STASE ILMU KSESHATAN ANAK RSUD DR HARJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ASFIKSIA NOENATUS A. Definisi Periode neonatal adalah periode bayi dari lahir sampai umur 28 hari. Asfiksia pada BBL ditandai dengan keadaan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Kosim MS, dkk., 2008). Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Hasan R & Alatas H, 2007). Asfiksia pada BBL menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL tiap tahun (Kosim MS, dkk., 2008). Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas BBL (Hasan R & Alatas H, 2007). Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasional sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia (Hasan R & Alatas H, 2007).
B. Etiologi Menurut Towell pada Hasan R dan Alatas H (2007) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: 1. Faktor ibu Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan: (a) gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c) hipertensi pada eklampsia dan lain-lain. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 3. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antar ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain. 4. Faktor neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (a) pemakaian obat anestesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial, (c) kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
C. Patofisiologi Pernafasan spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulakan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk (Hasan R & Alatas H, 2007). Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, ke duanya, menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang kemudian diikuti pnutupan duktus arteriosus. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas (Kosim MS, dkk., 2008). Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia (Hasan R & Alatas H, 2007).
D. Diagnosis Anamnesis: a) Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang, ekstraksi vacum, ekstrasi forsep, dll) b) Lahir tidak bernafas/menangis c) Air ketuban bercampur mekonium Pemeriksaan fisis: a) Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap b) Denyut jantung kurang dari 100 X/menit c) Kulit sianosis, pucat d) Tonus otot menurun Pemeriksaan penunjang a) Laboratorium: analisa gas darah, menunjukan hasil: PaO2 <50 mm H2O PaCO2 >55 mm h2 Ph < 7.30 (Pusponegoro HD, dkk., 2005)
E. APGAR skor Kriteria penilaian APGAR memberikan gambaran keadaan perubahan keseimbangan asam-basa pada bayi, beratnya perubahan kardiovaskular yang ditemukan, dan berhubungan bermakna dengan mortalitas dan morbiditas BBL (Hasan R & Alatas H, 2007). Skor APGAR 1 menit menunjukan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor APGAR perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Hasan R & Alatas H, 2007). Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan apakah BBL perlu resusitasi atau tidak. Nilai APGAR dapat digunakan untuk menilai respon resusitasi (Kosim MS, dkk., 2008). Patokan klinis yang dinilai adalah frekuensi jantung, usaha bernafas, tonus otot, reflek pada rangsangan dan warna kulit (Hasan R & Alatas H, 2007). Tanda 0 1 2 Frekuensi jantung Tidak ada <100 X/menit >100 X/menit Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Kuat menangis Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gekan aktif Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Menangis Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, ekstermitas biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan Berdasarkan patokan klinis diatas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam: a) Vigorous baby. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. b) mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 X/menit. c) Asfiksia berat. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 X/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang- kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Asfiksia berat dengan henti jantung, dimana bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum.
