You are on page 1of 98

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

14 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok D2



BAB III
PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

3.1 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data ruangan dilakukan berdasarkan metode 5M yaitu M1
(Man), M2 (Material), M3 (Method), M4 (Money) dan M5 (Market).
Pengumpulan data di ruang Jempiring dilakukan selama tiga hari sejak tanggal 8
sampai 10 Oktober 2012. Adapun hasil pengumpulkan data yang diperoleh selama
pengkajian yaitu:

3.1.1 M1 (MAN)
Dalam menerapkan model asuhan keperawatan professional dibutuhkan
tenaga yang mampu memberikan asuhan keperawatan professional. Untuk itu
penataan tenaga keperawatan dalam ruang rawat inap sangat diperlukan.
1. Kajian Teori
a. Ketenagaan
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat
ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan
kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya
dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga
keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan
b. Tingkat Ketergantungan Pasien
Berdasarkan teori Self Care Defisit oleh Orem Kriteria Klasifikasi
Tingkat Ketergantungan Pasien :
Minimal Care
1) Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
15 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

a. Mampu naik turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri atau mandi sebagaian dengan bantuan.
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2) Status psikologis stabil
3) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
4) Operasi ringan
Partial Care
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagaian
a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat
tidur
b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaina dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat
tidur/kamar mandi)
2) Post operasi minor (24 jam)
3) Melewati fase akut dan post operasi mayor
4) Fase awal dari penyembuhan
5) Observasi tanda-tanda vital dalam 24 jam
6) Gangguan emosional ringan
Total Care
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama
a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
16 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infuse) atau NGT atau sonde
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2) 24 jam post operasi mayor
3) Pasien tidak sadar
4) Keadaan pasien tidak stabil
5) Observasi TTV < 2 jam
6) Perawatan luka bakar
7) Perawatan kolostomi
8) Menggunakan alat bantu peranafasan atau respirator
9) Menggunakan WSD
10) Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11) Menggunakan alat traksi atau skeletal traksi
12) Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/ leher
13) Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

Sedangkan menurut Depkes RI (2005), klasifikasi ketergantungan
pasien didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/bidan
sebagai berikut :
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
b. Makan dan minum dilakukan sendiri;
c. Ambulasi dengan pengawasan;
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif;
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil;
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu;
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
17 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali;
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali;
3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
a. Sebagian besar aktivitas dibantu;
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c. Terpasang folley chateter, intake output dicatat;
d. Terpasang infuse;
e. Pengobatan lebih dari sekali;
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedure
4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
a. Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
b. Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua
jam;
c. Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
d. Gelisah/disorientasi

c. Kebutuhan Tenaga Perawat
Berikut ini beberapa cara dalam menghitung kebutuhan tenaga
perawat dalam suatu ruangan :
1. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
(Depkes RI, 2005)
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar
terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut:
Rawat inap dewasa;
Rawat inap anak/perinatal;
Rawat inap intensif;
Gawat darurat (IGD);
Kamar bersalin;
Kamar operasi;
Rawat jalan;
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
18 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C


Tabel 3.1 Contoh Perhitungan dalam Suatu Ruangan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
No. Jenis/Kategori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata jam
perawatan/pasien/
hari
Jumlah
perawatan/hari
1 Pasien
penyakit
dalam
10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien
kebidanan
1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:



Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =




Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
nonkeperawatan (non-nursing jobs), seperti:membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-
lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (13+3,5) x 25% = 4,1
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per sif 7

= 93 = 13 perawat
(Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar ) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

(52 + 12 + 14 = 78 hari) x 13 = 3,5 orang
286



Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
19 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Jumlah tenaga keperawatan/bidan : tenaga yang tersedia + faktor
koreksi + non-nursing jobs : 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibuatkan 21
perawat/bidan). Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh
tersebut adalah 21 orang

2. Metode Gillies
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah:




Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

3. Metode Formulasi Nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung
kebutuhan tenaga.
a. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per
pasien.
b. Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh
pasien dalam satu hari.
AxBxC F
(C-D)xE G
= =
H
H
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
20 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Jam perawatan 24 jam x7 (tempat tidur BOR)
Hari kerja efektif 40 jam
B = A x tempat tidur
c. Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama
setahun.
C = B 365 hari.
d. Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan relistis jam perawatan yang
dibutuhkan selama setahun. D = C x BOR / 80. 80 adalah nilai
tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
e. Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan.
E = D/1878
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365-52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per
hari (6 jam).

4. Metode Hasil lokakarya keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan, rumus untuk penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut:




Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu.
Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas.

5. Metode Douglas
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien (tingkat
ketergantungan), di mana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar per sif, yaitu dala tabel 3.2

+ 25 %
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
21 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Jumlah tenaga perawat = Jumlah pasien x tingkat ketergantungan
pasien
Tabel 3.3 Contoh Penghitngan Jumlah Ketenagaan Sesuai Ketergantungan Pasien
Tingkat ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tk. Ketergantungan Jumlah Px Pagi Sore Malam
Minimal 3 3 x 0,17 = 0,51 3 x 0,14 = 0,42 3 x 0,07 = 0,21
Partial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 3 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,9 3 x 0,20 = 0,6
Jumlah 12 3,21 = 3 orang 2,22 = 2orang 1,41 = 1orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari
86 x 6 = 516 = 1,77 = 2
297 297
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari adalah : 6
orang + 2 orang struktural ( kepala ruangan, wakil ruangan ) + 2 orang
lepas dinas = 10 orang

2. Kajian Data
a. Ketenagaan
1) Struktur Organisasi
Ruang Jempiring dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil
kepala ruangan, 4 ketua tim, dan 8 perawat pelaksana, 2 orang yang
bertugas sebagai cleaning service (cs), dan 1 orang administrasi. Ruang
jempiring belum memiliki inventaris murni saat ini tugas inventaris
dipegang oleh wakil kepala ruangan dibantu oleh administrasi. Adapun
struktur organisasinya pada gambar 3.1 dan gambar 3.2:

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
22 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KEPERAWATAN
RSU BANGLI TAHUN 2012


























Gambar 3.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Bangli Tahun 2012


DIREKTUR
dr.I WAYAN SUDIANA,
M.KES
KA.BID
KEPERAWATAN
I WAYAN JIMAT,SKM
KOMITE
KEPERAWATAN
KA.SUB.BID.ASKEP
NI L PT
A.PADMAWATI,Amd.Keb
KA.SUB.BID INFO &
PEMASARAN
Drg WARDANI
KARU/
WAKARU
IRD/IBS
KARU/
WAKARU
R.INAP
KARU/
WAKARU
R.JALAN
PKMRS
KETUA
TIM
KETUA
TIM
KARU/WA
KARU
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
23 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

STRUKTUR ORGANISASI RUANG JEMPIRING RSU BANGLI


DIREKTUR
dr.I WAYAN SUDIANA,M.KES
KABID
KEPERAWATAN
I WYN. JIMAT,SKM

KABID
PELAYANAN

KA INST RAWAT
INAP

KA.RU
Ni Wayan Tanjung, Amd. Kep.

WA.KA.RU
Ni Wayan Kerti
NAMA
TIM
KA.TIM
TIM
KA.TIM

TIM
KA.TIM

TIM
KA.TIM

ANGGOTA ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

SMF ANAK
Gambar 3.2 Struktur Karyawan Perawatan di Ruang Jempiring RSU Bangli

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
24 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2) Jumlah Tenaga di ruang Jempiring (keperawatan maupun
nonkeperawatan)

Tabel 3.4 Komposisi Ketenagaan Keperawatan Ruang Jempiring RSU Bangli Tahun 2012
No Kualifikasi
Pendidikan
Jumlah Masa kerja Status Jenis Kelamin
L P
1 S1 Keperawatan 1 orang < 5 tahun PNS - 1
2 D3 Keperawatan 11 orang
< 5 tahun : 3 orang
5-10 tahun : 5 orang
>10 tahun : 3 orang
10 PNS
dan 1
Honorer
- 11
3 SPK 2 orang
< 5 tahun : 1 orang
>10 tahun : 1 orang
2 PNS

- 2
Sumber : Laporan Komposisi Ketenagaan Ruang Jempiring Tahun 2012

Tabel 3.5 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan Ruang Jempiring RSU Bangli Tahun
2012
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Administrasi 1 orang PNS
2 Cleaning Service 2 orang Outsourcing

3) Pengaturan ketenagaan
Pasien yang di rawat di ruang Jempiring merupakan pasien-pasien
balita dan anak. Tingkat ketergantungan klien di ruang Jempiring dinilai
dengan menggunakan instrumen penilaian ketergantungan klien menurut
Orem yaitu: total care, parsial care, minimal care. Pada tanggal 8 Oktober
2012 terdapat empat pasien yang dirawat dan keempatnya balita dengan
tingkat ketergantungan partial. Pada tanggal 9 oktober 2012 terdapat satu
orang pasien baru anak-anak dengan tingkat ketergantungan partial. Pada
tanggal 10 oktober pasien tetap berjumlah 5 orang.
Berdasarkan pengkajian tanggal 8-10 Oktober 2012 kebutuhan tenaga
perawat menggunakan metode pengelompokkan unit kerja di rumah sakit
dari Depkes RI (2005) dan mencoba membandingkan dengan metoda
Douglas:
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
25 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Kebutuhan Tenaga Perawat 8 Oktober 2012
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dalam ruang perawatan anak
adalah jumlah perawat/pasien + faktor koreksi + non-nursing jobs.
Jumlah perawat/pasien: (4 x 4,5) / 6 = 3 perawat.
Faktor koreksi : (78/286) x 3= 0,82= 1 perawat
Non-nursing jobs : (3 + 1) x 25%= 1 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan dalam merawat 4 pasien di ruang
Jempiring berdasarkan metoda Depkse RI (2005) pada tanggal 8
Oktober 2012 adalah 3 + 1+ 1 = 5 perawat. Namun dalam metode ini
kita tidak bisa mengetahui pembagian jumlah perawat/sif oleh karena
itu metode ini perlu dibandingkan dengan metoda Douglas.
Menurut metoda Douglas jumlah tenaga perawat adalah jumlah
perawat seluruh sift (pagi, siang, malam) + jumlah tenaga keperawatan
lepas dinas/hari + jumlah perawat yang memegang jabatan struktural
(2 orang).
Jumlah tenaga perawat : Pagi + siang + malam
(4x0,27) + (4x0,15) + (4x0,10)
1,08 (2) + 0,6 (1) + 0,4 (1) = 4
Lepas dinas : (86x4)/297= 1,16 = 2
Jadi jumlah perawat menurut metoda Douglas adalah 4 + 2 + 2 = 8
perawat.

Kebutuhan Tenaga Perawat 9 dan 10 Oktober 2012
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dalam ruang perawatan anak
adalah jumlah perawat/pasien + faktor koreksi + non-nursing jobs.
Jumlah perawat/pasien: (5 x 4,5) / 6 = 3,75 = 4 perawat.
Faktor koreksi : (78/286) x 4= 1,09= 2 perawat
Non-nursing jobs : (4 + 2) x 25%= 1,5 = 2 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan dalam merawat 4 pasien di ruang
Jempiring pada tanggal 8 Oktober 2012 adalah 4 + 2+ 2 = 8 perawat.
Namun dalam metode ini kita tidak bisa mengetahui pembagian
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
26 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

jumlah perawat/sif oleh karena itu metode ini perlu dibandingkan
dengan metoda Douglas.
Menurut metoda Douglas jumlah tenaga perawat adalah jumlah
perawat seluruh sif (pagi, siang, malam) + jumlah tenaga keperawatan
lepas dinas/hari + jumlah perawat yang memegang jabatan struktural
(2 orang).
Jumlah tenaga perawat : Pagi + siang + malam
(5x0,27) + (5x0,15) + (5x0,10)
1,35 (2) + 0,75 (1) + 0,5 (1) = 4
Lepas dinas : (86x4)/297= 1,16 = 2
Jadi jumlah perawat menurut metoda Douglas adalah 4 + 2 + 2 = 8
perawat

b. Alur Pasien
Ruang Jempiring merawat pasien dengan kategori usia balita dan anak-
anak. Alur pasien masuk di ruang Jempiring adalah sebagai berikut pada
gambar 3.3:














Pasien
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
27 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C
























Gambar 3.3 Alur Pasien Masuk-Keluar di Ruang Jempiring RSU Bangli




Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat staf yang berpendidikan SPK
sebanyak 2 orang, 11 orang staf berpendidikan DIII Keperawatan, dan saat ini
baru terdapat satu orang tenaga keperawatan dengan pendidikan S1 Keperawatan.
IGD Poliklinik
MRS
Instalasi Rawat
Inap
1. Pelayanan
2. Terapi medis
3. Diagnostik Medis
4. Keperawatan
5. Penunjang Medis
6. Gizi
KRS
Dirujuk Pulang Dipulangkan Meninggal
Instalasi Pemulasaran
Jenazah
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
28 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Jempiring RSU Bangli
dilakukan melalui observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara secara
langsung dengan perawat ruangan maupun melalui kuesioner. Berdasarkan hasil
kuesioner didapatkan data bahwa: 88,9 % perawat puas dengan struktur
organisasi yang telah ada di ruangan, 66,7% perawat menyatakan bahwa
pembagian tugas di ruangan secara struktural sudah baik dan pelaksanaannya
sudah cukup jelas, 100% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa ruang Jempiring
menggunakan metode tim yang dipimpin oleh seorang kepala ruangan dengan
latar belakang pendidikan D III keperawatan dan dibantu oleh wakil kepala
ruangan dengan latar belakang pendidikan SPK. Struktur organisasi di ruang
jempiring juga terdapat 4 ketua tim dan 8 orang perawat pelaksana. Semua ketua
tim berlatar belakang DIII keperawatan anggota tim terdiri dari DIII keperawatan,
SPK dan S-1 Keperawatan. Pasien di ruang Jempiring merupakan pasien anak
yang masuk dalam kategori parsial care. Jadwal jaga di ruang Jempiring dibagi
menjadi 3 sift (waktu/gilir dinas) yakni sift pagi 07.30-13.30 WITA, sift sore
13.30-19.30 WITA dan sift malam pukul 19.30- 07.30 WITA. Pembagian perawat
persift berbeda-beda, pada sift pagi berjumlah 5-6 perawat, sift siang 2 perawat,
malam 2-3 perawat. Perawat mendapatkan kesempatan untuk mengambil cuti 12
kali dalam 1 tahun dimana pengambilan cuti ini tidak boleh diambil sekalian
dalam 1 bulan. Jumlah tenaga lepas dinas di ruangan per hari sebanyak 2 -3
perawat.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan menyatakan bahwa 80% kinerja
perawat di ruangan Jempiring sudah cukup baik. Untuk mengikuti seminar dan
pelatihan keperawatan yang diadakan rata-rata 1 kali/tahun biasanya diberikan
pada perawat-perawat yang masih muda. Menurut kepala ruangan pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan tentang profesionalisme perawat mengingat
tuntutan masyarakat tentang kesehatan semakin meningkat, masyarakat juga
membutuhkan pelayanan yang baik.

