You are on page 1of 49

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920) bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu
dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha
- usaha pengorganisasian masyarakat.
Pendekatan masyarakat yang komperenship untuk mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan penduduk sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dalam membina
lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat, membina prilaku hidup sehat,
menggalakan upaya promotif dan preventif serta memperbaiki dan meningkatkan pelayanan
kesehatan agar lebih efektif dan efisien.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) adalah mata kuliah yang merupakan proses yang
harus dilalui oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar dan merupakan salah satu program
kesehatan masyarakat untuk pendidikan serta penyelesaian Kurikulum Kesehatan Masyarakat.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) mempunyai orientasi untuk melakukan problem
solving dalam masyarakat. Proses tahapan problem solving tersebut mulai dari analisis situasi
dan identifikasi masalah kesehatan sampai dengan evaluasi program yang didistribusikan dalam
3 tahap PBL. Adapun kegiatan yang dilakukan pada PBL II yang merupakan lanjutan dari PBL I
terdiri dari pengambilan data dan analisi data yang kemudian dilanjutkan dengan penentuan
prioritas masalah yang kemudian memerlukan langkah intervensi selanjutnya.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini merupakan suatu program Fakultas Ilmu
Kesehatan Alauddin Makassar untuk melatih para calon Sarjana Kesehatan Masyarakat
(S.K.M.), Agar menguasai kemampuan dan keterampilan sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan dengan baik dan professional.
PBL ini dapat menuntun mahasiswa kesehatan masyarakat untuk mendapatkan bekal yang
memadai dalam berbagai bidang kesehatan baik penguasaan lapangan maupun pengetahuan
secara mendasar.
Keterkaitan dengan PBL I dan PBL II ini yang merupakan suatu proses dengan pencapaian
pemberdayaan masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat desa, maka PBL II ini dilakukan
disalah satu daerah di Kabupaten Gowa tepatnya Kelurahan Bontoparang Kecamatan ParangloE.

2

Dalam hal ini diharapkan agar mahasiswa mampu melakukan intervensi terhadap masalah
kesehatan masyarakat di Lingkungan Bontoala yang telah diprioritaskan pada PBL 1 yang
mencakup tiga masalah kesehatan yaitu masalah gizi meliputi : penggunaan garam beriodium,
pemberian colostrum pada bayi, masalah kesehatan lingkungan meliputi : perilaku merokok,
perilaku hidup bersih dan sehat dan masalah kesehatan kerja meliputi : penggunaan pestisida dan
penggunaan alat pelindung diri..

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Adapun tujuan umum kegiatan ini adalah:
a. Memberikan pengalaman terhadap masalah-masalah kesehatan masyarakat di lapangan yang
sebenarnya, serta mencoba melakukan upaya-upaya pemecahan masalah dengan teori dan
praktik yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
b. Mendapatkan kemampuan professional kesehatan masyarakat dimana kemampuan tersebut
merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang sarjana kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus :
Adapun tujuan khusus kegiatan ini adalah:
a. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dan merumuskan bentuk solusinya bersama
dengan anggota masyarakat.
b. Mahasiswa mampu membuat proposal secara sederhana dalam bentuk Plan of Action (POA) dari
masalah yang akan diintervensi.
c. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam melaksanakan kegiatan
intervensi fisik.
d. Mahasiswa mampu membuat suatu laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.


C. MANFAAT
1. Manfaat Ilmiah:
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan masyarakat yang menjadi referensi kepustakaan.
2. Manfaat Praktis:

3

Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pemerintah Kelurahan
Bontoparang Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa khususnya bagi masyarakat setempat
dalam meningkatkan derajat kesehatan.
3. Manfaat bagi Mahasiswa :
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa
dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.

Adapun manfaat yang diperoleh dari PBL II ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah kesehatan masyarakat.
2. Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
3. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kesehatan, baik kesehatan jasmani
maupun rohani.
4. Mengaktifkan pera serta masyarakat dalam kegiatan kesehatan.



















4

BAB II
URAIAN KEGIATAN

A. Prioritas Masalah

Kegiatan pengalaman belajar lapangan (PBL) II yang merupakan tindak lanjut dari
kegiatan PBL I dimana berlangsung dari tanggal 11 24 Juli 2011 dengan tujuan
merumuskan prioritas masalah dan melaksanakan intervensi dari prioritas masalah yang telah
ditentukan bersama dengan para tokoh masyarakat. Berdasarkan data yang kami peroleh dari
hasil wawancara kepada warga lingkungan Bontoala dengan menggunakan instrumen
kuesioner pada PBL I, kami sudah dapat merumuskan beberapa indikator masalah yang kami
susun dalam beberapa Prioritas Masalah yang nantinya akan menjadi program kerja kami
selama PBL II yang merupakan wujud intervensi kami terhadap masalah yang kami
prioritaskan atau utamakan.
Adapun identifikasi masalah yang ditemukan di PBL 1 adalah :
1. Dari Aspek Lingkungan
Jamban keluarga
SPAL
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Masih banyak warga yang belum tahu pentingnya alat pelindung diri (APD) yang
menggunakan petisida
Kebanyakan masyarakat yang bekerja di sawah dan menggunakan pestisida belum
mendapatkan penyuluhan tentang bahaya pestisida
3. Status Gizi dan Kesehatan Anak
Masih ada ibu yang belum tahu tentang kegunaan Colostrum bagi bayi.
4. Gizi Keluarga
Pengkomsumsian sayuran yang tidakberagam
5. Perilaku Perokok
Banyaknya masyarakat yang merokok terutama Bapak dan remaja.

5


Setelah melakukan identifikasi masalah pada PBL I sehingga dapat ditentukan yang
menjadi prioritas masalah dari hasil kegiatan Focus Group Discusion (FGD) bersama dengan
tokoh masyarakat dengan tujuan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan di
lingkungan bontoala Kecamatan Parangloe, maka prioritas masalah yang kami dapatkan yang
nantinya akan dilaksanakan intervensi fisik maupun non fisik dari masing-masing masalah.
Adapun yang menjadi prioritas utama pada lingkungan bontoala Kecamatan Parangloe
dari hasil kegiatan Focus Group Discusion (FGD) bersama dengan tokoh masyarakat yaitu :
1. Masalah penggunaan pestisida di sawah oleh petani lingkungan bontoala
Landasan Pemikiran
Pestisida merupakan suatu racun hama yang banyak digunakan oleh para petani
untuk membunuh hama yang menyerang sawah mereka tetapi racun ini sangat
berbahaya bagi kesehatan seseorang. Terkadang petani kurang memperhatikan
dampak dari penggunaan pestisida tersebut sehingga mereka sangat mudah terserang
penyakit.
Oleh karena itu, intervensi tentang pestisida ini sangat penting kami lakukan agar
para petani terhindar dari keracunan pestisida yang secara terus menerus akan
menimbulkan penyakit bagi mereka.
Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik dan intervensi non fisik.
Intervensi fisik yaitu memberikan percontohan kepada petani tentang penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) dan cara menggunakan pestisida, sedangkan intervensi
non fisik yaitu melakukan penyuluhan kepada petani bagaimana cara menggunakan
pestisida yang baik dan benar.

2. Masalah perilaku merokok warga lingkungan bontoala terutama perilaku merokok di
dalam rumah
Landasan Pemikiran
Merokok merupakan salah satu pemicu atau penyebab utama penyakit-penyakit
yang dapat mematikan. Perokok pasif lebih rentan daripada perokok aktif tetapi
semua berdampak kematian pada manusia.

