LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kelenjar Thyroid LO 1.1 Anatomi Makroskopis Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus) dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida..
Berbentuk buah alpukat Terletak di region colli, melekat pada trachea Puncak: Sampai ke linea oblique cartilaginis thyroidea Basis: Setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5 Organ yang sangat vascular, Dibungkus oleh selubung dari lamina pretrachealis melekatkan kelenjar dengan larynx & trachea Terdiri dari 2-3 lobus, lobus kiri dan kanan dihubungkan oleh isthmus Isthmus meluas lebih dari garis tengah di depan cincin trachea ke 2-4. Kadang terdapat lobus pyramidalis ke atas isthmus, biasanya ke kiri garis tengah Pita fibrosa / muskular yang menghubungkan lobus pyramidalis & os.hyoideum m.levator glandulae thyroidea
Struktur disekitar lobus, yaitu: o Anterolateral M.sternothyroideus, venter superior m.omohyoideus, m.sternohyoideus, dan tepi anterior m.sternocleidomastoideus o Posterolateral Vagina carotica dengan a.carotis communis, v.jugularis interna, dan n.vagus o Medial Larynx, trachea, m.constrictor pharyngis inferior & oesophagus o Posterior Gland. Parathyroidea inferior & superior
P a g e | 2
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
A. Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I. B. Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus. C. Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7. D. Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
Vaskularisasi : Arteria - arteri thyroidea superior - arteri thyroidea inferior cabang dari subclavia - arteri thyroidea ima cabang dari arcus aorta / a. Brachio cephalica
1. Arteri thyroidea superior Cabang dari arteri carotis externa dan memberi darah sebagian besar ( 15-20%) . sebelum mencapai kelenjar thyroid arteri ini bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus posterior yang akan beranastomose dengan cabang arteri thyroidea inferior. 2. Arteri thyroidea inferior Lanjutan dari trunkus tyrocervicalis yang berasal dari arteri subclavia , dan memberikan darah paling banyak yait 76 78 % . Tepat dikutub caudal tyroid, arteri akan bercabang dua yaitu ramus anterior dan posterior yang beranastomose dengan cabang arteri tyroidea superior. 3. Arteri tyroidea ima Berjalan kearah isthmus thyroid , merupakan cabang dari arcus aorta atau arteri brachiosefalika dan memberi darah 1 2 %. Arteri Ima tidak selalu ada pada kelenjar thyroid.
Vena Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama: 1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna). 2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna). 3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Persarafan 1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior 2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus) N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).
Aliran Limfe Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan: 1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis 2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
LO 1.2 Anatomi Mikroskopis Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKELdan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah. P a g e | 4
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Pada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
SEL PARAFOLIKULER Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa berupa kelompok-kelompok sel ataupun hanya satu sel yang menempel pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini mempunyai ukuran lebih besar dan warna lebih pucat dari sel folikel. Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat menurunkan kadar kalsium darah.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Fisiologi dan Biokimia Kelenjar Thyroid Metabolisme Iodium Iodium adalah bahan mentah yang penting untuk sintesis hormone tiroid. Iodium yang terdapat dalam makanan diubah menjadi iodide dan diabsorpsi. Asupan iodium harian minuman untuk mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150g pada orang dewasa. Kadar I plasma normal adalah sekitar 0,3g/dL, dan I disebarkan dalam suatu ruang sekitar 25L (35% berat badan). Organ utama yang mengambil I adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormone tiroid. Dan ginjal yang mengekskresikannya ke dalam urin. Sekitar 120g/h masuk ke dalam tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormone tiroid yang normal. Tiroid menyekresi P a g e | 5
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin 80g/h Iodium dalam bentuk T3 dan T4. 40g/h berdifusi dalam CES. T3 dan T4 yang disekresikan dimetabolisme dalam hati dan jaringan lain, yang akan melepaskan 60g I per hari ke dalam CES. Beberapa turunan hormone tiroid diekskresikan melalu empedu, dan sebagian iodium di dalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan I dalam tinja sekitar 20g/h. jadi jumlah total I yang masuk ke dalam CES adalah 500+40+60, atau 600g/h; 20% dari I ini masuk ke dalam kelenjar tiroid, sementara 80% dieksresikan melalui urin.
Sintesis Hormon Tiroid Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi organik murah, selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (Dit). Senyawa DIT yang terbentuk MIT menghasilkan T3 Dari T4 atau disimpan di dalam kelenjar tyroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA)
Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid: 1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone) Tripeptida yang disentesis oleh hpothalamus. Merangsang hipofisis mensekresi TSH (thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid teransang menjadi hiperplasi dan hiperfungsi. 2. TSH (thyroid stimulating hormone) TSH (tiroid stimulating hormone) Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi akan meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-reseptor-TSH-R) dan terjadi efek hormonal yaitu produksi hormon meningkat. 3. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback). Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipifisis terhadap rangsangan TSH. 4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid P a g e | 7
FUNGSI HORMON THYROID Secara umum efek hormon thyroid adalah meningkatkan aktifitas metabolisme pada hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena perangsangan konsumsi oksigen semua sel-sel tubuh. Kecepatan tumbuh pada anak-anak meningkat, aktifitas beberapa kelenjar endokrin terangsang dan aktifitas mental lebih cepat.
Efek Kalorigenik Hormon thyroid - T4 dan T3 meningkatkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan yang metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus, kelenjar limfe, limpa dan hipofisis anterior. - Beberapa efek kalorigenik hormon thyroid disebabkan oleh metabolisme asam lemak yang dimobilisasi oleh hormon ini. - Di samping itu hormon thyroid meningkatkan aktivitas Na+-K+ATPase yang terikat pada membran di banyak jaringan. - Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3, maka akan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan tidak ditingkatkan pada kondisi tersebut, maka protein endogen dan simpanan lemak akan diuraikan yang berakibat pada penurunan berat badan.
Efek Hormon Thyroid pada Sistem Saraf - Hormon thyroid memiliki efek yang kuat pada perkembangan otak. Bagian SSP yang paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia basalis. - Di samping itu, kokhlea juga dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi hormon thyroid yang terjadi selama masa perkembangan akan menyebabkan retardasi mental, kekakuan motorik dan ketulian. - Hormon thyroid juga menimbulkan efek pada refleks. Waktu reaksi refleks regang menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan memanjang pada hipotiroidisme. - Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut mungkin disebabkan karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis yang mengatur tonus otot.
Efek Hormon Thyroid pada Jantung - Hormon thyroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan karena kerja langsung T3 pada miosit, dan sebagian melalui interaksi dengan katekolamin dan sistem P a g e | 8
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin saraf simpatis. - Hormon thyroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik pada jantung, sehingga meningkatkan kepekaannya terhadap efek inotropik dan kronotropik katekolamin. - Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan pada otot jantung. Pada pengobatan dengan hormon thyroid, terjadi peningkatan kadar myosin heavy chain- (MHC-), sehingga meningkatkan kecepatan kontraksi otot jantung.
Efek Hormon Thyroid pada Otot Rangka - Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati tirotoksisitas). Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh peningkatan katabolisme protein. - Hormon thyroid mempengaruhi ekspresi gen-gen myosin heavy chain (MHC) baik di otot rangka maupun otot jantung. Namun , efek yang ditimbulkan bersifat kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum jelas.
