You are on page 1of 22

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Adeno Karsinoma Ginjal Atau Karsinoma Sel Ginjal

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Adeno karsinoma ginjal atau karsinoma sel ginjal sering disebut juga hipernefroma atau tumor grawitz.
Hal ini terjadi akibat perbedaan pendapat para peneliti tentang kelainan histogenesis yang mendasari
penyakit ini, kontroversi pendapat tentang asal tumor ini berakhir setelah penelitian oberling dengan
menggunakan mikroskop elektron mendapatkan bahwa karsinoma sel ginjal berasal dari sel tubulus
proksimal.

2. ETIOLOGI
Walau telah diketahui bahwa pada karsinoma sel ginjal sel tumor berasal dari sel tubulus proksimal
ginjal orang belum mengetahui secara pasti kenapa terjadi mitosis dan hiperplasia pada sl tubulus
tersebut. Ada sangkaan bahwa pada keadaan ini terdapat peran faktor genetik. Hal ini diperkuat oleh
kenyataan bahwa insidensi karsinoma sel ginjal meningkat pada pasien dengan kista ginjal dan
kelompok keluarga dengan riwayat penyakit tumor ginjal. Faktor resiko lain yang juga berpengaruh
yaitu lingkungan pekerjaan. Merokok merupakan resiko tinggi, demikian juga penggunaan fenasetin
jangka lama.

3. PATOFISIOLOGI
Stadium karsinoma sel ginjal :
Stadium I : Dimana tumor terbatas diantara parenkim ginjal dan belum mengenai jaringan perinefrik.
Stadium II : Tumor telah meluas ke jaringan lunak perinefrik tetapi masih terbatas dalam pasia gerota.
Mungkin telah ada invasi pada kelenjar suprarenal.
Stadium III A
IIIB
IIIC :
:
: Tumor telah menginvasi vena renalis
Tumor telah meluas ke kelenjar getah bening
Tumo telah mengenai arteria dan vena venalis serta kelenjar getah bening sekitarnya
Stadium IV A : Disamping metastasis kelenjar suprarena, telah terjadi penyebaran ke organ sekitar
ginjal seperti kolon dan pankreas.
Stadium IV B : Telah terjadi metastasis jarak jauh


4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tumor grawitz dapat bervariasi. Trias klasik yaitu hematuria makroskopik, nyeri
pinggang, dan massa di daerah ginjal ternyata tidak selalu ditemukan. Kalau ditemukan massa didaerah
ginjal biasnya tumor sudah lanjut. Anemia dan tanda metastasis jauh dari paru seperti batuk dan nyeri
pada metastasis tulang. Tidak jarang gejala atau tanda metastasis tulang merupakan manifestasis
pertama. Biasanya ditemukan gejala dan sistemik tanpa kelemahan, malaise umum, anoreksia dan
berat badan menurun kadang ditemukan tanda sindrom paraneoplastik seperti eritrositosis,
hiperkalsemia, hipertensi, dan gangguan fungsi hati yang non metastatik.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto pulus abdomen dan pielografi intra vena
Foto pulus abdomen dan pielografi intra vena ini dapat digunakan untuk memastikan adanya batu
saluran kencing yang disertai oleh hidronefrosis.



2. Pemeriksaan ultrasonografi
Gambaran radiologi petanda karsinoma sel ginjal adalah didapatkannya massa tanpa internal echo
kista sederhana dengan transmisi homogen dan adanya gambaran dinding di bagian posterior.
3. Pemeriksaan ct scanning
Dugaan karsinoma sel ginjal ditandai oleh massa hipoekoik didaerah tumor. Dengan media kontras
massa ini tampak homogen dengan area hipoekoik yang lebih jelas di jaringan ginjal sekitarnya.
4. Angiografi ginjal
Dengan arteriografi ginjal dapat diketahui adanya invasi tumor ke arah vena kava dan vena renalis.

6. PENATALAKSANAAN
Pada tumor stadium I, II, dan III A , nefrektomi radikal memberi kemungkinan sembuh, limfadenektomi
regional agaknya tidak memperbaiki prognosis pada tumor yang masih terlokalisasi. Pada tumor yang
sudah bermetastasis jauh, nefrektomi radikal merupak terapi poliatif bila ada hematuria, nyeri atau
sindrom pada neoplastik. Meskipun tumor ginjal bersifat radio resisten tetapi radioterapi bermanfaat
sekali untuk menghilangkam metastasis jauh seperti di otak, tulang dan paru.

B. KONSEP DASAR
Proses keperawatan adalah sutau sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang
mempunyai 4 tahapan yaitu : pengkajian, perencanaan dan evaluasi (A. Aziz Alimul, 2001)
I. PENGKAJIAN
1.1. Pengumpulan Data
1. Identitas klien / pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, agama, suku, alamat,
tanggal MRS, no. register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada pasien tumor ginjal biasanya akan mengalami nyeri pinggang dan massa di daerah ginjal secara
bersama-sama atau terpisah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien tumor ginjal biasanya akan terdapat gejala seperti massa di ginjal
4. Riwayat kesehatan dahulu
Umumnya pasien dengan tumor ginjal mempunyai riwayat penyakit nyeri pinggang.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pasien tumor ginjal tidak terpengaruh pada riwayat penyakit keluarga.
6. Pola-Pola Fungsi Keluarga
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada umumnya pasien tumor ginjal dapat meneuhi sebagian besar di tata laksana kesehatannya karena
tumor ginjal tak mengganggu persepsi dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutri dan metabolisme
Terdapat gangguan dan penurunan absorbi lemak menyebabkan pasien tumor ginjal mengalami
gastroentestinal ringan seperti perasaan mual, kadang-kadang muntah.
c. Pola eliminasi
Pada umumnya pasien tumor paru ginjal mengalami gangguan eliminasi seperti hematuria, retensi
urine dll.
d. Pola istirahat dan tidur
Akibat dari nyeri pinggang yang tiba-tiba muncul dapat menganggu pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Akibat dari nyeri, massa di ginjal, demam, dapat mengganggu aktivitas dan latihan pasien karena butuh
istirahat.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada umumnya akan terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnta baik oleh pasien itu sendiri
maupun keluarga pasien.
g. Pola hubungan peran
Pada umumnya peran pasien terhadap keluarga ataupun respon terhadap keadaan penyakitnya pasien
tidak ada gangguan.
h. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pola reproduksi seksual berpengaruh karena keadaan penyakit pasien.
i. Pola penanggulangan stres
Pada umumnya pasien tumor ginjal cemas terhadap penyakitnya keadaan penyakitnya.
j. Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya pasien dengan tumor ginjal tidak terdapat gangguan sensori dan kognitif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan tentang agama dan kepercayaan yang dianut pasien tentang norma dan aturan yang
dijalankan.
7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Didapatkan saat klien waktu pengkajian kreteria umum lemah, suhu tubuh tinggi (jika ada infeksi) nyeri
pinggang.
2. Pemeriksaan tanda vital
Suhu tubuh
Denyut nasi
Tingkat kesadaran
Tekanan darah
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan foto pilus abdomen
b. Ultrasonografi (USG)
c. CT Scanning
d. Angiografi girgal

