You are on page 1of 13

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama : Alin Nurcahyani
NIM : B1J012186
Rombongan : IV
Kelompok : 4
Asisten : Evelin Agusti Tjasmana








LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II











KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal adalah organ penting yang melakukan berbagai fungsi untuk menjaga darah
tetap bersih dan seimbang secara kimiawi. Ginjal tersusun atas kulit ginjal (korteks),
sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis). Ginjal berbentuk seperti biji kacang
merah. Panjangnya sekitar 10 cm, beratnya kurang lebih 170 gram, dan terletak di dalam
rongga perut. Ginjal berjumlah 2 buah dan berwarna merah keunguan. Ginjal bagian kiri
letaknya lebih tinggi daripada ginjal bagian kanan. Nefron terdapat di kulit ginjal dan
berfungsi sebagai alat penyaring darah. Korteks mengandung lebih kurang satu juta nefron.
Setiap nefron tersusun atas badan malphighi dansaluran panjang (tubulus) yang berkelok-
kelok. Badan malpighi tersusun atas glomerulus dan kapsul Bowman. Glomerulus
merupakan untaian pebuluh darah kapiler tempat darah disaring. Glomerulus dikelilingi
oleh kapsul Bowman (Poedjiadi, 2009).
Alat ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru paru. Air dapat
diekskresikan melalui semua organ tersebut, tetapi setiap organ ekskresi mengeluarkan zat
sisa metabolisme yang berbeda. Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses
ekskresi. Ginjal merupakan organ terpenting untuk mempertahankan homeostasis cairan
tubuh yaitu dengan cara mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam basa,
filtrasi, eksresi sisa metabolisme, sistem pengaturan hormonal dan reabsorbsi bahan-bahan
yang masih dibutuhkan oleh tubuh (Syaifuddin, 2000).
Pembentukkan urin sebagai hasil kerja ginjal dalam membersihkan darah meliputi 3
proses, yaitu:
a. Filtrasi (tahap penyaringan) terjadi di sel-sel nefron antara glomerolus dan simpai
bowman pada proses ini dihasilkan Urin Primer.
b. Reabsorbsi (tahap penyerapan kembali), terjadi pada saluran pengumpulan dari Simpai
Bowman terhadap zat-zat seperti glukosa dan bahan lain diserap kembali ke aliran
darah. Zat-zat yan tidak direabsorbsi seperti urea, garam dan lain-lain bercampur
dengan air menjadi urine. Reabsorbsi terjadi di Tubulus Kontortus
Proksimal dan dihasilkan Urin Sekunder.
c. Augmentasi (tahap pembuangan), terjadi di piramida pada medula ginjal.Tepatnya di
Tubulus Kontortus Distal dan Tubulus Kolektivus (Arisworo and Yusa, 2008).


1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat melewati
filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.








































II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan biuret, larutan
benedict, larutan KI, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, larutan amilum 1%, dan
akuades.
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, mikropipet skala 100-1000 l dan tip,
kertas filter GF/F, corong gelas, pipet, kertas label, tabung erlenmeyer dan penangas.

2.2 Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tuangkan masing masing 1 ml larutan uji (larutan protein, larutan glukosa, larutan
amilum, dan akuades) pada tabung reaksi.
3. Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
4. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi larutan protein dan akuades, amati
dan catat perubahan warna yang terjadi.
5. Tambahkan 1 ml larutan benedict ke tabung berisi larutan glukosa, amati perubahan
warnanya kemudian panaskan selama 5 menit dan amati kembali perubahan
warnanya.
6. Tambahkan 0,1 ml larutan lugols iodine ke tabung berisi larutan amilum, amati dan
catat perubahan warna yang terjadi.
7. Keempat tabung tersebut digunakan sebagai tabung kontrol.
8. Tuang 2 ml akuades ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas filter GF/F yang
diletakkan di atas corong gelas.
9. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi filtrat akuades, amati dan catat
perubahan yang terjadi.
10. Tuang 2 ml larutan protein ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas filter GF/F
yang diletakkan di atas corong gelas.
11. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi filtrat larutan protein, amati dan catat
perubahan yang terjadi.
12. Tuang 2 ml larutan glukosa ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas filter GF/F
yang diletakkan di atas corong gelas.
13. Tambahkan 1 ml larutan benedict ke tabung berisi filtrat larutan glukosa, dan
dipanaskan selama 5 menit dalam suhu 100
o
C dan amati perubahan yang terjadi.
14. Tuang 2 ml larutan amilum ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas filter GF/F
yang diletakkan di atas corong gelas.
15. Tambahkan 0,1 ml larutan lugols iodine ke tabung berisi filtrat larutan amilum, amati
dan catat perubahan yang terjadi.
16. Bandingkan hasil keempat tabung reaksi berisi filtrat larutan protein, glukosa, amilum
dan akuades dengan keempat tabung reaksi kontrol yang berisi masingmasing larutan
tersebut dan catat hasil perubahannya.


























