You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah memang bukan sembarang cairan biasa. Cairan yang identik dengan
warna merah ini mempunyai peranan yang luar biasa bagi tubuh. Beredarnya darah
dalam tubuh tidak dapat terlepas dari alat-alat sirkulasi. Anemia merupakan salah
satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat. Orang awam lebih mengenal
anemia dengan penyakit kurang darah. Anemia ditandai dengan badan lesu, mata
berkunang-kunang, dan kepala pusing sehingga menyebabkan aktivitas menurun. Jika
gejala seperti ini Anda alami, segera periksakan ke dokter. Anemia atau kurang darah
jangan Anda sepelekan, karena darah merupakan komponen penting dalam tubuh
Anda. Itulah salah satu jenis penyakit yang dapat terjadi pada system peredaran darah.
Pada Makalah ini, kita akan mempelajari tentang sistem peredarah darah manusia.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan struktur, fungsi, dan
proses yang terjadi pada sistem peredaran darah. Selain itu, Anda juga diharapkan
dapat menjaga kesehatan sistem peredaran darah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah guna
mengetahui efek samping, contoh masing-masing golongan, kontraksi indikasi,
indikasi, dan mekanisme reaksi dari :
1. Antianemia
2. Antikoagulan
3. Antitrombosit
4. Trombolitika
5. Hemostatika


C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini di susun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai :
1. Antianemia
2. Antikoagulan
3. Antitrombosit
4. Trombolitika
5. Hemostatika

D. Kegunaan makalah
Makalah ini disususn dengan harapan memberikan kegunaan baik baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara praktismakalah ini bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep penelitian tindakan kelas;
2. pembaca/guru, sebagai media informasi tentang konsep materi gangguan pada
sistem peredaran darah baik secara teoritis maupun secara praktis.

E. Prosedur makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adalah metode deskriftif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam
makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan
tema makalah. Data tersebut diolah dengan tekhnik analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema
makalah.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan pustaka
Sistem peredaran ini dibedakan menjadi:
1. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru)
Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke paru-paru
kembali lagi ke jantung.Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang
mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah keluar
dari paru-paru.Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kanan jantung > arteri pulmonalis > paru-paru > vena pulmonalis
> atrium kiri jantung
2. Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik)
merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang membawa
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak
mengandung oksigen. Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kiri > aorta > arteri superior dan inferior > sel / jaringan tubuh >
vena cava inferior dan superior > atrium kanan jantung
3. Sistem peredaran portal
Sistem peredaran darah yang menuju ke alat-alat pencernaan menuju ke hati,
sebelum kembali ke jantung.pembuluh darah portal berwarna coklat karena banyak
mengandung nutrien.
Macam-macam sel darah :
1. Sel darah merah (erytrosit)
Bentuk sel darah merah bulat gepeng, kedua permukaannya cekung
(bikonkaf), dan tidak berinti, pada pria jumlahnya kira-kira 5 juta/mm3 sedangkan
wanita kira-kira 4 juta/mm3.Mengandung hemoglobin (zat warna merah pada darah)
yang berfungsi mengikat O2, mengandung zat besi (Fe), berwarna merah.Sel darah
merah dibentuk dalam sumsum merah tulang, pada tulang pipih. Sel darah merah dapat
hidup 120 hari, yang sudah tua/rusak akan dirombak dalam limfa (kura). Hemoglobin
yang terlepas akan dibawa ke hati untuk dirombak menjadi zat warna empedu
(bilirubin). Adapun zat besi yang terlepas akan digunakan dalam membentuk sel darah
merah baru.Jika sel-sel darah kekurangan zat besi maka akan mengalami penyakit
yang disebut anemia. Adapun jika kekurangan darah O2 dinamakan sianosis.
2. Sel darah putih (leukosit)
Macam-macam sel darah putih :
Monosit, dengan ciri-ciri inti bulat, besar, bersifat fagosit dan dapat bergerak
cepat.
Limfosit, dengan ciri-ciri berinti satu, tidak dapat bergerak, berfungsi untuk
imunitas.
Bentuk leukosit tidak tetap (ameboid), tidak berwarna, memiliki inti,
bulat/cekung, jumlahnya pada orang normal kira-kira 6.000-9.000/mm3 .Umur sel
darah putih sekitar 12-13 hari.Dibuat dalam sumsum tulang merah, limfe dan jaringan
retikuloendothelium.Fungsi sel darah putih untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
Jika ada kuman sel darah putih akan memakan kuman tersebut, apabila kalah akan
berubah menjadi nanah. Selain itu leukosit juga sebagai prengangkutan zat lemak,
pembuluh chyl dan limfe serta bersifat fagosit.
3. Sel darah pembeku (trombosit)
Bentuk keping darah pembeku tidak tetap.Fungsinya untuk pembekuan darah,
jumlahnya kira-kira 200.000-400.000/mm3, dibuat dalam sumsum tulang
(megakariosit). Jika seseorang luka, keping darah mengalir bersama darah luka, pada
waktu menyentuh permukaan luka akan pecah dan terbentuk trombokinase, dengan
bantuan ion kalsium akan mengubah protrombin (dalam plasma darah) menjadi
trombin. Trombin yang terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin (benang-
benang halus) yang akan menutup luka sehingga perdarahan berhenti.Proses
pembekuan darah :
Trombosit pecah (anti hemofili) ---> Tromboplastin (trombokinase)
Protrombin ---> Trombin
Fibrinogen ---> Fibrin