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
29 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

3.1.2 M2 (MATERIAL)
1. Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung/penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan
atau peralatan lain yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga diperoleh tujuan pelayanan
keperawatan efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan jenis alat, bahan, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan.

2. Kajian Data
Ruang Jempiring RSU Bangli merupakan ruang rawat inap anak,
khususnya dengan penyakit interna. Tempat tidur di ruang Jempiring berjumlah
24, tempat tidur yang dapat dipakai berjumlah 18 dan 6 tempat tidur dalam
kondisi rusak (perbaikan) dengan semua tempat tidur kelas III.
a. Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada ruang
Jempiring RSUD Bangli.







Ruang Jempiring berada di lantai dua, di atas ruang Cempaka dengan uraian
denah sebagai berikut:

U
1
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
30 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C



S













Keterangan :
1 : Pintu masuk
2 : Tangga
3 : Meja jaga
4 : Ruang jaga perawat I
5 : Ruang jaga perawat II
6 : Ruang jaga perawat III
7 : Gudang
8 : Ruang tindakan
9 : Ruang perawatan kelas I
10 : Ruang perawatan kelas II
11 : Ruang perawatan kelas III
: Kamar mandi
: Wastafel

2
3
4
7
8
9
9
10 10
11
11
5
6
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
31 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

b. Fasilitas Alat Tenun, Alat Medis, dan Alat Rumah Tangga
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian yang dilakukan
tanggal 8 sampai 11 Oktober 2012 diperoleh fasilitas alat medis atau keperawatan
pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.6 Fasilitas Alat Tenun, Alat Medis dan Alat Rumah Tangga di Ruang Jempiring di RSU
Bangli Tahun 2012
No. Nama Barang Bahan Jml. Yg ada Keadaan
Alat Tenun
1 Linen Putih Kain 21 Baik
2 Selimut Kain 30 Baik
3 Perlak Plastik 5 Baik
4 Sarung Bantal Kain 11 Baik
5 Handuk Kain 1 Baik
6 Bantal kapuk Kapuk 24 Cukup baik
7 Kasur kapuk Kapuk 24 Cukup baik
Alat medis
8 Duk steril Kain 1 Baik
9 Bengkok Steinles 2 Baik
10 Pinset cirurgis Steinles 2 Baik
11 Klem Steinles 3 Baik
12 Tong spatel Steinles 2 Baik
13 Ambubag Plastik 2 Cukup baik
14 Tabung DL Plastik 48 Baik
15 Abocath nomor 22 Plastik 2 Baik
16 Abocath nomor 24 Plastik 31 Baik
17 Abocath nomor 20 Plastik 1 Baik
18 Infus set mikro Plastik 4 Baik
19 Spuite 10 cc Plastik 10 Baik
20 Spuite 5 cc Plastik 80 Baik
21 Spuite 3 cc Plastik 13 Baik
22 Spuite 1 cc Plastik 2 Baik
23 Spuite 50 cc Plastik 1 Baik
24 NGT ukuran 5 Plastik 1 Baik
25 Kateter ukuran 8 Plastik 1 Baik
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
32 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

26 Kateter ukuran 14 Plastik 1 Baik
27 Kateter ukuran 16 Plastik 1 Baik
28 Blood set Plastik 1 Baik
29 Uro bag Plastik 2 Baik
30 Selang O2 Plastik 2 Baik
31 Gunting biasa Besi 2 Baik
32 Gunting perban Besi 1 Baik
33 Korentang Steinles 1 Baik
34 Thermometer air raksa Kaca 1 Baik
35 Thermomete digital Plastik 2 1 baik, 1 rusak
36 Tensimeter anak Steinles 1 Cukup baik
37 Stetoskop dewasa Steinles 1 Cukup baik
38 Senter Plastik 1 Baik
39 Nebulizer Plastik 1 Cukup baik
40 Suction Plastik 1 Cukup baik
41 Standar infuse Steinles 10 Cukup baik
42 Kupet besar Steinles 1 Cukup baik
43 Kupet kecil Steinles 2 Cukup baik
44 Tromol gaas Steinles 1 Baik
45 Tromol kecil Steinles 1 Cukup baik
46 Semprot gliserin Steinles 1 Baik
47 Cucing Steinles 1 Baik
48 Troli Besi 2 Cukup baik
Alat rumah tangga
49 Meja pasien Kayu 12 Cukupbaik
50 Kursi sandaran Plastik 4 Cukup baik
51 Kursi Plastik 2 Baik
52 Kursi pasien Plastik 2 Cukup baik
53 Meja kantor Kayu 2 Baik
54 Tong sampah kecil Plastik 2 Cukup baik
55 Tong sampah besar Plastik 1 Cukup baik
56 Telepon - 1 Baik
57 AC - 1 Rusak
58 Almari kaca Steinles 2 Cukup baik
59 Meja visite Steinles 1 Cukup baik
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
33 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Obat-obatan
60 Atropine - 7 Tidak ada
dokumentasi
61 Diazepam - 6 Tidak ada
dokumentasi
62 Ranitidin - 7 Tidak ada
dokumentasi
63 Stesolid - 1 Tidak ada
dokumentasi
64 Dipenhydramine - 1 Tidak ada
dokumentasi
65 Cefotaxime - 20 Tidak ada
dokumentasi
66 Norages - 8 Tidak ada
dokumentasi
67 Novalgin - 3 Tidak ada
dokumentasi
68 Dexametazone - 6 Tidak ada
dokumentasi
69 Epinephrine 2 Tidak ada
dokumentasi
70 Asam traneksamat - 2 Tidak ada
dokumentasi
71 Ketorolak - 5 Tidak ada
dokumentasi
72 Ondansentron - 12 Tidak ada
dokumentasi
73 Farbivent - 3 Tidak ada
dokumentasi
74 Fentanyl - 1 Tidak ada
dokumentasi
75 Ceftazidime - 14 Tidak ada
dokumentasi
76 Aminophyliin - 8 Tidak ada
dokumentasi
77 Ceftriaxone - 1 Tidak ada
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
34 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

dokumentasi
78 Aqua sterile for water
injection
- 35 Tidak ada
dokumentasi
79 IVFD Nacl 90% - 2 Tidak ada
dokumentasi
80 Glukosa 5% - 2 Tidak ada
dokumentasi
81 WIDA D5

NS - 25 Tidak ada
dokumentasi
82 WIDA D5

NS - 25 Tidak ada
dokumentasi
83 IVFD RL - 25 Tidak ada
dokumentasi
84 Kaen - 1 Tidak ada
dokumentasi
Sumber : Inventaris Ruang Jempiring RSU BangliTahun 2012

c. Administrasi Penunjang,
Terdapat 3 ruang jaga perawat yang terdiri dari ruang jaga perawat I, ruang
jaga perawat II dan ruang jaga perawat III. Ruang jaga perawat I biasanya
digunakan sebagai ruang pertemuan perawat, diskusi tim medis dan meja
kepala ruangan. Ruang perawat II sebagai tempat istirahat perawat jaga
dan ruang jaga perawat III biasanya digunakan sebagai tempat menaruh
barang bawaan mahasiswa yang sedang praktik di ruang Jempiring RSU
Bangli.
Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang jaga perawat I. Ruang
jaga perawat I berada di sebelah kiri pintu masuk.
Ruang tindakan berada di sebelah kiri ruang jaga perawat II.
Kamar mandi staf berada di dalam masing-masing ruang jaga perawat .
Ruang staf dokter menjadi satu dengan ruang jaga perawat I.
Gudang berada di sebelah kanan ruang jaga perawat III.
Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri atas : 1 buku
injeksi, 1 buku operan, 4 buku dokumentasi catatan medik penderita rawat
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
35 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

inap masing-masing pasien, 1 buku TTV dan Therapy, 1 buku alkes, 1
buku laboratorium dan 1 buku laporan keadaan pasien.
Spoolhock tidak ada.
Ruang bermain untuk anak tidak ada.

3.1.3 M3 (METHODE)
Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mengelola sistem
pelayanan di suatu instansi. Dalam pengelolaan keperawatan, Ruang Nusa Indah
menerapkan beberapa metode seperti:
3.1.3.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Kajian Teori
1. Metode Fungsional (Bukan Model MPKP)
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien
di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang
ada (Nursalam, 2011). Model pelayanan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
tugas yg ditentukan oleh kepala unit keperawatan (head nurse). Model ini cocok
untuk keadaan darurat tetapi kurang untuk meningkatkan mutu askep (Gillies,
1989 dalam Sitorus, 2006). Gambar 1 di bawah ini menunjukkan skema metode
penugasan fungsional.

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
36 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C


Gambar 3.4 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Sumber: Marquis
& Huston, 1998 dalam Nursalam, 2011)

a. Kelebihan
1). Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas, dan pengawasan yang baik.
2). Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3). Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
b. Kelemahan
1). Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat.
2). Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3). Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

2. Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif (Douglas, 1984 dalam Sitorus, 2006). Model tim didasarkan pada
Penyiapan
instrumen
Kebutuhan
dasar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
37 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Metode ini di gunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab
untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung
jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien. Ketua tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota
tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-
sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama
dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang
di hadapi dalam pemberian askep.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 23 tim/group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
a. Kelebihan
1). Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2). Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3). Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan pada anggota tim.
b. Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
c. Konsep metode tim
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
38 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

1). Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2). Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3). Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4). Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
d. Tugas dan tanggung jawab anggota tim
1). Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.
2). Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
3). Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnose
keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
4). Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
5). Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien baru.
6). Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
e. Tugas dan tanggung jawab ketua tim:
1). Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak
masuk sampai pulang.
2). Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya.
3). Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya.
4). Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
5). Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
6). Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan.
7). Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
8). Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
9). Mengembangkan perencanaan pulang.
10). Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
anggota tim.
11). Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan
lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
39 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

12). Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konfrensi.
13). Mengevaluasi pemberian Askep dan hasil yang di capai serta
pendokumentasiannya.
f. Tanggung jawab kepala ruangan:
1). Perencanaan
a). Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing.
b). Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
c). Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama ketua tim
d). Mengidentifikasi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
e). Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f). Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan doketr tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
g). Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
pelaksanaan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
2). Pengorganisasian
a). Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b). Merumuskan tujuan metode penugasan.
c). Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d). Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim,
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e). Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
f). Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
40 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

g). Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h). Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat
kepada ketua tim.
i). Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
psien
j). Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k). Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3). Pengarahan
a). Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b). Memberi pujian pada anggota tim yang telah melaksanakan tugas
dengan baik.
c). Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d). Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan
dengan askep pasien.
e). Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan.
f). Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
g). Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4). Pengawasan
a). Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b). Melalui supervisi: (1) pengawasan langsung dilakukan melalui
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memeperbaiki/mengawasi kelemahan-kelamahanyang ada
saat itu juga, (2) pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama atau sesudah proses keperwatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengan lapiran ketua tim
tentang pelalsanaan tugas, (3) evalusi, (4) mengevaluasi upaya
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
41 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Kepala ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Anggota Tim Anggota Tim
Pasien Pasien
pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama ketua tim, (5) audit keperawatan.