F. Penatalaksanaan Prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir adalah dengan resusitasi. Istilah BBL digunakan untuk bayi baru lahir pada menit-menit pertama sampai beberapa jam selanjutnya (Kosim MS, dkk., 2008). Indikasi dilakukan resusitasi bila salah satu atau lebih dari penilaian awal terdapat jawaban tidak. Penilaian awal saat bayi baru lahir diantaranya adalah: (1) apakah kehamilan cukup bulan? (2) apakah air ketuban jernih atau tidak terkontaminasi mekonium? (3) apakah bayi bernapas adekuat atau menangis? (4) apakah tonus otot bayi baik? (Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Winkjosastro GH, 2009) Langkah resusitasi terdiri dari tindakan berurutan sebagai berikut: Hangatkan bayi di bawah pemancar panas Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi Isap lendir dari mulut kemudian hidung Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering Reposisikan kepala bayi Nilai bayi: usaha, warna kulit dan denyut jantung Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positip (VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 X/menit Nilai bayi: usaha, warna kulit dan denyut jantung Bila belum bernapas dan denyut jantung < 60 X/menit lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik Nilai bayi: usaha, warna kulit dan denyut jantung Bila denyut jantung < 60 X/menit, beli epinefrin dan lanjutkan VTP dan kompresi dada Bial denyut jantung > 60 X/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan Pemasang pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi (Pusponegoro HD, dkk., 2005)
Algoritma asfiksia neonatal Bayi lahir
ya
30 detik
napas DJ > 100 dan merah muda Air ketuban tanpa mekonium? Bernapas atau menagis? Tonus otot baik? Warna merah muda? Cukup bulan? Evaluasi napas, frekuensi jantung dan warna Jaga tetap hangat Posisi; bersihkan jalan napas (bila perlu) Keringkan, stimulasi, reposisi Beri O2 (bila perlu) Perawatan rutin: Jaga hangat Bersihkan jalan napas keringkan Perawatan suportif apnea atau DJ < 100 apnea atau DJ < 100 30 detik ventilasi, DJ > 100 & merah muda DJ < 60 DJ > 60
30 detik DJ < 60
*pada beberapa langkah dipertimbangkan untuk intubasi endotrakeal (Pusponegoro HD, dkk., 2005)
MENGHISAP MULUT DAN FARING BBL normal tidak membutuhkan pengisapan dari mulut, hidung, atau farings setelah lahir secara berlebihan. Bayi akan dapat membersihkan jalan napasnya dengan sendirinya secara efektif. Bila terdapat sekresi yang menyumbat jalan napas, sekret dapat dibersihkan dengan kateter pengisap yang mempunyai lubang besar (no.10-12 F). Bila dilakukan pengisapan pada BCB, lama pengisapan harus dibatasi dalam 5 detik dan tidak lebih dari 5 cm dalamnya dari bibir bayi. Tekanan negatif yang digunakan untuk pengisapan tidak boleh melebihi 100 mmHg. Setiap pengisapan harus dengan hati-hati karena dapat menyebabkan spasme larings, trauma pada jaringan lunak, bradikardia, dan tertundanya pernapasan spontan (Kosim MS, dkk., 2008). STIMULASI TAKTIL Rangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk/menjentik telapak kaki dengan hati-hati, menggosok punggung atau perut. Tindakan ini akan merangsang sebagian besar BBL untuk bernapas. Melakukan rangsangan taktil terus menerus pada bayi yang apnea adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan. Bila bayi tetap tidakbernapas, bantuan ventilasi harus segera dimulai (Kosim MS, dkk., 2008).
Lakukan ventilasi tekanan positif Perawatan berkelanjutan Lakukan ventilasi tekanan positif Kompresi dada Beri Epinefrin VENTILASI TEKANAN POSITIF (VTP) Indikasi dilakukan VTP bila bayi tetap apnea setelah stimulasi atau pernapasan tidak adekuat, dan atau FJ < 100 X/menit. Cara melakukan ventilasi tekanan positif Alat yang akan dipakai untuk VTP dipasang dan dirangkai serta dihubungkan dengan oksigen dengan kadar 90-100%. Siapkan sungkup yang sesuai (menutupi hidung, mulut, dagu) dengan ukuran bayi. Pastikan alat berfungsi dengan baik Operator berdiri di sisi kepala atau samping bayi. Sungkup diletakan di wajah bayi dengan lekatan yang baik Dilakukan pemompaan pada balon resusitasi dengan tekanan awal > 30 cmH2O dan selanjutnya 15-20 cmH2O dengan frekuensi 40-60 X/menit VTP dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-30 X, dengan fase ekspirasi lebih lama daripada fase inspirasi Bila VTP tidak adekuat yang ditandai dengan tidak terjadinya perbaikan frekuensi jantung, priksa gerakan dada. Bila tidak atau sedikit saja gerakan dada, maka teknik ventilasi harus diperbaiki (Kosim MS, dkk., 2008). Komplikasi dari VTP adalah terjadi ruptur alveoli karena tekanan resusitasi dengan balon sungkup yang terlalu besar ( maksimal 30 cmH2O) (Hasan R & Alatas H, 2007).