B. Pembahasan
1. Antianemia
a. Pengertian
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin,
dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Sedangkan
Anti anemia merupakan suatu senyawa baik sintesis maupun alamiah yang bekerja
untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam darah baik dengan meningkatkan volume
plasma darah ataupun dengan meningkatkan proses pembentukan sel darah
merah(SDM).
b. Penyebab anemia (etiologi)
Cacat Sel Darah Merah (SDM)
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.
Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan
masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana
mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada
umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang
menyusunnya.Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis
protein dikendalikan oleh gen di DNA.
Kekurangan Zat Gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh
faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi.Anemia karena kelainan
dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut.
Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya
memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya,
mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang
terjadi.
Perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan
kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena
perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang
terjadi.Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang
diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan
untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah
ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
Sistem Imun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan
menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan.Keadaan
ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut
terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat
dihancurkan oleh sistem imun.

c. Klasifikasi anemia
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah serta
indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut
morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi menjadi :
1) Menurut ukuran sel darah merah
Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal), anemia mikrositik
(ukuran sel darah merah kecil) dan anemia makrositik (ukuran sel darah merah
besar).
2) Menurut kandungan dan warna hemoglobin
Anemia normokromik (warna hemoglobin normal), anemia hipokromik
(kandungan dan warna hemoglobin menurun) dan anemia hiperkromik
(kandungan dan warna hemoglobin meningkat).
Anemia Normositik Normokrom.
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita
anemia.Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis,
penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal,
kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum
tulang.


Anemia Makrositik Normokrom.
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal
tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal.Hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti
yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat.Ini dapat juga terjadi
pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu
metabolisme sel.
Anemia Mikrositik Hipokrom.
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti
pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
Menurut Brunner dan Suddart (2001), klasifikasi anemia menurut
etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel darah
merah (anemia hipoproliferatifa) dan destruksi sel darah merah (anemia
hemolitika).
a. Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu yang normal,
tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan jumlah sel yang adekuat jadi
jumlah retikulositnya menurun.Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
sumsum tulang akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan
hemopoetin, besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia hipoproliferatifa
ditemukan pada :
1) Anemia Aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, sehingga
menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah putih dan platelet.Anemia
aplastik sifatnya kongenital dan idiopatik.
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi
(ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan
higiene yang baik.Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi
komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit
dan antibiotik.Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga
menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu.Penderita anemia
aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g dengan
tranfusi darah yang periodik.
2) Anemia Pada Penyakit Ginjal
Secara umum terjadi pada klien dengan nitrogen urea darah yang lebih
dari 10 mg/dl.Hematokrit menurun sampai 20 sampai 30 %.Anemia ini
disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritropoetin.
3) Anemia Pada Penyakit Kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Apabila disertai dengan penurunan kadar besi dalam serum atau
saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom mikrositik. Kelainan ini
meliputi arthritis reumatoid, abses paru, osteomielitis, tuberkulosis dan berbagai
keganasan.
4) Anemia Defisiensi-Besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai
anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis
hemoglobin.
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh
total turun dibawah tingkat normal dan merupakan sebab anemia tersering pada
setiap negara. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung
3 - 5 gram besi, tergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya.
Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan pada
penyakit tertentu (misalnya : ulkus, gastritis, tumor pada saluran pencernaan),
malabsorbsi dan pada wanita premenopause (menorhagia). Menurut Pagana
(1995), pada anemia defisiensi besi, volume corpuscular rata-rata(Mean
Corpuscular Volume atau MCV), microcytic Red Blood Cells dan hemoglobin
corpuscular rata-rata (Mean Corpuscular Haemoglobine atau MCH) menurun.
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan
penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat
perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid;
perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu
atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin
dalam dosis besar.
5) Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam
folat.Terjadi penurunan volume corpuscular rata-rata dan mikrositik sel darah
merah.Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12 disebut anemia
pernisiosa. Tidak adanya faktor instrinsik pada sel mukosa lambung yang
mencegah ileum dalam penyerapan vitamin B12 sehingga vitamin B12 yang
diberikan melalui oral tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh sedangkan yang kita
tahu vitamin B12 sangat penting untuk sintesadeoxyribonucle ic acid (DNA).
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada
klien yang jarang makan sayur-mayur, buah mentah, masukan makanan yang
rendah vitamin, peminum alkohol atau penderita malnutrisi kronis.
Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan
malnutrisi, pecandu alkohol atau pada remaja dan pada kehamilan dimana
terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan
laktasi.Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan
hipertiroidisme.
Pengobatan anemia megaloblastik bergantung pada identifikasi dan
menghilangkan penyebab dasarnya.Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi
diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12.