Dalam keperawatan tim, perawat profesional dapat mempraktekan
kemampuan kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat ini
menjadi kunci keberhasilan praktek keperawatan dan menjamin asuhan
keperawatan bermutu bagi pasien. Skema penugasan pada metode penugasan tim
dapat dilihat pada Gambar 3.5










Gambar 3.5 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim (Sumber: Marquis &
Huston, 1998 dalam Nursalam, 2011)

3. Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian askep dimana perawat
professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2011), metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu
oleh perawat asosiet. Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
42 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 46 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi
dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas,
kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien
dirawat.
a. Kelebihan
1). Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2). Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
3). Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2011)
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Doketr juga merasakan
kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
b. Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
c. Konsep dasar metode primer
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
43 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

1). Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2). Ada otonomi.
3). Ketertiban pasien dan keluarga.
d. Tugas perawat primer
1). Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2). Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3). Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
4). Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5). Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6). Menerima dan menyesuaikan rencana.
7). Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
8). Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
9). Membuat jadwal perjanjian klinis.
10). Mengadakan kunjungan rumah.
e. Peran kepala ruang/bangsal
1). Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
2). Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
3). Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
4). Evaluasi kerja.
5). Merencanakan/menyelenggarakan perencanaan staf.
6). Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
f. Ketenagaan metode primer
1). Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat
dengan pasien.
2). Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.
3). Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4). Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
44 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C















Gambar 3. 6 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Sumber: Marquis &
Huston, 1998 dalam Nursalam, 2011)
4. Metode Kasus
Metode manajemen kasus sering digunakan dalam perangkat pelayanan
kesehatan masyarakat, psikiatri dan diadopsi dalam asuhan pasien rawat inap,
berfokus pada populasi semua pasien penyakit dalam dan beresiko tinggi
(Cardiac arrest). Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk
mengidentifikasi, koordinasi, dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan
untuk mencapai asuhan yang diinginkan dalam periode waktu tertentu. Elemen
penting dalam manajemen kasus meliputi :
a. Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci
dalam organisasi (Administrator, dokter dan perawat).
b. Kualifikasi perawat manajer kasus.
c. Praktek kerjasama tim.
d. Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.
e. Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
Dokter Kepala Ruang Sarana RS
Perawat primer

Pasien/klien
Perawat pelaksana
evening
Perawat pelaksana
night
Perawat pelaksana jika
diperlukan days
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
45 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

f. Menggunakan critical pathway (hasil) atau asuhan Multidisciplinary Action
Plans (MAPS) yaitu kombinasi Clinical Path dengan Care Plans.
g. Promosi praktek keperawatan profesional
Dalam satu unit diperlukan dua manajer kasus yang bekerja
mengoordinasikan, mengomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan
masalah dan memfasilitasi asuhan sekelompok pasien. Idealnya satu orang
manajer kasus mempunyai 10 15 kasus pasien dimana perkembangan pasien
akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Bila diperlukan
mengikuti perkembangan pasien di rawat jalan. Manajer kasus melakukan
monitoring terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat
dan non keperawatan.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2011).
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
a. Keuntungan:
1). Asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan dan holistik.
2). Perawat lebih memahami kasus per kasus.
3). Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
b. Kerugian:
1). Belum dapatnya diidentifikasi perawat penganggung jawab.
2). Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
46 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C








Gambar 3.7 Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing (Marquis & Huston,
1998 dalam Nursalam, 2011)

5. Metode Primer Modifikasi (Primer-Tim)
Metode Primer Modifikasi (Primer-Tim) disebut juga metode keperawatan
medular. Metode ini adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer dan
metode Tim. Metode ini memiliki kesamaan dengan metode primer dan metode
tim (Gillies, 2005). Di Indonesia pengembangan metode MPKP modifikasi ini
dikembangkan oleh Sitorus (1997) di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Metode
ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat professional
maupun non professional bekerja bersama dalam memberikan askep di bawah
kepemimpinan seorang perawat profesinal disamping itu dikatakan memiliki
kesamaaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care. Dalam
memberikan askep dengan menggunakan metode keperawatan primer modifikasi,
satu tim yang terdiri dua hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab penuh
pada sekelompok pasien. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan
yang dibutuh perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan askep dengan menggunakan metode ini di
lakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada
pada perawat professional. Perawat professional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih nonprofessional. Apabila perawat professional sebagai
ketua tim tidak masuk tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat
Kepala ruang
Staf perawat Staf perawat Staf perawat
Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
47 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

professional lainnya. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat
jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama,
dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.
Metode primer modifikasi digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sitorus (2006) untuk kondisi di Indonesia karena saat ini jenis
pendidikan perawat yang ada di rumah sakit mayoritas lulusan Akademi
Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan maka lebih baik menggunakan
metode gabungan tim-primer. Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa
alasan:
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan dilaksanakan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
b. Terdapat satu perawat profesional yang disebut PP, yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Pada metode keperawatan primer, hubungan profesional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain, karena ada satu orang perawat primer (PP) yang
memahami kondisi klien secara detail sehingga mampu melakukan hubungan
kolaborasi secara optimal.
d. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena dibutuhkan
tenaga SKp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5
klien, sedangkan pada metode perawat primer modifikasi, setiap PP merawat 9-
10 klien. Selain itu, pada metode perawat primer murni, seorang PP harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan keperawatan primer menjadi sangat
penting karena perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat
mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
f. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagi tim sehingga sulit menentukan
siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang
diberikan.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
48 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

g. Melaui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagian besar adalah lulusan
D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Pada MPKP FIK-UI RSDUPNCM teradapat penataan empat komponen
yang menjadi karakteristik model tersebut, yaitu jumlah tenaga, jenis tenaga,
standar renpra, dan metode modifikasi keprawatan primer. Melalui penataan
keempat komponen tersebut hubungan perawat (PP) dengan klien/keluarga
menjadi berkesinambungan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan
dipertanggunggugatkan. Sifat hubungan ini memfasilitasi pemberian asuhan
keperawatan yang didasarkan pada nilai-nilai profesional (Sitorus, 2006).
Gambar 3.8 pada halaman 33 menunjukkan skema sistem penugasan primer
modifikasi.











Gambar 3.8 Metode Primer Modifikasi (Nursalam, 2011)
Berdasarkan gambar 3.8 dapat dilihat bahwa pembagian peran masing-
masing komponen yaitu, kepala ruang, perawat primer, dan perawat asosiet adalah
sebagai berikut:
a. Kepala ruangan
1). Menerima pasien baru
7-8
pasien
7-8
pasien
7-8
pasien
7-8
pasien
Kepala ruang
PP 1
PA
PA
PA
PP 2
PA
PA
PA
PP 3
PA
PA
PA
PP 4
PA
PA
PA
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
49 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2). Memimpin rapat
3). Mengevaluasi kinerja perawat
4). Membuat jadwal dinas
5). Perencanaan, pengarahan, dan pengawasan
b. Perawat primer
1). Membuat perencanaan asuhan keperawatan
2). Mengadakan tindakan kolaborasi
3). Memimpin timbang terima
4). Mendelegasikan tugas
5). Memimpin ronde keperawatan
6). Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
7). Bertanggung jawab terhadap pasien
8). Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
9). Mengisi resume keperawatan
c. Perawat asosiet
1). Memberikan asuhan keperawatan
2). Mengikuti timbang terima
3). Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4). Mendokumentasikan tindakan keperawatan

2. Kajian Data
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan di Ruang Jempiring
RSUD Kabupaten Bangli adalah metode tim. Sebanyak 88,9% perawat
menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan. Seratus persen
menyatakan model yang digunakan saat ini cocok dengan situasi ruangan. Model
yang digunakan juga sesuai denganvisi dan misi RS.
Dari hasil wawancara, angket, dan observasi, serta dari data sekunder
tentang efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan bahwa
dengan menggunakan model yang sekarang ini rata-rata lama pasien rawat inap di
Ruang Jempiring adalah 3-6 hari. Perawat mengatakan bahwa tidak terjadi
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
50 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

penurunan kepercayaan pasien. Ini dilihat dari RSU Bangli masih dijadikan
Rumah Sakit rujukan dari Puskesmas-Puskesmas ataupun klinik-klinik yang
terdapat di wilayah Kabupaten Bangli. Sebanyak 88,9% perawat menyatakan
bahwa model yang digunakan saat ini tidak terlalu membebani kerja. Masalah
pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi
anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Kritikan yang
diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya sarana, prasarana dan
keadaan kamar sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.
Data yang diperoleh dari pengkajiuan tentang mekanisme pelaksanaan
model askep, didapatkan bahwa 88,9% perawat menyatakan bahwa komunikasi
antarprofesi terlaksana cukup baik. Sebanyak 44,4% perawat menyatakan
kontinuitas rencana asuhan keperawatan belum terlaksana dan 44,4% lainnya
menyatakan sudah terlaksana, dari hasil observasi memang didapatakan belum
sepenuhnya terlaksana kontinuitas rencana asuhan keperawatan, hal ini dilihat dari
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditulis oleh perawat di ruangan. Sebanyak
77,8% perawat anggota tim menyatakan tidak pernah mendapat teguran dari ketua
tim tentang kinerja yang dilakukan. Hanya saja teguran tersebut biasanya berupa
masukan-masukan. Sebanyak 88,9% perawat mengatakan bahwa merasa telah
melakukan tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan.
Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang tanggung jawab dan
pembagian tugas, didapatkan 77,8% perawat menyatakan bahwa deskripsi tugas
yang harus mereka laksanakan sudah jelas. Sebanyak 77,8% memberikan jawaban
bahwa tugas mereka sudah sesuai dengan metode tim yang telah digunakan.
Sebanyak 88,9% perawat menyatakan mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien.

3.1.3.2 Timbang Terima
1. Kajian teori
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
51 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien
saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan
dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh Ketua Tim keperawatan kepada Ketua Tim (penanggung jawab)
dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. Manfaat timbang terima
yaitu:
- Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara paripurna
- Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2009).

Teknik operan fokus ke pasien:
a. Dekati dan sentuh pasien
b. Ucapkan salam
c. Bicarakan perkembangan sementara pasien serta diagnosa keperawatannya
d. Tanyakan keluhan pasien
e. Tanyakan respon pasien selama diawat
f. Laporan pasien (vital sign, KU stabil atau tidak)
g. Pemeriksan luka, drain, IVFD, balance cairan, kateter.
h. Cek rencana keperawatan
i. Cek program baru
j. Jelaskan ke pasien rencana hari ini
k. Beri kesempatan pasien bertanya
l. Pemeriksaan kembali catatan keperawatan
m. Dokumentasikan
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
52 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

n. Lanjutkan ke pasien selanjutnya
Prosedur Operan:
Tabel 3.6 Tabel Prosedur Operan
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap
pergantian sif.
2. Prinsip operan, terutama pada
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan operan
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3. Ketua Tim menyampaikan operan
pada Ketua Tim berikutnya
mengenai hal yang perlu
disampaikan dalam operan meliputi:
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan diagnosa
medis
c. Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
f. Intervensi kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum dan persiapan
5 menit Nurse
Station
Ketua Tim dan
Perawat
Asosiate
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
53 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain)
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap
(sif jaga).
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Kepala Ruangan membuka acara
operan.
4. Perawat yang melakukan operan
dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telahdioperkan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
5. Kepala Ruangan atau Ketua Tim
menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
6. Penyampaian yang jelas, singkatdan
padat.
7. Perawat yang melaksanakan operan
mengkaji secara penuh terhadap
masalah keperawatan, kebutuhan
dan tindakan yang telah atau belum
dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterimakan
20 menit Nurse
Station






















Ruang
Perawatan
Kepala
Ruangan, Ketua
Tim, Perawat
Asosiate
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
54 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

kepada petugas berikutnya.
9. Lama operan untuk tiap pasien tidak
lebih dari lima menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit.
Post operan 1. Diskusi.
2. Pelaporan untuk operan dituliskan
secara langsung pada format operan
yang ditandatangani oleh Ketua Tim
yang jaga saat itu dan Ketua Tim
yang jaga berikutny diketahui oleh
Kepala Ruangan.
3. Ditutup oleh Kepala Ruangan.
5 menit Nurse
Station
Kepala
Ruangan, Ketua
Tim, Perawat
Asosiate

Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (Ketua Tim).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station.




Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
55 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C


Alur Operan

















Gambar 3.9 Alur Operan

2. Kajian data
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di ruang Jempiring,
didapatkan bahwa operan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pergantian sif
malam ke pagi (pukul 07.30), pagi ke sore (pukul 13.30) dan sore ke malam
(pukul 19.30). Hasil kuesioner menunjukkan operan diikuti oleh semua perawat
yang telah dan akan dinas, namun dari hasil observasi hal tersebut hanya
berlangsung saat pergantian sif malam ke pagi. Operan biasanya dilaksanakan
tepat waktu. Kegiatan operan dipimpin langsung oleh kepala ruangan, namun
hanya pada operan sif dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore . Untuk hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam operan, hanya beberapa perawat (55,55%) yang
PASIEN
DIAGNOSA
MEDIS/MASALAH
KOLABORATIF
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(didukung data)
TINDAKAN
TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN
PERKEMBANGAN/KEADAAN PASIEN
MASALAH:
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH
BARU
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
56 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

menyebutkan dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam operan,
meliputi laporan perkembangan kondisi pasien, buku therapy dan lain-lain.
Sementara untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama operan semua perawat
menjawab segala sesuatu mengenai kondisi pasien dan tindakan yang diberikan
kepada pasien, namun 22,22% perawat menyebutkan kondisi alat sebagai hal yang
perlu disampaikan saat operan. Dalam setiap operan selalu ada klarifikasi
langsung, tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang dioperkan.
Pelaporan operan dicatat dalam buku khusus yang hanya ditanda tangani
oleh kepala tim sif yang telah dinas dan belum lengkap komponennya. Tidak ada
kesulitan untuk mendokumentasikan laporan operan. Terdapat 55,55% perawat
yang mengatakan ada interaksi dengan pasien saat operan, minimal menanyakan
perkembangan atau keluhan pasien. Lama operan bervariasi tergantung kondisi
pasien, semakin banyak yang perlu disampaikan semakin lama waktunya.

3.1.3.3 Ronde Keperawatan
1. Kajian teori
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan,
yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas dan secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi kepada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan
yang dilakukan oleh PN/AN, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dalam meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan
tumbuh dan berlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan
konsep teori ke dalam praktik perawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
57 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

tertentu harus dilakukan oleh Kepala Tim dan atau konselor, Kepala Ruangan,
perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam, 2002).
- Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik yang meliputi:
a. Pasien terlibat secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA/PN dan konselor melakukan diskusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PN dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
- Manfaat ronde keperawatan:
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat tepenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalin kerjasama antara tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
- Kriteria pasien:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. Pasien dengan kasus baru atau langka
- Peran Masing-Masing Anggota Tim
Peran perawat primer dan perawat pelaksana
1. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2. Menjelaskan diagnosa keperawatan.
3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4. Menjelaskan hasil yang didapat.
5. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
6. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
- Peran Perawat Konselor
1. Memberikan justifikasi.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
58 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2. Memberikan reinforcement.
3. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
4. Mengarahkan dan koreksi.
5. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
- Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

Tahap Pra








Tahap Pelaksanaan
di Nurse Station



Tahap Pelaksanaan
di kamar pasien



Pasca ronde


Gambar 3.10 Langkah-langkah Ronde Keperawatan

Kepala Tim
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
- Informed consent
- Hasil Pengkajian/Validasi Data
Penyajian Masalah
- Apa diagnosis keperawatan?
- Apa data yang mendukung?
- Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
- Apa hambatan yang
ditemukan?
Validasi Data
Kepala Tim, Konselor,
Kepala Ruangan
Lanjutan Diskusi di
Nurse Station
Kesimpulan dan
Rekomendasi Solusi
Masalah
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
59 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C


2. Kajian Data
Berdasarkan pengkajian melalui hasil wawancara dengan kepala ruangan,
selama tanggal 8 sampai 11 Oktober 2012 di ruang Jempiring belum pernah
dilaksanakan ronde keperawatan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya
pengetahuan perawat mengenai ronde keperawatan, manfaat serta
pelaksanaannya.