6

Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi non fisik dengan melakukan
penyuluhan kepada bapak-bapak di lingkungan bontoala. Oleh karena itu, agar warga
yang meninggal tidak menjadi banyak karena perilaku merokok maka kami
melakukan intervensi pada masalah ini dengan menjadi fasilitator atau penyuluh yang
bisa menjadi media kami untuk mengubah perilaku setidaknya menyamakan persepsi
kami bahwa merokok itu sangat berbahaya

3. Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama pada anak-anak di
lingkungan Bontoala
Landasan Pemikiran
Terkadang hal yang paling kecil di dalam kegiatan kita atau kehidupan kita tidak
mendapat perhatian oleh diri kita bahwa sudah benar atau tidak. Salah satu contoh
misalnya mencuci tangan dengan sabun, hal ini sangat kita remehkan padahal hal
tersebut sangat berperan penting dalam kesehatan kita karena tangan kotor merupakan
jalan kuman masuk ke dalam tubuh yang dapat membawa penyakit bagi kita.
Masalah yang kami angkat dalam PHBS ini yaitu masalah perilaku mencuci
tangan, gosok gigi, perilaku BAB dan BAK, sampai jajan yang sehat. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat maka kami
melakukan intervensi PHBS agar warga tehindar oleh penyakit karena kebiasaan yang
buruk.
Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik dan non fisik dengan indikator
keberhasilan yaitu penggunaan kuesioner dengan tekhnik penyuluhan.

4. Masalah tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang colustrum
Landasan Pemikiran
Masih banyak persepsi ibu-ibu yang mengatakan bahwa colustrum itu adalah ASI
basi sehingga mereka tidak memberikan kepada bayinya. Intervensi yang dilakukan
yaitu intervensi non-fisik dengan metode penyuluhan

5. Masalah penggunaan garam beryodium
Landasan pemikiran

7

Garam adalah bumbu dapur yang paling sering digunakan oleh ibu rumah tangga
sebagai bahan pemberi rasa pada makanan. Namun pada penggunaannya masih ada
ibu tumah tangga yang tidak menggunakan garam beriodium Karena belum
mengetahui manfaat dari garam beriodium namun ada juga yang telah menggunakan
garam beriodium namun karena penyimpanan atau pengolahannya yang kurang baik
menyebabkan kandungan iodiumnya berkurang.
Oleh karena itu sangat penting dilakukan intervensi terhadap ibu rumah tangga.
Intervensi yang dilakukan ada 2 jenis yaitu intervensi fisik yaitu dengan cara
melekukan tes iodide untuk mengetahui garam yang digunakan beriodium atau tidak.
Yang kedua intervensi non fisik yaitu dengan cara melakukan penyuluhan terhadap
ibu rumah tangga mengenai menfaat garam beriodium, cara penyimpanan dan
pengolahannya untuk mempertahankan kandungan iodium dalam garam tsb.

B. Plant Of Action

Berdasarkan rumusan intervensi yang ada maka kami menyusun Plan Of Action sebagai
landasan untuk menjalankan program selama PBL II. Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan
selama PBL II berupa kelanjutan dari kegiatan PBL I yang merupakan sebuah kegiatan
intervensi yang terbagi dalam dua intervensi yaitu intervensi fisik dan intervensi non fisik.
Kegiatan intervensi ini kami lakukan selama beberapa hari dari waktu yang tersedia
untuk kegiatan PBL II. Kegiatan intervensi fisik yang dilakukan yaitu memberikan
percontohan kepada warga, sedangkan kegiatan intervensi non fisik yaitu mengadakan
penyuluhan kepada warga dengan terlebih dahulu memberikan kuesioner pre test.
Sebelum melakukan program intervensi yang kami susun, terlebih dahulu kami
melakukan koordinasi dengan Kepala lingkung Bontoala dan beberapa Tokoh Masyarakat
juga Tokoh Agama yang ada di Desa Belabori.
Setelah melakukan rapat koordinasi tersebut, semua program intervensi yang
direncanakan disetujui oleh peserta rapat untuk dijalankan di lingkungan bontoala kelurahan
bontoparang kecamatan parangloe.

8

Setelah persetujuan Plan of Action tersebut, demi kelancaran program yang kami
rencanakan maka kami mengatur jadwal intervensi dengan terlebih dahulu melakukan
pendekatan dengan warga agar warga mau turut membantu program yang kami lakukan.
Kegiatan kami ini yaitu intervensi, baik itu intervensi fisik maupun non fisik memiliki
sasaran yang berbeda-beda tergantung dari prioritas masalah yang ada.
Kegiatan kami ini juga didukung oleh ketersediaan SDA dan SDM yang ada di daerah
lingkungan bontoala sehingga tidak sulit bagi kami untuk melakukan kegiatan intervensi.







9

Tabel b.1
Bagan Plan of Action Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No. Kegiatan Tujuan Sasaran
Biaya/
Sumber
Waktu
(tgl)
Tempat PJ
Indikator
Keberhasila
n
Ket
1 Penyuluhan
a. Pestisida Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
lingkungan bontoala mengenai
cara penggunaan pestisida
sehingga tidak keracunan
Petani
lingkungan
Bontoala
B
i
a
y
a

b
e
r
a
s
a
l

d
a
r
i

J
u
r
u
s
a
n

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
a
s
y
a
r
a
k
a
t

F
a
k
u
l
t
a
s

I
l
m
u

K
e
s
e
h
a
t
a
n

U
I
N

A
l
a
u
d
d
i
n

M
a
k
a
s
s
a
r

S
D
A

d
a
n

S
D
M

b
e
r
a
s
a
l

d
a
r
i

w
i
l
a
y
a
h

k
e
r
j
a

29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Adji &
Hadi
I
n
s
t
r
u
m
e
n
t

P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

Y
a
i
t
u

K
u
e
s
i
o
n
e
r

P
r
e

T
e
s
t


b. Perilaku
merokok
Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
lingkungan bontoala mengenai
bahaya merokok
Bapak
bapak dan
Remaja
lingkungan
Bontoala
29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Itha &
Dian
c. PHBS Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
lingkungan bontoala mengenai
PHBS khususnya pada anak-
anak
Anak anak
SD
lingkungan
Bontoala
30
Januari
2012
SD
Hera &
Ilmi
d. Pengetahuan
colustrum
Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
lingkungan bontoala mengenai
pengetahuan colostrum
Ibu-ibu
rumah tangga
lingkungan
Bontoala
29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Risna &
Dilla
e. Penggunaan gam
beryodium
Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
Lingkungan bontoala
mengenai penyingnya
penggunaan garam beryodium.
29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Sukma &
Iqbal

3 Penggunaan APD
(percontohan)
Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
khususnya petani tentang
manfaat penggunaan APD
Bapak-bapak
dan Remaja
Lingkungan
Bontoala
29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Iqbal &
Hadi
P
e
r
c
o
n
t
o
h
a
n

2 Tes Iodida Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
Lingkungan bontoala
mengenai penggunaan garam
beryodium dan
memperlihatkan garam yang
Ibu-ibu
rumah tangga
lingkungan
Bontoala
29 & 31
Januari
2012
Masjid At-
Taqwa
Sukma &
Iqbal

10

mengandum yodium.