b. Anemia Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Sumsum tulang biasanya mampu berkompensasi sebagian dengan memproduksi
sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibandingkan kecepatan normal. Ada
dua macam anemia hemolitika, yaitu
Anemia hemolitika turunan (Sferositosis turunan) Merupakan suatu anemia
hemolitika dengan sel darah merah kecil dan splenomegali.
Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek
pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.Anemia sel sabit
adalah kerusakan genetik dan merupakan anemia hemolitik herediter resesif.
Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang disebabkan
oleh Red Blood Cells Sickled (RBCS) dan kerusakan sel darah merah yang
cepat (hemolisis).
Sel-sel yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna menjadi
cacat kaku dan berbentuk bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena.Sel-sel
tersebut macet di pembuluh darah kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke
organ-organ tubuh.RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21
hari.
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Anti anemia
adalah suatu senyawa baik sintesis maupun alamiah yang bekerja untuk
meningkatkan pasokan oksigen dalam darah baik dengan meningkatkan
volume plasma darah ataupun dengan meningkatkan proses pembentukan
SDM.
d. Macam-macam Obat Anti Anemia
Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada
penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan
pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya
anemia.Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.
Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan zat besi.Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi
anemia pernisiosa.Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang
disebabkan oleh perdarahan hebat.
Adapun beberapa obat anemia, diantaranya :
1. TABLET BESI (Fe)
Zat besi merupakan mineral yang di perlukan oleh semua sistem biologi di
dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis
katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang di
perlukan untuk produksi adenosin trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Besi di
butuhkan untuk produksi hemoglobin ( hb ), sehingga defisiensi fe akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan hb
yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.
Cara kerja
Distribusi dalam tubuh
Tubuh manusia sehat mengandung 3,5 g fe yang hampir seluruhnya dalam
bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari fe yang terdapat dalam
tubuh merupakan fe fungsional atau esensial, dan 30% merupakan fe yang
nonesensial.
Farmakokinetik
Absorpsi
Absorpsi fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan
jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih
mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi
secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri
dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau di ubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa
usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi
rendah, maka lebih banyak fe di ubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau
kebutuhan meningkat, maka fe yang baru di serap akan segera di angkut dari sel
mukosa ke sum-sum tulang untuk eritropoesis.
Distribusi
Setelah di absorpsi, fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin ( siderofilin ),
suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan,
terutama ke sumsum tulang dan depot fe
Metabolisme
Bila tidak digunakan untuk eritropoesis, fe mengikat suatu protein yang di
sebut apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus
halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial ( di hati, limpa dan sumsum tulang ).
Cadangan ini tersedia untuk di gunakan oleh sumsum tulang dalam proses
eritropoesis; 10% di antaranya terdapat dalam labile pool yang cepat dapat
dikerahkan untuk proses ini, sedangkan sisanya baru di gunakan bila labile pool
telah kosong. Besi yang terdapat dalam parenkim jaringan tidak dapat di gunakan
untuk eritropoesis.
Bila fe diberikan IV , cepat sekali di ikat oleh apoferitin ( protein yang
membentuk feritin ) dan di simpan terutama di dalam hati. Sedangkan setelah
pemberian per oral terutama akan di simpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang
berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa. Penimbunan
fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi darah yang berulang-
ulang atau akibat penggunaan preparat fe dalam jumlah berlebihan yang di ikuti
absorpsi yang berlebihan pula.
Eksresi
Jumlah fe yang dieksresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1 mg
sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang
terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang
di potong.Pada proteinuria jumlah yang di keluarkan dengan urin dapat meningkat
bersama dengan sel yang mengelupas. Pada wanita usia subur dengan siklus haid 26
hari. Jumlah fe yang diekskresikan sehubungan dengan haid di perkirakan sebanyak
0,5-1 mg sehari.
Indikasi
Sediaan fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia
defisiansi fe penggunakan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit
penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi fe paling sering disebabkan
oleh kehilangan darah. Selain itu, dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil (
terutama multipara ) dan pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan yang
meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi fe. Sebagai pegangan
untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi fe dapat terlihat
granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang
Efek samping
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan
oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi
pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (
7-20% ), konstipasi ( 10% ), diare ( 5% ) dan kolik. Gangguan ini biasanya
ringan dan dapat di kurangi dengan mengurangi dosis atau dengan cara ini
diabsorpsi dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang
berwarna hitam kepada pasien.
Pemberian fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan
yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian
IM dibanding IV , selain itu dapat pula terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8%
kasus. Reaksi yang dapt terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih
sering timbul dalam -24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil,
rash, urtikaria, nyeri dada, rasa sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia. Reaksi
sistemik ini lebih sering terjadi pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti
jantung.
Dosis
Sediaan oral besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorpsi maka preparat
besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagi garam fero seperti fero
sulfat, fero glikonat, dan fero fumarat.Ketiga preparat ini umumnya efektif dan tidak
mahal. Tidak ada perbedaan absorpsi di antar garam-garam fe ini. Jika da, mungkin
disebabkan oleh perbedaan kelarutannya dalam asam lambung. Dalam bentuk
garam sitrat, tartrat, karbonat, pirofosfat, ternyata fe sukar diabsorpsi: demikian pula
sebagai garam feri ( Fe3+ ).
Hal yang perlu diingat dalam meminum pil atau tablet Fe yaitu :
1. Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur
2. Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat menganggu
proses penyerapan.
3. Hendaknya meminum dengan vitamin c misalnya dengan air jeruk
4. Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang.

2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)
Indikasi
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan
usus, defisiensi vitamin B12.
Farmakokinetik
Absorpsi
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK .
Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM.
Hidroksokobalamin dan koenzim B12 lebih lambat diabsorpsi, agaknya karena
ikatanya yang lebih kuat dengan protein . absorpsi per oral berlangsung lambat di
ileum; kadar puncak di capai 8-12 jam setelah pemnerian 3 mg. Absorpsi ini
berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle
(fic) dan absorpsi secara langsung

