You are on page 1of 19

ANALGESIK DERIVAT INDOL-INDEN

1. Indometasin
Merupakan non steroid anti-inflammatory drug derivate
indol-asam asetat. Sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan
artritis rheumatoid dan sejenisnya, namun karena sangat toksik (bisa
digunakan untuk antipiretik pada Hodgkins disease) maka
penggunaannya sangat dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-
inflamasi dan analgesic-antipiretik yang kira-kira sebanding dengan
atau lebih kuat dari aspirin.


Indometasin
Farmakokinetik. Absorpsi setelah pemberian oral cukup
baik, 92-99% indometasin, 99% terikat pada protein plasma.
Metabolismenya terjadi di hati. Indometasin dieksresi dalam bentuk
asal maupun metabolit melalui urin dan empedu. Waktu paruh
plasma kira-kira 2-4 jam.

Farmakodinamik. Indometasin menghambat enzim
siklooksigenase yang bertugas memproduksi prostaglandin dan
menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear.

Indikasi:
- Digunakan hanya bila AINS lain kurang berhasil
- Gout (pirai) akut
- Rhematoid artritis, spondilitis ankilosa, dan osteoartritis
- Duktus arteriosus paten pada bayi prematur. Ini terjadi
sebagai akibat produksi prostaglandin yang kontinyu.
Penutupan dapat dipercepat jika diberikan endometasin
secara intravena. Dalam hal ini, yang bertanggung jawab
adalah COX-1 (karena bukan proses peradangan). Seperti
diketahui indometasin merupakan selektif relatif untuk
COX-1
- Inflamasi ekstraartikular seperti perikarditis, pleuritis,
dan sindrom Bartter

Kontraindikasi:
- Wanita hamil dan menyusui
- Anak di bawah umur 2 tahun
- Adanya lesi lambung (ulkus peptikum, dll)
- Epilepsi, gangguan emosi, dan penyakit jiwa
- Kerusakan ginjal dan hati yang parah dan sudah ada
sebelumnya
- Hati-hati: penyakit Parkison
- Tekanan darah tinggi

Efek Samping:
- Gangguan saluran cerna (nyeri abdomen, diare,
perdarahan lambung dan pankretitis)
- Gangguan SSP berupa vertigo, pusing, depresi, psikosis,
halusinasi, dll
- Reaksi alergi (urtikaria, gatal, asma)
- Agranulositosis, anemia aplastic, trombositopenia,
vasokonstriksi pembuluh koroner

Mekanisme kerja. Indometasin merupakan inhibitor
selektif dari siklooksigenase (COX) 1 dan 2, enzim yang
berpartisipasi dalam sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
Prostaglandin adalah like-hormone molekul biasanya ditemukan
dalam tubuh, dimana mereka memiliki berbagai macam efek,
beberapa di antaranya menyebabkan nyeri, demam, dan peradangan.
Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus pada
wanita hamil. Indometasin merupakan agen tocolytic yang efektif,
yang dapat menunda persalinan premature dengan mengurangi
kontraksi uterus melalui penghambatan sintesis prostaglandin di
dalam uterus dan melewati calcium channel blockade.
Indometasin mempunyai dua metode tindakan tambahan
dengan kepentingan klinis:
- Menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear, mirip
dengan kolkisin
- Memisahkan fosforilasi oksidatif mitokondria di
cartilaginous (dan hepatic), seperti salisilat
Efek tambahan ini merupakan efek dari analgesic dan anti-
inflammatory.

Dosis. 2-4 kali 25 mg sehari. Untuk mengurangi gejala
rematik di malam hari, diberikan 50-100 mg sebelum tidur.

2. Etodolac
Obat ini disetujui oleh The U.S Food and Drug
Administration pada Januari 1991. Termasuk di dalam obat anti-
inflamasi non steroida (NSAID). Digunakan untuk manajemen nyeri
ringan sampai sedang, demam, dan inflamasi.

Etodolac
Farmakokinetik. Waktu paruh 7 jam. Puncak konsentrasi
plasma setelah administrasi oralnya sekitar 1-2 jam. Sangat
berikatan dengan protein plasma. Dimetabolisme di hati dan
dieksresikan di ginjal. Jika digunakan pasca operasi bedah mulut
onset dari pemakaian oralnya 30 menit dan duration of actionnya 4-
6 jam. Jika digunakan untuk mengurangi nyeri pada impaksi, puncak
efek analgesic dari 200 mg etodolac sebanding dengan 650 mg
aspirin.

Farmakodinamik. Obat ini bekerja dengan mengurangi
tingkat prostaglandin, yang merupakan bahan kimia yang
bertanggung jawab untuk rasa sakit, demam, dan nyeri yang terjadi
pada proses peradangan.

