You are on page 1of 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Meskipun pada tahun
2007 mulai terjadi penurunan insiden TBC, Indonesia adalah negara kelima
terbesar dengan masalah TBC di dunia (2009). Survei prevalensi TBC yang
dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada
tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus
(256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan
kasus baru. Tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak
429.730 kasus.
Diperkirakan setiap tahun 430.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah
sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB
diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua
terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus
tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat.
Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi
resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu
yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi
dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat
dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai
kesembuhan


2

Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan,
kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang
disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk
menyusun makalah asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar penyakit TBC ?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan kelompok dengan penyakit TBC ?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan
penyakit TBC
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep tahap perkembangan
2. Mengetahui tinjauan medis TBC meliputi pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis
3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian
keperawatan
4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan
pada klien TBC
6. Mengetahui konsep proses asuhan keperawatan komunitas











3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Masalah Kesehatan TB Paru
2.1.1 Pengertian TB Paru
TBC atau TB Paru adalah penyakit infeksi menular dan menahun
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut
biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan)
kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke
organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran
pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson
2000: 753)
2.1.2 Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP).
2.1.3 Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat
dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam
sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil &
makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan
pertukaran gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan
sputum bergerak maju ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas.
(Brunner & Suddart, 2002 : 585).

4

2.1.4 Tanda dan Gejala
a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu.
b. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C.
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Batuk darah
f. Badan terasa lemas
g. Kehilangan nafsu makan
h. Berat badan turun
i. Rasa kurang enak badan (malaise)
j. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan.
k. Penatalaksanaan

2.1.5 Cara Penularan
Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron,
dikeluarkan oleh penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin,
bicara, penderita meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara.
Oleh karena itu penyakit ini disebut Airbone Infection. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau
dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga
basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman
terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian
terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta
berkembangbiak di paru-paru.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
5

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan : Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan :Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan
prinsip - prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
6

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
o Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori
anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
7

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan
program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT
KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu
(1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

2.2 Asuhan Keperawatan pada Kelompok dengan penyakit TB Paru
2.2.1 Aplikasi Kasus
Jumlah penduduk di daerah RT 1/ RW 7 Kelurahan Tanjung Pinang,
Surabaya, adalah 529 jiwa, yang berjenis kelamin laki-laki adalah 271 jiwa, yang
berjenis kelamin prempuan adalah 258 jiwa. Jumlah wrga usia produktif sebanyak
348 jiwa,
Anak-anak 60 orang, remaja 69 orang. Sebagian besar warga di kelurahan Tanjung
Pinang menganut agama agama islam, tetapi ada juga yang beragama lain. Jarak
antar rumah berdekatan , tidak ada halaman, tidak ada pepohonan di depan rumah.
8

Tipe rumah di daerah tersebut adalah perumahan permanen dari tembok, sudah
berlantai. Sumber air yang digunakan sebagian besar dari PDAM. Warga di desa
RT 1/ RW 7 kelurahan Tanjung Pinang banyak warga yang menderita sakit TB
Paru, kebanyakan terjadi pada kelompok usia produktif, karena kebanyakan
penduduk di daerah Tanjung Pinang memiliki kebiasaan yang kuruang baik seperti
meludah sembarangan, dan lingkungan rumah yang kurang pencahayaan, lembab
dan berdempetan.

2.2.2 PENGKAJIAN

1. DATA INTI
Di desa Tanjung Pinang RT 1/ RW 7, kelurahan Tanjung Pinang, kecamatan
Kemayoran, Surabaya. Luas wilayah kurang lebih 300 meter persegi. Batas
wilayah sebelah utara adalah RT 8, sebelah selatan adalah RW 8, sebelah barat
adalah RT 10, sebelah timur adalah RW 1. Semua lahan di daerah tersebut
dimanfaatkan sebagai pemukiman.
Jumlah penduduk di Tanjung Pinang adalah 529 jiwa, yang berjenis kelamin laki-
laki 271 jiwa, sedangkan jumlah penduduk prempuan 258 jiwa.
Berdasarkan kelompok usia
Bayi / balita : 19 orang
Anak anak : 60 orang
Remaja : 69 orang
Dewasa : 343orang
Lansia : 38 orang
Berdasarkan agama
Islam : 465 orang
Kristen : 35 orang
Katolik : 29 orang
Berdasarkan suku bangsa
Jawa : 357 orang
Madura : 147 orang
Lain-lain : 25 orang
Kesehatan ibu dan anak
9

