You are on page 1of 16

MAKALAH FARMASI FISIKA

EKSTRAKSI PADAT-CAIR
Sebagai salah satu tugas mata kuliah farmasi fisika I







DISUSUN OLEH :
MADARINA AVIANTY DISTYASARI
3311111099
FARMASI 2011

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
U N I V E R S I T A S J E N D E R A L A C H M A D Y A N I
CIMAHI
2 0 1 3
BAB I
PENDAHULUAN

Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-
komponen dalam campuran. Contoh ekstraksi : pelarutan komponen- komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain
menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase
dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang
suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu
ekstraktor sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent
(pelarut) cair secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang
digunakan untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan.
Mekanisme Ekstraksi
Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :
1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi
3. Interaksi yang mungkin dalam fase organik.
Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain:
1) Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipun
padakondisi vakum.
2) Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan.
3) Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama.

faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain :
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan
kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol,
air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen.

2. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam
pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih
pelarut yang digunakan.

3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa
yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin
banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya
akan semakin mahal.

4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil.
Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain
kecil.

Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah:

1. Selektifitas (factor pemisahan = )
= fraksi massa solut dalam ekstrak/fraksimassa diluant dalam ekstrak
fraksi massa solut dalam rafinat/fraksimassa diluent dalam rafinat
Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga harus lebih besar dari satu. Jika nilai
=1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.

2. Koefisien distribusi
K = konsentrasi solut dalam fasa ekstrak, Y
konsentrasi solut dalam fasa rafinat, X
Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent
yangdibutuhkan lebih sedikit.

3. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga
diharapkan harga relative volatility dari campuran tersebut cukup tinggi.

4. Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah
terpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.

5. Tegangan antar muka (interfasia tension)
Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih mudah
namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih
dipentingkansehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar muka yang besar.

6. Chemical reactivity
Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen
dalamsystem dan material (bahan konstruksi).

7. Viskositas
tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan
penyimpanan.

8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

Jenis-jenis Ekstraksi

Ekstraksi secara dingin

1. Metode meserasi
Istilah meceration berasal dari bahasa latin macerare yang artinya merendam.
meserasi adalah mencari zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.

2. Metode Soxhletes
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.











3. Metode Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin, per yang artinya memulai dan colare yang
artinyamerembes.
Pencarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan
ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya
kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu
dipekatkan.

Ekstraksi secara panas
1. Metode refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

2. Metode Destilasi uap
Pencarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil
mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap
yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa
alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.

3. Metode Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih
pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa
vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat
penampung.

Ekstraksi Berdasarkan Campurannya
1. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair(ekstraksi pelarut) adalah zat yang di ekstraksi di dalam csmpuran
berbentuk cair yang di gunakan untuk memeisahkan zat seperti iod atau logam tertentu
di dalam air.
2. Ekstraksi Padat-Cair
Ekstraksi padat cair adalah zat yang diekstraksi di dalam campuran yang berbentuk
padat. digunakan untuk mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan
alam.
BAB II
ISI