Efek hormon tiroid terhadap hormon lain Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer hormon tiroid adalah: a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel. c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung. d) meningkatkan responsivitas emosi. e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi otot rangka. f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah : (1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria; (2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP. Efek tiroid dalam transpor aktif : meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membran sel. Efek pada metabolisme karbohidrat : menaikkan aktivitas seluruh enzim, Efek pada metabolisme lemak: P a g e | 9
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin mempercepat proses oksidasi dari asam lemak.Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas. Efek tiroid pada metabolisme vitamin: menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari metabolisme (Guyton 1997). Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal setinggi 60 sampai 100 persen diatas normal. Efek Pada berat badan. Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormone tiroid meningkatkan nafu makan. Efek terhadap Cardiovascular. Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi denyut jantung, dan Volume darah meningkat karena meningkatnya metabolisme dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Efek pada Respirasi. Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbondioksida. Efek pada saluran cerna. Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
Faktor yang mempengaruhi sekresi thyroid 1. HIPOTALAMUS : Sintesis dan pelepasan TRH Perangsangan : - Penurunan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal - Neurogenik : sekresi bergelombang dan irama sirkadian - Paparan terhadap dingin (hewan dan bayi baru lahir) - Katekolamin adrenergik-alfa - Vasopresin arginin Penghambatan : - Peningkatan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal - Penghambat adrenergik alfa - Tumor hipotalamus
2. HIPOFISIS ANTERIOR: Sintesis dan pelepasan TSH Perangsangan : - TRH - Penurunan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop - Penurunan aktivitas deiodinasi-5' tipe 2 - Estrogen : meningkatkan tempat pengikatan TRH Penghambatan: - Peningkatan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop P a g e | 10
3. TIROID : Sintesis dan pelepasan hormon tiroid Perangsangan : - TSH - Antibodi perangsangan TSH-R Penghambatan : - Antibodi penghambat TSH-R - Kelebihan iodida - Terapi litium Mekanisme transport tiroid dalam darah Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T 3 dan kurang dari 0,1% T 4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek. Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid: TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T 4 dan 65% T 3
yang ada di dalam darah. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T 4 dan 35% dari T 3 . TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T 4 .
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T 4 , walaupun T 3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T 4 . Namun, sebagian besar T 4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T 3 , atau diaktifkan melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T 3 dalam darah berasal dari sekresi T 4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T 3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih besar.
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam sirkulasi. P a g e | 11
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin - Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat pada protein. - Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein.
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang penting adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30 % lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibat deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3-triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-triiodotironin (rT3) yang merupakan hormone metabolik yang tidak aktif.
LI 3. Memahami dam Menjelaskan Hipothyroid, Hiperthyroid LO 3.1 Definisi Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat dari aksis hypothalamus-hipofisis-tiroid end organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid. Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Eutiroid adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
LO 3.2 Epidemiologi LO 3.3 Etiologi Penyebab hipertiroid dibedakan dalam 2 klasifikasi, dimana pembagiannya berdasarkan pusat penyebab dari hipertiroid, yaitu organ yang paling berperan. a. Hipertiroid primer : jika terjadi hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, misalnya penyakit graves, funcitioning adenoma, toxic multinodular goiter, dan tiroiditis. b. Hipertiroid skunder : jika penyebab dari hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, misalnya tumor hipofisis/hypotalamus, pemberian hormon tiroid dalam jumlah banyak, pemasukan iodium yang berlebihan, serta penyakit mola hidatidosa pada wanita.
P a g e | 12
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin LO 3.4 Klasifikasi Hipotiroid Berdasarkan onsetnya, hipotiroid pada anak dapat dibedakan menjadi hipotiroid kongenital dan hipotiroid dapatan. Hipotiroid Kongenital Hipotiroid kongenital sering dipakai untuk kelainan kelenjar tiroid yang sudah ada pada waktu lahir atau sebelumnya. [4] Hipotiroid kongenital merupakan kelainan bawaan dengan kadar hormon tiroid (T3 dan T4) di sirkulasi darah yang kurang dengan kadar TSH yang meningkat. Kelainan ini diketahui sebagai penyebab terjadinya keterbelakangan mental dan kecacatan fisik pada anak-anak. [5] Hipotiroid kongenital dapat disebabkan oleh: Disgenesis/Atireosis: Aplasia dan Hipoplasia Cacat perkembangan kelenjar tiroid merupakan penyebab hipotiroidisme kongenital tersering. Gangguan biasanya sporadic, tetapi telah ditemukan kasus-kasus familial. Disgenesis tiroid sebagai akibat dari tidak adanya jaringan tiroid (agenesis), atau parsial (hipoplasia) yang terjadi sebagai akibat gagalnya penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik). Disini dapat terjadi agenesis unilateral atau hipoplasia, tetapi biasanya tidak menganggu fungsi tiroid pada periode bayi baru lahir. Faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan pada etiologi disgenesis tiroid, namun sebagian besar penyebabnya tetap belum diketahui secara pasti. Defek genetik pada gen yang memepengaruhi pengaturan aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid atau sintesis hormon tiroid diperkirakan didapatkan pada 10-20% pasien hipotiroidisme kongenital sporadik. Hipoplasia kelenjar tiroid berhubungan dengan beberapa defek genetik, termasuk mutasi TSH subunit, reseptor TSH subunit dan yang terakhir ditemukan adalah mutasi pasangan domain transcription faktor PAX8. Dalam perkembangan normal PAX8 berperan dalam TPO dan ekspresi gen. [2,6] Inborn errors of Thyroid Hormonogenesis Kurangnya sintesis hormon T4 karena Inborn errors of Thyroid Hormonogenesis, merupakan kelainan terbanyak hipotiroidisme kongenital karena kelainan genetik, didapatkan pada 10-15 % kasus hipotiroidisme kongenital. Defek yang didapatkan adalah kegagalan mengkonsentrasikan yodium, defek organifikasi yodium karena kelainan enzim TPO atau pada H 2 O 2 generating sistem, defek pada sintesis atau transpor tiroglobulin, dan kelainan aktivitas iodotirosin deiodinase. [2,6]
P a g e | 13
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Resisten TSH Sindrom resistensi hormon, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat dari berkurang atau tidak adanya respon end-organ terhadap hormon yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek pada reseptor atau post reseptor. TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid refrakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi reseptor TSH, akibat mutasi reseptor TSH ditemukan defek molekuler pada sebagian besar keluarga kasus dengan resisten TSH. Resisten TSH ditandai dengan kadar serum TSH tinggi, dan serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal atau hipoplastik. [2,6]