Distribusi
Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan
protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin ( transkobalamin
II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-
glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 Yyang terikat pada transkobalamin II
akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama
penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma
adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
Metabolisme & Ekskresi
Baik sianokobalamin maupun hidrosokobalamin dalam jaringan dan darah
terikat oleh protein .seperti halnya koenzim B12, ikatan dengan hidroksokobalamin
lebih kuat sehingga sukar diekskresi melalui urin. Di dalam hati ke dua kobalamin
tersebut akan di ubah menjadi koenzim B12. Pengurangan jumlah kobalamin dalam
tubuh di sebabkan oleh ekskresi melalui saluran empedu; sebanyak 3-7mg sehari
harus di reabsorbsi dengan perantaraan FIC. Ekskresi bersama urin hanya terjadi
pada bentuk yang tidak terikat pritein.80-90% vitamin B12 akan diretensi dalam
tubuh bila di berikan dalam dosis sampai 50mg; dengan dosis yang lebih bersar,
jumlah yang diekskresi akan lebih banyak . jadi bila kapasitas ikatan protein dari
hati, jaringan dan darah lebih jenuh,vitamin B12 bebas akan di keluarkan bersama
urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam jumlah yang
terlalu besar.
Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk kedalam sirkulasi
bayi.Dosis sianokobalamin untuk pasien anemia permisiosa tergantung dari berat
anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respons terhadap pengobatan. Secara garis
besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal yang intensif dan terapi
penunjang.
Dosis
1. Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa 50-
150 mikrogram atau lebih, anak 50-105 mikrogram sehari, 1-3x/hari
2. Injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval 2-3 hari.
Dosis rumatan 1 mg per bulan.
Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.
3. ASAM FOLAT
Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagian-bagian
pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian
Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi
dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan
(pemasakan) makanan.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi,
sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi. Walaupun
terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi
kebutuhan terutama sebagai PmGA.
Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobtan
defisiensi folat harus di ingat bahwa penggunaan secara membabibuta pada pasien
anemia pemisiosa dapat merugikan pasien, sebab folat dapat memperbaiki kelainan
darah pada anemia pemisiosa tanpa memperbaiki kelainan neurologi sehingga dapat
berakibat pasien cacat seumur hidup
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat menyebabkan
defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari
makananya.Beberapa penelitian mendapat adanya hubungan kuat antara defisiensi
asam folat pada ibu dengan insisens defek neural tube, seperti sapina bifida dan
anensefalus, pada bayi yang dilahirkan.Wanita hamil membutuhkan sekurang-
kurangnya 500 mg asam folat per hari suplementasi asam folat di butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.
Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum
pernah dilaporkan terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan
pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada manusia
masih belum menimbulkan efek toksik.
Dosis
Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang
ada.Umumnya folat diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak memungkinkan,
folat diberikan secar IM atau SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang
hanya menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini
membedakannya dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons
hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.
4. ERITROPOIETIN
Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan
factor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi.Eritropoietin
merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh
ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis.Dalam jumlah kecil eritropoietin
juga diproduksi oleh hati.untuk kepentingan pengobatan eritripoietin diproduksi
sebagai rekombinan eritropoetin manusia yang disebut epoetin alfa. secara medis,
obat antianemia yang mengandung EPO dapat meningkatkan daya ingat.

Farmakodinamik
Eritroproetin,berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel
induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit.
Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum
tulang.Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia
jaringan.Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal,
dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.
Farmakokinetik
Setelah pemberian intravena masa paru eritropoietin pada pasien gagal ginjal
kronik sekirar 4-13 jam.Eritropoietin yang dikeluarkan melalui dialisis.Darbopoietin
alfa merupakan eritropoietin bentuk glikolisasi memiliki masa paru 2-3 kali
eritropoietin.
Indikasi
Eritropoietin terutama di indikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal
kronik. Pada pasien ini pemberian eritropoietin umumnya meningkatkan kadar
hematokrik dan hemoglobin, dan mengurangi/menghindkan kebutuhan transfusi.
Peningkatan jumlah retikulosit umumnya terlihat dalam sekitar 10 hari, dan
peningkatan kadar hematokrik dan hemoglobin dalam 2-6 minggu. Pada kebanyakan
pasien kadar hematokrik sekitar 35% dapat dipertahankan dengan pemberian
eritropoietin 50-150 IU/Kg secara intravena atau subkutan 3 kali seminggu.
Pemberian secara subkutan umumnya lebih disenangi karena absorpsinya lebih
lambat dan jumlah yang dibutuhkan berkurang 20-40%. Respons pasien dialisis
terhadap pemberian eritropoietin tergantung pada beratnya kegagalan ginjal, dosis
eritropoietin dan cara pemberian, serta keberadaan besi. Kegagalan respons paling
sering disebabkan oleh adanya difisiensi, yang dapat di atasi dengan pemberian
preparat besi secara oral. Pasien yang mendapat eritropoietin harus di monitor ketat,
dan dosis perlu di sesuaikan agar peningkatan hematokrik terjadi secara bertahap
untuk mencapai 33-36% dalam waktu 2-4 bulan. Kadar hematokrit yang dicapai
dianjurkan tidak melebihi 36% untuk menghindari kemungkinan infark miokard.
Umumnya pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada
sumsum tulang kurang memberikan respons terhadap pemberian eritropoietin.
Respons paling baik bila kadar eritropoietin kurang dari 100 IU/L. Umumnya untuk
pasien ini di butuhkan dosis lebih tinggi, sekitar 150-300 IU/L tiga kali seminggu
dan responsnya biasanya tidak terlalu baik.
Efek samping
Yang paling sering adalah bertambah beratnya hipertensi yang dapat terjadi
pada sekitar 20-30% pasien dan paling sering akibat peningkatan hematokrit yang
terlalu cepat.Meskipun masih kontroversial dilaporkan peningkatan tendensi
trombosit pada pasien dialisis.




2. OBAT ANTIKOAGULAN
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan
meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar
tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi. Antikoagulan oral dan heparin
menghambat pembentukan fibrin dan digunakan sebagai pencegahan untuk
mengurangi insiden tromboemboli (masuknya udara pada aliran darah) terutama
pada vena.

Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis
arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk
mempertahankan gumpalan trombosit. Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3
kelompok :
a. Heparin,
b. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 -hidroksikumarin misalnya :
dikumoral, warfarin dan derivat indan-1,3-dion misalnya : anisindion;
c. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor
pembekuan darah.
1. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara
parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya
untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark
miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama
operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi jantung
terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan
antikoagulan. Pelepasan heparin ke dalam darah yang tiba-tiba pada syok anafilaksis
menunjukkan heparin mungkin berperan dalam imunologik. Heparin
dikontraindikasikan pada pasien yang sedang atau cenderung mengalami perdarahan
misalnya: pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat, aborsi,
perdarahan intrakranial. Obat ini hanya digunakan untuk wanita hamil bila benar-
benar diperlukan. Hal ini disebabkan insidens perdarahan maternal, lahir mati dan
lahir prematur yang dilaporkan meningkat pada penggunaan heparin.

Mekanisme kerja heparin dengan mengikat antitrombin III membentuk
kompleks yang yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap
beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa. Oleh
karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah. Sediaan heparin
dengan berat molekul rendah (< 6000) beraktivitas anti Xa kuat dan sifat antitrombin
sedang, sedangkan sediaan heparin dengan berat molekul yang tinggi (>25000)
beraktivitas antitrombin kuat dan aktivitas anti Xa yang sedang. Heparin diberikan
secara IV atau SC. Pemberian secara SC memberikan masa kerja yang lebih lama
tetapi efeknya tidak dapat diramalkan. Efek antikoagulan akan segera timbul pada
pemberian suntikan bolus IV dengan dosis terapi, dan terjadi setelah 20-30 menit
setelah suntikan SC. Heparin cepat dimetabolisme di hati, masa paruh tergantung
dari dosis yang digunakan. Metabolit inaktif diekskresi melalui urin.
2. Antikoagulan oral
Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan
pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam
jangka panjang. Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan
heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang
efektif. Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan
timbulnya tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung rematik,
serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru. Antikoagulan oral berguna
untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Efek toksik yang paling sering
adalah perdarahan. Kontraindikasi pada penyakit-penyakit dengan kecenderungan
perdarahan. Contoh obat: Natrium warfarin, dikumarol, anisendion.

Mekanisme kerja antikoagulan oral adalah antagonis vitamin K. Vitamin K
adalah kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX
dan X. Selain diberikan per oral, warfarin juga dapat diberikan IM dan IV. Absorpsi
dikumarol di saluran cerna lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin
diabsorpsi lebih cepat dan hampir sempurna. Masa paruh warfarin 48 jam,
sedangkan masa paruh dikumarol 10-30 jam. Dikumarol dan warfarin dimetabolisme
di hati menjadi bentuk tidak aktif. Ekskresi dalam urin terutama dalam bentuk
metabolit, anisindion dapat menyebabkan urin berwarna merah jingga.
3. Antikoagulan pengikat ion kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium
sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak tosik.
Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml
dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya
digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk
penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium edetat mengikat kalsium menjadi
kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan. Contoh obat: Natrium sitrat, Asam
oksalat dan senyawa oksalat lainnya, Natrium edetat.

3. ANTITROMBOSIT
Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit
sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering
ditemukan pada sistem arteri. Contoh obat: Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol,
dekstran.
Aspirin merupakan salah satu obat golongan NSAID, yang mekanisme
kerjanya dengan menghambat pembentukan tromboksan A2 melalui
penghambatan secara ireversibel enzim siklooksigenase. Sehingga terjadi
pengurangan agregasi trombosit. Indikasi untuk mencegah kambuhnya infark
miokard akut yang fatal maupun non fatal, mengurangi kekambuhan TIA, stroke
karena penyumbatan dan kematian akibat gangguan pembekuan darah. Sebagai
antitrombosit, dosis yang paling banyak disarankan adalah 325 mg/ hari.
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh eritrosit dan
sel endotel pembuluh darah dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam plasma.
Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan merangsang adenilat siklase dan
merupakan vasodilator. Dipiridamol juga memperbesar efek antiagregasi
prostasiklin. Dipiridamol sering digunakan bersama heparin pada penderita dengan
katup jantung buatan, digunakan bersama aspirin pada pasien infark miokard akut,
untuk prevensi sekunder dan pada pasien TIA untuk mencegah stroke.
Sulfinpirazon menghambat bersaing sintesis prostaglandin yang lebih lemah.
Sulfinpirazon tidak efektif untuk mencegah infark miokard akut pada penderita
angina tak stabil. Sedangkan dekstran menghambat adesi trombosit dan mencegah
bendungan pada pembuluh darah dengan mempengaruhi aliran darah. Dekstran
dengan berat molekul rendah telah digunakan sebagai profilaksis pada penderita
yang cenderung mengalami komplikasi tromboemboli pada pembedahan.