11

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

Kegiatan utama pada PBL II yaitu melakukan intervensi pada beberapa prioritas
masalah yang telah ditemukan pada PBL I Lingkungan Bontoala Keluarahan Bontoparang,
Kecamatan Parangloe, Kabupaten Makassar.
Berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan, maka prioritas masalah yang ditemukan
di lingkungan bontoala yaitu masalah masalah masalah pengetahuan colustrum, masalah
penggunaan pestisida dan APDnya, masalah PHBS, masalah merokok khususnya di dalam
rumah, maka kami membuat rencana program intervensi untuk membantu proses
penyelesaian masalah tersebut. Sebelum kami melakukan kegiatan intervensi yang telah
diprogramkan, kami terlebih dahulu melakukan kegiatan sosialisasi secara formal melalui
seminar awal bersama tokoh-tokoh masyarakat Lingkungan Bontoalas keluarahan
Bontoparang agar intervensi yang akan dilakukan diketahui oleh masyarakat dan kami pun
mengetahui apa yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat Lingungan Bontoala.
Pada saat seminar awal, semua rencana program intervensi yang kami tawarkan
disepakati oleh tokoh-tokoh masyarakat. Adapun program intervensi yang kami rencanakan
yaitu:
1. Masalah Perilaku Merokok:
Intervensi non fisik :
Penyuluhan mengenai bahaya merokok dengan metode diskusi
2. Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) :
Intervensi non fisik :
Penyuluhan mengenai PHBS dengan metode diskusi
Pembagian leaflet PHBS
3. Masalah Penggunaan Pestisida :
a. Intervensi non fisik :
Penyuluhan mengenai penggunaan pestisida dengan metode diskusi
b. Intervensi fisik :
Percontohan cara penggunaan alat pelindung diri

12

4. Masalah pengetahuan colustrum
Intervensi non fisik:
Penyuluhan mengenai masalah colustrum
5. Masalah Garam Beryodium
a. Intervensi fisik:
Melakukan Test Iodida
b. Intervensi non fisik:
Penyuluhan mengenai garam beryodium dengan metode diskusi

Adapun kegiatan yang telah dilakukan selama kegiatan PBL II berlangsung adalah
sebagai berikut :
1. Intervensi Fisik
Intervensi ini merupakan suatu bentuk kegiatan yang menekankan pada kinerja
fisik yang merupakan wujud atau realisasi dari proses upaya pemecahan masalah
kesehatan. Adapun intervensi fisik yang telah terealisasi pada PBL II ini yaitu :
a. Penggunaan APD percontohan
Kegiatan ini dilakukan dikarenakan banyak petani yang menggunakan pestisida
tanpa menggunakan alat pelindung diri yang bisa saja membuat mereka terpapar akan
zat pestisida yang dapat menimbulkan keracunan ataupun penyakit kronik seperti
kanker dan jantung. Oleh karena itu, untuk mengendalikan hal tersebut kami
memberikan percontohan penggunaan APD yang baik dan benar dengan
memperlihatkan APD yang bisa digunakan.
Kegiatan ini kami lakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 29 & 31 Januari 2012
di Lingkungan Bontoala. Kegiatan yang kami lakukan yaitu memperlihatkan APD
yang harus digunakan saat menggunakan pestisida dan cara penggunaannya.\

b. Test Iodida
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui garam yang digunakan beriodium atau
tidak, karena garam adalah bumbu dapur yang paling sering digunakan oleh ibu
rumah tangga sebagai bahan pemberi rasa pada makanan.

13

Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 29 & 31 Januari 2012 di
lingkungan bontoala. Kegiatan yang kami lakukan memperlihatkan hasil garam yang
sudah diberi 2 3 tetes iodide, apabila garam yang sudah ditetesi iodide menunjukkan
warna ungu tua maka garam tersebut mengandung Yodium dan apabila garam
tersebut menunjukkan warna ungu muda maka garam tersebut mengandung yodium
tetapi kurang.

2. Non Fisik
Intervensi non fisik yang dimaksud di sini adalah suatu kegiatan yang hasil akhir
atau dalam prosesnya tidak menghasilkan sesuatu yang nyata dalam jangka waktu yang
cukup pendek tetapi akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang seperti perubahan
perilaku. Adapun interfensi non fisik yang kami lakukan pada PBL II ini adalah
penyuluhan terhadap 5 prioritas utama masalah kesehatan yaitu garam beryodium,
perilaku merokok, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penggunaan pestisida, dan
pengetahuan colustrum.
Intervensi non fisik kami laksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 29 & 31
Januari 2012 untuk garam beryodium, perilaku merokok, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), penggunaan pestisida, dan pengetahuan colustrum.
Metode penyuluhan 4 prioritas utama :
a. Pemilihan Respoden
Pemilihan responden dilakukan secara tidak acak dengan metode purposive atau
dengan pertimbangan sendiri dimana kami mengundang seluruh warga lingkungan
bontoala baik ibu-ibu, bapak-bapak, maupun anak-anak.
Semua peserta penyuluhan yang datang kami jadikan responden untuk dijadikan
objek pre test. Setiap materi penyuluhan respondennya tidaklah sama akan tetapi
kami memilih responden sesuai dengan kriteria materi penyuluhan.

b. Instrument Penyuluhan
Instrument penyuluhan yang kami gunakan berupa checklist untuk mengukur
tingkat pengetahuan dan perilaku serta sikap/tindakan sehari-hari. Selain itu kami
juga menggunakan Video sebagai media yang menyampaikan materi secara visual

14

serta poster dari Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai media dalam bentuk
gambar untuk mempermudah penyampaian materi penyuluhan.

c. Teknik Penyuluhan
Semua Penyuluhan yang kami adakan menggunakan Teknik penyuluhan
kelompok diskusi dimana kami mengundang peserta di sebuah tempat untuk
mendengarkan materi yang kami siapkan yang diawali dengan pembagian checklist
yang berisi berbagai pertanyaan mengenai pengetahuan dan perilaku serta
sikap/tindakan.

d. Pengolahan data pre test
Data yang kami peroleh di olah dalam bentuk persentase yang dianalisi dalam
SPSS.













15

Secara rinci intervensi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pestisida
Tabel a.1
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Tempat Penyimpanan Racun atau Petisida
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Penyimpanan Frekuensi Persen (%)
1 Ditempat penyimpanan peralatan pertanian 14 46,7
2
Ditempat khusus dengan wadah asli dan
jauh dari jangkauan anak anak
16 53,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 14 responden (46,7%) yang
tempat menyimpan racunnya ditempat penyimpanan peralatan pertanian, dan 16 responden
(53,3%) yang tempat penyimpanan racunnya ditempat khusus dengan wadah asli dan jauh dari
jangkauan anak - anak.
Tabel a.2
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Waktu Tepat Penggunaan APD
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Waktu Penggunaan APD Frekuensi Persen (%)
1 Waktu Penyemptotan 16 53,3
2
Waktu Mencampur, menyemprot, dan
mencuci peralatan
14 46,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

16

Pada tabel di atas diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 16 (53,3%) yang
mengatakan alat pelindung diri digunakan pada waktu penyemproten, dan 14 (46,7%) yang
mengatakan alat pelindung diri digunakan pada waktu pencampuran, menyemprot, dan mencuci
peralatan.

Tabel a.3
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang
Tempat Penakaran,Pengenceran,dan Pencampuran
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Tempat Frekuensi Persen (%)
1 Di ruang tertutup 10 33,3
2 Ditempat yang terbuka atau diluar ruangan 20 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Pada tabel di atas diketahui bahwa dari 30 respo
nden terdapat 10 (33,3%) yang mengatakan temat penakaran, pengenceran, dan
pencampuran dilakukan diruang tertutup, dan 20 (66,7%) yang mengatakan ditempat yang
terbuka atau diluar ruangan.














17

Tabel a.4
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Padi Bisa Keracunan Racun
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Padi Bisa Keracunan Racun Frekuensi Persen (%)
1 Ya 19 63,3
2 Tidak 11 36,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas diketahui dari 30 responden terdapat 19 (63,3%) yang mengatakan padi
bias keracunan racun, dan 11 (36,7%) yang mengatakan padi tidak bias keracunan racun.