3.1.3.4 Pengelolaan Sentralisasi Obat
1. Kajian teori
(a) Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2002).
(b) Teknik Pengolahan Obat (Sentralisasi)
Dalam teknik pengelolaan obat akan dilakukan sepenuhnya oleh perawat
dengan acuan sebagai berikut:
a. Penanggung jawab pengelola obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat mendelegasikan kepada staf yang ditunjukkan.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat serta
menandatangani surat persetujuan sentralisasi obat.
- Penerimaan :
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada parawat dengan menerima
lembar serah terima.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
dalam kartu kontol obat dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau
pasien dalam buku masuk obat, kemudian pasien dan keluarga mendapat
penjelasan tentang kapan/bilamana obat tersebut akan habis.
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat kartu kontrol obat.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
60 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

d. Obat yang telah diserahkan selanjutunya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2002).

- Pembagian obat dan penyimpanan persediaan obat:
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disiapkan untuk diberikan
pada pasien.
b. Obat yang telah disiapkan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter
c. Pada saat memberikan obat terlebih dahulu perawat menginformasikan
kepada pasien tentang macam, kegunaan obat, jumlah obat yang
diberikan dan efek samping. Usahakan tempat obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi/disuntikan.
d. Mencatat kembali dalam buku/lembar pemberian obat setelah obat
diberikan kepada pasien.
e. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
obat masuk. Obat yang hampir habis akan diinformasikan pada
keluarga dan kemudian akan dimintai resep (jika masih diperlukan)
kepada dokter penanggung jawab pasien.
f. Lemari obat selalu diperiksa dengan keamanan mekanisme kunci,
penempatan obat dipisahkan antara obat oral (untuk diminum) maupun
obat injeksi maupun obat luar (Nursalam, 2002).
- Penambahan obat baru
a. Bilamana tedapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku / lembar pemberian obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada pemberian obat dan kemudian
diinfomasikan pada keluarga (Nursalam, 2002).


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
61 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C
















Gambar 3.11 Alur Pengelolaan Sentralisasi Obat

2. Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara di ruang Jempiring didapatkan bahwa kegiatan
sentralisasi obat tidak dilaksanakan terkait dengan kesepakatan dan aturan rumah
sakit (RSU Bangli) yang menerapkan sistem desentralisasi obat, dimana dalam
pelaksanaannya semua obat-obatan baik oral maupun injeksi semuanya masih
ditempatkan/dipegang oleh pasien kecuali cairan infus. Berdasarkan hasil
pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan dari tanggal 8 sampai 11
Oktober 2012 didapatkan hasil bahwa 22,2 % perawat mengerti dan paham
tentang sentralisasi obat serta mengatakan perlu diadakannya sentralisasi obat,
namun sisanya tidak menjawab.
Alur pemberian obat di ruang Jempiring yaitu, yang pertama dokter
meresepkan obat, setelah itu resep akan diberikan kepada keluarga pasien untuk
ditukarkan dengan obat atau alat kesehatan. Setelah pengambilan obat dari apotek,
obat langsung disimpan oleh keluarga. Sebelumnya perawat memberikan
PN/perawat yang menerima
Pengaturan dan
pengelolaan oleh perawat
Pasien/keluarga
Farmasi/apotek
Pasien/keluarga
Surat persetujuan
sentralisasi obat dari
perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima/masuk
obat
Dokter
Pasien/keluarga
Pendekatan oleh perawat
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
62 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

informasi mengenai cara, dosis, dan jenis obat yang diberikan pada pasien kepada
keluarga pasien. Obat oral diminum oleh pasien tanpa instruksi perawat, perawat
bertugas memeriksa setiap pagi jumlah obat. Bila jumlah tidak sesuai atau tidak
habis sesuai waktu, maka perawat akan kembali melakukan KIE ke pasien
mengenai jadwal dan pentingnya minum obat. Untuk obat injeksi, akan diberikan
sesuai dengan waktu pemberiannya oleh perawat dengan sebelumnya memastikan
prinsip 7B dalam pemberian obat. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan di ruangan Jempiring, ruangan hanya menyediakan fasilitas pendukung
berupa catatan pemberian obat (buku terapi) baik untuk oral, injeksi, dan infus
serta catatan terapi obat tambahan yang diresepkan. Selain itu ruangan juga tidak
menyediakan format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien dan
tidak ada buku serah terima obat/obat masuk. Di ruangan juga tidak tersedia
tempat/kotak penyimpanan obat khusus serta tidak ada pemberian etiket pada
obat-obat pasien.

3.1.3.5 Supervisi
1. Kajian teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Subjana, 2004).
Menurut Depkes (2000), supervisi keperawatan adalah kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisi mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan
peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Unsurunsur pokok dalam supervisi menurut Azwar (1996) adalah:
(a) Pelaksana
Adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan
keterampilan. Tingkat manajer dalam melakukan supervisi adalah :
- Manajer puncak/top manager (misalnya : Kakanwil Depkes, Kadinkes daerah
dan Direktur RS)
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
63 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

- Manajer menengah/middle manager (misal: kepala bagian tata usaha, kepala
bidang, Kasubdin Provinsi)
- Manajer tingkat petama/First Line Manager ( misal: Kepala Seksi dan kepala
urusan).
(b) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan.
(c) Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukankah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang
pasti tentang seberapa sering supervisi dilakukan, tergantung derajat kesulitan
pekerjaan.
(d) Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil baik.
(e) Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal
pokok yaitu menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab masalah
atau prioritas/jalan kelua, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang dicapai
untuk tindak lanjut berikutnya. Teknik supevisi ada dua yaitu dengan pengamatan
langsung dan kerjasama.
- Langkah langkah supervisi ada tiga yaitu:
a. Mengadakan persiapan pengawasan
b. Menjalankan pengawasan
c. Memperbaiki penyimpangan
- Manfaat supervisi ada dua yaitu :
a. Meningkatkan efektivitas kerja
b. Meningkatkan efisiensi keja
- Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
64 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dinyatakan melalui
petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rancana spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan pasien, perawat, dan
manajer.
- Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruang
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
pasien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang didelegasikan.
2. Pengawasan keperawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada di instalasi
3. Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.




Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
65 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Alur Supervisi






















Gambar 3.12 Bagan Alur Supervisi

- Langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
a. Menetapakan kegiatan yang akan disupervisi
b. Menetapkan tujuan.


Ka. Bid
Perawatan
Supervisi
Kasi Perawatan
Ka. Per IRNA
Ka. Ru
PP 1 PP 2
PA PA
Kinerja Perawat
& Kualitas
Pelayanan
Menilai kinerja perawat R-A-A
(RESPONSIBILITY-
ACCOUNTABILITY-
AUTHORITHY)
PEMBINAAN (3-F)
Penyampaian penilaian (Fair)
Feed back
Follow up, pemecahan masalah
& reward
Menetapkan kegiatan dan tujuan
serta instrumen / alat ukur
PELAKSANA Supervisi
PELAKSANAAN
PASCA
PRA
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
66 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2) Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi
data sekunder.
3) Pasca Supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
- Teknik Supervisi
1) Proses Supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu:
a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapain.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kulitas
asuhan keperawatan
2) Area Supervisi
Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:
a. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan
c. Pendidikan kesehatan melalui Perencanaan Pulang
d. Pengelolaan logistik dan obat.
e. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien
f. Pelaksanaan timbang terima.


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
67 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

- Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik
dan perbaikan.
b. Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan nelalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan

2. Kajian Data
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dari tanggal 8-10
Oktober 2012 didapatkan hasil bahwa 66,7% perawat mengatakan supervisi sudah
dilakukan di ruang Jempiring. Selama ini supervisi dilakukan oleh kepala atau
wakil kepala ruangan dimana masing-masing supervisor melakukan supervisi
sebanyak tiga kali dalam sebulan kepada ketua tim perawat dan anggota. Hasil
supervisi dicatat dalam satu buku khusus yang disimpan di bidang keperawatan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan kuesioner didapatkan bahwa sebanyak 22,2%
perawat mengatakan bahwa belum ada format baku untuk supervisi yang
disediakan di ruangan. Hasil supervisi disampaikan kepada perawat, namun
sebanyak 22,2% perawat mengatakan bahwa hasil supervisi tidak disampaikan
kepada perawat. Kepala Ruangan atau Ketua Tim mencatat dan melakukan
klarifikasi serta memberikan solusi atas masalah tersebut secara langsung tentang
halhal yang perlu dilakukan atau diperbaiki, tetapi belum dilengkapi dengan
perencanaan dan pendokumentasian hasil supervisi.

3.1.3.6 Discharge Planning
1. Kajian teori
Discharge Planning adalah suatu proses dimana pasien mulai
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
68 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan tim
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke
kelompok lainnya (RCP, 2001). Perawat adalah salah satu anggota tim discharge
planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan
mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi
masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan
keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Pemberian discharge planning merupakan usaha keras perawat demi
kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien,
dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care
dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan
derajat kesehatannya. Discharge planning keperawatan merupakan komponen
yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap beratnya
penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik. Dalam perancanaan pulang
diperlukan komunikasi yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan
dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan di rumah.
Tujuan discharge planning adalah untuk memberikan pelayanan terbaik
untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan
komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning
Association, 2008) dalam Siahaan (2009). The royal Marsden Hospital (2004)
dalam Siahaan (2009) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge
planning adalah untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat
disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
69 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan,
memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman-
teman dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawtan diri.
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke
lingkunganyang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden
Hospital (2004) dalam Siahaan (2009), yaitu :
1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan
kesehatanditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan
kualitastinggi pada semua pasien
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang
terutama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara
timkesehatan dengan pasien/care giver , dan kemampuan terakhir disediakan
dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
ketikamenyusun discharge planning.
Keuntungan dilakukannya discharge planning adalah :
Bagi Pasien :
Dapat memenuhi kebutuhan pasien
Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
70 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Dapat memilih prosedur perawatannya
Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
Bagi Perawat :
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
Menerima informasi kunci setiap waktu
Memahami perannya dalam system
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda.
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
Adapun pelaksanaan Discharge Planning yang idealnya dilaksanakan:
PN memberi Health Education (HE) pada pasien yang akan pulang atau yang
direncanakan pulang, meliputi: obat-obatan yang masih harus diminum di
rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan kontrol kembali dan dimana, apa saja
yang dibawa pulang dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama di
rumah.
Jika pasien pulang dengan meneruskan perawatan khusus, seperti perawatan
kateter atau perawatan luka, maka pasien dan keluarga dibekali pengetahuan
tentang perawatan kateter dan perawatan luka.
Selain memberikan penjelasan secara lisan, PN juga memberikan kartu
discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang berisi penjelasan yang
diperlukan.
Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning maka, pasien
atau keluarga menandatangani format discharge planning sebagai bukti telah
mendapatkan discharge planning dari perawat.
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah
hubungan terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah
sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah
sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun, sampai
saat ini perencanaan pulang bagi pasien yang di rawat di rumah sakit belum
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
71 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

optimal dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja,
yaitu hanya informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan
kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan
komunitas tapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum
pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan
sering kali diterima kembali dalam 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang
kembali.

2. Kajian data
Discharge planning sudah dilakukan dan diterakan di ruang Jempiring
yang berisikan mengenai pemberian Health Education (HE) tentang kapan harus
kontrol kembali dan obat-obatan yang harus diminum di rumah. Pasien yang telah
diperbolehkan pulang dari rumah sakit mendapatkan surat keterangan kontrol
kembali yang isinya diagnosa medis pasien, terapi yang harus dilanjutkan di
rumah dan waktu untuk kontrol kembali. Pasien juga mendapatkan HE tentang
cara perawatan di rumah. Dalam hal ini HE berupa penyuluhan dan tanpa
pemberian leaflet. Pasien yang akan keluar dari rumah sakit dibuatkan ringkasan
keluar (resume) yang disimpan di catatan medis pasien. Dari hasil angket yang
sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan kepada perawat di
ruangan, didapatkan hasil bahwa 22,22% perawat mengatakan memahami
mengenai discharge planning atau perencanaan pulang, bersedia melakukan
perancanaan pulang serta sisanya mengkosongkan jawaban mereka. Untuk
pembagian tugas dan untuk operasional pemberian tugas perencanaan pulang oleh
kepala ruangan 22,22% perawat di ruangan menjawab tidak ada dan sisanya
mengosongkan jawaban. 33,33% perawat mengatakan memberikan discharge
planning dengan menggunakan bahasa Bali dan mengatakan pasien tidak
mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan dari perawat. 22,22% perawat
mengatakan dalam memberikan HE saat discharge planning secara lisan dan
11,11% mengatakan secara lisan dan tertulis. Dalam melakukan
pendokumentasian discharge planning atau perencanaan pulang, 11,11%
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
72 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

mengatakan melakukan dokumentasi, 11,11% mengatakan tidak melakukan
dokumentasi dan 11,11% mengatakan tidak tentu melakukan dokumentasi.

