You are on page 1of 14

1.

Golongan dihidropiridin (DHP, yakni nifedipine,


nikardipin, isradipin, felodipinm dan amlodipin)
bersifat vaskuloselektif dan generasi yang baru
mempunyai selektivitas yang lebih tinggi. Sifat
vaskuloselektif dari golongan DHP ini
menguntungkan pada penggunaannya sebagai
antihipertensi karena

a. Tidak ada efek langsung pada nodus AV dan SA
b. Menurunkan resistensi perifer tanpa depresi fungsi
jantung yang berarti
c. Relatif aman dalam kombinasi dengan B-blocker.
2. Bioavailabilitas oral yang rendah dari
kebanyakan antagonis kalsium disebabkan
oleh eliminasi presistemik (metabolisme
lintas pertama) di hati yang tinggi. Hal ini
mengasilkan kadar plasma yang sangat
berfariasi karena mudah dipengaruhi oleh
faktor faktor absorpsi maupun faktor faktor
metabolisme di hati. Dalam hal ini,
bioavailabilitas oral yang tinggi dari
amlodipin menguntungkan karena
menghasilkan kadar plasma yang tinggi dan
predictable.
3. Kadar puncak yang cepat dicapai oleh
kebanyakan antagonis kalsium menyababkan
TD turun dengan cepat, dan ini dapat
mencetuskan iskemia miokard atau serebral.
Absorsi yang lambat dari amlodipin
menyebabkan TD turun dengan perlahan.
4. Waktu paruh eliminasi yang pendek atau
sedang dari kebanyakan antagonis kalsium
menyebabkan obat harus diberikan dua
sampai 3 kali sehari. Bial dipaksakan satu kali
sehari belum tentu dapat bekerja 24 jam
penuh. Waktu paruh amlodipin yang panjang
memastikan dapat bekerja 24 jam penuh,
kadarnya pada 24 jam masih 2/3 dari kadar
puncaknya.
5. Metabolisme yang hampir sempurna oleh
hati dari semua antagonis kalsium
menunjukan bahwa pengunaannya pada
penderita dengan sirosis hati dan penderita
usia lanjut dengan hati hati.
6. Ekskresi utuh lewat ginjal yang kecil dari
semua antagonis kalsium menunjukan tidak
perlunya perubahan dosis pada penderita
dengan ganguan fungsi ginjal.
7. Hanya isradipin dan amlodipin yang tidak
meningkatkan kadar digoksin yang diberikan
bersama dan hanya verapamil dan amlodipin
yang kadarnya tidak ditingkatkan oleh
simetidin yang diberikan bersama.
Sejak JNC-IV (1988) dan WHO (1989), antagonis kalsium telah
menjadi salah satu golongan AH tahap pertama. Sebagai
monoterapi, antagonis kalsium memberikan efek antihipertensi
yang sama bersamanya dengan golongan AH lainnya.
Kombinasi antagonis kalsium dengan B-blocker, penghambat
ACE atau a-blocker memberikan efek antihipertensi yang baik,
tetapi anatagonis kalsium hanya memberikan penambahan efek
yang kecil bila ditambahkan pada diuretik. Kombinasi antara
verapamil atau diltiazen dengan B-blocker memberikan efek AH
yang aditif, tetapi efeknya pada konduksi jantung dan
kontaktilitas janung juga aditif.
Nifedipin dapat di tambahkan sebagai vasodolator obat ketiga
dari neuretik + B-blocker dan penghambat adrenergik lainnya
seperti halnya dengan diuretik, pembatasan garam pada
penderita yang mendapat anatagonis kalsium juga tidak
berguna.
Golongan dihipropiridine merupakan vasodilator yang poten, bila
disertai dnegan mula kerja yang cepat misalnya pada pemberian
nifedipine, maka akan terjadi
a. Penurunan TD yang besar dan cepat, hipotensi berlebihan ini
dapat mengakibatkan iskemia miokard atau sereberal.
b. Refleks simpatis yang kuat berupa takikardia, palpitasi, yang
dapat mencetuskan serangan angina pada penderita PJK.
c. Banyak efek samping akibat vasodilatasi akut yakni sakit
kepala, pusing, dan muka merah. Hipotensi yang berlebihan
lebih sering terjadi pada penderita usia lanjut, penderita
dengan deplesi cairan, dan yang sedang mendapatkan AH lain.
Mula kerja yang lambat pada amlodipine menyebabkan
penurunan TD yang perlahan sehingga mencegah dan
mengurangi. Karena itu, nifedipine sediaan biasa (capsul)
sebaiknya hanya digunakan untuk hipertensi yang sangat berat
(hipertensi mendesak), atau sebagai vasodilator obat ketiga
pada hipertensi berat.
Sedangkan untuk monoterapi hipertensi ringan
dan sedang sebagaikanya, digunakan bentuk
retard yang akan menghasilkan penurunan TD
yang lebih gradual dan bertahan lama.

Edema perifer yang merupakan efek samping
akibat vasodilatasi yang menetap. Terjadi pada
semua AK, terutama golongan DHP paling sering
terjadi dengan nifedipine, tetapi juga terjadi
dengan amlodipin. Ini disebbkan oleh keluar
cairan dari dalam pembuluh kapiler ke ruang
intertitium. Oedem bersifat lokal dan tidak
disertai retensi garam dan air. Maka tidak dapat
diobati dengan neurotik dan tidak gagal jantung.

Semua efek samping akibat vasodilatasi
tersebut diatas juga terjadi dengan
verapamine dan diltiazen, tetapi lebih sering
dengan golongan DHP, karena yang terakhir
ini merupakan vasodilatasi perifer yang lebih
poten.
Bradiaritmia dan gangguan konduksi
terutama terjadi dengan verapamine, kurang
dengan tildiazen, dan tidak terjadi dengan
golongan DHP. Karena itu verapamile dan
diltiazen tidak boleh diberikan dengan
penderita bradikardia, blok AV derajat 2 dan
3 dan sick sinus syndrom.
Efek inotropik negatif paling kuat dimiliki
oleh verapamil
Efek samping lainnya, yakni konstipasi,
retensi urin dan refluks esofagus
AK tidak mempunyai efek samping metabolik,
baik terhadap lipid, karbohidrat maupun
asam urat.
Awal
(mg/hari)
maksimal
Frekuensi
pemberian
n
Dosis antihipertensi

You might also like