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri dan Gangguan Rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan simpai ginjal ditandai
dengan pasien menyeringai kesakitan, nyeri pinggang.
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan derhubungan dengan neburunnya motivasi untuk minum
cairan sekunder akibat depresi dan kdldtihan.
3. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tunuh sehubungan dengan oral intake
kurang dan out put yang berlebihan ditandai dengan mual, muntah, dan anoreksia.
4. Perubahan Eliminasi Urine berhubungan dengan stimulasi kandung lemih oleh tumor, iritasi ginjal
atau ureteral.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengaobatan berhubungan dengan
kurangannya informasi, interpretasi informasi.

III. PERENCANAAN
Dx I Prioritas : Nyeri dan gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan simpai ginjal
ditnsai dengan pasien menyeringai kesakitan,nyeri pinggang.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3x24 jam.
KH : - Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Pasien lebih tenang dan merasa nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan kepada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
Rasional : Dengan komunikasi yang baik siharapkan kx dan keluarganya akan lebih kooperatif dalam
pelaksanaan Askep.
2. Jelaskan pada klien tentang sebab akibat terjadinya nyeri dan cara mengatasi nyeri
Rasional : Diperoleh pengetahuan tentang nyeri akan memudahkan kerja sama dengan Askep untuk
memecahkan masalah.
3. Evaluasi nyeri, catat karakteristik dan frekuensi nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas akan dapat mempermudah dalam melakukan
tindakan selanjutnya.
4. Ajarkan dan bantu kx dalam mengatasi nyeri dengan memusatkan perhatian pada pernafasan dan
mobilisasi sesuai rencana.
Rasional : Mengembalikan fungsi gerak yang terganggu akibat efek pembedahan keadaan semula
dalam hubungan memenuhi kebersihan dan aktivitas sehari-hari.
5. Berikan kompres hangat didaerah nyeri dan obs tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan mengetahui gejala dini yang timbul.
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
Rasional : Diharapkan dapat menghindari kesalah dalam pemberian terapi obat / infus.

IV. PELAKSANAAN
Adalah terwujudnya dari rencana yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk
mengatasi masalah klien secara optimal (Nasrul Effendi, 1995).

V. EVALUASI
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawtan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.
(Nasrul Effendi, 1995).



DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI Jakarta, edisi tiga, Jakarta, 2001.

R. Sjamshidajr, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997.

Effendi Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi tiga, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2003.