Tabel a.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Tindakan yang
Dilakukan Jika Ada Sisa Setelah Penyemprotan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Tindakan Frekuensi Persen (%)
1 Dibuang begitu saja 14 46,7
2 Dikubur dibawah tanah sedalam 40 cm 16 53,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Dari tabel di atas diketahui dari 30 responden terdapat 14 (46,7%) yang mengatakan
bahwa dibuang begitu saja jika ada sisa racun setelah penyemprotan dan 16 (53,3%) yang
mengatakan dikubur dibawah tanah sedalam 40 cm setelah ada sisa.


18

Tabel a.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Akibat Racun terhadap Kesehatan Manusia
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Akibat Frekuensi Persen (%)
1 Tidak ada 14 46,7
2 Keracunan 16 53,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012


Pada tabel tersebut diketahui dari 30 responden terdapat 14 (46,7%) mengatakan tidak
ada akibat racun terhadap kesehatan manusia, dan 16 (53,3%) yang menagtakan terjadi keracunn.

Tabel a.7
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Racun Mengakibatkan Gannguan Pada Kulit
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Racun Mengakibatkan
Gannguan Pada Kulit
Frekuensi Persen (%)
1 Ya 17 56,7
2 Tidak 13 43,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Dari tabel di atas dietahui dari 30 responden terdapat 17 (56,7%) responden yang
mengatakan racun mengaibatkan gangguan pada kulit, dan 13 (43,3) responden yang
mengatakan racun tidak mengakibatkan gangguan pada kulit.

19

Tabel a.8
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Perlu Membaca
Petunjuk Pemakaian Racun sebelum menggunakan Pestisida
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Perlu Membaca Petunjuk
Pemakaian Racun Sebelum Menggunakan
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 28 93,3
2 Tidak Setuju 2 6,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Dari tabel di atas diketahui 28 responden yang mengatakan setuju apabila menggunakan
pestisida perlu terlebih dahulu membaca petunjuk pemaiakain racun, dan yang mengatakan
tidak perlu sebanyak 2 (6,7%).

Tabel a.9
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Racun Berbahaya Jika
Diangkut Bersama-sama dengan Makana/Bahan Makanan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Racun Berbahaya jika Diangkut
Bersama sama dengan Makanan
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 20 66,7
2 Tidak Setuju 10 33,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Dari tabel di atas terdapat 20 responden yang mengatakan setuju jika racun berbahaya
jika diangkut bersama sama dengan makanan/bahan makanan, dan 10 (33,3%) yang
mengatakan setuju.

20

Tabel a.10
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pencampuran Racun
Dilakukan Ditempat Terbuka atau di luar ruangan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pencampuran Racun Harus Dilakukan
Ditempat Terbuka/Diluar Ruangan
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 12 40
2 Tidak Setuju 18 60
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas terdapat 12 (40%) responden yang setuju bahwa pencampuran racun harus
dilakukan di tempat terbuka atau diluar ruangan, dan tidak setuju sebanyak 18 (60%).

Tabel a.11
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang APD yang Cocok
Digunakan Adalah Masker, Penutup Kepala, dan Penutup Seluruh Badan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Jenis APD yang Cocok Digunakan Adalah
Masker, Penutup Kepala, dan Penutup Seluruh
Badan
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 27 90
2 Tidak Setuju 3 10
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas terdapat 12 (40%) responden yang setuju bahwa pencampuran racun harus
dilakukan di tempat terbuka atau diluar ruangan, dan tidak setuju sebanyak 18 (60%).





21

Tabel a.12
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pada Saat Penyemprotan
Sebaiknya Tidak makan, Minum, dan Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Saat PenyemprotanSsebaiknya Tidak Makan,
Minum, dan Merokok
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 20 33,3
2 Tidak Setuju 10 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas terdapat 18 responden yang mengatakan tidak setuju jika pencampuran
racun dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan, dan 12 (40%) yang mengatakan setuju.

Tabel a.13
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Cara Menyeprot Mengikuti Arah Angin
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Cara Menyemprot Mengikuti Arah Angin
Frekuensi Persen (%)
1 Setuju 25 83,3
2 Tidak Setuju 5 16,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 25 responden yang memberikan jawaban setuju
tentang cara penyemprotan mengikuti arah angin. Dapat disimpulkan bahwa dari 30 responden
yang ada telah mengetahui cara penyemprotan mengikuti arah angin di Lingkungan Bontoala.




22

b. Perilaku Merokok

Tabel b.1
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Perilaku Bapak Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Perilaku Bapak Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 20 66.7
2
Tidak 10 33.3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 20 responden (66,7%) yang merokok dan
hanyak 10 responden yang tidak merokok di Lingkungan Bontoala dari 30 responden yang
ada

Tabel b.2
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Alasan Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Alasan Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Ikut-ikutan 1 5
2
Supaya Bersemangat Bekerja 10 50
3
Sudah Menjadi Kebiasaan (Kecanduan) 9 45
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 10 responden (50%) yang memberikan alasan
merokok supaya bersemangat bekerja dan hanya 1 responden (5%) yang memberikan alasan
karena ikut-ikutan dari 20 responden yang merokok.


23

Tabel b.3
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Jumlah Batang Rokok yang Dikonsumsi Tiap Hari
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Jumlah Batang Rokok yang Dikonsumsi Tiap
Hari
Frekuensi Persen (%)
1
3-6 Batang 12 60
2
7-12 Batang 8 40
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa yang mengkonsumsi rokok sekitar 3-6 batang
terdapat 12 responden (60) dari 20 responden yang merokok. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa perokok yang ada di Lingkungan Bontoala dalam hal konsumsi rokok tergolong masih
normal.

Tabel b.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Tempat Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Tempat Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Di Dalam Rumah 10 50
2
Di Luar Rumah 10 50
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat keseimbangan atas jawaban responden
mengenai tempat merokok antara di dalam dan di luar rumah yaitu masing-masing 50% atau
10 responden dari 20 yang ada.


24

Tabel b.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 4 13.3
2
Tidak 16 53.3
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa hanya terdapat 4 responden (13,3%) yang mengetahui
tentang bahaya merokok dari 20 responden yang merokok dan selebihnya tidak mengetahui
tentang bahaya akan merokok.

Tabel b.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Bahaya Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Bahaya Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Kanker Paru-paru 3 75
2
Batuk Menahun 1 25
Total 4 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hanya terdapat 3 responden yang mengetahui
bahaya akan merokok yaitu kanker paru-paru dan hanya 1 responden yang mengetahui
bahaya merokok adalah batuk menahun dari 20 responden yang perokok.




25

Tabel b.7
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Adanya Keinginan Berhenti Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Ada Keinginan Berhenti Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 11 55
2
Tidak 9 45
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat 11 responden yang memiliki
keinginan untuk berhenti merokok dari 20 responden perokok yang ada dan selebihnya tidak
memiliki keinginan untuk berhenti merokok.

Tabel b.8
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Usaha yang Dilakukan Agar Berhenti Merokok
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Usaha yang Dilakukan Agar Berhenti
Merokok
Frekuensi Persen (%)
1
Minum Kopi 5 16.7
2
Makan Gula gula 4 13.3
3
Mengurangi Mengkomsumsi Rokok dan
Berolahraga
2 6.7
Total 11 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari 11 responden yang memiliki kemauan untuk berhenti merokok, terdapat 5 responden
yang melakukan usaha dengan minum kopi dan 2 responden yang melakukan usaha dengan
mengurangi mengkonsumsi rokok dan berolahraga.

26


c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tabel c.1
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Cara Mencuci Tangan yang Baik Dan Benar
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa tentang Cara
Mencuci Tangan
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 37 92.5
2
Tidak 3 7.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar di
Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 37 responden (92,5%) mengetahui cara
mencuci tangan yang baik dan benar dan 3 responden (7,5%) yang tidak mengetahui.