Sintesis atau Sekresi TSH berkurang Hipotiroidisme kongenital karena defisiensi hormon TSH, hanya terdeteksi pada skrining bayi baru lahir yang program skriningnya menggunakan pemeriksaan awal T4. [2,6] Menurunnya Transpor T4 Seluler Kelainan kongenital dari kerja hormon tiroid yang paling baru ditemukan adalah penurunan transpor T4 ke dalam sel target. Sindrom ini terjadi akibat mutasi pada gen monocarboxylate transporer 8 (MCT8), yang berlokasi di kromosom Xq13.2, merupakan fasilitator seluler aktif transpor hormon tiroid ke dalam sel. [2,6] Resistensi Hormon Tiroid Kelainan ini ditandai dengan meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam sirkulasi dengan kadar TSH sedikit meningkat atau normal. Tampilan klinis sangat heterogen, biasanya didapatkan goiter, kelambatan pertumbuhan, dan sinus takikardi. Biasanya baru terdiagnosis pada kehidupan lanjut, tetapi mungkin dapat teridentifikasi pada periode bayi bila program skrining dengan pemeriksaan TSH. [2,6] Hipotiroidisme Didapat Hipotiroidisme masa anak sering juga disebut hipotiroidisme didapat. Biasanya sering terjadi pada usia setelah 6 bulan, sebagian besar kelainan ini sporadic, hanya 10 15 % kasus yang diturunkan, paling sering disebabkan oleh tiroiditis hashimoto. Hipotiroidisme dapat disebabkan kegagalan pada aksis hypothalamus-hipofise-tiroid sehingga menyebabkan turunnya produksi hormon tiroid. Hipotiroidisme didapat dapat bersifat primer (kelainan pada kelenjar tiroid), sekunder (kelainan pada hipofise), atau tersier (kelainan pada hypothalamus). [3,6]
Hipotiroidisme Primer Tiroiditis Limfositik Kronik P a g e | 14
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Penyebab terbanyak adalah penyakit autoimun dan ada hubungan erat dengan penyakit graves, keduanya mempunyai latar belakang predisposisi diturunkan, faktor autoimun, lingkungan dan hormonal, predisposisi ini mempengaruhi proses penyakit. Pada penyakit ini, limfosit dan sitokin berperan penting pada rusaknya kelenjar tiroid, pada penyakit graves antibodi yang menstimulasi tiroid, namun pada beberapa pasien tumpang tindih. Ditemukan juga tipe goiter (tiroiditis hashimoto) dan yang non goiter (myxedema primer) yang merupakan varian tiroiditis. Pada anak, penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, kecuali bayi. Pada pasien diabetes tergantung insulin, 20% pasien memiliki antibodi tiroid positif, dan 5% didapatkan kadar TSH serum meningkat, mempunyai prevalensi tinggi terjadi tiroiditis limfositik kronik, yang merupakan bagian dari sindrom poliglandular (APS). Antibodi terhadap tiroglobulin dan TPO (microsomal), merupakan antibodi tiroid yang diperiksa secara rutin dalam praktek klinik, dapat dideteksi pada 95% pasien tiroiditis limfositik kronik. Digunakan sebagai marker autoimun yang mendasari kerusakan tiroid, antibodi TPO lebih sensitif dan spesifik. [2,6]
Disgenesis Tiroid dan Inborn Error Hormonogenesis Tiroid Kadang-kadang pasien dengan disgenesis tiroid lolos dari skrining, maka pada masa anak akan terhadi hipotiroidisme non goiter atau timbul pembesaran massa pada pangkal lidah atau sepanjang duktus tiroglosus. Hal yang sama terjadi pada anak yang terkena Inborn Error hormogenesis tiroid yang hanya dapat ditemukan pada masa anak karena ditemukan goiter. [2,6]
Defisiensi Yodium dan Mikronutrien lain Defisensi masih merupakan masalah dalam masyarakat. Kretin endemic, merupakan masalah yang timbul karena kekurangan yodium yang berat. Hipotiroid pada bayi yang agak besar, anak dan dewasa dapat terjadi pada daerah defisiensi yodium sedang. Hal ini terjadi bilamana mekanisme adaptasi gagal atau secara kebetulan memakan makanan yang mengandung bahan goiterogen, seperti singkong, kedelai, kentang manis, dan kembang kol. Defisiensi yodium dapat terjadi karena pembatasan diet yang ketat atau karena keisengan. Bahan makanan yang mengandung tiosianat (brokoli, kentang manis, dan kol) memblok trapping dan sebagian organifikasi yodium. Obat-Obatan Beberapa obat yang digunakan pada anak dapat berpengaruh pada fungsi tiroid, antara lain obat antitiroid, beberapa obat antikonvulsan, litium, tiosianat, asam salisilat, dan aminoglutetemid. P a g e | 15
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Hipotiroidisme Sekunder dan Tersier Hipotiroidisme sekunder dan tersier biasanya terjadi akibat kerusakan pada hipofise atau karena tumor hipofise(kraniofaringioma), penyakit granulomatous, radiasi kepala, meningitis, pembedahan atau trauma. Resisten Hormon Tiroid Anak dengan resisten hormon tiroid biasanya ditemukan karena harus dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid, antara lain karena pertumbuhannya jelek, hiperaktif, gangguan belajar, atau gejala lain. Resistensi hormon tiroid paling sering disebabkan oleh mutasi pada region engsel atau domain ligand-binding dari gen reseptor tiroid .
Hipertiroid 1. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. 2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. 3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). 4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negaraterbelakang. 5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak- anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid di awali Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin- vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain. Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi hormon tiroid menurun adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme. Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian dan hanya sedikit triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari. T4, prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan perifer oleh 5-deiodination. Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4 penyebab peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari. TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5-deiodinase aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara metabolik memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon memiliki berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik derangements dalam proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi myxedematous yaitu, akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan. Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan penurunan cardiac output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan penurunan transit di usus dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low- density lipoprotein (LDL) kolesterol dan kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik. Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin. Hipertiroid Tirotoksikosis muncul ketika jaringan terpapar T 4 atau T 3 , atau keduanya, berlebih. P a g e | 17
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Tumor pituitari-pensekresi-TSH melepaskan hormon yang aktif secara biologis yang tidak merespon kontrol feedback normal. Tumor bisa menghasilkan prolaktin atau hormon pertumbuhan; sehingga pasien bisa mengalami amenorrhea, galacthorrea atau akromegali. Pada penyakit Grave, hipertiroid muncul dari aksi thyroid-stimulating antibodies (TSAb) terhadap reseptor tirotropin pada permukaan sel tiroid. Antibodi Imunoglobulin G (IgG) ini terikat ke reseptor dan mengaktifkan enzim adenilat siklase dengan cara yang sama dengan TSH. Suatu nodule tiroid otonom (toxic adenoma) adalah massa tiroid terpisah yang kerjanya bebas dari kontrol pituitari. Hipertiroid biasanya muncul dengan nodule lebih besar (yaitu, dengan diameter >4 cm). Pada goiter (gondok) multinodular (penyakit Plummer), folikel dengan fungsi otonom tinggi berada diantara folikel normal atau bahkan folikel yang tidak berfungsi. Tirotoksikosis terjadi ketika folikel otonom menghasilkan hormon tiroid lebih banyak dari yang dibutuhkan. Tiroiditis subakut yang sangat nyeri (DeQuervain) dipercaya disebabkan invasi viral pada parenkim tiroid. Tiroiditis tanpa rasa sakit (sunyi, limfositik, postpartum) adalah penyebab umum tirotoksikosis; etiologinya masih belum dipahami dan bisa jadi heterogen. Tirotoksikosis factia adalah hipertiroid yang dihasilkan oleh konsumsi hormon tiroid eksogen. Ini bisa terjadi ketika hormon tiroid digunakan untuk indikasi yang tidak sesuai, ketika dosis berlebih digunakan, atau ketika digunakan secara rahasia oleh pasien. Amiodarone bisa merangsang tirotoksikosis atau hipotiroid. Agen ini menghambat 5- deiodinase tipe I, menyebabkan pengurangan konversi T 4 menjadi T 3 , dan pelepasan iodin dari obat bisa menyebabkan kelebihan iodin. Amiodarone juga menyebabkan tiroiditis desktruktif dengan hilangnya tiroglubulin dan hormon tiroid. Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck- uptake naik. Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease LO 3.6 Manifestasi Klinis Hipertiroidisme Hipotiroidisme Denyut jantung yg cepat Denyut nadi yg lambat Tekanan darah tinggi Suara serak P a g e | 18