3.1.3.7 Metode/Standar/Pedoman/Protap
1. Kajian teori
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan dan
mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Clinical Practice Guidline (1990), standar merupakan keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal.
Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan
keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas
dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan penyakit pasien. Standar Asuhan
Keperawatan berdasarkan kelompok penyakit: standar asuhan keperawatan bedah,
SAK interna, SAK Anak, SAK kegawatan dan lain-lain. Masing-masing
kelompok SAK akan dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada disuatu
ruangan.
Standar administrasi merupakan standar yang berisikan kebijakan-
kebijakan dari suatu rumah sakit.

2. Kajian data
Ruang Jempiring merupakan ruang perawatan anak untuk kasus interna,
yang sudah mempunyai SAK. Berdasarkan hasil analisis data kasus terbanyak di
ruang Jempiring didapatkan 3 kasus terbanyak yaitu Hepatitis, Febris, dan
Typhoid yang belum memiliki SAK. Sementara dari pihak ruangan juga
menginginkan 2 kasus lain untuk dibuatkan SAK, yaitu Anemia dan Malnutrisi.
Di ruangan juga terdapat SOP (standar operasional prosedur) yang berisi tentang
pedoman-pedoman tata cara tindakan keperawatan. Berdasarkan hasil analisis
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
73 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

terdapat beberapa tindakan keperawatan yang belum memiliki SOP. Tindakan
keperawatan yang rutin dilakukan namun belum memiliki SOP diantaranya
perawatan luka, pengambilan darah vena, pemasangan, perawatan, dan pelepasan
kateter, pelepasan NGT, pembalutan luka dengan elastic bandage, dan perawatan
infus.

3.1.3.8 Dokumentasi Keperawatan
1. Kajian teori
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan buktidari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan
tercatat bukan hanya tentangtingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe,
kualitas dan kuantitas pelayanankesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Fisbach, 1991 dalam Priadi, 2010).
Tujuan Dokumentasi Keperawatan (Potter, 2006 dalam Priadi 2010)
- Alat komunikasi anggota tim
- Biling keuangan
- Bahan pendidikan
- Sumber data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian
Prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan (Carpenito, 1991 dalam Priadi 2010)
a) Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama
dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
b) Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang
informasi / data yang penting tentang keadaannya.
c) Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
d) Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,
dalam hal ini perawatmencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada
saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
74 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

e) Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
adanya perubahankondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien
terhadap bimbingan perawat
f) Harus dihindari dokumentasi yang baku sebab sifat individu /Pasien
adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g) Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap
catatan yang dicatat, harusdisepakati atas kebijaksanaan institut
setempat
h) Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pinsilagar tidak mudah dihapus.
i) Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis,
coret dan digantidengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j) Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan
dan nama jelas penulis
k) Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain
sebelum menulis dataterakhir.
l) Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap
Proses Dokumentasi Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan /Intervensi
d. Pelaksanaan / implementasi
e. Evaluas
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR (Sources
Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada lima
komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat
medis/penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan khusus).

2. Kajian data
Model pendokumentasian di ruang Jempiring sudah menggunakan model
SOR. Format dokumentasi perawatan pasien yang digunakan di Ruang Jempiring
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
75 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

dapat dilihat pada tabel berikut. Dari hasil angket untuk efisiensi dan efektifitas
model pendokumentasian yang digunakan, 22,22% perawat di ruangan
mengatakan pendokumentasian tidak menyita waktu perawat dan
pendokumentasian dilakukan tepat waktu yaitu segera Setelah melakukan
tindakan dan sisanya mengosongkan jawabannya. 22,22% perawat di ruangan
mengatakan sudah ada format pendokumentasian yang baku di ruangan dan dapat
membantu perawat dalam melakukan pengkajian kepada pasien. Dari hasil
observasi dokumentasi keperawatan meliputi pengkajian secara umum dan sistem
head to toe yang diisi oleh dokter, diagnosis keperawatan, perencanaan dan
implementasi keperawatan. Catatan perkembangan pasien yang dibuat
berkesinambungan namun komponennya tidak lengkap karena tidak terdapat
lembar evaluasi untuk respon pasien sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan.
Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban terhadap order dokter dan
tindakan mandiri perawat.

Tabel 3.7 Format Dokumentasi Perawatan Pasien yang Digunakan di Ruang Jempiring
No Uraian Form
Yang
Melengkapi
1. Form : CM.01 Ringkasan Masuk Dan Keluar Dokter
2. Form : CM.03 Catatan Perkembangan Pasien Dokter
3. Form : CM.04 Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Rontgen Petugas
4. Form : CM.05 Rencana Perawatan Perawat
5. Form : CM.06 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Perawat
6. Form : CM.07 Grafik Tanda-Tanda Kardinal Perawat
7. Form : CM.7a Medikasi Perawat
8. Form : CM.7b Pemberian Cairan Parenteral Perawat
9. Form : CM.14 Ringkasan Keluar (Resume) Dokter





Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
76 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

3.1.3.9 Uraian Tugas
1. Kajian teori
(a) Pengertian
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas serta tanggung jawab
yang dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua
tingkat jabatan dalam satu unit yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab, dan
kualitas yang dibutuhkan.
(b) Manfaat
Seleksi individu yang berkualitas
Menyediakan alat evaluasi
Menentukan budget
Penentuan fungsi departemen
Klasifikasi fungsi departemen
(c) Lingkup uraian tugas
Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat, tidak lengkap dan
kadaluarsa. Penulisan uraian tugas yang sempurna dapat menjadi aset dan dapat
menggambarkan organisasi kerja yang memberikan pandangan operasional secara
keseluruhan dan menunjukkan bahwa uraian tugas telah dirancang dan dianalisa
sebagai suatu bagian integral dari pelayanan organisasi kerja. Dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, uraian tugas adalah
subyek perubahan. Perawat atau bidang manajer harus memelihara agar pekerjaan
tetap relevan dengan uraian tugas melalui perbaikan secara periodik dan
sistematis.
(d) Klasifikasi uraian tugas
Terdiri dari lima dimensi:
Administrasi: jadwal, permintaan dan pemeliharaan alat, uraian tugas personil,
klarifikasi tanggung jawab dan akuntabilitas.
Jaminan mutu: pengetahuan tentang standar, pengembangan staf, peningkatan
motivasi, membangun kerjasama tim, refleksi kasus.
Promosi: komunikasi, motivasi, pendidikan dan bimbingan.
Monitoring kinerja klinik: observasi, memeriksa dokumen, diskusi/pecatatan.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
77 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Kepemimpinan: pengarahan, pelimpahan wewenang, dan advokasi.
(e) Prinsip-prinsip uraian tugas
Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
Mulaim dengan kalimat aktif
Gunakan kata kerja
Jadi deskripsi tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab
yang dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan.

2. Kajian Data
Dari data yang didapatkan di ruang Jempiring, masing-masing petugas
(kepala ruangan, wakil kepala ruangan, ketua tim, dan anggota) memiliki tugas
masing-masing dan sudah ada uraian tugas secara tertulis di ruangan.

3.1.4 M4 (MONEY)
1. Kajian data
(a) Tarif Perawatan
Ruang Jempiring merupakan ruang perawatan kelas III yang melayani
pasien dengan status pembayaran sebagai pasien umum, JKBM, dan Jamkesmas.
Tarif pelayanan per hari dibedakan berdasarkan jenis tindakan yang didapatkan
dan cara pembayaran.
Pembayaran dengan JKBM:
Tarif Rawat Inap:
Tarif sarana = Rp. 90.000,00
Tarif tindakan medis:
Paket III A = Rp. 51.500,00
Paket III B = Rp. 195.000,00
Paket III C = Rp. 526.500,00.



Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
78 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Pelayanan yang termasuk dalam paket IIIA (P IIIA) di Ruang Jempiring
No Jenis Pelayanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Allergi Test/Pateh Test
Assesment Fleksibilitas dan lingkup gerak
Assesment kemampuan fungsional dan perawatan diri
Bilas Lambung
Mantoux Test
Pengobatan Epistasis
Tindakan Nebulizer
Tindakan Resusitasi
Water Drinking Test

Pelayanan yang termasuk dalam paket IIIB (P IIIB) di Ruang Jempiring
No Jenis Pelayanan
1. Tindakan Punksi Lumbal

Pelayanan yang termasuk dalam paket IIIC (P IIIC) di Ruang Jempiring
No Jenis Pelayanan
1. Vena Seksi

Pembayaran dengan status pembayaran umum:
Tarif Rawat Inap:
Tarif jasa sarana = Rp 28.000,00
Tarif jasa medis = Rp 5.000,00
Tarif jasa pelayanan = Rp 7.000,00






Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
79 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Tarif Asuhan Keperawatan:
NO JENIS PELAYANAN JASA SARANA
(Rp)
JASA NURSING
CARE (Rp)
TARIF (Rp)
1. Total Nursing Care 12.000,- 8.000,- 20.000,-
2. Partial Nusing Care 9.000,- 6,000,- 15.000,-
3. Self Nursing Care 6.000,- 4.000,- 10.000,-

Tarif Tindakan Medis Dalam Jam Kerja (Ruang Jempiring)
No JENIS
TINDAKAN
JASA
SARANA
(Rp)
JASA
MEDIK
(Rp)
JASA
PELAYANAN
(Rp)
TARIF
(Rp)
1. Sederhana I A 1.500,- 1.500,- 1.000,- 4.000,-
Sederhana I B 2.500,- 2.000,- 1.500,- 6.000,-
Sederhana I C 3.000,- 3.000,- 2.000,- 8.000,-
Sederhana I D 3.500,- 3.000,- 2.500,- 9.000,-
Sederhana I E 3.500,- 3.500,- 3.000,- 10.000,-
2. Sederhana II A 5.200,- 5.200,- 2.600,- 13.000,-
Sederhana II B 6.800,- 6.800,- 3.400,- 17.000,-
Sederhana II C 8.400,- 8.400,- 4.200,- 21.000,-
Sederhana II D 10.800,- 10.800,- 5.400,- 27.000,-
Sederhana II E 13.200,- 13.200,- 6.600,- 33.000,-
3. Kecil I A 27.200,- 27.200,- 13.600,- 68.000,-
Kecil I B 34.000,- 34.000,- 17.000,- 85.000,-
Kecil I C 42.400,- 42.400,- 21.200,- 106.000,-
Kecil I D 53.200,- 53.200,- 26.600,- 133.000,-
Kecil I E 65.600,- 65.600,- 32.800,- 164.000,-
4. Kecil II A 82.800,- 82.800,- 41.400,- 207.000,-
Kecil II B 103.600,- 103.600,- 51.800,- 259.000,-
Kecil II C 129.600,- 129.600,- 64.800,- 324.000,-
Kecil II D 162.000,- 162.000,- 81.000,- 405.000,-
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
80 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Kecil II E 202.400,- 202.400,- 101.200,- 506.000,-

Klasifikasi Tindakan Medik (Ruang Jempiring)
KLASIFIKASI JENIS TINDAKAN
Sederhana I A Aff/ rawat infus
Pemberian O2
Pasang lingkar abdomen
Memberi injeksi (maksimal 6kali/hari)
Sederhana I B Aff/rawat NGT
Memberikan obat rectal
Sederhana I C Sonde feeding max 6 kali/hari
Sederhana I E Pemasangan NGT
Rawat kateter
Sederhana II A Ganti/pasang tampon nasal
Tranfusi darah perinfus
Aff cateter
Sederhana II D Pemasangan infus anak/bayi
Transfusi anak/bayi dengan spuit
Sederhana II E Nebulizer per kali
Kumbah lambung bayi/hari
Rectal washing/hari
Pasang cateter
RJP/Sheft
Kecil I A EKG
Kecil II C Pungsi lumbal






Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
81 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Pembayaran dengan jamkesmas
Berdasarkan diagnosa:
Diagnosa Tarif (Rp)
Penyakit akut kecil lain-lain 124.121
Penyakit kronis kecil lain-lain 145.878
Penyakit kronis besar lain-lain 178.742
Fraktur 117.708
Gastrointestinal akut 123.025
Gagal jantung kogestif dan kondisi jantung lain 284.699
Infark miokard akut dan aritmia 329.935
Infeksi saluran kemih akut 114.356
Nyeri abdomen dan gastroenteritis lain-lain 1.488.380
Gangguan hati selain tumor, sirosis atau hepatis 2.073.967

Pendanaan Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan kepala Ruang Jempiring
di RSU Bangli, sebagian besar sumber keuangan yang digunakan dalam
pengelolaan ruangan baik pengadaan dana bagi ruangan (renovasi ruangan), dana
operasional ruangan, pendanaan alat kesehatan, pendanaan fasilitas kesehatan bagi
pasien, pendanaan bahan kesehatan habis pakai dipenuhi dan bersumber dari
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3.1.5 M5 (MARKET)
1. Kajian Teori
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah Persentase pemakaian tempat tidur
pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai
untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang
tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75% - 85% (Standar
Internasional), sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60% - 85%. Adapun
perhitungan BOR adalah sebagai berikut.