III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Uji Filtrasi Menggunakan Kertas Saring :
No
Larutan Uji
Intensitas Warna
(sebelum filtrasi)
Intensitas Warna
(setelah filtrasi)
1 Akuades + Biuret +++ (Biru) +++
2 Glukosa + Benedict +++ (Kuning) +++
3 Protein + Biuret +++ (Biru keunguan) ++
4 Amilum + Lugols iodine +++ (Ungu kehitaman) ++

Keterangan :
- : tidak ada perubahan
+ : intensitas warna lemah
++ : intensitas warna sedang
+++ : intensitas warna kuat

3.1.2 Gambar Hasil Pengamatan







Tabung Uji Sebelum Filtrasi
(Tabung Kontrol)
Tabung Uji Setelah Filtrasi
(Tabung Filtrat)
2.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan analisis filtrasi ginjal, didapatkan hasil yaitu tabung
kontrol yang berisi larutan protein yang ditambahkan dengan larutan biuret berwarna biru
keunguan lebih pekat jika dibandingkan dengan dengan larutan filtrat protein. Larutan
akuades kontrol memiliki kepekatan warna yang sama dengan hasil filtrat akuades dengan
larutan berwarna biru. Larutan glukosa kontrol dan larutan glukosa filtrat memiliki
perubahan warna yang sama yaitu berwarna kuning akan jika dipanaskan. Larutan amilum
yang ditambahkan dengan larutan lugols iodine berwarna ungu kehitaman lebih pekat jika
dibandingkan dengan larutan filtrat amilum. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan
pernyataan Linder (1992), yang menyatakan bahwa protein dan glukosa akan tersaring
hingga menyisakan 0,03% pada urin primer hasil filtrasi ginjal dan sisa dari zat-zat tersebut
akan di reabsorbsi hingga tidak tersisa lagi pada pembentukan urin sekunder, sedangkan air
hanya akan mengalami sedikit penyaringan dan akan direabsorbsi kemudian. Reabsorbsi air
tergantung dari kebutuhan tubuh, jika tubuh sudah mengandung banyak air maka air tidak
akan mengalami reabsorbsi. Reabsorbsi air pada tubulus ginjal akan dipengaruhi oleh
hormon antidiretik (ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Ginjal mamalia menurut Subahar (2007) terdiri dari korteks, medula, dan pelvis.
Ginjal mempunyai nefron sebagai unsur fungsional dan struktural terkecil. Ginjal memiliki
berjuta-juta nefron, di setiap nefron terdapat badan malpighi yang mengandung
glomerulus dan ditutup oleh kapsula bowman, serta setiap nefron memiliki saluran. Nefron
dibagi menjadi 2 macam yaitu unsur epitel (nefron korteks) dan unsur pembuluh (nefron
jukstamedula). Pada bagian unsur epitel terdiri arterial, glomerulus, arterial eferen, dan
kapiler tubular. Sedangkan pada bagian unsur epitel terdiri dari tubulus kontortus
proksimal, lengkung henle (lengkungan ke bawah atau ke atas), tubulus kontortus distal
dan saluran pengumpul atau tubulus kolektifus dan kapsula bowman. Medula terdapat
piramida dan piala yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh untuk mengumpulkan
hasil eksresi. Pembuluh tersebut berhubungan dengan ureter yang akan bermuara ke
kantung kemih atau vesica urinaria. Setelah ditampung dalam kantung kemih untuk
sementara, maka urin akan dikeluarkan melalui saluran bernama uretra. Faktor
perkembangan anatomis ginjal pascalahir dan faktor sistem sirkulasi kemungkinan besar
ikut berperan dalam kejadian peningkatan laju filtrasi glomeruler, pada manusia
perkembangan laju filtrasu glomeruler mempunyai kaitan yang erta dengan perkembangan
anatomi pada ginjal (Widiyono, 2003).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan atau mensekresikan zat sisa metabolism
dan zat-zat lain yang berbahaya terhadap tubuh, sambil mempertahankan konstituen darah
yang masih berguna. Selain itu, ginjal juga memiliki fungsi endokrin yang penting. Walaupun
penyakit ginjal sering mengakibatkan terjadinya kegagalan dari ketiga fungsi utama
tersebut, sering juga didapatkan suatu keaadaan dimana penyakit ginjal mempengaruhi dua
fungsi yang pertama tanpa mempengaruhi fungsi ketiga (Davey, 2005).
Percobaan filtrasi ginjal yang dilakukan merupakan salah satu contoh dari cara kerja
ginjal di dalam tubuh. Larutan glukosa, protein, amilum, dan akuades yang di tuang ke
tabung reaksi dianalogikan sebagai senyawa atau zatzat yang terdapat di dalam tubuh dan
kertas saring GF/F dianalogikan sebagai ginjal yang akan melakukan filtrasi. Perbedaan