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Kulit lembat & berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat Gemetaran Alis mata rontok Gelisah Kelopak mata turun Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan Tidak tahan cuaca dingin Sulit tidur Sembelit Sering buang air besar & diare Penambahan berat badan Lemah Rambut kering, tipis, kasar Kulit diatas tulang kering menonjol & menebal Kulit kering, bersisik, tebal, kasar Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol Mata membengkak, memerah & menonjol Sindroma terowongan karpal Mata peka terhadap cahaya Kebingungan Mata seakan menatap Depresi Kebingungan Demensia
LO 3.7 Diagnosis a. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan. 2. Palpasi Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita. P a g e | 19
b. Pemeriksaan Laboratorium : 1. Tes Fungsi Hormon Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida. 3,4,5
b. Foto Rontgen leher P a g e | 20
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas). c. Ultrasonografi (USG) Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.3,4,5 d. Pemeriksaan Isotop scan dan Ultrasonographic Metode Isotop scan (IS), ultrasonograhic (USG) dan sitologi saat ini digunakan untuk mengevaluasi nodul-nodul pada tiroid. IS memiliki spesifisitas tinggi dalam mendiagnosis neoplasma malignan apabila akumulasi ekstratiroid 99mTc pertechnetate atau I 3IJ pada nodul metastasis servikal atau demarcated nodul tiroid cold kabur dipertimbangkan positif. Karsinoma tiroid terlihat sebagai nodul hipoechogenik pada pemeriksaan USG, meskipun demikian beberapa lesi benign juga mirip dengan gambaran echographic seperti pada lesi malignan. e. Sidikan (Scan) tiroid Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid. 3,4,5 f. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi. Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan merupakan metode utama yang digunakan untuk diagnosis preoperatif pada anak-anak dan dewasa. Biopsi aspirasi jarum halus memegang peranan yang penting dalam mendeteksi neoplasma tiroid dan membantu dalam penanganan reseksi pembedahan selanjutnya serta mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik yang dapat ditangani secara konservatif. Biopsi aspirasi jarum halus merupakan test yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis lesi tiroid dan telah banyak publikasi yang mengkonfirmasi keunggulan dari biopsi aspirasi jarum halus ini. P a g e | 21
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Akan tetapi, walaupun merupakan test yang akurat dengan biaya yang murah dan sering tanpa komplikasi, biopsi aspirasi jarum halus juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yaitu : Ketidakmampuan biopsi aspirasi jarum halus untuk memberikan diagnosis banding nodul pada hypercellular goitre dan neoplasma folikular benign dan malignan. Keterbatasan ini menyebabkan ahli sitologi sering mendiagnosisnya sebagai suspect (4-24%) dan mengharuskan penderita untuk melakukan lobectomy untuk diagnosis yang lebih obyektif. Keterbatasan yang berkaitan dengan jumlah negatif palsu (1,3-17%) yang akhirnya akan menyebabkan kegagalan penanganan neoplasma malignan. Sejumlah kasus dimana tidak mungkin merumuskan satu diagnosis disebabkan karena material inadekuat (2-31%) sehingga menurunkan akurasi metode ini dan jumlah penderita yang menjalani lobectomy meningkat untuk mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat. Sitologi biopsi jarum halus terutama diindikasikan pada nodul tiroid soliter atau nodul dominan pada multinodul goiter. Empat sampai tujuh persen orang dewasa memiliki nodul tiroid yang dapat diraba dan angka ini meningkat dengan ultrasonografi atau pada pemeriksaan otopsi (>60%) Klasifikasi Sitologi Biopsi Jarum Halus : Klasifikasi sitologi biopsi jarum halus dikatakan : 1. Jinak Sel-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk kelompokan atau mikrofolikular. Inti sel bulat atau oval dengan kromatin yang padat dan homogen. Sitoplasma sedikit dan agak eosinofilik, tetapi terkadang ditemukan sel-sel onkositik. Sejumlah koloid dapat ditemukan. 2. Curiga Sel-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan folikular. Inti sel membesar, bulat atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti yang menonjol. Sitoplasma eosinofilik, bergranul, dikarakteristikkan dengan perubahan sel-sel onkositik. Koloid sedikit atau tidak dijumpai.
3. Ganas Bentuk papiler : sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papiler. Inti bulat atau oval dengan adanya pseudoinklusi nuklear, nuclear grooves dan/atau bentuk palisading. P a g e | 22
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Bentuk meduler : sel-sel yang hiperselular. Bentuk bervariasi dengan inti bentuk bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik dengan gambaran plasmasitoid. Struktur amiloid jarang terlihat. Bentuk anaplastik : terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya multinucleated giant cell dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar, bizarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar dan anak inti yang menonjol. Kadang dijumpai mitosis atipik
Hipotiroid Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabila
ditemukan :
1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.
2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.
3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis autoimun kronis.
Kegagalan produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan kadar T4 serum, sedangkan penurunan kadar T3 baru terjadi pada hipotiroidisme berat. Pada hipotiroidisme primer ditemukan penurunan kadar T4 sedangkan TSH serum meningkat. Pada hipotiroidisme sentral , disamping kadar T4 serum rendah, terdapat kadar TSH yang rendah atau normal. Untuk membedakan hipotiroidisme sekunder dengan tersier diperlukan pemeriksaan TRH. 8
Diagnosis hipotiroidisme dipastikan oleh adanya peningkatan kadar TSH serum. Apabila kadar TSH meningkat akan tetapi kadar FT4 normal, keadaan itu disebut hipotiroidisme sub klinik 4 . Biasanya peningkatan kadar TSH pada hipotiroidisme subklinik berkisar antara 5-10 mU/L sehingga disebut juga hipotiroidisme ringan. Kadar T3 biasanya dalam batas normal, sehingga pemeriksaan kadar T3 serum tidak membantu untuk menegakkan diagnosis hipotiroidisme. 2,4 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada algoritma dibawah ini.
Kelenjar tiroid akan menghasilkan dua macam hormon tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tetraiodotionin (T4). T3 merupakan bentuk biologi aktif dari hormon tiroid (memiliki lima kali lebih aktif bentuk biologinya dari T4), yang dihasilkan secara langsung dari metabolisme tiroksin yang didapat dari konversi T4 di perifer. Hanya 35-40% dari T4 ini yang akan dikonversi menjadi T3 diperifer, 50% dari T4 ini akan dikonversi menjadi bentuk
rT3. 10
Pada keadaan penyakit sistemik, stres fisiologik dan pemakaian obat-obatan dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 diperifer sehingga kadar T4 dan T3 serum akan menurun. Hal ini dapat menimbulkan keadaan hipotiroidisme, dan keadaan seperti ini disebut dengan euthyroid sick syndrome (ESS).