BAB II
KONSEP DASAR TUMOR GINJAL

A. Pengertian Tumor Ginjal
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah organ
berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih seseorang. Ini membantu untuk
menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih
dan keluar dari tubuh. Manusia dilahirkan dengan dua ginjal. Tumor Ginja terbentuk ketika sel
tumbuh terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika
proses ini berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka tidak
dibutuhkan, membuat tumor. Ketika tumor ginjal jinak, tidak kanker dan tidak menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Namun, kadang-kadang tumor dapat mengganggu fungsi organ, sehingga mereka bisa
diangkat melalui pembedahan.
Ada 2 jenis Tumor ginjal, tumor ginjal jinak dan tumor ginjal ganas
Jauh lebih serius adalah tumor ganas ginjal, yang kanker dan dapat menyebar ke area lain di
tubuh seseorang. Jenis tumor ginjal berpotensi mengancam kehidupan. ginjal sel karsinoma ,
karsinoma sel transisional , dan 'tumor Wilms adalah tumor sering didiagnosis kanker ginjal yang
paling. Pada orang dewasa, karsinoma sel ginjal berkembang paling sering. Anak-anak lebih mungkin
untuk mengembangkan 'tumor Wilms kanker .
Bila seseorang memiliki karsinoma sel ginjal, tumor ginjal berkembang dalam sel unit
penyaringan ginjal itu, yang disebut nefron. Sering kali, sel-sel kanker di daerah ini berkembang
sebagai salah satu massa dalam satu ginjal. Namun, dimungkinkan untuk lebih dari satu tumor ginjal
untuk mengembangkan hanya pada satu ginjal, dan kedua ginjal dapat dipengaruhi oleh tumor pada
saat yang sama.
karsinoma sel Transisi berkembang di lapisan pelvis ginjal , yang merupakan bagian dari
organ yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan pengeringan limbah cair. Kadang-kadang
tumor ini juga terbentuk dalam ureter, yang tabung sempit yang mengarah ke kandung kemih. Dalam
beberapa kasus, mereka bahkan mengembangkan di kandung kemih itu sendiri.
'Tumor Wilms terbentuk dalam ginjal dan dapat menyebar ke limfe node yang dekat ginjal.
Mereka juga bisa menyebar ke hati dan paru-paru. Sayangnya, jenis ini biasanya mempengaruhi
tumor ginjal anak-anak yang kurang dari lima tahun.
Meskipun setiap orang dapat mengembangkan karsinoma sel ginjal, risiko meningkat
dengan usia, dan mereka yang paling umum pada mereka yang 60 dan di atas. Pria lebih berisiko
daripada wanita, dan merokok dan obesitas juga menjadi faktor risiko. Mereka yang terkena asbes ,
kadmium , dan tichlorothylene mungkin lebih beresiko, sebagai orang-orang yang telah dirawat
karena gagal ginjal di masa lalu. Untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami, mereka yang tinggi
tekanan darah juga lebih beresiko.
Merokok juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan karsinoma sel transisional.
Seseorang juga lebih berisiko untuk mengembangkan jenis tumor ginjal ketika ia bekerja dengan
bahan kimia karsinogenik di tempat kerja. Sebuah obat phenacetin disebut, yang tidak lagi di pasar di
Amerika Serikat, telah dikaitkan dengan jenis tumor ini juga.
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang
mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air
kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra,
meninggalkan tubuh melalui penis (pria) danvulva (wanita).
1. Fungsi ginjal adalah untuk:
a. Menyaring limbah metabolik
b. Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
c. Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
d. Membantu mengatur tekanan darah
e. Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang
(kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan
glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
2. Anatomi ginjal
Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan di
sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebrata L3. Ren dexter terletak sedikit
lebih rendah daripada ren sinister karena besarnya lobus hepatis dexter. Masing-masing ren memiliki
facies anterior dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan
extremitas inferior (Keith, 2002).
Ke arah kranial masing-masing ren berbatas pada diaphragma yang memisahkannya dari cavitas
pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ren berbatas pada musculus quadratus
lumborum. Nervus subcostalis dan arteria subcostalis dan vena subcostalis serta nervus
iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan menyilang facies posterior ren secara diagonal. Hepar,
duodenum dan colon ascendens terletak ventral berbatas pada gaster (ventriculus), splen (lien),
pancreas, jejunum dan colon descendens (Keith, 2002).
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum
renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis serta pelvis renalis keluar. Hilum renale
sinistrum terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira 5 cm dari bidang median, setinggi vertebra L1.
Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari arteria renalis yang berada ventral dari pelvis renalis.
Hilum renale memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal sebagai sinus renalis dan berisi
pelvis renalis, calices renales, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-
beda (Keith, 2002).
Kedua ureter adalah pipa berotot sempit yang mengantar urin dari kedua ren ke vesica urinaria.
Bagian kranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi karena persatuan dua atau tiga callices
renales majores yang masing-masing menghimpun dua atau tiga calices renales minores. Setiap
calices renales minores memperlihatkan sebuah takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak
pyramis renalis yang disebut papilla renalis. Pars abdominalis ureter melintas amat dekat pada
peritoneum parietale dan terletak retroperitoneal dalam seluruh panjangnya. Kedua ureter melintas ke
arah mediokaudal sepanjang processus transversi vertebrarum lumbaliorum dan menyilang arteria
iliaca externa tepat distal dari tempat arteria iliaca externa dipercabangkan dari arteria iliaca
communis. Lalu masing-masing ureter menyusuri dinding pelvis lateral untuk bermuara dalam vesica
urinaria (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis (adrenalis) masing-masing terletak pada bagian kraniomedial ren.
Masing-masing glandula suprarenalis terbungkus dalam capsula fibrosa dan diliputi oleh fascia
renalis. Bentuk dan topografi masing-masing glandula suprarenalis berbeda. Glandula suprarenalis
dextra yang berbentuk segi tiga, terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh
vena cava inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis sinistra yang
berbentuk seperti bulan sabit berbatas pada splen, gaster, pancreas dan crus diaphragma (Keith,
2002).
Arteria renalis dilepaskan setingi discus intervertebralis antara vertebra L1 dan vertebra L2.
Arteria renalis dextra yang lebih panjang melintas dorsal dari vena cava inferior. Secara khas di dekat
hilum renale masing-masing arteri bercabang menjadi 5 arteria segmentalis yang merupakan arteria
akhir-akhir, artinya ialah bahwa arteri-arteri ini tidak beranostomasis. Arteria segmentalis melintas ke
segmenta renalia. Beberapa vena menyalurkan darah dari ren dan bersatu menurut pola yang
berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis terletak ventralis terhadap arteria renalis
dan vena renalis sinistra yang lebih panjang melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena
renalis bermuara ke dalam vena cava inferior (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui arteria suprarenalis
yakni cabang arteria phrenica inferior, melalui arteria suprarenalis media (satu atau lebih) dari aorta
abdominalis, dan melalui arteria suprarenalis inferior dari arteria renalis. Darah dari masing-masing
glandula suprarenalis disalurkan keluar oleh vena suprarenalis yang besar dan seringkali banyak vena
kecil. Vena suprarenalis dextra yang pendek bermuara ke dalam vena cava inferior sedangkan yang
lebih panjag di sebelah kiri bersatu dengan vena renalis sinistra (Keith, 2002).
Arteri untuk pars adominalis ureter biasanya berasal dari tiga sumber: arteria renalis, arteria
testicularis atau arteria ovarica dan aorta. Penyaluran balik darah dari kedua ureter terjadi melalui
vena testicularis atau vena ovarica. Pembuluh limfe ren mengikuti vena renalis dan ditampung oleh
nodi lmphoidei lumbales aortici. Pembuluh limfe dari bagian kranial uereter dapat bersatu dengan
yang berasal dari ren atau langsung ditampung oleh nodi lymphoidei lumbales. Pembuluh limfe dari
bagian tengah ureter biasanya ditampung oleh kelenjar limfe sepanjang arteria iliaca communis,
sedangkan yang berasal dari bagian kaudal ditampung oleh nodi lymphoidei iliaci interni (Keith,
2002).
Pembuluh limfe dari glandula suprarenalis berasal dari pleksus di sebelah dalam capsula
glandula suprarenalis dan dari pleksus di sebelah dalam medulla glandula suprarenalis. Banyak
pembuluh limfe keluar dari glandula suprarenalis ; terbanyak pembuluh-pembuluh ini berakhir dalam
nodi lymphoidei lumbales (Keith, 2002).
Saraf-saraf untuk ren dan ureter berasal dari plexus renalis dan terdiri dari serabut simpatis dan
parasimpatis. Serabut aferen plexus renalis berasal dari nervi sphlanchnici thoracici. Kedua glandula
suprarenalis dipersarafi secara luas dari pleksus coeliacus dan nervi splanchnici thoracici (Keith,
2002).