Indikasi:
- Nyeri akut dan tanda-tanda gejala rheumatoid artritis
- Osteoarthritis



Kontraindikasi:
- Wanita hamil dan menyusui
- Anak di bawah umur 2 tahun
- Pasien dengan riwayat asma, gatal-gatal, atau reaksi
alergi terhadap NSAIDs lainnya
- Pasien dengan riwayat ulkus peptikum atau kelainan
fungsi ginjal
- Tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat
pengencer darah (anti-koagulan) seperti warfarin, karena
akan meningkatkan resiko perdarahan
- Tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat anti
depresan seperti fluoxetine, karena akan meningkatkan
resiko stroke, serangan jantung, dan kelainan
kardiovaskular lainnya

Efek Samping:
- Jika disbanding dengan NSAID lainnya, etodolac tidak
terlalu mengiritasi GIT dan menyebabkan terjadinya
ulcer
- Konstipasi, diare, kembung, mual, sakit kepala, pusing,
bunyi bordering di telinga, hidung berair, sakit
tenggorokan, dan penglihatan kabur
- Berat badan yang tiba-tiba naik
- Pembengkakan mata, wajah, bibir, lidah, tenggorokan,
tangan, kaki, ankle atau kaki bagian bawah
- Demam, blisters, ruam, gatal-gatal, suara serak, kesulitan
menelan dan bernapas, kelelahan yang berlebihan,
perdarahan yang tidak biasa, kekurangan energy,
kehilangan nafsu makan
- Menguningnya kulit atau mata
- Bagian atas perut sakit; gejala seperti flu, jantung
berdebar cepat, urin berdarah, kesulitan atau sakit saat
buang air kecil, sakit punggung

Mekanisme kerja. Etodolac memblok enzim yang
memproduksi prostaglandin (siklooksigenase), sehingga
menyebabkan produksi prostaglandin berkurang, dan menyebabkan
rasa sakit, nyeri dan proses inflamasi lainnya juga mereda.

Dosis. 200-400 mg setiap 6-8 jam untuk meredakan nyeri.
Dosis per hari tidak boleh lebih dari 1200 mg.

3. Sulindac
Merupakan NSAID dari kelas asam arylalkanoic. Berguna
dalam pengobatan akut atau kronis inflamasi.



Farmakokinetik. Puncak konsentrasi plasma dari obat ini
sekitar 2 jam. Bioavalaibilitasnya sekitar 90% setelah penggunaan
oral. Sedangkan waktu paruhnya 15 jam, dan disirkulasi melalui
enterohepatik. Dieksresi 50% melalui ginjal dan 25% lewat feses.

Sulindac
Farmakodinamik. Sulindac merupakan prodrug yang
berasal dari sulfinylindene dan harus bereduksi dengan sulfida
sebelum menjadi OAINS aktif dalam tubuh. Bekerja pada COX-1
COX-2, untuk menghambat sintesa prostaglandin.

Indikasi:
- Rheumatoid artritis
- Perawatan gout (pirai) akut
- Dapat mengurangi pertumbuhan polip dan lesi prakanker
di usus besar
- Dapat digunakan dalam persalinan premature karena
memiliki efek tokolitik

Kontraindikasi:
- Pasien dengan riwayat alergi (urtikaria dan anafilaksis)
pada NSAID lainnya
- Hati-hati penggunaannya pada pasien dengan ulkus
peptikum


Efek Samping:
- Lebih rawan menyebabkan kerusakan hati atau pancreas
dibanding NSAID lainnya

Mekanisme kerja. Agen sulindac diubah oleh enzim pada
hati menjadi sulfida yang dieksresikan dalam empedu dan kemudian
diabsorbsi lagi dalam usus. Hal ini diduga untuk membantu menjaga
kadar darah konstandengan mengurangi efek samping pada
gastrointestinal.

Dosis. 150-200 mg dua kali sehari dengan makanan.

ANALGESIK DERIVAT PIROL
1. Tolmetin
Merupakan obat anti inflamasi non steroid yang termasuk
kelas asam arylalkanoic. Mengandung efek anti piretik, anti
inflamasi, dan analgesic. Digunakan terutama untuk mengurangi
hormone yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, nyeri, dan
kekakuan dalam kondisi osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.



Farmakokinetik. Terabsorbsi dengan baik pada GIT,
berikatan sangat baik dengan protein plasma, metabolism tinggi,
Puncak konsentrasi plasma sekitar 20 menit- 1 jam setelah
pemakaian oral. Waktu paruh sekitar 5 jam.

Farmakodinamik. Menahan sintesis prostaglandin in vitro

Indikasi:
- Rheumatoid artritis
- Ankylosing spondylitis
- Osteoarthritis


Tolmetin
Kontraindikasi:
- Tidak digunakan di bidang kedokteran gigi

Efek Samping:
- Meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke
- Meningkatkan resiko perforasi atau perdarahan pada
pencernaan
- Overdosis menyebabkan rasa kantuk, mual, nyeri
epigastrum, dan muntah

Mekanisme kerja. Mekanisme kerjanya belum diketahui
secara jelas. Tetapi tolmetin tidak dapat mencapai respon anti-
inflamasinya ketika dirangsang oleh kelenjar adrenal atau pituitary.
Tolmetin menghambat sintesis prostaglandin in vitro.