KOMPRESI DADA Kompresi dada ialah penekanan yang teratur pada tulang dada ke arah tulang belakang sehingga meningkatkan tekanan intratoraks dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Indikasi kompresi dada adalah bila FJ < 60 X/menit walaupun telah dilakukan VTP yang efektif dengan oksigen tambahan selama 30 detik. Cara melakukan kompresi dada: Perlu dua orang yang bekerja sama, satu menekan dada dan yang lain melakukan ventilasi Loksai kompresi dada pada BBL adalah sepertiga bawah tulang dada, yang terletak antara ujung tulang dada dan garis khayal yang menghubungkan ke dua puting susu, atau satu jari dibawah garis khayal. Tepatkan jari di atas sifoid, hindari penekanan langsung pada sifoid Ada dua teknik melakukan kompresi dada pda neonatus, (1) teknik ibu jari. Ke dua ibu jari di atas sternum dan jari lain melingkar di bawah bayi menyangga tulang belakang/punggung (2) teknik dua jari. Ujung jari tengah dan telunjuk atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk menekan. Ke dua jari tegak lurus dinding dada dan penekanan dengan ujung jari. Kompresi dada dan ventilasi harus dilakukan secara sinkron dengan rasio 3:1 yaitu 90 kompresi dan 30 inflasi untuk mencapai 120 kegiatan tiap satu menit. Komplikasi kompresi dapat menyebabkan trauma pada bayi. Organ vital di bawah tulang iga adalah jantung, paru, dan sebagian hati. Tulang rusuk juga rapuh dan mudah patah.
PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN Obat Konsentrasi Preparat Dosis dan cara pemberian Catatan kecepatan Epinefrin 1 : 10000 Ampul 1 ml 0,1-0,3 ml/kg IV (Pertimbangkan ET bila IV sedang dikerjakan, dosis ET 0,3-1,0 ml) Diberikan secara cepat. Dapat diulang setelah 3- 5 menit jika DJ < 60 X/menit Cairan penambah volume NaCl 0,9%; RL, whole blode Bervariasi: 50 ml, 500 ml 10 ml/kg IV Berikan selama 5-10 menit dengan mengguanakan semprit atau drip IV Natrium bikarbonat 4,2% 10 ml 2 mEq/kg IV Berikan secara IV dengan perlahan, 1 mEq/kg/menit Nalokson 0,4 mg/ml, 1 mg/ml 1 ml, 2 ml 0,1 mg/kg IV Berikan dengan cepat Keterangan: Jangan memberikan Natrium bikarbonat sebelum paru diventilasi Jangan memberikan Natrium bikarbonat melalui pipa ET o Pemberian antagonis narkotik (nalokson) bukan tindakan pertama untuk bayi yang tidak bernapas o Tindakan pertamaadalah VTP o Jangan memberikan nalokson pada bayi dari ibu yang adiksi terhadap narkotik atau ibu dalam terapi rumatan metadon (Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Winkjosastro GH, 2009).
G. Perawatan lanjutan Catat nilai APGAR untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekam medik Jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang memiliki kemampuan memberikan dukungan ventilator, untuk memantau dan memberikan perawatan pada neonatus Jika bayi dalam keadaan stabil, pindahkan ke ruang neonatal untuk di tindaklanjuti Di ruang neonatal, ikuti panduan asuhan neonatus normal untuk pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis. Selain itu, monitor secara ketat tanda vital, sirkulasi, perfusi, status neurologik, dan jumlah urin, serta pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi. Sebagain ganti pemberian minum secara oral, berikan glukosa 10% intravena. Uji laboratorium, seperti analisis gas darah, glukosa, dan hematokrit, harus dilakukan. Jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonatus dapat keluar dari unit neonatal. Informasikan kepada petugas dan orang tua/keluarga tentang tanda bahaya. (Saifuddin AB, Rachimhadhi T & Winkjosastro GH, 2009).
Bayi Kurang Bulan (BKB) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
A. Definisi Bayi Kurang Bulan (BKB) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu ( < 259 hari) (Damanik, 2008). Sedangkan, Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Damanik, 2008; Pusponegoro HD, dkk., 2005).
B. Klasifikasi dan Etiologi BBLR 1. Persalinan kurang bulan/prematur Bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Pada umumnya bayi kurang bulan ini disebabkan: - Faktor ibu a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes melitus atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas. b. Usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun Umur (< 20 tahun atau > 40 tahun) dan pada multigrafida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir darinperkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir pada perkawinan yang sah. - Faktor Janin Hidramnion, kehamilan ganda umunya akan mengakibatkan lahir bayi BBLR.
2. Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan pada saat dalam kandungan (Janin tumbuh lambat atau retardasi pertumbuhan intra uterin) dengan berat lahir < persentil ke 3 grafik pertumbuhan janin (Lubchenco). Penyebabnya adalah : - Terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta - Kurang baiknya keadaan ibu atau gizi ibu - Hambatan pertumbuhan yang berasal dari bayi sendiri (Pudjiadi, 2010; Poned , 2008; Hasan R & Alatas H, 2007).
