You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami proses pematangan
fisik atau pubertas, psikis dan pematangan fungsi seksual. Perkembangan
psikologis remaja dilihat berdasarkan kemampuan remaja untuk berpikir secara
logis. Secara seksual, remaja telah mengalami proses pematangan organ seksual,
tetapi karena masih mencari jati diri, remaja cenderung berkepribadian labil, ingin
tahu, dan mencoba-coba apa yang dilakukan oleh orang dewasa sehingga rentan
terhadap perilaku berisiko.
1,
Pengetahuan yang kurang tentang masalah
seksualitas, menyebabkan remaja terjebak pada pilihan perilaku seksual yang
mengkhawatirkan dan bergeser jauh dari norma yang berlaku di masyarakat.
1,,!
"enurut Sensus Penduduk #ntar Sensus $S%P#S& tahun ''( jumlah
penduduk )ndonesia yang berumur 1'-1* tahun adalah !.1+1.*' orang. ,umlah
remaja di )ndonesia menurut -epartemen .esehatan $-epkes& Republik )ndonesia
pada tahun tahun ''/ berjumlah sekitar !0 juta jiwa atau 1*,/1 dari jumlah
penduduk. Pada tahun ''+, jumlah remaja di )ndonesia diperkirakan sudah
mencapai / juta jiwa.
1
-i ,awa 2arat, jumlah penduduk yang berumur 1'-1*
tahun adalah 3.(1.(/* orang.
(
Proporsi remaja yang besar ini memiliki peran
penting dalam menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara atau wilayah
terutama dalam masalah kesehatan reproduksi remaja.
0
.esehatan reproduksi
remaja dan perilaku seksual remaja beberapa tahun ini menjadi salah satu
1

perhatian karena menjadi ancaman terkena 4)5-#)-S. -iperkirakan '-(1


seluruh infeksi 4)5 di dunia terjadi pada usia remaja, khususnya pada remaja
perempuan dengan rentang usia 1(-* tahun.
1,0,(,/
"enurut United Nation Programme on HIV-AIDS $%6#)-S& pada tahun
'10 diperkirakan bahwa terdapat 0(,0 juta orang hidup dengan 4)5-#)-S di
dunia dengan peningkatan prevalensi sebanyak ',+1 pada tahun '1. Pada tahun
'1', sekitar /1 populasi yang baru terinfeksi 4)5 di #merika Serikat berasal
dari remaja usia 10-! tahun. Proporsi remaja wanita yang terinfeksi 4)5 hampir
sama dengan pria dan disebabkan oleh hubungan heteroseksual. "enurut
-irektorat ,enderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan 7ingkungan $-itjen
PP dan P7& pada 8riwulan ) tahun '1! menyatakan bahwa prevalensi infeksi
4)5 tertinggi terdapat pada kelompok umur (-!* tahun $3,01&, diikuti '-!
tahun $1(1&, dan kelompok umur diatas (' tahun $(,+1&.
1'
,ika dihubungkan
dengan karakteristik #)-S yang gejalanya baru muncul setelah 0-1' tahun
terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka
yang terkena #)-S telah terinfeksi pada usia yang lebih muda.
11
4ampir /'1
remaja yang terinfeksi 4)5 tidak mengetahui bahwa mereka sudah terinfeksi.
3,+,*,11
Pada hasil Riset .esehatan -aerah $Riskesdas& tahun '1' menyatakan,
secara nasional baru 11,!1 penduduk umur 1(-! tahun yang memiliki
pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang 4)5 dan #)-S.
1!
8arget
Rancangan Pembangunan ,angka "enengah 6asional $RP,"6& tahun '1!
mengenai persentase remaja usia 1(-! tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang 4)5 dan #)-S adalah *(1. Sedangkan menurut Survey
0
.esehatan Reproduksi Remaja )ndonesia $S.RR)& pada tahun ''3, proporsi
remaja pada populasi kunci yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai
4)5 dan #)-S relatif lebih tinggi tetapi tidak lebih dari ('1.
1/
Sementara itu, di
,awa 2arat persentase penduduk berusia lebih dari 1' tahun yang pernah
mendengar tentang 4)5-#)-S sebesar !(,1, berpengetahuan

