You are on page 1of 5

1

Hari, Tanggal : Selasa, 2 September 2014 Nama : Anjias Yonatan


NRP : G24120045
Asisten : 1. Mufridatur Rohmah (G24110001)
2. Anis Purwaningsih (G24110012)
3. Ikrom Mustofa (G24110066)
4. Nihayatuz Zulfa (G24110067)

PENGENALAN SIFAT DATA IKLIM 1


PENDAHULUAN

Latar belakang
Cuaca dan iklim merupakan faktor lingkungan yang memiliki pengaruh besar terhadap kehi-
dupan makhluk hidup. Iklim pada setiap wilayah digambarkan oleh unsur-unsur iklim, seperti inten-
sitas radiasi surya, curah hujan, suhu udara, kelembaban, tekanan, presipitasi, dan sebagainya dalam
jangka waktu yang panjang. Iklim akan mempengaruhi berbagai aktifitas makhluk di muka bumi
ini. Iklim merupakan perpaduan atau pun rata-rata dari perubahan unsur-unsur cuaca dalam jangka
panjang di suatu wilayah. Perpaduan ini dapat diartikan sebagai nilai statistik. Cuaca dan iklim pada
suatu wilayah dapat digambarkan oleh statistik yang meliputi seperti nilai rata-rata, nilai maksimum,
nilai minimum, frekuensi kejadian, peluang kejadian, maupun unsur-unsur lainnya yang berasal dari
unsur-unsur cuaca atau iklim. Informasi tersebut dapat disajikan menggunakan analisis statistik
sederhana sampai analisis yang kom-pleks untuk keperluan prediksi cuaca atau iklim.
Dalam kehidupan sehari-hari, iklim menjadi bahan pertimbangan dalam rancangan bangunan
hunian atau kontruksi bangunan fisik lainnya, bahan dan desain pakaian, jenis dan porsi pangan yang
dikonsumsi, bahkan hingga ragam aktivitas sosial budaya yang dilakukan masyarakat. Oleh karena
itu, informasi berupa data mengenai cuaca dan iklim akan sangat diperlukan. Data yang benar dan
lengkap, melalui analisis meteorologi dan klimatologi akan membuka kejelasan tentang gejala dan
perilaku cuaca maupun keadaan iklim di wilayah tertentu serta dapat membuat manusia melakukan
usaha dengan optimal di setiap kegiatannya. Ada tiga manfaat pokok dari informasi data cuaca dan
iklim, yaitu: (a) meningkatkan kewaspadaan terhadap akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan
oleh keadaan cuaca atau iklim yang ekstrem; (b) menyesuaikan diri atau berusaha untuk menyeleng-
garakan kegiatan dan usaha yang serasi dengan sifat cuaca dan iklim sehingga terhindar dari
hambatan atau kerugian yang diakibatkannya; dan (c) menyelenggarakan kegiatan dan usaha di
bidang teknik, sosial, dan ekonomi dengan menerapkan teknologi pemanfaatan sumber daya cuaca
dan iklim.
Manfaat lain apabila kita mempelajari data-data iklim tersebut yaitu: kita dapat menangani
data iklim, dapat membantu memperoleh gambaran iklim atau cuaca di suatu wilayah, menunjukkan
sifat-sifat penting dari data iklim, dapat menyediakan data iklim dalam bentuk data yang bisa diman-
faatkan banyak orang, serta dapat menganalisis hubungan antara data iklim yang satu dengan data
iklim yang lainnya.

Tujuan
1. Mengamati dan memahami sifat data iklim.
2. Melakukan teknik-teknik dasar pengolahan dan penyajian data iklim.