C. Patofisiologi Pada kelainan sirukulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga timbul pertumbuhan janin terhambat yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria. Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi sangat banyak dan antioksidan yang realtif kurang (misalnya: preeklampsia) akan menjadi lebih parah. Soothil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada pertumbuhan janin terhambat yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingkan dengan simetrik. Penyebab pertumbuhan janin terhambat simetrik adalah faktor janin atau lingkungan uterus (diabetes, hipertensi). Faktor janin adalah kelianan genetik (aneuploidi), umumnya trisomi 21, 13 dan 18. Secara keseluruhan pertumbuhan janin terhambat hanya 20% saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8.722 di amerika (Saifuddin AB, Rachimhadhi T & Winkjosastro GH., 2009). Salain itu, ibu dengan berat badan kurang sekali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka dilahirkan. Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetik ibu dan janin (Kosim MS, dkk., 2008).
D. Gejala klinis 1. Bayi prematuritas murni Berat badan < 2500 gr, panjang badan 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm. Masa gestasi < 37 minggu. Tampak luar sangat tergantung pada maturitas atau lamanya gestasi itu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Densesus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia majora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus pun dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang rawan dan daun telinga bulum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mama belum sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnu. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tangkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam keadaan fleksi dan kepala menghadap satu jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah, reflek moro dapat positif. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna, demikian pula reflek batuk (Hasan R & Alatas H, 2007). 2. Dismaturitas Dismaturitas dapat terjadi pre-trem, term, post-term. Pada pre-term akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan <2500 gr, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada post-term dengan dismaturitas. Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringanya wasting tersebut, yaitu: (1) Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium. (2) Stadium kedua. Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenata dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin. (3) Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang lama (Hasan R & Alatas H, 2007).
E. Langkah diagnostik 1. Anamnesis Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakhir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil 2. Pemeriksaan fisik Berat badan <2500 gr Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan) 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan skor Ballard Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisis gas darah Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau jika didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gangguan napas USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35 minggu , dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat (Pusponegoro HD, dkk., 2005).
F. Manajemen 1. Medikamentosa Pemberian vitamin K Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3- 10 hari, dan umur 4-6 minggu) 2. Mempertahankan suhu tubuh normal Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti, kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel dibawah ini Keadaan bayi Bayi sakit Bayi kecil Bayi sangat kecil Bayi keadaan membaik Frekuensi pemgukuran Tiap jam Tiap 12 jam Tiap 6 jam Sekali sehari
3. Pemberian minum ASI merupakan pilihan utama Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 gr/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu (Pusponegoro HD, dkk., 2005). 4. Volume makanan dan cairan untuk bayi kecil menurut Subekti NB, Karyuni PE & Meiliya E. (2008) Bayi kecil membutuhkan volume makanan dan cairan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan berat badan mereka. Bayi tanpa penyakit mayor/ bayi sehat 1,75 2,5 kg Izinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian susu alternatif (cangkir, cangkir dan sendok, memeras ASI dengan tangan ke dalam mulut bayi, slang lambung). Volume makanan dan cairan harian total sebagai berikut: Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7+ ml/kg BB makanan dan/atau cairan 60 80 100 120 140 150 160+
1,5 1,749 kg Berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif setiap tiga jam sesuai dengan tabel dibawah ini sampai bayi dapat menyusu Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Volume makan setiap tiga jam (ml/ makanan) 12 18 22 26 30 33 35
1,25 1,49 kg Berikan perasan ASI melalui dengan slang lambung setiap tiga jam sesuai dengan tabel dibawah ini. Lanjutkan pemberian susu dengan cangkir/sendok sesegera mungkin setelah bayi tersebut dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya. Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Volume makan setiap tiga jam (ml/ makanan) 10 15 18 22 26 28 30