Tabel c.2
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Manfaat Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang
Manfaat Mencuci Tangan
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 37 92.5
2
Tidak 3 7.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang manfaat mencuci tangan yang baik dan benar di
Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 37 responden (92,5%) mengetahui
manfaat mencuci tangan yang baik dan benar, 3 responden (7,5%) yang tidak dan semua

27

siswa menjawab bahwa manfaat mencuci tangan dengan baik dan benar adalah
menghilangkan kuman dari tangan.

Tabel c.3
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Cara Menggosok Gigi yang Baik Dan Benar
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa
tentang Cara Menggosok Gigi
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 37 92.5
2
Tidak 3 7.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang manfaat tentang cara menggosok gigi yang baik
dan benar di Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 37 responden (92,5%)
mengetahui cara menggosok gigi yang baik dan benar dan 3 responden (7,5%) yang tidak
mengetahui.


Tabel c.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Berapa Kali Siswa Menggosok Gigi Dalam Sehari
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa tentang
Berapa Kali Menggosok Gigi
Frekuensi Persen (%)
1
1 kali 1 2.5
2
2 kali 39 97.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

28

Berdasarkan pengetahuan siswa tentang berapa kali menggosok gigi dalam sehari di
Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 39 responden (97,5%) yang menggosok
gigi 2 kali dalam sehari dan 1 responden (2,5%) yang menggosok gigi 1 kali dalam sehari.

Tabel c.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Manfaat Menggosok Gigi yang Baik Dan Benar
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa tentang
Manfaat Menggosok Gigi
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 34 85.0
2
Tidak 6 15.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang manfaat menggosok gigi yang baik dan benar
di Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 34 responden (85%) yang
mengetahui manfaat menggosok gigi yang baik dan benar dan 6 responden (15%) yang
tidak mengetahui.
Tabel c.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan
Siswa Tentang Manfaat Menggosok Gigi
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Pengetahuan
Siswa Tentang Jenis Manfaat
Menggosok Gigi
Frekuensi Persen (%)
1
Tidak sakit gigi 7 20,6
2
Kuman hilang di sela-sela gigi 5 14,7
3
Gigi tetap bersih 7 20,6
4
Menghilangkan bau mulut 15 44,1
Total 34 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

29

Berdasarkan pengetahuan siswa tentang jenis manfaat menggosok gigi di
Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 14 responden (41,1%) yang
menjawab bahwa manfaat menggosok gigi adalah menghilangkan bau mulut dan 5
responden (14,7%) yang menjawab kuman hilang di sela-sela gigi.

Tabel c.7
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa Tentang
Tempat Membuang Air Besar Dan Air Kecil Di Jamban
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang
Pemanfaatan Jamban
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 33 82.5
2
Tidak 7 17.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang tempat membuang air besar dan air kecil di
jamban di Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 33 responden (82,5%)
mengetahui tempat membuang air besar dan air kecil di jamban, 7 responden (17,5%)
tidak mengetahui dan semua siswa membuang sampah pada tempatnya.

Tabel c.8
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa Tentang
Manfaat Membuang Sampah Di Tempat Sampah
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang
Manfaat Membuang Sampah
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 36 90.0
2
Tidak 4 10.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

30

Berdasarkan pengetahuan siswa tentang manfaat membuang sampah di tempat sampah di
Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 36 responden (90%) mengetahui tentang
manfaat membuang sampah dan 4 responden (10%) tidak mengetahui.

Tabel c.9
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan
Siswa Tentang Jenis Manfaat Membuang Sampah
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang Jenis
Manfaat Membuang Sampah
Frekuensi Persen (%)
1
Hidup bersih dan sehat 4 11,2
2
Mencegah penyakit 10 27,8
3
Lingkungan bersih 19 52,7
4
Mencegah banjir 3 8,3
Total 36 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang jenis manfaat membuang sampah di Lingkungan
Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 19 responden (52.7%) menjawab bahwa manfaat
membuang sampah adalah lingkungan menjadi bersih dan 3 responden (8,3%) menjawab
mencegah banjir.
Tabel c.10
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Dampak Membuang Sampah Sembarangan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang Dampak
Membuang Sampah Sembarangan
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 25 62.5
2
Tidak 15 37.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

31

Berdasarkan pengetahuan siswa dampak membuang sampah sembarangan di Lingkungan
Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 25 responden (62,5%) tidak mengetahui tentang
dampak membuang sampah sembarangan dan 15 responden (37,5%) yang mengetahui.
Tabel c.11
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Siswa
Tentang Jenis Dampak Membuang Sampah Sembarangan
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pengetahuan Siswa Tentang Jenis Dampak
Membuang Sampah Sembarangan
Frekuensi Persen (%)
1
Menimbulkan penyakit 9 36
2
Mengotori lingkungan 11 44
3
Menimbulkan banjir 5 20
Total 25 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan pengetahuan siswa tentang jenis dampak membuang sampah sembarangan
di Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa sekitar 11 responden (44%) menjawab
bahwa membuang sampah sembarang tempat dapat mengotori lingkungan dan 5 responden
(20%) menjawab dapat menimbulkan banjir.

Tabel c.12
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Kebiasaan Siswa Berolah Raga
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Berdasarkan Kebiasaan Siswa
Berolah Raga
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 37 92.5
2
Tidak 3 7.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

32

Berdasarkan kebiasaan siswa berolah raga di Lingkungan Bontoala, diperoleh data bahwa
sekitar 37 responden (92,5%) terbiasa berolah raga dan 3 responden (7,5%) tidak terbiasa.

Tabel c.13
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Berapa
Kali Siswa Berolahraga Dalam Seminggu
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Berdasarkan Berapa
Kali Siswa Berolahraga Dalam Seminggu
Frekuensi Persen (%)
1
1 kali 8 21
2
2 kali 20 54
3
3 kali 9 25
Total 37 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan berapa kali siswa berolahraga dalam seminggu di Lingkungan Bontoala,
diperoleh data bahwa sekitar 20 responden (54%) yang berolah raga 2 kali dalam seminggu
dan 8 responden (21%) yang berolah raga 1 kali dalam seminggu.

Tabel c.14
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Jenis Air yang Diminum Siswa Di Rumah
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Jenis Air yang Diminum Siswa
Di Rumah
Frekuensi Persen (%)
1 Air masak 29 72.5
2 Air gallon 11 27.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

33

Berdasarkan jenis air yang diminum siswa di rumah di Lingkungan Bontoala, diperoleh
data bahwa sekitar 11 responden (27,5%) mengkonsumsi air gallon dan 29 responden
(72,5%) mengkonsumsi air masak.

Tabel c.15
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang yang Dilakukan Siswa Ketika Flu Dan Demam
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Yang Dilakukan Siswa Ketika Flu Dan Demam Frekuensi Persen (%)
1 Istirahat di rumah 9 22.5
2 Periksa ke dokter 31 77.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan yang dilakukan siswa ketika flu dan demam di Lingkungan Bontoala,
diperoleh data bahwa sekitar 31 responden (77,5%) menjawab bahwa yang dilakukan ketika
flu dan demam yaitu periksa ke dokter dan 9 responden (22,5%) menjawab istirahat di
rumah.