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
82 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

x 100%
Jumlah Tempat Tidur yang Terisi
Kapasitas Tempat Tidur yang Tersedia





2. Kajian Data
(a) BOR
Ruang Jempiring merupakan ruang keperawatan untuk pasien anak yang
terdiri dari ruang kelas III. Sebagai ruang rawat inap, ruang Jempiring memiliki
kapasitas 24 tempat tidur dengan enam ruang perawatan yang memiliki kapasitas
dua kamar untuk empat tempat tidur, dua kamar untuk dua tempat tidur, dan dua
kamar untuk enam tempat tidur ditambah satu kamar mandi dalam dan terdapat
kamar mandi luar. Namun, pada saat dilakukan observasi dari tanggal 8-10
Oktober 2012 ditemukan tiga ruang perawatan masih diperbaiki dan enam tempat
tidur dalam kondisi rusak (perbaikan). Tempat tidur yang dapat dipakai berjumlah
18 tempat tidur.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8-10 Oktober 2012, didapatkan
gambaran BOR Ruangan Jempiring sebesar:
Tabel 3.8 BOR di Ruang Jempiring RSU Bangli Tanggal 8 Oktober 2012
No Shift
Jumlah Pasien
yang dirawat
Kapasitas Tempat
Tidur
BOR
1 Pagi 4 18 4/18x100%= 22,2%
2 Sore 4 18 4/18x100%= 22,2%
3 Malam 5 18 5/18x100%= 27,8%

Tabel 3.9 BOR di Ruang Jempiring RSU Bangli tanggal 9 Oktober 2012
No Shift
Jumlah Pasien
yang dirawat
Kapasitas Tempat
Tidur
BOR
1 Pagi 5 18 5/18x100%= 27,8%
2 Sore 5 18 5/18x100%=27,8%
3 Malam 5 18 5/18x100%=27,8%



BOR =
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
83 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Tabel 3.10 BOR di Ruang Jempiring RSU Bangli tanggal 10 Oktober 2012
No Shift
Jumlah Pasien
yang dirawat
Kapasitas Tempat
Tidur
BOR
1 Pagi 4 18 4/18x100%= 22,2%
2 Sore 3 18 3/18x100%=16,7%
3 Malam 3 18 3/18x100%=16,7%

(b) Kasus Terbanyak
Ruang Jempiring merupakan ruang keperawatan untuk pasien anak yang
terdiri dari ruang kelas III. Dari hasil pengkajian diketahui bahwa di ruang
Jempiring hanya terdapat beberapa Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan ada
beberapa yang tidak memiliki SAK terutama untuk 10 kasus terbanyak periode
Januari - September 2012 yang ada di ruang Jempiring. Gambaran 10 kasus
penyakit terbanyak yang dirawat di ruang Jempiring selama periode Januari -
September 2012 dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11 Urutan Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak Di Ruang Jempiring RSU Bangli Periode
Januari - September 2012
No Nama Penyakit Jumlah Persentase
1. GEA 68 32,7%
2. BP 48 23,1%
3. Obs. Febris 34 16,3%
4. Bronchiolitis 26 12,5%
5. KDK 16 7,7%
6. KDS 6 2,9%
7. Pneumonia 5 2,4%
8 Epilepsi 2 1%
9. Anemia 2 1%
10. Typoid 1 0,5%
JUMLAH 208 100%
Sumber: Rekam Medik RSU Bangli Tahun 2012



Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
84 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

(c) Hari Rawat Inap
Salah satu indikator mutu Rumah Sakit adalah penentuan lamanya hari
rawat inap pasien dengan rata-rata hari perawatan ideal bagi pasien adalah 6-9
hari. Ruang Jempiring telah berupaya untuk mengurangi hari perawatan dengan
meningkatan mutu pelayanan dan kinerja petugas.
Tabel 3.12 Rata-Rata Hari Rawat Periode Bulan Juni-Agustus 2012
No Bulan Total hari rawat Jumlah Pasien Rata hari rawat
1. Juli 264 47 6
2. Agustus 132 25 5
3. September 146 23 6
Sumber: Rekam Medik RSU Bangli Tahun 2012

a. Tingkat Kepuasan Pasien
Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner yang
berisi 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dengan skor 2, jawaban
kadang-kadang dengan skor 1 dan jawaban tidak dengan skor 0.
Selanjutnya tingkat kepuasan klien dikategorikan sebagai berikut :
Sangat Puas : x 32
Puas : 24 x 31
Cukup Puas : 16 x 23
Kurang Puas : 8 x 15
Tidak Puas : 0 < 8

Tabel 3. 13 Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Jempiring RSU Bangli Tahun 2012
No.
Responden
Skor Tingkat Kepuasan
1 14 Kurang puas
2 24 Puas
3 22 Cukup puas
4 16 Cukup Puas
5 20 Cukup Puas

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
85 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Berdasarkan penyebaran kuesioner mengenai tingkat kepuasan pasien rawat
inap di Ruang Jempiring yang disebarkan pada hari Rabu, 10 Oktober 2012 di
dapatkan bahwa, 20 % (1 pasien) dikatagorikan puas, 60 % (3 pasien)
dikatagorikan cukup puas, dan 20 % dikatagorikan kurang puas terhadap
pelayanan di ruang Jempiring RSU Bangli.







Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
56 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

3.2 ANALISA DATA
3.2.1 M1 (MAN)
Tabel 3.14 Analisis Kuantitas dan Kualifikasi Tenaga Keperawatan di Ruang Jempiring RSU Bangli
Aspek Standar Fakta di Ruangan Kesenjangan Ket.
Kuantitas 8 Oktober 2012
Depkes RI (2005):
3 perawat fungsional, 1 perawat lepas, 1 perawat yang
melakukan non-nursing job sehingga total tenaga yang
dibutuhkan di ruang Jempiring 5 perawat.
Douglas :
4 tenaga perawat fungsional dan tambahan 2 orang
tenaga manajerial (1 karu dan 1 wakaru) serta 2 orang
tenaga lepas. Jadi tenaga yang dibutuhkan di ruang
Jempiring 8 perawat
9-10 Oktober 2012
Depkes RI (2005):
4 perawat fungsional, 2 perawat lepas, 2 perawat yang
melakukan non-nursing job sehingga total tenaga yang
dibutuhkan di ruang Jempiring 8 perawat.
Douglas :
4 tenaga perawat fungsional dan tambahan 2 orang
tenaga manajerial (1 karu dan 1 wakaru) serta 2 orang
14 orang tenaga
keperawatan (termasuk
karu dan wakaru)
Tenaga keperawatan
tersebut melebihi
kebutuhan

Kuantitas
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
57 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

tenaga lepas. Jadi tenaga yang dibutuhkan di ruang
Jempiring 8 perawat

Aspek Jenis Peran Standar MPKP Fakta di Ruangan Aspek Ket.
Kualifikasi :
a. Tingkat
Pendidikan
Keperawatan
Kepala Ruangan




Wakil Kepala Ruangan

Perawat yang lain




DIII kep



DIII kep


DIII Kep + SPK



Jenjang pendidikan
kepala ruangan DIII
keperawatan

Jenjang pendidikan wakil
kepala ruangan SPK

1 orang S1 keperawatan
dan 10 orang DIII
keperawatan
Terdapat 1 orang tenaga
SPK

Kualifikasi :
b. Tingkat Pendidikan
Keperawatan


Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 8-10 Oktober 2012 terdapat struktur organisasi keperawatan dan alur pasien
masuk-keluar yang jelas dan terstruktur. Berdasarkan perhitungan jumlah perawatan di ruangan Jempiring menggunakan metoda
Depkes RI (2005) dan Douglas terdapat kesenjangan antara standar dengan kenyataannya.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
58 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Berdasarkan kualifikasi dan kompetensi tenaganya, tenaga di ruang Jempiring sebanyak satu orang yang sudah mengikuti
Program Pendidikan S1 Keperawatan+Ners, sebanyak 11 orang berpendidikan DIII Keperawatan, dan sebanyak 2 orang
berpendidikan SPK.

3.2.2 M2 (MATERIAL)
Berdasarkan kajian data di atas, diketahui bahwa Ruang Jempiring telah memiliki sarana dan prasarana untuk pasien dan
tenaga kesehatan yang sudah dirasakan cukup, hanya saja ada beberapa sarana yang belum ada di ruangan seperti : handscrub, tissue,
alat bermain eduktif, tempat sampah jarum, ampul dan vial. Secara umum fasilitas alat-alat medik/keperawatan di Ruang Jempiring
sudah sesuai dengan standar baik secara kualitas dan kuantitas walaupun ada beberapa sarana dan prasarana ada yang masih kurang
memadai. Pengadaan barang habis pakai di Ruang Jempiring dilakukan sesuai dengan jumlah stok barang yang ada sehingga pada
saat diperlukan barang tersebut sudah tersedia dan diamprahkan sesuai dengan pemakaian. Namun terkadang material yang diberikan
tidak sesuai dengan yang diamprahkan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dana.

Tabel 3.15 Analisis Tata Ruang di Ruang Jempiring
No. Aspek Tata Ruang Standar MPKP
Fakta
Kesenjangan Keterangan
Ada Tidak
1. Ruang kepala ruangan tersendiri Tersedia ruangan tersendiri
untuk kepala ruangan
Tidak sesuai standar
2. Ruang staf tersendiri Tersedia ruangan tersendiri
untuk staf
Tidak sesuai standar
3. Kamar mandi petugas Tersedia ruangan tersendiri
untuk kamar mandi
Sesuai standar Kamar mandi petugas sudah
sesuai dan tidak digabung
dengan pasien.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
59 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

4. Nurse station yang lokasinya
memudahkan perawat untuk
mengawasi sekeliling ruangan
Tersedia ruangan tersendiri
untuk nurse station
Sesuai standar Nurse station belum berada di
tempat yang bisa
memudahkan perawat untuk
melihat dan mengawasi
kondisi pasien.
5. Ruang penyimpanan alat-alat
keperawatan
Tersedia ruangan tersendiri
untuk penyimpanan alat-
alat keperawatan
Sesuai standar
6. Ruang dekontaminasi (cuci alat) Tersedia ruangan tersendiri
untuk ruangan cuci alat
Tidak sesuai standar
No. Aspek Tata Ruang Standar MPKP
Fakta
Kesenjangan Keterangan
Ada Tidak
1. Ruang kepala ruangan tersendiri Tersedia ruangan tersendiri
untuk kepala ruangan
Sesuai standar
2. Ruang staf tersendiri Tersedia ruangan tersendiri
untuk staf
Sesuai standar
3. Kamar mandi petugas Tersedia ruangan tersendiri
untuk kamar mandi
Sesuai standar Kamar mandi petugas sudah
sesuai dan tidak digabung
dengan pasien.
4. Nurse station yang lokasinya
memudahkan perawat untuk
mengawasi sekeliling ruangan
Tersedia ruangan tersendiri
untuk nurse station
Sesuai standar Nurse station belum berada di
tempat yang bisa
memudahkan perawat untuk
melihat dan mengawasi
kondisi pasien.
5. Ruang penyimpanan alat-alat
keperawatan
Tersedia ruangan tersendiri
untuk penyimpanan alat-
Sesuai standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
60 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

alat keperawatan
6. Ruang dekontaminasi (cuci alat) Tersedia ruangan tersendiri
untuk ruangan cuci alat
Sesuai standar

3.2.3 M3 (METHODE)
3.2.3.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara langsung dengan kepala ruangan, model MAKP sudah diterapkan di ruang
Nusa Indah. Namun dalam pelaksanaannya masih belum sempurna karena masih kurangnya sosialisasi dan pemahaman perawat
mengenai model penerapan MAKP Ketua Tim. Selain itu ada beberapa anggota yang masih melaksanakan pra jabatan, sehingga
aplikasi jadwal jaga belum berjalan maksimal. Namun ruangan sudah berupaya maksimal untuk menerapkan model ini.

3.16. Model Asuhan Keperawatan Profesional
Aspek Standar Fakta di Ruangan Kesenjangan
Pembagian
Peran
Perawat ruangan dibagi menjadi dua-tiga tim yang
terdiri atas tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membagi.
Adanya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan.
Perawat di ruangan telah dibagi ke dalam 4 tim
yang dipimpin oleh ketua tim.
Dalam satu tim, ketua tim memiliki anggota
sebanyak 2 orang perawat.
Di ruangan sudah terdapat uraian pembagian
peran, meliputi kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Pelaksanaan proses keperawatan sudah
dilakukan sesuai dengan uraian peran masing-
masing
Sudah berjalan sesuai standar
hanya saja komunikasi terkait
kontinuitas askep belum optimal
karena penulisan dokumentasi
askep masih kurang memadai.
Tanggung
Jawab pasien
Pasien berada dalam tanggung jawab tim
keperawatan yang terdiri dari anggota yang
Ketua tim memegang tanggung jawab pasien
selama jaga dan melakukan operan kepada tim
Sudah sesuai standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
61 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

dalam 24 jam berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berbeda-beda pada sekelompok
pasien.
berikutnya pada shif selanjutnya.
Pada shif tersebut, tanggung jawab pasien ada
pada tim yang bertugas saat itu.
Siklus jaga Siklus jaga mengacu ke pembagian KaTim dan
anggotanya
Setiap shift terdapat KaTim

Kepala ruangan, dan wakil kepala ruangan jaga
pagi.
Jaga di ruangan selama 24 jam dibagi menjadi
tiga shift yaitu pagi, sore, dan malam.

Sudah sesuai dengan standar.
Pertukaran jaga Dalam pertukaran jaga, apabila kepala ruangan
berhalangan jaga, maka kepala ruangan akan
digantikan oleh wakil kepala ruangan dan apabila
KaTim berhalangan jaga, maka digantikan oleh
anggota tim

Dalam pertukaran jaga, apabila kepala ruangan
berhalangan jaga, maka kepala ruangan akan
digantikan oleh wakil kepala ruangan dan
apabila Katim berhalangan jaga, maka dapat
digantikan oleh anggota tim yang paling senior
dan memiliki kualifikasi kompetensi. Ini
dikarenakan ada beberapa perawat yang cuti.
Terkait sistem pertukaran jaga terdapat tenaga
perawat pengganti jika terdapat perawat dalam
satu shif yang berhalangan jaga. Tenaga
pengganti ini adalah perawat yang sedang
buteki.