B. Klasifikasi Tumor Ginjal
a. Tumor Jinak
1. Hamartoma Ginjal
Definisi :
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas komponen lemak,
pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut
sebagai hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya
simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang
multisentrik (De Jong, 2000). Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous
sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi mental,
epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal.
Tumor ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan 4 : 1 (Basuki, 2003).
Gambaran Klinis :
Jika tidak bersamaan dengan penyakit Tuberous sklerosis, hamartoma ginjal sering tanpa
menunjukkan gejala dan kadang-kadang didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin
dengan ultrasonografi abdomen(Basuki, 2003).
Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran
kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial(Basuki, 2003).
Pencitraan:
Karena banyak mengandung komponen lemak inilah yang membedakan hamartoma dengan
adenokarsinoma ginjal ; sehingga pada ultasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik dan jika
dkonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang menunjukkan densitas negatif. Gambaran ini
patognomonis untuk suatu hamartoma(Basuki,2003).
Diagnosis ditentukan dengan ditemukannya massa pada ginjal yang pada pielografi intravena terlihat
sebagai massa yang mendesak pada sistem pielum dan kaliks. Pada pemeriksaan ultrasonografi dapat
terlihat massa padat pada ginjal. Dengan arteriografi sulit membedakan tumor ini dengan tumor
ganas karena keduanya memberi bayangan hipervaskularisasi (De Jong, 2000).
Terapi :
Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati, hanya saja memerlukan evaluasi
berkala yang teratur untuk mengetahui perkembangan besarnya massa tumor. Jika tumor menjadi
semakin besar dan sangat mengganggu perlu dipertimbangkan untuk tindakan nefrektomi(Basuki,
2003).
2.. Fibroma Renalis
Definisi :
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau tumor sel interstisial reno-
medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa
adanya tanda ataupun gejala klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang
kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor
tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
3. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna kuning kelabu dengan
diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang
ditemukan, pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis
tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel besar jernih
dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan ukurannya ; tumor yang berdiameter
kurang dari 30 mm ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang
sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat
terjadi pada adenoma korteks.
4.Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya (tanda terhadap adanya
mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-
kadang dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
5. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa menyebabkan masalah
klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga memberikan
rasa nyeri atau merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor
yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang merupakan
penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000).Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah
lipoma dan leiomioma (De Jong, 2000).
b.Tumor Ganas (kanker)
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium, yaitu karsinoma
sel transisional atau berasal dari sel epitel ginjal atau adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari
sel nefroblas, yaitu tumor Wilms.
1.Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis
ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering
ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya
alat bantu diagnosa USG dan CT scan (Basuki, 2003).
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor
ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang
usia yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus (Basuki,
2003).
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau
Internist tumor (Basuki, 2003). Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma
yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang embrionik (Underwood, 2000).
Etiologi :
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya adenokarsinoma ginjal, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan agen yang spesifik sebagai penyebabnya. Merokok merupakan faktor resiko yang
paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal. Semakin lama merokok, dan semakin muda seseorang
mulai merokok semakin besar kemungkinan menderita kanker ginjal. Meskipun belum ada bukti kuat,
diduga kejadian kanker ginjal berhubungan dengan konsumsi kopi, obat-obatan jenis analgetika dan
pemberian estrogen (Basuki, 2003).
Yang diindikasikan sebagai faktor etiologi ialah predisposisi genetik yang diperlihatkan dengan
adanya hubungan kuat dengan penyakit Hippel-Lindau (hemangioblastoma serebelum, angiomata
retina dan tumor ginjal bilateral) suatu kelainan herediter yang jarang (Underwood, 2000). Jarang
ditemukan bentuk familial yang mengikuti pola dominan autosomal. Insidens pada ginjal tapal kuda
dan ginjal polikistik pada orang dewasa lebih tinggi daripada ginjal normal (De Jong, 2000).
Patologi :
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks, dan
kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal dari tubulus distal maupun
duktus kolegentes. Biasanya tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang terdiri atas parenkim ginjal
yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia Gerota merupakan barier yang
menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya (Basuki, 2003).
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye disertai daerah nekrosis dan perdarahan
(Underwood, 2000), sedangkan pada gambaran histopatologik terdapat berbagai jenis sel, yakni: clear
cell (30 40%), granular (9 12%), sarkomatoid, papiler, dan bentuk campuran (Basuki, 2003). Yang
paling sering adalah campuran sel jernih, sel bergranula dan sel sarkomatoid (De Jong, 2000). Inti
yang kecil menunjukkan sifat ganas tumor. Sitoplasma yang jernih diakibatkan adanya glikogen dan
lemak. Disamping itu di beberapa kasus menunjukkan adanya eosinofilia atau reaksi leukemoid dalam
darah dan pada sebagian kecil penderita timbul amiloidosis. Secara makroskopis ginjal terlihat
distorsi akibat adanya massa tumor besar yang berbenjol-benjol yang biasanya terdapat pada kutub
atas (Underwood, 2000).
Hipernefroma kadang-kadang berbentuk kistik. Hal ini dapat memberikan masalah diagnostik. Tumor
biasanya berbatas tegas, tetapi beberapa menembus kapsula ginjal dan menginfiltrasi jaringan lemak
perinefrik. Perluasan ke dalam vena renalis kadang-kadang dapat dilihat secara makroskopis sekali-
sekali terlihat suatu massa tumor padat meluas ke dalam vena kava inferior dan jarang ke dalam
atrium kanan (Underwood, 2000).
2. Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan
paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling
banyak menyerang anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan
(Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan laki-laki sama
banyaknya. (Underwood, 2000). Tumor Wilms merupakan 10% dari semua keganasan pada anak.
Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia pada anak dan
sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu
persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen
tumor Wilms telah dilokasi pada garis p 13 kromosom 11 (De Jong, 2000).
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma sel embrional. Tumor Wilm
sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia
(Basuki, 2003).
Patologi
Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma dan epitel. Dari irisan
berwarna abu-abu dan terdapat fokus nekrosis atau perdarahan. Secara histopatologis dibedakan 2
jenis nefroblastoma, yaitu Favorable dan Unfavorable (Basuki, 2003). Kadang tidak tampak unsur
epitel atau stroma (De Jong, 2000).
Secara makroskopis tumor ini tampak sebagai massa yang besar dan sering meluas menembus
kapsula dan menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik dan bahkan sampai ke dasar mesenterium.
Potongannya menunjukkan berbagai macam gambaran yang merefleksikan jenis jaringan yang
ditemukan pada pemeriksaan histologis. Daerah perdarahan dan nekrosis sering ditemukan menyatu
dengan jaringan tumor solid yang berwarna putih bersama dengan daerah kartilago dan
musinosa. Secara histologis kedua jaringan epitel dan mesenkim dapat ditemukan dimana tumor
berasal dari jaringan mesonefrik mesoderm. Glomerolus dan tubulus terbentuk tidak sempurna yang
terletak dalam stroma sel spindel. Otot serat lintang sering ditemukan pada tumor ini bersama
dengan jaringan fibrosa miksoid, kartilago, tulang dan lemak, sehingga membentuk susunan
campuran yang sedikit aneh. (Underwood, 2000)
Penyebaran :
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar
secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena renalis
ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium
lanjut menyebar ke ginjal kontralateral (Basuki, 2003).
Stadium
NWTS (National Wilms Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah dilakukan
nefrektomi) dalam 5 stadium:
I. Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis limfogen (N0).
II. Tumor meluas keluar simpai ginjal dan dapat dieksisi sempurna mungkin telah mengadakan
penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau ke vasa renalis (N0).
III. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari: biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum
atau selama operasi (N+).
IV. Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
V. Tumor bilateral (Basuki, 2003).
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
T Tumor primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80>80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh (De Jong, 2000).

