You are on page 1of 21

LAPORAN KASUS

ABSES PERITONSILITIS
DOKTER PEMBIMBING
Dr Ni Putu Anggraini Sp. THT KL
DISUSUN OLEH:
RR Putri Ayu Hapsari
0. 0!. 00""
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEGIATAN KEPANITERAAN
KLINIK DI BAGIAN# SM$ ILMU PEN%AKIT TELINGA& HIDUNG DAN
TENGGOROKAN RSUD Dr. R. SOED'ONO SELONG $AKULTAS
KEDOKTERAN UNI(ERSITAS ISLAM AL )A*HAR
"0+,
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan Kasus berjudul Abses
Peritonsilitis ini dibuat dengan tujuan memberikan manfaat bagi mahasisa kedokteran
mengenai ilmu penyakit telinga! hidung dan tenggorokan sebagai salah satu kompetensi yang
harus dikuasai. "alam pembuatan tinjauan pustaka dari laporan kasus ini! saya mengambil
referensi dari literatur dan jaringan internet.
Saya mengu#apkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing! dr.
Ni Putu Anggraini! Sp.T$T-KL yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian laporan kasus ini! juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun
dalam men#ari referensi yang lebih baik.
Penulis sadar baha dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat banyak
kekurangan! untuk itu penulis menghimbau agar para pemba#a dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun dalam perbaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.
Selong! %& Agustus '(&)
Penulis
2
DA$TAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DA$TAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. i*
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................... &
BAB III TIN'AUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN $ISIOLOGI TONSIL....................................................................... +
TONSILITIS AKUT
A. "efinisi ................................................................ ....................................................... &%
,. -tiologi..................... ................................................................................................... &%
.. Patofisiologi.................................................................................................................. &%
". /anifestasi Klinis ........................................................................................................ &%
-. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................ &)
0. Komplikasi................................................................................................................... &)
1. Penatalaksanaan............................................................................................................ &)
PERITONSIL ABSES
A. "efinisi ......................................................................................................................... &2
,. -tiologi.......................................................................................................................... &2
.. 0aktor predisposisi.......................................................................................................... &3
". Patofisiologi................................................................................................................... &3
-. /anifestasi Klinis........................................................................................................... &4
0. Pemeriksaan 0isik........................................................................................................... &4
1. "iagnosis ....................................................................................................................... &5
$. "iagnosis ,anding.......................................................................................................... &5
6. Penatalaksanaan.............................................................................................................. '(
7. Komplikasi..................................................................................................................... '&
KESIMPULAN ................................................................................................................... '%
DA$TAR PUSTAKA......................................................................................................... ')
3
BAB I
PENDAHULUAN
Abses peritonsiler dapat terjadi pada umur &(-3( tahun! namun paling sering
terjadi pada umur '(-)( tahun. Pada anak-anak jarang terjadi ke#uali pada mereka yang
menurun sistem immunnya! tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang
signifikan pada anak-anak. 6nfeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan
perempuan. ,ukti menunjukkan baha tonsilitis kronik atau per#obaan multipel
penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk
berkembangnya abses peritonsiler. "i Amerika insiden tersebut kadang-kadang berkisar
%( kasus per &((.((( orang per tahun! dipertimbangkan hampir )2.((( kasus setiap
tahun.
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam
sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber! seperti gigi! mulut!
tenggorok! sinus paranasal! telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat.
1ejala dan tanda klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan. Abses peritonsiler
89uinsy: merupakan salah satu dari Abses leher dalam dimana selain itu abses leher
dalam dapat juga abses retrofaring! abses parafaring! abses submanidibula dan angina
ludo*i#i 8Ludig Angina:.
Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian
kepala dan leher. 1abungan dari bakteri aerobi# dan anaerobi# di daerah peritonsilar.
Tempat yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah pillar tonsil
anteroposterior! fossa piriform inferior! dan palatum superior.
Abses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran organisme bakteri penginfeksi
tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring menyebabkan
pembentukan abses! dimana infeksi telah menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas
otot konstriktor faring.