Sesuai dengan standar
Ketaatan
pelaksanaan
SOP
SOP dilakukan dengan benar sesuai cek list yang ada



Pengolahan sampah medis & non medis
Prosedur :
Sampah Medis
Untuk semua jenis sampah medis dibuang pada
tempat sampah tertutup atau keranjang sampah
merah yang telah dialasi dengan kantong plastik
warna hitam yang ditandai tali plastik warna kuning.
Khususnya sampah medis traumatik (jarum, ampul,
Perawat di ruang Jempiring belum sepenuhnya
melakukan tindakan sesuai dengan keseluruhan
poin yang ada dalam SOP.

Pengelolaan sampah di ruang Jempiring
dibuang pada tempat sampah tertutup. Tempat
sampah tersebut berupa ember besar berwarna
hitam yang dituliskan nama sampah medis dan
non medis serta tanpa menggunakan kresek.
Sampah medis berupa jarum, botol
kaca/ampul/vial belum dipisah dengan sampah
medis yang lain.
Belum sesuai standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
62 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

benda tajam) terlebih dahulu dimasukan dalam botol
infus bekas/botol aqua bekas. Kemudian botol yang
sudah penuh atau terisi 2/3 dapat ditutup dengan
plester kemudian dimasukkan ke dalam tempat
sampah medis.
Sampah Non Medis: Sampah Non medis
dikumpulkan di ruangan masing-masing dengan
keranjang sampah biru atau hijau yang telah dilapisi
plastik warna hitam, kemudian dibuang ke tempat
sampah biru atau hijau (berupa ember plastik
tertutup) yang telah dilapisi kantong plastik warna
hitam.
Orientasi pasien
baru
Orientasi dilakukan secara langsung kepada pasien
atau keluarga pasien dengan menggunakan media
yang sesuai seperti lembar balik
Di ruang Jempiring belum dilakukan orientasi
pasien baru dengan menggunakan media yang
sesuai (lembar balik). Orientasi yang dilakukan
hanya secara lisan.
Belum berjalan optimal sesuai
standar
Aspek Standar Fakta di Ruangan Kesenjangan
Pembagian
Peran
Perawat ruangan dibagi menjadi dua-tiga tim yang
terdiri atas tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membagi.
Adanya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan.
Perawat di ruangan telah dibagi ke dalam 4 tim
yang dipimpin oleh ketua tim.
Dalam satu tim, ketua tim memiliki anggota
sebanyak 2 orang perawat.
Di ruangan sudah terdapat uraian pembagian
peran, meliputi kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Pelaksanaan proses keperawatan sudah
dilakukan sesuai dengan uraian peran masing-
masing
Sudah berjalan sesuai standar
hanya saja komunikasi terkait
kontinuitas askep belum optimal
karena penulisan dokumentasi
askep masih kurang memadai.
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
63 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Tanggung
Jawab pasien
dalam 24 jam
Pasien berada dalam tanggung jawab tim
keperawatan yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berbeda-beda pada sekelompok
pasien.
Ketua tim memegang tanggung jawab pasien
selama jaga dan melakukan operan kepada tim
berikutnya pada shif selanjutnya.
Pada shif tersebut, tanggung jawab pasien ada
pada tim yang bertugas saat itu.
Sudah sesuai standar
Siklus jaga Siklus jaga mengacu ke pembagian KaTim dan
anggotanya
Setiap shift terdapat KaTim

Kepala ruangan, dan wakil kepala ruangan jaga
pagi.
Jaga di ruangan selama 24 jam dibagi menjadi
tiga shift yaitu pagi, sore, dan malam.

Sesuai dengan standar
Pertukaran jaga Dalam pertukaran jaga, apabila kepala ruangan
berhalangan jaga, maka kepala ruangan akan
digantikan oleh wakil kepala ruangan dan apabila
KaTim berhalangan jaga, maka digantikan oleh
anggota tim

Dalam pertukaran jaga, apabila kepala ruangan
berhalangan jaga, maka kepala ruangan akan
digantikan oleh wakil kepala ruangan dan
apabila Katim berhalangan jaga, maka dapat
digantikan oleh anggota tim yang paling senior
dan memiliki kualifikasi kompetensi. Ini
dikarenakan ada beberapa perawat yang cuti.
Terkait sistem pertukaran jaga terdapat tenaga
perawat pengganti jika terdapat perawat dalam
satu shif yang berhalangan jaga. Tenaga
pengganti ini adalah perawat yang sedang
buteki.
Sesuai dengan standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
64 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C


Ketaatan
pelaksanaan
SOP
SOP dilakukan dengan benar sesuai cek list yang ada



Pengolahan sampah medis & non medis
Prosedur :
Sampah Medis
Untuk semua jenis sampah medis dibuang pada
tempat sampah tertutup atau keranjang sampah
merah yang telah dialasi dengan kantong plastik
warna hitam yang ditandai tali plastik warna kuning.
Khususnya sampah medis traumatik (jarum, ampul,
benda tajam) terlebih dahulu dimasukan dalam botol
infus bekas/botol aqua bekas. Kemudian botol yang
sudah penuh atau terisi 2/3 dapat ditutup dengan
plester kemudian dimasukkan ke dalam tempat
sampah medis.
Sampah Non Medis: Sampah Non medis
dikumpulkan di ruangan masing-masing dengan
keranjang sampah biru atau hijau yang telah dilapisi
plastik warna hitam, kemudian dibuang ke tempat
Perawat di ruang Nusa Indah belum
sepenuhnya melakukan tindakan sesuai dengan
keseluruhan poin yang ada dalam SOP.

Pengelolaan sampah di ruang Nusa Indah
dibuang pada tempat sampah tertutup. Tempat
sampah tersebut berupa ember besar berwarna
hitam yang dituliskan nama sampah medis dan
non medis serta tanpa menggunakan kresek.
Sampah medis berupa jarum, botol
kaca/ampul/vial sudah dipisah dengan sampah
medis yang lain namun tidak berisi tutup.
Belum sesuai standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
65 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

sampah biru atau hijau (berupa ember plastik
tertutup) yang telah dilapisi kantong plastik warna
hitam.
Orientasi pasien
baru
Orientasi dilakukan secara langsung kepada pasien
atau keluarga pasien dengan menggunakan media
yang sesuai seperti lembar balik
Di ruang Nusa Indah belum dilakukan orientasi
pasien baru dengan menggunakan media yang
sesuai (lembar balik). Orientasi yang dilakukan
hanya secara lisan.
Belum berjalan optimal sesuai
standar
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
61 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok D2

3.2.3.2 Timbang Terima
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa timbang terima sudah
dilakukan di Ruang Jempiring yang dipimpin oleh Kepala ruangan setiap pagi
kecuali jika kepala ruangan berhalangan karena libur ataupun cuti.
Pelaksanaannya sudah dilakukan secara rutin namun belum optimal dimana masih
ada beberapa hal yang belum dilakukan perawat seperti kurangnya interaksi
langsung dengan pasien, mendekati, dan menyentuh pasien serta menanyakan
keluhan yang dirasakan pasien selama dirawat di ruangan. Hal ini penting agar
pasien juga mengetahui mengenai kondisinya dan nantinya mampu terlibat secara
kooperatif dalam proses penyembuhan. Selain itu, buku operan di ruangan masih
mempunyai kekurangan.

3.2.3.3 Ronde Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data melalui hasil wawancara dengan kepala
ruangan, selama ini di ruang Jempiring belum pernah melaksanakan ronde
keperawatan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan perawat
mengenai ronde keperawatan, manfaat serta pelaksanaannya.

3.2.3.4 Pengelolaan Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat oleh perawat di ruang Jempiring belum sepenuhnya bisa
diterapkan secara optimal, hal ini dikarenakan kebijakan dari pihak rumah sakit
masih berupa desentralisasi obat.

3.2.3.5 Supervisi
Supervisi di ruang Jempiring sudah berjalan, pendokumentasian saat
dilakukan supervise disimpan di bidang keperawatan.

3.2.3.6 Discharge Planning
Discharge planning sudah dilakukan di ruang Jempiring, petugas sudah
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga melalui metode lisan dan
sudah ada surat kontrol yang diberikan petugas kepada pasien. Namun media yang
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
62 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

digunakan untuk pemberian edukasi seperti lembar balik dan leaflet belum
tersedia sehingga pasien dan keluarga lupa dengan apa yang disampaikan perawat.

3.2.3.7 Metode/Standar/Pedoman/Protap
Di ruang Jempiring sudah terdapat SAK dan SOP yang bisa menjadi
pedoman dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. SAK dan SOP ini
sudah cukup dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan di sana. Namun belum
terdapat SOP untuk penanganan syok anafilaktik dan belum terdapat SAK
thypoid, malnutrisi, anemia, epilepsy dan bronchopneumonia.

3.2.3.8 Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian di ruang Jempiring sudah
sesuai berdasarkan SOR. Format pendokumentasian dan tindakan keperawatan
sudah ada namun belum pernah direvisi sejak tahun 1989 dan belum mengkhusus
pengkajian anak. Pendokumentasian diletakkan berdasarkan nomor kamar di
tempat yang telah disediakan sehingga mudah dalam pencariannya. Antara rekam
medik dengan catatan keperawatan, tempat menaruhnya dijadikan satu, yaitu
diletakkan di nurse station.

3.2.3.9 Uraian Tugas
Dari data yang didapatkan di ruang Jempiring, masing-masing petugas
(kepala ruangan, Ketua Tim dan Anggota) memiliki tugas masing-masing dan
sudah ada uraian tugas secara tertulis di ruangan, namun masih terdapat perawat
yang belum memahami tugasnya.

3.2.4 M4 (MONEY)
Dana untuk pengelolaan ruangan pun secara keseluruhan berasal dari
subsidi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli dan hasil jasa pelayanan yang
berbentuk Badan Layanan Umum (BLU).


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
63 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

3.2.5 M5 (MARKET)
Berdasarkan kajian data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata BOR di
Ruang Jempiring pada tanggal 8-10 Oktober 2012 mencapai 16,7 % hingga 27,8
%. Hasil ini tidak sesuai dengan nilai BOR ideal menurut Depkes RI yaitu antara
60-85%. Dengan nilai BOR yang tidak sesuai dengan nilai ideal, maka beban
kerja petugas di ruangan akan terjadi penurunan kinerja perawat.
Dari hasil penyebaran kuesioner kepuasan pasien didapatkan bahwa masih
ada pasien yang menyatakan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan di
ruang Jempiring RSU Bangli yaitu sebesar 20 %. Tetapi sudah ada 60 % pasien
yang menyatakan cukup puas dan 20 % yang menyatakan puas dengan pelayanan
yang diberikan di ruang Jempiring RSU Bangli


Tabel 3.12 Analisa SWOT
No. Analisis Swot Bobot Rating Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagaan)
a. Faktor Internal (IFAS)
Streangth:
1) Sebanyak 88,9% perawat menyatakan
bahwa struktur organisasi yang ada
sesuai dengan kemampuan perawat.
2) Sebanyak 66,7% perawat menyatakan
pembagian tugas sesuai dengan struktur
organisasi yang ada.
3) Sebanyak 100% perawat menyatakan
kepala ruangan sudah optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
4) Terdapatnya satu orang perawat yang
berpendidikan S-1 Kep + Ns
5) Ruangan memberikan kesempatan
untuk belajar manajemen keperawatan
secara luas
6) Beban kerja perawat di ruangan tidak
terlalu tinggi dilihat dari jumlah pasien



0,05

0,05

0,15

0,45
0,25

0,05



4

4

4

4
4

2



0,2

0,2

0,6

1,8
1,0

0,1




S-W= 3,9-
3,2= 0,7
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
64 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

selama pengkajian
Total 1 3,9
Weakness:
1) Jenis ketenagaan terbanyak diploma
keperawatan dan SPK
2) Kurangnya keinginan untuk mengikuti
seminar dan pelatihan
3) Sebagian perawat belum memahami
tentang peran dan fungsinya
Pembagian tugas masih belum jelas

0,05
0,35
0,45
0,15


1
3
4
2

0,05
1,05
1,8
0,3
Total 1 3,2
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity:
1) Adanya kemauan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2) Adanya mahasiswa S1 yang sedang
praktik manajemen keperawatan
3) Adanya kerjasama yang baik antar
mahasiswa PSIK dengan perawat klinik
4) Adanya kebijakan pemerintah tentang
profesionalisasi perawat



0,35
0,25
0,25
0,15


4
4
3
3


1,4
1
0,75
0,45




O-T= 3,6-
3,85= -
0,25
Total 1 3,6
Threatened
1) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
2) Makin tinggi kesadaran masyarakat
tentang hukum
3) Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan
4) Rendahnya kesejahteraan perawat
5) Sulitnya kebijakan rumah sakit
mengenai pendidikan lanjut bagi
perawat
1) Fasilitas dan ruangan dalam kondisi
yang kurang baik

0,25
0,15
0,15
0,25
0,15
0,05

4
4
4
4
3
4

1
0,6
0,6
1
0,45
0,2
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
64 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok D2

Total 1 4,25
2. M2 (Material)
a. Internal faktor (IFAS)
Streangth:
1) Mempunyai peralatan kesehatan dan
semua perawat ruangan mampu
menggunakannya.
2) Terdapat administrasi penunjang dan
tersedianya nurse station.




0,5

0,5





2

3






1

1,5













S-W
= 2,53,5
= -1
Total 1 2,5
Weakness:
1) Tidak terdapatnya sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan secara
maksimal.
2) Belum optimalnya penataan dan
perawatan secara berkala terhadap
sarana dan prasarana baik medis dan
non medis yang tersedia.

0,5


0,5

3


4


1,5


2
Total 1 3,5
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity:
Adanya pengadaan sarana dan prasarana
yang sudah tersedia sebelumnya.


1




3


3







O-T
= 3-2,6
= 0,4
Total 1 3
Threatened:
1) Banyaknya kebutuhan akan sarana dan
prasarana kesehatan yang dibutuhkan
untuk kelanjutan perawatan.
2) Banyaknya penggunaan alat-alat medis
yang sudah rusak atau perawatannya
kurang dijaga dengan baik.