1. Jumlah ibu hamil : 3 orang
2. Pemeriksaan kehamilan
Teratur :3 orang (100%)
Tidak teratur : - orang (0%)
Kesehatan remaja
1. Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
2. Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain { di rumah } : 10 oran ( 14,5 %)
Kesehatan lansia
1. Jumlah penduduk lansia 38 orang (2,07 %)
2. Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah 17orang (44,7%)
Tidak ada masalah 21orang (55,26%)
Distribusi penyakit di masyarakat
1. TB Paru :23 orang (43,5%)
2. ISPA :5 orang (11,3%)
3. Hipertensi : 21 orang (47,7%)
4. DM :8 orang (18,18%)
5. asma :2 orang (4,5%)
6. vertigo :1 orang (2,27%)
7. gastritis :2 orang (4,5%)
8. otot dan tulang :11 orang (25%)
9. hipotensi :1 orang (2,27%)
10. faringitis :1 orang (2,27%)
11. batu ginjal :2 orang (4,5%)


DS :
Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke
10

Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak
minum obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang
perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak di
sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum)

DO:
Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%

2. DATA SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik
Sumber air dan air minum adalah PDAM sebanyak 99,3% 136 KK,
dan yang menggunakan sumur sebanyak 0,7% 1 KK. Penyediaan dan
pemanfaatan air minum menggunakan PDAM sebanyak 54,7% atau 75 KK, dan
yang menggunakan aqua (air mineral ) sebanyak 45,3% atau 62 KK.
Pengelolaaan air minum selalu dimasak sebanyak 118 KK, kadang dimasak 14
KK, dan yang tidak pernah dimasak sebanyak 5 KK.
Kebiasaan membuang sampah adalah diangkut oleh petugas pembuang
sampah. Saluran pembuangan air/sampah limbah warga yaitu ke got dan
keadaannya lancar. Kebanyakan warga di daerah Tanjung Pinang tidak memiliki
ternah, hanya 7 KK yang mempunyai kandang ternak dan letaknya di luar
rumah. Semua warga memiliki jamban, keadaannya sebagian besar bersih.

a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen
dari tembok, terdapat sungai yang tak jauh dari perumahan yang dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah sehingga air tidak mengalir, keruh
dan berbau. Kebanyakan adalah rumah milik pribadi.
Lantai rumah sudah bertegel atau dari semen. Rumah yang berventilasi
sebanyak 65% (90 KK) dan yang tidak berventilasi adalah 35% (47KK).
DS : Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sekitar 60% dari warga
yang memiliki ventilasi tidak pernah membuka jendelanya.
11

Luas kamar tidur yang memenuhi syarat hanya 83%. Penerangan oleh
sinar matahari yang memenuhi syarat sebanyak 64% dan yang lainnya
masih kurang.
DO : Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap.
b. Lingkungan terbuka : tidak mempunyai halaman yang luas dan jarang ada
pepohonan, keadaan pekarangan rumah lumayan bersih.
c. Orang laki laki di daerah tersebut mempunyai kebiasaan sering meludah
sembarangan, merokok di sembarang tempat, dan suka membakar sampah
sampah rumah tangga yang tidak dipakai.
d. Transportasi : Alat transportasi yang digunakan sebagianbesar adalah
sepeda motor, ada yang menggunakan sepeda, dan masih banyak yang
jalan kaki.
e. Pusat pelayanan: terdapat 1 puskesmas dan 1 posyandu
f. Tempat belanja: di pasar tradisional dan toko
g. Tempat ibadah: 1 mushola dan 1 gereja.

2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosialdpat
Di daerah RT 1/ RW 7 kelurahan Tanjung Pinang Pelayanan kesehatan terdapat
1 puskesmas pembantu.

3. Ekonomi
Yang bekerja sebagai PNS/ABRI sebanyak 9 orang, pegawai swasta 28
jiwa, wiraswasta sebanyak 162 jiwa, buruh tani/pabrik sebanyak 17 jiwa, yang
sudah pensiun sebanyak 2 orang.
Penghasilan rata-rata per bulan :
< dari Rp.450.000/bulan :7 KK(4,8%)
Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
>Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
Ada warga yang memiliki industri kecil makanan.

12

4. Keamanan Dan Transportasi
Di daerah Tanjung Pinang tidak ada pos kampling atau pos jaga nya.
Fasilitas jalan yang digunakan adalah jalan raya, dan sebagian jalan setapak.
Alat transportasi yang digunakan adalah kendaraan bermotor, sepeda, sebagian ada
yang jalan kaki, dan ada yang memiliki mobil.
5. Pemerintahan
Kelompok pelayanan kepada masyarakat adalah Karang taruna, PKK, dan
posyandu.
6. Politik
Ada kebijakan pemerintahan dalam pelayanan kesehatan, peran serta partai
politik dalam pelayanan kesehatan tidak ada.
7. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi verbal.
Alat komunikasi yang digunakan sudah banyak, seperti radio, televisi, telepon, dan
majalah atau koran. Teknik penyampaian komunikasi pada masyarakat
menggunakan papan pengumuman.
8. Pendidikan
Penduduk sekolah sebanyak 108 KK, yang tidak sekolah sebanyak 21 KK
DS : Dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah
mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan
maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB Paru..
9. Rekreasi
Tidak ada tempat rekreasi di daerah Tanjung Pinang.Warga sering
bersantai-santai atau cangkruk an sambil nonton TV bareng dan merokok.