Ekstraksi Padat Cair
Adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya atau
digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut
organic. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari
bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara
ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan
yang telah halus di bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi
soxhlet.Pelarut organic dimasukkan ke dalam labu godog.Kemudian peralatan ekstraksi di
rangkai dengan pendingin air.Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic
sampai semua analit terekstrak.
Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang
dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert)
dengan menggunakan pelarut cair. Operasi ini sering dijumpai di dalam industri metalurgi dan
farmasi, misalnya pada pemisahan biji emas, tembaga dari biji-bijian logam, produk-produk
farmasi dari akar atau daun tumbuhan tertentu. Hingga kini, teori tentang leaching masih
sangat kurang, misalnya mengenai laju operasinya sendiri belum banyak diketahui orang,
sehingga untuk merancang peralatannya sering hanya didasarkan pada hasil percobaan saja.
Ekstraksi padat cair (leaching) merupakan salah satu unit operasi pemisahan tertua
yang digunakan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan
dengan cara mengontakkannya dengan pelarut yang sesuai. Operasi ekstraksi ini dapat
dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam tangki atau dengan menyusun padatan
tersebut dalam suatu unggun tetap (fixed bed), kemudian cairan pelarut mengalir di antara
butiran padatan, cara ini disebut cara perkolasi.
Ekstraksi padat-cair merupakan prosedur yang paling sering dijumpai dalam ekstraksi
senyawa dari bentuk sediaan padat seperti analisis sediaan tablet. Prosedur ini merupakan
prosedur yang sederhana karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan pelarut yang
idealnya akan melarutkan senyawa yang akan dianalisis secara sempurna dan hanya sedikit
melarutkan senyawa lain yang akan mengganggu analisis lebih lanjut (misalkan akan
mengganggu pemisahan pada kromatografi). Kebanyakan prosedur ekstraksi padat-cair
dilakukan dengan terlebih dahulu menggerus matriks padat hingga diperoleh serbuk yang
halus dan dilanjutkan dengan ekstraksi pelarut, penyaringan, atau sentrifugasi untuk
menghilangkan partikulat. Adanya partikulat dari matriks sampel yang mungkin terbawa
selama proses penyiapan sampel harus dihilangkan sebelum dilakukan analisis dengan
kromatografi, baik kromatografi gas (GC) ataupun kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).
Adanya partikulat yang ikut masuk ke dalam kolom kromatografi cair akan menyebabkan
tekanan balik sistem kromatografi meningkat yang selanjutnya akan berpengaruh pada
menurunnya kinerja kolom.
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan
menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak dilembutkan terlebih dahulu,
dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis.
Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.
Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang digunakan,
pengadukan, dan
banyaknya pelarut yang digunakan. Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel
bahan tersebut. Bahan yang diekstrak sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah
kontak antara bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik.
Untuk mencapai unjuk kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-
cair, syarat-syarat beikut harus dipenuhi :
Karena perpindahan massaberlangsung pada bidang kontak antara fasa padat dan fasa
cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin.
Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan
ekstraksi, agar ekstraksi yang terlarut dapat segera diangkut keluar dari permukaan
bahan padat.
Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar)
pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi
Ekstraktor padat-cair tak kontinu
Prinsip kerja : dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa
kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Ekstraktor-ekstraktor yang
sebenarnya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Ekstraktor
semacam ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang
lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri
dan aliran beberapa bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut, pada ekstraksi bahan-
bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel
destilasi. Dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum. Uap
pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali
ke dalam ekstraktor dalam keadaan dingin.
Ekstraktor padat-cair tak kontinu
cara kerja ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri, tetapi
pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh
dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Ekstraktor semacam ini kebanyakan hanya
digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (mis : biji-bijian
minyak, tumbuhan).
Jenis-jenis ekstraktor padat-cair kontinu :
1. ekstraktor keranjang



pada ekstraktor keranjang, bahan ekstraksi terus-menerus dimasukkan ke dalam sel-sel
yang berbentuk juring atau sector dari sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi
poros vertical. Bagian bawah sel-sel ditutup sebuah Pelat ayak.
2. ekstraktor sabuk






Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpan secara kontinu di atas sabuk ayak yang
melingkar. Disepanjang sabuk bahan dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak dengan
konsentrasi yang meningkat dan arah aliran berlawanan setelah itu bahan dikeluarkan
dari ekstraktor.
Peralatan ekstraksi padat-cair
Skala laboratorium : - soxhlet
- ekstraktor kontinu
Skala industry : - Ekstraktor hamparan padat stasioner
- Hamparan padat bergerak
Penggunaan ekstraksi padat-cair
Ekstraksi ini sering disebut dengan penyarian atau penyeduhan, karena bahan yang akan
diambil sarinya harus diseduh menggunakan pelarut tertentu.
Ekstraksi yang digunakan untuk pemulihan dari ekstrak alami : minyak atsiri,
oleoresin, pewarna, dan bahan makanan.
Ekstraksi dengan bahan-bahan berbasis ekstraksi secara umum : tanaman obat,
rempah-rempah, biji-bijian, zat organic, buah-buahan, industri obat-obatan, sayur
mayur.
Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)
Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative baru,
akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau
untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan
matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan
SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:
Proses ekstraksi lebih sempurna
Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien
Mengurangi pelarut organic yang digunakan
Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
Mampu menhilangkan partikulat
Lebih mudah diatomatisasi
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap tertentu) yang
beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang
berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada cartridge SPE.
Prosedur SPE
Ada 2 strategi untuk malakukan penyiapan sampel menggunakan SPE ini. Strategi
pertama adalah dengan memilih pelarut yang mampu menahan secara total analit yang dituju
pada penjerap yang digunakan, sementara senyawa-senyawa yang mengganggu akan terelusi.
Analit yang dituju yang tertahan pada penjerap ini selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil
pelarut organik yang akan mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini bermanfaat jika
analit yang diutuju berkadar rendah.
Diagram skematik prosedur SPE sebagai berikut :


Strategi lain adalah dengan mengusahakan supaya analit yang tertuju keluar (terelusi),
sementara senyawa pengganggu tertahan pada penjerap.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah dengan mengkondisikan penjerap dengan pelarut
yang sesuai. Untuk penjerap non polar seperti C18 dan penjerap penukar ion dikondisikan
dengan mengalirinya menggunakan metanol lalu dengan akuades. Pencucian yang berlebihan
dengan air akan mengurangi recovery analit. Penjerap-penjerap polar seperti diol, siano,
amino, dan silika harus dibilas dengan pelarut nonpolar seperti metilen klorida.