warna yang terjadi ketika larutan filtrat dibandingkan dengan larutan kontrol itu
memberikan bukti bahwa larutan tersebut mengalami penyaringan atau tidak, sehingga
kandungan zat yang terdapat pada larutan tersebut akan berkurang pada larutan hasil
filtrat. Hal tersebut dapat dilihat dari warna larutan filtrat yang lebih pudar atau lebih jernih
dari pada larutan kontrol. Menurut Goenarso (2005), mekanisme kerja ginjal adalah sebagai
berikut:
1. Darah dan zat-zat lainnya di nefron masuk ke bagian Glomerulus dan Kapsula Bowman .
Proses Filtrasi ini menghasilkan Urin Primer yang mengandung glukosa,garam-garam,
natrium, kalium, asam amino dan protein.
2. Darah masuk kedalam Tubulus Kontortus Proksimal. Pada Tubulus Kontortus Proksimal
ini darah akan mengalami Reabsorpsi atau penyarapan kembali zat-zat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Proses Reabsorpsi ini mengahasilkan Urin Sekunder yang mengandung air,
gram-garam,urea, dan pigmen.
3. Darah akan masuk ke dalam Tubulus Kontortus Distal untuk ditambahkan zat-zat yang
sudah tidak diperlukan oleh tubuh. proses ini disebut Augmentasi. Pada proses ketiga ini
dihasilkan Urin Normal yang mengandung 95% air, urea, amoniak, asam urat, garam
mineral (NaCl), zat warna empedu, dan zat-zat yang berlebih (vitamin,obat,dll)
4. Urin Normal akan ditampung sementara di Pelvis Ginjal. setelah itu urin akan melewati
Ureterdan akan disimpan kembali di Kantung Kemih. setelah kantung kemih penuh,
dinding kantung kemih akan tertekan dan menyebabkan rasa ingin buang air kecil. dan
urin pun dibuang melaluiUretra.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan bahwa
tabung berisi larutan uji (protein, glukosa, amilum, dan akuades) tanpa dilakukan filtrasi
menggunakan kertas filter GF/F berwarna pekat. Tabung berisi larutan uji sebelumnya telah
diteteskan dengan reagennya masing-masing. Tabung berisi larutan protein diteteskan
dengan larutan Biuret 1 ml. Biuret berfungsi untuk mengindikasikan adanya protein.
Tabung berisi larutan glukosa diteteskan dengan larutan Benedicts 1 ml. Larutan Benedicts
berfungsi untuk mengindikasikan adanya glukosa. Tabung berisi larutan amilum diteteskan
dengan larutan lugols iodine 1 tetes atau sampai terjadi perubahan warna. Larutan lugols
iodine berfungsi untuk mengindikasikan adanya amilum. Tabung berisi protein diteteskan
dengan larutan Biuret 1 ml. Setelah diteteskan dengan reagen, larutan protein berubah
warna menjadi biru keunguan. Tabung berisi akuades diteteskan dengan larutan Biuret 1
ml. Setelah diteteskan dengan reagen, larutan akuades berubah warna menjadi biru.
Larutan glukosa setelah diteteskan dengan Benedicts 1 ml dan dipanaskan selama 5 menit,
mengalami perubahan warna menjadi kuning. Tabung berisi amilum diteteskan dengan
larutan lugols iodine 1 ml. Setelah diteteskan dengan reagen, larutan amilum berubah
warna menjadi ungu kehitaman. Menurut Thomson et al., (2004) Kekuatan dan permukaan
kapiler yang menentukan nilai filtrasi glomerular (GFR) secara langsung dipengaruhi oleh
berbagai macam efektor yang meliputi syaraf, hormone, ukuran dan kondisi glomerulus,
serta umpan balik tubuloglomerular (TGF) dari macula densa. Efektor fisiologi dari GFR
secara umum berfungsi sebagai elemen dalam system umpan balik negative yang
menghubungkan GFR ke parameter fisiologi yang lain.
Ukuran molekul merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan filtrasi.
Semua molekul dengan berat kurang dari 10.000 kilodaltons dengan bebas dapat difiltrasi,
molekul-molekul tersebut tidak menuju protein plasma. Molekul-molekul dengan berat
lebih dari 10.000 kilodaltons lebih banyak mengalami pembatasan untuk melewati filtrasi
glomerular. Molekul-molekul besar tidak dapat melewatinya sama sekali. Kebanyakan
protein plasma adalah molekul berukuran besar, maka protein plasma dinilai tidak dapat
difiltrasi. Bentuk molekuler mempengaruhi kemampuan filtrasi dari makromolekul. Bentuk
molekuler yang panjang dan ramping akan melewati glomerulus lebih mudah daripada
molekul berbentuk bola. Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap
protein plasma yang lebih besar dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih
kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen (Rhoades and Bell, 2009).
Menurut Linder (1992), penyakit yang dapat terjadi jika pada ginjal terdapat kelainan
antara lain :
1. Albuminuria
Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan protein di
dalam urine. Hal ini merupakan suatu gejala kerusakan alat filtrasi pada ginjal. Penyakit ini
menyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal dan terbuang bersama
urine. Albumin merupakan protein yang bermanfaat bagi manusia karena berfungsi untuk
mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari darah. Penyebab albuminuria di
antaranya adalah kekurangan protein, penyakit ginjal, dan penyakit hati.
2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya gula (glukosa) dalam
urine yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan karena proses
perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu sehingga glukosa darah meningkat. Ginjal
tidak mampu menyerap seluruh glukosa tersebut. Akibatnya, glukosa diekskresikan
bersama urine. Diabetes melitus harus dikelola dan dikendalikan dengan baik agar
penderitanya dapat merasa nyaman dan sehat, serta dapat mencegah terjadinya
komplikasi.
3. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu kelainan pada sistem ekskresi karena kekurangan
hormon antidiuretik. Kelainan ini dapat menyebabkan rasa haus yang berlebihan serta
pengeluaran urine menjadi banyak dan sangat encer. Diabetes insipidus terjadi akibat
penurunan pembentukan hormon antidiuretik, yaitu hormon yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar
hormon antidiuretik normal, tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap
hormon ini (keadaan ini disebut diabetes insipidus nefrogenik).
4. Nefritis
Nefritis adalah penyakit pada ginjal karena kerusakan pada glomerulus yang
disebabkan oleh infeksi kuman. Penyakit ini dapat menyebabkan uremia (urea dan asam
urin masuk kembali ke darah) sehingga kemampuan penyerapan air terganggu. Akibatnya
terjadi penimbunan air pada kaki atau sering disebut oedema (kaki penderita
membengkak).
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa
dibandingkan pada orang-orang setengah baya. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa
dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka
biasanya sekitar mata (kelopak), mual, dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air
seni menjadi keruh.
5. Poliuria dan Oligouria
Poliuria adalah gangguan pada ginjal, dimana urine dikeluarkan sangat banyak dan
encer. Sedangkan, oligouria adalah urine yang dihasilkan sangat sedikit.
6. Anuria
Anuria adalah kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine. Hal ini
disebabkan oleh adanya kerusakan pada glomerulus. Akibatnya, proses filtrasi tidak dapat
dilakukan dan tidak ada urine yang dihasilkan. Sebagai akibat terjadinya anuria, maka akan
timbul gangguan keseimbangan di dalam tubuh. Misalnya, penumpukan cairan, elektrolit,
dan sisa-sisa metabolisme tubuh yang seharusnya keluar bersama urine. Keadaan inilah
yang akan memberikan gambaran klinis daripada anuria. Tindakan pencegahan anuria
sangat penting untuk dilakukan. Misalnya, pada keadaan yang memungkinkan terjadinya
anuria tinggi, pemberian cairan untuk tubuh harus selalu diusahakan sebelum anuria
terjadi.
Kerusakan ginjal yang parah, jika telah terjadi, maka opsi yang tersisa ialah
pengangkatan ginjal (nefrektomi). Menurut Kanamaru (2011), perawatan untuk penyakit
ginjal berhubungan dengan resiko penyakit ginjal kronis setelah operasi. Diantara seluruh
jenis operasi, nefrektomi (pengangkatan ginjal) memiliki resiko yang paling tinggi untuk
terjadinya penyakit ginjal kronis, karena salah satu ginjal akan dibuang permanen. Oleh
karena itu, penting untuk memprediksi secara akurat efek jangka panjang fungsi ginjal
pasca operasi sebelum nefrektomi dilakukan.
Gagal ginjal diklasifikasi menjadi dua yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal progesif dan lambat, berlangsung beberapa tahun.
Gagal ginjal akut berkembang dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Gagal ginjal akut
merupakan sindrom klinik akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia
(Wahyono et al., 2007).















IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari paraktikum yang telah diamati dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Kertas filtrasi GF/F cukup efektif menyaring keempat larutan, dan cukup
menggambarkan mekanisme kerja ginjal. Larutan yang telah mengalami filtrasi
cenderung menghasilkan warna yang lebih cerah di bandingkan dengan larutan kontrol.
Senyawa-senyawa yang dapat melewati filter yaitu protein, dan amilum.


















DAFTAR REFERENSI
Arisworo, D. and Yusa. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IX Sekolah Menengah
Pertama. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Davey, P. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Goenarso, D. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas terbuka.

Kanamaru, H. 2011. Mercaptoacetyltriglycine-3 renogram is not superior to estimated
glomerular filtration rate measurement for theprediction of long-term renal function
after nephrectomy. International Journal of Urology. 18 (570574).

Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta: UI Press.

Poedjiadi, A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rhoades, R. A. and Bell, D. R. 2009. Medical Physiology : Principles for Clinical Medicine.
New york: Lippincott williams and wilkins, a wolter kluwer business.

Subahar. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Bogor: Quadra.

Syaifuddin. 2000. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.

Thomson, S.C., V. Vallon, and R. C. Blantz. 2004. Kidney Function in Early Diabetes: the
Tubular Hypothesis of Glomerular Filtration. Am J Physiol Renal Physiol. 286 (F8F15).

Wahyono, J., A.R. Hakim, and A.E. Nugroho. 2007. Profil farmakokinetika sulfasetamid pada
tikus gagal ginjal karena diinduksi uranil nitrat. Majalah Farmasi Indonesia. 18 (117
123).

Widiyono, I. 2003. Perkembangan Filtrasi pada Ginjal Kambing Pra-ruminansia. Yogyakarta:
Buletin Peternakan vol 27 Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

You might also like