Tabel c.16
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang yang Dilakukan Siswa Ketika Bersin
Di Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Yang Dilakukan Siswa Ketika Bersin Frekuensi Persen (%)
1
Istirahat di rumah 9 22.5
2
Periksa ke dokter 31 77.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

34

Berdasarkan yang dilakukan siswa ketika bersin di Lingkungan Bontoala, diperoleh data
sekitar 31 responden (77,5%) yang menjawab bahwa yang dilakukan ketika bersin yaitu
periksa ke dokter dan 9 responden (22,5%) yang menjawab istirahat di rumah.

d. Pengetahuan Colostrum
Tabel d.1
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Pengetahuan Ibu tentang Colostrum
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Pengetahuan Ibu tentang Colostrum Frekuensi Persen (%)
1
Ya 15 37.5
2
Tidak 25 62.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdaarkan pengetahuan ibu tentang colostrum di Lingkungan Bontoala, diperoleh data
bahwa sekitar 25 responden (62,5 %) yang tidak mengetahui apa itu colostrum dan 15
responden (37,5%) yang mengetahui.

Tabel d.2
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Warna ASI Pertama Kali Keluar
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Warna ASI Pertama Kali Keluar Frekuensi Persen (%)
1
Keruh kekuning - kuningan 31 77.5
2
Putih dan kental 2 5
3
Putih dan agak encer 4 10
4
Tidak tahu 3 7.5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

35

Berdasarkan data di atas, diperoleh bahwa ibu yang menjawab warna ASI pertama
kali keluar dengan warna keruh kekuning-kuningan adalah sekitar 31 responden (77,5%)
dan sekitar 2 responden (5%) yang menjawab dengan warna putih dan kental.

Tabel d.3
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Apakah Colostrum Diberikan Kepada Bayi
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Apakah Colostrum Diberikan Kepada Bayi Frekuensi Persen (%)
1
Ya 20 50
2
Tidak 20 50
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan data diatas, terdapat 20 responden (50%) yang memberikan jawaban ya
tentang apakah colostrum diberikan kepada bayi atau tidak dan selebihnya menjawab tidak
yaitu sekitar 20 responden (50%).

Tabel d.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Manfaat Colostrum pada Bayi
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Manfaat Colostrum pada Bayi
Frekuensi Persen (%)
1
Mencerdaskan anak 1 5
2
Untuk melancarkan pencernaan anak 2 10
3
Kebutuhan gizi anak 8 40
4
Menambah daya tahan tubuh anak 9 45
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012

36

Dari data di atas diperoleh bahwa manfaat colostrum pada bayi, ibu yang memberikan
jawaban menambah daya tahan tubuh anak terdapat 9 responden (45%) dan yang menjawab
mencerdaskan anak yaitu sekitar 15% atau berjumlah 1 responden.

Tabel d.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Tempat Ibu
Memperoleh Informasi tentang Manfaat Colostrum
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Tempat Ibu Memperoleh Informasi
tentang Manfaat Colostrum
Frekuensi Persen (%)
1
Tetangga 4 20
2
Penyuluhan di posyandu 11 55
3
Media massa (TV, koran) 5 25
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan tempat ibu memperoleh informasi tentang manfaat colostrum, diperoleh
data bahwa ibu yang memberikan jawaban tempat yang paling sering adalah penyuluhan di
Posyandu sekitar 11 responden (55%) dan 5 responden (25%) menjawab media massa (TV,
Koran).


















37

Tabel d.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Alasan
Ibu Tidak Memberikan Colostrum pada Bayi
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Alasan Ibu Tidak Memberikan
Colostrum pada Bayi
Frekuensi Persen (%)
1
Merupakan susu basi 4 20
2
Budaya turun temurun 7 35
3
Kotor 4 20
4
Lain-lain 5 25
Total 20 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan data di atas, alasan ibu tidak memberikan colostrum pada bayi dengan
jawaban merupakan budaya turun temurun terdapat 7 responden atau sekitar 35 % dan yang
memberikan alasan karena merupakan susu basi adalah sebanyak 4 responden atau 20%.

Tabel d.7
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Ibu Tahu
Akibat bagi Bayi jika Tidak Diberikan Colostrum
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Ibu Tahu Akibat bagi Bayi jika
Tidak Diberikan Colostrum
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 8 20
2
Tidak 32 80
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ibu yang mengetahui akibat bagi bayi jika tidak
diberikan colostrum hanya sebanyak 8 responden (20%) dan 32 responden (80%) tidak
mengetahui.


38

e. Garam Beryodium
Tabel e.1
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Pengetahuan Garam Beryodium
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Pengetahuan Garam Beryodium Frekuensi Persen (%)
1
Ya 26 65
2
Tidak 14 35
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 26 reponden atau sebanyak 65 % yang mengetahui
tentang garam beryodium dan selebihnya tidak mengetahui apa itu garam beryodium yaitu 14
responden (35%)

Tabel e.2
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Pemakaian Garam Beryodium
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Pemakaian Garam Beryodium
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 34 85
2
Tidak 6 15
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2011
Berdasarkan tabel di atas, yang memakai garam beryodium di lingkungan Bontoala
terdapat sekitar 85% atau 34 responden dan hanya 6 responden yang tidak memakai garam
beryodium. Dapat di simpulkan bahwa hanya sebagian kecil yang tidak memakai garam
beryodium di lingkungan Bontoala.



39

Tabel e.3
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Cara Ibu Menyimpan Garam Beryodium
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No Cara Ibu Menyimpan Garam Beryodium Frekuensi Persen (%)
1
Disimpan begitu saja dan dibiarkan
terbuka
6 15.0
2
Disimpan ditempat tertutup dan dijauhkan
dari sinar matahari
34 85.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Berdasarkan cara ibu menyimpan garam beryodium, diperoleh data bahwa hanya
sebanyak 6 responden atau 15% yang menyimpan begitu saja dan dibiarkan terbuka
garamnya di lingkungan Bontoala dan 34 responden (85%) yang menyimpan di tempat
tertutup dan dijauhkan dari sinar matahari.

Tabel e.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest
Tentang Mengetahui Manfaat Garam Beryodium
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Mengetahui Manfaat Garam Beryodium
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 24 60.0
2
Tidak 16 40.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2012
Dari tabel di atas, yang mengetahui manfaat garam beryodium di lingkungan Bontoala
sebanyak 24 responden (60%) dan 16 responden (40%) yang tidak mengetahui.




40

Tabel e.5
Distribusi Responden Berdasarkan
Hasil Pretest Tentang Garam Beryodium Penting
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Garam Beryodium Penting
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 36 90.0
2
Tidak 4 10.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2011
Berdasarkan penting tidaknya garam beryodium, yang mengetahui akan pentingnya
garam beryodium terdapat sekitar 36 responden (90%) reponden dan 4 responden (10%)
yang tidak mengetahui.

Tabel e.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pretest Tentang Adakah Dampak
jika Tidak Mengkomsumsi Garam Beryodium
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang
Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa
Tahun 2012

No
Adakah dampak jika Tidak
Mengkomsumsi Garam Beryodium
Frekuensi Persen (%)
1
Ya 30 75.0
2
Tidak 10 25.0
Total 40 100
Sumber: Data Primer, Februari 2011
Berdasarkan adakah dampak atau tidaknya jika tidak mengkonsumsi garam beryodium,
yang memberikan jawaban mengetahui dampaknya sebanyak 30 responden (75%) dan 10
reponden (25%) yang tidak mengetahui.




