You are on page 1of 12

VARIABEL, POPULASI, DAN SEMPEL

November 19, 2012


BY PUTRATOK
VARIABEL, POPULASI, DAN SEMPEL
Pengertian variabel
Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai faktor-faktor yang dikaji dalam
penelitian. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki keragaman
nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji
dalam penelitian juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya
memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu
diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan
atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian
Grounded maupun Penelitian Partisipatif.
Bedanya adalah dalam penelitian pada umumnya variabel lebih mengacu pada teori dan atau hasil-hasil
penelitian yang telah biasa dilakukan tentang Topik atau Judul yang sama. Sedang dalam penelitian
Grounded dan Partisipatif lebih mengacu pada data/fakta penagalaman empiris baik yang dilakukan oleh
praktisi maupun para peneliti setempat.
RAGAM VARIABEL
a. Keragaman Variabel Menurut Kedudukan Atau Fungsinya
Dalam penelitian inferensial dibedakan adanya dua macam variabel utama yaitu variabel terpengaruh
(dependent variabel) dan variabel pengaruh (independent variabel).
Variabel pengaruh adalah variabel yang keberadaanya dalam kerangka berpikir bersifat menentukan atau
mempengaruhi variabel terpengaruh dan sebaliknya variabel terpengaruh adalah variabel yang
keberadaanya senantiasa dipengaruhi atau tergantung pada tiap-tiap atau keseluruhan variabel-variabel
pengaruh. Dengan kata lain nilai variabel terpengaruh sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai masing-
masing atau keseluruhan variabel pengaruh yang terkait.
1. Keragaman variabel menurut skala pengukurannya
Dilihat dari ragam skala pengukurannya variabel dapat dibedakan dalam variabel diskrit yaitu variabel-
variabel yang hanya dapat diukur dengan skala nominal dan variabel continuous yaitu variabel yang dapat
diukur dengan menggunakan skala-skala: ordinal, interval maupun rasio.
Skala nominal
Yang dimaksud skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak
yang jelas. Kepada variabel tersebut dapat diberi nilai skor, tapi skor tersebut hanya menunjukkan kode
perbedaan dan bukannya menunjukkan jarak (lebih besar, lebih tinggi).
Misalnya, variabel agama:
Islam: 5 Hindu: 2
Kristen: 4 Budha: 1
Katolik: 3
Angka atau nilai yang diberikan hanyalah sekedar menunjukan perbedaan bahwa 5 bukanlah 3 atau 1
bukanlah 4. Tetapi itu tidak berarti bahwa islam lebih tinggi kedudukannya dibanding katolik atau budha
lebih tinggi rendah dibanding kristen.
Berkaitan dengan skala pengukuran nominal tersebut karena tidak menunjukan jarak maka tidak boleh:
dijumlah, dikurangkan, dibagi atau dikalikan. Karena itu penggunaan dummy-variabel dalam analisis
Regresi (misal untuk jenis kelamin) yang memberikan nilai ya=1 dan tidak=0 atau 10 dan 1 perlu dicermati
lebih lanjut karena pria dibanding wanita tidaklah 1:0 atau 10:1. Oleh karena dalam menentukan gambaran
umum tidak boleh menggunakan nilai rataan (mean) melainkan hanya dengan melihat sebaran frekuensi
yaitu dengan menetapkan frekuensi yang tersebar (modus). Sehingga pernyataanya bukan lagi: rata-rata
penduduk Indonesia melainkan sebagian besar penduduk Indonesia.
Skala ordinal
Berbeda dengan skala nominal skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukkan
perbedaan juga menunjukkan jenjang atau tingkatan tetapi jarak antar skala atau jenjang/skala tidak sama.
Pengukuran skala ini juga dapat menggunakan nilai skor, tapi skor yang diberikan juga tidak boleh
dijumlahkan, dikurangkan, dibagi atau dikalikan.
Contoh, tingkat kecerdikan:
Manusia: 10 Tikus: 4
Kancil: 8 Kelinci: 3
Kera: 7 Semut: 1
Pada contoh tersebut pemberian nilai skor yang lebih tinggi tidak saja memiliki perbedaan tetapi sekaligus