BAB II
4
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama ; Nn. <
=mur ; '( tahun
7enis Kelamin ; Perempuan
Alamat ; ,atu >ang
Pendidikan ; S/A
Pekerjaan ; /ahasisa
Agama ; 6slam
Status pernikahan ; ,elum menikah
Tangga- Datang RS: (2 Agustus '(&)
B. ANAMNESIS
"iambil se#ara ; autoanamnesis
Pada tanggal ; (2 Agustus '(&) 7am ; &&.(( W6,
+. KELUHAN UTAMA: ?asa sakit di tenggorokan
". KELUHAN TAMBAHAN: tidak ada
.. RI/A%AT PEN%AKIT SEKARANG
@S datang ke poliklinik T$T ?S "aerah ? Soedjono Selong dengan keluhan
rasa sakit di tenggorokan yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu! rasa sakit di tenggorok
dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak % hari terakhir dan menjalar hingga
ke telinga bagian kanan. @S juga mengeluhkan nyeri ketika menelan! sulit membuka
5
mulut dan berbi#ara sejak ' hari lalu! batuk! pilek dan demam menggigil yang
dirasakan @S terutama ketika serangan. @S juga mengeluhkan saat tidur mendengkur
8ngorok:! rasa ter#ekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas sejak 2
hari terakhir. Nafsu makan berkurang dan berat badan dirasakan menurun. Karena
keluhan pasien memberat! ia datang ke Poli T$T
,. RI/A%AT PEN%AKIT DAHULU
-Pasien mengaku memang hobi mengkonsumsi air dingin sejak ke#il
-) hari yang lalu mengkonsumsi #oklat dan makanan pedas
-?iayat demam menggigil ) hari lalu! kemudian mengeluh sakit menelan dan mual
disertai muntah
-Sejak ke#il sering mengeluh sakit tenggorokan namun dapat hilang sendiri
-?iayat hipertensi 8-:! diabetes mellitus 8-:
0. PEMERIKSAAN $ISIK
I. KEADAAN UMUM
Kesadaran ; .ompos mentis
Tensi ; &((A5( mm$g
Nadi ; &((BAmenit
Suhu ; %3.'C.
Pernapasan ; '(BAmenit
,erat badan ; 2( kg
II. TELINGA
Kanan Kiri
,entuk "aun Telinga Normal
"eformitas 8-:
Normal
"eformitas 8-:
Kelainan .ongenital Tidak ada Tidak ada
?adang! Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan "aun Telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre-! infra-!
retroaurikuler
Tidak ada Tidak ada
?egio /astoid Tidak ada kelaianan Tidak ada kelaianan
Liang Telinga .A- lapang! serumen
tidak ada
.A- lapang! serumen
tidak ada
<alsa*a Test
Toyinbee Test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
/embran Timpani /T intak! hiperemis 8-:!
edema 8-:! refleks #ahaya
/T intak! hiperemis 8-:!
edema 8-:! refleks #ahaya
6
8D: jam 2 8D: jam 4
TES PENALA
T-ST KANAN K6?6
?inne Positif 8D: Positif 8D:
Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Saba#h Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 2&' $E 2&' $E
Kesan : Tidak ada kelainan pada kedua telinga (ADS dalam batas normal)
III. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
,entuk ; Normal! tidak ada deformitas
Tanda peradangan ; $iperemis 8-:! Panas 8-:! Nyeri 8-:! ,engkak 8-:
<estibulum ; $iperemis -A-! sekret -A-
.a*um nasi ; Lapang DAD! edema -A-! hiperemis -A-
Konka inferior ; -utrofiAeutrofi
/eatus nasi inferior ; -utrofiAeutrofi
Konka medius ; -utrofiAeutrofi
/eatus nasi medius ; Sekret -A-
Septum nasi ; "e*iasi -A-
Pasase udara ; $ambatan -A-
"aerah sinus frontalis ; Tidak ada kelainan! nyeri tekan 8-:
"aerah sinus maksilaris ; Tidak ada kelainan! nyeri tekan 8-:
I(. RHINOPHAR%N1 2RHINOSKOPI POSTERIOR3 ---- Tidak dilakukan
pemeriksaan
Koana ; -
Septum nasi ; -
/uara tuba eusta#hius ; -
Torus tubarius ; -
Konka inferior dan media ; -
"inding posterior ; -
(. PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Kanan Kiri
Sinus frontalis! grade; Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sinus maksilaris! grade; Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(I. TENGGOROK