13

ANALISA DATA
WARGA RT 1/ RW 7 KELURAHAN TANJUNG PINANG
SURABAYA

No Data Subyektif Data Obyektif Etiologi Masalah
1.



























Masyarakat
mengatakan tidak
tahu tentang
penyakit TB Paru
Masyarakat meng-
atakan banyak
yang mengalami
putus obat dan
kambuh akibat
pengobatan yang
tidak tuntas, karena
malas, bosan atau
lupa tidak minum
obat TB akibat
kesibukan kerja,
dan harus
meminum obat
dalam jangka
waktu yang lama.
Dari hasil
wawancara dengan
warga bahwa
masyarakat yang
menderita TB Paru
tidak
memeriksakan /
mengontrol
kesehatannya ke
Mayoritas
masyarakat tidak
tahu tentang
perawatan TB Paru
sehingga mereka
kadang-kadang
meludah/ berdahak
di sembarang tempat
(kadang di got, di
jalan umum )
Jumlah penderita TB
Paru TB Paru
sebanyak 23 orang
(43,5%),
Warga yang memilki
pengetahuan tentang
TB paru sebanyak
23%, warga yang
tidak memilki cukup
pengetahuan TB
paru sebanyak 57%.
Penerangan rumah
oleh matahari yang
kurang
: 32% rumah warga
kurang pencahayaan
sehingga tampak
gelap.
Kurang
pengetahuan
masyarakat
tentang
penyakit TB
Paru






















Resiko terjadi
peningkatan
prevalensi
penularan
penyakit TB
Paru






















14







2.
puskesmas





Warga masyarakat
mengatakan belum
pernah
mendapatkan
informasi tentang
penyakit TB paru
baik dari tenaga
kesehatan maupun
melalui leaflet.
Masyarakat
mengatakan
kurangnya
pengawasan dalam
minum obat oleh
pelayanan
kesehatan
Sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki
ventilasi, tidak
pernah membuka
jendelanya

Fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut hanya
terdapat 1 buah
puskesmas pembantu
Pada daerah tersebut
belum pernah
diadakan penyuluhan
kesehatan tentang
penyakit TB Paru
Warga yang tidak
memilki cukup
pengetahuanTB
paru sebanyak 57%,
warga yang memilki
pengetahuan tentang
TB paru sebanyak
23%






Kurangnya
peranan
pelayanan
fasilitas
kesehatan






Kurang
pengetahuan
masyarakat
tentang
penyakit TB
2.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penularan penyakit TB Paru di RT 1
RW 7 Kelurahan Tanjung Pinang Surabaya sehubungan dengan Kurang
pengetahuan tentang penyakit TB paru,
2. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di RT 1 RW 7 Kelurahan
Tanjung Pinang Surabaya sehubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas
pelayanan kesehatan.
15

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem
kesehatan yang masih sulit terpecahkan..Penyakit TBC dianggap
menakutkan karena bila menyerang paru-paru dan tidak diobati dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru sehingga dapat
menyebabkan kematian. Selain itu penularannya sangat mudah, yaitu
melalui dahak penderita yang keluar bersama batuknya, kemudian
mengering dan menjadi droplet di udara sehingga dapat mengenai siapa
saja. Penyakit TBC semakin banyak menjangkiti populasi karena semakin
rendah daya tahan tubuh. Selain itu kurangnya perhatian terhadap
kebersihan linkungan(udara) dan gizi yang seimbang semakin memperberat
angka kejadiannya.

b. Saran
Kasus penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor prilaku dan
lingkungan,karena faktor lingkungan, sanitasi dan hygiene terutama terkait
dengan keberadaan kuman, dan proses penularan penyakit TBC. Sedangkan
faktor perilaku sangat berpengaruh pada kesembuhan dan bagaimana
mencegah untuk tidak terinfeksi kuman TB. Pola hidup sehat adalah
kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman
TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan
cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar
dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala.
Saran kepada petugas kesehatan
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan
kepada Pasien tentang penyakit TB Paru.
2. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam
peningkatan pengobatan bagi Pasien penyakit TB.Paru

16


DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis.vol 5. ed 1. 2002.
Razis AA,dkk. Tuberkulosis Paru dalam Panduan Pelayanan Medik. ed 3. Jakarta:
FkUI; 2009; hal109-11.
World Health Organization. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Diunduh dari :
http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf. Pada tanggal 25 September
2014
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC
Http:\remaja-dan-permasalahannnya.html. diakses tanggal 25 september 2014
Http:\peran-mahasiswa-dalam-kesehatan.html. diakses tanggal 25 september 2014

You might also like