METODE

Waktu dan Tempat
Waktu : Selasa, 2 September 2014
Tempat : Laboratorium Komputer Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB

Alat dan Bahan
1. Komputer atau laptop.
2. Alat tulis.
3. Software Ms. Excel.
2

1. Hitung nilai suhu rata-rata dengan
metode perhitungan:
(((2xT
07.30
)+T
13.30
+T
17.30
)/4)
2. Hitung juga nilai suhu rata-rata dengan
metode perhitungan:
((T
MAX
+T
MIN
)/2)
3. Hitung nilai kelembaban rata-rata
dengan metode perhitungan nilai rata-
rata biasa.
4. Buat grafik suhu dengan tipe line,
untuk T
MAX
, T
MIN
, T
07.30
, T
13.30
, dan
T
17.30
, berada dalam satu grafik, dengan
sumbu X adalah julian date dan sumbu Y
adalah suhu.
5. Buat grafik kelembaban dengan tipe
line, untuk kelembaban pada pukul
07.30, 13.30, dan 17.30 berada dalam
satu grafik, dengan sumbu X adalah
julian date dan sumbu Y adalah
kelembaban.
6. Buat grafik curah hujan dengan tipe
batang, dengan sumbu X adalah julian
date dan sumbu Y adalah curah hujan.
4. Data iklim Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA IPB tahun 2012.

Metodologi























HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah Bogor terdiri atas dua bagian wilayah, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
Wilayah Kota Bogor terletak di antara 10648 BT dan 626 LS dengan luas wilayahnya adalah
11.850 ha. Sementara itu untuk wilayah Kabupaten Bogor terletak di antara 618-64710 LS dan
1062345-1071330 BT dengan luas wilayahnya adalah 298.838,304 ha. Tipe morfologi wilayah
Bogor sangat bervariasi, mulai dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi
di bagian selatan, dengan sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan
laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 mdpl; 19,53% berada pada ketinggian 500-1.000
mdpl; 8,43% berada pada ketinggian 1.000-2.000 mdpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000-
2.500 mdpl. Suhu rata-rata di wilayah Bogor adalah 20C-30C, sedangkan di Kota Bogor secara
khusus suhu rata-rata tiap bulannya adalah sekitar 26C dengan suhu terendah adalah 21,8C dan
suhu tertinggi adalah 30,4C. Kelembaban udaranya adalah 70%. Wajar saja jikalau Bogor dikenal
sebagai Kota Hujan, hal itu karena Bogor memiliki curah hujan tahunan yang cukup tinggi, yaitu
2.500-5.000 mm/tahun, dengan curah hujan tertinggi adalah pada bulan Desember dan Januari.
Kecepatan angin di wilayah Bogor cukup rendah, dengan rata-rata 1,2 m/s dan evaporasi rata-rata
di daerah terbuka adalah sebesar 146,2 mm/bulan.
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu
juga dapat disebut sebagai derajat panas dari suatu benda. Suhu suatu benda ialah keadaan yang
menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan panas ke benda-benda lain atau
menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Suhu suatu wilayah ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: lama penyinaran matahari; sudut datang sinar matahari; relief permukaan bumi; banyak
sedikitnya awan; dan perbedaan letak lintang. Dari data serta grafik yang dimiliki menunjukkan
bahwa suhu pada siang hari (13.30) selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan suhu pada pagi
(07.30) ataupun sore hari (17.30). Hal ini terjadi terkait dengan penerimaan cahaya matahari yang
diterima bumi. Pada siang hari, intensitas cahaya dan radiasi matahari yang diterima bumi mencapai
maksimal, sehingga suhu pada siang hari akan jauh lebih panas dibandingkan pada pagi ataupun
siang hari.
3