Gambaran Klinis :
Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh orang tuanya karena diketahui perutnya membuncit, ada
benjolan di perut sebelah atas atau diketahui kencing berdarah. Pada pemeriksaan kadang-kadang
didapatkan hipertensi, massa padat pada perut sebelah atas yang kadang-kadang telah melewati
garis tengah dan sulit digerakkan. Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen terdapat massa padat
pada perut (retroperitonial) sebelah atas yang dalam hal ini harus dibedakan dengan neuroblastoma
atau teratoma (Basuki, 2003). Presentasi klinis yang sering adalah adanya massa dalam abdomen.
Gambaran klinis awalnya dapat sebagai hematuria. Nyeri abdomen dan obstruksi intestinal
(Underwood,
2000).
Pemeriksaan PIV, tumor Wilm menunjukkan adanya distorsi sistem pelvikalis atau mungkin
didapatkan ginjal non visualized, sedangkan pada neuroblastoma terjadi pendesakan sistem kaliks
ginjal ke kaudo-lateral (Basuki, 2003).
Pemeriksaan :
Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan tumor padat pada
ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms. Pielogram intravena juga dapat
menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan
mengenai faal ginjal. CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus
menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar. Pemeriksaan
untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak (De Jong, 2000).
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms. Pemeriksaan penunjang
lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor sangat besar sehingga diperkirakan akan
sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk mendapatkan sediaan
patologik untuk kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi sitostatika prabedah untuk
mengecilkan tumor (De Jong, 2000).
Diagnosis Banding :
Benjolan pada perut sebe lah atas yang terdapat pada anak-anak dapat disebabkan oleh karena: (1)
hidronefrosis/ kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang mempunyai konsistensi kistus, (2)
neuroblastoma intrarenal biasanya keadaan pasien lebiih buruk dan pada pemeriksaan laboratorium
kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam urin mengalami peningkatan dan (3) teratoma
retroperitonium (Basuki, 2003).
Penatalaksanaan :
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontralateral normal,
dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala diawali dengan pemberian sitostatika atau
radiasi (Basuki, 2003).
1. Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan beberapas eri setelah
pembedahan dengan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan
adalah kombinasi dari Actinomisin D dengan Vincristine.
2. Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik terhadap radioterapi (bersifat
radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan
dengan sitostatika sebagai terapi sandwich (Basuki, 2003).
3. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limf retroperitoneal total tidak perlu dilakukan,
tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.
Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava, tumor tersebut harus
diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus diusahakan agar tidak terjadi penyebaran untuk
mencegah kenaikan tingkat keganasan klinis. Pada awal pembedahan v. Renalis dan v. Kava sebaiknya
ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada tumor bilateral harus
dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum untuk menentukan diagnosa dan perangai
histologik. Apabila termasuk golongan prognosis baik, dapat diberikan kemoterapi disusul dengan
nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis buruk harus dilakukan nefrektomi bilateral,
kmoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi radioterapi dapat mengganggu
pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, paru dan hati. Oleh karena itu radioterapi
hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk
atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi (De Jong, 2000).
Tumor Wilms merupakan tumor yang kemosensitif terhadap beberapa obat anti tumor, seperti
aktinomisin D, vinkristin, doksorubisin, siklofosfamid dan sisplatin. Biasanya kemoterapi diberikan
prabedah selama 4 8 minggu. Dengan terapi kombinasi seperti di atas dapat dicapai kelanjutan
hidup lebih dari 90% dan bebas penyakit 85%. Pada tumor bilateral, kelanjutan hidup 3 tahun adalah
80% (De Jong, 2000).
Prognosis :
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah ditemukan penyebaran
dalam paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi, khemoterapi dan pembedahan meningkatkan
secara nyata prognosis penyakit ini. Prognosis buruk menunjukkan gambaran histologik dengan
bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi kompleks (De Jong,
2000).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor ini dibedakan
dalam dua jenis yaitu :
(1) karsinoma sel transitional.
(2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra
proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi
karsinoma transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis
karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis (Basuki, 2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana sisanya yang
paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena
pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya
hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis (Underwood, 2000)
Etiologi :
Ditemukan hubungan antara tumor ini dengan penyalahgunaan pemakaian obat analgesik, dan
terkena zat warna anilin yang digunakan pada pewarnaan, karet, plastik dan industri gas. Beberapa
penderita dilaporkan mendapat karsinoma sel transisional beberapa tahun setelah menggunakan
thorotrast, suatu -emiter, yang digunakan pada pielografi retrograde (Underwood, 2000)
Gambaran Klinis :
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah kencing darah (80%), kadang-kadang disertai
dengan nyeri pinggang dan teraba massa pada pinggang. Keadaan tersebut disebabkan oleh massa
tumor atau akibat obstruksi oleh tumor yang menimbulkan hidronefrosis (Basuki, 2003).
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu radiolusen,
tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan ultrasonografi atau CT scan
dapat membedakannya (Basuki, 2003).
Pemeriksaan sitologi urin dengan mengambil contoh urin langsung ke dalam pielum melalui kateter
ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung keadaan pielum. Jika dicurigai ada massa
pada pielum diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi (Basuki, 2003).
Tumor sel transisional tumbuh berpapil-papil, serupa dengan tumor ureter dan vesika urinaria. Sering
ditemukan karsinoma sel transisional pada seluruh traktus urinarius, yang sugestif adanya perubahan
dari daerah urothelial. Bentuk papil tumor memudahkan terjadinya kerusakan pada massa tumor
bagian ujungnya, yang dapat terlepaskan. Hal ini menyebabkan sel tumor yang atipik dapat dideteksi
dalam urin penderita, sehingga memungkinkan tumor ini didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
sitologi urin dan dilakukan screening (Underwood, 2000).
Dengan adanya batu pelvis, urothelium dapat mengalami metaplasia squamosa. Telah diketahui
bahwa terjadinya karsinoma skuamosa ada hubungannya dengan terdapatnya batu dan infeksi kronis,
tetapi dapat pula timbul langsung dari epitel transisional. Secara makroskopik biasanya tumor ini
berbentuk datar dan infiltaratif dengan prognosisnya yang buruk (Underwood, 2000).
Terapi :
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun radiasi eksterna. Terapi
yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah nefroureterektomi dengan mengambil cuff
dari buli-buli (Basuki, 2003).
Prognosis :
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang berdiferensiasi buruk, dan
tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika urinaria.

C. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Klinis
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang
merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain,
sumbatan aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal.
Secara klinis kelainan ini terpaparkan sebagai keluhan hematuria.
Febris yang disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen endogen oleh tumor ginjal.
Hipertensi yang mungkin disebabkan karena: oklusi vaskuler akibat penekanan oleh tumor,
terjadinya A-V (arteri-venous) shunting pada massa tumor atau hasil produksi subtansi Pressor Oleh
tumor.
Anemi karena terjadinya perdarahan intra tumoral
Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur. Varikokel ini terjadi akibat obstruksi
vena spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat oleh trombus sel-sel
tumor.
Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar.
Kadang-kadang ditemukan sindroma paraneoplastik, yang terdiri atas:
(1) Sindroma Staufer (penurunan fungsi liver yang tidak ada hubungannya dengan metastasis pada hepar
dengan disertai nekrosis pada berbagai area pada liver)
(2) hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal),
(3) polisitemia akibat peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan
(4) hipertensi akibat meningkatnya kadar renin(Basuki, 2003).

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap darah
yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi
didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan
pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran
arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

E. Komplikasi

F. Penatalaksanaan medik
1. Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu
mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium lanjut tetapi
masih mungkin unutk dilakukan operasi, masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada
beberapa tumor yang telah mengalami metastasis, setelah tindakan nefrektomi ini sering didahului
dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan untuk memudahkan operasi(Basuki, 2003).
2. Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. Preparat yang dipakai adalah
hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa pemberian preparat hormon tidak
banyak memberi manfaat (Basuki, 2003).
3. Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau dikombinasikan dengan
interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju. Karena harganya sangat mahal dan hasil
terapi dengan obat-obatan imunoterapi masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih sangat
terbatas (Basuki, 2003).
4. Radiasi Eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena
tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki, 2003).
5. Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan manfaat pada tumor ginjal
(Basuki, 2003).

G.Pencegahaan
pencegahan terhadap ancaman oenyakit ini adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Mengkonsumsi makanan yang sehat , yang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit tumor ginjal
ini. Tidak merokok, karena merokok salah satu yang dapat mengakibatkan terjadinya tumor ginjal.



BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR GINJAL

A. Pengkajian
Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntahdan diare. Badan panas hanya sutu hari
pertama sakit.
Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena
adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake
nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang
tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya
hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasiduduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama
1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu
napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
Hipertensi yang menetap dapatmenyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala
serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-
kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab danpenanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan
malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari
pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemasdan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak
berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta
kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
5.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ketiga.
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan
cairan
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang
mengancam kehidupan

C.Rencana Keperawatan
Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan
yang ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat
2. Kaji perubahan edema dan Pembesaran
abdomensetiap hari
3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang
sama
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin
5. Atur masukan cairan dengan cermat
6. Berikan diuretik sesuai order dari tim
medis
Evaluasi harian keberhasilan terapi
dan dasar penentuan tindakan
Indikator akumulasi cairan
dijaringan dan dirung ketiga
BJ Urine dan albuminnuria menjadi
indikator regimen terapi
Sehingga anak tidak mendapatkan
lebih dari jumlah yang ditentukan
Pengurangan cairan ekstravaskuler
sangat diperlukan dalam
mengurangi oedema
2.


Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime,
kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan
secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda
perubahannutrisi : Anoreksi, Letargi,
hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai
instruksi
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
intestine dapat memperburuk status
nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih
buruk
Membantu dalam proses metabolisme.
3.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan
cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan
pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan adanya penyimpangan dari
normal
3. Berikan albumin bergaram rendah sesui
indikasi
Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid
sehingga mempertahangkan cairan
dalam vaskuler
4.














Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri
nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
4. berikan obat dengan jadwal preventif
5. hindari aspirin atau senyawanya
Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring bilah terjadi
edema berat
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas bila
ambulasi
3. intrusikan pada anak untuk istrahat bila
ia merasa lelah
Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang
mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur
2. Jelaskan prosedur operatif dengan
jujur
3. Jelaskan tentang proses penyakit
4. Bantu keluarga merencanakan masa
depan khususnya dalam membatu anak
menjalani kehidupan yang normal
Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya

TUMOR GINJAL
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR GINJAL
TUMOR GINJAL
A. PENGERTIAN
Tumor ginjal sering disebut juga hipernefroma, carcinoma alveolar, dan clear cell carcinoma.
Pada fase awal biasanya asimtomatik, dan baru diketahui sebagai massa abdomen yang teraba setelah
dilakukan pemeriksaan fisik yang rutin. Tipe tumor ginjala yang paling sering ditemukan adalah
adenocarsinoma renal atau sel renal yang menyebabkan lebih dari 85% dari semua tumor ginjal.
Tumoer ini dapat melakukan metastase sampai ke paru-paru, tulang, hati, otak dan ginjal yang ain. Seperempat
hingga setengah dari bagian pasien tumor ginjal sudah mengalami kelainan metastasik pada saat penyakitnya
didiagnostik (brnner & suddart, 2002).
B. ETIOLOGI
Genetic
Paparan bahan kimia : asbes dan petrokimia
Kegemukan
Sosioekonomi rendah
Minum kopi dalam jangka lama
Penggunaan diuretik kronik
C. TANDA DAN GEJALA
Keluhan klinis ditentukan oleh besar dan invasi terhadap jaringan sekitar seperti kelenjar getah bening, serta
invasi ke dalam pembuluh darah terutama pada vena renalis dan pada gilirannya memberikan keluhan dan
gejala metastasis tumor tersebut.
Tiga gejala khas dari tumor ginjal yang didapatkan 10-15% pasien pada stadium lanjut :
1. hematuria
dibuktikan dengan diagnosis bukan karena batu, infeksi tuberkulosa, dan kista
2. nyeri pinggang
nyeri ini bisa diakibatkan oleh tekanan balik yang oaleh kompresi ureter perluasan tumor ke daerah perineal
atau perdarahan ke dalan jaringan ginjal. Nyeri kronik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak
melalui ureter.
3. massa didaerah ginjal.
Gejala lain tumor menimbulkan kelainan neoplasmatik dan eritrositosis. Hipertensi dan kelainan hati, muncul
juga sindrom cushing hipoglikemia, genekomastia, anemia, hematuria dan peningkatan laju endap darah,
kelainan tulang yang diikuti hiperkalsemia dan peningkatan hormon paratiroid.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks maupun daerah medulla. Tumor dari
daerah korteks cenderung meluas kedarah sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari
jaringan parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar
menyebabkan tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9 cm. Secara makroskopik akan
terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang
lebih kecil tampak homogen sedang yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah
perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer
E. DIAGNOSIS
Untuk diagnosis memerlukan pemeriksaan urographi intravena, sitoskopi, nefrotomografi, atau pemindai CT.
semua pemeriksaan ini mungkin melelahkan bagi pasien yang konsisi umumnya menurun akibat efek sistemik
tumor
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan tumor ginjal adalah untuk menghilangkan tumor itu sebelum terjadi metastasis.
Nefrektomi radikal adalah terapi pilihan jika tumornya dapat diangkat. Tindakan ini mencakup pengangkatan
ginjal serta tumornya. Kelenjar adrenal, lemak perirenal, disekitarnya serta fasia gerota dan nodus limfatikus.
Terapi radiasi, hormonal atau kemoterapi dapat dilakukan bersama-sama pembedahan, imunoterapi dapat
pula membantu ( brunner & suddart, 2002)
G. KEPERAWATAN
Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakitnya
tujuan : cemas berkurang
intervensi :
kaji kecemasan pasien
beri penjelasan secara umum tentang penyakitnya perawatan dan pengobatan
intruksikan penetingnya pemeriksaan yang rutin.
2. resiko bersihan jalan nafas b.d lokasi insisi operatif
tujuan : pertahankan bersihan jalan nafas
intervensi :
o berikan analgesik sesuai advice
o fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau benatal untuk membantu pasien pada saat batuk
o berikan posisi yang nyaman untuk pasien
o bantu dan dorong ambulasi dini
3. nyeri b.d luka insisi dan distensi abdomen
tujuan : pengurangan rasa nyeri
intervensi :
kaji tingkat nyeri pasien
beri analgetik sesuai program
lakukan kompres hangat
ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4. perubahan eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin
tujuan : perthankan eliminasi urin
intervensi :
kaji sistem drainase urin
kaji keadekuatan keluaran urin dan potensi sistem drainase
pertahankan sistem drainase tertutup
1 Tumor Ginjal
a. Pengertian
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transmformasi dan tumbuh secara autosom lepas dari
kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya
(Sjamsuhidajat R, 2004).
Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan kelainan yang
benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001)
Tumor ginjal terbagi menjadi 2 , yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor
ginjal padat jinak ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma,
hamartoma. Sedangkan Tumor ginjal ganas biasanya berupa tumar padat yang berasal dariurotelium
yaitu karsinoma , sel transional , atau yang berasal dari sel epitel ginjal(Sjamsuhidajat R, 2004).
b. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor lingkungan dan genetik yg menjadi predisposisi terbetuknya karsinoma sel ginjal, meliputi hal-
hal sebagai berikut.
1. Merokok
2. Obesitas. Menjadi faktor risiko, terutama pada wanita, berat badan yang meningkat memiliki hubungan
liner dengan meningkat kan risiko
3. Hipertensi. Dikaitkan dengan peningkatan insiden carcinoma sel ginjal
4. Penyakit kritis ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal gangka panjang. Hal inipredisposisi
untuk kanker sel ginjal
5. Transplantasi ginjal. Predisposisi pada penerima transplantasi ginjal
6. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan terkait dengan karsinoma
ginjal
c. Patofisiologi dan patoflow
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks maupun daerah medulla. Tumor
dari daerah korteks cenderung meluas kedarah sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri
dari jaringan parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar
menyebabkan tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9 cm. Secara makroskopik akan
terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang
lebih kecil tampak homogen sedang yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah
perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer. (Afif, 2011)
Salah satu penyebab utama tumor ginjal adalah merokok, karena didalam rokok terdapat zat
karsinogen. Karsinogen itu akan menyebabkan kerusakan pada DNA atau bahasa kerennya mutasi
DNA yang ada pada inti sel. Unit fungsional DNA disebut gen yang terkenal sebagai pembawa sifat
keturunan. Sebenarnya fungsi DNA ini adalah pengatur semua kehidupan sel. DNA yang menentukan
struktur dan fungsi sel juga pembelahannya. Kerusakan-kerusakan pada DNA akan diperbaiki oleh
yang namanya DNA repair mechanism, bila repair ini gagal maka sel akan
mengalami Apoptosis. Apoptosis ini adalah kematian sel dengan cara bunuh diri akibat terpapar asap
rokok. (Erna. 2008)
Mutasi ini dapat mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes (dinamakan demikian
karena aktivasi berlebihan dari gen ini menyebabkan sel akan terus membelah dan menjadi kanker)
seperti gen RAS atau menginkativasi tumoursuppressor genes (gen yang menekan timbulnya tumor
jadi kerjanya berlawanan dengan oncogene). Nah banyak bukti telah didapatkan bahwa carcinogen
dapat secara langsung bereaksi dan menyebabkan perubahan pada RAS. (Erna. 2008)
Karena oncogen seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi membelah gak karu-karuan, dan
membentuk sel-sel dengan struktur yang lebih primitif, semaunya sendiri (otonom), tidak mematuhi
aturan-aturan yang berlaku secara alami, bahkan dengan gampang terlepas. Sel-sel yang terlepas paling
sering masuk aliran limfe dalam pembuluh limfe, juga darah dan kemudian bila dia berhenti pada suatu
tempat dia akan berkembang biak disitu menimbulkan yang disebut dengan anak sebar (metastases).
(Erna. 2008)