41

B. PEMBAHASAN
Dalam PBL II ini kegiatan yang dilakukan yaitu melanjutkan kegiatan PBL I yaitu
melakukan intervensi. Bentuk intervensi yang dilakukan ada dua yaitu intervensi fisik dan
intervensi non fisik.
1. Intervensi fisik
a. Penggunaan APD percontohan
Untuk mengurangi dampak dari keracunan karena penggunaan pestisida pada
petani di lingkungan Bontoala kelurahan Bontoparang maka kami melakukan
intervensi fisik yaitu dengan memberikan percontohan penggunaan APD kepada
petani.
b. Tes iodide untuk garam beriodium
Adapun tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui garam yang digunakan oleh
masyarakat beriodium atau tidak.
2. Intervensi non fisik
a. Penyuluhan perilaku merokok
Berdasarkan data dari instrument pre test yang dibagikan kepada 30 responden
diperoleh hasil. Dari data tersebut diketahui dari 30 responden terdapat 10 responden
yang tidak merokok dan yang merokok ada 20 responden. Alasan responden yang
merokok yaitu 9 responden yang menjawab bahwa sudah menjadi kebiasaan, 10
responden yang menjawab supaya bersemangat bekerja dan sisanya menjawab karena
ikut-ikutan. Kebanyakan Responden yang merokok menjawab bahwa rokok yang
mereka hisap sebanyak 12 batang dalam sehari dan terdapat frekuensi yang sama
tentang tempat mereka merokok yaitu didalam rumah dan diluar rumah
Untuk tingkat pengetahuan kebanyakan responden tidak mengetahui tentang
bahaya rokok yaitu 16 responden dan responden yang mengetahui bahaya merokok
menjawab bahwa bahaya rokok itu adalah kanker paru paru
Dari responden yang merokok, terdapat 11 responden yang ingin berhenti
merokok 5 orang diantaranya berhenti merokok dengan usaha mengganti rokok
dengan minum kopi, 4 responden mengganti rokok dengan mengkonsumsi permen,
dan sisanya dengan cara berolahraga

42


Dari hasil ini terdapat ketidaksesuaian antara data PBL I dan data PBL II karena
pendekatan yang kami lakukan sangat meluas tidak terspesifik pada pada responden
yang tergolong di dalam prioritas masalah.
b. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sasaran dari penyuluhan ini yaitu seluruh siswa siswa SD inpres Bontosunggu
Berdasarkan data yang diperoleh dari pre test diketahui bahwa dari 40 responden
terdapat 37 responden yang mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Selain cara mencuci tangan yang baik dan benar, 37 responden juga mengetahui cara
menggosok gigi yang baik dan 34 diantaranya mengetahui manfaat menggosok gigi.
Dari 34 responden yang mengetahui manfaat menggosok gigi 15 responden yang
menjawab menggosok gigi dapat menghilangkan bau mulut, 5 responden
mengatakan menggosok gigi dapat menghilangkan kuman disela sela gigi
Dari data yang diperoleh terdapat 33 responden yang BAB dan BAK di jamban
dan 36 responden yang membuang sampah pada tempatnya. Mereka membuang
sampah pada tempatnya karena mengetahui manfaat dan dampak dari buang sampah
sembarangan. Dari 36 responden yang mengetahui manfaat dan dampaknya 19
responden menjawab bahwa membuang sampah pada tempatnya dapat menciptakan
lingkungan yang bersih dan 11 responden menjawab bahwa buang sampah
sembarngan dapat mengotori lingkungan
Dari data yang diperoleh pada pre test terdapat 37 responden yang sering
berolahraga. 20 responden yang berolahraga 2 kali dalam seminggu, dan 8 responden
yang hanya sekali berolahraga dalam seminggu
Dari data yang diperoleh pada pre test terdapat 29 responden yang mengonsumsi
air masak dan 11 diantaranya minum air galon. Untuk tindakan pada saat sedang sakit
ss31 responden yang memilih periksa kedokter
c. Penyuluhan penggunaan pestisida
Sasaran dari penyuluhan pestisida ini yaitu petani yang menggunakan pestisida
Untuk data tingkat pengetahuan responden terhadap pestisida dan penggunaan
APD diperoleh hasil sebagai berikut :

43

Dari 30 responden terdapat 16 responden yang menyimpan pestisida di tempat
khusus dengan wadah asli dan jauh dari jangkauan anak anak dan 14 responden yang
menyimpan diperalatan pertanian .20 responden yang melakukan penakaran,
pengenceran dan pencampuran ditempat yang terbuka atau diluar ruangan dan 10
responden yang melekukannya ditempat tertutup .16 responden yang menggunakan
APD pada waktu penyemprotan dan 14 responden yang menggunakan APD pada saat
mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan. 19 responden yang menjawab
bahwa padi bisa keracunan racun dan sisanya menjawab tidak. 16 responden
menjawab sisa setelah penyemprotan dikubur dibawah tanah sedalam 40 cm dan
sisanya 14 responden yang membuang begitu saja sisa penyemprotan. 16 responden
mengatakan bahwa pestisida dapat menganggu kesehatan manusia dan
mengakibatkan gangguan pada kulit
Untuk data sikap responden terhadap pestisida dan penggunaan APD diperoleh
hasil sebagai berikut :
Dari 30 responden yang melakukan pre test, 28 responden yang menjawab setuju
jika perlu membaca petunjuk pemakaian racun sebelum menggunakan, 27 responden
yang setuju menggunakan APD berupa masker, penutup kepala dan penutup seluruh
badan, 20 responden yang setuju jika racun itu berbahaya bila diangkut bersama
dengan makanan, 12 responden yang setuju jika pencampuran dilakukan ditempat
terbuka atau diluar ruangan, 25 responden setuju jika penyemprotan harus mengikuti
arah angin. Dan 20 responden yang setuju jika pada saat penyemprotan sebaiknya
tidak makan, minum dan merokok
Dari hasil yang diperoleh, dapat dibuktikan bahwa petani dari lingkungan
Bontoala menggunakan pestisida dengan baik dan benar
d. Penyuluhan pengetahuan colustrum
Sasaran dari penyuluhan tentang colostrum ini yaitu ibu ibu rumah tangga
Berdasarkan data yang diperoleh dari pre test diketahui bahwa dari 40 responden
25 responden yang tidak mengetahui tentang colostrum dan 15 responden yang tahu
tentang colostrum. Dari responden yang tahu tentang colostrum 11 responden yang
memperoleh informasi dari posyandu dan sisanya memperoleh informasi dari
tetangga, media massa (TV, koran). 31 responden yang menjawab bahwa colostrums

44

atau asi pertama itu berwarna keruh kekuning kuningan, dan yang menjawab putih
dan kental, putih dan agak encer, tidak tahu masing masing 2,4,3 responden.
Frekuensi responden yang memberi colostrums pada bayi dan tidak memberi adalah
sama yaitu masing masing 20 responden. 9 Responden yang memberi colostrums
pada bayi beralasan bahwa colostrums dapat menambah daya tahan tubuh anak, 8
responden yang beralasan colostrums adalah kebutuhan gizi anak, 2 responden yang
beralasan colostrums dapat melancarkan pencernaan anak dan hanya 1 responden
yang beralasan bahwa colostrums dapat mencerdaskan anak. Responden yang tidak
memberikan colostrums pada anak yang beralasan bahwa hal ini sudah merupakan
hal yang turun temurun yaitu 7 responden dan sisanya beralasan karena merupakan
susu basi , kotor dan lain lain. Dari seluruh responden 32 responden yang tidak tahu
akibat jika anak tidak diberi colostrum
e. Penyuluhan penggunaan garam beriodium
Sasaran dari penyuluhan tentang garam beriodium ini yaitu ibu ibu rumah tangga
Berdasarkan data yang diperoleh dari pre test diketahui bahwa dari 40 responden 28
responden yang mengetahui tentang garam beriodium, 34 responden menggunakan
garam beriodium dan sisanya 6 responden tidak menggunakan garam beriodium. 24
responden yang mengetahui manfaat garam beriodium, 36 responden yang
mengatakan bahwa garam beriodium itu penting. 30 responden yang mengetahui
bahwa akan ada dampak yang ditimbulkan jika tidak mengkonumsi garam beriodium
Berdasarkan data yang diperoleh 34 responden yang menyimpan garam yang
digunakan ditempat tertutup dan dijauhkan dari jangkauan sinar matahari dan 6
responden yang menyimpan begitu saja dan dibiarkan ditempat terbuka

C. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini dilaksanakan di Lingkungan
Bontoala yang berlangsung selama dua pekan, yaitu pada tanggal 24 Januari 6 Februari
2012. Kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar, tetapi tidak menutup kemungkinan
tanpa hambatan dan tantangan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor pendukung serta faktor
penghambat pada kegiatan PBL II ini.