7
PHAR%N1
"inding pharynB ; merah muda! hiperemis 8-:! granular 8-:
Arkus pharynB ; simetris! hiperemis 8-:! edema 8-:
Tonsil ;
- T%,AT',
- hiperemis DAD
- permukaan mukosa tidak rataA granular DAD
- Kripta melebar DAD
- "etritus DAD
- Perlengketan -A-
=*ula ; de*iasi ke sisi kiri! hiperemis 8-:
1igi ; gigi geligi lengkap! #aries 8-:
Lain-lain ; radang ginggi*a 8-:!mukosa pharynB tenang!post nasal drip 8-:
LARING 2Laring4s54pi3 --- tidak dilakukan
-piglotis ; -
Plika aryepiglotis ; -
Arytenoid ; -
<entrikular band ; -
Pita suara asli ; -
?ima glotis ; -
.in#in trakea ; -
Sinus piriformis ; -
(II.LEHER
Kelenjar limfe submandibula ; teraba membesar 8deBtra:
Kelenjar limfe ser*ikal ; tidak teraba membesar
(III. MAKSILO6$ASIAL
Parese ner*us #ranial ; tidak ada
,entuk ; "eformitas 8-:! $ematom 8-:
D. PEMERIKSAAN PENUN'ANG
Pemeriksaan Laboratorium darah
Ti7a5 7i-a5u5an
- $emoglobin ; -
- $ematokrit ; -
- Leukosit ; -
- Trombosit ; -
8
- /asa perdarahan ; -
- /asa pembekuan ; -
E. RESUME
"ari anamnesis didapatkan ;
@S datang ke poliklinik T$T ?S "aerah ? Soedjono Selong dengan keluhan
rasa sakit di tenggorokan yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu! rasa sakit di tenggorok
dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak % hari terakhir dan nyeri menjalar
hingga ke telinga bagian kanan. @S juga mengeluhkan nyeri ketika menelan! sulit
membuka mulut dan berbi#ara sejak ' hari lalu! batuk! pilek dan demam menggigil
yang dirasakan @S terutama ketika serangan. @S juga mengeluhkan saat tidur
mendengkur 8ngorok:! rasa ter#ekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak
nafas sejak 2 hari terakhir. Nafsu makan berkurang dan berat badan dirasakan
menurun. Pasien mengaku sejak ke#il memang selalu mengkonsumsi air dingin dan
sering sakit tenggorokan dan tiba-tiba hilang sendiri. ) hari yang lalu dikatakan baha
pasien sempat mengkonsumsi #oklat dan makanan pedas. Sejak saat itu pasien
mengaku tiba-tiba tenggorokannya sakit kemudian demam menggigil dan akhirnya
sulit untuk bisa berbi#ara karena rasa nyeri yang dirasakan. Karena keluhan pasien
memberat! ia datang ke Poli T$T
"ari pemeriksaan fisik ditemukan ;
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan;
- tonsil hipertrofi dengan ukuran T',AT',
- tonsil hiperemis DAD
- permukaan mukosa tidak rataA granular DAD
- Kripta melebar DAD
- "etritus DAD
$. DIAGNOSIS BANDING
- Tonsilitis kronis hipertrofi
- Tonsilofaringitis kronis
9
G. DIAGNOSIS KER'A
Peritonsil Abses
"asar diagnosis;
"iagnosis kerja peritonsil abses diambil berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang didapatkan pada @S.
Anamnesis;
- ?asa nyeri di tenggorok yg dirasakan akibat tonsil yang membesar
- Sulit berbi#ara dan sulit membuka mulut 8trismus: akibat inflamasi di daerah
peritonsil
- "emam menggigil ) hari lalu
- ?iayat kebiasaan; @S suka mengkonsumsi makanan manis! makanan pedas dan
minuman dingin 8menjadi faktor predisposisi timbulnya tonsilitis yang berakhir
dengan peritonsil abses:
Pemeriksaan fisik tenggorok;
- "inding faring; hiperemis
- tonsil T%,AT',
- =*ula; tampak u*ula hiperemis! bengkak! terdorong ke arah sinistra
- Kripta melebar DAD! detritus DAD
- Lain-lain; palatum mole; tampak membengkak dan menonjol ke depan
H. USULAN PEMERIKSAAN PENUN'ANG
Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap! kultur dan uji resistensi kuman dari
sediaan apusan tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.