Pada data dan grafik yang ada dapat kita lihat, bahwa suhu paling tinggi rata-rata berada pada
bulan Agustus, sedangkan suhu yang paling rendah rata-rata berada pada bulan Januari. Suhu rata-
rata tinggi pada bulan Agustus disebabkan karena pada bulan tersebut di Indonesia sedang
mengalami musim kemarau. Hal ini dapat dilihat pada suhu siang hari rata-rata di bulan Agustus
yang mencapai 31,4C. Namun suhu pada pagi hari cenderung lebih rendah daripada suhu pada pagi
hari di bulan-bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan awan yang cenderung lebih sedikit
bila dibandingkan ketersediaan awan pada musim penghujan, sehingga radiasi gelombang panjang
yang dilepaskan bumi langsung terlepas ke atmosfer dan tidak terhalang awan. Inilah yang
menyebabkan suhu pagi hari pada musim kemarau jauh lebih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai rata-rata suhu pagi hari di bulan Agustus yang hanya mencapai 22,2C. Kemudian suhu rata-
rata rendah ditunjukkan pada bulan Januari, karena pada bulan ini Indonesia mengalami musim
penghujan. Hal ini dapat dilihat pada suhu siang hari rata-rata di bulan Januari yang hanya mencapai
27,1C. Namun suhu pada pagi harinya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pada pagi
hari pada bulan-bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan awan yang cenderung lebih
banyak dibandingkan saat musim kemarau, sehingga radiasi gelombang panjang yang dilepaskan
bumi tertahan oleh awan di atmosfer dan menyebakan suhu di bawahnya cenderung lebih panas. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata suhu pada pagi hari di bulan Januari yang mencapai 23,4C.
Grafik 1 Grafik suhu udara kota Bogor stasiun klimatologi Baranangsiang tahun 2012.
Kelembaban adalah kadar uap air di udara yang dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Semua uap air dalam udara tergantung dari penguapan. Uap air dalam atmosfer keadaannya selalu
berubah-ubah tergantung pada suhu udara di tempat tersebut. Tinggi rendahnya kelembaban udara
di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu: suhu; tekanan udara; pergerakan
angin; kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (Umar 2010).
Kelembaban itu ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Komponen uap air
yang terdapat dalam udara lembab disebut sebagai kelembaban absolute (kg/m). Perbandingan
antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai
kelembaban spesifik (g/kg). Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfir
yang terkandung, termasuk uap air. Jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai udara
kering.
Pada data dan grafik dapat kita lihat, nilai kelembaban rata-rata di Kota Bogor cukup stabil.
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata kelembabannya mencapai 81,75%,
sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Agustus yang hanya menacapai 64,51%. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Apabila suhu tinggi,
maka kelembaban rendah, dan apabila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Data yang ada juga
menunjukkan hasil yang sama, di mana pada bulan Januari merupakan bulan dengan suhu terendah
namun kelembabannya tinggi dan pada bulan Agustus merupakan bulan dengan suhu tertinggi
namun kelembabannya rendah. Hal ini terjadi karena tingginya suhu udara akan menyebabkan
presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara, sehingga muatan air dalam udara
akan menurun (Lakitan 1994).
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara
berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi,
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
1
1
4
2
7
4
0
5
3
6
6
7
9
9
2
1
0
5
1
1
8
1
3
1
1
4
4
1
5
7
1
7
0
1
8
3
1
9
6
2
0
9
2
2
2
2
3
5
2
4
8
2
6
1
2
7
4
2
8
7
3
0
0
3
1
3
3
2
6
3
3
9
3
5
2
3
6
5
S
u
h
u