45

Adapun faktor pendukung yaitu:
1. Adanya dukungan dan partisipasi pemerintah baik itu dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Kota Makassar berupa leaflet dan poster sebagai
fasilitas pendukung dalam hal ini alat peraga sehingga membantu kami dalam
menyampaikan informasi kesehatan yang menjadi materi penyuluhan.
2. Bantuan dari Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar berupa dana dan modul
materi penyuluhan sehingga memudahkan kami dalam intervensi fisik maupun non fisik.
3. Partisipasi masyarakat, baik dari aparat desa, kader kesehatan maupun masyarakat
lingkungan Bontoala dalam mendukung serta membantu kami dalam pelaksanaan
intervensi fisik maupun non fisik di lingkungan setempat.
4. Tersedianya SDA dan SDM di kedua dusun tersebut sehingga lebih memudahkan kami
dalam melakukan intervensi.
5. Kerja sama yang baik dari seluruh anggota posko.

Adapun faktor penghambat, yaitu:
1. Terdapat masyarakat yang kurang antusias dalam kegiatan kami, sehingga responden
yang kami peroleh sangat jauh dari jumlah sampel minimal.
2. Cuaca yang kurang mendukung kegiatan kami sehingga terjadi perubahan jadwal
intervensi dalam hal ini hujan yang tidak menentu
3. Responden yang tingkat pendidikannya rendah, oleh karena itu banyak yang Tuna netra
dan lain sebagainya, sehingga kami harus mengeluarkan banyak tenaga untuk
mendampingi.










46

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpula
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada di
Lingkungan Bontoala Kelurahan Bontoparang, berdasarkan hasil diskusi dengan Tokoh
Masyarakat Lingkungan Bontoala. Adapun masalah tersebut terumuskan dalam prioritas
masalah. Prioritas masalah yang ada di Lingkungan Bontoala yaitu:
1. Permasalaha Pestisi dan Penggunaan PD
Landasan Pemikiran
Pestisida merupakan suatu racun hama yang banyak digunakan oleh para petani
untuk membunuh hama yang menyerang sawah mereka tetapi racun ini sangat
berbahaya bagi kesehatan seseorang. Terkadang petani kurang memperhatikan
dampak dari penggunaan pestisida tersebut sehingga mereka sangat mudah terserang
penyakit.
Oleh karena itu, intervensi tentang pestisida ini sangat penting kami lakukan agar
para petani terhindar dari keracunan pestisida yang secara terus menerus akan
menimbulkan penyakit bagi mereka.
Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik dan intervensi non fisik.
Intervensi fisik yaitu memberikan percontohan kepada petani tentang penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) dan cara menggunakan pestisida, sedangkan intervensi
non fisik yaitu melakukan penyuluhan kepada petani bagaimana cara menggunakan
pestisida yang baik dan benar.

2. Permasalahan Perilkau Merokok
Landasan Pemikiran
Merokok merupakan salah satu pemicu atau penyebab utama penyakit-penyakit
yang dapat mematikan. Perokok pasif lebih rentan daripada perokok aktif tetapi
semua berdampak kematian pada manusia.
Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi non fisik dengan melakukan
penyuluhan kepada bapak-bapak dan remaja di Lingkungan Bontoala.

47

Oleh karena itu, agar tidak banyak warga yang meninggal karena perilaku
merokok maka kami melakukan intervensi pada masalah ini dengan menjadi
fasilitator atau penyuluh yang bisa menjadi media kami untuk mengubah perilaku
setidaknya menyamakan persepsi kami bahwa merokok itu sangat berbahaya.

3. Permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Landasan Pemikiran
Terkadang hal yang paling kecil di dalam kegiatan kita atau kehidupan kita tidak
terperhatikan oleh diri kita bahwa sudah benar atau tidak. Salah satu contoh misalnya
mencuci tangan dengan sabun, hal ini sangat kita remahkan padahal hal tersebut
sangat berperan penting dalam kesehatan kita karena tangan kotor merupakan jalan
kuman masuk ke dalam tubuh yang dapat membawa penyakit bagi kita.
Masalah yang kami angkat dalam PHBS ini yaitu masalah perilaku mencuci
tangan, gosok gigi, penggunaan garam beriodium, perilaku BAB dan BAK, sampai
jajan yang sehat.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
maka kami melakukan intervensi PHBS agar warga tehindar oleh penyakit karena
kebiasaan yang buruk.
Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi non fisik dengan indikator keberhasilan
yaitu penggunaan kuesioner dengan tekhnik penyuluhan

4. Permasalahan Pengetahuan Colostrum
Landasan Pemikiran
Masih banyak persepsi ibu-ibu yang mengatakan bahwa colustrum itu adalah ASI
basi sehingga mereka tidak memberikan kepada bayinya. Intervensi yang dilakukan
yaitu intervensi non-fisik dengan metode penyuluhan atau sebagai fasilitator.

5. Permasalahan Garam Beryodium
Landasan Pemikiran
Garam adalah bumbu dapur yang paling sering digunakan oleh ibu rumah tangga
sebagai bahan pemberi rasa pada makanan. Namun pada penggunaannya masih ada ibu

48

tumah tangga yang tidak menggunakan garam beriodium Karena belum mengetahui
manfaat dari garam beriodium namun ada juga yang telah menggunakan garam
beriodium namun karena penyimpanan atau pengolahannya yang kurang baik
menyebabkan kandungan iodiumnya berkurang. Intervensi yang kami lakukan yaitu
Intervensi fisik dengan memberikan 2-3 tetes Iodida ke sampel garam ibu ibu dan
memperlihatkan hasilnya dan Interfensi nonfisik yaitu dengan metode penyuluhan.

B. Saran
Adapun saran yang disajikan yaitu:
1. Pemerintah kota setempat ikut berperan serta memperhatikan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat sehingga warga setempat merasa diperhatikan oleh
pemerintahnya.
2. Masyarakat harus lebih berperan aktif dalam mencari informasi tentang kesehatan.
3. Dengan adanya PBL 2 ini, bisa mengarahkan masyarakat untuk mengubah perilakunya
yang kurang baik menjadi lebih baik.
4. Peran kader diharapkan lebih aktif dalam menjembatani informasi-informasi kesehatan
yang didapatkan untuk disampaikan kepada masyarakat.
5. Melakukan pendekatan lebih fleksibel terhadap masyarakat, karena hal ini merupakan
kelemahan dari pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat setempat.
6. Melakukan pendekatan kepada sasaran yang lebih spesifik berdasarkan intervensi yang
akan dilakukan, agar hasil pre test lebih mewakili dari apa yang ingin diperoleh dari
intervensi.









49

DAFTAR PUSTAKA
Susilawaty, Andi dkk. 2012. Panduan Pengalaman Belajara Lapangan (PBL). Makassar :
Program Studi Kesehatan Masyaraka UIN Alauddin Makassar.

Laporan Hasil Pengalaman Belajar (PBL) II, Februari 2011. Kesehatan Masyarakat UIN
Alauiddin Makassar

You might also like