I. PENATALAKSANAAN
/edikamentosa;
10
&. Antibiotik; Le*ofloBa#in 'B2(( mg
'. Anti inflamasi; "eBamethasone
%. Analgetik; asam mefenamat %B2(( mg
@peratif;
'. AN'URAN
Setelah dilakukan operasi! pasien disarankan untuk;
- 7aga kebersihan mulut
- /akan makanan lunak selama kurang lebih & minggu
- /akan makanan bergiEi untuk meninggkatkan daya tahan tubuh dan memper#epat
proses penyembuhan
- $indari makanan pedas! makanan berminyak dan minuman dingin
- Kontrol ke poliklinik T$T
K. PROGNOSIS
Ad <itam ; ad bonam
Ad 0ungsionam ; ad bonam
11
BAB III
TIN'AUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN $ISIOLOGI TONSIL
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. .in#in Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil
palatina! tonsil faringeal 8adenoid:! tonsil lingual! dan tonsil tuba -usta#hius.
A. T4nsi- Pa-atina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring! dan dibatasi oleh pilar anterior 8otot palatoglosus: dan pilar
posterior 8otot palatofaringeus:. Tonsil berbentuk o*al dengan panjang '-2 #m! masing-
masing tonsil mempunyai &(-%( kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak
selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris! daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. "ibatasi oleh;
Lateral F muskulus konstriktor faring superior
Anterior F muskulus palatoglosus
Posterior F muskulus palatofaringeus
Superior F palatum mole
6nferior F tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi in*aginasi
atau kripti tonsila. ,anyak limfanodulus terletak di baah jaringan ikat dan tersebar
sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan
12
limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang
tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu
dan umumnya memperlihatkan pusat germinal
$4sa T4nsi-
0osa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring! yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus! batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior. ,erlaanan dengan dinding otot yang tipis
ini! pada bagian luar dinding faring terdapat ner*us ke 6G yaitu ner*us glosofaringeal.
P8n7ara9an
Tonsil mendapat pendarahan dari #abang-#abang arteri
karotis eksterna! yaitu &: arteri maksilaris eksterna
8arteri fasialis: dengan #abangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asendenH ': arteri maksilaris interna
dengan #abangnya arteri palatina desendenH %: arteri
lingualis dengan #abangnya arteri lingualis dorsalH ):
arteri faringeal asenden. Kutub baah tonsil bagian
anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan
bagian posterior oleh arteri palatina asenden! diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
desenden. <ena-*ena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus *ena di sekitar kapsul tonsil! *ena lidah dan pleksus
faringeal
A-iran g8ta9 :8ning
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening ser*ikal
profunda 8deep ugular node: bagian superior di baah muskulus sternokleidomastoideus!
selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada
P8rsara;an
13
Tonsil bagian baah mendapat sensasi dari #abang serabut saraf ke 6G 8ner*us
glosofaringeal: dan juga dari #abang desenden lesser palatine ner!es.
I<un4-4gi T4nsi-
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit ,
membentuk kira-kira 2(-3(I dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah
)(I dan %I lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit , berproliferasi di pusat germinal.
6mmunoglobulin 86g1! 6gA! 6g/! 6g":! komponen komplemen! interferon! lisoEim dan
sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil
dijumpai pada ) area yaitu epitel sel retikular! area ekstrafolikular! mantle "one pada folikel
limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai ' fungsi utama yaitu &:
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektifH ': sebagai organ utama produksi
antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
B. T4nsi- $aring8a- 2A78n4i73
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun
teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah #eruk dengan #elah atau kantong
diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah!
dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di
dinding belakang nasofaring. 7aringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada
dinding atas dan posterior! alaupun dapat meluas ke fosa ?osenmuller dan orifisium
tuba eusta#hius. =kuran adenoid ber*ariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya
adenoid akan men#apai ukuran maksimal antara usia %-4 tahun kemudian akan
mengalami regresi.