juga menunjukkan kelebihan atau aras yang lebih tinggi dibanding yang bernilai skor lebih rendah.
Meskipun perbedaan kecerdikan manusia dan kancil = 2, sementara perbedaan antara kera dan kancil = 1,
bukan berarti perbedaan kecerdikan yang dimiliki manusia dan kancil = 2x perbedaan antara kancil dan
kera.
Demikian pula meskipun skor kecerdikan manusia = 10 sementara kera = 5 dan kelinci = 3 itu tidak berarti
bahwa kecerdikan manusia = kecerdikan kera + kecerdikan kelinci.
Berkaitan dengan sifat-sifat skala ordinal tersebut maka penarikan nilai rataan (mean) juga tidak dapat
dilakukan melainkan cukup hanya dengan mengukur nilai tengah (median) atau tendensi sentralnya.
Pengukuran rataan hanya bisa dilakukan manakala dilakukan pembobotan terlebih dahulu kemudian
dilakukan penjumlahan serta penilain rataannya.
Skala interval dan rasio
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibanding dengan jarak lain sedang jarak itu
diketahui dengan pasti. Misalnya: jarak semarang magelang 70 km sedangkan magelang yogya 101
km, maka selisih jarak magelang yogya yaitu 31 km.
Skala rasio adalah skala perbandingan. Skala ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan sekian
kali. Misalnya: berat pak karto 70 kg sedangkan anaknya 35 kg. Maka pak karto beratnya dua kali
anaknya.
c. Pengukuran definisi variabel dan pengukurannya
Yang dimaksud dengan definisi variabel adalah pengertian yang diberikan kepada setiap variabel
penelitian termasuk indikator parameternya.
Berdasarkan banyak nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Sedangkan dalam
penelitian variabel dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) variabel bebas dan tidak bebas, (2) variabel aktif
dan atribut, dan (3) variabel kontinyu dan diskret.
1. variabel bebas dan variabel tak bebas
Penelitian mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala atau mencari hubungan diantara berbagai faktor.
Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas.
Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut
variabel tak bebas.
Suatu variabel boleh jadi variabel bebas pada satu penelitian tetapi variabel tak bebas pada penelitian lain.
Misalnya konservatisme politik (variabel bebas) diselidiki pengaruhnya pada proses pembuatan keputusan.
Pada penelitian lain, afiliasi dengan kelompok dianggap mempengaruhi konservatisme politik (variabel tak
bebas). Jadi sebetulnya klasifikasi variabel dalam variabel bebas dan variabel tak bebas bergantung pada
maksud penelitian.
2. variabel aktif dan variabel atribut
Dalam penelitian eksperimental kita berhadapan dengan variabel yang dapat kita manipulasikan dan
variabel yang sudah jadi dan tidak dapat kita kendalikan. Kita dapat mengendalikan temperatur ruangan,
atau tingkat hukuman yang diberikan guru pada murid, atau jumlah frekuensi kekerasan dalam acara
televisi, atau jumlah insentif dalam kampanye Keluarga Berencana. Tapi kita tidak dapat mengendalikan
umur, tingkat kecerdasan, status sosial, atau jenis kelamin. Variabel dalam kelompok contoh pertama
disebut variabel aktif; dalam contoh kedua disebut variabel atribut. Satu-satunya cara meneliti variabel
atribut tertentu ialah mengelompokkan subyek penelitian dalam kategori variabel atribut tertentu dan
membandingkannya dengan subyek penelitian dalam kategori variabel atribut yang lain.
3. variabel kontinyu dan variabel diskret
Variabel kontinyu adalah variabel yang secara teoritis dapat mempunyai nilai yang bergerak tak terbatas
antara dua nilai. Tinggi orang boleh jadi 1.5 m; 1,534 m; 1,5348 m dan seterusnya, bergantung pada
kecermatan pengukuran. Variabel diskret hanya mempunyai satu nilai tertentu saja. Jumlah anak yang
dimiliki adalah variabel diskret yang mempunyai nilai 1,2,3,4,5 dan seterunya dan tidak mungkin 1,5;
1,37; atau 2,5. dalam variabel diskret tidak ada nilai pecahan.
Tabel skala interval dan rasio
Variabel Interval Rasio
Umur X