0,4


0,6



2


3



0,8


1,8


Total 1 2,6
3.

M3 (Methode) MAKP
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1) RS memiliki visi, misi, dan motto



0,15



2



0,3




Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
65 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C



sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan
2) Sudah memiliki model MAKP yang
digunakan yaitu metode tim
3) Terlaksananya komunikasi yang
adekuat antara kepala ruangan, ketua
tim, dan anggota
4) Semua Ketua Tim memiliki kualifikasi
pendidikan minimal D3
5) Model yang digunakan cukup efisien
6) Memiliki standar asuhan keperawatan


0,3

0,1


0,1

0,2
0,15


4

3


3

2
3


1,2

0,3


0,3

0,4
0,45











S-W =
2,95- 3,5 =
-0,55
Total 1 2,95
Weakness
1) Terkadang Ketua Tim dan Anggota
belum bisa sepenuhnya mengikuti
jadwal jaga yang telah ditentukan
kepala ruangan karena berbagai alas
an
2) Kurangnya kemampuan perawat
dalam melaksanakan model yang telah
ada
Kurangnya kemampuan perawat dalam
melaksanakan kontinuitas rencana
keperawatan.

0,25




0,5


0,25

4




3


4

1




1,5


1

Total 1 3,5

b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya tambahan tenaga kontrak yang
bertugas di ruangan
2) Kepercayaan dari pasien dan
masyarakat cukup baik



0,5

0,5



2

3



1

1,5






O-T
= 2,25- 4 =
-1,75












Total 1 2,25
Threatened
1) Persaingan dengan rumah sakit swasta
yang semakin ketat
2) Adanya tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional
3) Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.

0.2

0.5



0.3



4

4



4




0,8

2



1,2



Total 1 4
4. Timbang terima
a. Internal factor (IFAS)
Strength
1) Karu, ketua tim dan anggota
melakukan diskusi tentang kondisi
terbaru pasien.



0.15





4





0.6








Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
66 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

2) Perawat berdiskusi dan membicarakan
tentang perkembangan pasien dan
diagnosanya
3) Perawat memeriksa IVFD, balance
cairan
4) Perawat mengecek rencana
keperawatan dan program baru dari
dokter
5) Perawat menjelaskan kepada pasien
mengenai rencana hari ini dan
memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
6) Perawat memeriksa kembali catatan
keperawatan dan
pendokumentasiannya
7) Perawat melakukan timbang terima
dengan berkeliling dari ruangan pasien
satu ke pasien yang lain.
0.15


0.14

0.14


0.14



0.14


0.14



4


3

4


2



4


4
0.6


0.42

0.56


0.28



0.56


0.56










S-W =
3,58-3,1 =
0,48
Total 1 3,58
Weakness
1. Penulisan timbang terima belum
terdokumentasikan dengan baik.
2. Isi timbang terima sebagian besar
tentang program dokter dan belum
membahas tentang masalah
keperawatan yang sedang atau akan
muncul.
3. Perawat tidak selalu menyapa dan
menanyakan keluhan pasien.
4. Perawat kurang memberi kesempatan
pasien untuk bertanya.


0.3

0.4




0.1

0.2



3

4




2

2



0,9

1,6




0,2

0,4

Total 1 3,1
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity
1. Sarana dan prasarana penunjang cukup
tersedia.


1



3




3








O-T
= 33,5
= -0,5

Total 1 3
Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari pasien untuk mengetahui kondisi
kesehatannya.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.


0.5


0.5





4


3





2


1,5


Total 1 3,5
5. Sentralisasi Obat
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
67 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

a. Internal factor (IFAS)
Strength
1. Pada pelaksanaan pemberian obat
sudah tercatat dengan baik pada
catatan perawatan
2. Perawat sudah nmengerti cara
penyimpanan obat yang baik dan
benar



0,5



0,5


4



4


2



2

S-W
4 - 4,5= -
0,5

Total 1 4
Weakness
1. Obat-obatan masih dibawa oleh
keluarga pasien
2. Pelaksanaan sentralisasi obat belum
dilaksanakan di ruangan
3. Waktu pemberian obat tidak tepat
karena tidak ada kontrol dari perawat
4. Belum tersedianya surat persetujuan
sentralisasi obat untuk pasien/keluarga
pasien


0,25

0,25

0.25

0,25

4

4

3

3

2

1

0,75

0,75
Total 1 4,5
b. Ekternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Terdapatnya ruangan yang cukup luas
untuk dijadikan tempat sentralisasi
obat


1




4





4


O-T
4-3,5= 0,5

Total 1 4
Threatened
1. Adanya tuntutan pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Adanya kemungkinan keluarga pasien
menyimpan obat di tempat yang
kurang baik

0,5


0,5


4


3

2


1,5



Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
68 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Total 1 3,5
6. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal factor (IFAS)
Strength
1. Model pendokumentasian di Jempiring
sudah menggunakan model SOR
2. Rawat Inap: form ditempatkan sesuai
urutan yang seharusnya ada.
3. Penunjang: sesuai dengan form dan
sudah berurutan.
4. Adanya format dokumentasi askep




0,5

0,25

0,25

0,25



4

2

2

3




2

0.5

0,5

0,75

S-W=
3,75-4
= -0,25
Total 1 3,75
Weakness
1. Belum pernah dilakukannya revisi
dokumentasi keperawatan sejak tahun
1989 sampai saat ini
2. Belum semua tindakan keperawatan
didokumentasikan
3. Dokumentasi tidak segera dilakukan
setelah melakukan tindakan


0,5


0,3

0,2

4


4

4



2


1,2

0,8
Total 1 4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya peluang perawat untuk
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM)
2. Adanya mahasiswa PSIK praktik
manajemen keperawatan
3. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dan perawat ruangan.


0,4


0,4

0,2


3


4

2



1,2


1,6

0,4

O-T
3,2-4 = -
0,8
Total 1 3,2
Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
professional.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dang tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.


0.5



0.5





4



4





2



2




Total 1 4
7. Ronde Keperawatan
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Memiki tenaga perawat dengan
kualifikasi S1.
2. Kepala ruangan mendukung
terlaksananya ronde keperawatan



0,75

0,25



3

2




2,25

0,5







S-W
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
69 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

= 2,75-4
= -1,25 Total 1 2,75
Weekness
1. Selama ini belum pernah dilakukan
ronde keperawatan
2. Tidak ada tuntutan pihak manajemen
untuk mengadakan ronde.
3. Sebagian besar petugas tidak
mengetahui apa itu ronde, fungsinya
dan kapan dilaksanakan.


0.4

0.2

0.4




4

4

4




1,6

0,8

1,6



Total 1 4
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya misi rumah sakit memberikan
pelayanan kesehatan yang professional
dan bermutu
2. Adanya kerjasama yang baik dengan
tim kesehatan lain



0,5


0,5




4


3




2


1,5


O-T
3,5-4= -0,5
Total 1 3,5
Threatened
1. Tuntutan dari masyarakat untuk
memperoleh pelayanan yang terbaik
2. Meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang pelayanan
kesehatan.


0.5

0.5



4

4



2

2


Total 1 4
8. Discharge Planning
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya kemampuan dari perawat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan pasien dan keluarga.
2. Adanya pemberian HE pada pasien
yang akan pulang
3. Adanya pemahaman tentang
perencanaan pulang oleh perawat




0.3


0.4

0,3




3


4

3





0,9


1,6

0,9



S-W
= 3,4 3,6
= -0,2


Total 1 3,4
Weekness
1. Belum optimalnya
pendokumentasian perencanaan
untuk pasien pulang.
2. Tidak tersedianya leaflet untuk
pasien pulang.
3. Tidak tersedianya anggaran untuk
perencanaan pulang
4. Pendidikan kesehatan dilakukan

0,3


0,2

0,2

0,3


4


3

3

4


1,2


0,6

0,6

1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
70 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

secara lisan pada setiap
pasien/keluarga.



Total 1 3,6
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pemberian penyuluhan dari
mahasiswa praktek kepada pasien
pulang
2. Kemauan pasien/keluarga terhadap
anjuran perawat



0,75


0,25


4


3



3


0,75


O-T
= 3,75-4,2
= - 0,45
Total 1 3,75
Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan profesional.
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan antar rumah sakit semakin
ketat.


0,4

0,4



0,2



4

4



5


1.6

1.6



1


Total 1 4,2
9. Supervisi Keperawatan
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya supervisi rutin dari kepala
ruangan
2. Adanya supervisi dari pihak komite




0,5

0,5




4

3




2

1,5



S-W
= 3,5-4
= -0,5

Total 1 3,5
Weekness
1. Pelaksanaan supervisi belum secara
optimal



1



4



4


Total : 1 4
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Terdapat program supervisi di setiap
ruangan rumah sakit


1



4



4




O-T
4-4 = 0 Total : 1 4
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
71 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Threatened
1. Adanya persaingan rumah sakit yang
menuntut pelayanan yang lebih
professional


1




4



4




Total : 1 4
10. Metode/standar/pedoman/protap
a. Internal faktor
Strength
1. Sudah memiliki SOP untuk setiap
tindakan keperawatan
2. Pemanfaatan SOP sebagai acuan
melakukan tindakan keperawatan




0,5

0,5





4

2




2

1


S-W
3-4= -1
Total 1 3
Weakness
1. Belum terdapat SOP untuk tindakan
keperawatan yang sering dilakukan di
ruangan


1



4



4


Total 1 4
b. Eksternal factor
Opportunity
1. Adanya sarana dan prasarana yang
mendukung


1



3



3




O-T
3-4= -1

Total 1 3
Threatened
1. Makin tingginya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan.
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan profesional.


0.5

0.5




4

4




2

2



Total 1 4

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
72 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

Berdasarkan kajian data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata BOR di
Ruang Jempiring pada tanggal 8-10 Oktober 2012 mencapai 16,7 % hingga 27,8
%. Hasil ini tidak sesuai dengan nilai BOR ideal menurut Depkes RI yaitu antara
60-85%. Dengan nilai BOR yang tidak sesuai dengan nilai ideal, maka beban
kerja petugas di ruangan akan terjadi penurunan kinerja perawat.

Tabel 3.12 Analisa SWOT
No. Analisis Swot Bobot Rating Bobot x Rating
1. M5 (Market)
a. Internal faktor (IFAS)
Streangth:
1) Adanya jaminan kesehatan yang
dibiayai pemerintah



1



3





3






S-W=
3-4= -1
Total 1 3
Weakness:
1) Dari 5 responden, 60% mengatakan
kurang puas, 20% cukup puas, dan 20%
puas
2) Nilai BOR yang tidak sesuai dengan
nilai ideal yaitu 60-85% menurut
Depkes RI


0,75



0,25


4



4


3



1
Total 1 4
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity:
1) Adanya praktek mahasiswa PSIK FK
Unud


1




4




4



O-T=

4 - 3= 1 Total 1 4 4
Threatened
2) Adanya persaingan dengan rumah sakit
swasta di Bangli

1



3


3

Total 1 3

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
73 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C



























DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT RUANG NUSA INDAH
RSU BANGLI




0,5
1
1,5
2
2,5
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
74 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C




















Gambar 3.10 Diagram Layang Analisis SWOT Ruang Nusa Indah RSU Bangli
Berikut ini strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.
a) Kuadran SO:
Bagian yang terletak pada kuadran SO adalah. M3: metode MAKP.
Strategi pengembangan kekuatan internal yang dilakukan bersifat agresif
dengan peningkatan pemahaman perawat terkait metode tim, dan
pengembangan kualifikasi tenaga perawat sehingga metode tim yang ada
dapat dikembangkan menjadi metode tim kolaborasi primer.
b) Kuadran WO
Bagian yang terletak pada kuadran WO adalah timbang terima. Strategi
perencanaan yang dapat dilakukan adalah strategi yang bersifat
M1 (0, -0,5)
M2 (-1, 1,5 )
M3 (4,48 ,0)
TT (0,94, -2,5)
-3
SO (-5,5, 0,5)
Dk (-0,25, 0)
RK (-1,5, -0,5) DP (-1,2, -0,2)
SK (-0,5 ,0)
SPP
(-1,-1)
Ket:
M1: ketenagaan
M2: sarana dan prasarana
M3: metode
DP: discharge planning
DK: dokumentasi keperawatan
SO: sentralisasi obat
SK: supervisi keperawatan
TT: timbang terima
SPP: SAK/protab
RK: ronde keperawatan
4
5
-4 -5 -6
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
75 Praktik Profesi Manajemen Keperawatan_Kelompok C

progresif/turn around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal
untuk mendapatkan kesempatan (peluang).
c) Kuadran WT
Bagian yang terletak pada kuadran WT adalah ketenagaan, ronde
keperawatan, discharge planning, sarana prasarana, SAK dan protab.
Strategi perencanaan yang dapat dilakukan adalah strategi yang bersifat
bertahan dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi supaya RS tetap
ada dan menjalankan fungsinya secara minimal.
d) Kuadran ST
Bagian yang terletak pada kuadran ST adalah sentralisasi obat,
dokumentasi keperawatan dan supervisi keperawatan. Strategi
perencanaan yang dapat dilakukan adalah strategi diversifikasi dengan
tujuan mengubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor
ancaman dari luar. Hal ini hendaknya dilakukan perubahan secara bertahap
seperti perbaikan dalam dokumentasi keperawatan yang dibuat lebih
lengkap, jelas dan data-datanya tidak terpisah sehingga terbentuk
kesinambungan, dilakukan supervise ruagan secara rutin untuk
mengevaluasi kinerja dan permasalahan yang dihadapi serta
mengupayakan pembagian obat dengan desentralisasi tetapi tetap
mempertahankan prinsip benar dalam pemberian obat. Hal ini dilakukan
untuk menghadapi tantangan yaitu semakin berkembangan pengetahuan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

You might also like