Hipertiroid Untuk mendiagnosis penyakit ini harus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan tes darah laboratorium untuk melihat kadar hormon T3, T4 dan THS. Jika kadar hormon tiroid tinggi dan kadar hormon THS rendah, hal ini mengindikasikan kelenjar tiroid P a g e | 24
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit. Bisa juga dideteksi dengan menggunakan scan tiroid yang menggunakan sinar X-ray untuk melihat kelenjar tiroid setelah menggunakan iodin radioaktif melalui mulut (Bararah, 2009). Untuk mendiagnosis hipertiroid bisa menggunakan Indeks Wayne seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Indeks Wayne No. Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah Berat Nilai 1. Sesak saat kerja +1 2. Berdebar +2 3. Kelelahan +3 4. Suka udara panas -5 5. Suka udara dingin +5 6. Keringat berlebihan +3 7. Gugup +2 8. Nafsu makan naik +3 9. Nafsu makan turun -3 10. Berat badan naik -3 11. Berat badan turun +3
No Tanda Ada Tidak 1. Tyroid Teraba +3 -3 2. Bising Tyroid +2 -2 3. Exoptalmus +2 - 4. Kelopak Mata Tertinggal Gerak Bola Mata +1 - 5. Hiperkinetik +4 -2 6. Tremor Jari +1 - 7. Tangan Panas +2 -2 P a g e | 25
-3 - - Hipertiroid : 20 Eutiroid: 11 - 18 Hipotiroid: <11 LO 3.8 Diagnosis Banding LO 3.9 Tatalaksana Hipertiroid Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid, yaitu : Antitiroid : yang menghambat sintesis hormon secara langsung. Penghambat ion : yang memblok mekanisme transpor yodida. Yodium dengan konsentrasi tinggi : yang dapat menguraangi sintesis dan pengeluaran hormon dari kelenjarnya. Yodium radioaktif : yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi. ANTITIROID Mekanisme kerja Antitiroid golongan tionamida, misalnya propiltiourasil, menghambat proses inkorporasi yodium pada residu tirosil dan tiroglobulin, dan juga menghambat penggabungan residu yodotirosil ini untuk membentuk yodotirosin. Kerjanya dengan menghambat enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil terganggu. Farmakokinetik Farmakokinetik Propiltiourasil Metimazol Ikatan protein plasma 75% - T1/2 75 menit 4-6 jam Volume distribusi 20 L 40 L Metabolisme pada gangguan hati Normal Menurun Metabolisme pada gangguan ginjal Normal Normal P a g e | 26
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Dosis 1-4 kali/hari 1-2 kali/hari Daya tebus sawar plasenta Rendah Rendah Jumlah yang disekresikan dalam ASI Sedikit Sedikit
Efek Samping Propiltiourasil dan metimazol jarang sekali menimbulkan efek samping dan bila timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama, frekuensinya kira- kira 3% untuk propiltiourasil dan 7% untuk metimazol. Agranulositosis akibat propiltiourasil hanya timbul denga frekuensi 0,44% dan metimazol hanya 0,12%. Meski jarang agranulositosis merupakan efek samping serius, untuk metimazol efek samping ini bersifat tergantung dosis sedang untuk propiltiourasil tidak tergantung dosis.Reaksi yang paling sering timbul adalah purpura dan papular rash yang kadang-kadang hilang sendiri. Gejala lain yang jarang sekali timbul adalah nyeri dan kaku sendi, terutama pada tangan dan pergelangan. Reaksi demam obat, hepatitis, nefritis dapat terjadi pada penggunaan propiltiourasil dosis tinggi. Indikasi Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan, dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat digunakan sebagai kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepat perbaikan klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Selain itu, antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid dengan difus maupun nodular. Efek terapi umumnya tampak setelah 3-6 minggu terapi. Besarnya efek hambat fungsi tiroid tergantung dari berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah hormon yang tersedia dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi biasanya tidak sampai menghambat fungsi tiroid sacara total. Waktu yang diperlukan untuk menyembuhkan setiap pasien juga berlainan. Apabila obat yang diberikan sudah melebihi kebutuhan, maka pada pasien tampak gejala hipotiroidisme, misalnya lemah, kantuk serta nyeri otak dan sendi. Kadang-kadang gejala hipotiroidisme yang timbuk begitu hebat hingga pasien perlu mendapat sedian tiroid. Dalam keadaan ini hendaknya pemberian antitiroid diteruskan dengan dosis yang lebih kecil. Jadi selama pengobatan dengan antitiroid harus diperhatikan ada tidaknya gejala hipotiroidisme secara klinis maupun laboratoris. Perubahan fungsi tiroid menuju normal umumnya disertai pengecilan goiter. Goiter yang menbesar selama pengobatan ini disebabkan hipotiriodisme yang timbul karena terapi berlebihan. Keuntungan P a g e | 27
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Pengunaan antitiroid adalah mengurangi tindakan operatif dan segala komplikasi yang mungkin timbul dan mengurangi terjadinya miksedema yang menetap karena penggunaan yodium radiaktif Bisa digunakan pada ibu hamil (propiltiourasil), karena tiroidektomi sering menimbulkan abortus. Yodium radioaktif tidak dapat diberikan terutama setelah trimester pertama kehamilan, karena merusak kelenjar tiroid fetus. Tetapi pada trimester ketiga sebaiknya dosisnya dikurangi untuk menghindari terjadinya goiter pada fetus. Sering digunakan bersama yodium untuk persiapan operasi tiroid pada pasien hipertiroidisme. Bila hanya antitiroid saja yang diberikan, maka vaskularisasi tiroid akan bertambah dan kelenjar jadi lebih rapuh sehingga menyulitkan jalannya operasi. Dengan pemberian yodium, vaskularisasi dan kerapuhan tersebut akan berkurang. Sediaan Propiltiourasil : tablet 50mg. Biasa diberikan denga dosis 100mg setiap 8jam. Metimazol : table 5mg dan 10mg. Dosis dianjurkan 30mg sekali sehari. Karbimazol : table 5mg dan 10mg. Dosis sama dengan meetimazol. PENGHAMBAT TRANSPOR ION YODIDA Penghambat ion yodida adalah obat yang dapat menghambat transport aktif ion yodida ke dalam kelenjar tiroid. Obat tersebut berupa anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai ukuran hampirr sebesar hidrat ion yodida, misalnya tiosianat (SCN-), perklorat (CLO4-), dan fluoborat (BF4-).Obat golongan ini dapat menghambat fungsi tiroid dan menimbulkan goiter. Mekanisme kerja obat ini, dengan menghambat secara kompetitif sodium- iodide symporter (Natrium-iodide symporter = NIS) yang dapat menghambat masuknya yodium. Semua obat ini mampu menghilangkan perbedaan kadar yodida dalam plasma dan tiroid. Efek goitrogeniknya dapat diatasi dengan pemberian tiroksin atau yodida. YODIDA Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme sebelum ditemukan antitiroid. Pemberian yodida pada pasien hipertiroid menghasilkan efek terapi yang nyata, dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid. YODIUM RADIOAKTIF Pada proses radiasi oleh suatu unsur radioaktif dipancarkan sinar-sinar (inti Helium), sinar (elektron), dan sinar (gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan sinar X). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat P a g e | 28
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh, karena terjadi perubahan molekul dalam sel oleh sinar yang berenergi tinggi. Dalam jaringan yang dilewati sinar radioaktif terjadi ionisasi, elektrron dilepaskan oleh molekul yang terkena radiasi, sehingga terbentuk ion positif dan partikel ion negatif, oleh karena itu proses radiasi tersebut dinamai radiasi ionisasi. Indikasi: Hipertiroidisme usia lanjut atau denga penyakit jantung. Penyakit graves yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi subtotal atau ssetelah memakai obat antitiroid dalam jangka waktu lama. Goiter nodular toksik Goiter multinodular non-toksik yang disertai gejala kompresi Karsinoma tiroid Sebagai alat diagnostik fungsi tiroid Kontraindikasi 1. Ibu hamil dan anak-anak. 2. Sebaiknya diberika pada pasien berusia lebih dari 25-30 tahun. Sediaan Larutan Natrium Yodida 131 I dapat diberikan oral dan IV sedangkan kapsul Natrium Yodida 131 I tersedia untuk pemberian oral.
