You are on page 1of 5

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM NEFROTIK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)





Lisa Andriyani
1006672642




FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA


SINDROM NEFROTIK

1. Pengertian
Sindrom nefrotik bukan merupakan suatu penyakit, namun sekelompok gejala
termasuk albuminaria, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia, dan lipuria. Sindrom
nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin secara
bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum
kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Penyebab sindrom
nefrotik belum diketahui pasti penyebabnya, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibodi. Umumnya etiologi dibagi
menjadi :
Penyebab primer: umumnya tidak diketahui penyebabnya dan terdiri dari
sindrom nefrotik idiopatik dengan kelainan histologik. Berdasarkan
histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal degn pemeriksaan mikroskop
biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi:
(1) Kelainan minimal. Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus
sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat
IgG pada dinding kapiler glomerulus.
(2) Nefropati membranosa. Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding
kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
(3) Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel
mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
Dengan penebalan batang lobular. Terdapat prolefirasi sel mesangial
yang tersebar dan penebalan batang lobular.
Dengan bulan sabit (crescent). Didapatkan proliferasi sel mesangial dan
proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk.
Glomerulonefritis membranoproliferatif. Proliferasi sel mesangial dan
penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium.
Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.


Penyebab sekunder: penyakit dan kondisi dapat menyebabkan kerusakan glomerulus
dan menyebabkan sindrom nefrotik: penyakit perubahan minimal, focal segmental
glomerulosclerosis (pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering
disertai atrofi tubulus dan prognosis buruk), membran nefropati, bekuan darah vena
dalam ginjal, gagal jantung, penyakit perdarahan, penyakit kolagen seperti lupus
eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid; penyakit keganasan, obat-
obatan/alergen, penyakit metabolik, malaria kuartana atau parasit lainnya, bahan
kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.
2. Patofisiologi
Kerusakan pada glomerulus dapat meningkatkan permeabilitas dinding kapiler
glomerular, sehingga akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadi proteinuria. Proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke
dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan
air, akan menyebabkan edema. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum
akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya
produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein
dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia
atau defisiensi seng.

3. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas klien: nama, usia, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, status. Pendidikan,
pekerjaan
b. Riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan hal berikut:
- Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
- Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
- Kaji adanya anoreksia pada klien
- Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat perlu mengkaji:
- Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
- Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakt
hipertensi pada masa sebelumnya?
- Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
d. Riwayat kesehatan keluarga. Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga
seperti DM yang memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
e. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: susah tidur
5) Pola mekanisme koping : cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri

f. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
- Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
- Kesadaran: biasanya compos mentis
- TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
2) Pemeriksaan sistem tubuh
B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya hgangguan pola nafas dan jalan nafas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume .
B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya
azotemia pada sistem saraf pusat.
B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum

g. Pengkajian Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik secara umum, terutama
albumin. Keadaaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran
glomerulus.

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).
2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise
(00214).
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor internal : perubahan status cairan,
penurunan sirkulasi (00046).
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
imunosuprsi, malnutrisi (00004).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
9. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi
orang yang penting bagi klien (00074).

Daftar Pustaka
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. (2012). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Alih bahasa: Esty Wahyuningsih. Ed 9. Jakarta:
EGC

You might also like