Dari diagram atas dapat diketahui bahwa ada 4 tahap dalam prosedur SPE, yaitu:
1. Pengkondisian
Cartridge (Penjerap) dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi permukaan penjerap
dan untuk menciptakan nilai pH yang sama, sehingga perubahan-perubahan kimia yang
tidak diharapkan ketika sampel dimasukkan dapat dihindari.
2. Retensi (tertahannya) sampel
Larutan sampel dilewatkan ke cartridge baik untuk menahan analit yang diharapkan
sementara komponen lain terelusi atau untuk menahan komponen yang tidak diharapkan
sementara analit yang dikehendaki terelusi.
3. Pembilasan
Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh
penjerap selama tahap retensi.
4. Elusi
Tahap ini merupakan tahap akhir untuk mengambil analit yang dikehendaki jika analit
tersebut tertahan pada penjerap.

Fase SPE
Berbagai macam cartridge SPE yang berisi berbagai macam penjerap diringkas dalam
tabel dibawah. Suatu penjerap pada SPE harus dipilih yang mampu menahan analit secara
kuat selama pemasukan sampel ke dalam cartridge.
Inilah berbagai jenis fase SPE dan kondisi-kondisinya.

Untuk sampel-sampel yang bersifat ionik atau yang dapat terionisasi, digunakan penjerap
penukar ion. Fraksi analit yang keluar dari SPE dapat langsung diinjeksikan ke sistem
kromatografi atau dilakukan pengaturan pH untuk meminimalkan ionisasi sehingga dapat
dipisahkan dengan kolom fase terbalik pada KCKT.
Pengembangan metode
Sebagaimana dalam metode kromatografi cair, retensi analit tergantung pada
konsentrasi sampel, kekuatan pelarut, dan karakteristik penjerap. Pendekatan empirik untuk
melakukan pengembangan metode SPE melibatkan screening penjerap yang tersedia.
Langkah pertama adalah menentukan penjerap mana yang paling baik dalam hal menahan
analit yang dituju. Pertimbangan kedua adalah pelarut apa yang dibutuhkan untuk mengelusi
analit yang dituju. Langkah ketiga adalah menguji matriks sampel blanko untuk mengevaluasi
adanya pengganggu yang mungkin ada, dan akhirnya (langkah keempat) adalah menentukan
recovery dengan menambah analit dalam jumlah tertentu harus dilakukan.
Polaritas pelarut yang meningkat dibutuhkan untuk mengelusi senyawa yang tertahan
dalam penjerap silika; sementara untuk senyawa yang tertahan dalam penjerap non polar
(seperti C18) digunakan pelarut non polar.
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi :
5. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel maka
areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak secara tepat.
Semakin besar partikel, maka cairan yang akan mendifusi akan memerlukan waktu yang
relative lama.

6. Faktor pengadukan
Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin terdistribusi dalam
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama waktu pengadukan
berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama pengadukan harus dibatasi pada harga
optimum agar dapat optimum agar konsumsi energi tak terlalu besar. Pengaruh faktor
pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan memungkinkan.

7. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat dengan
temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.

8. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas yang cukup
rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan digunakan meskipun dalam
operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan meningkat dan kecepatan reaksi akan
melambat, karena gradien konsentrasi akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada
umumnya.

Dalam biologi dan proses pembuatan makanan, banyak produk yang dipisahkan dari
struktur alaminya menggunakan ekstraksi cair-padat. Proses terpenting dalam pembuatan
gula, leaching dari umbi-umbian dengan produksi minyak tumbuhan, pelarut organic seperti
hexane, acetone, dan lainnya digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang kedelai, biji
bunga tumbuhan dan lain-lain. Dalam industri farmasi, banyak produk obat-obatan diperoleh
dari leaching akar tanaman, daun dan batang. Untuk produksi kopi instan, kopi yang sudah
dipanggang di leaching dengan air segar. Teh dapat larut diproduksi dengan menggunakan
pelarut air dan daun teh.









BAB III
KESIMPULAN

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut.
Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat
melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert)
dengan menggunakan pelarut cair.
Dalam industri farmasi, banyak produk obat-obatan diperoleh dari leaching akar tanaman,
daun dan batang.
Ekstraksi padat-cair dilakujiryfy ukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam
suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah
ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat
pada bahan alam yang tidak mudah menguap).
Ekstraksi fase padat (Solid Phase Extraction) Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-
cair, SPE merupakan teknik yang relative baru, akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai
alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau untuk clean-up sampel-sampel kotor,
misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-
garam, protein, polimer, resin dan lain-lain.








DAFTAR PUSTAKA

Setiono, 1985. Kimia Analisis. Bumi Aksara. Jakarta
Soebagio, 2005. Kimia Analisis II. UM Press. Malang
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT.
Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-
padat-cair/ ( diakses pada tanggal 23 Mei 2013, pukul 20.48 WIB )
Khamdinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of Plant Analysis
Sudarmadji, S. Haryono, B dan Suhardi. 1996. Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Bandung:Penerbit Alumni.

You might also like