Tinggi badan X

Jumlah anggota

X
produktivitas

X
Pendefinisian atau pemberian pengertian yang jelas terhadap variabel tersebut sangat diperlukan karena
merupakan panduan bagi pengukuran dan data yang diperlukan serta perumusan instrumen pengumpulan
datanya.
Berkaitan dengan penetapan ukuran-ukuran tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu
pendekatan ethic yang dikembangkan peneliti dengan konsep atau pandangan diluar obyek yang diteliti,
dan pendekatan emic yang dikembangkan dari obyek yang diteliti atau menurut ukuran yang disepakati
oleh obyek peneliti itu sendiri.
Pengukuran skala ini sangat penting kaitannya dengan alat analisis yang akan digunakan. Oleh sebab itu
segera setelah perumusan definisi dan pengukuran variabel ini perlu dilakukan kaji ulang terhadap Judul
Penelitian yang diajukan.
Contoh: Judul tentang Pengaruh perlu segera diganti dengan Hubungan, manakala skala pengukuran tidak
dapat dilakukan seluruhnya dengan skala interval/rasio.
DEFINISI VARIABEL DAN PENGUKURANNYA
Pengertian variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai.Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel
penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi
harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka
RAGAM VARIABEL
1. Keragaman Variabel Menurut Kedudukan Atau Fungsinya
Variabel pengaruh adalah variabel yang keberadaanya dalam kerangka berpikir bersifat menentukan atau
mempengaruhi variabel terpengaruh
variabel terpengaruh adalah variabel yang keberadaanya senantiasa dipengaruhi atau tergantung pada
tiap-tiap atau keseluruhan variabel-variabel pengaruh.
2. Keragaman variabel menurut skala pengukurannya
variabel diskrit yaitu variabel-variabel yang hanya dapat diukur dengan skala nominal dan variabel
continuous yaitu variabel yang dapat diukur dengan menggunakan skala-skala: ordinal, interval maupun
rasio.
Skala nominal
Yang dimaksud skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak
yang jelas. Kepada variabel tersebut dapat diberi nilai skor, tapi skor tersebut hanya menunjukkan kode
perbedaan dan bukannya menunjukkan jarak (lebih besar, lebih tinggi).
Skala ordinal
Berbeda dengan skala nominal skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukkan
perbedaan juga menunjukkan jenjang atau tingkatan tetapi jarak antar skala atau jenjang/skala tidak sama.
Pengukuran skala ini juga dapat menggunakan nilai skor, tapi skor yang diberikan juga tidak boleh
dijumlahkan, dikurangkan, dibagi atau dikalikan
Skala interval dan rasio
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibanding dengan jarak lain sedang jarak itu
diketahui dengan pasti.
Skala rasio adalah skala perbandingan. Skala ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan sekian
kali
3. Pengukuran definisi variabel dan pengukurannya
Yang dimaksud dengan definisi variabel adalah pengertian yang diberikan kepada setiap variabel
penelitian termasuk indikator parameternya.
Berdasarkan banyak nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Sedangkan dalam
penelitian variabel dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) variabel bebas dan tidak bebas, (2) variabel aktif
dan atribut, dan (3) variabel kontinyu dan diskret.
Berkaitan dengan penetapan ukuran-ukuran tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu
pendekatan ethic yang dikembangkan peneliti dengan konsep atau pandangan diluar obyek yang diteliti,
dan pendekatan emic yang dikembangkan dari obyek yang diteliti atau menurut ukuran yang disepakati
oleh obyek peneliti itu sendiri.

Populasi
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan
menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat
beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat.
Berikut ini adalah contoh suatu populasi:
Populasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad)
Populasi Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta)
Populasi Mahasiswa Agroteknologi, Faperta, Unpad
Populasi Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad
Populasi Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
Apabila kita perhatikan contoh populasi di atas, pengertian populasi di sana bersifat relatif,
pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi Mahasiswa Unpad
secara keseluruhan ataukah hanya tertarik pada populasi mahasiswa Agroteknologi angkatan 2009 saja.
Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus didefinisikan dengan jelas dan
tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata nilai IPK mahasiswa Unpad. Berarti parameter/sifat/ciri
yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan obyek yang ditelitinya adalahMahasiswa
Unpad. Jika kita merumuskan populasi seperti ini, rumusannya sudah jelas tapi belum tepat. Jelas
maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti sudah jelas, yaitu Nilai IPK mahasiswa Unpad dan bukan
parameter lain, seperti tinggi, nilai IQ dan sebagainya (2) populasinya hanya mahasiswa Unpad bukan nilai
IPK mahasiswa dari universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita berbicara tentang mahasiswa
Unpad cakupannya cukup luas. Apakah kita akan mendata nilai IPK semua mahasiswa Unpad dari semua
angkatan, baik yang masih aktif, non aktif, meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?
Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas
dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel)
hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang
lingkup yang diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta Unpad, yang
masih aktif
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang lingkupnya, sehingga kesimpulan apapun yang
diberikan terhadap suatu sampel yang diambil dari populasi tersebut hanya berlaku untuk populasi yang
dibatasi oleh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad, yang masih aktif kuliah dan tidak
berlaku untuk mahasiswa lainnya yang berada diluar ruang lingkup tersebut. Jadi hanya menggambarkan
keadaan rata-rata nilai IPK mahasiswa pada ruang lingkup tersebut.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya. Menurut
keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi Homogen, dan Populasi heterogen.
Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi
tak terhingga.
Populasi berdasarkan keadaannya:
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki
sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang
eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup
dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari
secangkir kopi tersebut.
Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti
memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan
dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia
yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad
angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas
kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan
rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut
keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu
adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam
beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya,
tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya,
kelompok identik dengan Fakultas.
Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau
diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat
diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan
secara kuantitatif, misalnya:
Air di lautan
Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya
populasi terhinggadianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara
statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang,
dan sebagainya
Sampel
sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki
populasi.
Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan karakteristik
suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan
demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan
karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.