4. TROMBOLITIK
Trombolitik melarutkan trombus yang sudah terbentuk. Agar efektif
trombolitik harus diberikan sedini mungkin. Indikasi golongan obat ini ialah untuk
infark miokard akut, trombosis vena dalam dan emboli paru. Contoh obat:
streptokinase dan urokinase.
Streptokinase berasal dari Streptococcus C. Hemolyticus dan berguna untuk
pengobatan fase dini emboli paru akut dan infark miokard akut. Streptokinase
mengaktivasi plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan bergabung
terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk kompleks aktivator.
Selanjutnya kompleks aktivator tersebut mengkatalisis perubahan plasminogen
bebas menjadi plasmin. Masa paruhnya bifasik, fase cepat 11-13 menit dan fase
lambat 23 menit.
Urokinase diisolasi dari urin manusia. Berbeda dengan streptokinase,
urokinase langsung mengaktifkan plasminogen. Selain terhadap emboli paru,
urokinase juga digunakan untuk tromboemboli pada arteri dan vena. Seperti
streptokinase obat ini tidak bekerja secara spesifik terhadap fibrin sehingga
menimbulkan lisis sistemik (fibrigenolisis dan destruksi faktor pembekuan darah
lainnya). Penggunaan urokinase bersama heparin menyebabkan insiden perdarahan
yang lebih besar dibandingkan dengan heparin saja. Sebaiknya tidak diberikan pada
penderita emboli paru yang berumur lebih dari 50 tahun, penderita dengan riwayat
penyakit kardiopulmonal atau dengan gangguan hemostasis berat.
Macam-macam Obat Thrombolitik Spesifik
Aktivator Plasminogen Jaringan
Kelompok obat trombolitik digunakan pada infark miokardial akut, stroke
thrombotic serebro vascular dan embolisme pulmoner. Untuk infark miokardial akut,
aktivator plasminogen jaringan secara umum lebih disukai dari streptokinase.
a. Alteplase (Activase ; rtPA)
Alteplase (Activase ; rtPA) adalah bentuk rekombinan dari tPA manusia.
Alteplase memiliki waktu paruh pendek (5 menit) dan oleh karena itu diberikan
secara bolus intra vena diikuti dengan infus.
b. Retaplase (Retavase)
Retaplase (Retavase) dibuat secara genetik, turunan yang lebih kecil dari tPA
rekombinan yang telah ditingkatkan potensinya dan bekerja lebih cepat dari rTPA.
Retaplase biasanya diberikan sebagai injeksi bolus IV. Retaplase digunakan pada
infarkmiokardial akut dan embolisme paru.
c. Tenecteplase (TNK-tPA)
Tenecteplase (TNK-tPA) memiliki waktu paruh yang lebih panjang dan
afinitas ikatan yang lebih besar untuk fibrin dari pada rTPA. Karena waktu paruh
yang lebih panjang, dapat diberikan secara IV bolus. TNK-TPA hanya digunakan
padain farkmiokardial akut.
Streptokinase
Streptokinase dan anistreplase digunakan pada infarkmiokardial akut,
thrombosis vena dan aterial, dan embolisme paru. Ikatan ini antigenic karena
diturunkan dari bakteri streptokokus.
Streptokinase alami (SK) bekerja kurang spesifik sehingga kurang diminati
sebagai obat trombolitik dari pada tPA karena menyebabkan banyak fibrigenolisis.
Anistreplase (Eminase) adalah kompleks SK dan plasminogen. Anistreplase
lebih memiliki spesifitas bekerja pada fibrin dan aktivitas yang lebih lama daripada
SK alami. Namun, menyebabkan fibrigenolisis
Urokinase
Urokinase (Abbokinase ; UK) aktivator plasminogen tipe urine (uPA) karena
dibentuk di ginjal dan ditemukan di urine. Urokinase jarang digunakan karena
seperti SK, UK menyebabkan fibrigenolisis. Satu kelebihan UK dari SK adalah non
antigenik.
Efek samping dan Kontra Indikasi
Efek samping dari semua obat trombolitik adalah komplikasi perdarahan yang
disebabkan fibrigenolisis sistemik dan lisis sumbatan hemostatik normal. Perdarahan
sering terjadi pada tempat kateterisasi, meskipun perdarahan gastrointestinal dan
otak pun dapat terjadi. Oleh karena itu, pasien yang pernah mengalami trauma atau
yang memiliki riwayat stroke
Perdarahan serebral biasanya tidak diberi trombolitik. Retrombolisis biasanya
terjadi mengikuti trombolisis dan oleh karena itu antikoagulan seperti heparin
biasanya diberikan bersamaan dan dilanjutkan setelah trombolitik untuk beberapa
waktu.
5. HEMOSTATIKA
Hemostatika adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan
pedarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi pendarahan yang meliputi
daerah luas.Pemilihan obat harus dilakukan secara tepat sesuai dengan pathogenesis
perdarahan.Bila daerah pendarahan kecil, tindakan fisik seperti penekanan,
pendinginan atau kauterisasi seringkali mengehntikan pendarahan dengann cepat.
Perdarahan dapat disebabkan oeleh defisiensi oleh factor pembekuan darah
yang bersifat heriditer misalnya defisiensi factor antihemofilik (factor VIII), dan
dapat pula akibat defisiensi banyak factor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan
diobati. Defisiensi satu factor pembentukan darah dapat diatasi dengan memberikan
factor yang kurang yang merupakan konsentrat darah manusia, misalnya factor anti
hemofilik (factor VIII), cryoprecipitated antihemophilic factor,kompleks factor IX
(komponen trombopastin pasma). Perdrahan data dihentikan dengan memberikan
obat yang dapat meningkatkan pembetukn factor factor pembekuan darah misalnya
vitamin k atau yang menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam amino
kaproat.Selain hemostatic sistemik diatas terdapat pula hemostatic yang digunakan
local.

