You are on page 1of 3

Permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan kejuruan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu

Manajemen Kurikulum
Standar isi
Ada perbedaan persepsi dalam menjabarkan Permen Diknas no. 22 tentang Standar Isi ke dalam
silabus selain itu belum adanya standar isi (SK dan KD) yang tetap untuk mata pelajaran produktif
(program keahlian) SMK. Adanya penambahan materi pelajaran normatif dan adaptif pada struktur
kurikulum kurang mendukung materi kejuruan serta tidak adanya standar isi (SK & KD) untuk
mata pelajaran dasar kejuruan yang mendukung program keahlian. Beban belajar Perbandingan
alokasi waktu tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri (1:2:4) berimplikasi pada
penyediaan waktu lebih banyak dari yang diamanatkan pada standar isi \ (mengakomodasi jumlah
jam perminggu maksimal 40 jam)
Standar kelulusan
Terdapat standar kelulusan yang berbeda antara standar kelulusan ujian nasional dan standar
kelulusan mata pelajaran normatif dan adaptif
Implementasi Kurikulum
Sebagian warga sekolah belum memahami mengenai standar isi, substansinya dan
implementasinya kedalam Kurikulum. Struktur kurikulum dan beban belajar sebagai penjabaran
Permen Diknas 22dianggap masih terlalu sarat beban yang berdampak pada penambahan jam
ruang lingkup adaptif dan normatif.
Bahan Ajar
Belum tercukupinya bahan ajar yang dapat memenuhi standar kompetensi lulusan baik secara
kuantitatif, kualitatif dan relevansi.
Buku Referensi
Masih terbatasnya buku referensi yang di gunakan sehingga kurang membentuk budaya membaca
dalam proses belajar mengajar.
Administrasi Pembelajaran
Silabus & RPP belum tersusun berdasarkan analisis kebutuhan sekolah dan keunggulan lokal.
Belum terlaksanakannya kalender akademik dalam memfasilitasi tercapainya standar kompetensi
lulusan.
Proses Pembelajaran
Belum terlaksana proses pembelajaran yang sesuai dengan standar isi, standar proses dan standar
kelulusan.
Assesment
Sebagian guru belum melaksanakan sistem penilaian sesuai tuntutan Kurikulum.

Organisasi dan Manajemen sekolah
1. Organisasisekolah maksimal sehingga Belum seluruh sekolah dalam menyusun visi dan
misi denganmelibatkan seluruh komponen sekolah.
2. Belummenerapkan system manajemen mutu atau Quality ansurance
3. Keterbatasandana untuk melakukan penyusunan Kurikulum, Silabus, RPP.
4. Belummemiliki program peningkatan mutu

Ketenagaan
Kepalasekolah,
Kepala sekolah tidak terbiasa mandiridalam mengambil keputusan, dan lemah dalam memobilisasi
sumber daya sekolah.
TenagaKependidikan
Keterbatasan penguasaan IT dan aksesinformasi renaga kependidikan.
Guru
Mentalitas guru yang terbiasa menunggu instruksi untuk melaksanakan sesuatu, terbiasa dengan
pola seragam dankurangnya kreativitas.
1. Guru kurang menguasai dalam menjabarkanstandar isi.
2. Keterbatasan guru untuk mata pelajaran baru
3. Tolok ukur kompetensi guru pada bidangyang diampunya belum terstandar.

Sarana Prasarana
1. Keterbatasan ruang belajar untuk moving class
2. Keterbatasan ruang lab untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan
3. Keterbatasan fasilitas peralatan untuk memenuhi standar isi.
4. Keterbatasan bahan ajar dan bahan praktik sesuai dengan standar isi
5. Keterbatasan peralatan media
6. Keterbatasan jumlah judul, banyak buku, dan akses ke perpustakaan maya.

Pembiayaan
Besarnya alokasianggaran untuk operasional sekolah sesuai dengan tuntutan Kurikulum baik
daripemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih relative terbatas. Relevansi alokasi
anggaran baik pemerintahpusat maupun pemerintah daerah masih relatif rendah bila dikaitkan
dengantuntutan pelaksanaan standar isi, standar proses dan standar kelulusan. Kepeduliandan
kemampuan masyarakat dalam peran sertanya yang terkait dengan pembiayaanpendidikan masih
relatif rendah.

Peserta Didik
Tingkatkemampuan bekal ajar siswa yang masuk ke SMK sebagaian besar masih relatifrendah bila
dilihat dari prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sesuai denganprogram keahlian yang dipilih.
Tingkat kedisiplinan sebagian siswa SMK masihrelatif rendah, hal ini ditunjukkan oleh tingginya
tingkat kenakalan dan penyalahgunaan narkoba.

Peranserta Masyarakat
Peranserta institusi pasangan (dunia usaha dan dunia industri) dalam pelaksanaanpembelajaran
untuk bidang produktif masih relatif rendah bila dikaitkan dengantuntutan pelaksanaan standar isi,
standar proses dan standar kelulusan. Jaringankerjasama antara sekolah dan institusi pasangan
(dunia usaha dan duniaindustri) dalam upaya untuk optimalisasi pemanfaatan sumber belajar
sesuaidengan tuntutan pelaksanaan standar isi, standar proses dan standar kelulusan masih relatif
rendah.

Lingkungan dan Kultur Sekolah
Mentalitas wargasekolah yang terbiasa menunggu instruksi untuk melaksanakan sesuatu,
terbiasadengan pola seragam dan kurangnya kreatifitas dalam menjalankan perannya
sesuaidengan tuntutan Kurikulum. Adanya sebagian warga sekolah (pendidik dan
tenagakependidikan) yang masih relatif belum memiliki kemandirian/otoritasprofesional dalam
menjalankan perannnya melaksanakan kurikulum sesuai dengantuntutan, jiwa dan karakteristik
dari kurikulum tersebut.

Unit Produksi
Belum berfungsinya secara optimal baik secara kuantitas, kualitas dan relevansi keberadaan unit
produksi di sekolah bila dikaitkan dengan upaya sebagai pendukung penguatan pelaksanaan
standar isi, standar proses dan standar kelulusan. Belum optimalnya pengelolaan unit produksi di
sekolah bila dikaitkan dengan prinsip-prinsip wirausaha yang lebih berorientasi pada kemandirian,
pelaksanaan teaching industry dan memberikan income generating bagi pemberdayaan dan
penguatan lembaga sekolah dalam memenuhi tuntutan pelaksanaan kurikulum.

You might also like