Seorang peneliti, jarang mengamati keseluruhan populasi karena dua alasan:
Biaya terlalu tinggi dan
Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke waktu.
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel:
Biaya lebih rendah,
Pengumpulan data lebih cepat, dan
Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data
karena kumpulan data lebih kecil .
Jenis-Jenis sampel
Dalam proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:
Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan
Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan didalamnya termasuk unsur-
unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih sampel dapat bersifat obyektif dan dapat pula bersifat
subyektif.
Yang dimaksud dengan sikap obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara pemilihan sampel yang
menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel tersebut bila dilakukan oleh orang
lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dari penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat
atau ciri populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode tertentu dan jelas,
akan diperoleh sampel yang konsisten, artinya bila pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang
terhadap populasi yang sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri dari
populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan melibatkan pertimbangan
pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil sampel yang baik menurut versinya sendiri (versi
peneliti). Dengan demikian sampel yang diperoleh merupakan sampel yang berbias, apalagi orang yang
memilih cotnoh sampel mempunyai latar belakang yang kurang terhadap konsep statistika khususnya
konsep tentang teori penarikan sampel.
Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan No probability Sampling
Simple Random Sampling
Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
Sampling Kuota
Sampling kuoto adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunya ciri-ciri tertentu
sampai jumlah yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
dalam urusan izin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan
data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan
melakukan penelitian tentang kualitas makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah,
maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana
semua anggota populasi dijadikan sampel.
Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya. (Sugiyono, 2009:63-68)
D. Menentukan Anggota Sampel
Di bagian depan dalam bab ini telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling, yaitu Probability
Sampling dan No probability Sampling. Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberi
peluang sama kepada anggota populasi untuk dipilih untuk menjadi anggota sampel. Cara demikian sering
disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun dengan
undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor 1 sampai
100. selanjutnya bila kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 80. Bila sampel tidak strata, maka
pengambilan sampel tidak perlu memperhatikan strata yang ada pada sampel.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota populasi mempunyai peluang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
E. Persyaratan Pengambilan Sampel (Sampling)
Cara mengambil (pengambilan) sampel dari populasinya disebut dengan sampling. Cara pengambilan
sampel akan menentukan ketepatan penggeneralisasian hasil penelitian dari sampel kepada populasinya.
Penggeneralisasian hasil penelitian dari sampel dikatakan tepat apabila sifat atau keadaan yang
ditunjukkan atau digambarkan dari hasil penelitian terhadap sampel itu benar-benar cocok dengan sifat
atau keadaan populasi tersebut. Sayur (dari penelitian terhadap sampel, cicipan) dikatakan kurang garam,
misalnya, jika seluruh sayur (sebelanga atau sepanci) itu memang benar-benar kurang asin. Dikatakan
tidak tepat jika berdasar hasil penelitian (pencicipan) terhadap sampel sayur simpulannya sayur itu kurang
garam, padahal dalam kenyataan secara keseluruhan sayur itu justru terlampau asin. Dikatakan tidak tepat,
contoh lain, jika dari penelitian terhadap sampel dikatakan bahwa semuanya senang menonton sinetron
berbau misteri, tetapi dalam kenyataan para penonton sebagian besar tidak suka sinetron misteri.
Agar hasil penelitian dari sampel benar-benar dapat mencerminkan sifat atau keadaan populasinya, maka
sampel itu harus benar-benar representatif, yaitu mencerminkan ciri-ciri
kondisipopulasinya.Dalam bahasa lain, sampel harus benar-benar mewakili populasinya. Jadi, jika
populasinya beragam (dalam aspek tertentunya), maka sampelnya pun harus beragam pula seperti
populasinya.

You might also like