Hipotiroidisme A. Terapi Hipotiroidisme : Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4), yang terdapat dalam bentuk murni dan stabil dan tidak mahal. Levotiroksin dikonversi menjadi T3 di intraselular, sehingga kedua hormon sama-sama didapatkan dalam tubuh walaupun hanya satu jenis. Tiroid kering tidak memuaskan karena isi hormonnya yang bermacam- macam, dan triiodotirosin (sebagai liotironin) tidak memuaskan karena absorpsinya yang cepat dan waktu paruhnya yang singkat dan efek sementara. Waktu paruh levotiroksin kira-kira 7 hari, jadi hanya perlu diberikan sekali sehari. Preparat ini diabsorpsi dengan, kadar dalam darah mudah dipantau dengan cara mengikuti FT4I atau FT4 dan kadar TSH serum. Ada peningkatan T4 atau FT4I kira-kira 1-2 ug/dL (13-26 nmol/L) dan disertai penurunan TSH sebanyak 1-2 uU/L (1-2 mU/L) mulai dalam 2 jam dan berakhir setelah 8-10 jam setelah dosis per oral 0,1-0,15 mg levotiroksin. Karena itu, dosis harian levotiroksin sebaiknya diminum pagi hari untuk menghindari gejala-gejala insomnia yang dapat timbul bila diminum malam hari. Sebagai tambahan, ketika kadar serum tiroksin dipantau, adalah penting mengukur darah puasa atau sebelum mendapat dosis harian hormon untuk mendapat data yang konsisten. P a g e | 29
Dosis levotiroksin : Dosis penggantian rata-rata levotiroksin pada dewasa adalah berkisar 0,05-0,2 mg/hari, dengan rata-rata 0,125 mg/hari. Dosis levotiroksin bervariasi sesuai dengan umur dan berat badan. Anak kecil membutuhkan dosis yang cukup mengejutkan dibanding orang dewasa. Pada orang dewasa, rata-rata dosis penggantian T4 kira-kira 1,7 ug/kg/hari atau 0,8 ug/pon/hari. Pada orang dewasa lebih tua, dosis penggantian lebih rendah, kira-kira 1,6 ug/kg/hari, atau sekitar 0,7 ug/pon/hari. Untuk supresi TSH pada pasien dengan goiter nodular atau kanker kelenjar tiroid, rata-rata dosis levotiroksin kira-kira 2,2 ug/kg/hari (1 ug/pon/hari). Keadaan malabsorbsi atau pemberian bersama preparat aluminium atau kolestiramin akan mengubah absorbsi T4, dan pada pasien-pasien seperti ini dibutuhkan dosis T4 lebih besar. Levotiroksin memiliki mempunyai waktu paruh cukup panjang (7 hari) sehingga jika pasien tidak mampu mendapat terapi lewat mulut untuk beberapa hari; meniadakan terapi levotiroksin tidak akan mengganggu. Namun, jika pasien mendapat terapi parenteral, dosis parenteral T4 kira-kira 75-80% dosis per oral.
A. Terapi Koma Miksedema : Koma miksedema adalah kedaruratan medis yang akut dan harus ditangani di unit perawatan intensif. Gas-gas darah harus dimonitor secara teratur, dan pasien-pasien biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis. Penyakit-penyakit yang berhubungan seperti infeksi atau gagal jantung dicari dan harus diobati dengan terapi yang tepat. Cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati dan asupan cairan bebas berlebihan harus dihindarkan karena pasien-pasien dengan koma miksedema mengabsorpsi semua obat-obatan dengan buruk, pemberian levotiroksin harus secara intravena. Pasien-pasien ini mempunyai deplesi tiroksin serum yang sangat jelas dan sejumlah besar tempat-tempat pengikatan yang kosong, pada globulin pengikat tiroksin dan jadi harus menerima dosis muatan awal tiroksin intravena, diikuti dengan suatu dosis harian intravena yang kecil. Suatu dosis awal sejumlah 300-400 ug levotiroksin diberikan intravena, diikuti oleh 50 ug levotiroksin intravena setiap hari. Petunjuk klinis adanya perbaikan adalah peningkatan suhu tubuh dan kembalinya fungsi serebral yang normal dan fungsi pernapasan. Jika diketahui pasien memiliki fungsi adrenal normal sebelum koma, dukungan adrenal mungkin tidak diperlukan. Namun, bila tidak ada data tersedia, kemungkinan adanya penyerta insufisiensi adrenal (berhubungan dengan penyakit adrenal autoimun atau nsufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini, kortisol plasma harus diukur atau, jika waktu memungkinkan (30 menit), uji stimulasi kosintropin harus dilakukan.
Tabel Dosis Penggantian Levotiroksin Umur Dosis levotiroksin (ug/kg/hari) 0-6 bulan 8-10 P a g e | 30
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin 7-11 bulan 6-8 1-5 tahun 5-6 6-10 tahun 3-4 11-20 tahun 2-3 Dewasa 1-2
Kemudian, dukungan adrenal penuh harus diberikan, seperti, hidrokortison hemisuksinat 100 mg intravena, diikuti dengan 50 mg intravena tiap 6 jam, tapering dose setelah 7 hari. Dukungan adrenal dapat dihentikan lebih dini jika kortisol plasma praterapi sekitar 20 ug/dL atau 1 ebih besar atau hasil stimulasi kosintropin dalam batas normal. Bila memberikan levotiroksin intravena dosis besar ada risiko bawaan mempresipitasi angina, kegagalan jantung, atau aritmia pada pasien-pasien tua dengan dasar penyakit arteri koronaria. Jadi, jenis terapi ini tidak dianjurkan untuk pasien-pasien rawat jalan dengan miksedema adalah lebih baik untuk memulai dengan perlahan-lahan dan kemudian sampai, dosis seperti disebut di atas.
C. Miksedema dengan Penyakit Jantung : Pada hipotiroidisme lanjut atau pada pasien-pasien tua (terutama yang dengan penyakit kardiovaskular) harus mulai terapi perlahan-lahan. Levotiroksin diberikan dengan dosis 0,025 mg/hari untuk untuk 2 minggu, dengan meningkatkan 0,025 mg setiap 2 minggu sampai mencapai dosis 0,1 atau 0,125 mg per hari. Biasanya diperlukan waktu 2 bulan untuk seorang pasien mencapai keseimbangan dengan dosis penuh. Pada pasien-pasien ini, jantung sangat peka terhadap kadar tiroksin yang beredar dan bila terjadi angina pektoris atau aritmia jantung, perlu untuk menurunkan dosis tiroksin dengan segera. Pada pasien- pasien yang lebih muda atau pasien-pasien dengan penyakit ringan, penggantian penuh dapat segera dimulai.
Efek Toksik Terapi Levotiroksin Tidak dilaporkan adanya alergi terhadap levotiroksin murni, walau mungkin pada pasien timbul alergi terhadap pewarna atau beberapa komponen tablet. Reaksi toksik utama kelebihan levotiroksin adalah gejala- gejala hipotiroidisme (terutama gejala-gejala jantung) dan osteoporosis. Gejala tirotoksik pada jantung adalah aritmia, khususnya, takikardia atrial proksimal atau fibrilasi. Insomnia, tremor, gelisah, dan panas berlebih juga dapat mengganggu. Dengan mudah dosis harian levotiroksin ditiadakan untuk 3 hari dan kemudian penurunan dosis mengatasi masalah ini. Peningkatan resorbsi tulang dan osteoporosis berat telah dikaitkan dengan hipertiroidisme yang berlangsung lama dan akan timbul pada pasien yang diobati dengan levotiroksin jangka lama. Hal ini dapat dicegah dengan P a g e | 31
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin pemantauan teratur dan dengan mempertahankan kadar normal serum FT4 dan TSH pada pasien yang mendapat terapi penggantian jangka panjang. Pada pasien yang mendapat terapi supresi TSH untuk goiter nodular atau kanker tiroid, jika FT4I atau FT4 dijaga pada batas normal atas (walau jika TSH disupresi) efek samping terapi T4 pada tulang akan minimal.