benar tentang
penularan 4)5-#)-S sebesar /1,1.
1!
4asil ini belum sesuai dengan target
RP,"6 tahun '1'-'1!. Penelitian yang dilakukan oleh 7ely dan 2asuki pada
tahun '11 mengenai hubungan karakteristik remaja terkait risiko penularan 4)5-
#)-S dan perilaku seksual tidak aman di )ndonesia ditemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku seksual berisiko dengan pengetahuan
pencegahan 4)5-#)-S pada remaja. Remaja dengan pengetahuan pencegahan
4)5-#)-S yang kurang cenderung berperilaku seksual berisiko sebesar 1,1
dibanding remaja dengan pengetahuan pencegahan 4)5-#)-S yang baik
sebanyak 3,01.
1!,1(,1/
,awa 2arat menduduki urutan ke empat setelah -.) ,akarta, ,awa 8imur
dan Papua dengan jumlah infeksi 4)5 tertinggi di )ndonesia.
11
,umlah kasus baru
#)-S di ,awa 2arat mencapai !*! kasus, jumlah )nfeksi "enular Seksual $)"S&
lainnya mencapai (.(11 kasus dan kematian yang disebabkan oleh #)-S sebanyak
3 jiwa.
1
"enurut .omisi Penanggulangan #)-S $.P#& .ota Sukabumi pada
tahun '10, .ota Sukabumi merupakan kota dengan jumlah Pengidap #)-S
terbanyak nomor tiga se-,awa 2arat setelah 2andung sebagai posisi pertama dan
2ekasi di posisi kedua. Pada tahun '10, jumlah penderita #)-S di .ota
Sukabumi tercatat sebanyak !(3 orang. ,umlah ini meningkat dibandingkan
!
dengan tahun sebelumnya yakni !'0 orang, sedangkan pada tahun ini hingga
bulan 9ebruari '1! didapatkan ' kasus baru pengidap #)-S.
1',11,1,10
4ingga
#gustus tahun '1!, -inas .esehatan .ota Sukabumi belum dapat
merealisasikan program peningkatan persentase pengetahuan komprehensif
tentang 4)5-#)-S pada siswa S"# di .ota Sukabumi. Selain penelitian
mengenai tingkat pengetahuan 4)5-#)-S pada siswa di S"# .ota Sukabumi
belum pernah dilakukan, hasil studi pendahuluan yang dilakukan di S"# :;:
.ota Sukabumi didapatkan bahwa hanya 00,01 responden berpengetahuan benar
dan komprehensif tentang 4)5-#)-S. "engingat belum dilakukan nya penelitian
serta besar nya dampak yang ditimbulkan, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
2erdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut<
1. 2agaimana gambaran sikap siswa S"# :;: di .ota Sukabumi terhadap
perilaku seksual pranikah=
. 2agaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa S"# :;: di .ota
Sukabumi tentang 4)5-#)-S=
0. 2agaimana gambaran karakteristik responden $jenis kelamin, usia, agama,
dan penghasilan orang tua& pada siswa S"# :;: di .ota Sukabumi=
!. 2agaimana hubungan antara karakteristik $jenis kelamin, usia, agama, dan
penghasilan orang tua& siswa dengan sikap siswa S"# :;: di .ota
Sukabumi terhadap perilaku seksual pranikah=
(
(. 2agaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang 4)5-#)-S dan
sikap siswa terhadap perilaku seks pranikah pada siswa S"# :;: di .ota
Sukabumi=
1.3 Tuuan U!u! dan Tuuan "husus
1.3.1 Tuuan U!u!
"engetahui tingkat pengetahuan 4)5-#)-S dan sikap siswa terhadap
perilaku seksual pranikah serta hubungan antara keduanya pada siswa S"# :;:
.ota Sukabumi
1.3.2 Tuuan "husus
1. "engetahui gambaran sikap siswa S"# :;: di .ota Sukabumi terhadap
perilaku seksual pranikah
. "engetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa S"#:;: di .ota Sukabumi
tentang 4)5-#)-S
0. "engetahui gambaran karakteristik responden $jenis kelamin, usia, agama, dan
penghasilan orang tua& pada siswa di S"# :;: di .ota Sukabumi
!. "engetahui hubungan antara karakteristik $jenis kelamin, usia, agama, dan
penghasilan orang tua& siswa dengan sikap siswa S"# :;: di .ota Sukabumi
terhadap perilaku seksual pranikah
(. "engetahui hubungan antara tingkat pengetahuan 4)5-#)-S dan sikap siswa
terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa S"# :;: di .ota Sukabumi
1.# Manfaat Penelitian
/
1.#.1 Manfaat Akade!ik
a. %ntuk bagian )lmu .esehatan "asyarakat 9akultas .edokteran %niversitas
,enderal #chmad >ani diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk
perencanaan dan penyusunan program peningkatan pengetahuan 4)5-#)-S
pada remaja dan sebagai masukan data untuk penelitian selanjutnya.
1.#.2 Manfaat Praktis
a. %ntuk -inas .esehatan .ota Sukabumi, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi masukan dalam penyusunan dan perencanaan program promosi
kesehatan, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
b. %ntuk institusi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk meningkatkan program pendidikan kesehatan reproduksi
remaja di sekolah.
.

You might also like