2. Ketorolac
Merupakan NSAID injectable pertama yang disetujui di
USA, termasuk keluarga heterosiklik asam asetat derivative dan
digunakan sebagai analgesic. Sediaannya berupa intramuscular dan
intravena injection dan ada juga tablet untuk oral yang digunakan
setelah injection.



Farmakokinetik. Bioavalaibilitasnya 100% melalui semua
rute. Obat ini dimetabolisme di hati. Waktu paruh sekitar 10 jam.
Dieksresi di ginjal sekitar 91% dan feses sekitar 6%. Keefektifan
kerja obat bila digunakan untuk post operative10 mg ketorolac oral
sebanding dengan 400 mg ibuprofen.

Farmakodinamik. Menghambat sintesis dari prostaglandin



Ketorolac
Indikasi:
- Untuk pasien yang tidak bisa memakai oral analgesic
- Penyakit yang parah
- Pasien kontraindikasi dengan opioid injection

Kontraindikasi:
- Pasien dengan hypersensitivitas ketorolac
- Pasien dengan disfungsi ginjal dan gagal jantung
- Dipakai sebelum operasi
- Pasien dengan sindrom (parsial atau lengkap) polip
hidung, angioedema, bronchoplastic reaktivitas

Efek Samping:
- Dyspepsia
- Gastrointestinal pain
- Nausea
- Peptic ulcers dan GI bleeding setelah pemberian oral
ketorolac
- Renal toxicity
- Rasa kantuk
Mekanisme kerja. Yang paling utama adalah bertanggung
jawab menghambat sintesis prostaglandin dengan memblok enzim
siklooksigenase (COX). Ketorolac merupakan non selective COX
inhibitor.

Dosis. Untuk intramuscular injection 30-60 mg, lalu
dilanjutkan 15-30 mg setiap 6 jam per oral. Untuk intravena
injection 15-30 mg dan dilanjutkan setiap 4-6 jam. Maksimal daily
dose tidak boleh lebih dari 120 mg. Pemakaian tidak boleh lebih dari
5 hari karena akan menyebabkan GI ulceration dan bleeding
complication.

3. Diklofenak
Merupakan OAINS derivate asam phenylacetic.

Diklofenak
Farmakokinetik. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna
berlangsung cepat dan lengkap. Terikat 99% pada protein plasma
dan mengalami efek first pass metabolism di hati sebesar 40-50%.
Waktu paruhnya sekitar 1-3 jam. Mencapai puncak konsentrasi
plasma sekitar 2-3 jam setelah pemakaian oral. Eksresi lewat feses,
hanya 1% lewat urin.

Farmakodinamik. Sama seperti OAINS lainnya yaitu
menghambat sintesis dari prostaglandin

Indikasi:
- Manajemen nyeri: nyri batu ginjal, nyeri ringan sampai
sedang pasca operasi atau pasca trauma
- Dismenore dan endometriosis
- Gangguan inflamasi: arthritis, rheumatoid arthritis,
polimiositis, dermatomyositis, osteoarthritis, nyeri gigi,
TMJ, spondylarthritis, ankylosing spondylitis, gout
(pirai)
- Pengobatan migraine akut

Kontraindikasi:
- Wanita hamil khususnya trimester ketiga
- Hati-hati: pasien tukak lambung
- Hipersensitivitas diklofenak
- Sejarah reaksi alergi (bronkospasme, syok, rhinitis,
urtikaria) setelah penggunaan aspirin atau OAINS lain
- Duodenum ulserasi atau perdarahan gastrointestinal
- Chrons disease atau colitis ulseratif
- Insufisiensi jantung parah, hati berat, ginjal berat,
perdarahan berat
- Pasien demam berdarah

Efek Samping:
- Mual
- Gastritis dan keluhan gastrointestinal lainnya
- Eritema kulit dan sakit kepala
- Hepatotoxic effect


Mekanisme kerja. Mekanisme kerja secara tepatnya belum
diketahui jelas, namun diperkirakan mekanisme utamanya
bertanggung jawab untuk tindakan penghambatan prostaglandin
dengan menghambat sintesis siklooksigenase (COX). Selain itu
diklofenak juga menunjukkan aktivitas bakteristatik dengan
menghambat sintesis DNA bakteri.

Dosis. Diklofenak tersedia dalam formulasi tahan asam
lambung (25 dan 50 mg ), cepat-disintegrasi formulasi oral (25 dan
50 mg), bubuk untuk larutan oral (50 mg), control-release form (75,
100 atau 150 mg ), supositoria (50 dan 100 mg), dan bentuk suntik
(50 dan 75 mg).

You might also like