You are on page 1of 4

15

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor atau neoplasma adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak
terkontrol, dapat diikuti dengan metastasis pada satu atau lebih jaringan. Kanker adalah
istilah umum untuk semua tumor ganas (malignant tumor) yaitu tumor yang menyebar
dan ganas, sedangkan tumor yang tidak menyebar dan tidak ganas disebut tumor jinak
(benign tumor). Tumor menempati peringkat ke lima penyebab utama kematian di
Indonesia, disamping penyakit kardiovaskular, infeksi, pernapasan dan pencernaan
(Tim Surkesnas 2002). Di negara berkembang, penyakit infeksi dan parasit masih
merupakan masalah kesehatan terutama pada usia balita. Di negara maju, tumor adalah
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskular. Peningkatan kesadaran
masyarakat mengenai faktor resiko penyakit jantung yang diikuti perubahan pola hidup
dan perkembangan obat kardiovaskular berperanan mengurangi angka kematian akibat
penyakit jantung (Gibbs 2000). Tumor adalah penyakit yang kompleks dengan berbagai
akumulasi mutasi genetik, manifestasi penyakit memerlukan waktu lama, keterbatasan
efektivitas kemoterapi tumor; fenomena ini akan menambah jumlah angka kematian
akibat tumor. Usaha yang dilakukan untuk pencegahan penyakit kardiovaskular secara
tidak langsung juga mencegah penyakit degeneratif lain seperti penyakit kanker,
diabetes, glaukoma (Flora dan Ferguson 2005).
Berbagai komponen bioaktif yang terdapat dalam bahan pangan seperti
genistein, dialil sulfida, alisin, resveratrol, kapsaisin, kurkumin, gingerol, anetol
mempunyai kemampuan menekan proses transformasi, hiperproliferasi dan inflamasi
yang berperanan pada inisiasi karsinogenesis. Masyarakat Asia dengan pola konsumsi
yang kaya dengan sayuran, buahan dan tumbuhan rempah mempunyai resiko lebih
rendah menderita kanker kolon, gastrointestinal, payudara, prostat dibandingkan
masyarakat Barat (Dorai dan Aggarwal 2004).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia setelah Brazilia
dengan ribuan spesies tumbuhan yang tersebar di hutan tropika. Berbagai komponen
bioaktif (alkaloid, terpenoid, flavonoid, steroid, tanin) yang terdapat di dalam tumbuhan
bermanfaat bagi kesehatan manusia dan telah dikembangkan sebagai obat sintetis
16
seperti efedrin, atropin, kinin, vinkristin atau masih digunakan dalam bentuk ramuan
beberapa simplisia tumbuhan yang dikenal dengan istilah jamu. Sampai saat ini
pemakaian jamu masih populer di masyarakat sebagai pemelihara kesehatan dan
menjaga kebugaran (promotif), pencegah penyakit (preventif), penyembuh penyakit
(kuratif) atau pendamping penggunaan obat jadi, pengurang rasa sakit (simtomatis) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Pemakaian obat tradisional oleh masyarakat
terutama dalam pengobatan tumor dilakukan dengan alasan yang bersifat sosial
ekonomi. Pada kanker stadium lanjut, obat tradisional jelas tidak bermakna
memperpanjang umur penderita tetapi ber manfaat meningkatkan kualitas hidup
penderita. Pengobatan tumor dengan obat yang berasal dari tumbuhan dimaksudkan
sebagai usaha pencegahan (kemopreventif) perkembangan tumor atau terapi tambahan.
Tumbuhan obat yang populer digunakan untuk pengobatan tumor antara lain
Cathranthus roseus / Vinca rosea, Sonchus arvensis, Dioscorea bulbifera, Gynura
procumbens, Kaempferia rotunda, Curcuma zedoaria. Di antara tumbuhan tersebut ada
yang berkhasiat sebagai sitostatika, imunomodulator, anti-inflamasi, hepatoprotektor
dan analgesik (Saputra et al. 2000). Komponen bioaktif tumbuhan obat mempunyai
banyak molekul target dan memberikan efek beragam terhadap fisiologi tubuh (Inalci et
al. 2005), di antara komponen bioaktif tersebut mungkin saling memberikan efek yang
bersifat sinergis, aditif atau saling meniadakan efek samping komponen bioaktif
(Briskin 2000).
Hasil penelitian Murakami et al. (1998) pada uji saring secara in vitro ekstrak
etanol dari 107 jenis tanaman dari 48 famili tanaman terhadap sel Raji dan uji tumor
promoter 12-O-hexadecanoylphorbol-13-acetas (HPA) denganEpstein -Barr (EB) virus
activation, diperoleh hasil sebanyak 71% ekstrak etanol tumbuhan menghambat sekitar
30% aktivasi virus EB pada kadar 200 mg/mL. Diantara jenis tumbuhan tersebut yang
terbanyak bersifat anti-tumor berasal dari suku Zingiberaceae dan Apiaceae. Sirait
(2001) melaporkan sebanyak 80% tumbuhan obat di dalam jamu berasal dari famili
Zingiberaceae, Piperaceae dan Apiaceae.
Dalam dasawarsa belakangan ini C. zedoaria (Zingiberaceae) atau dikenal
dengan nama daerahnya temu putih, kunyit putih, atau koneng bodas secara tradisional
rimpangnya (rhizoma) digunakan untuk pengobatan kanker serviks dan meningkatkan
efektivitas kemoterapi pada penderita kanker (Dalimartha 2003). Kandungan kimia
rimpang temu putih adalah minyak atsiri, kurkuminoida (diarilheptanoid), polisakarida
17
dan golongan lain (Tang dan Eisenbrand 1992). Sebagai obat tradisional, rimpang temu
putih digunakan sebagai stimulans, karminativum, diuretik, antiemetik, antipir etik,
antidiare, memperbaiki gangguan pencernaan, mengobati ulser, luka dan penyakit kulit
lainnya (De Padua et al. 1999). Penggunaan rimpang temu putih untuk mengobati tumor
sering digabung dengan bahan lain seperti temu mangga atau kunir putih, temu lawak,
benalu teh, delima putih, pulosari, sambung nyawa, beluntas dan lainnya sesuai dengan
tujuan pengobatan (Syukur 2002, Suharmiati et al. 2002).
Beberapa penelitian melaporkan sediaan rimpang temu putih mampu
menghambat pertumbuhan sel mieloma, sel karsinoma (Priosoeryanto et al. 2001),
menghambat pertumbuhan tumor paru pada mencit yang diinduksi dengan
benzo(a)piren (Murwanti et al. 2004). Penelitian komponen bioaktif rimpang temu putih
antara lain analisis komponen minyak atsiri (Sudibyo 2000), aktivitas anti bakteri
minyak atisri (Sunardi et al. 2002, Wilson et al. 2005), aktivitas analgetik dan anti
inflamasi kurkumenol (Navarro et al. 2005, Jang et al. 2004), aktivitas antiproliferasi
sel OVCAR-3 dari komponen kurkuminoid (Syu et al. 1998).