(

C
)
Julian Date
Tmax
Tmin
T07.30
T13.30
T17.30
4

dan di musim kemarau suhu udara tinggi, kelembaban rendah. Temperatur dan kelembaban
umumnya penting dalam lingkungan daratan dan sangat erta hubungannya, sehingga diakui sebagai
bagian yang paling penting dari iklim.
Adanya nilai yang sangat jauh berbeda dengan nilai lainnya atau yang biasa disebut sebagai
pencilan dikarenakan kemungkinan adanya kesalahan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Kesalahan ini biasa disebut juga sebagai kesalahan paralaks. Nilai yang jauh berbeda pada
pengukuran suhu adalah pada Tmin julian date ke-35 yaitu 3C dan julian date ke-292 yaitu 13,7C,
serta suhu pukul 07.30 julian date ke-327 yaitu 2,6C. Sementara nilai yang jauh berbeda pada
pengukuran kelembaban adalah pada kelembaban pukul 07.30 julian date ke-328 yaitu 8%.
Grafik 2 Grafik kelembaban udara kota Bogor stasiun klimatologi Baranangsiang tahun 2012.
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak
terjadi evaporasi, runoff, dan infiltrasi. Curah hujan 1 mm artinya dalam luasan satu m
2
pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu mm atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan di
Indonesia dibagi atas 3 tipe, yaitu tipe ekuatorial, tipe monsun, dan tipe lokal. Tipe curah hujan
ekuatorial proses terjadinya berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke arah utara dan
selatan mengikuti pergerakan semu matahari, sedangkan tipe monsun lebih dipengaruhi oleh adanya
tiupan angin musim (Angin Musim Barat), dan tipe lokal lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
fisik setempat, yakni adanya bentang perairan sebagai sumber penguapan dan pegunungan atau
gunung-gunung yang tinggi sebagai daerah tangkapan hujan.
Dari data iklim curah hujan stasiun klimatologi Baranangsiang tahun 2012 tersebut diketahui
bahwa curah hujan di wilayah Kota Bogor cukup tinggi, dengan kisaran curah hujan 50-700
mm/bulan. Curah hujan tertinggi berada pada bulan November dengan nilai 650 mm. Sedangkan
yang terendah adalah pada bulan Juli yang hanya mencapai nilai 61 mm. Hal ini cukup wajar,
mengingat bulan November masuk ke dalam musim penghujan, sedangkan pada bulan Juli
merupakan musim kemarau. Curah hujan ini masuk ke dalam tipe ekuatorial, yang terjadi karena
pergerakan zona korvegensi ke arah utara dan selatan yang mengikuti gerak semu matahari. Zona
konvergensi merupakan pertemuan dua massa udara yang berasal dari dua belahan bumi, kemudian
udaranya bergerak ke atas. Angin yang bergerak menuju satu titik dan kemudian bergerak ke atas
disebut konvergensi, dan tempat terjadinya konvergensi disebut daerah konvergensi. Posisinya
relatif sempit dan berada pada lintang rendah yang dikenal dengan nama Inter-tropical Convergence
Zone (ITCZ) atau Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). ITCZ juga dikenal dengan nama
ekuator panas (heat equator) atau front ekuator (equatorial front) (Subarna 2002).






0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
1
1
4
2
7
4
0
5
3
6
6
7
9
9
2
1
0
5
1
1
8
1
3
1
1
4
4
1
5
7
1
7
0
1
8
3
1
9
6
2
0
9
2
2
2
2
3
5
2
4
8
2
6
1
2
7
4
2
8
7
3
0
0
3
1
3
3
2
6
3
3
9
3
5
2
3
6
5
K
e
l
e
m
b
a
b
a
n

U
d
a
r
a

(
%
)
Julian Date
T07.30
T13.30
T17.30
5

Grafik 3 Grafik curah hujan kota Bogor stasiun klimatologi Baranangsiang tahun 2012.
Penyajian data suhu udara dan kelembaban udara ditampilkan dalam bentuk grafik garis atau
line, karena data tersebut termasuk tipe data kontinu atau berkelanjutan. Sementara dat curah hujan
disajikan dalam bentuk grafik batang, karena data curah hujan merupakan data diskret yang nilainya
bisa 0 (nol).

KESIMPULAN

Data iklim diperlukan untuk mendapat informasi yang tepat mengenai fenomena iklim yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kota Bogor terletak di wilayah dataran tinggi dan dekat dengan
pegunungan, sehingga memiliki suhu yang cukup rendah serta kelembaban udara yang tinggi. Curah
hujan di kota Bogor juga cukup tinggi mencapai kisaran 50-700 mm/bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Gambaran Umum. 2012. [Internet]. [diakses 2014 Sep 10]. Tersedia pada:
https://sites.google.com/site/profilbogorkab/gambaran-umum
Handoko. 1986. Pengamatan Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Bogor (ID):
Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB.
Lakitan B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Profil Daerah Kabupaten Bogor. 2014. [Internet]. [diakses 2014 Sep 10]. Tersedia pada:
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1041
Profil Daerah Kota Bogor. 2014. [Internet]. [diakses 2014 Sep 10]. Tersedia pada:
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1058
Tukidi. 2010. Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi. 7(2):136-145.
Umar M R. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar (ID): Universitas Hasanudin.
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
1
1
3
2
5
3
7
4
9
6
1
7
3
8
5
9
7
1
0
9
1
2
1
1
3
3
1
4
5
1
5
7
1
6
9
1
8
1
1
9
3
2
0
5
2
1
7
2
2
9
2
4
1
2
5
3
2
6
5
2
7
7
2
8
9
3
0
1
3
1
3
3
2
5
3
3
7
3
4
9
3
6
1
C
u
r
a
h

H
u
j
a
n

(
m
m
)
Julian Date

You might also like