0. T4nsi- Lingua-
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. "i garis tengah! di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks! yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkum*alata
14
PERITONSIL ABSES
A. DE$INISI
Abses peritonsil merupakan kumpulanAtimbunan 8a##umulation: pus 8nanah: yang
terlokalisirAterbatas 8lo#aliEed: pada jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil
dari suppurati*e tonsillitis
B. ETIOLOGI
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mu#us Weber di kutub atas tonsil. ,iasanya kuman penyebabnya
sama dengan kuman penyebab tonsilitis. ,iasanya unilateral dan lebih sering pada anak-
anak yang lebih tua dan deasa muda.
Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang
bersifat anaerob. @rganisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler
adalah Strepto#o##us pyogenes 81roup A ,eta-hemolitik strepto##us:! Staphylo#o##us
aureus! dan $aemophilus influen"ae% Sedangkan organisme anaerob yang berperan
adalah &usoba#terium. Pre!otella' Porphyromonas' &usoba#terium' dan
Peptostrepto#o##us spp% =ntuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena
kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobi#
0. PATO$ISIOLOGI
Patofisiologi PTA belum diketahui sepenuhnya. Namun! teori yang paling banyak
diterima adalah kemajuan 8progression: episode tonsillitis eksudatif pertama menjadi
peritonsillitis dan kemudian terjadi pembentukan abses yang sebenarnya 8frank abs#ess
formation:.
,akteri dan *irus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan *irus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. 6nfeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan! nyeri telan! demam tinggi bau mulut serta otalgia.
"aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar! oleh
karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini!
15
sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk di
bagian inferior! namun jarang.
Pada stadium permulaan! 8stadium infiltrat:! selain pembengkakan tampak juga
permukaan yang hiperemis. ,ila proses berlanjut! daerah tersebut lebih lunak dan
berarna kekuning-kuningan. Tonsil terdorong ke tengah! depan! dan baah! u*ula
bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral.
,ila proses terus berlanjut! peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan
iritasi pada m.pterigoid interna! sehingga timbul trismus. Abses dapat pe#ah spontan!
sehingga dapat terjadi aspirasi ke paru.
Selain itu! PTA terbukti dapat timbul de no*o tanpa ada riayat tonsillitis kronis
atau berulang 8re#urrent: sebelumnya. PTA dapat juga merupakan suatu gambaran
8presentation: dari infeksi *irus -pstein-,arr 8yaitu; mononu#leosis:.
D. MANI$ESTASI KLINIS
Selain gejala dan tanda tonsilitis akut! terdapat juga odinofagia 8nyeri menelan:
yang hebat! biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga 8otalgia:! muntah
8regurgitasi:! mulut berbau 8foetor eB ore:! banyak ludah 8hipersali*asi:! suara sengau
8rinolalia:! dan kadang-kadang sukar membuka mulut 8trismus:! serta pembengkakan
kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.
,ila ada nyeri di leher 8ne#k pain: dan atau terbatasnya gerakan leher 8limitation
in ne#k mobility:! maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot tengkuk
8#er*i#al mus#le inflammation:.
Prosedur diagnosis dengan melakukan Aspirasi jarum 8needle aspiration:. Tempat
aspiration dibius A dianestesi menggunakan lido#aine dengan epinephrine dan jarum
besar 8berukuran &3F&5: yang biasa menempel pada syringe berukuran &(##. Aspirasi
material yang bernanah 8purulent: merupakan tanda khas! dan material dapat dikirim
untuk dibiakkan.
16
(ambar )% tonsillitis akut (sebelah kiri) dan abses peritonsil (sebelah kanan)%
Pada penderita PTA perlu dilakukan pemeriksaan;
&. $itung darah rutin
'. Throat #ultureJ atau Kthroat sab and #ultureJ; diperlukan untuk identifikasi
organisme yang infeksius. $asilnya dapat digunakan untuk pemilihan
antibiotik yang tepat dan efektif! untuk men#egah timbulnya resistensi
antibiotik.
%. Plain radiography; pandangan jaringan lunak lateral 8Lateral soft tissue *ies:
dari nasopharynB dan oropharynB dapat membantu dokter dalam
menyingkirkan diagnosis abses retropharyngeal.
E. PEMERIKSAAN PENUN'ANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis
akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi ;
Leukosit ; terjadi peningkatan
$emoglobin ; terjadi penurunan
=sap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
$. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi ialah;
&. Abses pe#ah spontan! mengakibatkan perdarahan aspirasi paru! atau piema.
'. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring! sehingga terjadi abses parafaring.
Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan mediastinitis.
17
%. ,ila terjadi penjalaran ke daerah intra#ranial! dapat mengakibatkan thrombus sinus
ka*ernosus! meningitis! dan abses otak.

G. PENATALAKSANAAN
Pada stadium infiltrasi! diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. 7uga
perlu kumur-kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin 3((.(((-&.'((.((( unit atau ampisilinAamoksisilin %-) B '2(-
2(( mg atau sefalosporin %-) B '2(-2(( mg! metronidaEol %-) B '2(-2(( mg.
,ila telah terbentuk abses! dilakukan pungsi pada daerah abses! kemudian diinsisi
untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan
lunak! atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar u*ula dengan geraham
atas terakhir. 6ntraoral in#ision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa
o*erlying abses! biasanya diletakkan di lipatan supratonsillar. "rainase atau aspirate
yang sukses menyebabkan perbaikan segera gejala-gejala pasien.
,ila terdapat trismus! maka untuk mengatasi nyeri! diberikan analgesia lokal di
ganglion sfenopalatum.
Kemudian pasien dinjurkan untuk operasi tonsilektomi KaJ #haud. ,ila tonsilektomi
dilakukan %-) hari setelah drainase abses disebut tonsilektomi KaJ tiede! dan bila
tonsilektomi )-3 minggu sesudah drainase abses disebut tonsilektomi KaJ froid. Pada
umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang! yaitu '-% minggu sesudah
drainase abses.
Tonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses peritonsilaris
berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. Abses peritonsil
mempunyai ke#enderungan besar untuk kambuh. Sampai saat ini belum ada kesepakatan
kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil. Sebagian penulis menganjurkan
tonsilektomi 3F5 minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau
sepsis! sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera.
18

(ambar *% tonsilektomi
In7i5asi T4nsi-85t4<i
In7i5asi A:s4-ut
a: Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas! disfagia berat!
gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
b: Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
#: Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d: Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
In7i5asi R8-ati;
a: Terjadi % episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
b: $alitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
#: Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik L-laktamase resisten
d: $ipertrofi tonsil unilateral yang di#urigai merupakan suatu keganasan
H. PROGNOSIS
Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi! maka ditunda
sampai 3 minggu berikutnya. Pada saat tersebut peradangan telah mereda! biasanya terdapat
jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.
19
BAB III
PENUTUP
..+ K8si<pu-an
Abses peritonsiler adalah infeksi leher dalam yang seringkali terjadi sebagai
komplikasi dari tonsillitis akut. Pasien dengan abses peritonsiler sering datang dengan
keluhan yang berat dan salah satu gejala yang sering membuat pasien datang ke dokter
adalah trismus karena peradangan pada m.pterigoid interna. Akan tetapi tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani abses peritonsiler ini! tidaklah serumit yang
dibayangkan! yaitu berupa insisi dan drainase abses dengan anestesi. Namun! apabila
tidak dilakukan tindakan yang #epat! tepat dan efektif maka dapat menimbulkan
komplikasi yang serius.
20
DA$TAR PUSTAKA
Adams.1.L! ,oies.L.?! $igler. P.A. ,oies ,uku Ajar Penyakit T$T. 3
th
ed. Penyakit+
penyakit ,asofaring dan -rofaring% 7akarta; Penerbit ,uku Kedokteran -1.. &++4. pg;
%%(-)).
7a#kson .. "isease of the nose! throat and ear. '
nd
ed. Philadelphia; W, Sunders .o.
&+2+. pg; '%+-2+.
Lee! K.7. /". .ssential -tolaryngology $ead / ,e#k Surgery. '((%. /#1ra-$ill.
/ehta! Ninfa. /". Peritonsillar Abs#ess. A*ailable from. .emedi#ine.#om. A##essed
at 7uni '(&&
Soepardi!-.A! 6skandar! $.N. '((4.Abses Peritonsiler! ,uku Ajar 6lmu Kesehatan
Telinga! $idung dan Tenggorokan. 7akarta; 0K=l!
Soepardi.-.A!et all. 0uku Aar 1lmu Kesehatan Telinga $idung Tenggorok Kepala 2eher.
3
th
ed. 7akarta; 0akultas Kedokteran =ni*ersitas 6ndonesia. '((4. pg;'&'-'2.
21

You might also like