Laporan ini membahas tentang termoregulasi dan pengaturan suhu tubuh manusia. Termoregulasi adalah mekanisme fisiologis yang menjaga keseimbangan produksi dan kehilangan panas tubuh agar suhu tetap konstan. Hipotalamus berperan sebagai pusat pengatur suhu tubuh. Faktor seperti usia, lingkungan, aktivitas dapat mempengaruhi suhu tubuh. Gangguan termoregulasi dapat menyebabkan hipertermia atau hipotermia yang perlu
Laporan ini membahas tentang termoregulasi dan pengaturan suhu tubuh manusia. Termoregulasi adalah mekanisme fisiologis yang menjaga keseimbangan produksi dan kehilangan panas tubuh agar suhu tetap konstan. Hipotalamus berperan sebagai pusat pengatur suhu tubuh. Faktor seperti usia, lingkungan, aktivitas dapat mempengaruhi suhu tubuh. Gangguan termoregulasi dapat menyebabkan hipertermia atau hipotermia yang perlu
Laporan ini membahas tentang termoregulasi dan pengaturan suhu tubuh manusia. Termoregulasi adalah mekanisme fisiologis yang menjaga keseimbangan produksi dan kehilangan panas tubuh agar suhu tetap konstan. Hipotalamus berperan sebagai pusat pengatur suhu tubuh. Faktor seperti usia, lingkungan, aktivitas dapat mempengaruhi suhu tubuh. Gangguan termoregulasi dapat menyebabkan hipertermia atau hipotermia yang perlu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali 2014 LAPORAN PENDAHULUAN TERMOREGULASI A. Pengertian Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal. 1. Perubahan suhu manusia a. Hipertermi Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya.(nic noc.2007). b. Hipotermia Hipotemia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. c. Heatstroke Heatstroke adalah pajanan yang lama terkena sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi yang dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. d. Demam (Hiperpireksia) Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain : 1) Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. 2) Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. 3) Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. 4) Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. 5) Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
2. Fisiologis mekanisme pengaturan panas tubuh Mekanisme fisiologi dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan di hasilkan, atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. Suhu tubuh di atur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang nyaman merupakan sel- point untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan sistem pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (sel point), maka impuls dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas, tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas. Jika hipotalamus posterior mendeteksi penurunan suhu tubuh di bawah titik pengaturan, tubuh akan memulai mekanisme konservasi panas. Vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan otot yang menggigil. Saat vasokontriksi tidak efektif, maka akan timbul gerakan menggigil. Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang meneruskan pesan hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu dengan berat. Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme, yaitu reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme.
3. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit a. Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. b.Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. c. Evaporasi Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. d.Konveksi Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
B. Etiologi Faktor-faktor yang memperngaruhi suhu tubuh a. Usia Bayi sangat rawan terhadap perubahan suhu lingkungan yg ektrem, anak anak lebih labil dibanding selama pubertas dan dewasa, sebagian orang umur lebih dari 75 th beresiko utk hypotermi b. Variasi diurnal ( siklus cirkardian ) Suhu tubuh bervariasi dlm sehari c. Ecercise/Latihan Kerja/latihan keras dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3C-40C d. Hormon (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate.
e. Stres Stimulasi sistem saraf simpatis dapat meningkatkan produksi epineprin dan norepineprin yg akan meningkatkan aktifitas metabolik dan produksi panas f. Lingkungan Suhu lingkungan yg ektrem dpt mempengaruhi sistem regulasi suhu individu g. Demam ( peradangan ). Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C. C. Manifestasi klinis 1) Mayor a) Suhu tinggi >37.8 0 C peroral atau >38.8 0 C b) Takikardia 2) Minor a) Kulit kemerahan b) Hangat pada sentuhan c) Menggigil d) Dehidrasi e) Kehilangan nafsu makan D. Komplikasi a. Stroke b. Kejang c. Typoid d. DHF E. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang a. Pemeriksaan darah lengkap b. SGOT & SGPT : pemeriksaan pada demam typoid c. Uji widal : untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid . F. Peraksanaan Medis/ Keperawatan 1. Penataksanaan Medis Therapy yang diberikan: a. Cefotaxime b. Ranitidin c. IVFD RL d. Paracetamol e. Asetaminofen 2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Memberi kompres hangat b. Menyarankan pasien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat c. Memberiakan HE tentang pentingnya banyak minum air 8 gelas perhari (1,5 lt - 2 lt) d. Batasi aktivitas pasien e. Kolaborasi dalam pemberian obat dan cairan infus G. Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian Aspek yang perlu dikaji untuk mengidentifikasi mengenai gangguan perubahansuhu tubuh meliputi pengkajian mengenai: a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh Definisi: Beresiko terhadap kegagalan untuk memelihara suhu tubuh dalam batas normal. Faktor resiko : Perubahan laju metabolism, dehidrasi, terpajan suhu lingkungan yang dingin, sejuk,hangat atau panas, usia yang ekstrem, kesakitan atau trauma yang memengaruhi pusat pengaturan suhu, imaturitas system regulasi suhu bayi, ketidak mampuan untuk berkeringat, inaktivitas, pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan, berat badan bayi yang terlalu rendah(neonates), pengobatan yang menyebabkan vasokonstriksi atau vasodilatasi, sedasi, aktivitas berlebihan. b. Hipertermia Definisi: eningkatan suhu tubuh diatas rentang normal Batasan karakteristik: Subjektif: Pasien mengatakan badannya panas Objektif: Kulit memerah, suhu tubuh meningkat diatas rentang normal, frekuensi napas meningkat, kejang atau konvulsi, kulit teraba hangat, takikardia,takipnea. c. Hipotermia Definisi: Suhu tubuh dibawah rentang normal Batasan Karakteristik: Subjektif: Pasien mengeluh kedinginan. Objektif: Kulit dingin, bantalan kuku sianosis, hipertensi, pucat, merinding, penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal, menggigil, pengisian ulang kapiler lambat, takikardia. d. Ketidakefektifan termoregulasi Definisi: Fluktuasi suhu tubuh pasien antara hipotermia dan hipertermia. Batasan Karakteristik: Kulit dingin, dasar kuku sianosis, fluktuasi suhu tubuh diatas atau dibawah rentang normal, kulit merah, hipertensi, peningkatan frekuensi pernapasan, pucat(sedang), piloereksi, penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal, kejang atau konvulsi, menggigil(ringan), pengisian kembali kapiler lambat, takikardia, kulit teraba hangat.
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan perubahan suhu tubuh, antara lain: a. Resiko ketidakefektifan suhu tubuh b. Hipertermia yang mungkin berhubungan dengan anesthesia, penurunan perspirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan yang panas, penyakit, pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, medikasi, trauma, aktivitas berlebihan. c. Hipotermia yang mungkin berhubungan dengan penuaan, konsumsi alcohol, kerusakan hipotalamus, penurunankemampuan menggigil, penurunan laju metabolisme, penguapan/ evaporasi dari kulit di lingkungan yang dingin, pemajanan lingkungan yang dingin, penyakit, tidak beraktivitas, pemakaian pakaian yang tidakadekuat, malnutrisi, medikasi, trauma. d. Ketidakefektifan termoregulasi yang mungkin berhubungan dengan usia yang ekstrem, fluktuasi suhu lingkungan, penyakit, trauma.
3. Intervensi a. Hipertermia NOC Thermoregulasi Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing NIC Fever treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tipid sponge Kolaborasi pemberian cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil Temperature regulasi Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Timgkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan antipiretik jika perlu Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk dan berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad(tekanan nadi yang melebar , bradikardia, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab perubahan vital sign
b. Hipotermia NOC Thermoregulation Thermoregulation: nenate Kriteria hasil Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal NIC Temperatur regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkina efek negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan antipiretik jika perlu Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Indikasi penyebab dari perubahan vital sign
c. Ketidakefektifan termoregulasi NOC Hidration Adherence behavior Immune status Risk control Risk defektion Kriteria hasil : Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas Seimbang antara panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan Keseimbangan asam basa bayi baru lahir Temperatur stabil : 36,5-37 0 C Tidak ada kejang Tidak ada perubahan warna kulit Glukosa darah stabil Pengendalian risiko : hipertermia Pengendalian risiko : hypothermia Pengendalian risiko : proses menular Pengendalian risiko : paparan sinar matahari
NIC Temperature regulation (pengaturan suhu) Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu
4. Implementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi atau pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat repons pasien terjadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan, mengontrol/menghilangkan nyeri, mendukung upaya mengatasi diagnosa/situasi, dan memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan) e. Evaluasi Perawat menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi atau tidak. Tindakan evaluasi dapat dilakukan sesaat setelah terapi dicoba (misalnya apakah pasien sudah dapat bernapas dengan baik). 1. Suhu tubuh kembali dalam batas normal 36-37,4 o C 2. Termoregulasi kembali efektif .
Daftar Pustaka
Lynda Juall Corpenito.1998.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Jakarta.EGC
Wilkison, Judith M. Ahren. Nancy R. 2011. Diagnosis Keperawatan NANDA. Edisi 9. Jakarta : EGC Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta.EGC
Mengetahui
Pembimbing Ruangan Mahasiswa
( I Gusti Ngurah Putu Susila, SKM) ( Maya Rossicha Dewi)