A. Hemostatik local
Berdasarkan hemostatiknya dikelompokan menjadi :
Hemostatik serap
Hemostatic serap (absorbable hemostatic) menghentikan perdarahan dengan
pembetukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang
mempermudah pembekuan bila diletakan langsung pada permukaan yang berdarah.
Dengan kontak dengan permukaan asing,trombosit aka pecah dan membebaskan
factor yang memulai proses pembekuan darah.hemostatik golongan ini berguna
untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil saja misalnya
kapiler,dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang
tekanan intravaskulasnya cukup besar termasuk kelompok ini antara lain spons
gelatin, oksisel (selulosa oksida) da busa fibrin insani (human fibrin foam). Spons
gelatin dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan
diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang
memungkinkan perdarahan ulang, seperti yang digunakan pada kain kasa.Untuk
absorpsi yang sempurna dari kedua zat ini diperlukan waktu sampai 6 jam.Seluosa
oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang.Selain itu
karena dapat menghambat epitelisasi, selusosa oksida tidak dianjurkan untuk
digunakan dalam jangka pajang.Busa fibrin insani yang berbentuk spons, setelah
dibasahi, dengan tekanan seikit dapat menutup dengan baik permukaan yang
berdarah.
1) Astringen
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan. Sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini dinamakan juga
styptic. Yang termasuk kelompok ini antara lain feri klorida, nitras argenti, asam
tanat. Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler, tetapi
kurang efektif bila di bandingkan dengan vasokonstriktor yang digunakan local.
2) Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan local menimbulkan hemostatis dengan 2
cara,yaitu dengan mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dengan cara
langsung menggumpulkan pibrinogen.
Aktifator protombin ekstrak yang mengandung aktifator protombin dapat
dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengn asetat.
Beberapa racun ular memiliki pula aktifitas tromboplastin yang dapat menimbulkan
pembekuan darah.Salah satu contoh adalah Russells viper venom yang sangat
efektif sebagai hemostatic lokaldan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus gigi
yang berdarah pada pasien hemophilia.
Thrombin.zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan
lokal.Sedian ini disuntikan IV sebab segera menimbulkan pembekuan dengan
bahaya emboli.
3) Vasokonstriktor
Efineffrin dan norefinepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.Cara penggunaannya adalah
dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:1.000 tersebut pada
permukaan yang berdarah.
Vasopressin, yang dihasilkan oleh hipofisis, pernah digunakan untuk
mengatasi perdarahan pasca-bedah persalinan, teteapi banyak efek samping dan
telah ditinggalkan penggunannya.Namun perkembangan terakhir menunjukan
kemungkinan kegunaannya kembali bila disuntikan langsung ke dalam korpus uteri
untuk mencegah perdarahan yang berlebihan selama operasi korektif ginokolegik.
B. Hemostatik Sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hal ini terjadi karena pasien mendapatkan semua factor pembekuan
darah yang terdapat dalam darah transfuse. Keuntungan lain dari transfuse ialah
perbaikan voume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi factor
pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti atau memberikan factor
pembekuan yang kurang.
1) Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated Antihemophilic
Factor
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada
pasien hemophilia A (defisiensi factor VIII yang sifatnya heriditer) dan pada pasien
yang darahnya mengandung penghambat factor VIII. Cryoprecipitated
Antihemophilic Factordidapat dari plasma nomor tunggal dan kaya akan factor VIII,
fibrinogen dan protein plasma lain. Akan teteapi jumlah factor VIII yang didukung
variasi mengandung factor VIII juga terdapat gangguan suatu factor plasma yaitu
kofaktor ristosetin yang penting untuk adhesi trombosit dan stabilitas kapiler.
Kofaktor ristosetin ini biasanya hilang selama proses pembuatan sediaan konsentrat
factor antihemofilik.
Efek samping
Cryoprecipitated Antihemophilic Factor mengandung fibrinogen dan protein
plasma lain dalam jumlah yang lebih banyak dari sediaan konsentrat factor VIII,
sehingga kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping
lain yang dapat timbul dari penggunaan kedua jenis sediaan ini ialah hepatitis virus,
anemia, hemolitik, hiperfibrinogenemia, menggigil, dan demam.
Posologi
Kadar factor antihemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya
diperlukian untuk mengatasi perdarahan pada pasien hemophilia.Biasanya
hemostasis dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kgBB.Untuk perdarahan ringan
pada otot dan jaringan linak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kgBB. Pada pasien
hemophilia sebelum operasi diperukan kadar antihemofilik sekurang-kurangnya
50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25% dari normal untuk 7-10
hari.
2) Kompleks Faktor IX
Sediaan ini mengandung factor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil protein
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemophilia B, atau bila diperlukan
factor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut mencegah perdarahan. Akan
tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien nonhemofilia. Efek samping lain adalah thrombosis,
demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensitivitas berat (syok
anafilaksis).
Posology
Kebutuhan tergantung dari keadaan pasien.Perlu dilakukan pemeriksaan
pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan
dosis. Satu unit/kgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%. Selama fase
penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal.
3) Desmopersin
Desmopersin merupakan vasopressin sintetik yang dapat meningkatkan factor
VIII dan vWf untuk sementara.Meningkatkan factor pembekuan tersebut paling
besar terjadi pada 1-2 jam dan menetap sampai dengan 6 jam.Pemberian sering dari
2 atau 3 hari dapat menurunkan respons terapeutik. Obat ini diindikasikan untuk
hemostatic jangka pendek pada pasien dengan defisiensi factor VIII yang ringan