Oper asi Lobe ktomi diindi kasikan untuk semua lesi yang mencurigakan. Yang diangkat adalah salah satu lobus seluruhnya dan ismus. Tetapi kanker berdiferensiasi dengan ukuran lebih dari 1,5 cm biasanya membutuhkan pembedahan lebih luas dari sekedar lobektomi. Near-total thyroidectomy diindikasikan untuk karsinoma jenis papiler pada pasien berisiko rendah yang tidak membutuhkan ablasi radio-iodine pasca operasi. Pada operasi ini, dilakukan lobektomi satu sisi, pengangkatan ismus, dan reseksi subtotal lobus kontralateral dengan sisa di bagian posterior kurang dari 10%. P a g e | 32
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Sedangkan tiroidektomi total yaitu pengangkatan kedua lobus dan ismus, diindikasikan untuk karsinoma tiroid jenis lain. Near total dan total tiroidektomi dapat diindikasikan pada pasien usia >45 tahun karena tingginya rekurensi. ES Tiroidektomi Darah ke kelenjar tiroid berasal dari arteri superior thyroid yang merupakan cabang pertama arteri external carotid. Arteri ini menembus pretracheal fascia sebelum sampai ke bagian superior pole lobe kelenjar tiroid. Saraf laryngeal terletak berhampiran (di belakang) arteri ini, jadi jika dalam pembedahan tiroidektomi, kemungkinan besar saraf ini terpotong jika tidak berhati-hati. Pasca Operasi Pasien sering tidak nyaman untuk beberapa hari pertama setelah operasi. Namun, obat biasanya dapat mengontrol rasa sakit mereka. Pasien harus merasa bebas untuk mendiskusikan nyeri dengan dokter atau perawat. Hal serupa juga terjadi bagi pasien untuk merasa lelah atau lemah. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari operasi bervariasi untuk setiap pasien. Setelah pembedahan untuk mengangkat tiroid dan jaringan di dekatnya atau organ, seperti kelenjar paratiroid, pasien mungkin perlu minum obat (hormon tiroid) atau vitamin dan suplemen mineral (vitamin D dan kalsium) untuk menggantikan fungsi yang hilang dari organ tersebut. Dalam beberapa kasus, saraf atau otot tertentu mungkin rusak atau dihapus selama operasi. Jika ini terjadi, pasien mungkin memiliki masalah suara atau satu bahu mungkin lebih rendah dari yang lain. Yodium terapi (I-131) Radioaktif Beberapa pasien mengalami mual dan muntah pada hari pertama dari I-131 terapi. Tiroid jaringan tersisa di leher setelah operasi dapat menjadi bengkak dan sakit. Jika kanker tiroid telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, I-131 yang mengumpulkan mungkin menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan. Pasien juga mungkin memiliki mulut kering atau kehilangan rasa rasa atau bau untuk waktu yang singkat setelah I-131 terapi. Mengunyah permen karet bebas gula atau mengisap bebas gula permen keras dapat membantu. Selama pengobatan, pasien dianjurkan untuk minum banyak air dan cairan lainnya. Karena cairan membantu I-131 keluar dari tubuh lebih cepat, paparan kandung kemih untuk I-131 berkurang. Karena terapi yodium radioaktif menghancurkan sel yang membuat hormon tiroid, pasien mungkin harus minum pil hormon tiroid untuk menggantikan hormon alami. Sebuah efek samping yang jarang pada pria yang menerima dosis besar I-131 adalah hilangnya kesuburan. Pada wanita, I-131 tidak dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, tetapi beberapa dokter mengusulkan perempuan menghindari kehamilan selama satu tahun setelah I-131 terapi. Para peneliti telah melaporkan bahwa jumlah yang sangat kecil pasien dapat mengembangkan leukemia tahun setelah pengobatan dengan dosis tinggi I-131. LO 3.10 Komplikasi P a g e | 33
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Komplikasi hipotiroid : a. Koma miksedema Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal. Walaupun jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa mendatang, dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen. Karena ini paling sering pada pasien- pasien tua dengan adanya dasar penyakit paru dan pembuluh darah, mortalitasnya sangat tinggi. Pasien (atau seorang anggota keluarga bila pasien koma) mungkin ingat akan penyakit tiroid terdahulu, terapi radioiodin, atau tiroidektomi: Anamnesis menunjukkan awitan bertahap dari letargi terus berlanjut menjadi stupor atau koma. Pemeriksaan menunjukkan bradikardi dari hipotermia berat dengan suhu tubuh mencapai 24 C (75 F). Pasien biasanya wanita tua gemuk dengan kulit kekuning-kuningan, suara parau, lidah besar, rambut tipis, mata membengkak, ileus dan refleks-refleks melambat. Mungkin ada tanda-tanda penyakit-penyakit lain seperti pneumonia infark miokard, trombosis serebral atau perdarahan gastrointestinal. Petunjuk laboratorium dari diagnosis koma miksedema, termasuk serum "lactescent", karotin serum yang tinggi, kolesterol serum yang meningkat, dan protein cairan serebrospinalis yang meningkat. Efusi pleural, perikardial atau abdominal dengan kandungan protein tinggi bisa juga didapatkan. Tes serum akan menunjukkan FT4 yang rendah dan biasanya TSH yang sangat meningkat. Asupan iodin radioaktif tiroid adalah rendah dan antibodi antitiroid biasanya positif kuat, menunjukkan dasar tiroiditis EKG menunjukkan sinus bradikardi dan tegangan rendah. Seringkali bila pemeriksaan laboratorium tidak tersedia, diagnosis harus dibuat secara klinis. Patofisiologi koma miksedema menyangkut 3 aspek utama : (1) retensi CO2 dan hipoksia; (2) ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; dan (3) hipotermia. Retensi CO2 telah lama dikenal sebagai bagian internal dari koma miksedema dan dianggap diakibatkan oleh faktor-faktor seperti : obesitas, kegagalan jantung, ileus, imobilisasi, pneumonia, efusi pleural atau peritoneal, depresi sistem saraf pusat dan otot-otot dada yang lemah cukup turut berperan. Kegagalan pasien miksedema berespons terhadap hipoksia atau hiperkapnia mungkin akibat hipotermia. Kegagalan dorongan ventilatori sering berat, dan bantuan pernapasan hampir selalu dibutuhkan pada pasien dengan koma miksedema. Terapi hormon tiroid pada pasien-pasien miksedema memperbaiki hipotermia dan sangat meningkatkan respons ventilasi terhadap hipoksia. Karena dorongan ventilasi yang terganggu, respirasi yang dibantu hampir selalu perlu pada pasien dengan koma miksedema. Gangguan cairan dan elektrolit yang utama adalah intoksikasi cairan akibat syndrome of inappropriate secretion of vasopressin (SIADH). Kelainan ini terlihat sebagai hiponatremia dan ditangani dengan restriksi air. Hipotermia sering tidak P a g e | 34
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin dikenali karena termometer klinis biasanya hanya sampai kira-kira 34C (93F); suatu jenis termometer laboratorium yang mencatat skala yang lebih besar harus digunakan untuk mendapatkan pembacaan suhu tubuh yang tepat. Suhu tubuh yang rendah bisa disebabkan karena hilangnya stimulasi tiroksin pada mekanisme transpor natrium kalium dan aktivitas ATPase yang menurun. Penghangatan kembali tubuh secara aktif adalah kontra indikasi, karena dapat menginduksi vasodilatasi dan kolaps vaskular. Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi yang berguna untuk melihat efektivitas tiroksin. Kelainan-kelainan lain yang dapat mendorong terjadinya koma miksedema termasuk gagal jantung, edema paru, efusi pleural atau peritoneal, ileus, kelebihan pemberian cairan, atau pemberian pemberian obat-obat sedatif atau narkotik pada pasien dengan hipotiroidisme berat. Insufisiensi adrenal kadang-kadang terjadi berkaitan dengan koma miksedema, tetapi ini relatif jarang dan biasanya berhubungan dengan miksedema hipofisis atau insufisiensi adrenal autoimun yang terjadi bersamaan (Sindroma Schmidt). Kejang, episode perdarahan, hipokalsemia atau hiperkalsemia bisa dijumpai. Adalah penting untuk membedakan miksedema hipofisis dari miksedema primer. Pada miksedema hipofisis, bisa didapatkan insufisiensi adrenal dan pengganti adrenal perlu dilakukan. Petunjuk klinis tentang adanya miksedema hipofisis termasuk riwayat adanya amenore atau impotensi dan rambut pubis atau aksilar yang jarang; kolesterol serum normal dan kadar TSH hipofisis yang normal atau rendah. Pada CT scan atau MRI dapat memperlihatkan pelebaran sella tursika. Terapi koma miksedema, dibicarakan di bawah. b. Miksedema dan Penyakit Jantung Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin seringkali dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark miokard. Namun karena sudah ada angioplasti koronaria dan bypass arteri koronaria, pasien dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin yang lebih cepat dapat ditolerir. c. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak ("myxedema madness"). Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4 dan TSH adalah cara efisien untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali memberikan respons terhadap terapi tunggal levotiroksin atau dikombinasi dengan obat-obat psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggu meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada regimen psikoterapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa memperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk menegakkan konsep ini sebagai terapi standar. Komplikasi Hipertiroid : P a g e | 35
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Krisis Tirotoksikosis ("thyroid strom") adalah eksaserbasi akut semua gejala tirotoksikosis, sering terjadi sebagai suatu sindroma yang demikian berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Kadang-kadang krisis tiroid dapat ringan dan nampak hanya sebagai reaksi febris yang tidak bisa dijelaskan setelah operasi tiroid pada pasien yang persiapannya tidak adekuat. Lebih sering, terjadi dalam bentuk yang lebih berat, setelah operasi, terapi iodin radioaktif atau partus pada pasien dengan tirotoksikosis yang tidak terkontrol adekuat atau selama penyakit atau kelainan stres yang berat, seperti diabetes yang tidak terkontrol, trauma, infeksi akut, reaksi obat yang berat, atau infark miokard. Manifestasi klinis krisis tiroid adalah hipermetabolisme yang menonjol dan respons adrenergik berlebihan. Febris dari 38 sampai 41C (100-106F) dan dihubungkan dengan muka kemerahan dan keringat banyak. Terdapat takikardi berat sering dengan fibrilasi atrium, tekanan nadi tinggi dan kadang-kadang gagal jantung. Gejala susunan saraf pusat termasuk agitasi berat, gelisah, delirium, dan koma. Gejala gastrointestinal termasuk nausea, muntah, diare dan ikterus. Akibat fatal ada hubungannya dengan gagal jantung dan syok. Pernah diduga bahwa krisis tiroid adalah akibat bahwa pelepasan mendadak atau "dumping" cadangan tiroksin dan triiodotironin dari kelenjar tirotoksis. Pemeriksaan lebih teliti telah mengungkapkan bahwa kadar T4 dan T3 serum pada pasien dengan krisis tiroid tidaklah lebih tinggi daripada pasien tirotoksikosis tanpa krisis tiroid. Tidak ada bukti bahwa krisis tiroid disebabkan oleh produksi triiodotironin berlebihan. Ada bukti bahwa pada tirotoksikosis terdapat peningkatan jumlah tempat pengikatan untuk katekolamin, sehingga jantung dan jaringan saraf mempunyai kepekaan yang meningkat terhadap katekolamin dalam sirkulasi. Tambahan pula, terdapat penurunan pengikatan terhadap TBG, dengan peningkatan T3 dan T4 bebas. Teori saat ini bahwa dalam keadaan seperti ini, dengan tempat pengikatan yang bertambah yang tersedia untuk katekolamin, suatu penyakit akut; infeksi atau stres bedah memacu pengeluaran katekolamin, yang bersama-sama kadar T4 dan T3 bebas yang tinggi, menimbulkan problem akut ini. Gambaran diagnostik klinis yang paling menonjol dari krisis tirotoksikosisadalah hiperpireksia yang jauh lebih berat dari tanda-tanda lain. Penemuan laboratorium termasuk T4, FT4 dan T3 serum, juga TSH yang tersupresi.
LO 3.11 Pencegahan Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah : a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium. P a g e | 36
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh dan menghambat progresifitas penyakit. Pencegahan Tertier Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran. b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.
LO 3.12 Prognosis LI 4. Memahami dan Menjelaskan Mengatasi Cemas Menurut Islam Dzikir adalah obat yang paling ampuh mengatasi kecemasan. Sebagaimana Firman Allah SWT : P a g e | 37
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Raad : 28). Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung unsur psikoteraupetik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi dan psikiatrik, karena mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme (Hawari, 2004).
Beberapa tujuan berdoa adalah: 1) Mohon perlindungan Allah SWT, tersurat dalam dalam surat Al-Fath (QS: 11;48) yang artinya: Katakanlah, maka siapa (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahiui apa yang kamu kerjakan. 2) Memohon pertolongan Allah SWT, tersurat dalam surat Yunus (QS: 10;107), yang artinya: Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. 3) Mentaati Allah SWT. Bagi orang beriman dia memiliki keyakinan sepenuhnya bahwa Allah SWT adalah satu-satunya sang Pencipta, sang Penjaga, sang Penentu, yang serba Maha dalam sifat-sifat-Nya. 4) Mendapatkan ridho Allah SWT. Keridhoan Allah merupakan the ultimate goal, tujuan tertinggi bagi seorang mukmin. Apapun yang dia usahakan termasuk berdoa kepada-Nya tiada tujuan lain kecuali semata-mata untuk mendapatkan keridhoan-Nya.
Doa Kesembuhan Artinya: Ya Allah ya Tuhanku, Engkau adalah mengetahui segala macam penyakit. Semubuhkanlah hamba-Mu yang kekurangan ini. Engkaulah ya Allah yang Maha Mengobati. Tidak ada obat kecuali dari Engkau. Sembuhkanlah hamba-Mu ini dan tidak akan kambuh- kambuh lagi. Allah SWT berfirman: Dan bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. (QS: 26;28). Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS: 17;82).
Dzikir untuk Kesembuhan As-salaam artinya yang memberi keselamatan, dibaca 136 kali setiap hari. Artinya: Dia-lah yang memegang keselamatan seluruh alam dan hanya Dia-lah yang Maha Selamat dari segala cacat dan kekurangan. An-Naafiu artinya yang memberi manfaat. Dia-lah yang memberi manfaat kepada hamba- hamba-Nya. Apabila kita membaca Ya Nafiu, Insya Allah bila kita sedang berduka cita akan segera hilang dan jika sedang sakit akan segera sembuh.
Orang yang mengalami kecemasan akan mudah dipengaruhi oleh pihak luar khususnya pihak yang berkompeten dalam hal ini adalah perawat. Kondisi tersebut jika diarahkan dalam bentuk asuhan religi akan sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi kecemasannya. Pemberian P a g e | 38
raysilva chuneva alros/1102012230 | ske 2 endokrin bantuan untuk berdoa dan berdzikir oleh perawat akan membuat pasien lebih tenang dalam mempersiapkan diri untuk menjalani operasi. Konsep ini sesuai dengan firman Allah dalam Al- Quran pada surat Ar-Rad ayat 28: (yaitu) orangorang yang beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Jadi dengan pemberian terapi religi dalam bentuk doa dan dzikir akan membuat kecemasan pasien berkurang. Hal ini akan berbeda dengan pasien yang tidak diberi perlakuan dalam bentuk doa dan dzikir, maka kecemasannya akan tetap dalam menghadapi Pre-operasi.
Daftar Pustaka Carlor Juiqueira, Luiz and Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar Edisi 10. Jakarta: EGC
Gan Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC
Ganong, F. William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC Sudoyo. S, Aru .W, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III, edisi IV. Jakarta: Interna Publishing Anatomi dan Histologi Kelenjar Endokrin, diakses 28 September 2012 dari: http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/aspek-anatomi-dan-histologi-kelenjar- endokrin/