d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejalanya menurut Nursalam, 2008 yaitu:
1. Tumor tanpa disertai gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik secara teratur. Saat
melakukan palpasi ditemukan massa di daerah abdomen.
2. Lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat efek sistemik kanker ginjal.
3. Classical triad (gejala lambat).
a. Hematuria : intermitten atau terus menerus pada pemeriksaan mikroskopis dan kasat mata.
b. Nyeri pinggul : distensi kapsul ginjal dan invasi sekitar struktur ginjal.
e. Komplikasi
Metastase yang luas ke berbagai organ (Nursalam, 2008)
f. Diagnosa Banding
Menurut (Sjamsuhidajat,2004) diagnosa banding tumor ginjal adalah:
1. Tumor jinak ginjal: pembesaran ginjal karna hidronefrosis bilateral dengan tanda gagal ginjal dapat
mirip dengan ginjal polikistik, tetapi pada pemeriksaan ultrasonografi dapat dibedakan dengan mudah.
2. Tumor ganas ginjal: Diagnosa banding meliputi hidronefrosis, kista ginjal. Danneurobllastoma
intrarenal. Pada neurostoma, yang juga biasanya ditemukan juga pada anak, tidak kelihat kelainan
bentuk pielum dan kaliks pada pielogram intravena, dan kadar ketekolami meninggi

g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nursalam , 2008:
1) USG membantu membedakan kista dari tumor ginjal dan digunakan sebagai komplemen untuk IVP
2) MRI bermanfaat sebagai mendeteksi , kategori dan tahap massa ginjal ( bentuk , berat , kondisi)
Menurut Sjamsuhidajat (2004)
3) Pemeriksaan urin biasanya menunjukan proteinuria, hematuria, leukosituria,dan kadang bakteriuria
4) Pemeriksaan darah menunjukan uremi, anemia, karna hematuria kronik
5) Foto polos perut dan pielografi biasanya ditemukan pembesaran bayangan ginjal dan pendesakan
sistem pelviokalis sehingga bentuk kaliks menjadi mendatar daninflundibulum seperti memanjang.
h. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi dan
morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis
tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral normal, dilakukan
nefrektomi radikal.
Pembedahan, nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall total tidak perlu dilakukan
tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan
penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
Radioterapi, tumor Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.Karena itu
radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di berikan radioterapi.Radioterapi
dapat juga di gunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.
Kemoterapi, tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip
dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi
terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi
sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor
yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian
terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga
lebih mudah di reseksi total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan
tumor Wilms, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme
kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat
tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
(Gitayulia, 2011)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian menurut Nursalam , 2008
Pengkajian pada pasien tumor ginjal
DS: melaporkan cemas pada penyakitnya, rasa nyeri, perubahan pola eliminasi
DO: nyeri saat palpasi di daerah pinggul, wajah meringis, menahan sakit, teraba massa di pinggul saat palpasi
, kenaikan suhu tubuh.sulit tidur dan istirahat, perubahan tanda vital, penurunan berat badan.
b. Diagnosa , intervensi dan rasional keperawatan
1. Nyeri b.d spasme otot punggung dan abdomen, peregangan dari terminal saraf skunder
dari infasi tumor kedalam organ lain, sumbatan aliran urine, massa tumor yang menyebabkan
peregangan kapsula fibrosa ginjal, bekuan darah massal sel tumor bergerak turun melaui ureter.
(Muttaqin, 2011)



13

Tujuan ::
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat teratasi.
a) Tingkat kemanan Control nyeri
b) Nyeri: efek yang
rusak

c) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu mneggunakan tehknik non farmalogi, untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan )
d) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri
e) Mampu mengenal nyeri ( skala, intensitas , frekuensi dan tanda nyeri)
f) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
g) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Pain manajement
Monitor secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi lokasi,
karakteristik, dan onset durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri dan
faktor faktor presipitas.

Anjurkan pasien untuk
memonitor nyeri sendiri.

Anjurkan penggunaan
keterampilan manajemen nyeri
(misal: teknik relaksasi, dan
bimbingan imajinasi)

Berikan informasi, seperti:
penyebab, berapa lama terjadi,
dan tingkatan pencegahan.

Observasi cemas, menangis
gelisah, dan gangguan pola
tidur.

Analgenik administration

Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum memberi obat.



Catat karakteristik nyeri.



Monitor keluhan nyeri,
perhatikan lokasi, lamanya,
dan intensitas (skala 0 10).




Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.



Dapat membantu merelaksasikan
ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.



Menurunkan gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri.

Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.


Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi.
14




Petunjuk nonverbal ini dapat
mengindikasikan adanya derajat nyeri
yang dialami.



Dapat membantu menghilangkan
spasme/nyeri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat.


Perubahan berat/lamanya dapat
mengindikasikan kemajuan proses
penyakit/terjadinya komplikasi.

Membantu dalam mengidentifikasi
derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk/keefektifan
analgesik.



Analgesia dikontrol pasien sehingga
pemberian obat tepat waktu, dan dapat
mencegah nyeri.



2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder dari respons sistemik metastasis kanker ginjal
ke organ lain. (Muttaqin, 2011)
NOC: Thermolegulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh, nadi dan RR normal.
15

Kriteria hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Nadi dan RR dalam rentang normal.
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.
(NIC & NOC, 2007 2008)
Intervensi Rasional
Berikan kompres pada pasien.


Tingkatkan sirkulasi udara.



Berikan antipiretik.

Selimuti pasien.



(NIC & NOC, 2007 2008)

Dapat membantu mengurangi
demam.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.

Untuk mengurangi demam.

Digunakan untuk mengurangi
demam umumnya lebih besar dari
39,5 40 derajat celcius.

(Doenges, 1999)

3. Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, efek sekunder dari obstruksi
saluran kemih dari tumor ginjal. (Muttaqin, 2011)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pengeluaran urine normal.
Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Kriteria hasil:
a)
16

Mampu mengosongkan kandung kemih.
b) Mampu mengontrol pengeluaran urine.
Intervensi Rasional
Observasi dan catat
jumlah/frekuensi berkemih.


Lakukan palpasi terhadap
adanya distensi kandung
kemih.

Tingkatkan pemberian cairan.

Berikan stimulasi terhadap
pengosongan urine dengan
mengalirkan air, letakkan air
hangat dan dingin secara
bergantian pada daerah
suprapubis, letakkan tangan
dalam air hangat sesuai
kebutuhan.


Menentukan apakah kantung kemih
dikosongkan dan saat kapan intrvensi
itu diperlukan.

Dapat menandakan adanya retensi
urine.


Mempertahankan fungsi ginjal.

Meningkatkan proses perkemihan
dengan merelaksasikan sfingter urine.

You might also like