sampai sedang dan pada pasien penyakit von Millebrand tipe 1.
Efek samping
Antara lain sakit kepala, mual, flushing, dan pembekakan pada tempat
suntukan. Juga dilaporkan terjadinya peninkatan tekanan darah yang ringan dan
harus hati-hati penggunaannya pada pasien hipertensi dan penyakit arteri kroneria.
Obat ini sering digunakan IV dengan dosis 0,3g secara infus dalam waktu 15-30
menit.
4) Fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen dalam
darah pasien, dan daya pembekuan darah yang sebenarnya. Fibrinogen mungkin
diberikan pasien sebagai plasma, cryoprecipitate factor VIII, atau konsentrat faaktor
VIII (lyophilized).
5) Vitamin K
Sebagai hemostatic, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan
efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan factor-faktor pembentukan
darah lebih dahulu.
6) Asam Aminokaproat
Asam aminokaproat merupakan penghambat pesaing dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin.Plasmin sendiri berperan menghancurkan
fibrinogen, fibrin dan factor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam
aminokaproat dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolysis yang
berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolysis yang berlebihan dapat didasarkan atas
hasil tes laboratorium TT dan PT yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar
fibrinogen yang menurun. Akan tetapi beberapa hasil dari raboratorium di atas
biasanya didapatkan pula pada pasien DIC, yang merupakan kontra indikasi
pemberian asam aminokaproat, karena dapat memnyababkan pembentukan tromus
yang mungkin bersifat fatal. Karenanya asam aminokaproat hanya digunakan untuk
mengatasi perdarahan fibrinolysis berlebihan yang bukan disebabkan oleh DIC.Bila
terdapat keraguan, kriteria untuk membdakan kedua keadaan tersebut adalah hitung
trombosit, tes para koagulasi protamindan lisis bekuan euglobulin. Pada DIC :
hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi protamine positif dan lisis bekuan
euglobulin normal, tes parakoagulasi protamine negative dan lisis bekuan euglobulin
berkurang. Tetapi fibrinolysis jarang terjadi sendiri, biasanya terjadi sekunder akibat
DIC.
Farmakokinetik
Asam aminokaproat diabsorpsi baik peroral dan juga dapat diberikan VI, obat
ini dieksresi dengan cepat melalui urin, sebagian besar dalam bentuk asal. Kadar
puncak setelah pemberian peroral dicapai kurang lebih 2 jam.
Indikasi
Asam aminokaproat digunakan untuk mengatasi hamatura yang berasal dari
kandung kemih, prostat atau uretra. Pada pasien yang mengalami prostatektomi
transuretak atau suprapubik, asam aminokaproat mengurangi hematuria bedah
secara bermakna. Akan tetapi penggunaannya harus dibatasi pada pasien perdarahan
berat dan penyebab perdarahannya tidak dapat diperbarui. Asam aminokaproat dapat
digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan
urokinase yang merupakan activator plasminogen. Asam aminokaproat bermanfaat
untuk pasien hemophilia sebelum dan sesudah ekstrasi gigi dan perdarahan lain
karena trauma di dalam mulut.
Efek samping
Asam aminokaproat dapat menyebabkan pruritus, eritema, ruam kulit,
hipotensi, dyspepsia, mual, diare, hambatan ejakulasi, eritema konjungtiva, dan
hidung tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya adalah thrombosis
umum,karena itu pasien yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme
hemostatiknya.
Teratogenisitas
Penelitian Teratogenisitas pada hewan memberikan hasil yang bervariasi. Pada
manusia tidak mendapatkan kelainan yang bermakna meskipun demikian asam
aminokaproat sebaiknya tidak digunakan selama operasi maka kandung kemih harus
bebas dari bekuan darah, karena obat ini akan tertumpuk pada bekuan tersebut dan
menghambat disolusinya.
Posology
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 gram/oral atau infus IV secara lambat, lalu 1
gram setiap jam atau 6 gram setiap 6 jam, bila fungsi ginjal normal. Dengan dosis
tersebut dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dL plasma. Pada pasien penyakit
ginjal atau oliguria diperlukan dosis yang lebih kecil. Anak-anak, 100 mg/kg BB
setiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV, asam aminokaproat harus dilarutkan
dengan NaCl dextrose 5% atau larutan Ringer.Namun, masih diperlukan bukti yang
lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini untuk jangka panjang dengan
dosis diatas.
7) Asam Traneksamat
Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi dan
mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat, tetapi 10 kali lebih potent
dengan efek samping yang lebih ringan
Farmakokinetik
Asam Traneksamat cepat diabsorspi dari saluran cerna. Sampai 40% dari 1
dosis oral dan 90% dari 1 dosis IV diekskresi melalui urine dalam 24 jam.Obat ini
dapat melalui sawar uri.
Polsology
Dosis yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali sehari secara IV lambat
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain yang oral, dosis 15
mg/kg BB diikuti dengan 30 mg/kg BB tiap 6 jam. Pada pasien gagal ginjal dosis
dikurangi.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.
Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus
dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada
pemeriksaan laboratorium atau tranfusi.
Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit
sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama
sering ditemukan pada sistem arteri.
Anti anemia merupakan suatu senyawa baik sintesis maupun alamiah yang
bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam darah baik dengan
meningkatkan volume plasma darah ataupun dengan meningkatkan proses
pembentukan sel darah merah(SDM).
Indikasi golongan obat trombolitik ialah untuk infark miokard akut, trombosis
vena dalam dan emboli paru. Contoh obat: streptokinase dan urokinase.
Hemostatika adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan
pedarahan.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Mahasiswa jurusan farmasi harusnya lebih peka terhadap kasus penyakit
gangguan pada peredaran darah, dan mampu memberi solusi guna
memberikan penanganan yang efektif untuk membantu memulihkan keadaan
pasien.
Kepada berbagai pihak hendaknya mencari wawasan lebih luas mengenai
berbagai penyakit, juga waspada dan bertindak cepat saat mengalami gejala-
gejala gangguan penyakit peredaran darah ini.

You might also like