B. Perumusan Masalah
Tumor adalah penyakit yang kompleks, tindakan terapi konvensional seperti
pembedahan dan radiasi hanya efektif untuk tumor lokal stadium dini. Pada umumnya
kasus tumor baru diketahui pada saat tumor sudah dalam tahap lanjut disertai adanya
penyebaran/metastasis pada organ tubuh lain dan pemberian kemoterapi pada kasus ini
hanya bersifat sebagai terapi penunjang untuk mengurangi penderitaan pasien. Obat anti
tumor bekerja pada sel yang sedang aktif sehingga efek samping ditemui pada jaringan
dengan proliferasi tinggi seperti sistim hemopoetik dan gastrointestinal. Sel sistim imun
yang rusak akibat obat anti tumor atau radiasi, merupakan peluang terjadinya infeksi
dan pertumbuhan tumor. Pemberian komponen bioaktif tumbuhan yang dapat
meningkatkan fungsi sistim imun penderita akan bermanfaat bagi penderita untuk
mengatasi efek samping kemoterapi atau radiasi maupun menghadapi invasi bakteri.
Rimpang temu putih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan penderita
kanker serviks, tetapi belum ada laporan ilmiah tentang aktivitas biologis komponen
bioaktif atau metabolit sekunder terhadap sistim imun non spesifik maupun sifat
sitotoksik terhadap sel kanker epitel, kanker darah (leukemia) dan kanker jaringan ikat
18
(fibroblas). Penelitian ini ditujukan untuk menggali potensi aktivitas biologik komponen
bioaktif rimpang temu putih sebagai antiproliferasi maupun sebagai imunomodulator.
Untuk memperoleh senyawa bioaktif tersebut maka dilakukan fraksinasi yang
berpedoman hasil uji bioaktivitas (bioassay-guided fractionation).

C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengekstraksi, fraksinasi dan memurnikan fraksi bioaktif rimpang temu putih
2. Melakukan karakterisasi kimia fraksi bioaktif terpilih
3. Menguji secara in vitro aktivitas antiproliferasi pada sel lestari tumor (HeLa, K-562
dan WEHI-164) serta aktivitas fagositosis dari fraksi bioaktif
4. Menelaah pengaruh fraksi bioaktif terpilih terhadap jumlah kromosom dan
perubahan morfologi sel lestari tumor (HeLa, K-562 da n WEHI-164)
5. Menjelaskan kemungkinan mekanisme kerja komponen bioaktif sebagai substansi
antiproliferasi

D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan menambah informasi ilmiah mengenai komponen
bioaktif rimpang temu putih yang berpotensi sebagai antiproliferasi dan
imunomodulator (peningkatan fagositosis), kajian hubungan struktur dengan aktivitas
(Structure Activity Relationship/SAR) dan bahan pertimbangan untuk pengembangan
pengujian pada tingkat molekuler.

E. Hipotesis
Fraksi bioaktif rimpang temu putih mengandung senyawa bioaktif yang
mempunyai aktivitas antiproliferasipada sel tumor, mempengaruhi abnormalitas jumlah
kromosom, memicu apoptosis dan meningkatkan kemampuan fagositosis.

You might also like