Di rektora t Jenderal Pembia yaan Sya riah DJPU. Mengenal Sukuk Instrumen Inves tasi dan
Pembia yaan Berbasis Sya riah.

Eka , I Wa yan Agus. 2009. Akuntansi Akrual Sukuk.


http://iwa ya naguseka.wordpress .com/2009/06/18/akuntansi-akrual -untuk-sukuk
(diakses pada 28 November 2009)

Mus tofa , Hami m. Basis Akuntansi Pemerinta h.


http://abus ya dza .wordpress.com/2007/01/30/basis-akuntansi -pemeri ntahan/ (diakses
pada 3 Desember 2009)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Sura t Berha rga Sya riah
Nega ra .

Wi kipedia . Sura t Berharga Sya riah Nega ra .


http://id.wikipedia .org/wiki /Sura t_Berha rga _Sya riah_Nega ra (diakses pada 28
November 2009)

Zein, Ha run Yusuf. 2008. Sukuk Ha rapan Perekonomian Indonesia .


http://mujahidtampan.multipl y.com/journal/i tem/43/Sukuk_Ha rapan_Perekonomian
(diakses pada 28 November 2009)

12
OPINI MENGENAI REVALUASI ASET TETAP BARANG MILIK NEGARA DI INDONESIA
Oleh M. Fa ja r Shidiq

Revaluasi seca ra sederhana dapa t diarti kan sebagai penilaian kembali . Revaluasi
asset dia rtikan sebagai penilaian kembali asset. Revaluasi ini merupakan trea tment untuk -
pengukura n selanjutnya- a tas asset. Asset Ba rang Milik Nega ra (BMN) merupa kan asset yang
dibeli a tau diperoleh a tas beban APBN a tau berasal da ri perolehan lain ya ng sah. Perolehan
lain yang sah ini misalnya hibah/sumbangan, diperoleh berdasa rkan undang-undang a tau
keputusan penga dilan ya ng telah memperoleh kekua tan yang tetap. Lantas ba gaimana
ketentuan mengenai revaluasi a tas BMN tersebut.
Revaluasi asset BMN ini merupakan sebua h isu terkai t mana jeman asset
pemerintah Indonesia. Revaluasi mengenai asset teta p pemerintah dia tur di dalam Standa r
Akuntansi Pemerintah Nomor 7. Dalam s tanda r ini dia tur bahwa revaluasi ini tida k
diperkenankan ka rena s tanda r menganut penilaian asset berdasa rkan bia ya perolehan a tau
ha rga pertuka ran. Namun penyi mpangan da ri ketentuan tersebut mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah ya ng berlaku nasional.
Dalam IPSAS 17, revaluasi merupaka n salah satu trea tment –pengukura n
selanjutnya . Kemudian, a tura n dalam PSAK ya ng ba ru (PSAK 16 tahun 2007) telah
mengadopsi a turan s tanda r internasional . Akuntansi akrual penuh pada umumnya
memperbolehkan dilakukannya revaluasi sebagai salah satu perlakuan a kuntansi untuk
pengukura n asset.
Menurut penulis, apabila akuntansi a krual penuh ditera pkan maka perlu dimasukan
sebuah a turan mengenai revaluasi asset tetap BMN dalam sta nda r a kuntansi pemeri ntah
sebagaima na IPSAS telah menga turnya . Mungkin akan menjadi lebih mudah dan si mple
dibandingkan dengan a turan dalam SAP No. 7 saat ini ya ng memperbolehkan namun ha rus
berdasarkan ketentuan pemeri ntah yang berlaku nasional . Sebelum adanya revisi PSAK 16,
revaluasi seca ra umum juga tidak diperkenankan kecuali ada ketentuan pemeri ntah yang
berlaku nasional.
Kemudian ba gaimana frekuensi dilakukannya revaluasi asset. Bebera pa aset tetap
mengalami perubahan nilai wa ja r seca ra signifikan dan fluktua tif, sehingga perl u di revaluasi
seca ra tahunan. Na mun, revaluasi tahunan seperti i tu tidak perlu dilakukan apabila
perubahan nilai wa ja r ti dak signifikan. Namun demi kian, aset tersebut mungkin perl u
di revaluasi setiap tiga a tau lima tahun sekali.
Revaluasi menurut penulis menjadi penting apabila pemeri ntah ingin menya ji kan
nilai yang waja r a tas asset yang disajika n dalam lapora n keuangan. Ka rena saat ini
pemerintah mencata t asset BMN berdasarka n nilai perolehannya di ta mbah tanpa adanya
depresiasi a tas asset BMN. Hal tersebut dilakukan berdasa rkan s tanda r akuntansi
pemerintah. Menurut penulis penca ta tan semaca m i tu ti dak mencerminkan nilai asset
pemerintah ya ng sebena rnya . Sehingga isu revaluasi ini dapa t menjadi ba gian da ri
penerapan GCG dalam mana jemen asset nega ra. Pelaksanaan revaluasi diha rapkan mampu

13
untuk meningka tkan s tatus opini LKPP ya ng saat ini masih disclaimer menjadi unqualified
opinion.

14

You might also like