< 1,25 kg Pasang slang IV dan berikan hanya cairan IV selama 48 jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung setiap dua jam yang dimulai pada hari ke-3, atau hari berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan volume makanan oral sesuai tabel dibawah ini. Lanjutkan pemberian makan dengan cangkir/sendok sesegeran mungkin setelah bayi dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya. Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan cairan IV (ml/jam 4 4 3 3 2 2 0 atau tetes mikro/menit) Volume makan setiap dua jam (ml/ makanan) 0 0 3 5 8 11 15
Bayi sakit 1,75 2,5 kg Jika bayi awalnya tidak membutuhkan cairan IV, izinkan bayi mulai menyusu. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif. Tentukan kebutuhan volume susu untuk pemberian makan sesuai dengan usia bayi. Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7+ ml/kg BB makanan dan/atau cairan 60 80 100 120 140 150 160+ Jika bayi membutuhkan cairan IV, pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 24 jam pertama. Berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan volume makanan per oral sesuai dengan tabel dibawah ini: Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan cairan IV (ml/jam atau tetes mikro/menit) 5 4 3 2 0 0 0 Volume makanan setiap tiga jam (ml/ makanan) 0 6 14 22 30 35 38
1,5 1,749 kg Pasang selang IV, dan berikan hanya cairan IV selama 24 jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan volume makanan per oral sesuai dengan tabel dibawah ini: Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan cairan IV (ml/jam 4 4 3 2 2 0 0 atau tetes mikro/menit) Volume makanan setiap tiga jam (ml/ makanan) 0 6 13 20 24 33 35
1,25 1,49 kg Pasang slang IV dan berikan hanya cairan IV selama 24 jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan volume makanan per oral sesuai tabel di bawah ini. Lanjutkan pemberian makan dengan cangkir/sendok segera setelah bayi dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya. Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan cairan IV (ml/jam atau tetes mikro/menit) 3 3 3 2 2 0 0 Volume makanan setiap tiga jam (ml/ makanan) 0 6 9 16 20 28 30
< 1,25 kg Berikan makanan dan cairan seperti yang diuraikan untuk bayi sehat dengan berat badan kurang dari 1,25 kg.
G. Komplikasi Bayi kecil cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang khususnya rentan bagu bayi kecil mencakup: 1. Kesulitan pemberian makan (kesulitan pemberian makan adalah suatu masalah umum; sejalan dengan pertumbuhan bayi, kemampuan makan akan membaik) 2. Suhu tubuh tidak normal. Kangaroo mother care adalah metode yang direkomendasikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi kecil. Metode perawatan ini direkomendasikan untuk bayi yang tidak mengalami penyakit serius, dan khususnya untuk bayi yang berat badannya kurang dari 1,8 kg) 3. Kesulitan bernapas, misalnya sindrom distres pernapasan dan apnea 4. Enterokolitis nekrotik 5. Ikterus akibat prematuritas 6. Perdarahan intraventrikuler 7. Anemia (untuk mencegah anemia defisiensi besi, berikan sediaan besi oral kepada bayi kecil guna memberikan unsur besi 2 mg/kg BB sekali sehari dari usia dua bulan sampai usia 23 bualan) 8. Glukosa darah rendah (Subekti NB, Karyuni PE & Meiliya E., 2008)
H. Pemantauan (Monitoring) 1. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2 minggu 2. Tumbuh kembang Pantau berat bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gr dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 gr). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari: o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari o Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari o Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu 3. Pemantauan setelah pulang Masalah jangka panjang yang mungkin timbul Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Retinopati karena prematuritas Gangguan pendengaran Penyakit paru kronik Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaaan Untuk itu perlu pemantauan sebagai berikut Sesudah pulang dari ke 2, 10, 20, 30; dilanjutkan setiap bulan Hitung umur koreksi Pertumbuhan: BB, PB dan lingkar kepala Tes perkembangan, DDST Awasi adanya kelainan bawaan (Pusponegoro HD, dkk., 2005).
Polidaktili
Definisi Polidaktili adalah kelainan bawaan dimana didapatkan jari lebih dari lima pada satu tangan atau kaki. Nama lain: hiperdaktili.
Gejala dan Tanda Ditemukan sejak lahir. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat sampai ke tulang. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.
Penyebab Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
Terapi Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi dokter bedah anda untuk melakukan prosedur pembedahan. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat operasi.
Komplikasi Polidaktili mungkin dapat mengganggu kenyamanan, terutama polidaktili di kaki, saat memakai sepatu.
Pencegahan Belum ada metode untuk mencegah polidaktili
Daftar Pustaka
Hasan R & Alatas H. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta Kosim MS, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI Pusponegoro HD, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I 2004. Badan Penerbit IDAI Saifuddin AB, Rachimhadhi T & Winkjosastro GH. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Subekti NB, Karyuni PE & Meiliya E. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan untuk Dokter, Perawat & Bidan. Jakarta: EGC Congenital Hand Deformities: eMedicine Plastic Surgery. (Online). Dapat diakses di: http://emedicine.medscape.com/article/1285233-overview